KECERDASAN EMOSI MAHASISWA BARU
(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun
Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Yuventinus Morung
NIM: 101114087
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
KECERDASAN EMOSI MAHASISWA BARU
(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun
Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Yuventinus Morung
NIM: 101114087
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Tuhan enggkau menyelidiki dan mengenal aku
Mazmur 139 ayat 1
Hanya
karena kamu benar, bukan berarti aku salah.
-
Jhonson-
vii
ABSTRAK
TINGKAT KECERDASAN EMOSI MAHASISWA BARU (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Prodi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 Dan Implikasinya Pada UsulanTopik-Topik Bimbingan
Pribadi-Sosial)
Yuventinus Morung 101114087
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahi tingkat-tingkat kecerdasan emosi Mahasiswa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Prgram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun Pelajaran 2013/2014, yang kemudian hasilnya menjadi dasar bagi peneliti dalam merumuskan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang sesuai dalam meningkatkan kecerdasan emosi
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan dikategorikan sebagai penelitian survey. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian kuesioner. Jumlah responden yang diminta untuk mengisi kuesioner adalah 34 orang dan jumlah item kecerdasan emosi yang ditanya adalah 76 item. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik tabulasi data, yaitu data-data dimasukkan ke program SPSS.
viii
ABSTRACT
New Students’ Levels of Emotional Intelligence
(Descriptive Study on Students of Semester II Class A 2013 of Guidance and Counseling Courses of Sanata Dharma University Yogyakarta in Academic Year 2013/2014 and Its Implication on Proposing Topics of
Personal-Social Guidance)
Yuventinus Morung 101114087
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2014
The purpose of this research was to check levels of emotional intelligence from students Semester II Class A 2013 of guidance and counseling courses of Sanata Dharma University Yogyakarta in academic year 2013/2014, then the result is the basis for researcher in formulating topics appropriate social personal guidance in improving emotional intelligence.
Type of this research is quantitative descriptive research and categorized as a research survey. Data collection techniques used are filling the questionnaire. The number of respondents who were asked to fill out questionnaires is 34 people and the number of items of emotional intelligence that is asked is 76 items. The data collected are then analyzed with techniques tabulations of data, i.e., data is inserted into the program SPSS.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahhat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Penulis mendapat banyak pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan. Semua pengalaman itu menjadi pelajaran yang sangat penting dalam perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa semua pengalaman yang dialami saat mengerjakan skripsi ini merupakan bagian dari perjalanan pengembangan diri penulis dan tentunya atas kuasa TYME.
Skripsi ini diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah mendampingi, memotivasi, dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dan kerja keras dalam memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada penulis selama mengerjakan skripsi.
3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
4. St. Priyatmoko atas segala bantuan administrasinya selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Dr. Maria Magaretha Sri Hastuti, M.Si,. selaku dosen penelitian payung yang telah memberi arahan dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Romo Stefanus Mangga, SVD,. yang telah membantu peneliti dengan masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga besar Solidaritas Cibal Mangarai Yogyakarta Kraeng Jande, Kraeng Tribel, Kraeng Kochang, Kraeng Gusti, Kraeng Cleo, Kraeng Ovil, Kraeng Ernus,Kraeng Oswal, Kraeng Van, Kraeng Rikos, Kraeng Rolan, Kraeng Vedos, Kraeng Paul, Kraeng Vino, Kraeng Obet. Kraeng Mamik, Kraeng Endi,Kraeng Aris, Kraeng Epok, Kraeng Arkos, Ndu Indak, Ndu Ivon, Ndu Ivon, Ndu Putri, Ndu Helena, Ndu Gustin, Ndu Ecak, Ndu Cintia, Ndu Windi, yang telah membantu memberikan masukan kepada penulis dan atas kebersamaanya selama di Yogyakarta, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belekang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Definisi Oprasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kecerdasan Emosi ... 11
1. Definisi Emosi ... 11
2. Kecerdasan Emosi ... 13
3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi ... 15
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ... 17
5. Dimensi Kecerdasan Emosi ... 21
B.Remaja Akhir ... 30
1. Mahasiswa Tingkat Awal Sebagai Remaja Akhir... 30
xii
3. Karakterisitik Perkembangan Emosi Pada Remaja Akhir... 32
C.Kajian Penelitian Yang Relefan ... 33
D.Kerangka Berpikir ... 34
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 36
B.Tempat dan Penelitian ... 37
C.Subjek ... 37
D.Variabel Penelitian ... 38
E. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 38
1. Tehnik Pengumpulan Data ... 38
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 39
F. Validitas dan Releabilitas ... 42
1. Validitas ... 42
2. Relaabilitas ... 46
G.Tehnik Analisis Data ... 47
1. Menentukan skor Pengolahan Data ... 47
2. Menentukan Kategori ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52
1. Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa Smester dua Kelas Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Shanata Dharma Tahun Ajaran 2013/2014 ... 52
2. Identifikasi item tingkat kecerdasan emosi sebagai dasar mengusulkan topik-topik bimbingan ... 56
3. Hasil Analisis Skor-Skor Butir Instrumen Kecerdasan emosi. ... 60
B. Pembahasan ... 63
C. Usulan Program-program Bimbingan Berdasarkan Item-item dalam Kuesioner yang Teridentifikasi Rendah dan Sangat Rendah ... 72
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 78
B. Keterbatasan ... 79
C. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban ... 40
Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosi ... 41
Tabel 3 : Rincian Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 45
Tabel 4 : Kriteria Guilford ... 46
Tabel 5 : Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 48
Tabel 6 : Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 50
Tabel 7 : Kategorisasi Skor Butir-butir Instrumen Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 51
Tabel 8 : Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 53
Tabel 9 : Pengkategorisasian Skor Butir-butir Instrumen Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 57
Tabel 10 : Analisiss Butir-butir Instrumen Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 60
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran
2013/2014 ... 55 Grafik 2 : Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasisawa Semester II Kelas A
Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma, Tahun/Ajaran 2013/2014 ... 56 Grafik 3 : Presentasi capayan Skor Item Tingkat Kecerdasan Emosi
Mahasisawa Semester II Kelas A Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ... 82
Lampiran 2 : Data Penelitian ... 92
Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas ... 97
Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 108
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, dipaparkan mengenai latar belakang, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan definisi oprasional variabel penelitian.
A.Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang memilki banyak dimensi.
Inilah yang membuat adanya perbedaan antara manusia dengan
mahluk hidup lainnya. Salah satu aspek yang membedakan
manusia dengan mahluk lainnya adalah emosi. Perjalanan
kehidupan manusia/mahasiswa semester awal diwarnai oleh emosi.
Manusia juga dikatakan sebagai mahluk beremosi. Emosi pada
manusia merupakan sesuatu yang dibawah sejak lahir atau bersifat
innate. Emosi mewujud atau nampak pada munculnya rasa gembira
dan rasa sedih. Perasaan gembira dan sedih muncul ketika
seseorang berada pada situasi yang baru. Adanya rasa gembira
karena seseorang mampu mengelola emosinya, sedangkan rasa
sedih diakibatkan karena seseorang tidak mampu mengelolah
emosinya.
Emosi memainkan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, termasuk juga manusia memasuki suatu situasi
atau fase baru dalam kehidupan. Manusia akan sulit menikmati
emosi. Kehidupan manusia tidak jauh dari tindakan yang
mempertegas keberadaannya. Pada setiap tindakan yang dilakukan
manusia terdapat aspek yang memainkan peranan penting yaitu
emosi. Emosi memiliki peranan yang penting bagi perkembangan
kehidupan manusia. Emosi tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan lainnya, seperti fisik, intelektual, bahasa dan
koognitif.
Emosi berasal dari kata e yang berarti energi dan m yang
berarti motion. Secara harafiah emosi berarti energi dalam diri
seseorang yang mempengaruhi munculnya berbagai perasaan,
seperti; rasa senang, bahagia, gembira, dan contoh emosi yang
memberikan dampak negatif misalnya rasa sedih, kecewa, marah.
Manusia berkecenderungan untuk menghindari emosi yang
memberikan dampak negatif. Ada manusia yang dapat mengatasi
emosi tersebut, tetapi ada yang tidak mampu mengatasinya. Ketika
manusia tidak mampu mengelola emosi yang bersifat negatif dapat
dikatakan ketidakmampuan dalam mengendalikan diri secara
emosional.
Intelegence Quotient merupakan istilah popular yang
dikenal oleh semua orang. Banyak anggapan yang mengatakan
bahwa seseorang yang dengan kecerdasan intelektual yang tinggi
mempunyai peluang yang sangat besar dalam menentukan
intelektual yang tinggi dan mengandaikan bahwa IQ yang tinggi
dapat menjadi penentu sukses dalam kehidupan. Sekarang kita
tidak hanya mengenal IQ (Intelegence Quotient) tetapi juga EQ
atau kecerdasan emosional. Masa sekarang kecerdasan tidak hanya
di kenal sebagai kemampuan berpikir atau menghitung, melainkan
juga kemampuan dalam mengendalikan emosi seperti kemampuan
personal dan intrapersonal. Kemampuan personal merupakan
kemampun manusia dalam mengenali emosi diri, mengelolah
emosi, memotivasi diri sendiri, dan mengenali emosi orang lain.
Sedangkan kemampuan kemampuan intrapersonal adalah
kemampuan manusia dalam bekerja sama atau membina hubungan
dengan orang lain.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
adalah orang tua. Penelitian Winanti Siwi R1, Aziz Luthfi1, Nasrul
Pradana (2011) Penelitian perbedaan kecerdasan emosi di tinjau
dari persepsi penerapan disiplin orang tua yang memiliki
kecerdasan emosi ditemukan 77,14 % mahasiswa kategori rendah
dan 22,86 % mahasiswa kategori tinggi. Sementara mahasiswa
mempersepsikan penerapan disiplin orang tuanya demokratis
memiliki kecerdasan emosi yang rendah sebanyak 29,06%, dan
yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi sebanyak 70,94%.
Menurut Winanti Siwi R1, Aziz Luthfi1, Nasrul Pradana (2011),
permesif akan kurang mendukung untuk pembentukan kecerdasan
emosi, mahasiswa dengan kategori kecerdasan emosi yang tinggi
dapat dikatakan membentuk kecerdasan emosi, sedangkan
mahasiswa dengan kategori kecerdasan emosi yang rendah,
mahasiswa cenderung menolak kritikan terhadap dirinya karena ia
merasa tingkah lakunya benar, tidak patuh terhadap orang tua dan
kurang mampu bertahan ketika menghadapi masalah.
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang paling
mendasar dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan hidup.
Kecerdasan emosional dapat menentukan seberapa baik atau
seberapa buruk orang dalam menggunakan
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya termaksud intelektual (Goleman,
2009: 47). Generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan
emosional dibandingkan sebelumnya. Mereka lebih kesepian,
pemurung, kurang menghargai sopan santun, mudah cemas, serta
lebih agresif. Dengan kata kecerdasan emosi sangat berpengaruh
terhadap perkembangan individu. Menurut Goleman (2009) orang
yang memiliki kecerdasan emosi adalah orang yang matang dalam
hal pengaturan kondisi diri dan emosinya. Penelitian para ahli
menunjukan bahwa memiliki keterampilan emosional dapat
membuat sesorang bersemangat dalam belajar, disukai oleh banyak
teman dalam bergaul dan dapat mempersiapkan diri dalam
Peran kecerdasan intelektual dalam keberhasilan dunia kerja
menempati urutan kedua, setelah kecerdasan emosi. Kenyataan ini
dapat dilihat ketika seseorang yang be-IQ tinggi tidak stabil
emosinya, mudah marah, sering keliru dalam menentukan dan
memecahkan persoalan hidup karena sulit berkonsentrasi (Suparno,
2004 : 21). Menurut Goleman (2009 : 47) orang yang memiliki
kecerdasan intelektual yang tinggi tidak dapat menjamin
kesejahteraan, gengsi atau kebahagiaan hidup Keseimbangan antara
IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar. Pernyataan
tersebut di perkuat oleh pendapat Goleman (2009: 44) yang
menyatakan bahwa “setinggi-tingginya IQ hanya menyumbang
20% faktor-faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup,
sementara 80% diisi oleh faktor kecerdasan emosional”.
Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan dalam
memotivasi diri sendiri, mengatasi frustrasi, mengontrol desakan
hati, mengatur suasana hati, berempati serta kemampuan dalam
membina hubungan dengan orang lain.
Berkaitan dengan hal tersebut, sebagaimana yang sudah
disinggung di atas, situasi atau fase baru dalam kehidupan
seseorang turut mempengaruhi kecerdasan emosinya. Hal ini juga
berpengaruh pada mahasiswa-mahasiswa baru yang secara
akademik memasuki suasana baru dalam kehidupannya. Peneliti
pada mahasiswa Prodi BK Semester II Universitas Sanata Dharma
Tahun Ajaran 2013/2014. Alasan peneliti memilih mahasiswa
Prodi BK Smester II tersebut adalah karena mahasiswa berada
dalam situasi peralihan dari level SMA ke level universitas.
Pada tahun pertama perkuliahan, disatu sisi mahasiswa
masih terkekang atau terikat pengalaman pada masa SMU, pada
sisi lain mahasiswa harus mulai menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru, yaitu kehidupan kampus. Situasi baru ini tentu
mempengaruhi perkembangan dan tingkat kecerdasan emosinya.
Hal ini berimplikasi pada 3 hal berikut, Pertama, pada smester II
tersebut merupakan usia yang paling beresiko yang dapat
menentukan kesuksesan pada smester yang berikutnya. Kedua.
banyaknya masalah yang terjadi pada mahasiswa misalnya
penyesuaian yang salah suai. Penyesuaian diri yang salah suai ini
terjadi akibat peralihan tugas perkembangan. Peralihan tugas
perkembangan ini menyebabkan mahasiswa tidak lagi memiliki
status yang jelas dalam masyarakat, bukan lagi sebagai anak-anak
tetapi sebagai remaja akhir yang akan memasuki masa dewasa
awal. Ketiga, adanya tuntutan-tuntutan yang besar bagi mahasiswa
untuk hidup mandiri terutama bila dunia kampus yang dimasuki
B.Batasan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah kecerdasan emosi yang
dialami oleh mahasiswa Program Studi Shanata Dharma seperti
penyesuaian diri yang salah suai peneliti hanya membahas
mengenai tingkat kecerdasan emosi yang dialami oleh
Mahasisiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2013/2014.
Hal-hal yang ingin diteliti dan dianalisis berkaitan dengan
kecerdasan emosional mahasiswa adalah kemampuan mengenali
emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali
emosi orang, dan membina hubungan/bekerja sama.
c. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seperti apakah tingkat-tingkat kecerdasan emosi mahasiswa
semester 2 angkatan 2013 Prodi BK USD Tahun Ajaran
2013/2014?
2. Item-item mana saja yang teridentifikasi rendah untuk
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penulisan
skripsi ini adalah:
1. Mendeskripsikan tingkat-tingkat kecerdasan emosi mahasiswa
semester awal atau semester dua Prodi BK USD angkatan
2013/2014.
2. Mendeskripsikan item-item yang rendah untuk dijadikan dasar
penyusunan topik bimbingan
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis,
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
pengetahuan khususnya mengenai tingkat kecerdasan emosi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
penelitian kecerdasan emosi.
2. Manfaat praktis,
a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan memberikan pandangan
bagi mahasiswa untuk mengetahui tingkat emosi serta
dapat mengelolahnya.
b. Bagi Prodi BK USD
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang
kecerdasan emosi mahasiswa Prodi BK Universitas
Sanata Daharma
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk
mengembangkan pengetahuan dalam melakukan
penelitian dan mengembangkan sikap-sikap ilmiah
sebagai mahasiswa. Selain itu dapat menambah wawasan
bagi peneliti tentang kecerdasan emosi.
F. Definisi Oprasional
1. Kecerdasan Emosi merupakan kesadaran akan perasaan
mahasiswa sewaktu perasaan itu timbul, kemampuan
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau
selaras sehingga tercapai keseimbangan dalam diri mahasiswa,
menahan diri dan mengendalikan dorongan dalam hati dengan
adanya perasaan motivasi yang positif, dan kemampuan
mahasiswa dalam memahami dan mengetahui dan ikut
berperan dalam memahami orang lain dan bertindak bijaksana
dalam hubungan antara sesama dengan menciptakan
komunikasi yang baik.
2. Mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling
angkatan 2013 semester II kelas A Universitas Sanata Dharma
merupakan merupakan mahasiswa yang terdaftar sebagai
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran
2013/2014
3. Bimbingan Pribadi adalah bimbingan dalam mengenali emosi,
mengelolah emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang
lain, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas landasan teritis beberapa hal berikut:
hakekat emosi, kecerdasan emosi, remaja akhir, kajian penelitian yang
relefan dan kerangka berpikir
A. Kecerdasan Emosi 1. Definisi Emosi
Kata emosi berasal dari Bahasa Latin, yaitu emovere,
yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan
bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Goleman (2009 : 411) emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih
mendorong seseorang berperilaku menangis.
Sementara itu, menurut Chalpin (1989) dalam Ali dan
Asori (2009:62) emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang
yang mendalam sifatnya dari perubahan prilaku. Chalpin
membedakan emosi dengan perasaan (feelings) adalah
pengalaman yang disadari dan diaktifkan. Senada dengan itu
menururut Poerbakawatja (1982) dalam Ali dan Asrori
(1989:63) emosi adalah suatu respon terhadap perangsang
yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang
kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.
Goleman (1995) dalam Ali dan Asrori, (2009:63),
sesungguhnya ada ratusan emosi yang bersama dengan variasi,
campuran, mutasi, dan nuansanya sehingga maknya yang
dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks.
Jadi emosi merupakan elemen penting dalam
kehidupan seseorang, karena emosi dapat berfungsi sebagai
penggerak dalam arti meningkatkan. Sejumlah teoritikus
mengelompokkan mengelompokkan emosi kedalam beberapa
golongan berikut ini:
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihi diri, dan putus asa
c. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan
takut sekali, waspada, tidak tenang, negeri
d. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang,
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu : malu hati, kesal
2. Kecerdasan Emosi
Solvey dan Mayer (dalam Stein dan Book, 2004: 30)
yang merupakan pencetus kecerdasan emosi mendefinisikan
kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk
membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan
mengendalikan perasaan secara mendalam sehinngga
memahami perkembangan emosi dan intelektual. Sejalan
dengan pengertian tersebut Stefan dan Book (2004:30)
mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai rangkayan
kecakapan yang memungkinkan seseorang untuk
mempertahankan seluruh kecerdasan yang dimilikinya, akal
sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang berfungsi secara
efektif setiap hari.
Senada dengan gagasan tersebut Bar-On dalam (Stefan
dan Book 2004: 30) mengartikan kecerdasan emosional
sebagai suatu rangkayan kemampuan, kompetensi dan
seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.
Sedikit berbeda dengan pandangan di atas Goleman
(1999:512; 2009: 45) mendefinisikan kecerdasan emosi
sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan diri dan
perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik padan diri sendir
dan dalam membina hubungan dengan orang lain dengan
mampu mengatasi frustasi; mengendalikan dorongan dalam
hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana
hati dan menjaga beban stres agar tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir serta bersimpati.
Senada dengan Goleman (2009, menyertakan Dedi
Supardi (Nurdin 2009) kecerdasan emosi merupakan suatu
dimensi kemampuan yang berupa keterampilan emosional dan
sosial yang kemudian membentuk watak dan karakteristik
didalamnya terkandung kemampuan-kemampuan seperti
mengendalikan diri, empati, mtivasi, semangat kesabaran,
ketekunan dan keterampilan sosial.
Dari berbagai pengertian para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan
orang lain serta kemampuan memotivasi diri dan menjalin
hubungan yang baik dengan orang lain.
3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi
Sebagai bahan rujukan dan pegangan gambaran
kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seseorang. Hein
(dalam Nurdin 2009) mengemukakan tentang tanda-tanda atau
cirri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik. Ciri-ciri tersebut
meliputi:
a. Ciri-ciri kecerdasan emosional yang baik meliputi:
1. Dapat mengekspresikan emosi dengan jelas
2. Tidak merasa takut untuk mengekpresikan perasaannya
3. Tidak didominasi oleh perasaan-perasaaan negative
4. Dapat memahami (membaca) komunikasi non Verbal
5. Membiarkan perasaan yang dirasakan untuk
membingbingnya
6. Berprilaku sesuai dengan keinginan, bukan karena
keharusan, dorongan dan tanggung jawab
7. Menyeimbangkan perasaan dengan rasional, logika dan
kenyataan
8. Termotivasi secara intrinsic
9. Tidak termotivasi kaeena kekuasaan, kenyataan,
status, kebaikan dan persetujuan
11.Optimis, tidak menginternalisasikan kegagalan
12.Peduli dengan perasaan orang lain
13.Seseorang untuk menyatakan perasaan
14.Tidak digerakan oleh ketakutan atau kekhawatiran
15.Dapat mengidentifikasikan bebagai perasaan secara
bersamaan
b. Ciri-ciri kecerdasan emosional yang buruk meliputi
1. Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
perasaan diri sendiri, tetapi menyalahkan orang lain
2. Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering
menyalahkan orang lain, menyelahkan orang lain, suka
memerintah, dan sering mengkritik orang lain
3. Suka meyalahkan orang lain
4. Berbohong tetang apa yang ia rasakan
5. Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi
berlebihan terhadap kejadian yang sederhana (kecil)
sekalipun.
6. Tidak memiliki perasaan dan integritas
7. Tidak sesnsitif terhdap perasaan orang lain
8. Tidak mempunyai rasa empati dan rasa kasihan
9. Kaku, tidak fleksibel, membutuhkan aturan- aturan
10.Merasa tidak aman, definisif dan sulit menerima
kesalahan dan sering merasa bersalah.
11.Tidak bertanggung jawab
12.Pesimistik dan sering menganggap dunia tidak adil
13.Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah,
sering menyalahkan.menggunakan kepandaian yang
dimilikinya untuk menilai dan mengkritik serta tanpa
rasa hormat terhadap perasaan orang lain.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Menurut Ali dan Asrori (2009: 69) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kecerdasan emosi, yaitu
a. Perubahan Jasmani
Perubahan yang ditujukkan dengan adanya
pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada
taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas sampai
bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur
tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tepat
menerima perubahan tubuh ini sering mempunyai akibat
yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja.
Tidak semua remaja dapat menerima perubahan
kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih perubahan tersebut
menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh
dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat
menyebapkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan
sering kali menimbulkan masalah dengan perkembangan
emosinya.
b. Perubahan Pola Interaksi Dengan Orang Tua.
Pola asuh yang orang tua terhadap anaknya, baik
remaja sangat bervariasi. Ada pola asuh yang menurut
dirinya sendiri baik, sehingga ada yang bersifat otoriter,
memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi juga ada yang
dengan penuh cinta kasih. Pola asuh yang seperti ini sangat
mempengaruhi perkembangan emosi remaja.
c. Perubahan Interaksi Dengan Teman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama
teman sebayanya secara khas dengan berkumpul dan
melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam
geng. Interaksi antara anggota dalam suatu kelompok geng
biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan
solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukkan kelompok
geng yang seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada
masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif,
yaitu memenuhi minta mereka. Diusahakan untuk
menghindari pembentukkan geng semacam itu ketika
Faktor yang sering menimbulkan emosi pada masa
remaja ialah hubungan cinta dengan teman lawan jenis.
Pada masa remaja tengah remaja benar-benar mulai jatuh
cinta denga teman lawan jenisnya.gejala ini sebenarnya
sehat bagi remaja, tetapi tidak jarang juga menimbulkan
konflik atau gangguan emosi jika tidak diikuti bimbingan
dari orang tua atau yang lebih dewasa. Oleh sebab itu, tidak
jarang orang tua cemas ketika anak remajanya mulai jatuh
cinta. Gangguan emosi yang mendalam dapat terjadi ketika
cinta remaja tidak terjawab atau karena pemutusan
hubungan cinta dari satu pihak sehingga dapat
menimbulkan kecemasan bagi orang tua dan remaja
sendiri.
d. Perubahan Pandangan Luar
Faktor penting yang mempengaruhi perkembangan
emosi remaja yaitu adanya pandangan dunia luar dirinya.
Ada sejumlah perubahan pandangan dari luar yang dapat
menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja,
yaitu sebagai berikut:
1. Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten.
Walaupun sudah dewasa,tetapi seringkali remaja
dianggap anak kecil dan tidak mendapatkan paran
2. Dunia luar atau masyarakat yang masih menerapkan
nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan
perempuan. kalau remaja laki-laki memiliki banyak
teman perempuan, mereka mendapatkan predikat
populer dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya,
jika remaja perempuan memiliki banyak teman
laki-laki sering kali dianggap tidak baik
3. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh piha
luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara
melibatkan remaja keldalam kegiatan-kegiatan yang
merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
Misalnya minuman keras, penyalagunaan obat-obat
terlarang, tawuran atau kekerasan.
e. Perubahan Interaksi Dengan Sekolah
Pada masa anak-anak sebelum menginjak masa
remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang ideal
bagi mereka. Para guru memainkan peranan yang penting
bagi perkembangan emosi mereka. Namun demikian, figur
tokoh para guru dapat memberikan ancaman bagi peserta
didiknya. Pristiwa semacam ini seringkali tidak disadari
oleh para guru bahwa ancaman-ancaman itu dapat
mereka memasuki masa remaja. Cara seperti ini dapat
menimbulkan emosi pada anak.
Dalam perkembagannya, remaja seringkali terbentur
pada nilai-nilai yang mereka tidak dapat terima yang juga
bertentangan dengan nilai-nillai yang menarik bagi mereka.
Pada saat itulah akan timbul idealisme untuk mengubah
lingkungannya. Idealisme yang tidak boleh diremehkan
dengan anggapan bahwa semuanya akan muncul jika
mereka sudah dewasa. Sebab idealisme yang dikecewakan
akan berkembang menjadi tingka laku emosional yang
deskruktif
5. Dimensi Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi terbagi dalam beberapa wilayah
kemampuan. Solvey dan Mayor (Hein, 2009) membagi
wilayah-wilayah kecerdasan emosi tersebut meliputi :
a. Kemampuan untuk mengidentifikasi emosi yaitu
kemampuan untuk mengenali bagaimana individu dan
orang yang ada dalam lingkungannya mengekspresikan
perasaan.
b. Kemampuan untuk menggunakan emosi sebagai fasilitator
untuk berpikir yaitu kemampuan-kemampuan yang
melibatkan kemampuan untuk menghubungkan emosi
dan mewarnai serta menggunakan pemikiran dalam
menyelesaikan masalah.
c. Pemahaman emosi yaitu kemampuan untuk memahami
perasaan-perasaan yang kompleks
d. Kemampuan untuk mengelolah emosi yaitu kemampuan
untuk mengatur emosi diri sendiri dan orang lain.
Goleman (Hein, 2009) membagi kecerdasan emosi
menjadi lima wilayah yang membentuk kecerdasan, kelima
wilayah tersebut meliputi:
a. Kemampuan untuk peduli, memahami dan
mengekspresikan emosi
b. Kemampuan untuk peduli, memahami dan berhubungan
dengan orang lain
c. Kemampuan untuk mengatasi emosi-emosi yang kaut dan
mengontrol emosi yang implusive
d. Kemampuan untuk beradaptasi pada perubahan adan untuk
menyelesaikan masalah-masalah personal atau sosial
e. Kemampuan interpersonal, interpersonal, kemampuan
untuk menyelesaikan, mampu mengelola stress.
Solvey dan Mayor secara terpisah (Goleman 2009:
digunakan untuk melihat bagaimana kecenderungan emosi.
Kelima wilayah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengenali Emosi Diri
Kemampuan seorang mengenali emosi merupakan
kemampuan yang paling mendasar dalam hidupnya. Mayer
dalam Goleman (2009: 62-64) berpendapat bahwa
kemampuan mengenali emosi merupakan kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran ini berupa
waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang
suasana hati.
Orang yang dapat mengenali emosinya, dapat
berpikir jernih dan dapat mengambil keputusan yang tepat
dan baik bagi dirinya. Kemampuan ini merupakan dasar
dari kecerdasan emosi, para ahli psikologi menyebutkan
kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer
(Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada
terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati,
bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut
dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri
memang belum menjamin penguasaan emosi, namun
mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai
emosi.
Orang yang memiliki kesadaran diri dapat
mengetahui perasaannya, mengetahui hubungan antara
pikiran dan perasaan, serta mengetahui reaksi yang timbul
akibat perasaannya. Salah satu cara agar seseorang dapat
mengenali perasaannya ialah dengan memberi nama setiap
perasaan yang timbul dari dalam diri dan dapat
menyebutnya. Apabila kurang, maka individu menjadi larut
dalam aliran dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran ini belum
menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu
prasyarat penting untuk mengendalikan emosi.
Menurut Goleman (2009: 403 – 404), ciri – ciri
orang yang mampu mengenali emosi diri, sebagai berikut:
1. Perbaikan dalam mengenali dan merasaka emosi dirinya
2. Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang
timbul
3. Mengenali perbedaan perasaan dan tindakan
b. Mengelola Emosi
Goleman (2009: 58) menyatakan bahwa
kemampuan mengelola emosi adalah; suatu kemampuan
dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan
diri individu. Goleman (2009: 77-79) juga berpendapat
bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan salah satu
faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan emosi.
Emosi berlebihan yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur
diri sendiri, menemukan cara-cara untuk menangani
perasaan takut dan melepaskan kecemasan, rasa takut,
kemurungan, ketersinggungan dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari
perasaan-perasaan yang menekan.
Menurut Goleman (2009: 404) orang yang memiliki
kemapuan mengelola emosi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut
1. Toleransi yang tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan
amarah
2. Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan
di ruang kelas
3. Mampua dalam mengungkapkan amarah tanpa
berkelahi
4. Berkurangnya prilaku agresif dan merusak diri sendiri
5. Memiliki perasaan yang positif terhadap diri sendiri,
6. Lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa
7. Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam
pergaulan
c. Memotivasi Diri sendiri
Goleman (2009: 110) menyatakan kemampuan
memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan
menumbuhkan semangat denagn baik dalam menjalankan
suatu aktifitas yang berguna dan memberikan manfaat.
Individu yang baik dalam memotivasi diri adalah individu
yang memiliki ketekunan, rajin, ulet, dan dapat menahan
diri terhadap kepuasan, mengendalikan dorongan hati, serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusias,
gairah, optimis, dan keyakinan diri.
Goleman (2009: 126–134) mengatakan bahwa
orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri adalah
orang yang mencapai keadaan Flow. Flow merupakan
puncak dari kecerdasaan emosional. Flow merupakan
keadaan seseorang yang memiliki perasaan bahagia
sehingga dapat fokus pada apa yang sedang
dikerjakannnya.
Menurut Goleman (2009:404) ciri – ciri orang yang
memiliki kemampuan dalam memotivasi diri sendiri
1. Lebih bertanggung jawab
2. Lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang
dikerjakan dan dapat menaruh perhatian
3. Menguasai diri
4. Meningkatnya prestasi belajar
d. Mengenali Emosi Orang Lain.
Menurut Goleman (2009: 136) kemampuan
mengenali emosi orang lain disebut juga empati, yaitu
kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengetahui
apa yang sedang dirasakan oleh orang lain atau peduli.
Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa saja yang dibutuhkan orang lain, peka
terhadap perasaan orang lain dan mampu untuk
mendengarkan orang lain.
Kemampuan berempati juga merupakan
kemampuan memahami perasaan dan masalah orang lain,
dan berpikir dengan sudut pandang mereka; mengharga
perasaan orang mengenai berbagai hal.
Goleman (2009: 404), ciri – ciri orang yang
memiliki kemampuan empati dengan baik sebagai berikut
1. Lebih mampu dalam menerima sudut pandang orang
2. Memeprbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan
orang lain
3. Lebih baik dalam mendengarkan orang lain
e. Membina Hubungan
Menurut Goleman (2009: 158-169), keterampilan
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam
keberhasilan membina hubungan. Orang-orang yang hebat
dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses
dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan
karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang
lain. Orang seperti ini populer dalam lingkunganya dan
menjadi teman yang menyenangakan karena
kemampuannya berkomunikasi. Sejauh mana kepribadian
individu berkembang dapat dilihat dari banyaknya
hubungan interpersonal yang dilakukannya.
Kemampuan membina hubungan dengan orang lain
salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan
keampuan dalam berbicara secara efektif, dapat menjadi
pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa
yang dilakukan dan apa yang dikatakan seseorang dengan
reaksi atau penilaian kita sendiri. Membuka diri dapat
ditunjukkan dengan menghargai keterbukaan dan membina
yang aman untuk mengambil suatu resikodalam
membicarakan perasaan.
Menurut Goleman (2009: 404 – 405), ciri – ciri
orang yang mampu membina hubungan dengan baik,
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan menganalisis dan
memahami hubungan
2. Lebih baik dalam menyelesaikan pertikayan
3. Lebih baik dalam menyelesaikan persoalan yang imbul
dalam hubungan
4. Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi
5. Lebih populer dan mudah bergaul; bersahabat dan
terlibat dengan teman sebaya
6. Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya
7. Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa
8. Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam
berkelompok
9. Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka
menolong
B. Remaja Akhir
1. Mahasiswa Tingkat Awal Sebagai Remaja Akhir
Mahasiswa tingkat awal merupakan peserta didik yang
tergolong pada perguruan tinggi. Mahasiswa tingkat awal
dapat digolongkan sebagai remaja akhir yaitu usia 17/18 – 21
tahun bagi mahasiswa laki-laki dan 17/18 tahun bagi
mahasiswi perempuan. Masa remaja akhir merupakan
peralihan dari masa remaja awal. Masa ini ditandai oleh
persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa
Mappiare (Ali dan Asori, 2009: 9). Masa remaja berlangsung
dari umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun
samapai 22 tahun bagi laki-laki. (Ali dan Asori, 2009: 9).
Hurlock (Ali dan Asori, 2009:9) istilah remaja yang
aslinya adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang
berarti “tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan
lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti
yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik Hurlock (Ali dan Asori, 2009:9). Pandangan
ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara
psikologis, remaja usia di mana individu menjadi terintegrasi
ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak merasa
bahwa dirinya tidak berada dibawah tingkat orangyang lebih
Remaja merupakan masa dimana individu mulai
mencari jati dirinya. Remaja sebetulnya tidak mempunyai
tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termaksud
anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima secara penuh untuk
masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara
anak-anak dan orang dewasa. Remaja belum mampu
menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik
dan psikisnya. Namun yang perlu ditekankan disini adalah
fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah
berada pada masa yang amat potensial, baik dilihat dari segi
kognitif, emosi dan psikisnya.
2. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas perkembangan pada masa remaja difokuskan
pada upaya meninggalkan sikap dan prilaku
kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap
dan berprilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas
perkembangan remaja Horlock (Ali dan Asori, 2009:10)
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan yang baik dengan anggota
kelompok yang berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual
yang sangat di perlukan untuk melakukan peran sebagai
anggota masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang
dewasa dan orang tua
h. Mengembangkan prilaku tanggung jawab sosial yang
diperlukan untuk memasuki usia dewasa
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga
3. Karakteristik Perkembangan Emosi Pada Remaja Akhir
Menurut (Ali dan Asori, 2009:68) selama periode ini
remaja memandang dirinya sebagai orangg dewasa dan
mampu menunjukkan pemikiran, sikap, prilaku yang semakin
dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan masyarakat mulai
memberikan kepercayaan kepada remaja. Interaksi dengan
orang tua, masyarakat, teman sepergaulan menjadi lebih
bagus dan lancar karena sudah memiliki kebiasaan penuh
serta emosinyapun mulai stabil. Pilihan arah hidup yang
semakin jelas dan pengambilan keputusan tentang arah
C. Kajian Penelitian Yang Relefan
Menurut Goleman IQ hanya menyumbang 20%
dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang, sementara
80% adalah kecerdasan emosi adalah kecerdasan emosi.
Menurut Winanti Siwi R, Aziz Luthfi , Nasrul Pradana
(2011) Kecerdasan emosi individu mencakup
pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan
dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hatidan menjaga agar beban
stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk
mengenali perasaan orang
Penelitian ini erat kaitannya dengan penelitian
ttingkat kecerdasan emosi mahasiswa Angkatan 2013
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
D. Kerangka Berpikir
Kita ketahui kecerdasan emosi merupakan salah satu
penentu kesuksesan dalam kehidupan seseorang. Dalam penelitian
ini peneliti ingin mengetahui tingkat kecerdasan emosi mahasiswa
angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2013/214. Kecerdasan
emosi merupakan kemampuan mahasiswa dalam mengenal emosi,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain dan membina hubungan dengan orang lain.
Usulan topik bimbingan merupakan program layanan dasar
yang akan diberikan kepada mahasiswa semester II kelas A
Kecerdasan Emosi Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Tahun
Ajaran 2013/214
Usulan topik bimbingan
Mengenali emosi diri
Membina Hubungan Mengenali Emosi Orang
Lain Memotivasi Diri
angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian subjek penelitian dan sampel penelitian, veriabel penelitian,
tehnik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reabilitas,
tehnik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode
penelitian deskriptif merupakan “metode penelitan yang berusaha
memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan
sifat populasi tertentu” (Margono, 2007: 8). Penelitian deskriptif
bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat
fakta-fakta serta karakteristik mengenai populasi atau situasi atau
kejadian tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas
situasi atau kejadian yang sesuai dengan kenyataan yang ada di
lapangan. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif sehingga tidak
bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat
prediksi, ataupun mempelajari implikasinya (Azwar, 2012 :7). Sifat
deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
Studi Bimbingan dan Konseling Smester dua Universitas Sanata
Dharma Tahun ajaran 2013/2014 kelas A.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Maret
2014. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Prodi Bimbingan
dan Konseling Universitas sanata Dharma. Penelitian ini dimulai
pada pukul 09.30 WIB dan berakhir pada pukul 10.00 WIB.
C. Subjek
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini
melibatkan mahasiswa kelas A Program Studi Bimbingan dan
Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharm dari 2 kelas
yaitu; kelas A dan B. Alasan memilih mahasiswa kelas A sebagai
tempat penelitian karena: (1) Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata
Dharma mudah di jangkau. (2) Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 Universitas Sanata
Dharma tergolong usia remaja akhir.
D. Variabel Penelitian
Veriabel penelitian merupakan segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari
kesimpulannya. (dalam Sugiono, 2010: 60). Variabel dalam
penelitian ini merupakan variabel independen /bebas. Variabel
independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen/terikat.
Variabel dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan
emosi merupakan kemmpuan seseorang dalam mengenali emosi,
mengelola emosi, memotivasi diri, dan mengenali emosi orang lain
serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
kuisioner. Menurut Sugiono (2011: 199) kuisioner merupakan
tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Sepadan dengan Sugiono,
menurut Margono (2007: 167) kuisioner merupakan suatu alat
pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah
pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh
responden. Kuisioner seperti interviu, dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang diri responden atau informasi
tentang orang lain.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa
tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah
alternatif jawaban yang disediakan. Responden dalam
menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang
sudah disediakan.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan Skala Likert yang dibuat dalam bentuk checklist.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial (Sugiyono, 2011:134). Dalam skala likert jawaban dari
setiap instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif (Sugiyono, 2011:135). Pernyataan dalam
kuesioner kecerdasaan emosi ini hanya terdiri dari dua jenis
pernyataan yaitu pernyataan positif atau favorable dan negatif
atau unvaforable. Pernyataan positif atau favorabel dannegatif
atau unvaforable merupakan konsep kekecerdasanan yang
sesuai atau mendukung atribut/variabel yang diukur. Dalam
penelitian ini peneliti hanya menggunakan 4 (empat) alternatif
jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai
(KS), dan sangat tidak sesuai (STS)
Istrumen/kuisioner yang telah disiapkan selanjutnya
disebar pada mahasiswa dengan mengisi dan memberi tanda
digunakan adalah sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai
(KS), dan sangat tidak sesuai (TS) dengan bobot tiap alternatif
jawaban adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 135).
Tabel 1
Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban.
NO Pernyataan
Alternatif jawaban
S (Sangat Sesuai)
S (Sesuai)
KS (Kurang
Sesuai)
TS (Tidak Sesuai)
1. Favorabel 4 3 2 1
Tabel 2
Kisis-Kisi Kuisioner Kecerdasan Emosi
No Aspek Indikator Vaforable Unfavorabel Jumlah
1 Mengenali emosi diri : kesadaran akan perasaan diri sewaktu perasaan itu timbul, dan
Mengenali dan merasakan emosi diri
1,2,3,4,5,6,7,8,9 55,56,57,58,59,60, 61,62,63,64
19 1. Memahami penyebab
perasaan yang timbul
10,11,12,13,14,15 65,66,67,68,69,70,71 13 2. Mengenal pengaruh
perasaan terhadap tindakan
16,17,18,19,20,21 72,73,74,75,76,77 12
2. Mengelola emosi : menyadari apa yang ada dibalik perasaan, dan kemampuan mengatur suasana hati, menghibur diri
1. Mengendalikan emosi 78,79,80,81 22,23,24,25 8 1. Mengekspresikan
emosi dengan tepat
26,27 82,83 4
3. Memotivasi diri sendiri:
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan flow
1. Memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri
28,29,30,31,32 84,85,86,87,88,89 11 2. Memiliki rasa
tanggung jawab
90,91,92,93,94 33,34,35,36,37 10
4. Mengelola emosi orang lain: kemampuan untuk memahami perasaan orang lain
1. Memiliki kepekaan terhadap
permasalahan orang lain
38,39,40 95,96,97,98,99 8 2. Dapat menjadi
pendengar yang baik
100,101,102,103 41,42,43,44 8
5. Membina hubungan : kemampuan mengetahui perasaan orang lain, dan mampu menangani perasan orang lain.
1. Dapat bekerja sama dengan orang lain
45,46,47 104,105,106 6 1. Dapat berkomunikasi
dengan baik
48,49,50,51,52 107,108,109,110,111 10 2. Dapat menerima sudut
pandang orang lain
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas
Menurut Azwar (2005:5) validitas menunjuk pada sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Validitas yang diuji untuk
instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara professional
judgement (Azwar 2004:45). Validitas isi merupakan validitas
yang mengukur relevansi item kuesioner dengan indikator
kekecerdasanan dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2012:132).
Kuesioner penelitian ini didasarkan pada pertimbangan dari ahli
(judgment expert).Dalam penelitian ini, 114 item/pernyataan
kuesioner penelitian dikonstruksi tentang aspek-aspek yang
diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli. Dalam
pengujian judgment expert peneliti meminta bantuan kepada:
a. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku dosen Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi peneliti.
Dosen memberi penilaian terkait dengan kesesuaian antara
variabel penelitian, indikator penelitian, pengelompokkan
item vaforable dan unfavorable dan kalimat pernyataan
b. Dr. Maria Margaretha Sri Hastuti, M. Si, selaku dosen
tetap yang mengajar di Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dosen
memberikan penilaian yang berkaitan dengan struktur
kalimat yang sesuai dengan kaidah ejaan yang
disempurnakan (EYD).
Hasil konsultasi kepada ahli juga dilengkapi dengan
pengujian empirik untuk melihat korelasi internal dengan cara
mengkorelasikan skor-skor setiap item instrumen terhadap
skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Spearman's rho
menggunakan aplikasi program komputer SPSS for Window.
Rumus korelasi Spearman's rho adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien
validitas yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar,
2007:103). Apabila terdapat item yang memiliki nilai
internal yang lemah dan tidak dijadikan sebagai item
instrumen penelitian.
Dari hasil pemeriksaan konsistensi butir terhadap
total, diperoleh 38 butir item yang nilai koefisien validitas
di bawah 0,30 dari 114 butir item. Rincian item yang
memiliki koefisien validitas >0,30 dan <0,30 terdapat pada
Tabel 3
Rincian Item yang valid dan Gugur
No Aspek Indikator Vaforable Unfavorabel Valid Gugur 1 Mengenali emosi
diri : kesadaran akan perasaan diri sewaktu perasaan itu timbul, dan
1. Mengenali dan merasakan emosi diri
1,2,3,4,5,6,7,8,9 55,56,57,58, 59,60, 61,62,63,64 3,57,58,59,6 0,61,62,63 1,2,4,5, 6,7,8,9, 64 2. Memahami penyebab perasaan yang timbul
10,11,12,13,14,15 65,66,67,68, 69,70,71 65,66,67,69, 70,71 10,11,1 2,13,14 ,15,68 3. Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan
16,17,18,19,20,21 72,73,74,75, 76,77 72,73,74,75, 76 16,17,1 8,19,20 ,21,77
2. Mengelola emosi : menyadari apa yang ada dibalik perasaan, dan kemampuan mengatur suasana hati, menghibur diri 1. Mengendalikan emosi
78,79,80,81 22,23,24,25 78,79,80,81,
22,23,25 24 2. Mengekspresikan
emosi dengan tepat
26,27 82,83 26,27,83 82 3. Memotivasi diri
sendiri:
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan flow
1. Memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri
28,29,30,31,32 84,85,86,87, 88,89
28,29,32,84, 85,86,87,88,
89
30,31
2. Memiliki rasa tanggung jawab
90,91,92,93,94 33,34,35,36, 37
33,34,35,91, 92,93,94
36,37, 90
4. Mengelola emosi orang lain: kemampuan untuk memahami perasaan orang lain
1. Memiliki kepekaan terhadap
permasalahan orang lain
38,39,40 95,96,97,98, 99
39,40,96,97, 98,99 2. Dapat menjadi
pendengar yang baik
100,101,102,103 41,42,43,44 43,44,100,10 1,102,103 5. Membina
hubungan : kemampuan mengetahui perasaan orang lain, dan mampu menangani perasan orang lain.
1. Dapat bekerja sama dengan orang lain
45,46,47 104,105,106 45,46,47,105 104,
106
2. Dapat
berkomunikasi dengan baik
48,49,50,51,52 107,108,109, 110,111
48,49,50,51, 52,107,108,1 09,110,111 3. Dapat menerima
sudut pandang orang lain
53,54 112,113,114 53,54,112,11 3,114
2. Reliabilitas
Releabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil
pengukuran (Azwar, 2007). Pengukuran yang mempunyai
reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur
yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007:176).
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini
menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α).
Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α)
adalah sebagai berikut:
α = 2[1-
]
Keterangan rumus :
S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor
belahan 2
Sx2 : varians skor skalaHasil perhitungan indeks
reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo,
1995: 209).
Tabel 4 Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi
1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi
2 0,71 – 0,90 Tinggi
3 0,41 – 0,70 Cukup
4 0,21 – 0,40 Rendah
5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah
2 S
2 S + 2 S
Melalui kriteria tersebut, hasil reliabilitas kuesioner
kecerdasan emosi 0,773. Nilai koefisien reliaabilitas instrumen
kecerdasan emosi tergolong dalam tinggi. Artinya instrumen
kecerdasan emosi kepercayaannya tinggi yang digunakan sebagai
instrumen penelitian
G. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2011: 207) mengatakan bahwa analisis data
merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut
merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh
dalam penelitian ini:
1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data
Penentuan skor pada item kuesioner dilakukan dengan
cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan
norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan
favorable atau unfavorable, selanjutnya memasukkannya ke
dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor subjek
serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis
2. Menentukan Kategori
Pengkategorian tingkat kecerdasan emosi mahasiswa
smester dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014 disusun
berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini
adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok
yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009: 106 ).
Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat rendah
sampai dengan sangat tinggi.
Mengkategorisasi kecerdasan emosi mahasiswa semester
dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014 menurut Azwar
(2009:108) kecerdasan emosi ke dalam lima kategori: sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan norma
kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 5 Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Mahasiswa
Semester Dua Prodi BK USD Tahun Ajaran 2013/2014
Norma/Kriteria Skor Kategori
X≤ µ -1,5σ Sangat Rendah
µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah
µ -0,5 σ <X≤µ +0,5 σ Sedang
µ +0,5 σ <X≤µ +1,5 σ Tinggi
µ +1,5 σ <X Sangat Tinggi
Keterangan:
Skor maksimum empiris : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan SPSS
Skor minimum empiris : Skor terendah yang diperoleh subjek penelitian menurut perhitungan SPSS
Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentangan
berdasarkan perhitungan SPSS µ (mean empiris) : Rata-rata empiris berdasarkan
perhitungan SPSS
Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam
pengelompokan tinggi rendah tingkat tingkat kecerdasan emosi
mahasiswa smester dua Prodi BK USD tahun ajaran 2013/2014
dengan jumlah item = 76, diperoleh unsur perhitungan capaian
skor subjek sebagai berikut:
Skor maksimum empiris : 281
Skor minimum empiris : 206