• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecerdasan emosi mahasiswa baru studi deskriptif pada mahasiswa semester II kelas A angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 20132014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kecerdasan emosi mahasiswa baru studi deskriptif pada mahasiswa semester II kelas A angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 20132014"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

KECERDASAN EMOSI MAHASISWA BARU

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun

Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Yuventinus Morung

NIM: 101114087

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

KECERDASAN EMOSI MAHASISWA BARU

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun

Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Yuventinus Morung

NIM: 101114087

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Tuhan enggkau menyelidiki dan mengenal aku

Mazmur 139 ayat 1

Hanya

karena kamu benar, bukan berarti aku salah.

-

Jhonson

-

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

TINGKAT KECERDASAN EMOSI MAHASISWA BARU (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Prodi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada UsulanTopik-Topik Bimbingan

Pribadi-Sosial)

Yuventinus Morung 101114087

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahi tingkat-tingkat kecerdasan emosi Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Prgram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun Pelajaran 2013/2014, yang kemudian hasilnya menjadi dasar bagi peneliti dalam merumuskan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang sesuai dalam meningkatkan kecerdasan emosi

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan dikategorikan sebagai penelitian survey. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian kuesioner. Jumlah responden yang diminta untuk mengisi kuesioner adalah 34 orang dan jumlah item kecerdasan emosi yang ditanya adalah 76 item. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik tabulasi data, yaitu data-data dimasukkan ke program SPSS.

(9)

viii

ABSTRACT

New Students’ Levels of Emotional Intelligence

(Descriptive Study on Students of Semester II Class A 2013 of Guidance and Counseling Courses of Sanata Dharma University Yogyakarta in Academic Year 2013/2014 and Its Implication on Proposing Topics of

Personal-Social Guidance)

Yuventinus Morung 101114087

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

The purpose of this research was to check levels of emotional intelligence from students Semester II Class A 2013 of guidance and counseling courses of Sanata Dharma University Yogyakarta in academic year 2013/2014, then the result is the basis for researcher in formulating topics appropriate social personal guidance in improving emotional intelligence.

Type of this research is quantitative descriptive research and categorized as a research survey. Data collection techniques used are filling the questionnaire. The number of respondents who were asked to fill out questionnaires is 34 people and the number of items of emotional intelligence that is asked is 76 items. The data collected are then analyzed with techniques tabulations of data, i.e., data is inserted into the program SPSS.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahhat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Penulis mendapat banyak pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan. Semua pengalaman itu menjadi pelajaran yang sangat penting dalam perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa semua pengalaman yang dialami saat mengerjakan skripsi ini merupakan bagian dari perjalanan pengembangan diri penulis dan tentunya atas kuasa TYME.

Skripsi ini diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah mendampingi, memotivasi, dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dan kerja keras dalam memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada penulis selama mengerjakan skripsi.

3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

4. St. Priyatmoko atas segala bantuan administrasinya selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Maria Magaretha Sri Hastuti, M.Si,. selaku dosen penelitian payung yang telah memberi arahan dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Romo Stefanus Mangga, SVD,. yang telah membantu peneliti dengan masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga besar Solidaritas Cibal Mangarai Yogyakarta Kraeng Jande, Kraeng Tribel, Kraeng Kochang, Kraeng Gusti, Kraeng Cleo, Kraeng Ovil, Kraeng Ernus,Kraeng Oswal, Kraeng Van, Kraeng Rikos, Kraeng Rolan, Kraeng Vedos, Kraeng Paul, Kraeng Vino, Kraeng Obet. Kraeng Mamik, Kraeng Endi,Kraeng Aris, Kraeng Epok, Kraeng Arkos, Ndu Indak, Ndu Ivon, Ndu Ivon, Ndu Putri, Ndu Helena, Ndu Gustin, Ndu Ecak, Ndu Cintia, Ndu Windi, yang telah membantu memberikan masukan kepada penulis dan atas kebersamaanya selama di Yogyakarta, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(11)
(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belekang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Definisi Oprasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kecerdasan Emosi ... 11

1. Definisi Emosi ... 11

2. Kecerdasan Emosi ... 13

3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi ... 15

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ... 17

5. Dimensi Kecerdasan Emosi ... 21

B.Remaja Akhir ... 30

1. Mahasiswa Tingkat Awal Sebagai Remaja Akhir... 30

(13)

xii

3. Karakterisitik Perkembangan Emosi Pada Remaja Akhir... 32

C.Kajian Penelitian Yang Relefan ... 33

D.Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 36

B.Tempat dan Penelitian ... 37

C.Subjek ... 37

D.Variabel Penelitian ... 38

E. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 38

1. Tehnik Pengumpulan Data ... 38

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 39

F. Validitas dan Releabilitas ... 42

1. Validitas ... 42

2. Relaabilitas ... 46

G.Tehnik Analisis Data ... 47

1. Menentukan skor Pengolahan Data ... 47

2. Menentukan Kategori ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

1. Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa Smester dua Kelas Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Shanata Dharma Tahun Ajaran 2013/2014 ... 52

2. Identifikasi item tingkat kecerdasan emosi sebagai dasar mengusulkan topik-topik bimbingan ... 56

3. Hasil Analisis Skor-Skor Butir Instrumen Kecerdasan emosi. ... 60

B. Pembahasan ... 63

C. Usulan Program-program Bimbingan Berdasarkan Item-item dalam Kuesioner yang Teridentifikasi Rendah dan Sangat Rendah ... 72

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Keterbatasan ... 79

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban ... 40

Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosi ... 41

Tabel 3 : Rincian Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 45

Tabel 4 : Kriteria Guilford ... 46

Tabel 5 : Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 48

Tabel 6 : Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 50

Tabel 7 : Kategorisasi Skor Butir-butir Instrumen Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 51

Tabel 8 : Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 53

Tabel 9 : Pengkategorisasian Skor Butir-butir Instrumen Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 57

Tabel 10 : Analisiss Butir-butir Instrumen Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 60

(15)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran

2013/2014 ... 55 Grafik 2 : Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A

Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 56 Grafik 3 : Presentasi capayan Skor Item Tingkat Kecerdasan Emosi

Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... 82

Lampiran 2 : Data Penelitian ... 92

Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas ... 97

Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 108

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, dipaparkan mengenai latar belakang, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan definisi oprasional variabel penelitian.

A.Latar Belakang

Manusia adalah mahluk yang memilki banyak dimensi.

Inilah yang membuat adanya perbedaan antara manusia dengan

mahluk hidup lainnya. Salah satu aspek yang membedakan

manusia dengan mahluk lainnya adalah emosi. Perjalanan

kehidupan manusia/mahasiswa semester awal diwarnai oleh emosi.

Manusia juga dikatakan sebagai mahluk beremosi. Emosi pada

manusia merupakan sesuatu yang dibawah sejak lahir atau bersifat

innate. Emosi mewujud atau nampak pada munculnya rasa gembira

dan rasa sedih. Perasaan gembira dan sedih muncul ketika

seseorang berada pada situasi yang baru. Adanya rasa gembira

karena seseorang mampu mengelola emosinya, sedangkan rasa

sedih diakibatkan karena seseorang tidak mampu mengelolah

emosinya.

Emosi memainkan peranan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, termasuk juga manusia memasuki suatu situasi

atau fase baru dalam kehidupan. Manusia akan sulit menikmati

(18)

emosi. Kehidupan manusia tidak jauh dari tindakan yang

mempertegas keberadaannya. Pada setiap tindakan yang dilakukan

manusia terdapat aspek yang memainkan peranan penting yaitu

emosi. Emosi memiliki peranan yang penting bagi perkembangan

kehidupan manusia. Emosi tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan lainnya, seperti fisik, intelektual, bahasa dan

koognitif.

Emosi berasal dari kata e yang berarti energi dan m yang

berarti motion. Secara harafiah emosi berarti energi dalam diri

seseorang yang mempengaruhi munculnya berbagai perasaan,

seperti; rasa senang, bahagia, gembira, dan contoh emosi yang

memberikan dampak negatif misalnya rasa sedih, kecewa, marah.

Manusia berkecenderungan untuk menghindari emosi yang

memberikan dampak negatif. Ada manusia yang dapat mengatasi

emosi tersebut, tetapi ada yang tidak mampu mengatasinya. Ketika

manusia tidak mampu mengelola emosi yang bersifat negatif dapat

dikatakan ketidakmampuan dalam mengendalikan diri secara

emosional.

Intelegence Quotient merupakan istilah popular yang

dikenal oleh semua orang. Banyak anggapan yang mengatakan

bahwa seseorang yang dengan kecerdasan intelektual yang tinggi

mempunyai peluang yang sangat besar dalam menentukan

(19)

intelektual yang tinggi dan mengandaikan bahwa IQ yang tinggi

dapat menjadi penentu sukses dalam kehidupan. Sekarang kita

tidak hanya mengenal IQ (Intelegence Quotient) tetapi juga EQ

atau kecerdasan emosional. Masa sekarang kecerdasan tidak hanya

di kenal sebagai kemampuan berpikir atau menghitung, melainkan

juga kemampuan dalam mengendalikan emosi seperti kemampuan

personal dan intrapersonal. Kemampuan personal merupakan

kemampun manusia dalam mengenali emosi diri, mengelolah

emosi, memotivasi diri sendiri, dan mengenali emosi orang lain.

Sedangkan kemampuan kemampuan intrapersonal adalah

kemampuan manusia dalam bekerja sama atau membina hubungan

dengan orang lain.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi

adalah orang tua. Penelitian Winanti Siwi R1, Aziz Luthfi1, Nasrul

Pradana (2011) Penelitian perbedaan kecerdasan emosi di tinjau

dari persepsi penerapan disiplin orang tua yang memiliki

kecerdasan emosi ditemukan 77,14 % mahasiswa kategori rendah

dan 22,86 % mahasiswa kategori tinggi. Sementara mahasiswa

mempersepsikan penerapan disiplin orang tuanya demokratis

memiliki kecerdasan emosi yang rendah sebanyak 29,06%, dan

yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi sebanyak 70,94%.

Menurut Winanti Siwi R1, Aziz Luthfi1, Nasrul Pradana (2011),

(20)

permesif akan kurang mendukung untuk pembentukan kecerdasan

emosi, mahasiswa dengan kategori kecerdasan emosi yang tinggi

dapat dikatakan membentuk kecerdasan emosi, sedangkan

mahasiswa dengan kategori kecerdasan emosi yang rendah,

mahasiswa cenderung menolak kritikan terhadap dirinya karena ia

merasa tingkah lakunya benar, tidak patuh terhadap orang tua dan

kurang mampu bertahan ketika menghadapi masalah.

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang paling

mendasar dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan hidup.

Kecerdasan emosional dapat menentukan seberapa baik atau

seberapa buruk orang dalam menggunakan

keterampilan-keterampilan yang dimilikinya termaksud intelektual (Goleman,

2009: 47). Generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan

emosional dibandingkan sebelumnya. Mereka lebih kesepian,

pemurung, kurang menghargai sopan santun, mudah cemas, serta

lebih agresif. Dengan kata kecerdasan emosi sangat berpengaruh

terhadap perkembangan individu. Menurut Goleman (2009) orang

yang memiliki kecerdasan emosi adalah orang yang matang dalam

hal pengaturan kondisi diri dan emosinya. Penelitian para ahli

menunjukan bahwa memiliki keterampilan emosional dapat

membuat sesorang bersemangat dalam belajar, disukai oleh banyak

teman dalam bergaul dan dapat mempersiapkan diri dalam

(21)

Peran kecerdasan intelektual dalam keberhasilan dunia kerja

menempati urutan kedua, setelah kecerdasan emosi. Kenyataan ini

dapat dilihat ketika seseorang yang be-IQ tinggi tidak stabil

emosinya, mudah marah, sering keliru dalam menentukan dan

memecahkan persoalan hidup karena sulit berkonsentrasi (Suparno,

2004 : 21). Menurut Goleman (2009 : 47) orang yang memiliki

kecerdasan intelektual yang tinggi tidak dapat menjamin

kesejahteraan, gengsi atau kebahagiaan hidup Keseimbangan antara

IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar. Pernyataan

tersebut di perkuat oleh pendapat Goleman (2009: 44) yang

menyatakan bahwa “setinggi-tingginya IQ hanya menyumbang

20% faktor-faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup,

sementara 80% diisi oleh faktor kecerdasan emosional”.

Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan dalam

memotivasi diri sendiri, mengatasi frustrasi, mengontrol desakan

hati, mengatur suasana hati, berempati serta kemampuan dalam

membina hubungan dengan orang lain.

Berkaitan dengan hal tersebut, sebagaimana yang sudah

disinggung di atas, situasi atau fase baru dalam kehidupan

seseorang turut mempengaruhi kecerdasan emosinya. Hal ini juga

berpengaruh pada mahasiswa-mahasiswa baru yang secara

akademik memasuki suasana baru dalam kehidupannya. Peneliti

(22)

pada mahasiswa Prodi BK Semester II Universitas Sanata Dharma

Tahun Ajaran 2013/2014. Alasan peneliti memilih mahasiswa

Prodi BK Smester II tersebut adalah karena mahasiswa berada

dalam situasi peralihan dari level SMA ke level universitas.

Pada tahun pertama perkuliahan, disatu sisi mahasiswa

masih terkekang atau terikat pengalaman pada masa SMU, pada

sisi lain mahasiswa harus mulai menyesuaikan diri dengan

lingkungan baru, yaitu kehidupan kampus. Situasi baru ini tentu

mempengaruhi perkembangan dan tingkat kecerdasan emosinya.

Hal ini berimplikasi pada 3 hal berikut, Pertama, pada smester II

tersebut merupakan usia yang paling beresiko yang dapat

menentukan kesuksesan pada smester yang berikutnya. Kedua.

banyaknya masalah yang terjadi pada mahasiswa misalnya

penyesuaian yang salah suai. Penyesuaian diri yang salah suai ini

terjadi akibat peralihan tugas perkembangan. Peralihan tugas

perkembangan ini menyebabkan mahasiswa tidak lagi memiliki

status yang jelas dalam masyarakat, bukan lagi sebagai anak-anak

tetapi sebagai remaja akhir yang akan memasuki masa dewasa

awal. Ketiga, adanya tuntutan-tuntutan yang besar bagi mahasiswa

untuk hidup mandiri terutama bila dunia kampus yang dimasuki

(23)

B.Batasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah kecerdasan emosi yang

dialami oleh mahasiswa Program Studi Shanata Dharma seperti

penyesuaian diri yang salah suai peneliti hanya membahas

mengenai tingkat kecerdasan emosi yang dialami oleh

Mahasisiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2013/2014.

Hal-hal yang ingin diteliti dan dianalisis berkaitan dengan

kecerdasan emosional mahasiswa adalah kemampuan mengenali

emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali

emosi orang, dan membina hubungan/bekerja sama.

c. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seperti apakah tingkat-tingkat kecerdasan emosi mahasiswa

semester 2 angkatan 2013 Prodi BK USD Tahun Ajaran

2013/2014?

2. Item-item mana saja yang teridentifikasi rendah untuk

(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penulisan

skripsi ini adalah:

1. Mendeskripsikan tingkat-tingkat kecerdasan emosi mahasiswa

semester awal atau semester dua Prodi BK USD angkatan

2013/2014.

2. Mendeskripsikan item-item yang rendah untuk dijadikan dasar

penyusunan topik bimbingan

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis,

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan

pengetahuan khususnya mengenai tingkat kecerdasan emosi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

penelitian kecerdasan emosi.

2. Manfaat praktis,

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan memberikan pandangan

bagi mahasiswa untuk mengetahui tingkat emosi serta

dapat mengelolahnya.

b. Bagi Prodi BK USD

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang

(25)

kecerdasan emosi mahasiswa Prodi BK Universitas

Sanata Daharma

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk

mengembangkan pengetahuan dalam melakukan

penelitian dan mengembangkan sikap-sikap ilmiah

sebagai mahasiswa. Selain itu dapat menambah wawasan

bagi peneliti tentang kecerdasan emosi.

F. Definisi Oprasional

1. Kecerdasan Emosi merupakan kesadaran akan perasaan

mahasiswa sewaktu perasaan itu timbul, kemampuan

menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau

selaras sehingga tercapai keseimbangan dalam diri mahasiswa,

menahan diri dan mengendalikan dorongan dalam hati dengan

adanya perasaan motivasi yang positif, dan kemampuan

mahasiswa dalam memahami dan mengetahui dan ikut

berperan dalam memahami orang lain dan bertindak bijaksana

dalam hubungan antara sesama dengan menciptakan

komunikasi yang baik.

2. Mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling

angkatan 2013 semester II kelas A Universitas Sanata Dharma

merupakan merupakan mahasiswa yang terdaftar sebagai

(26)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran

2013/2014

3. Bimbingan Pribadi adalah bimbingan dalam mengenali emosi,

mengelolah emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang

lain, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan

(27)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas landasan teritis beberapa hal berikut:

hakekat emosi, kecerdasan emosi, remaja akhir, kajian penelitian yang

relefan dan kerangka berpikir

A. Kecerdasan Emosi 1. Definisi Emosi

Kata emosi berasal dari Bahasa Latin, yaitu emovere,

yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan

bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam

emosi. Menurut Goleman (2009 : 411) emosi merujuk pada

suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis

dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk

bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk

bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap

rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh

emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,

sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih

mendorong seseorang berperilaku menangis.

Sementara itu, menurut Chalpin (1989) dalam Ali dan

Asori (2009:62) emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang

(28)

yang mendalam sifatnya dari perubahan prilaku. Chalpin

membedakan emosi dengan perasaan (feelings) adalah

pengalaman yang disadari dan diaktifkan. Senada dengan itu

menururut Poerbakawatja (1982) dalam Ali dan Asrori

(1989:63) emosi adalah suatu respon terhadap perangsang

yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang

kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.

Goleman (1995) dalam Ali dan Asrori, (2009:63),

sesungguhnya ada ratusan emosi yang bersama dengan variasi,

campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga maknya yang

dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks.

Jadi emosi merupakan elemen penting dalam

kehidupan seseorang, karena emosi dapat berfungsi sebagai

penggerak dalam arti meningkatkan. Sejumlah teoritikus

mengelompokkan mengelompokkan emosi kedalam beberapa

golongan berikut ini:

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati

b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

mengasihi diri, dan putus asa

c. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan

takut sekali, waspada, tidak tenang, negeri

d. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang,

(29)

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan

hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih

f. Terkejut : terkesiap, terkejut

g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka

h. Malu : malu hati, kesal

2. Kecerdasan Emosi

Solvey dan Mayer (dalam Stein dan Book, 2004: 30)

yang merupakan pencetus kecerdasan emosi mendefinisikan

kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk mengenali

perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk

membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan

mengendalikan perasaan secara mendalam sehinngga

memahami perkembangan emosi dan intelektual. Sejalan

dengan pengertian tersebut Stefan dan Book (2004:30)

mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai rangkayan

kecakapan yang memungkinkan seseorang untuk

mempertahankan seluruh kecerdasan yang dimilikinya, akal

sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang berfungsi secara

efektif setiap hari.

Senada dengan gagasan tersebut Bar-On dalam (Stefan

dan Book 2004: 30) mengartikan kecerdasan emosional

sebagai suatu rangkayan kemampuan, kompetensi dan

(30)

seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan

lingkungan.

Sedikit berbeda dengan pandangan di atas Goleman

(1999:512; 2009: 45) mendefinisikan kecerdasan emosi

sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan diri dan

perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan

kemampuan mengelola emosi dengan baik padan diri sendir

dan dalam membina hubungan dengan orang lain dengan

mampu mengatasi frustasi; mengendalikan dorongan dalam

hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana

hati dan menjaga beban stres agar tidak melumpuhkan

kemampuan berpikir serta bersimpati.

Senada dengan Goleman (2009, menyertakan Dedi

Supardi (Nurdin 2009) kecerdasan emosi merupakan suatu

dimensi kemampuan yang berupa keterampilan emosional dan

sosial yang kemudian membentuk watak dan karakteristik

didalamnya terkandung kemampuan-kemampuan seperti

mengendalikan diri, empati, mtivasi, semangat kesabaran,

ketekunan dan keterampilan sosial.

Dari berbagai pengertian para ahli, maka dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan

(31)

orang lain serta kemampuan memotivasi diri dan menjalin

hubungan yang baik dengan orang lain.

3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi

Sebagai bahan rujukan dan pegangan gambaran

kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seseorang. Hein

(dalam Nurdin 2009) mengemukakan tentang tanda-tanda atau

cirri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik. Ciri-ciri tersebut

meliputi:

a. Ciri-ciri kecerdasan emosional yang baik meliputi:

1. Dapat mengekspresikan emosi dengan jelas

2. Tidak merasa takut untuk mengekpresikan perasaannya

3. Tidak didominasi oleh perasaan-perasaaan negative

4. Dapat memahami (membaca) komunikasi non Verbal

5. Membiarkan perasaan yang dirasakan untuk

membingbingnya

6. Berprilaku sesuai dengan keinginan, bukan karena

keharusan, dorongan dan tanggung jawab

7. Menyeimbangkan perasaan dengan rasional, logika dan

kenyataan

8. Termotivasi secara intrinsic

9. Tidak termotivasi kaeena kekuasaan, kenyataan,

status, kebaikan dan persetujuan

(32)

11.Optimis, tidak menginternalisasikan kegagalan

12.Peduli dengan perasaan orang lain

13.Seseorang untuk menyatakan perasaan

14.Tidak digerakan oleh ketakutan atau kekhawatiran

15.Dapat mengidentifikasikan bebagai perasaan secara

bersamaan

b. Ciri-ciri kecerdasan emosional yang buruk meliputi

1. Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap

perasaan diri sendiri, tetapi menyalahkan orang lain

2. Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering

menyalahkan orang lain, menyelahkan orang lain, suka

memerintah, dan sering mengkritik orang lain

3. Suka meyalahkan orang lain

4. Berbohong tetang apa yang ia rasakan

5. Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi

berlebihan terhadap kejadian yang sederhana (kecil)

sekalipun.

6. Tidak memiliki perasaan dan integritas

7. Tidak sesnsitif terhdap perasaan orang lain

8. Tidak mempunyai rasa empati dan rasa kasihan

9. Kaku, tidak fleksibel, membutuhkan aturan- aturan

(33)

10.Merasa tidak aman, definisif dan sulit menerima

kesalahan dan sering merasa bersalah.

11.Tidak bertanggung jawab

12.Pesimistik dan sering menganggap dunia tidak adil

13.Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah,

sering menyalahkan.menggunakan kepandaian yang

dimilikinya untuk menilai dan mengkritik serta tanpa

rasa hormat terhadap perasaan orang lain.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Menurut Ali dan Asrori (2009: 69) ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kecerdasan emosi, yaitu

a. Perubahan Jasmani

Perubahan yang ditujukkan dengan adanya

pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada

taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas sampai

bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur

tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tepat

menerima perubahan tubuh ini sering mempunyai akibat

yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja.

Tidak semua remaja dapat menerima perubahan

kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih perubahan tersebut

menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh

(34)

dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat

menyebapkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan

sering kali menimbulkan masalah dengan perkembangan

emosinya.

b. Perubahan Pola Interaksi Dengan Orang Tua.

Pola asuh yang orang tua terhadap anaknya, baik

remaja sangat bervariasi. Ada pola asuh yang menurut

dirinya sendiri baik, sehingga ada yang bersifat otoriter,

memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi juga ada yang

dengan penuh cinta kasih. Pola asuh yang seperti ini sangat

mempengaruhi perkembangan emosi remaja.

c. Perubahan Interaksi Dengan Teman Sebaya

Remaja seringkali membangun interaksi sesama

teman sebayanya secara khas dengan berkumpul dan

melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam

geng. Interaksi antara anggota dalam suatu kelompok geng

biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan

solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukkan kelompok

geng yang seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada

masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif,

yaitu memenuhi minta mereka. Diusahakan untuk

menghindari pembentukkan geng semacam itu ketika

(35)

Faktor yang sering menimbulkan emosi pada masa

remaja ialah hubungan cinta dengan teman lawan jenis.

Pada masa remaja tengah remaja benar-benar mulai jatuh

cinta denga teman lawan jenisnya.gejala ini sebenarnya

sehat bagi remaja, tetapi tidak jarang juga menimbulkan

konflik atau gangguan emosi jika tidak diikuti bimbingan

dari orang tua atau yang lebih dewasa. Oleh sebab itu, tidak

jarang orang tua cemas ketika anak remajanya mulai jatuh

cinta. Gangguan emosi yang mendalam dapat terjadi ketika

cinta remaja tidak terjawab atau karena pemutusan

hubungan cinta dari satu pihak sehingga dapat

menimbulkan kecemasan bagi orang tua dan remaja

sendiri.

d. Perubahan Pandangan Luar

Faktor penting yang mempengaruhi perkembangan

emosi remaja yaitu adanya pandangan dunia luar dirinya.

Ada sejumlah perubahan pandangan dari luar yang dapat

menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja,

yaitu sebagai berikut:

1. Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten.

Walaupun sudah dewasa,tetapi seringkali remaja

dianggap anak kecil dan tidak mendapatkan paran

(36)

2. Dunia luar atau masyarakat yang masih menerapkan

nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan

perempuan. kalau remaja laki-laki memiliki banyak

teman perempuan, mereka mendapatkan predikat

populer dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya,

jika remaja perempuan memiliki banyak teman

laki-laki sering kali dianggap tidak baik

3. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh piha

luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara

melibatkan remaja keldalam kegiatan-kegiatan yang

merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.

Misalnya minuman keras, penyalagunaan obat-obat

terlarang, tawuran atau kekerasan.

e. Perubahan Interaksi Dengan Sekolah

Pada masa anak-anak sebelum menginjak masa

remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang ideal

bagi mereka. Para guru memainkan peranan yang penting

bagi perkembangan emosi mereka. Namun demikian, figur

tokoh para guru dapat memberikan ancaman bagi peserta

didiknya. Pristiwa semacam ini seringkali tidak disadari

oleh para guru bahwa ancaman-ancaman itu dapat

(37)

mereka memasuki masa remaja. Cara seperti ini dapat

menimbulkan emosi pada anak.

Dalam perkembagannya, remaja seringkali terbentur

pada nilai-nilai yang mereka tidak dapat terima yang juga

bertentangan dengan nilai-nillai yang menarik bagi mereka.

Pada saat itulah akan timbul idealisme untuk mengubah

lingkungannya. Idealisme yang tidak boleh diremehkan

dengan anggapan bahwa semuanya akan muncul jika

mereka sudah dewasa. Sebab idealisme yang dikecewakan

akan berkembang menjadi tingka laku emosional yang

deskruktif

5. Dimensi Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi terbagi dalam beberapa wilayah

kemampuan. Solvey dan Mayor (Hein, 2009) membagi

wilayah-wilayah kecerdasan emosi tersebut meliputi :

a. Kemampuan untuk mengidentifikasi emosi yaitu

kemampuan untuk mengenali bagaimana individu dan

orang yang ada dalam lingkungannya mengekspresikan

perasaan.

b. Kemampuan untuk menggunakan emosi sebagai fasilitator

untuk berpikir yaitu kemampuan-kemampuan yang

melibatkan kemampuan untuk menghubungkan emosi

(38)

dan mewarnai serta menggunakan pemikiran dalam

menyelesaikan masalah.

c. Pemahaman emosi yaitu kemampuan untuk memahami

perasaan-perasaan yang kompleks

d. Kemampuan untuk mengelolah emosi yaitu kemampuan

untuk mengatur emosi diri sendiri dan orang lain.

Goleman (Hein, 2009) membagi kecerdasan emosi

menjadi lima wilayah yang membentuk kecerdasan, kelima

wilayah tersebut meliputi:

a. Kemampuan untuk peduli, memahami dan

mengekspresikan emosi

b. Kemampuan untuk peduli, memahami dan berhubungan

dengan orang lain

c. Kemampuan untuk mengatasi emosi-emosi yang kaut dan

mengontrol emosi yang implusive

d. Kemampuan untuk beradaptasi pada perubahan adan untuk

menyelesaikan masalah-masalah personal atau sosial

e. Kemampuan interpersonal, interpersonal, kemampuan

untuk menyelesaikan, mampu mengelola stress.

Solvey dan Mayor secara terpisah (Goleman 2009:

(39)

digunakan untuk melihat bagaimana kecenderungan emosi.

Kelima wilayah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengenali Emosi Diri

Kemampuan seorang mengenali emosi merupakan

kemampuan yang paling mendasar dalam hidupnya. Mayer

dalam Goleman (2009: 62-64) berpendapat bahwa

kemampuan mengenali emosi merupakan kesadaran

seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran ini berupa

waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang

suasana hati.

Orang yang dapat mengenali emosinya, dapat

berpikir jernih dan dapat mengambil keputusan yang tepat

dan baik bagi dirinya. Kemampuan ini merupakan dasar

dari kecerdasan emosi, para ahli psikologi menyebutkan

kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran

seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer

(Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada

terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati,

bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut

dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri

memang belum menjamin penguasaan emosi, namun

(40)

mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai

emosi.

Orang yang memiliki kesadaran diri dapat

mengetahui perasaannya, mengetahui hubungan antara

pikiran dan perasaan, serta mengetahui reaksi yang timbul

akibat perasaannya. Salah satu cara agar seseorang dapat

mengenali perasaannya ialah dengan memberi nama setiap

perasaan yang timbul dari dalam diri dan dapat

menyebutnya. Apabila kurang, maka individu menjadi larut

dalam aliran dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran ini belum

menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu

prasyarat penting untuk mengendalikan emosi.

Menurut Goleman (2009: 403 – 404), ciri – ciri

orang yang mampu mengenali emosi diri, sebagai berikut:

1. Perbaikan dalam mengenali dan merasaka emosi dirinya

2. Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang

timbul

3. Mengenali perbedaan perasaan dan tindakan

b. Mengelola Emosi

Goleman (2009: 58) menyatakan bahwa

kemampuan mengelola emosi adalah; suatu kemampuan

dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan

(41)

diri individu. Goleman (2009: 77-79) juga berpendapat

bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan salah satu

faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan emosi.

Emosi berlebihan yang meningkat dengan

intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.

Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur

diri sendiri, menemukan cara-cara untuk menangani

perasaan takut dan melepaskan kecemasan, rasa takut,

kemurungan, ketersinggungan dan akibat-akibat yang

ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari

perasaan-perasaan yang menekan.

Menurut Goleman (2009: 404) orang yang memiliki

kemapuan mengelola emosi memiliki ciri-ciri sebagai

berikut

1. Toleransi yang tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan

amarah

2. Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan

di ruang kelas

3. Mampua dalam mengungkapkan amarah tanpa

berkelahi

4. Berkurangnya prilaku agresif dan merusak diri sendiri

5. Memiliki perasaan yang positif terhadap diri sendiri,

(42)

6. Lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa

7. Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam

pergaulan

c. Memotivasi Diri sendiri

Goleman (2009: 110) menyatakan kemampuan

memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan

menumbuhkan semangat denagn baik dalam menjalankan

suatu aktifitas yang berguna dan memberikan manfaat.

Individu yang baik dalam memotivasi diri adalah individu

yang memiliki ketekunan, rajin, ulet, dan dapat menahan

diri terhadap kepuasan, mengendalikan dorongan hati, serta

mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusias,

gairah, optimis, dan keyakinan diri.

Goleman (2009: 126–134) mengatakan bahwa

orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri adalah

orang yang mencapai keadaan Flow. Flow merupakan

puncak dari kecerdasaan emosional. Flow merupakan

keadaan seseorang yang memiliki perasaan bahagia

sehingga dapat fokus pada apa yang sedang

dikerjakannnya.

Menurut Goleman (2009:404) ciri – ciri orang yang

memiliki kemampuan dalam memotivasi diri sendiri

(43)

1. Lebih bertanggung jawab

2. Lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang

dikerjakan dan dapat menaruh perhatian

3. Menguasai diri

4. Meningkatnya prestasi belajar

d. Mengenali Emosi Orang Lain.

Menurut Goleman (2009: 136) kemampuan

mengenali emosi orang lain disebut juga empati, yaitu

kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengetahui

apa yang sedang dirasakan oleh orang lain atau peduli.

Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu

menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang

mengisyaratkan apa saja yang dibutuhkan orang lain, peka

terhadap perasaan orang lain dan mampu untuk

mendengarkan orang lain.

Kemampuan berempati juga merupakan

kemampuan memahami perasaan dan masalah orang lain,

dan berpikir dengan sudut pandang mereka; mengharga

perasaan orang mengenai berbagai hal.

Goleman (2009: 404), ciri – ciri orang yang

memiliki kemampuan empati dengan baik sebagai berikut

1. Lebih mampu dalam menerima sudut pandang orang

(44)

2. Memeprbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan

orang lain

3. Lebih baik dalam mendengarkan orang lain

e. Membina Hubungan

Menurut Goleman (2009: 158-169), keterampilan

dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam

keberhasilan membina hubungan. Orang-orang yang hebat

dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses

dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan

karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang

lain. Orang seperti ini populer dalam lingkunganya dan

menjadi teman yang menyenangakan karena

kemampuannya berkomunikasi. Sejauh mana kepribadian

individu berkembang dapat dilihat dari banyaknya

hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Kemampuan membina hubungan dengan orang lain

salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan

keampuan dalam berbicara secara efektif, dapat menjadi

pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa

yang dilakukan dan apa yang dikatakan seseorang dengan

reaksi atau penilaian kita sendiri. Membuka diri dapat

ditunjukkan dengan menghargai keterbukaan dan membina

(45)

yang aman untuk mengambil suatu resikodalam

membicarakan perasaan.

Menurut Goleman (2009: 404 – 405), ciri – ciri

orang yang mampu membina hubungan dengan baik,

sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan menganalisis dan

memahami hubungan

2. Lebih baik dalam menyelesaikan pertikayan

3. Lebih baik dalam menyelesaikan persoalan yang imbul

dalam hubungan

4. Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi

5. Lebih populer dan mudah bergaul; bersahabat dan

terlibat dengan teman sebaya

6. Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya

7. Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa

8. Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam

berkelompok

9. Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka

menolong

(46)

B. Remaja Akhir

1. Mahasiswa Tingkat Awal Sebagai Remaja Akhir

Mahasiswa tingkat awal merupakan peserta didik yang

tergolong pada perguruan tinggi. Mahasiswa tingkat awal

dapat digolongkan sebagai remaja akhir yaitu usia 17/18 – 21

tahun bagi mahasiswa laki-laki dan 17/18 tahun bagi

mahasiswi perempuan. Masa remaja akhir merupakan

peralihan dari masa remaja awal. Masa ini ditandai oleh

persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa

Mappiare (Ali dan Asori, 2009: 9). Masa remaja berlangsung

dari umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun

samapai 22 tahun bagi laki-laki. (Ali dan Asori, 2009: 9).

Hurlock (Ali dan Asori, 2009:9) istilah remaja yang

aslinya adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

berarti “tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan

lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti

yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional,

sosial, dan fisik Hurlock (Ali dan Asori, 2009:9). Pandangan

ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara

psikologis, remaja usia di mana individu menjadi terintegrasi

ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak merasa

bahwa dirinya tidak berada dibawah tingkat orangyang lebih

(47)

Remaja merupakan masa dimana individu mulai

mencari jati dirinya. Remaja sebetulnya tidak mempunyai

tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termaksud

anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima secara penuh untuk

masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara

anak-anak dan orang dewasa. Remaja belum mampu

menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik

dan psikisnya. Namun yang perlu ditekankan disini adalah

fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah

berada pada masa yang amat potensial, baik dilihat dari segi

kognitif, emosi dan psikisnya.

2. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja difokuskan

pada upaya meninggalkan sikap dan prilaku

kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap

dan berprilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas

perkembangan remaja Horlock (Ali dan Asori, 2009:10)

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan yang baik dengan anggota

kelompok yang berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian emosional

(48)

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual

yang sangat di perlukan untuk melakukan peran sebagai

anggota masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang

dewasa dan orang tua

h. Mengembangkan prilaku tanggung jawab sosial yang

diperlukan untuk memasuki usia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga

3. Karakteristik Perkembangan Emosi Pada Remaja Akhir

Menurut (Ali dan Asori, 2009:68) selama periode ini

remaja memandang dirinya sebagai orangg dewasa dan

mampu menunjukkan pemikiran, sikap, prilaku yang semakin

dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan masyarakat mulai

memberikan kepercayaan kepada remaja. Interaksi dengan

orang tua, masyarakat, teman sepergaulan menjadi lebih

bagus dan lancar karena sudah memiliki kebiasaan penuh

serta emosinyapun mulai stabil. Pilihan arah hidup yang

semakin jelas dan pengambilan keputusan tentang arah

(49)

C. Kajian Penelitian Yang Relefan

Menurut Goleman IQ hanya menyumbang 20%

dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang, sementara

80% adalah kecerdasan emosi adalah kecerdasan emosi.

Menurut Winanti Siwi R, Aziz Luthfi , Nasrul Pradana

(2011) Kecerdasan emosi individu mencakup

pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan

menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan

dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan

kesenangan, mengatur suasana hatidan menjaga agar beban

stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk

mengenali perasaan orang

Penelitian ini erat kaitannya dengan penelitian

ttingkat kecerdasan emosi mahasiswa Angkatan 2013

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

(50)

D. Kerangka Berpikir

Kita ketahui kecerdasan emosi merupakan salah satu

penentu kesuksesan dalam kehidupan seseorang. Dalam penelitian

ini peneliti ingin mengetahui tingkat kecerdasan emosi mahasiswa

angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2013/214. Kecerdasan

emosi merupakan kemampuan mahasiswa dalam mengenal emosi,

mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang

lain dan membina hubungan dengan orang lain.

Usulan topik bimbingan merupakan program layanan dasar

yang akan diberikan kepada mahasiswa semester II kelas A

Kecerdasan Emosi Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Tahun

Ajaran 2013/214

Usulan topik bimbingan

Mengenali emosi diri

Membina Hubungan Mengenali Emosi Orang

Lain Memotivasi Diri

(51)

angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling

(52)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian subjek penelitian dan sampel penelitian, veriabel penelitian,

tehnik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reabilitas,

tehnik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode

penelitian deskriptif merupakan “metode penelitan yang berusaha

memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan

sifat populasi tertentu” (Margono, 2007: 8). Penelitian deskriptif

bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat

fakta-fakta serta karakteristik mengenai populasi atau situasi atau

kejadian tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas

situasi atau kejadian yang sesuai dengan kenyataan yang ada di

lapangan. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif sehingga tidak

bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat

prediksi, ataupun mempelajari implikasinya (Azwar, 2012 :7). Sifat

deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

(53)

Studi Bimbingan dan Konseling Smester dua Universitas Sanata

Dharma Tahun ajaran 2013/2014 kelas A.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Maret

2014. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Prodi Bimbingan

dan Konseling Universitas sanata Dharma. Penelitian ini dimulai

pada pukul 09.30 WIB dan berakhir pada pukul 10.00 WIB.

C. Subjek

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini

melibatkan mahasiswa kelas A Program Studi Bimbingan dan

Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharm dari 2 kelas

yaitu; kelas A dan B. Alasan memilih mahasiswa kelas A sebagai

tempat penelitian karena: (1) Mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata

Dharma mudah di jangkau. (2) Mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata

Dharma tergolong usia remaja akhir.

D. Variabel Penelitian

Veriabel penelitian merupakan segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari

(54)

kesimpulannya. (dalam Sugiono, 2010: 60). Variabel dalam

penelitian ini merupakan variabel independen /bebas. Variabel

independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen/terikat.

Variabel dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan

emosi merupakan kemmpuan seseorang dalam mengenali emosi,

mengelola emosi, memotivasi diri, dan mengenali emosi orang lain

serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

kuisioner. Menurut Sugiono (2011: 199) kuisioner merupakan

tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Sepadan dengan Sugiono,

menurut Margono (2007: 167) kuisioner merupakan suatu alat

pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah

pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh

responden. Kuisioner seperti interviu, dimaksudkan untuk

memperoleh informasi tentang diri responden atau informasi

tentang orang lain.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa

(55)

tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah

alternatif jawaban yang disediakan. Responden dalam

menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang

sudah disediakan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan Skala Likert yang dibuat dalam bentuk checklist.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial (Sugiyono, 2011:134). Dalam skala likert jawaban dari

setiap instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai

sangat negatif (Sugiyono, 2011:135). Pernyataan dalam

kuesioner kecerdasaan emosi ini hanya terdiri dari dua jenis

pernyataan yaitu pernyataan positif atau favorable dan negatif

atau unvaforable. Pernyataan positif atau favorabel dannegatif

atau unvaforable merupakan konsep kekecerdasanan yang

sesuai atau mendukung atribut/variabel yang diukur. Dalam

penelitian ini peneliti hanya menggunakan 4 (empat) alternatif

jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai

(KS), dan sangat tidak sesuai (STS)

Istrumen/kuisioner yang telah disiapkan selanjutnya

disebar pada mahasiswa dengan mengisi dan memberi tanda

(56)

digunakan adalah sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai

(KS), dan sangat tidak sesuai (TS) dengan bobot tiap alternatif

jawaban adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 135).

Tabel 1

Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban.

NO Pernyataan

Alternatif jawaban

S (Sangat Sesuai)

S (Sesuai)

KS (Kurang

Sesuai)

TS (Tidak Sesuai)

1. Favorabel 4 3 2 1

(57)

Tabel 2

Kisis-Kisi Kuisioner Kecerdasan Emosi

No Aspek Indikator Vaforable Unfavorabel Jumlah

1 Mengenali emosi diri : kesadaran akan perasaan diri sewaktu perasaan itu timbul, dan

Mengenali dan merasakan emosi diri

1,2,3,4,5,6,7,8,9 55,56,57,58,59,60, 61,62,63,64

19 1. Memahami penyebab

perasaan yang timbul

10,11,12,13,14,15 65,66,67,68,69,70,71 13 2. Mengenal pengaruh

perasaan terhadap tindakan

16,17,18,19,20,21 72,73,74,75,76,77 12

2. Mengelola emosi : menyadari apa yang ada dibalik perasaan, dan kemampuan mengatur suasana hati, menghibur diri

1. Mengendalikan emosi 78,79,80,81 22,23,24,25 8 1. Mengekspresikan

emosi dengan tepat

26,27 82,83 4

3. Memotivasi diri sendiri:

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan flow

1. Memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri

28,29,30,31,32 84,85,86,87,88,89 11 2. Memiliki rasa

tanggung jawab

90,91,92,93,94 33,34,35,36,37 10

4. Mengelola emosi orang lain: kemampuan untuk memahami perasaan orang lain

1. Memiliki kepekaan terhadap

permasalahan orang lain

38,39,40 95,96,97,98,99 8 2. Dapat menjadi

pendengar yang baik

100,101,102,103 41,42,43,44 8

5. Membina hubungan : kemampuan mengetahui perasaan orang lain, dan mampu menangani perasan orang lain.

1. Dapat bekerja sama dengan orang lain

45,46,47 104,105,106 6 1. Dapat berkomunikasi

dengan baik

48,49,50,51,52 107,108,109,110,111 10 2. Dapat menerima sudut

pandang orang lain

(58)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Menurut Azwar (2005:5) validitas menunjuk pada sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Validitas yang diuji untuk

instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi

merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap

isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara professional

judgement (Azwar 2004:45). Validitas isi merupakan validitas

yang mengukur relevansi item kuesioner dengan indikator

kekecerdasanan dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2012:132).

Kuesioner penelitian ini didasarkan pada pertimbangan dari ahli

(judgment expert).Dalam penelitian ini, 114 item/pernyataan

kuesioner penelitian dikonstruksi tentang aspek-aspek yang

diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli. Dalam

pengujian judgment expert peneliti meminta bantuan kepada:

a. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku dosen Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi peneliti.

Dosen memberi penilaian terkait dengan kesesuaian antara

variabel penelitian, indikator penelitian, pengelompokkan

item vaforable dan unfavorable dan kalimat pernyataan

(59)

b. Dr. Maria Margaretha Sri Hastuti, M. Si, selaku dosen

tetap yang mengajar di Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dosen

memberikan penilaian yang berkaitan dengan struktur

kalimat yang sesuai dengan kaidah ejaan yang

disempurnakan (EYD).

Hasil konsultasi kepada ahli juga dilengkapi dengan

pengujian empirik untuk melihat korelasi internal dengan cara

mengkorelasikan skor-skor setiap item instrumen terhadap

skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Spearman's rho

menggunakan aplikasi program komputer SPSS for Window.

Rumus korelasi Spearman's rho adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien

validitas yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar,

2007:103). Apabila terdapat item yang memiliki nilai

(60)

internal yang lemah dan tidak dijadikan sebagai item

instrumen penelitian.

Dari hasil pemeriksaan konsistensi butir terhadap

total, diperoleh 38 butir item yang nilai koefisien validitas

di bawah 0,30 dari 114 butir item. Rincian item yang

memiliki koefisien validitas >0,30 dan <0,30 terdapat pada

(61)

Tabel 3

Rincian Item yang valid dan Gugur

No Aspek Indikator Vaforable Unfavorabel Valid Gugur 1 Mengenali emosi

diri : kesadaran akan perasaan diri sewaktu perasaan itu timbul, dan

1. Mengenali dan merasakan emosi diri

1,2,3,4,5,6,7,8,9 55,56,57,58, 59,60, 61,62,63,64 3,57,58,59,6 0,61,62,63 1,2,4,5, 6,7,8,9, 64 2. Memahami penyebab perasaan yang timbul

10,11,12,13,14,15 65,66,67,68, 69,70,71 65,66,67,69, 70,71 10,11,1 2,13,14 ,15,68 3. Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan

16,17,18,19,20,21 72,73,74,75, 76,77 72,73,74,75, 76 16,17,1 8,19,20 ,21,77

2. Mengelola emosi : menyadari apa yang ada dibalik perasaan, dan kemampuan mengatur suasana hati, menghibur diri 1. Mengendalikan emosi

78,79,80,81 22,23,24,25 78,79,80,81,

22,23,25 24 2. Mengekspresikan

emosi dengan tepat

26,27 82,83 26,27,83 82 3. Memotivasi diri

sendiri:

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan flow

1. Memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri

28,29,30,31,32 84,85,86,87, 88,89

28,29,32,84, 85,86,87,88,

89

30,31

2. Memiliki rasa tanggung jawab

90,91,92,93,94 33,34,35,36, 37

33,34,35,91, 92,93,94

36,37, 90

4. Mengelola emosi orang lain: kemampuan untuk memahami perasaan orang lain

1. Memiliki kepekaan terhadap

permasalahan orang lain

38,39,40 95,96,97,98, 99

39,40,96,97, 98,99 2. Dapat menjadi

pendengar yang baik

100,101,102,103 41,42,43,44 43,44,100,10 1,102,103 5. Membina

hubungan : kemampuan mengetahui perasaan orang lain, dan mampu menangani perasan orang lain.

1. Dapat bekerja sama dengan orang lain

45,46,47 104,105,106 45,46,47,105 104,

106

2. Dapat

berkomunikasi dengan baik

48,49,50,51,52 107,108,109, 110,111

48,49,50,51, 52,107,108,1 09,110,111 3. Dapat menerima

sudut pandang orang lain

53,54 112,113,114 53,54,112,11 3,114

(62)

2. Reliabilitas

Releabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil

pengukuran (Azwar, 2007). Pengukuran yang mempunyai

reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur

yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007:176).

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini

menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α).

Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α)

adalah sebagai berikut:

α = 2[1-

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor

belahan 2

Sx2 : varians skor skalaHasil perhitungan indeks

reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo,

1995: 209).

Tabel 4 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah

2 S

2 S + 2 S

(63)

Melalui kriteria tersebut, hasil reliabilitas kuesioner

kecerdasan emosi 0,773. Nilai koefisien reliaabilitas instrumen

kecerdasan emosi tergolong dalam tinggi. Artinya instrumen

kecerdasan emosi kepercayaannya tinggi yang digunakan sebagai

instrumen penelitian

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2011: 207) mengatakan bahwa analisis data

merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel

dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari

seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta

melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut

merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh

dalam penelitian ini:

1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data

Penentuan skor pada item kuesioner dilakukan dengan

cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan

norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan

favorable atau unfavorable, selanjutnya memasukkannya ke

dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor subjek

serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis

(64)

2. Menentukan Kategori

Pengkategorian tingkat kecerdasan emosi mahasiswa

smester dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014 disusun

berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini

adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok

yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum

berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009: 106 ).

Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat rendah

sampai dengan sangat tinggi.

Mengkategorisasi kecerdasan emosi mahasiswa semester

dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014 menurut Azwar

(2009:108) kecerdasan emosi ke dalam lima kategori: sangat

rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan norma

kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 5 Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa

Semester Dua Prodi BK USD Tahun Ajaran 2013/2014

Norma/Kriteria Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ Sangat Rendah

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah

µ -0,5 σ <X≤µ +0,5 σ Sedang

µ +0,5 σ <X≤µ +1,5 σ Tinggi

µ +1,5 σ <X Sangat Tinggi

(65)

Keterangan:

Skor maksimum empiris : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan SPSS

Skor minimum empiris : Skor terendah yang diperoleh subjek penelitian menurut perhitungan SPSS

Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentangan

berdasarkan perhitungan SPSS µ (mean empiris) : Rata-rata empiris berdasarkan

perhitungan SPSS

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam

pengelompokan tinggi rendah tingkat tingkat kecerdasan emosi

mahasiswa smester dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014

dengan jumlah item = 76, diperoleh unsur perhitungan capaian

skor subjek sebagai berikut:

Skor maksimum empiris : 281

Skor minimum empiris : 206

Gambar

Grafik  1   :  Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II        Kelas A  Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan
Tabel 1 Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban.
Tabel 2 Kisis-Kisi Kuisioner Kecerdasan Emosi
tabel berikut
+7

Referensi

Dokumen terkait

oeruoertNu,r

[r]

(skala perusahaan) adalah upaya secara lebih terinci beban atau biaya lingkungan dari aspek apa saja yang secara nyata memang menghasilkan biaya lingkungan. Dengan demikian

Hasil penelitian penerapan teknik budidaya cabai merah di Subak Iseh, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem tergolong tinggi dengan pencapaian skor

menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes Objektif Berbasis Digital Mata Pelajaran Pengantar Akuntansi dan Keuangan Materi

Penelitian tentang penggunaan Facebook di antara anggota komunitas DTLS ini bertujuan untuk mengetahui dinamika proses produksi pesan antaranggota, fungsi media

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

Hal itu dikarenakan dengan adanya perputaran piutang yang semakin tinggi maka modal yang diinvestasikan dalam piutang akan semakin sedikit, sehingga perusahaan