• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Tenka no Setsuzokushi dalam Novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Tenka no Setsuzokushi dalam Novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGGUNAAN TENKA NO SETSUZOKUSHI DALAM

NOVEL NORWEI NO MORI KARYA HARUKI

MURAKAMI

OLEH

LUH GEDE DWI PRADNYANDARI 1201705005

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)
(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, karena berkat asung kerta wara nugraha-Nyalah penulisan

skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul ‘Penggunaan Tenka no

Setsuzokushi Dalam Novel Norwei No Mori karya Haruki Murakami’ ini disusun

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana dalam jenjang srata satu

pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Udayana.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada I Nyoman Rauh Artana, S.S., M.Hum. selaku

pembimbing pertama yang telah memberikan saran, masukan, serta bimbingan

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan

terimakasih sebesar-besarnya kepada Ni Putu Luhur Wedayanti, S.S., M.Hum.

selaku pembimbing kedua yang selalu meluangkan waktunya, memberikan

bimbingan, semangat, dorongan dan masukan-masukan yang bermanfaat hingga

selesainya skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas

Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas

yang telah disediakan selam penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

(4)

Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ni Luh

Sutjiati Beratha, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Udayana atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menempuh

pendidikan program sarjana.

Pada kesempaan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada

Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang

Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Terimakasih yang

sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada para penguji skripsi, I Gede Oeinada, S.S,

M.Hum., Ni Made Andry Anita Dewi,S.S., M.Hum.,dan Renny Anggraeny, S.S.,

M.Pd yang telah memberikan saran dan masukan hingga skripsi ini dapat

terwujud. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada

Direktorat Pendidikan Tinggi yang telah memberikan bantuan biaya hidup melalui

Beasiswa Bidikmisi yang telah membantu meringankan beban penulis dalam

menyelesaikan studi ini.

Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada seluruh dosen di Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya

Universitas Udayana yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan yang

sangat bermanfaat selama penulis menempuh pendididkan sebagai mahasiswa

Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.

Terimakasih pula kepada kedua orang tua tercinta I Komang Gede

(5)

v

dukungan dan doa yang tiada henti dengan penuh kasih sayang yang membuahkan

optimisme penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Terimakasih juga kepada semua saudara saudara saya, Eka Suastuti, A.md.,SE

kakak tercinta yang selalu mendoakan dan memberi semangat, Tri Pradnyani

saudara kembar yang selalu setia menemani, kemanapun, dimanapun, kapanpun

dan selalu mendukung serta memberi semangat, begitu pula kepada kedua adik

tercinta Catur Anggraeni dan Panca Kusuma Wardani yang selalu menghibur

memberikan semangat, dorongan dan doa kepada penulis.Terimaksih juga penulis

ucapkan kepada teman-teman angkatan 2012 atas kebersamaannya selama ini baik

suka maupun duka, terimakasih pula kepada orang-orang terdekat,

sahabat-sahabat yang selalu mendukung, Siska, Arim, Prisma, Eka Meri, Wahyu, Ryu,

serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini yang

penulis tidak bisa sebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membantu demi penyempurnaan

penelitian ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada

semua pihak.

Denpasar, Maret 2016

(6)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Penggunaan Tenka no Setsuzokushi dalam novel

Norwei no Mori Karya Haruki Murakami”. Penelitian ini mengkaji tentang struktur dan makna dari tenka no setsuzokushi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis yang diambil dari novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami jilid 5-6. Tenka no Setsuzokushi dalam novel ini ada tujuh yaitu,

omakeni, shikamo, soshite, sonoue, sorekara, soreni, dan mata

Teori yang digunakan mengacu pada pendapat dari Makino dan Tsutsui (1994) dan Pateda (2001). Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan metode agih. Kemudian hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode informal.

Berdasarkan data yang telah dianalisis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa omakeni, shikamo, soshite, sonoue, sorekara, soreni, dan mata dapat berkonstruksi dengan klausa pertama, berkonstruksi dengan kalimat sebelumnya, dan dapat berkonstruksi dengan godan dooshi, ichidan dooshi, henkaku dooshi, meishi dan keiyooshi namun tidak dapat berkonstruksi dengan nakeiyooshi.

Omakeni memiliki dua buah makna yaitu menderetkan hal yang sejajar dan memberikan informasi tambahan terhadap sesuatu hal. Shikamo memiliki satu buah makna yaitu memberikan informasi tambahan penting terhadap sesuatu hal. Selain itu, ditemukan juga makna dari soshite yaitu mengurutkan peristiwa berdasarkan ingatan. Sorekara memiliki makna menyatakan peristiwa berdasarkan urutan waktu. Sementara itu sonoue memiliki makna memberikan informasi tambahan terhadap sesuatu hal yang biasanya digunakan dalam bentuk formal sedangkan soreni memiliki makna memberikan informasi tambahan terhadap sesuatu hal tetapi digunakan dalam bentuk nonformal. Mata memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan tambahan dari subjek yang sama.

(7)

vii

要旨

本論文 話題 春樹村 小説 ノ イ 森 あ 天

接続詞 使い方 あ 本研究 目的 天 接続詞 形 意味

ま データ ノ イ 森 ボ ュー 5 ~ 6 言う小説

取 ノ イ 森 小説 天 接続詞 七 あ そ

まけ そ 祖 そ そ ま あ

本研究 使用 理論 牧野 筒井(1994) Pateda (2001) あ

研究方法論 あ データ収集 データ 析 析結果 あ

本論文 結果 まけ そ そ そ

そ ま 節 初 文章 後 構成 い そ 動

詞 一段動詞 変格動詞 詞 形容詞 構成 い 形容詞 並

べ い

まけ 意味 あ そ 並べ 天 イン

フォ ーション 供給 そ 意味 一 あ

そ 大 インフォ ーション 供給 そ そ

意味 件 記憶 按摩 そ そ 意味 件 時

間 按摩 そ 意味 正式 環境 天 インフォ ーショ

ン 供給 ま そ 意味 ノンフォマ 天 インフォ

ーション 供給 ま 意味 主語 天 件 按摩

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..i

LEMBAR PENGESAHAN………..ii

KATA PENGANTAR………..iii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA………...vi

要旨………..vii

DAFTAR ISI………...viii

DAFTAR SINGKATAN……….xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

1.5 Ruang lingkup ... 7

1.6 Sumber Data ... 7

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ... 7

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 7

(9)

ix

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.2 Konsep ... 13

2.3 Kerangka Teori ... 26

2.3.1 Sintaksis ………....26

2.3.2 Semantik ………..27

BAB III STUKTUR KALIMAT TENKA NO SETSUZOKUSHI 3.1 Struktur Kalimat Tenka no Setsuzokushi {~omakeni}………..29

3.1.1 Konstruksi Dooshi dengan Tenka no Setsuzokushi {~omakeni} ... 29

3.2 Struktur kalimat Tenka no Setsuzokushi {~shikamo} ... 31

3.2.1 Konstruksi Klausa1dan Klausa2dengan Tenka no Setsuzokushi shikamo.32 3.3 Struktur Kalimat Tenka no Setsuzokushi {~soshite}………33

3.3.1Konstruksi Dooshi dengan Tenka no Setsuzokushi {~soshite}………….33

3.3.2 Konstruksi Keiyooshi denganTenka no Setsuzokushi {~soshite}...38

3.4 Struktur Kalimat Tenka no Setsuzokushi {~sonoue}………...39

3.4.1 Konstruksi Dooshi dengan Tenka no Setsuzokushi {~sonoue}………….40

3.5 Struktur Kalimat Tenka no Setsuzokushi {~sorekara}……….41

3.5.1 Konstruksi Dooshi dengan Tenka no Setsuzokushi{~sorekara}………..42

3.6 Struktur Kalimat Tenka no Setsuzokushi {~soreni}……….45

3.6.1Konstruksi Dooshi dengan Tenka no Setsuzokushi {~soreni}…………..45

(10)

3.6.3 Konstruksi Keiyooshi dengan Tenka no Setsuzokushi {~soreni}……...50

3.7 Struktur Kalimat Tenka no Setsuzokushi {~mata}………...51

3.7.1 Konstruksi Dooshi dengan Tenka no Setsuzokushi {~mata}…………....52

3.7.2 Konstruksi Keiyooshi dengan Tenka no Setsuzokushi {~mata}………..54

BAB IV MAKNA TENKA NO SETSUZOKUSHI 4.1 Makna Omakeni………..56

4.1.1 Menderetkan Hal yang Sejajar……….56

4.1.2 Memberikan Informasi Tambahan Terhadap Sesuatu Hal………..57

4.2 Makna Shikamo………...59

4.2.1 Memberikan Informasi Tambahan Terhadap Sesuatu Hal………..59

4.3 Makna Soshite……….60

4.3.1 Mengurutkan Peristiwa Berdasarkan Ingatan………..61

4.4 Makna Sonoue……….63

4.4.1 Menyatakan Tambahan Perrnyataan yang Tegas……….63

4.5 Makna Sorekara………..64

4.5.1 Menyatakan Peristiwa Berdasarkan Urutan Waktu……….65

4.6 Makna Soreni………..67

4.6.1 Memberikan Informasi Tambahan Terhadap Sesuatu Hal………..67

4.7 Makna Mata………....69

(11)

xi BAB V KESIMPULAN

5.1 Simpulan ………...71

5.2 Saran………..73

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR SINGKATAN

DAFTAR KAMUS

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR SINGKATAN

KOP : Kopula

AKU : Akusatif

DAT : Datif

NOM : Nominatif

GEN : Genetif

TOP : Topik

SHU : Shuujoshi

BTK.LAMP : Bentuk lampau

BTK. SDG : Bentuk sedang

BTK. NEG :Bentuk negatif

NAM.ORG : Nama orang

ADIJG : A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar

ADAJG : A Dictionary Advanced Japanese Grammar

NBJ : Nihon Bunkei Jiten

(13)

xiii NBHB :Nihon Bunpou Hand Book

S1 : Sentence 1

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di dunia ini sangat beragam,

dan keberagaman tersebut dilatarbelakangi oleh keberagaman budaya penuturnya.

Dewasa ini, seseorang selain menguasai bahasa ibu, sering juga mampu

menguasai bahasa asing lainnya, salah satunya adalah bahasa Jepang. Bahasa

Jepang merupakan bahasa resmi yang dipakai oleh masyarakat Jepang untuk

berkomunikasi. Namun akhir-akhir ini sejalan dengan perkembangan teknologi

dan informasi serta kebutuhan komunikasi dengan negara Jepang, bahasa Jepang

banyak dipelajari di negara lain. Untuk mempelajari bahasa Jepang diperlukan

suatu pemahaman mengenai aturan-aturan untuk memahami bahasa tersebut.

Salah satu hal yang sangat penting untuk dipahami dalam mempelajari bahasa

Jepang adalah penggunaan kata sambung atau konjungsi.

Dalam bahasa Jepang konjungsi disebut dengan setsuzokushi. Setsuzokushi

adalah kelas kata yang dipakai untuk menghubungkan atau merangkaikan dua

buah kata atau lebih, klausa, kalimat dengan kalimat yang lainnya, akibat dari

kalimat sebelumnya dinyatakan pada kalimat berikutnya, dan kata tersebut

menunjukkan hubungan seperti apa yang ditunjukkan oleh kalimat sebelumnya

(15)

2

penggunaan masing-masing setsuzokushi sesuai dengan jenis dari setsuzokushi

tersebut. Jenis-jenis setsuzokushi sangat beragam, seperti heiritsu no setsuzokushi, sentaku no setsuzokushi, tenka no setsuzokushi, gyakusetsu no setsuzokushi, joken no setsuzokushi, tenkan no setsuzokushi, setsumei no setsuzokushi (Isami dalam Sudjianto,1986;101).

Penelitian ini memfokuskan pada penelitian mengenai tenka no setsuzokushi. Tenka no setsuzokushi merupakan konjungsi yang berfungsi untuk menyatakan bahwa tindakan atau keadaan yang dinyatakan sebelum setsuzokushi

tersebut dilanjutkan dengan tindakan atau keadaan yang dinyatakan dalam kalimat

berikutnya, dan penjelasan yang terdapat dalam kalimat setelah setsuzokushi

tersebut memperkuat pernyataan yang telah disebutkan sebelum setsuzokushi

tersebut (Nagayama dan Murakami dalam Sudjianto, 1996;102). Kelas kata yang

termasuk dalam tenka no setsuzokushi adalah omakeni, shikamo, soshite, sonoue, sorekara, soreni, nao, dan mata.

Untuk lebih jelas mengetahui penggunaan dari tenka no setsuzokushi,

berikut ini adalah contoh datanya.

1. う 映画 連 い も け 夕食

そう

(NBJ,1994;57)

Kinou, obasan ni eiga ni tsureteittemoratte, omakeni yuushoku made gochisouni natta.

‘Kemarin, bibi menghantarkan saya untuk menonton film, selain itu beliau juga mengajak makan malam.’

(16)

3

2. 日本語 語彙 英語 全然違うし文法も難しい し も 日本語

漢字 あ

(ADIJG,1994;392)

Nihongo wa goi ga eigo to zenzen chigaushi bunpou mo muzukashii. Shikamo, nohongo ni wa kanji ga aru.

‘Kosa kata bahasa Jepang sama sekali berbeda dengan bahasa Inggris, dan tata bahasanya juga sulit. Lagi pula bahasa Jepang memiliki kanji.’

3. 土産 小 く そし 軽いも いい

(NBJ, 1994;170)

Omiyage wa chiisakute, soshite karui mono ga ii.

‘Souvenirnya kecil, dan juga ringan.’

4. 日本語 構造 英語 違うし そ 上漢字 あ アメ

リカ人 習得 難しい

(ADIJG, 1994;416)

Nihongo ha kouso ga eigo to kanari chigaushi, sono ue kanji ga arukara, amerika jin ni wa shuutoku ga muzukashii.

‘ Bahasa Jepang sangat berbeda dengan bahasa Inggris, selain itu dalam bahasa Jepang terdapat kanji, orang Amerika sulit untuk belajar’.

5. 夏休 タイ マレーシアそ インドネシア カ国回

(NBJ, 1994;173)

Natsuyasumi ni Tai, Maresia sorekara Indonesia no 3 ka koku mawattekita.

‘Pada saat liburan musim panas saya telah mengelilingi tiga negara yaitu Thailand, Malaysia setelah itu Indonesia. ‘

6. 私 家 私 夫婦 子供 二人 そ 猫 犬 一匹 い (ADIJG, 1994:427)

Watashi no uchi ni ha watashitachi fuufu to kodomo ga futari, soreni neko to inu ga ippiki zutsu iru.

(17)

4

7. 論文 完成 月 必要 う

(ADAJG, 1994:346)

Kono ronbun o kansei suru made ni wa, nao 2 ka getsu wa hitsuyou darou.

‘Untuk menyelesaikan makalah ini, membutuhkan waktu sekitar lagi 2 bulan.

8. 来年 春 会いし

(ADAJG, 1994:248)

Rainen no haru, mata oaishimasu.

‘Saya akan bertemu kamu lagi pada saat musim semi tahun depan’.

Dari contoh pemakaian kalimat di atas terlihat penggunaan tenka no setsuzokushi memiliki perbedaan struktur kalimat namun memiliki makna yang hampir sama sehingga sulit untuk membedakan dalam penggunaannya.

Untuk lebih jelasnya penelitian ini akan menjelaskan mengenai penggunaan

tenka no setsuzokushi yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami, sehingga melalui penelitian ini dapat memudahkan

pemahaman bagi pembelajar bahasa Jepang khususnya dalam bidang ilmu

(18)

5

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur kalimat tenka no setsuzokushi pada novel Norwei no mori karya Haruki Murakami?

2. Bagaimanakah makna tenka no setsuzokushi pada novel Norwei no mori

karya Haruki Murakami?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini

mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan

tersebut adalah sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

linguistik khususnya dalam bidang kajian sintaksis. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan mengenai tenka no setsuzokushi

khususnya dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui struktur kalimat dari tenka no setsuzokushi dalam novel

(19)

6

2. Mengetahui makna tenka no setsuzokushi dalam novel Norwei no Mori

karya Haruki Murakami.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat terbagi menjadi

dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

informasi teoretis mengenai penggunaan dari tenka no setsuzokushi dalam novel

Norwei no Mori karya Haruki Murakami bagi penelitian berikutnya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi dan menambah kajian pustaka

dalam penelitian mengenai tenka nosetsuzokushi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memudahkan dalam

membedakan penggunaan tenka no setsuzokushi bagi pembelajar bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang tenka no setsuzokushi memiliki kemiripan arti, namun memiliki cara penggunaan yang berbeda dalam kalimat. Jadi sangat sulit bagi

pembelajar bahasa Jepang untuk membedakan dalam penggunaannya. Dengan

demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberi kemudahan apabila ingin

memahami struktur kalimat serta makna dari tenka no setsuzokushi dalam novel

(20)

7

1.5Ruang Lingkup

Agar penelitian ini tidak keluar dari konsep yang dibahas, maka penelitian

ini hanya dibatasi pada struktur kalimat serta makna dari tenka no setsuzokushi

dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami.

1.6Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami. Jilid pertama yang terdiri dari 302 halaman yang terdiri dari lima bab (bab1-5). Sedangkan jilid kedua terdiri dari 293 halaman

yang terdiri dari enam bab (bab 6-11) yang diterbitkan pada tahun 2004 oleh

Kondansha, Tokyo.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Adapun metode dan teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu terdiri

dari tiga metode dan teknik. Ketiga metode dan teknik tesebut yaitu metode dan

teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan yang terakhir yaitu

metode dan teknik penyajian hasil analisis.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan metode simak. Metode simak yaitu metode yang dilakukan dengan

menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto,1993:133). Penggunaan metode simak

dalam penelitian ini yaitu, pertama-tama menyimak penggunaan bahasa yang

(21)

8

Teknik catat adalah teknik yang dilakukan dengan mencatat data-data yang telah

disimak lalu dilanjutkan dengan pengklasifikasian data (Sudaryanto, 1993:135).

Penggunaan teknik catat dalam penelitian ini yaitu, dengan mencatat kalimat yang

mengandung tenka no setsuzokushi yang terdapat pada novel Norwei no Mori

karya Haruki Murakami, setelah data-data dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami terkumpul, lalu dilanjutkan dengan pengklasifikasian data.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya adalah

bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto,1993:15). Dalam penelitian ini,

data-data yang mengandung tenka no setsuzokushi yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami menjadi penentu dari bahasa sasaran penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan teknik dasar dari metode agih yang digunakan

adalah teknik bagi. Teknik bagi dilakukan dengan cara membagi satuan lingual

tertentu menjadi beberapa bagian atau unsur dan unsur-unsur yang bersangkutan

dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang

dimaksud (Sudaryanto,1993: 37). Penggunaan dari teknik ini yaitu data- data yang

terkait dengan tenka no setsuzokushi yang terdapat dalam novel Norwei no Mori

karya Haruki Murakami dibagi satuan kebahasaannya menjadi beberapa bagian

yang membentuk satuan lingual, kemudian disusun dengan analisis.

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data-data terkumpul kemudian dianalisis, selanjutnya yaitu

(22)

9

yaitu metode informal. Metode informal adalah metode yang cara penyajiannya

melalui kata-kata biasa bukan dalam dalam bentuk angka (Sudaryanto,1993:145).

Selanjutnya teknik yang digunakan yaitu teknik informal yaitu dengan menyajikan

hasil analisis data berupa struktur dan makna tenka no setsuzokushi dalam novel

(23)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka dari penelitian sebelumnya baik berupa skripsi,

jurnal maupun tesis yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Berikut adalah

beberapa penelitian yang dijadikan kajian pustaka dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian sebelumnya mengenai setsuzokushi telah dilakukan oleh Anggraini (2014) yang melakukan penelitian tentang setsuzokushi, dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan Makna Uchi ni, Aidani, dan

Kagiri Yang Berfungsi Sebagai Setsuzokushi dalam novel Ryoma ga Yuku karya Routarou Shiba”. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini membahas mengenai

bentuk serta makna yang terkandung dalam uchi ni, aida ni dan kagiri dalam novel Ryoma ga Yuku karya Routarou Shiba dengan menggunakan teori makna dari Pateda. Metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Anggraini adalah metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik

catat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini menunjukkan bahwa uchi ni, aida ni dan kagiri yang berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kelas kata lain dalam bahasa Jepang yaitu, verba, adjektif, dan nomina.

Setsuzokushi tersebut memiliki arti yang hampir sama namun di dalamnya mengandung makna yang berbeda. Setsuzokushi uchi ni dan aida ni mengandung makna adanya dua buah peristiwa atau situasi yang berlangsung dalam waktu

(24)

11

situasi atau tindakan yang terjadi secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri

mengandung makna adanya suatu persyaratan agar suatu hal terjadi. Penelitian

yang dilakukan oleh Anggraini menggunakan metode dan teknik yang sama yaitu

sama-sama menggunakan metode simak dan agih dengan dengan teknik lanjutan

berupa teknik catat, sehingga melalui penelitian yang dilakukan oleh Anggraini

dapat dipahami bagaimana metode dan teknik tersebut diterapkan sehingga dapat

dijadikan sebagai referensi dalam penelitian kali ini.

Dwita (2011) dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Penggunaan

Setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa Karya Akutagawa Ryuunosuke “. Penelitian yang dilakukan oleh Dwita membahas mengenai fungsi

dan makna yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa dan perbedaan penggunaan setsuzokushi ga dan keredomo dalam Novelet Kappa. Metode yang digunakan dalam penelitian Dwita yaitu metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap dalam pengumpulan datanya, kemudian

data tersebut dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik lanjutan yaitu

teknik baca markah, dalam penyajian analisis penelitian ini menggunakan metode

formal dan informal. Dalam penelitian ini, Dwita menggunakan beberapa teori

yaitu teori setsuzokushi ga oleh Takayuki, teori setsuzokushi keredomo oleh Takayuki, dan teori gramatikal oleh Abdul Chaer. Hasil dari penelitian ini yaitu

setsuzokushi ga dan keredomo memiliki empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan

menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang

(25)

12

menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu, ga

lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan keredomo. Selain itu ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk hormat. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Dwita dengan penelitian kali ini adalah sama-sama

membahas mengenai setsuzokushi. Melalui penelitian Dwita, dapat diketahui bagaimana membandingkan dua buah setsuzokushi yang memiliki makna hampir sama sehingga dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian kali ini.

Purnamasari (2011) melakukan penelitian mengenai fukujoshi bakari

dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Penggunaan Fukujoshi Bakari dalam

Novel 1 Rittoru no Namida Karya Aya Kito”. Penelitian yang dilakukan oleh

Purnamasari membahas mengenai variasi bentuk dan makna fukujoshi bakari

dalam novel 1 Rittoru no Namida Karya Aya Kito dengan menggunakan teori

bakari yang dikemukakan oleh Naoko Chino dan teori makna kontekstual. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Purnamasari adalah metode simak dan agih dengan teknik lanjutan berupa teknik

catat. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari

adalah bakari memilki beberapa makna yaitu menunjukkan suatu perkiraan jumlah terendah, menekankan ketunggalan perbuatan oleh kata yang

mendahuluinya, menekankan alasan atau sebab dalam frase bakari ni , dan juga memiliki arti “tidak hanya...tapi juga…” . Bakari dapat digunakan setelah verba

(26)

13

Purnamasari dengan penelitian kali ini adalah menggunakan metode dan teknik

yang sama yaitu sama-sama menggunakan metode simak dan agih dengan dengan

teknik lanjutan berupa teknik catat, sehingga melalui penelitian yang dilakukan

oleh Purnamasari dapat dipahami bagaimana metode dan teknik tersebut

diterapkan sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam proses analisis.

2.2 Konsep

Ada beberapa konsep yang relevan yang digunakan dalam penelitian ini.

Konsep-konsep tersebut adalah setsuzokushi, jenis-jenis setsuzokushi, dan tenka no setsuzokushi sebagai berikut.

2.2.1 Setsuzokushi

Dalam bahasa Jepang, setsuzokushi merupakan salah satu jenis kelas kata. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada pengertian setsuzokushi yang dikemukakan oleh para ahli bahasa Jepang sebagai berikut.

接続詞 品詞 一 単独 文節 構成 以 語

文節 文 文章 職能 先行 表現内容 う

語族 表現 対 関係 示 表現 展開 せ 役目 果

(Setsuzokushi wa hinshi no hitotsu. Tandoku de bunsetsu (matawa ku) o kou sei shi, futatsu ijou no go, bunsetsu (mata wa ku), bun, bunshou o tsunagu shokunou o motsu. Senkou no hyou gennaiyou o ukete, gozoku no hyougen ni taisuru kankei o shimeshi, hyougen o tenkai saseru yakumoku o hatasu).

(27)

14

kalimat sebelumnya menunjukkan hubungan dengan kalimat berikutnya yang berfungsi memperluas kalimat.

(Nihon Bunpo Daijiten; 1997:383) Sedangkan menurut Sudjianto setsuzokushi adalah kelas kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menghubungkan kalimat dengan kalimat,

ataupun merangkaikan bagian-bagian kalimat (Sudjianto,1996:100). Dalam

bahasa Indonesia setsuzokushi disebut konjungsi atau kata sambung. Setsuzokushi tidak dapat menjadi subjek, predikat, objek maupun adverbial.

Menurut Sudjianto (1996:100) fungsi setsuzokushi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Setsuzokushi digunakan untuk merangkaikan, menjajarkan atau mengumpulkan beberapa kata. Dalam hal ini setsuzokushi dipakai di antara kata-kata tersebut .

2. Setsuzokushi digunakan untuk menggabungkan dua klausa atau lebih di dalam suatu kalimat dan menggabungkan induk kalimat dengan anak

kalimat. Dalam hal ini setsuzokushi diapit oleh bagian-bagian kalimat yang digabungkan tersebut.

3. Setsuzokushi digunakan untuk menggabungkan dua kalimat dan menyatakan bahwa kalimat sebelumnya berhubungan dengan kalimat

berikutnya.

(28)

15

menghubungkan kalimat dengan kalimat yang berfungsi untuk memperluas

kalimat.

2.2.2 Jenis-Jenis Setsuzokushi

Masao dalam Sudjianto, (1996:101) membagi setsuzokushi ke dalam tujuh jenis, yaitu :

1. Heiritsu no Setsuzokushi (setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang setara).

Contoh:

字 書 本

Ji o kaki, mata hon o yomu.

Menulis huruf dan juga membaca buku.

2. Sentaku no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan pilihan). Contoh :

フ ンス語あ い イ 語 勉強 い 思 い

Furansugo aruiwa doitsugo o benkyou sitai to omotte iru.

Saya bermaksud ingin belajar bahasa Jerman atau bahasa Perancis

3.Tenka no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan tambahan). Contoh :

彼 英語 日本語

kare wa eigo ga dekite, shikamo nihongo mo dekiru.

Dia bisa bahasa Inggris, dan juga bisa bahasa Jepang.

4. Gyakusetsu no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang berlawanan).

(29)

16

春 来 風 い

haru ga kita. Daga mada kaze wa tsumetai.

Musim semi telah tiba. Tetapi angin masih terasa dingin.

5. Joken no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan sebab akibat atau hubungan persyaratan).

Contoh :

彼 体 弱い そ 席

kare wa karada ga yowai. Sorede yoku kesseki o suru.

Dia fisiknya lemah. Oleh karena itu sering bolos sekolah.

6. Tenkan no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan suatu perubahan atau peralihan).

Contoh :

あ 問題 う

Tokini, ano mondai wa dou narimasuka.

Ngomong-ngomong masalah itu bagaiamana jadinya?

7. Setsumei no Setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan penjelasan).

Contoh :

日本 四季 わ 春 夏 秋 冬 へ あ

nihon wa shiki, sunawachi haru, natsu, aki, fuyu no henka ga aru.

Di Jepang ada perubahan empat musim, yakni musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin.

2.2.2.1Tenka no Setsuzokushi

(30)

17

berikutnya, dan penjelasan yang terdapat dalam kalimat setelah setsuzokushi

tersebut memperkuat pernyataan yang telah disebutkan sebelum setsuzokushi

tersebut. (Nagayama dan Murakami dalam Sudjianto, 1996: 101-105). Tenka no setsuzokushi ada 8 yaitu :

1. Omakeni

形式 言葉 強調や重要 追加 用い

Keishiki batta kotoba de, kyouchou ya juuyouna koto no tsuika ni mochiiru.

‘Konjungsi yang digunakan untuk menekankan hal penting dan penegasan’.

(EJD, 1998:259)

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. ~omakeni

Contoh :

洋子 わいい 明 い や い

Youko wa kawaiishi, akaruishi, omakeni yasashiikara, dareni demo sukareru.

Yoko orang yang lucu, pintar dan juga baik, dari kebaikannya itu dia disukai oleh semua orang.

(NBJ, 1994:57).

2. Shikamo

A conjunction which is used to provide additional important information.

‘Konjungsi yang digunakan untuk memberikan informasi penting

tambahan’. (ADIJG, 1994:390)

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. (V/ adj/ N+cop. ) te shikamo Contoh :

結婚 い 子供 い

(31)

18

Yoku hataraki, shikamo fuhei o iwanai.

‘Dia bekerja keras, bahkan tidak mengeluh’.

(ADIJG, 1994:392)

c. Adj ( i ) ku shikamo Contoh :

値段 や 丈夫

Nedan ga yasuku, shikamo jyoubuda.

‘ Harganya murah, bahkan tahan lama’.

Jikan teki zengo kankei o shimeshite.

‘Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkkan kalimat di depan dan dibelakangnya’.

(EJD, 1998:100)

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. ~soshite

(32)

19

私 そ 同 曲 い や 方 弾 い せ

そ 人 弾 方 良 い 好 討 論

Tsugi ni watashi ga sono onaji kyoku o ironna yari kata de hiitemiseruno. Soshite futari de dono hikikata ga yoidatoka sukidatoka touronsuruno.

‘Selanjutnya saya memainkan lagu yang sama dalam banyak hal. Kemudian memperdebatkan bagaimana caranya memainkan lagu itu dengan baik’.

(ノ イ 森( ) , 2004; 12)

4. Sonoue

A conjunction which introduces an additional, emphatic statement.

‘Konjungsi yang digunakan untuk memperkenalkan tambahan, pernyataan tegas terhadap isi kalimat di depannya. Biasanya sonoue digunakan dalam bahasa tulisan atau dalam percakapan yang sopan. (ADIJG, 1994;413)

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. (V/ Adj/ N + Cop) te sonoue Contoh :

い 使え そ 無料

Itsudemo tsukaete, sonoue muryouda.

‘Kapanpun bisa digunakan, selain itu gartis’.

(ADIJG, 1994:414)

b. Vmasu +sonoue

Contoh :

ほ そ ほうび

Homerare, sonoue houbi made moratta.

‘ Ini sebuah pujian, selain itu ini saya diberi penghargaan’.

(33)

20

c. Adj ( i) ku sonoue Contoh :

話 面白 そ や い

Hanashi ga omoshiroku, sonoue yomiyasui.

‘ Ceritanya menarik, selain itu mudah dibaca’.

(ADIJG, 1994:414)

d. S , sonoue Contoh :

そ 仕 い そ 給料 悪い

Sono shigoto wa tsumaranaishi, sonoue kyuuryou ga warui.

‘Pekerjaan ini membosankan, selain itu gajinya juga tidak bagus’.

(ADIJG, 1994:414) e. S + sonoue

Contoh :

そ 老人 体 不自 そ 耳 遠い

Sono roujin wa karada ga fujiyuu da. Sonoue mimi ga tooi.

‘ Orang tua itu sudah tidak sehat. Selain itu dia juga tuna rungu’. toshite tsunagu noni mochii rare

‘Dua peristiwa yang terjadi terus menerus, digunakan untuk menghubungkan semua peristiwa’.

(NBHB, 2000:208)

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. ~sorekara~

(34)

21

う 夕方一 家 帰 そ 家族 食 出

Kinou wa yuugata ichido ie ni kaette, sorekara kazoku de shokuji ni dekakemashita.

‘Kemarin malam pulang satu kali, setelah itu pergi makan bersama keluarga.’

(NBJ, 1994 :173)

b. N sorekara N Contoh :

初級 ス 月曜日 水曜日 そ 土曜日 や い

Shokyuu no kurasu wa getsuyoubi to suiyoubi, sorekara doyoubi ni yateimasu.

‘Kelas shokyu dilakukan pada hari senin dan rabu, setelah itu hari sabtu libur.’

(NBJ, 1994 :173)

6. Soreni

A conjunction which introduces an additional item or statement.

‘Konjungsi yang memperkenalkan item atau pernyataan tambahan’.

(ADIJG,1994 :427).

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. N1 { / } N2 { / } + soreni N3

Contoh :

ーニ ン セ コ ー ー ース そ 茹

(35)

22

Koko no moningu setto wa koohii ni toosuto, soreni yudeta mago g tsuiteiru.

Kuruma o kattemo oku tokoro ga naishi, soreni amari noru kikai mo nai.

‘Jika membeli mobil tidak akan ada tempat parkir, selain itu tidak ada kesempatan untuk mengendarainya’.

(ADIJG, 1994:429) irundesu. Soreni, konban wa totemo tsukareteirunode, sono hanasu wa asu ni shite moraimasenka.

‘Saya tidak akan membicarakan tentang pekerjaan di rumah. Lagi pula karena malam ini sangat lelah, jadi bisakah kita bahas besok?’.

(ADIJG, 1994:429)

7. Nao

A conjuctiaon indicating that an additional comment follows what has just been said in the preceding sentence.

(36)

23

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. Vte い

Contoh :

噴火 続い い

Funka wa nao otsuzuiteiru.

‘ Letusan masih terjadi’.

‘ Mungkin novel ini akan lebih menarik dibaca apabila kamu tahu Paris’. kesana saya menjadi lebih menyukai itu’.

(ADAJG, 1994:345)

d. Number +Counter

Contoh :

宮崎駿 アニ 典ア ニ 残

い う

(37)

24 shimasu node, oshiraseitashimasu. Nao, tsugou no tsukanai kata wa odenwa kudasai.

‘Ijinkan saya memberitahu anda karena pada hari jumat pukul 06.00 di kediaman saya akan diadakan makan malam. Lalu hubungi kami jika anda tidak bisa hadir’.

(ADAJG, 1994:345)

8. Mata

An adverb/ conjuction that indicates repetition or addition

‘Kata keterangan atau konjungsi yang digunakan untuk menunjukkan

pengulangan atau penambahan terhadap isi kalimat di depannya’.

(ADAJG, 1994 : 248).

Adapun struktur kalimatnya yaitu sebagai berikut.

a. V Contoh :

来 春 会い

Rainen no haru, mata oaishimasu.

‘Saya akan bertemu kamu lagi pada saat musim semi tahun depan’.

(ADAJG, 1994:249)

(38)

25

山 東京出身 林 東京出身

Yamada mo Tokyoshusshin da ga, Hayashi mo mata Tokyoshusshin da.

‘Tuan Yamada berasal dari Tokyo, dan Tuan Hayashi juga berasal dari Tokyo’. kijyutsu ga seikaku da.

‘Buku bahasa Jepang ini menarik, dan penjelasan tata bahasanya

Kanojyo wa soumei de (ari), mata seikaku mo yoi.

‘Dia cerdas, dan karakternya juga baik’.

(ADAJG, 1994:250)

(39)

26

表 英語 い 日本語 い

Hapyou wa eigo de shitemo yoi. Mata, nihongo de shitemo yoi.

‘Anda dapat mempresentasikan dengan bahasa Inggris atau dengan bahasa Jepang’.

Touroku wa gakkai no 1 ka getsu mae kara uketsukemasushi, mata, toujitsu mo uketsukeitashimasu.

‘Pendaftaran akan dimulai satu bulan sebelum konferensi, tetapi dapat juga mendaftar pada hari konferensi tersebut’.

(ADAJG, 1994:249)

2.3 Kerangka Teori

Dalam melakukan suatu penelitian tentu harus dilandasi oleh suatu teori.

Teori yang digunakan dalam menganalisis struktur kalimat tenka no setsuzokushi

yang terdapat dalam novel Norwei no Mori karya Haruki Murakami mengacu pada pendapat dari Seichii Makino dan Michio Tsutsui (1994). Sedangkan untuk

menganalisis mengenai makna dari tenka no setsuzokushi mengacu pada teori makna yang dikemukakan oleh Pateda (2001).

2.3.1 Sintaksis

Sintaksis dalam bahasa Jepang disebut tougoron, yaitu cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur-unsur pembentuk kalimat. Bidang

garapan sintaksis adalah kalimat yang mencangkup jenis dan fungsinya,

(40)

27

sintaksis mencakup struktur frase, struktur klausa, dan struktur kalimat, ditambah

dengan berbagai unsur lainnya (Nitta, 1997:14).

Dalam penelitian ini karena membahas mengenai struktur kalimat dari

tenka no setsuzokushi dalam novel Norwei No Mori karya haruki Murakami, jadi teori sintaksis sangat cocok digunakan sebagai landasan yang paling utama.

2.3.2 Semantik

Semantik dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron, yaitu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis

bahasa: fonologi, gramatika dan semantik (Chaer,1994:2). Semantik memegang

peranan yang sangat penting karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi

tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Penelitian yang berhubungan

dengan bahasa, baik itu struktur kalimat, kosakata, ataupun bunyi-bunyi bahasa,

pada hakikatnya tidak terlepas dari makna. Objek kajian semantik antara lain

makna kata (go no imi), relasi makna antar satu kata dengan kata lainnya (go no imi kankei), makna frase (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi).

Dalam penelitian ini peranan teori semantik adalah sebagai landasan teori

utama, karena objek kajian semantik menyangkut makna kata, relasi makna antar

satu kata, makna frase serta makna dalam kalimat. Dalam penelitian ini karena

(41)

28

Pada penelitian ini, untuk lebih jelasnya menganalisis mengenai makna yang

terkandung dalam tenka no setsuzokushi mengacu pada teori dari Pateda (2001). Jika pengguna bahasa mendengar kata tertentu, akan dapat dibayangkan benda

atau sesuatu yang diacu, dan apabila pengguna bahasa membayangkan sesuatu,

maka akan dapat dikatakan pengertian dari bayangan yang dimaksud. Hubungan

antara pengertian dan bayangan itulah kemudian oleh Pateda (2001:82) disebut

dengan makna. Pateda (2001:97-149) membagi makna menjadi beberapa jenis,

yaitu makna afektif, denotatif, deskriptif, ekstensi, emotif, gereflekter, gramatikal,

ideasional, intense, khusus, kiasan, kognitif, kolokasi, konotatif, konseptual,

konstruksi, kontekstual, leksikal, lokusi, luas, piktorial, proporsional, pusat/ inti,

referensial, sempit, stilistika, tekstual, tematis, dan makna umum.

Dari jenis-jenis makna yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini hanya

menggunakan makna gramatikal. Makna gramatikal adalah makna yang muncul

akibat berfungsinya kata dalam kalimat (Pateda, 2001:97-149). Dalam hal ini

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan ilmiah ini secara terus menerus dikembangkan dan dikaji manusia secara mendalam, sehingga melahirkan apa yang disebut filsafat ilmu (philosophy of

Penelitian ini merupakan lanjutan dari Bagan dan Road Map Penelitian sebelumnya yaitu: Model Knock Down Sistem Semi Ploating media Sphagnum Moss, namun masih perlu

Sedangkan dimensi keterandalan (reliability), kecepat-tanggapan (responsiveness), dan jaminan (assurance) mempunyai nilai CSI yang sama yaitu 0,92. Nilai CSI rata-rata dari

Penelitian tentang nilai-nilai dalam ungkapan tradisional masyarakat Ciacia di Kabupaten Buton memberikan gambaran atau pencerminan tentang kepribadian masyarakat

pemerintahan daerah di bidang teknisperumusan dan pelaksanaankebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 566/KMK.04/1999 tentang Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang Usaha Pokoknya Melakukan Transaksi Penjualan atau

Kecuali galur F6002046-2, nilai bobot buah total yang diamati menunjukkan seluruh galur yang diuji tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal

Untuk mengetahui seberapa besar efisiensi usahatani tebu antara petani mitra yang melakukan keprasan 1-2 kali dengan yang melakukan keprasan lebih dari 2 kali maka digunakan