SKRIPSI
Oleh :
Fitri Meidianasari
NPM. 0633010006
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
SKRIPSI
Diujikan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknologi Pangan
Oleh :
FITRI MEIDIANASARI NPM. 0633010006
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
Disusun Oleh :
FITRI MEIDIANASARINPM : 0633010006
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional ‘’Veteran’’ Jawa Timur Pada Tanggal 26 November 2010
Tim Penguji : Pembimbing :
1.
Drh. Ratna Yulistiani, MP NIP. 19620719 198803 2 001 1.
Ir. Sudaryati, HP, MP NIP. 19521103 198803 2 001
2.
Rosida STP,MP NPT. 3 7102 95 0044 1 2.
Ir. Sri Djajati, MPd NPT. 3 6201 99 0165 1
3.
Ir. Latifah, MS
NIP. 19570307 1986 03 2 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Jatim
Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PEMBUATAN
SAUS KUPANG MERAH (Musculita senhausia) DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN LAMA PERENDAMAN”
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pangan pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, karenanya pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir.Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran”
Jawa Timur.
2. Ir. Latifah, MS, selaku Ketua Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Industri UPN “Veteran” Jatim.
3. Drh. Ratna Yulistiani, MP selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu untukmemberikan pengarahan dan bimbingan serta
memberikan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Rosida, STP, MP, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu untukmemberikan pengarahan dan bimbingan serta
memberikan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tua terkasih Ayah dan Ibu, atas segala dorongan, kesabaran,
dukungan material dan spiritul serta dukungan doa yang diberikan hingga
penulis dapat menyelesaikan skripisi ini dengan baik.
memberikan saran serta masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa di Jurusan
Teknologi Pangan pada khususnya dan bagi pihak-pihak yang memerlukan pada
umumnya. Skripsi ini masihlah jauh dari sempurna serta banyak kekurangannya,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat obyektif dan
membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Surabaya, November 2010
Penulis
iii
FITRI MEIDIANASARI
0633010006
INTISARI
Kupang merah (Musculita senhausia) merupakan bahan utama untuk pembuatan saus kupang merah. Kupang sering tercemar oleh logam berat salah satunya yaitu logam Cadmium. Penggunaan chelating agent dapat mengurangi kadar logam berat yang ada dalam tubuh kupang. Chelating agent yang digunakan yaitu berupa asam sitrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap kualitas fisik, kimia dan organoleptik saus kupang merah.
Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor pertama : konsentrasi asam sitrat (0%, 2,5%, 5% dan 7,5%) dan faktor kedua : lama perendaman (30 menit, 60 menit dan 90 menit).
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan konsentrasi 2,5% dan lama perendaman 60 menit menghasilkan saus kupang merah yang dapat diterima konsumen. Perlakuan tersebut menghasilkan kadar protein 13,645%, kadar air 70,073%, kadar cadmium 0,038%, total asam 0,491% dan rendemen 49,446%. Hasi organoleptik untuk aroma 136 dan rasa 137. Analisa finansial dari perlakuan terbaik adalah sebagai berikut : kapasitas produksi 6.952,41 lt/th, nilai BEP 20,26% dari total produksi, harga pokok Rp. 15.000/botol; nilai
INTISARI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 3
C. Manfaat ... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupang ... 4
1. Kupang Merah (Musculita senhausia) ... 5
2. Kupang Putih (Corbula faba) ... 6
3. Kandungan Gizi Kupang ... 6
B. Saus ... 8
C. Proses Pembuatan Saus Kupang Merah... 10
D. Bahan Tambahan ... 12
E. Akumulasi Logam Berat pada Kupang ... 14
F. Cadmium (Cd) ... 15
G. Zat Pengikat Logam atau Sekuestran ... 15
H. Asam Sitrat ... 17
I. Analisa Keputusan ... 20
J. Analisa Kelayakan Finansial ... 21
1. Break Event Point (BEP) ... 21
2. Net Present Value (NPV) ... 22
3. Payback Periode (PP) ... 23
5. Gross Benefit Cost Ratio ... 24
K. Landasan Teori ... 24
L. Hipotesa ... 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 27
B. Bahan Penelitian ... 27
C. Peralatan yang Digunakan ... 27
D. Metode Penelitian ... 28
1. Faktor Tetap ... 30
2. Peubah Berubah ... 30
E. Parameter yang Diamati ... 31
F. Prosedur Penelitian ... 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisa Bahan Baku ... 35
B. Hasil Analisa Produk Saus Kupang Merah ... 36
1. Kadar Protein ... 36
2. Total Asam ... 39
3. Kadar Cadmium (Cd) ... 42
4. Kadar Air ... 44
5. Rendemen ... 46
C. Uji Organoleptik ... 49
1. Aroma ... 49
2. Kekentalan ... 50
3. Rasa ... 51
D. Analisis Keputusan ... 50
E. Analisis Finansial ... 52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan Gizi Kupang Merah dan Kupang Putih ... 7
Tabel 2. Standar Mutu Saus Tiram... 9
Tabel 3. Komposisi Bahan Kimia Tepung Beras per 100 gr bahan ... 13
Tabel 4. Kombinasi dari Kedua Faktor A dan faktor B ... 28
Tabel 5. Hasil Analisa Kupang Merah ... 28
Tabel 6. Nilai Rata-Rata Kadar Protein Saus Kupang Merah dengan Perlakuan Konsentrasi Asam sitrat dan Lama Perendaman ... 37
Tabel 7. Nilai Rata-Rata Total Asam Saus Kupang Merah dengan Perlakuan Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama Perendaman ... 40
Tabel 8. Nilai Rata-Rata Kadar Cadmium Saus Kupang Merah dengan Perlakuan Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama Perendaman .... 42
Tabel 9. Nilai Rata-Rata Kadar Air Saus Kupang Merah dengan Perlakuan Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama Perendaman ... 44
Tabel 10. Nilai Rata-Rata Rendemen Saus Kupang Merah dengan Perlakuan Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama Perendaman .... 47
Table 11. Total ranking Uji Kesukaan Aroma Saus Kupang Merah ... 50
Tabel 12. Total ranking Uji Kesukaan Kekentalan Saus Kupang Merah 51 Tabel 13. Total ranking Uji Kesukaan Rasa Saus Kupang Merah... 52
Tabel 14. Hasil Analisis Keseluruhan pada Produk Tepung kupang Merah ... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kupang Merah (Musculita senhausia) ... 5
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Saus Kupang Merah
Menurut Literatur……… 11
Gambar 3. Rumus Bangun Asam Sitrat ... 18
Gambar 4. Diagram Alir Proses Pembuatan Saus Kupang Merah ... 34
Gambar 5. Hubungan Antara Perlakuan Konsentrasi Asam Sitrat dan
Lama Perendaman terhadap Protein Saus Kupang Merah .. 38
Gambar 6. Hubungan Antara Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama
Perendaman terhadap Total Asam Saus Kupang Merah ... 41
Gambar 7. Hubungan Antara Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama
Perendaman terhadap Kadar Cadmium (Cd) Kupang
Merah... 43
Gambar 8. Hubungan Antara Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama
Perendaman terhadap Kadar Air Kupang Merah ... 45
Gambar 9. Hubungan Antara Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama
Perendaman terhadap Rendemen Saus Kupang Merah... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Analisa Lampiran 2. Kuisioner Organoleptik
Lampiran 3. Kadar Protein Saus Kupang merah Lampiran 4. Kadar Total Asam Sauskupang Merah Lampiran 5. Kadar Cadmium (Cd) Saus Kupang Merah Lampiran 6. Kadar Air Saus Kupang Merah
Lampiran 7. Rendemen Saus Kupang Merah Lampiran 8. Organoleptik (Aroma)
Lampiran 10. Organoleptik (Kekentalan) Lampiran 10. Organoleptik (Rasa)
Lampiran 11. Asumsi-Asumsi yang Digunakan Lampiran 12. Kebutuhan Bahan dan Biaya Lampiran 13. Penghitungan Modal Perusahaan
Lampiran 14. Perkiraan Biaya Produksi Perusahaan Tiap Tahun
Lampiran 15. Perhitungan Keuntungan Produksi Saus Kupang Merah . Lampiran 16. Perhitungan Payback Period dan Break Event Point
Produksi Saus Kupang Merah
Lampiran 17. Grafik Break Event Point (BEP) Lampiran 18. Laju Pengendalian Modal
Lampiran 19. Laporan Rugi Laba Selama Umur Ekonomis Proyek (5
tahun)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat umumnya menyukai bahan makanan yang kaya nutrisi, dan
masyarakat juga rata-rata menyukai bahan masakan siap saji. Produk makanan
saat ini tidak seperti dahulu yang cenderung hanya digemari sesaat, masyarakat
sekarang kembali mementingkan kesehatan. Produk-produk makanan beberapa
tahun terakhir mengatas namakan gizi namun menimbulkan banyak masalah
gangguan kesehatan.
Tidak bisa dipungkiri, saus telah menjadi salah satu kebutuhan bagi
masyarakat modern saat ini baik yang hidup di perkotaan maupun di pedesaan.
Walaupun mengandung air dalam jumlah besar, saus mempunyai daya simpan
panjang karena mengandung asam, gula, garam dan seringkali diberi pengawet.
Saat ini saus telah digunakan sebagai penyedap beragam makanan atau masakan
oleh berbagai kalangan masyarakat. Rasa, aroma, tekstur serta warna saus yang
khas dan menarik menyebabkan masyarakat menjadikannya sebagi bagian dari
menu kesehatan. Banyaknya pengguna saus pada makanan di masyarakat
menyebabkan banyaknya permintaan saus di pasaran.
Alternatif saus kupang dapat dijadikan alternatif baru, karena terbuat dari
daging kupang merah yang memiliki kandungan gizi khususnya protein yang
lebih tinggi dari jenis kupang lainnya sehingga menghasilkan pasta yang kaya
nutrisi untuk aneka masakan modern (Prayitno, 2001).
Kupang merupakan salah satu hasil perikanan laut yang masih dalam
kelompok kerang-kerangan, dan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi
diantaranya yaitu protein sebesar 10,85%, lemak 2,68% dan karbohidrat 1,02%
(Prayitno, 2001).
Selain bernilai gizi, kupang juga dapat terakumulasi oleh logam berat yang
berbahaya yang dapat menimbulkan keracunan. Hasil penelitian tentang logam
berat pada organism laut telah banyak dilakukan antara lain: Pikir (1991), yang
melaporkan bahwa di Kenjeran Surabaya kadar Pb dalam kupang merah 28,842
ppm, Cd 8,171 ppm, Fe 205,92 ppm, Zn 91,04 ppm dan Hg 1,796 ppm.
Mengingat bahaya makanan yang tercemar logam berat seperti Cd, Pb, Fe,
Hg dan Zn, maka perlu adanya suatu upaya pengurangan bahaya tersebut. Salah
satunya yaitu dengan menggunakan sekuestran (zat pengikat logam) berupa asam
misalnya asam sitrat. Hasil penelitian Indasah (2007), asam sitrat mampu
menurunkan Cd berkisar antara 97,5% - 98,9%.
Asam sitrat merupakan asam organik yang larut dalam air dengan citarasa
yang sangat asam dan banyak digunakan dalam industri pangan. Di samping itu
asam sitrat dapat menginaktifkan beberapa enzim dan mengikat elemen dalam
larutan mikroelemen. Asam sitrat juga dapat membentuk kompleks dengan logam.
Menurut Anwar (1988) dalan Indasah (2007), asam sitrat merupakan food
aditif yang bersifat mengikat logam (chelating agent) sehingga dapat
membebaskan bahan makanan dari cemaran logam. Selain sebagai chelating
agent, asam sitrat juga dapat meningkatkan efisiensi dan antioksidan.
UPN ‘’Veteran’’ Jawa Timur
Menurut Palar (2008), Cd (cadmium) dapat membunuh biota perairan yang
akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-504 jam. Ambang batas
kandungan Cd yang dianjurkan oleh FAO/WHO yaitu maksimal sebesar 0,1 ppm.
Logam berat Cadmium (Cd) pada kadar 1 ppm, menyebabkan deformasi tulang.
Akumulasi cadmium menyebabkan diare, sakit perut, muntah-muntah, kerusakan
sistem saraf pusat, gangguan psikolog dan kanker (Darmono, 2001).
Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk menurunkan kadar logam
cadmium pada kupang. Pada penelitian ini kupang yang telah mengalami
perlakuan perendaman dalam larutan asam sitrat diaplikasikan dalam pembutan
saus kupang merah.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman dalam
larutan asam sitrat terhadap nilai gizi saus kupang merah dan penurunan
cadmium pada saus kupang merah.
2. Menentukan kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi asam sitrat dan
lama perendaman sehingga dihasilkan saus kupang merah dengan mutu
terbaik dari segi fisik, kimia dan organoleptik.
C. Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi tentang metode pembuatan saus kupang merah dengan
perlakuan perendaman dalam larutan asam sitrat.
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kupang Pembuat an Saus K upang M erah (M usculit a senhausia)
Kupang termasuk dalam phylum Molusca kelas Pelecypoda
(kerang-kerangan) merupakan binatang atau biota yang bilateral simetris, berbadan lunak
dan tidak bersegmen.
Kupang merupakan salah satu alternatif dari sejenis kerang-kerangan yang
dapat digunakan sebagai bahan pangan olahan seperti lontong kupang, kerupuk
dan petis. Di Jawa Timur khususnya di daerah selatan Surabaya, Sidoarjo, Bangil
dan Pasuruan kupang telah lama diusahakan oleh penduduk secara tradisional
khusunya para nelayan-nelayan kecil sebagai mata pencaharian utama maupun
usaha sambilan (tambahan).
Menurut Subani (1983), kupang termasuk dalam golongan binatang lunak
(Mollusca) bercangkang belah dengan insang yang berlapis-lapis atau seperti jala,
berkaki kapak dan hidup bergerombol di dasar perairan yang berlumpur atau yang
bercampur pasir halus. Kupang biasanya hidup pada daerah perairan yang relatif
rendah dekat dengan dataran pantai dan dipengaruhi oleh gerakan pasang surut.
Kupang terdiri dari 2 jenis yaitu kupang merah (Musculita senhausia) dan kupang
putih (Corbulafarbo Hinds). Biasanya kupang jenis merah ini sering kali disebut
sebagai kupang Jawa, kupang tawon, kupang karung atau kupang rantai
sedangkan kupang putih seringkali disebut kupang beras.
Hampir semua bagian dari tubuh kupang dapat dimanfaatkan oleh
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
cangkang dari binatang ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak
melalui proses penepungan terlebih dahulu, sedangkan sisa air perebusan untuk
membuka cangkang dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan kerupuk dan petis kupang disamping menggunakan daging kupang.
1. Kupang Merah (Musculita senhausia)
Kupang merah (Musculita senhausia) sering disebut kupang jawa, kupang
tawon, kupang karung atau kupang rantai. Hampir semua bagian tubuh jenis
kupang ini dapat dimanfaatkan. Daging kupang ini dapat diolah menjadi berbagai
macam jenis makanan, misalnya kupang goreng, kupang lontong, krupuk kupang,
petis kupang dan sebagainya. Sedangkan cangkangnya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pakan ternak melalui proses penepungan terlebih dahulu. Selain itu
sisa air rebusan untuk membuka cangkang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
tambahan pembuatan krupuk dan petis kupang (Prayitno, 2001).
Kupang merah lebih suka hidup di perairan laut yang dalam keadaan
tenang dan arusnya tetap. Kupang merah memiliki panjang kulit 15 mm – 20 mm
dan lebar 5 mm – 12 mm. Kulitnya berwarna kuning kecoklat-coklatan atau
merah kecoklat-coklatan dan mengkilap.
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
2. Kupang Putih (Corbula faba)
Kupang putih (Corbula faba) merupakan salah satu jenis kerang yang
termasuk dalam phylum molusca. Jenis kerang ini berbentuk cembung lateral dan
mempunyai cangkang dengan dua belahan serta engsel dorsal yang menutup
seluruh tubuh. Kupang ini mempunyai bentuk kaki seperti bagian tubuh lainnya,
yaitu cambung lateral sehingga disebut pelecypoda kaki kapak.
Kupang putih termasuk biota pantai, hidup menetap di dasar perairan
berlumpur atau berpasir dan konsentrasi terbesar terdapat dimuara-muara. Kupang
putih hidup secara menyebar sedangkan kupang merah hidup secara bergerombol
di pantai yang berlumpur.
Kupang putih mempunyai panjang kulit antara 10 mm – 15 mm dan
lebarnya antara 5 mm – 8 mm. Warna kulit putih buram. Makin tua umur kupang
tersebut, warna kulitnya akan makin buram dan terdapat belang hitam dan
akhirnya warna kulitnyaakan menjadi hitam sama sekali. Tempat hidup kupang
ini adalah di daerah muara sungai atau di pinggir-pinggir laut dekat muara sungai.
Kedalaman air di daerah tersebut pada waktu pasang naik antara 1mm – 1,5mm.
3. Kandungan Gizi Kupang
Kupang banyak mengandung zat gizi yang berguna bagi manusia,
terutama kandungan protein dan lemak. Dibandingkan makanan rakyat lain,
seperti kerupuk atau tahu, kandungan gizi pada kupang jauh lebih tinggi.
Dilihat dari kandungan gizinya, kupang dapat diolah menjadi bahan
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
terkandung dalam daging kupang meliputi kadar air 75,70%, kadar abu 3,09%,
protein 10,85%, lemak 2,68%, dan karbohidrat 1,02%
Kupang merupakan salah satu jenis kerang-kerangan, sebagai sumber
protein hewani dengan kategori complete protein, karena kadar asam amino
esensialnya tinggi yaitu sekitar 85% - 95% dari total protein. Selain itu juga
merupakan sumber vitamin larut lemak dan air. Vitamin larut lemak adalah A, D,
E dan K, sedangkan larut air terutama B-kompleks seperti B-1, B-2, B-6
(piridoxin), B-12 dan Niasin.
Analisis kupang putih (Corbula faba) dan kupang merah (Musculita
senhausia) adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kandungan Gizi Kupang Merah dan Kupang Putih
Parameter Kupang Merah Kupang Putih
Air (%)
Sumber: Prayitno dan Susanto, (2001)
Menurut Purwanto dan Andjar Sardjimah (2000) komponen senyawa
penyusun lemak yang ditemukan dalam kupang ada 14 macam asam lemak
dengan kadar yang bervariasi antara 0.23% hingga 25,79%. Adapun asam
lemaknya adalah miristat, miristoleat, pantade-kanoat, palmitat, stearat, oleat,
linolenat, arakidat, 11-eikosanoat, 11.14-eikosadineonat, arakidonat,
5,8,11,14,17-eikosapentanoat dan behenat. Selain itu, kupang juga mengandung protein yang
sangat tinggi. Secara kualitatif kupang mengandung 17 macam asam amino yaitu
asam aspartat, treonin, serin, glutamat, glicin, alanin, valin, metionin, isoleusin,
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
B. Saus
Saus adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna
menarik (biasanya merah) atau bubur daging, mempunyai aroma dan rasa yang
merangsang (sama dengan tanpa rasa pedas). Walaupun mengandung air dalam
jumlah besar, saos mempunyai daya simpan panjang karena mengandung asam,
gula, garam dan seringkali diberi pengawet (Arkham, dkk, 2010).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI-01-4275-1996), saus tiram di
definisikan sebagai produk cairan kental berwarna coklat sampai coklat
kehitam-hitarnan, diperoleh dari hasil olahan daging tiram (Crassostera calculata sp)
dengan penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang
diizinkan.
Salah satu produk olahan kupang adalah saus kupang. Saus merupakan
penyedap siap saji aneka masakan modern dan banyak digunakan di
restoran-restoran mewah sampai masakan rumah tangga. Saus terbuat dari bumbu-bumbu
seperti garlic, onion, thyme, oregano, basil, kemudian ditumis menggunakan
mentega. Daging kupang direbus kemudian diambil air rebusan kupang dan
dagingnya digiling dicampurkan bumbu yang telah ditumis, tambahkan tepung
masak selama lima menit. Setelah dimasak diberi krim saus, garam dan merica
secukupnya. Saus yang telah jadi dapat dikreasikan menjadi berbagai macam
aneka masakan seperti pasta untuk mie spaghetti, cah sayur dan masih banyak
lagi.
Tingkat kekentalan saus cabai sangat ditentukan oleh jumlah pati yang
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
dihasilkan. Intensitas warna pada saus tergantung pada banyaknyazat pewarna
yang ditambahkan. Tingkat keawetannya sangat ditentukan oleh proses
pengolahan yang diterapkan dan jumlah bahan pengawet yang digunakan. Jika
proses pengolahan (terutama pemasakan) dilakukan secara benar, dengan
sendirinya produk menjadi awet, sehingga tidak diperlukan bahan pengawet yang
berlebih (Arkham, dkk, 2010).
Terdapat standart saus tiram yang telah ditetapkan oleh SNI yang dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standart Mutu Saus Tiram
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1.
Bahan tambahan makanan Pengawet makanan Pewarna tambahan
Sesuai SNI 01– 0222-1995
7. Angka lempeng total Coliform
Staphylococcus aureus Clostridium perfringens Kapang (lapang pandang)
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
C. Proses Pembuatan Saus Kupang Merah
Proses pembuatan saus kupang merah adalah sebagai berikut:
a. Persiapan bahan
Persiapan bahan yaitu dengan membersihkan bahan-bahan yang akan
dibuat menjadi saus kupang, yakni air rebusan dan daging kupang, gula merah dan
tepung beras.
b. Pembuatan adonan
Pada tahap ini bahan-bahan yang telah dipersiapkan dibuat adonan, yakni
daging kupang direbus kemudian diambil air rebusan kupang dan dagingnya
digiling kemudian dicampur bumbu, tambahkan tepung masak selama 5 menit.
c. Pendinginan
Setelah kelihatan dan sudah matang, saus kupang tersebut diberi krim
saus, garam dan merica secukupnya. Saus yang telah jadi dapat dikreasikan
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Saus Kupang Merah (Aully, 2005) Kupang Merah
Pencucian
Perebusan
Penggilingan daging kupang
Pencampuran bumbu dan bahan pengental
Pemasakan sampai kental ± 5 menit
Pemberian krim saus, garam dan merica
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
D. Bahan Tambahan 1. Tepung Beras
Beras sebagai bahan pokok telah dimanfaatkan secara luas oleh
masyarakat terutama industri pangan. Pengolahan tepung beras bertujuan agar
mudah disimpan, mudah digunakan dan diolah lebih lanjut. Usaha yang ditempuh
untuk meningkatkan manfaat beras yaitu dengan mengubah beras menjadi tepung
beras (Anonymous, 1988).
Komponen utama yang terkandung dalam tepung beras sama dengan beras
yaitu karbohidrat. Penyusun utama beras adalah pati yang tersusun dari amilosa
dan amilopektin. Perbedaan jumlah antara kedua senyawa tersebut mempengaruhi
citarasa dan sifat fisikokimia tepung beras. Semakin besar kandungan
amilopektinnya, maka sifat tepung beras semakin lekat dan bila kandungan
amilosanya besar maka sifat tepung beras menjadi pera (Winarno, 1991).
Tepung beras dari bermacam-macam varietas mempunyai pola perubahan
kekentalan selama pemanasan dan pendinginan pastanya. Perubahan kekentalan
sangat tergantung terutama pada komposisi pati, dan sedikit tergantung pada
kandungan protein dan minyak. Biasanya beras yang mengandung amilosa lebih
dari 22% mempunyai kekentalan puncak yang rendah, tetapi kemudian
membentuk gel yang tegar pada keadaan dingin (kekentalan balik yang tinggi).
Tetapi yang mengandung amilosa rendah mempunyai kekentalan puncak yang
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Fungsi utama penambahan tepung beras pada pembuatan saus adalah
untuk bahan pengental, disamping itu untuk meningkatkan rendemen saus yang
dihasilkan (Moeljanto, 1982 dalam Pandit, 2000).
Tabel 3. Komposisi kimia tepung beras per 100 gr bahan
No. Komposisi Tepung Beras
1. Sumber : Anonymous, 1992
2. Air
Air merupakan kebutuhan penting dalam pembuatan saus kupang merah
yaitu antara lain sebagai media pembersihan, perendaman dan perebusan, selain
itu untuk melarutkan gula dan bumbu-bumbu. Kegunaan sebagai media perebusan
dapat meningkatkan nilai cerna (Anonymous, 1996).
3. Gula merah
Gula merah biasanya disebut dengan gula jawa. Dalam pembuatan saus
kupang merah ini gula digunakan sebagai pengawet dan lebih efektifnya bila
dipakai dengan tujuan menghambat pertumbuhan bakteri, selain itu juga
digunakan untuk rasa manis yang khas pada saus. Sebagai pengawet, penggunaan
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
E. Akumulasi Logam Berat pada Kupang
Logam berat merupakan senyawa kimia yang sangat berpotensi
menimbulkan masalah pencemaran lingkungan terutama yang berkaitan erat
terhadap dampak kesehatan manusia. Ikatan logam dapat berupa garam organik
maupun garam anorganik, misalnya cadmium dalam air laut berbentuk senyawa
khlorida (CdCl2), sedangkan dalam air tawar berbentuk senyawa karbonat
(CdCO3) (Darmono, 1995).
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan
efek-efek khusus pada makhluk hidup. Efek toksik dari logam berat mampu
menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh,
menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia
maupun hewan (Widowati et al. 2008). Metabolisme bahan berbahaya terjadi
melalui rantai makanan secara biologis yang disebut bioakumulasi (Hutagalung,
1984).
Tingkat toksisitas logam berat terhadap hewan air, mulai dari yang paling
toksik adalah Hg, Cd, Zn, Pb, Cr, Ni, dan Co. Tingkat toksisitas terhadap manusia
dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, dan Zn (Widowati
et al. 2008).
Akumulasi pada kupang terjadi karena logam berat dalam tubuh
organisme cenderung membentuk senyawa kompleks dengan zat-zat organik yang
terdapat dalam tubuh organisme. Dengan demikian logam berat terfiksasi dan
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
F. Cadmium (Cd)
Unsur logam cadmium adalah unsur logam yang paling beracun setelah
merkuri. Cadmium juga memiliki sifat kimia antara lain tidak larut dalam basa
tetapi larut dalam H2SO4 encer dan HCl encer (Anonymous, 2008)
Logam cadmium atau Cd akan mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia) (Palar,
2008). Dalam biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus
mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota yang
tertinggi akan mengalami akumulasi Cd yang lebih banyak. Logam berat yang
dianjurkan oleh FAO/WHO dalam hewan laut yang boleh dikonsumsi manusia
maksimal untuk Cd sebesar 0,1 ppm. Menurut ketentuan ADI (
Acceptable-Daily-Intake) batas toleransi pemasukan Cd dalam tubuh 25 – 60 µg/hari (Hamilton,
1980).
Logam Cd diduga sebagai salah satu penyebab dari timbulnya kanker pada
menusia. Karena itu, logam ini diduga pula sebagai bahan karsinogen yang
berarati dapat menimbulkan penyakit kanker (Palar, 2008).
G. Zat Pengikat Logam atau Sekuestran
Sekuestran dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks,
sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam tersebut dalam
bahan. Ion-ion logam dapat terlepas dari ikatan kompleksnya karena hidrolisis dan
degradasi ion logam bebas mudah bereaksi dan sekuestran akan mengikat ion
logam. Dengan demikian senyawa ini dapat membantu menstabilkan warna, cita
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Sekuestran mengikat logam dalam bahan makanan sehingga menjaga
kestabilan bahan. Sekuestran yang paling sering digunakan adalah asam sitrat dan
turunannya fosfat dan garam etilendiamintetraasetat (EDTA) (Anonymous, 2009).
Pengelatan adalah pembentukan senyawa kompleks yang dapat larut
dalam air. Molekul atau ion dengan pasangan elektron bebas dapat mengkompleks
ion logam. Karena itulah senyawa-senyawa yang mempunyai dua atau lebih
gugusan fungsional seperti –OH, -SH, -COOH, -PO3H2, -C=O. –NR2, -S- dan –O-
dapat mengkelat logam dalam lingkungan yang sesuai.
Proses pengikat logam merupakan proses keseimbangan pembentukan
kompleks ion logam dengan sekuestran. Secara umum keseimbangan itu dapat
ditulis sebagai berikut:
L + S LS
L = ion logam S = sekuestran
LS = kompleks logam-sekuestran
Efisiensi suatu pengelat tergantung pada tetapan reaksi yang terjadi dengan suatu
logam, yang dapat dihitung dengan rumus :
K = [LS] [L] [S]
Makin besar nilai tetapan (K), makin banyak logam yang dapat diikat menjadi
senyawa kompleks, sehingga makin sedikit ion logam yang tertinggal, dan juga
makin mantap senyawa kompleks yang terbentuk (Tranggono, 1990).
Bahan-bahan yang sering dipakai sebagai zat pengikat logam salah
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
menunjukkan bahwa perlakuan dengan asam asetat dapat menurunkan kadar Cd
sebesar 97,3% – 98,5%, perlakuan dengan asam sitrat dapat menurunkan Cd
berkisar antara 97,5% - 98,9% sedangkan dengan perlakuan jeruk nipis dapat
menurunkan Cd sebesar 97,7% - 98,6%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sekuestran yang paling baik dalam menurunkan kadar Cd dalam tubuh kupang
yaitu dengan menggunakan asam sitrat. Selain itu karena gugus asam karboksilat
yang dimiliki asam sitrat lebih banyak dibandingkan dengan asam-asam yang lain
yaitu 3 gugus asam, sedangkan pada asam laktat mempunyai satu gugus, asam
malat dan tartrat mempunyai 2 gugus asam (Tranggono, 1990).
H. Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik yang larut dalam air dengan citarasa
yang menyenangkan dan banyak digunakan dalam industri pangan. Kebutuhan
dunia akan asam sitrat terus meningkat dari tahun ke tahun dan produksi asam
sitrat tiap tahun meningkat 2 – 3% (Anonymous, 2010)
Asam sitrat disebut juga asam trikarboksilat dimana tiap molekulnya
mengandung tiga gugus karboksil dan satu gugus hidroksil yang terikat pada atom
karbon. Asam sitrat adalah asam-2 hidroksi, 1,2,3, propantrikarboksilat atau asam
hidroksi trikarboksilat. Rumus kimia asam sitrat anhidrat : C6H8O7 dan sebagai
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
H
O
H C C OH
O
H C C OH O
H C C OH
H
Gambar 3. Rumus bangun asam sitrat (Tranggono, 1990)
Asam sitrat merupakan zat yang aman untuk makanan. Asam sitrat yang
dapat ditambahkan pada makanan diperkirakan 500 mg/orang/hari. Sebagai asam
lemah, asam sitrat menyebabkan sedikit kerusakan pada logam-logam substrat,
namun seperti ion logam, asam sitrat mempercepat pergerakan dari oksida-oksida
logam. Di samping itu asam sitrat menginaktifkan beberapa enzim dan mengikat
elemen dalam larutan mikroelemen. Asam sitrat dapat berperan membentuk
kompleks dengan logam.
Senyawa sitrat, baik sebagai asam maupun garamnya banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai bahan tambahan dalam makanan
dan minuman, untuk memberi rasa sitrun, untuk mengatur pH makanan dan
sebagai antioksidan. Dalam farmasi digunakan untuk antikoagulan, sebagai
campuran dalam sirup dan juga digunakan sebagai obat tetes mata. Menurut
Anwar (1988) asam sitrat merupakan food aditif yang bersifat mengikat logam
(chelating agent) sehingga dapat membebaskan bahan makanan dari cemaran
logam. Menurut penelitian Indasah (2007), kupang dengan perlakuan asam sitrat
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Asam sitrat dan fosfat yang digunakan dalam minuman selain berfungsi
sebagai asidulan (pengasam) juga berguna untuk mengikat logam yang dapat
mengkatalisis oksidasi komponen cita rasa dan warna (Winarno, 2004).
Menurut Gaman dan Sherrington (1994), proses pengikatan yang
dilakukan asam sitrat terhadap logam Cd yaitu dengan adanya asam sitrat yang
mempunyai 3 elektron bebas pada molekulnya yaitu pada gugus karboksilat yang
dapat diberikan ion logam sehingga menyebabkan terbentuknya ion kompleks
yang dengan mudah larut dalam air, asam sitrat secara simultan mengkoordinasi
semua tempat pada sebuah atom logam (Cd) dengan 3 bilangan koordinasi yang
merupakan kompleks yang mantap, maka Cd akan terlepas dan berikatan dengan
ion OH- dan COO- yang ada pada asam sitrat membentuk senyawa Cd sitrat.
Kemampuan pengelatan asam-asam organik disebabkan oleh kandungan
gugus asam karboksilat. Asam laktat mempunyai satu gugus asam, asam malat
dan tartrat 2 gugus asam dan asam sitrat 3 gugus asam, maka asam sitrat
mempunyai efek pengelatan yang paling kuat (Tranggono, 1990).
Asam sitrat selain berfungsi sebagai asidulan (pengasam) juga berguna
untuk mengikat logam yang dapat mengkatalisis oksidasi komponen cita rasa dan
warna (Winarno, 2004).
Pengkhelatan dapat terjadi jika syarat-syarat umum dipenuhi, yaitu : ligin
harus mempunyai konfigurasi ruang dan elektronik yang cocok, pH substrat,
kekuatan ion dan kelarutan yang mendukung (Tranggono, 1990).
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Pemberian asam dapat menyebabkan terhidrolisisnya protein oleh asam
menjadi asam-asam amino dan ikatan peptida lainnya, yang mengakibatkan
larutnya protein. Asam akan menyebabkan proses hidrolisis protein lebih lanjut,
yaitu beberapa penguraian molekul – molekul kompleks menjadi molekul yang
lebih sederhana seperti protease, polipeptida, peptida, asam amino, NH3 dan unsur
N. Menurut Suhardi (1988), protein dapat dihidrolisa oleh asam, basa atau enzim.
Hidrolisa menggunakan asam dapat mencegah raseminasi dan diperoleh diperoleh
molekul yang lebih sederhana seperti asam amino.. Triptofan oleh asam dapat
mengalami dekomposisi dan lenyap selama hidrolisa.
I. Analisa Keputusan
Keputusan adalah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk memilih
tindakan yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Pengambilan keputusan
adalah proses yang mencakup semua pemikiran dan kegiatan yang diperlukan
guna membuktikan dan memperlihatkan pilihan terbaik tersebut (Siagian, 1987).
Proses pengambilan keputusan di dahului dengan mengetahui
permasalahan, alternatif-alternatif yang ada serta kriteria untuk mengukur atau
membandingkan setiap alternatif yang memberikan hasil atau keuntungan yang
paling besar dengan resiko yang paling kecil serta yang paling efektif. Jadi
masalah yang mempersulit suatu keputusan adalah adanya alternatif yang harus
dipilih sebagai landasan untuk tindakan yang harus dilaksanakan (Siagian, 1987).
Analisa keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur logis dan
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
keputusan tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan
(Admosudirjo, 1987).
J. Analisa Kelayakan Finansial
Analisa kelayakan finansial dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu
perusahaan yang direncanakan layak untuk didirikan atau tidak, bertujuan untuk
mengkaji kemungkinan keuntungan yang dapat diperoleh dari perusahaan yang
didirikan itu (Siagian, 1987).
Pada penelitian ini, beberapa parameter yang digunakan dalam analisa
finansial antara lain : Break Event Point (BEP), Playback Periode (PP), Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR).
1. Break Event Point (BEP)
Break Event Point adalah suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang
menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya nilai
atau hasil penjualan atau laba. Jadi pada keadaan tersebut perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan juga tidak mengalami kerugian.
Perhitungan Break Event Point dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut:
BEP = FC P – VC Ket:
P = Produk pulang atau pokok
FC = Biaya tetap
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Rumus untuk mencari titik impas adalah sebagai berikut:
a. Presentase titik impas
BEP (%) = BEP (Rp) Pendapatan b. Kapasitas titik impas
Kapasitas titik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk
mencapai titik impas. Rumus kapasitas titik impas adalah sebagai berikut:
Kapasitas titik impas = persen titik impas x pendapatan.
2. Net Present Value (NPV)
NPV merupkakan selisih antara Present Value daripada benefit dan present
value dari biaya. Bila dalam analisa NPV lebih besar dari nol, berarti proyek layak
untuk diilaksanakan. Sedang jika dalam perhitungan diperoleh NPV lebih kecil
dari nol, berarti proyek tidak layak untuk dilaksanakan (Susanto dan suneto,
1994).
Suatu proyek dapat dipilih bila NPV > 0. rumus perhitunga NPV adalah sebagai
berikut:
NPV = Σ Bt – Ct
i = 1 I = 1t Ket :
Bt = benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t.
Ct = biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t.
t = 1, 2, 3..., n.
n = umur ekonomis dari proyek (untuk industri pertanian dianggap layak
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
i = suku bunga bank.
3. Payback Periode (PP) ( Pujawan, 2003).
Payback Periode merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan
untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek, nilai tersebut berupa
presentase waktu (baik tahun maupun bulan). Payback Periode tersebut harus
lebih kecil dari nilai ekonomis proyek.
Kriteria ini memberikan nilai bahwa proyek akan dipilih jika mempunyai
waktu payback period yang paling cepat. Nilai harapan ditunjukkan pada
persamaan sebagai berikut :
PP = I Ab
Ket :
I = jumlah modal
Ab = penerimaan bersih per tahun.
4. Internal Rate of Ratio (IRR) ( Susanto dan Saneto, 1994)
Internal Rate of Ratio merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan
persamaan antara nilai persamaan antara nilai persamaan kas bersih sekarang
dengan jumlah investasi (modal) awal dari suatu proyek yang sedang dinilai.
Dengan perkataan lain Internal Rate of Ratio adalah tingkat suku bunga
penyebabkan NPV=0. Jika ternyata Internal Rate of Ratio lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku di bank, maka proyek dapay diteruskan. Rumus
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
IRR = I + NPV (I’’ – i’)
NPV’ – NPV’’
NPV’ = NPV positif hasil percobaan nilai
NPV’’ = NPV negatif hasil percobaan nilai
i = tingkat bunga
5. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio)
Gross Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan
kotor dengan biaya kotor yang telah dirupiahkan sekarang atau dipersen valuekan
(Admosudirjo, 1987). Kriteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan
dipilih apabila Gross B/C > 1, sebaliknya bila proyek mempunyai gross B/C < 1
tidak akan dipilih.
Gross B/C = Bt / (1 + i)’ Ct / (1 + i)’ Ket :
Bt = keuntungan kotor pada tahun ke t
Ct = biaya kotor pada tahun ke t.
K. Landasan Teori
Kupang merah (Musculita senhausia) merupakan salah satu hasil
perikanan laut yang masih dalam kelompok kerang-kerangan, dan memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi diantaranya yaitu protein sebesar 10,85%,
lemak 2,68% dan karbohidrat 1,02% (Prayitno, 2001). Selain dapat bermanfaat,
kupang juga dapat terakumulasi oleh logam berat yang berbahaya yang dapat
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
(2007), kadar Cadmium dalam kupang merah 1,254 ppm. Upaya untuk
menurunkannya yaitu dengan menggunakan sekuestran (zat pengikat logam)
berupa asam salah satunya asam sitrat. Menurut Anwar (1988) dalam Indasah
(2007), asam sitrat merupakan food aditif yang bersifat mengikat logam (chelating
agent) sehingga dapat membebaskan bahan makanan dari cemaran logam.
Kemampuan pengelatan asam-asam organik disebabkan oleh kandungan gugus
asam karboksilat. Asam laktat mempunyai satu gugus asam, asam malat dan
tartrat 2 gugus asam dan asam sitrat 3 gugus asam, maka asam sitrat mempunyai
efek pengelatan yang paling kuat (Tranggono, 1990). Hasil penelitian yang telah
dilakukan asam sitrat mampu menurunkan Cd berkisar antara 97,5% - 98,9%.
Saus adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna
menarik (biasanya merah) atau bubur daging, mempunyai aroma dan rasa yang
merangsang (sama dengan tanpa rasa pedas). Walaupun mengandung air dalam
jumlah besar, saos mempunyai daya simpan panjang karena mengandung asam,
gula, garam dan seringkali diberi pengawet (Arkham, dkk, 2010).
Pemberian asam berpengaruh terhadap nilai gizi dari saus kupang
merah. Pengaruhnya yaitu dapat menyebabkan terhidrolisisnya protein yang lebih
lanjut, yaitu pemecahan beberapa molekul-molekul kompleks menjadi molekul
yang lebih sederhana seperti protease, polipeptida, peptida, asam amino, NH3 dan
unsur N. Menurut Suhardi (1988), protein dapat dihidrolisa oleh asam, basa atau
enzim. Hidrolisa dengan menggunakan asam dapat diperoleh molekul yang lebih
sederhana seperti asam amino. Triptofan oleh asam dapat mengalami penguraian
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Menurut Anglemier dan Montgomery (1976), semakin lama
perendaman, maka semakin terjadi penurunan kadar protein karena terlepasnya
ikatan-ikatan struktur protein sehingga akan terbentuk molekul-molekul yang
lebih sederhana yang menyebabkan komponen protein terlarut dalam air.
Asam juga berpengaruh terhadap lemak. Dengan adanya asam, maka
protein, lemak beserta mineral-mineral pada membran sel akan mengalami lisis
(proses keluarnya cairan pada membran sel) sehingga mengakibatkan penurunan
sifat kimia pada membran sel (Wildan Yatim, 2001). Asam sitrat dapat memecah
lemak untuk membentuk asetat dan dilepaskan energi serta diproduksi CO2 dan
air sedangkan produk akhir adalah oxaloacetat.
Proses pengikatan yang dilakukan asam sitrat terhadap logam Cd yaitu
dengan adanya asam sitrat yang mempunyai 3 elektron bebas pada molekulnya
yaitu pada gugus karboksilat yang dapat diberikan ion logam sehingga
menyebabkan terbentuknya ion kompleks yang dengan mudah larut dalam air,
asam sitrat secara simultan mengkoordinasi tempat pada sebuah atom logam (Cd)
dengan 3 bilangan koordinasi yang merupakan kompleks yang mantap, maka Cd
akan terlepas dan berikatan dengan ion OH- dan COO- yang ada pada asam sitrat
membentuk senyawa Cd sitrat (Gaman dan Sherington, 1994).
L. Hipotesa
Diduga konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman berpengaruh
terhadap kandungan cadmium, kandungan gizi dan sifat organoleptik saus kupang
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pengolahan
Pangan, Laboratorium Analisa Pangan, Laboratorium Uji Inderawi Jurusan
Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri UPN ”Veteran” Jawa Timur,
Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Muhammadyah Malang dan Laboratorium Kesehatan Daerah
Surabaya pada bulan Juni – Agustus 2010.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Kupang Merah
(Musculita senhausia) yang berasal dari pantai Kenjeran, asam sitrat, air, gula
merah dan tepung beras.
Bahan yang digunakan untuk analisa kimia meliputi aquadest, Na2SO4,
H2SO4, HgO, NaOH, HCl, HNO3 dan indikator PP.
C. Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan saus kupang meliputi timbangan
analitik, blender, penggorengan, kompor gas, baskom, botol timbang, oven, kain
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Alat yang digunakan untuk analisa saus kupang antara lain:
Spektrofotometri Serapan Atom, labu Kjeldahl, oven, analitic digital, erlenmeyer,
dan labu ukur.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial dengan dua faktor dan tiga kali ulangan.
Faktor-faktor yang digunakan dalam percobaan adalah konsentrasi asam sitrat
(b/v) dan lama perendaman.
Faktor I : Konsentrasi asam sitrat (b/v), terdiri dari empat level yaitu A1 = 0%
A2 = 2,5% A3 = 5,0% A4 = 7,5%
Faktor II : Lama perendaman, terdiri dari tiga level yaitu : B1 = 30 menit
B2 = 60 menit B3 = 90 menit
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Keterangan :
A1B1 = Konsentrasi asam sitrat 0% dan Lama perendaman 30 menit
A2B1 = Konsentrasi asam sitrat 2,5% dan Lama perendaman 30 menit
A3B1 = Konsentrasi asam sitrat 5% dan Lama perendaman 30 menit
A4B1 = Konsentrasi asam sitrat 7,5% dan Lama perendaman 30 menit
A1B2 = Konsentrasi asam sitrat 0% dan Lama perendaman 60 menit
A2B2 = Konsentrasi asam sitrat 2,5% dan Lama perendaman 60 menit
A3B2 = Konsentrasi asam sitrat 5% dan Lama perendaman 60 menit
A4B2 = Konsentrasi asam sitrat 7,5% dan Lama perendaman 60 menit
A1B3 = Konsentrasi asam sitrat 0% dan Lama perendaman 90 menit
A2B3 = Konsentrasi asam sitrat 2,5% dan Lama perendaman 90 menit
A3B3 = Konsentrasi asam sitrat 5% dan Lama perendaman 90 menit
A4B3 = Konsentrasi asam sitrat 7,5% dan Lama perendaman 90 menit
Menurut Gasperz (1991), model statisitika untuk perlakuan faktorial yang
terdiri dari dua faktor dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah
sebagai berikut:
Yijk : µ + αi + βj + (αβ)ij + εij
Keterangan :
Yijk :Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang mempengaruhi
kombinasi i & j (taraf ke-I dari factor I & taraf ke-j dari faktor II)
µ : Nilai tengah umum (rata – rata sesungguhnya)
αi : Pengaruh perlakuan ke-I dari faktor I
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
(αβ) : Pengaruh interaksi factor I ke-I dari faktor II ke-j
i : 1,2,…..,p
ε : Galat percobaan pada perlakuan ke-I pada faktor I dan perlakuan ke-j
pada faktor II
j : 1,2,…….,n
k : 1,2,…….,r
Analisis data yang digunakan adalah analisis varians dan jika terdapat perbedaan
nyata dilajutkan dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
1. Peubah Penelitian
Peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Peubah tetap
- Jenis kupang : kupang merah (100 gr) - Proporsi kupang : volume air = 1 : 5 (b/v) - Penambahan gula merah 10%
- Lama dan suhu pemanasan I 100°C selama 30 menit
- Lama dan suhu pemansan II 100°C selama 15 menit
- Panambahan bahan pengisi 10%
b. Peubah Berubah
- Konsentrasi asam sitrat 0% ; 2,5% ; 5,0% dan 7,5%
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
E. Parameter yang diamati 1. Bahan baku
Kupang
Kadar Air dengan Metode Oven (Sudarmadji, 1997)
Kadar Protein dengan Metode Kjeldahl (Sudarmadji, 1997) Kadar Cadmium (Cd) dengan metode AAS
2. Saus Kupang
Kadar Air dengan Metode Oven (Sudarmadji, 1997)
Kadar Protein dengan Metode Kjeldahl (Sudarmadji, 1997) Kadar Cadmium (Cd) dengan metode AAS
Total asam (Sudarmadji, 1996) Rendemen (Hartanti, dkk,2003)
Organoleptik (aroma, kekentalan dan rasa) dengan uji Hedonik scale scoring (Rahayu,2001)
F. Prosedur penelitian
Proses pembuatan saus kupang merah : a. Penimbangan
Kupang merah ditimbang sebanyak 100 gr untuk setiap sampel.
b. Pencucian I
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air mengalir yang bertujuan untuk
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
c. Perendaman
Kupang yang telah bersih selanjutnya direndam asam sitrat dengan konsentrasi
0%; 2,5%; 5,0% dan 7,5% selama masing-masing 30 menit, 60 menit dan 90
menit. Tujuan dari perendaman ini yaitu untuk menghilangkan kandungan
logam berat yang ada pada tubuh kupang.
c. Penirisan I
Kupang yang telah direndam kemudian ditiriskan sebelum direbus untuk
membuang larutan asam sitrat pada waktu perendaman dan untuk mengurangi
jumlah asam sitrat yang menempel di tubuh kupang.
d. Pencucian II
Pencucian dilakukan untuk mengurangi tingkat keasaman atau jumlah asam
yang menempel pada tubuh kupang.
e. Penirisan II
Penirisan dilakukan untuk meminimalkan air pada kupang merah setelah
dilakukan pencucian.
f. Penggilingan dan Penyaringan
Setelah kupang masak kemudian digiling dengan menggunakan blender
selama 10 menit, kemudian dilanjutkan penyaringan dengan menggunakan kain
saring untuk memisahkan ampas dan sarinya sehingga dihasilkan filtrat kupang.
g. Pemanasan I
Perebusan kupang dilakukan dengan perbandingan air 1 : 5 dengan suhu 100°C
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
h. Pencampuran dan Pemanasan II
Filtrat kupang merah yang telah dihasilkan sebanyak 200 ml selanjutnya
ditambahkan gula merah 10 gr dan tepung beras 10 gr. Kemudian direbus sampai
U PN ‘’Vet eran’’ Jawa Timur
Gambar 4. Proses Pembuatan Saus Kupang Merah Penggilingan blender, selama 10 menit
Pencucian I
Pemerasan dan Penyaringan
Perendaman dalam larutan asam sitrat Kupang : vol. larutan perendaman = 1:3
Pemanasan II, selama 15 menit
Pemanasan I, suhu 100°C, selama 30 menit Penirisan II
Penimbangan (100 gr untuk tiap sampel)
Pencucian II Penirisan I Kupang merah
- Konsentrasi asam sitrat (0%, 2,5%, 5,0%, 7,5%) - Lama Perendaman
(30, 60, 90 menit)
Filtrat
Gula merah 10% (b/b) Tepung beras 10% (b/b)
Saus kupang merah - Kadar Protein
- Kadar air - Kadar Cd
Air 1 : 5 (b/v)
Analisa : Organoleptik : - Kadar Protein - Aroma - Kadar Air - Rasa - Kadar Cd
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari analisa bahan
baku pembuatan saus kupang merah yaitu kupang merah (Musculita senhausia),
kemudian dilanjutkan dengan analisa produk saus kupang merah yang terdiri dari
analisa kimia, fisik dan organoleptik. Analisa dilanjutkan dengan analisa
keputusan dan finansial yang didasarkan pada segi ekonomis apabila produk ini
digunakan sebagai produk industri.
A. Hasil Analisa Bahan Baku
Analisa bahan baku yang dilakukan adalah analisa kadar protein, kadar air,
dan kadar cadmium. Hasil analisa bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil analisa kupang merah
Kupang Merah segar Parameter
Analisa Literatur *
Kadar Protein (%) Kadar Air (%)
Hasil analisa bahan awal menunjukkan bahwa kupang merah mengandung
kadar protein 16,649%, kadar air 77,655% dan kadar Cd 0,95 ppm. Sedangkan
menurut Prayitno, dkk (2000), kupang merah mengandung kadar protein 10,854%
dan kadar air 75,70%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil analisa awal
kupang merah memiliki kadar protein dan kadar air yang lebih tinggi, ini
dikarenakan habitat kupang merah, musim serta waktu pengambilan yang
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
Hasil analisa bahan awal menunjukkan bahwa kupang merah mengandung
kadar Cd yang lebih tinggi dibandingkan yang ada di literatur. Ini disebabkan
karena kupang mempunyai sifat hidup yang menetap, lambat untuk menghindari
diri dari pencemaran dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi
logam tertentu sehingga dapat mengakumulasi logam lebih besar dari hewan air
lainnya (Darmono, 2001). Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk penurunan
logam berat Cd pada tubuh kupang yaitu dengan cara perlakuan konsentrasi asam
sitrat dan lama perendaman, karena asam sitrat berfungsi sebagai chelating agent
(mengikat logam).
B. Hasil Analisa Saus Kupang Merah 1) Kadar Protein
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan terdapat
interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama
perendaman terhadap kadar protein saus kupang merah. Demikian juga
masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar protein saus kupang merah.
Nilai rata-rata kadar protein saus kupang merah dengan perlakuan konsentrasi
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
Tabel 5. Nilai rata-rata kadar protein saus kupang merah dengan perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman.
Konsentrasi
Keterangan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan terdapat perbedaan yang nyata (p ≤ 0,05).
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata kadar protein saus kupang
merah berkisar antara 10,273 – 14,490%. Pada perlakuan konsentrasi asam sitrat
7,5% dan lama perendaman 90 menit memberikan hasil kadar protein saus kupang
terendah (10,273), sedangkan pada perlakuan penambahan asam sitrat 0% dan
lama perendaman 30 menit memberikan hasil kadar protein saus kupang merah
tertinggi (14,490%).
Hubungan antara konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
Gambar 5. Hubungan antara perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap kadar protein saus kupang merah.
Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
sitrat dan semakin lama waktu perendaman, maka kadar protein saus kupang
merah yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena
terhidrolisisnya protein kupang oleh asam sitrat menjadi asam-asam amino dan
ikatan peptida lainnya, banyaknya senyawa-senyawa protein yang terhidrolisa
dapat menyebabkan terbukanya ikatan-ikatan peptida pada sebagian molekulnya,
sehingga akan terbentuk molekul-molekul yang lebih sederhana dan larut dalam
air, sehingga mengakibatkan semakin larutnya protein.
Menurut Suhardi (1988), protein dapat dihidrolisa oleh asam, basa atau
enzim. Hidrolisa menggunakan asam dapat diperoleh molekul yang lebih
sederhana seperti asam amino. Triptofan oleh asam dapat mengalami dekomposisi
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
2) Total Asam
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa
terdapat interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan konsentrasi asam sitrat
dan lama perendaman terhadap total asam saus kupang merah. Demikian juga
masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap total asam saus kupang
merah. Nilai rata-rata total asam saus kupang merah dengan perlakuan konsentrasi
asam sitrat dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai rata-rata total asam saus kupang merah dengan perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman.
Konsentrasi Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada p ≤ 0,05
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata total asam saus kupang
berkisar antara 0,241 – 0,768%. Pada perlakuan konsentrasi asam sitrat 0% dan
lama perendaman 30 menit memberikan hasil total asam saus kupang merah
terendah (0,241), sedangkan pada perlakuan konsentrasi asam sitrat 7,5% dan
lama perendaman 90 menit memberikan hasil total asam saus kupang merah
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
Hubungan antara konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap
total asam saus kupang merah dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap total asam saus kupang merah.
Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
sitrat dan semakin lama waktu perendaman, maka total asam saus kupang merah
yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi
konsentrasi dan lama perendaman, maka molekul asam yang terdifusi ke dalam
kupang semakin banyak sehingga jumlah kandungan asam dalam produk akan
meningkat. Anonimous (2010), menyatakan bahwa ion H+ sangat berpengaruh
terhadap keasaman sehingga semakin asam kupang merah yang digunakan, maka
akan menghasilkan total asam saus kupang merah yang semakin meningkat.
Winarno (1992), bahwa penggunaan konsentrasi asam sitrat yang tinggi
mengakibatkan persentase asam yang tidak terurai meningkat dan semakin banyak
molekul asam yang tidak terdisosiasi, sehingga banyak menghasilkan jumlah ion
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
3) Kadar Cadmium
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa
terdapat interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan konsentrasi asam sitrat
dan lama perendaman terhadap kadar Cd saus kupang merah. Demikian juga
masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar cadmium saus
kupang merah. Nilai rata-rata kadar Cd saus kupang merah dengan perlakuan
konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai rata-rata kadar cadmium saus kupang merah dengan perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman.
Konsentrasi Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata pada p ≤ 0,05
Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata kadar cadmium saus kupang merah
berkisar antara 0,015 – 0,058%. Pada perlakuan konsentrasi asam sitrat 0% dan
lama perendaman 30 menit memberikan hasil kadar cadmium saus kupang merah
tertinggi (0,058), sedangkan pada perlakuan konsentrasi asam sitrat 7,5% dan
lama perendaman 90 menit memberikan hasil kadar cadmium saus kupang merah
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
Hubungan antara konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap
total asam saus kupang merah dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 7. Hubungan antara perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap kadar cadmium saus kupang merah.
Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
sitrat dan semakin lama perendaman, maka kadar cadmium semakin rendah. Hal
ini disebabkan karena asam sitrat berfungsi sebagai chelating agent (mengikat
logam). Sehingga semakin banyak konsentrasi asam sitrat dan semakin lama
perendaman, maka semakin banyak logam berat Cd yang hilang karena asam
sitrat memiliki 3 elektron bebas pada gugus karboksilatnya yang dapat mengikat
logam Cd sehingga menyebabkan terbentuknya ion kompleks yang dengan mudah
larut dalam air.
Anwar (1988) dalam Indasah (2007), mengatakan bahwa asam sitrat
merupakan food aditif yang bersifat mengikat logam (chelating agent) sehingga
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
Menurut Rivai (1995), asam sitrat mempunyai 3 pasangan elektron bebas
pada gugus karboksilat yang dapat diberikan ion logam sehingga menyebabkan
terbentuknya ion kompleks yang dengan mudah larut dalam air. Cd terikat dalam
protein membentuk senyawa metallothionein (protein pengikat logam), dengan
adanya asam sitrat maka Cd akan terlepas dan berikatan dengan ion OH- dan
COO- yang ada pada asam sitrat membentuk senyawa Cd sitrat.
4) Kadar Air
Hasil analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan terdapat interaksi yang
nyata (P≤0,05) antara perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman,
demikian juga masing – masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar air
saus kupang merah. Nilai rata-rata kadar air saus kupang merah antara perlakuan
konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai rata-rata kadar air saus kupang merah dengan perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman.
Konsentrasi
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata kadar air saus kupang merah
berkisar antara 64,621 – 80,420%. Pada perlakuan konsentrasi asam sitrat 7,5%
dan lama perendaman 90 menit memberikan hasil kadar air saus kupang merah
terendah (64,621%), sedangkan pada perlakuan konsentasi asam sitrat 0% dan
lama perendaman 30 menit memberikan hasil kadar air saus kupang merah
tertinggi yaitu sebesar (80,420%).
Hubungan antara konsentasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap
kadar air saus kupang merah dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan antara perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap kadar air saus kupang merah.
Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
sitrat dan semakin lama waktu perendaman, maka kadar air saus kupang merah
yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini terjadi karena semakin tinggi
konsentrasi asam sitrat dan semakin lama waktu perendaman, dapat
mengakibatkan kadar protein (pada Tabel 5) saus kupang merah yang dihasilkan
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
pengikatan molekul hidrogen oleh asam amino dan karena protein bersifat mudah
mengikat air sehingga menyebabkan air pada pembuatan saus kupang merah
semakin rendah.
Pendapat ini di dukung oleh Menurut Karmas dan Dimaico (1970) dalam
Suhardi (1988), asam amino non polar (isoleusin, leusin, metionin, valin)
menunjukkan sifat mengikat air yang kuat.
5) Rendemen
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa
terdapat interaksi yang nyata (p ≤ 0,05) antara perlakuan konsentrasi asam sitrat
dan lama perendaman, demikian juga masing-masing perlakuan berpengaruh
nyata terhadap rendemen saus kupang merah. Nilai rata-rata rendemen saus
kupang merah dengan perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai rata-rata rendemen saus kupang merah dengan perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman.
Konsentrasi Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata rendemen saus kupang merah
berkisar antara 40,180-53,640%. Pada perlakuan konsentrasi asam sitrat 0% dan
lama perendaman 30 menit memberikan hasil rendemen saus kupang merah
tertinggi (53,640%), sedangkan pada perlakuan konsentrasi asam sitrat 7,5% dan
lama perendaman 90 menit memberikan hasil rendemen saus kupang merah
terendah (40,180%).
Hubungan antara konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap
rendemen saus kupang merah dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Hubungan antara perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman terhadap rendemen saus kupang merah.
Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin tinggi kosentrasi dan
semakin lama waktu perendaman, maka rendemen saus kupang merah semakin
menurun. Hal ini disebabkan karena dengan semakin tinggi konsentrasi asam,
maka kadar protein dan kadar air saus kupang merah yang dihasilkan menurun.
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
proton dalam larutan, sehingga menurunkan daya ikat protein terhadap air
sehingga rendemen saus kupang merah menurun, begitu juga sebaliknya semakin
rendah konsentrasi asam sitrat maka air yang terikat akan semakin meningkat
sehingga rendemen saus kupang merah akan meningkat.
Menurut Karmas dan Dimaico (1970) dalam Suhardi (1988), asam amino
non polar (isoleusin, leusin, metionin, valin) menunjukkan sifat mengikat air yang
kuat.
C. Hasil Uji Organoleptik Saus Kupang Merah
Kualitas bahan pangan dapat diketahui dengan tiga cara, yaitu kimiawi,
fisik dan sensorik. Diterima atau tidaknya bahan pangan oleh konsumen banyak
ditentukan oleh faktor mutu terutama mutu organoleptik.
Uji organoleptik dilakukan oleh 20 orang panelis, dimana panelis diminta
tanggapan pribadinya tentang kesukaan dan sebaliknya terhadap aroma dan rasa
dari saus kupang yang diberi perlakuan konsentrasi asam sitrat dan lama
perendaman. Hasil penelitian pada saus kupang merah dengan perlakuan
konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman yang dihasilkan, diujikan secara
organoleptik meliputi :
1) Aroma
Berdasarkan uji Friedman (Lampiran 8) menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi asam sitrat dan lama perendaman tidak berpengaruh nyata (p ≤ 0,05)
U PN ‘’V et eran’’ Jawa Timur
kesukaan aroma saus kupang merah dengan perlakuan konsentrasi asam sitrat dan
lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Total ranking uji kesukaan aroma saus kupang merah Perlakuan
Konsentrasi asam sitrat (%) Keterangan : Semakin tinggi nilai maka semakin disukai
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis
terhadap aroma saus kupang merah didapatkan total ranking kesukaan 116,5 –
138,5. Total ranking tertinggi terdapat pada saus kupang merah dengan
konsentrasi asam sitrat 2,5% dan lama perendaman 90 menit yaitu sebesar 138,5,
sedangkan total ranking terendah terdapat pada saus kupang merah dengan
perlakuan konsentrasi 7,5% dan lama perendaman 90 menit yaitu sebesar 116,5.
Hal ini disebabkan karena aroma kupang tidak terlalu tajam.
Menurut Soeparno (2005), aroma ditentukan oleh bumbu-bumbu yang
ditambahkan. Pada penelitian kali ini jumlah bumbu-bumbu dan bahan penyedap
yang diberikan pada setiap perlakuan sama, sehingga tidak mempengaruhi aroma