• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN LARI CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BUKURAN 1 KALIJAMBE SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN LARI CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BUKURAN 1 KALIJAMBE SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

UPAYA MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN LARI CEPAT DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BUKURAN 1 KALIJAMBE SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

Skripsi

Oleh:

MARTONO

NIM. X.4608535

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

UPAYA MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN LARI CEPAT DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BUKURAN 1 KALIJAMBE SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

Oleh:

MARTONO

NIM. X.4608535

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 8 April 2011

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Martono. UPAYA MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN LARI CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BATU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BUKURAN 1 KALIJAMBE SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dabn Ilmu Pendidikan, Unuversitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan kemampuan lari cepat

pada siswa kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen tahun pelajaran 2010/

2011. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe

Sragen tahun pelajaran 2010/ 2011 yang berjumlah 27 siswa terdiri dari 13 siswa putra

dan 14 siswa putri. Teknik survey data dengan tes pengukuran dan observasi proses

kegiatan pembelajaran lari cepat dengan menggunakan alat bantu pembelajaran.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang

didasarkan pada analisis kualitatif. Prosedur penelitian ini meliputi perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa menggunakan alat

bantu pembelajaran pendidikan jasmani dapat mengoptimalkan kemampuan lari cepat

pada siswa kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2010/

2011. Dari hasil analisis yang diperoleh terdapat peningkatan kemampuan lari cepat

dan hasil ketuntasan belajar siswa, dari kondisi awal, siklus I hingga siklus II.

Kemampuan lari cepat pada kondisi awal (9.97), siklus I (9.41) dan siklus II (8.88),

sehingga peningkatan dari kondisi awal hingga akhir siklus II sebesar (0.91).

Sedangkan hasil ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal (29.63%), siklus I (70.73)

dan siklus II (88.89%), sehingga peningkatan hasil ketuntasan belajara dari kondisi

awal hingga akhir sklus II sebesar (59.26%).

(6)

commit to user

vi

Martono. OPTIMIZING PERFORMANCE MEASURES TO RUN FASTER BY USING THE LEARNING TOOL IN PHYSICAL EDUCATION CLASS IV ELEMENTARY SCHOOL STATE YEAR BUKURAN 1 KALIJAMBE SRAGEN LESSON 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, University of Surakarta Eleven March, April 2011.

The purpose of this study was to optimize the ability to run fast on the fourth

grade students of public elementary school Bukuran 1 Kalijambe Sragen school year

2010/2011, which totaled 27 students consisted of 13 boys and 14 students daughter.

Engineering survey data with the test measurement and observation process run faster

learning activities using learning aids. The data analysis technique used in this

research is descriptive, based on qualitative analysis. The procedure of this study

include the planning, implementation, observation and reflection.

Based on research results, we concluded that using physical education

learning tool to optimize the ability to run fast on the fourth grade students of public

elementary school Bukuran 1 Kalijambe Sragen school year 2010/2011. From the

analysis results obtained have increased capacity to run fast and the thoroughness

student learning outcomes, from the initial conditions, the cycle I to cycle II. The

ability to run fast in the initial conditions (9.97), cycle I (9:41) and cycle II (8.88), so

an increase from the beginning to the end of the cycle II of (0.91). While the results of

mastery learning outcomes of students in the initial conditions (29.63%), cycle I

(70.73%) and cycle II (88.89%), thus increasing the learning completeness of the

initial conditions until the end of the second cycle of (59.26).

(7)

commit to user

vii

MARTONO

Sebaik-baiknya manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi

orang lain

(Hadila, Edisi 37 Juli 2010:07)

Jer Basuki Mowo Beo

(Penulis)

(8)

commit to user

viii

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Keluarga ku, istri dan anak ku yang menjadi semangat dan motivasi ku

Temam-teman yang selalu membantuku

Teman-teman ku Angkatan ’08 FKIP JPOK UNS Surakarta

Almamater

(9)

commit to user

ix

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahka rahmat dan hidayah-Nya, sehigga dapat mengyelesaikan penulisan

sekripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena

itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof.Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Unuversitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Drs, H, Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes., sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Sri Santoso Sabarini, S.Pd, M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus memberikan

ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.

7. Jumadi., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen yang

telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin.

8. Suyatmi, S.Pd., guru kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen yang telah

bersedia menjadi mitra kolaborator.

9. Siswa kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen tahun pelajaran 2020/

2011 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik saran yag membangun penulis harapkan. Penulis berharap semoga

(10)

commit to user

x

Surakarta, April 2011

Penulis

DAFTAR ISI Halaman

JUDUL ……….

PENGAJUAN... i

(11)

commit to user

b. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Lari Cepat

c. Pengertian Kecepatan ……….

d. Kecepatan Lari ………

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Lari

f. Teknik Lari Cepat……….……….

3. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah

Dasar ………..

a. Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan ……….

b. Manfaat Pendidikan Jasmani ………...

(12)

commit to user

xii

Kesehatan Sekolah Dasar ………

d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar

4. Pembelajaran Lari pada Siswa Sekolah Dasar ………..

a. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ………..

b. Pembelajaran Lari Untuk Siswa Sekolah Dasar …..

5. Alat Bantu Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk

Meningkatkan Kemampuan Lari Cepat ………..……...

a. Hakikat Alat Bantu ………..

b. Penggunaan Alat Bantu dalam Pembelajaran

Pendidikan Jasmani ………..

c. Pengaruh Alat Bantu Pembelajaran Pendidikan

Jasmani terhadap Peningkatan Kemampuan Lari

Cepat ...………..

d. Macam-macam Alat Bantu Pembelajaran

Pendidikan Jasmani ………..

B. Penelitian yang Relevan...

C. Kerangka Pemikiran...……….

D. Perumusan Hipotesis………

BAB III. METODE PENELITIAN ………..

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………

B. Subjek Penelitian………

C. Sumber Data………...

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data………..

(13)

commit to user

xiii

3. Siklus II……….

C. Pembahasan Hasil Penelitian………

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………...

A. Simpulan……….

B. Implikasi……….

C. Saran………...

DAFTAR PUSTAKA ………..

LAMPIRAN ……….

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Teknik dan Alat Pengumpulan Data………

Tabel 2. Kondisi Awal Kemampuan Lari Cepat dan Hasil Belajar Siswa

51

58

68

68

68

69

71

73

Halaman

(14)

commit to user

xiv

Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun

Pelajaran 2010/2011………...

Tabel 3. Diskripsi Data Hasil Belajar Lari Cepat pada Kondisi Awal

Sebelum Menggunakan Alat Bantu………

Tabel 4. Kemampuan Lari Cepat dan Nilai Ketuntasan Hasil Belajar

Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen

Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Siklus 1...

Tabel 5. Diskripsi Data Hasil Belajar Lari Cepat Setelah Menggunakan

Alat Bantu pada Siklus I………..

Tabel 6. Kemampuan Lari Cepat dan Nilai Ketuntasan Hasil Belajar

Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen

Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Siklus 2...

Tabel 7. Diskripsi Data Hasil Belajar Lari Cepat Setelah Menggunakan

Alat Bantu Pembelajaran Siklus II……….

Tabel 8. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat Siswa Kelas

IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/2011 dari Kondisi Awal ke Siklus 1………..

Tabel 9. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD

Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/2011 dari Kondisi Awal ke Siklus 1………

Tabel 10. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat Siswa

Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun

Pelajaran 2010/2011 dari Siklus I ke Siklus II………..

Tabel 11. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD

Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/2011 dari Siklus I ke Siklus II………

Tabel 12. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat Siswa

Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun

Pelajaran 2010/2011 dari Kondisi Awal ke Siklus II…………

(15)

commit to user

xv

Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/2011 dari Kondisi Awal ke Siklus 1………...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penekanan Program Penjas Sekolah Dasar...

Gambar 2. Lari Menggunakan Bendera...

Gambar 3. Lari Menggunakan Kerucut...

23

25

31

32

33

34

34

34

34

35

35

35 64

Halaman

23

26

(16)

commit to user

xvi

Gambar 4. Lari dengan Menggunakan Tali atau Karet...

Gambar 5. Lari Menggunakan Bilah...

Gambar 6. Lari Menggiring Simpai...

Gambar 7. Lari Melewati Simpai...

Gambar 8. Lari Memasukkan Simpai atau ban...

Gambar 9. Gerak Lari Menyentuh Kotak atau Kardus...

Gambar 10. Gerak Lari Membawa Kotak atau Kardus...

Gambar 11. Gerak Lari Memindahkan Kardus...

Gambar 12. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)...

Gambar 13. Grafik Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Lari Cepat

Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe

Sragen Tahun Pelajaran 2010/ 2011 dari Kondisi Awal Ke

Siklus I...

Gambar 14. Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Lari Cepat

pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe

Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011...

Gambar 15. Grafik Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat

Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe

Sragen Tahun Pelajaran 2010/ 2011 dari Siklus I ke Siklus

II...

Gambar 16. Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Lari Cepat

pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe

Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011 dari Siklus I ke Siklus

II...

Gambar 17. Grafik Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Lari Cepat

Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe

Sragen Tahun Pelajaran 2010/ 2011 dari Kondisi Awal ke

Siklus II...

Gambar 18. Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Lari Cepat

(17)

commit to user

xvii

pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe

Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011 dari Kondisi Awal ke

Siklus II...

Gambar 19. Grafik Peningkatan Kemampuan Lari Cepat pada Siswa

Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun

Pelajaran 2010/2011...

Gambar 20. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Lari Cepat pada Siswa

Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun

Pelajaran 2010/2011...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I…………

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II………...

Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan Siklus I……….

65

66

67

Halaman

(18)

commit to user

xviii

Lampiran 4. Hasil Observasi Kemampuan Lari Cepat Siswa Kelas IV

SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/ 20011 pada Kondisi Awal………...

Lampiran 5. Hasil Observasi Hasil Belajar Lari Cepat Siswa Kelas IV

SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/ 20011pada Kondisi Awal………

Lampiran 6. Hasil Observasi Kemampuan Lari Cepat Siswa Kelas IV

SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/ 20011 pada Siklus I……….

Lampiran 7. Hasil Observasi Hasil Belajar Lari Cepat Siswa Kelas IV

SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/ 20011pada Siklus I………..

Lampiran 8. Hasil Observasi Kemampuan Lari Cepat Siswa Kelas IV

SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/ 20011 pada Siklus II………...

Lampiran 9. Hasil Observasi Hasil Belajar Lari Cepat Siswa Kelas IV

SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran

2010/ 20011pada Siklus II………

Lampiran 10. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat dan

Hasil Belajar pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1

Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2010 2011 dari Kondisi

Awal ke Siklus I………

Lampiran 12. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat dan

Hasil Belajar pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1

Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2010 2011 dari Siklus I

ke Siklus II………

Lampiran 13. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Lari Cepat pada

Siswa Kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen

Tahun Pelajaran 2010 2011 dari Kondisi Awal ke Siklus

II………

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian………

(19)

commit to user

xix

(20)

commit to user

1

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah adalah

sebagian dari pendidikan secara umum,sebagai sub system pendidikan secara

keseluruhan. Pembelajaran pendidikan jasmani dapat dibatasi sebagai

proses belajar dan atau pendidikan yang ditujukan untuk melalui aktifitas gerak

fisik dan olahraga tertentu di sekolah. Melalui aktifitas gerak fisikdan

olahraga yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dapat dijadikan. sebagai

instrument pendidikan yang mempunyai peran penting dalam

mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

Pelajaran pendidikan jasmani di sekolah mengajarkan berbagai cabang

olahraga terpilih, sebagaimana tercantum dalam struktur kurikulum yang berlaku.

Atletik merupakan olahraga wajib yang yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar

(SD) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Atletik yang diajarkan di

sekolah mencakup empat nomor yang dilombakan yaitu: (1) Jalan, (2) Lari, (3)

Lompat, (4) Lempar.

Menurut observasi selama ini pada nomor lari khususnya lari cepat

di SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen, Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) dirasa kurang maksimal karena guru bidang studi mengajar

dengan monoton atau pembelajaran konvensional, didasarkan pada

pembelajaran keterampilan sebenarnya.Lari cepat merupakan salah satu

nomor lari yang diajarkan di sekolah-sekolah. Untuk siswa Sekolah Dasar

lari cepat yang diajarkan yaitu 40 meter. Jika dibandingkan dengan nomor

lari lainnya, lari cepat lebih sederhana dibandingkan dengan nomor lari lainnya,

sehingga lari cepat lebih awal diajarkan bagi siswa sekolah sebelum

mempelajarai nomor lari lainnya. Lari cepat bagi siswa Sekolah Dasar

perlu diupayakan oleh guru. Seorang guru penjasorkes dituntut untuk

mampu menciptakan kondisi belajar yang baik. Pembelajaran yang

(21)

dengan memberikan bentuk-bentuk pembelajaran yang menyenangkan.

Banyaknya model pembelajaran atletik yang mengharuskan seorang guru selalu

mengikuti perkembangan dan kemajuan model-model pembelajaran

termasuk nomor cabanga olah raga atletik.

Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran penjas sangat penting

bagi s is w a Sekolah Das ar. M is alny a pemb elajaran lempar lembing

dengan menggunakan alat bantu bola berekor,pembelajaran lari dengan

menggunakan ban, lompat dengan menggunakan kardus dan lain sebagainya.

Melalui alat bantu sederhana dalam membelajarkan materi pendidikan

jasmani,maka para siswa akan memperoleh suasana atau hal baru. Dengan

peralatan yang sederhana dan menarik perhatian siswa akan dapat membangkitkan

motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, hal

ini akan membuat siswa lebih aktif bergerak dalam mengikuti pembelajaran

sehingga kemampuan lari cepat akan meningkat.

Penggunaan alat bantu merupakan solusi untuk mengatasi kendala atau

kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengikuti pembalajaran pendidikan jasmani.

Melalui alat bantu dalam pembelajaran pendidikan jasmani

diharapkan kemampuan lari cepat siswa akan meningkat. Namun penggunaan

alat bantu pembelajaran pendidikan jasmani ini brlum diketahui seberapa besar

pengaruhnya untuk meningkatkan kemampuan lari cepat. Untuk membuktikan apakah penggunaan alat bantu pembelajara penjas dapat meningkatkan

kemampuan lari, maka perlu dibuktikan. melalui PTK.

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK merupakan upaya untuk mengetahui

seberapa besar optimalnya modifikasi sarana pembelajaran pendidikan jasmani

terhadap peningkatan kemampuan lari cepat anak. Menurut Sutama dan Main

Sufanti (2009: 7) bahwa:

(22)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penggunaan alat bantu pembelajaran

pendidikan jasmani ini diberikan pada siswa kelas IV SD Negeri Bukuran

1 Kalijambe Sragen Tahu Pelajaran 2010/ 2011. Berdasarkan silabus dan

kurikulum yang ada pada tempat penelitian ini cabang olahraga atletik yang

diajarkan untuk nomor lari yaitu lari cepat 40 meter. Ditinjau dari

pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di SD Negeri 01 Bukuran ini

belum maksimal. Sering dijumpai dalam pelaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani, guru kurang memperhatikan gendala yang dihadapi oleh

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Jika kendala atau kesulitan yang dihadapai

siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak segera dicarikan solusi maka akan

mengakibatkan aktifitas atau gerak yang dilakukan oleh siswa kurang maksimal.

Pembelajaran atletik di Sekolah Dasar Negeri 1 Bukuran

belum maksimal, pada umunnya siswa tidak menyukai pembelajaran

atletik, karena materi yang diajarkan oleh guru masih monoton, tidak

menarik, membosankan dan sangat melelahkan. Hal ini disebabkan guru

mengajarkan materi atletik khususnya lari cepat berdasarkan keterampilan yang

sebenarnya tanpa menggunakan modifikasi maupun alat bantu pembelajaran yang

dapat menarik perhatian siswa. Dari pembelajaran yang sebenarnya ini

membuat siswa sering kali mengeluh capek, dan banyak siswa yang malas

mengikuti pembelajaran, sehingga kemampuan lari cepat masih rendah, begitu

juga dengan nilai ketuntasan hasil belajar masih di bawah nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70.

Penggunaan alat bantu pembelajaran pendidikan jasmani sangat penting

agar kendala atau kesulitan siswa teratasi. Selain itu melalui alat bantu

pembelajaran pendidikan jasmani siswa akan lebih tertarik dan senang dalam

mengikuti pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif bergerak. Dengan siswa aktif

bergerak maka akan meningkatkan kemampuan lari cepat. Maka perlu dilakukan

Penelitian Tindakan Kelas Dengan judul " Upaya Mengoptimalkan Kemampuan

Lari Cepat dengan Menggunakan Alat Bantu Pembelajaran Pendidikan

Jasmani Pada Siswa Kelas W SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen Tahun

(23)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

Bagaimana alat bantu pembelajaran pendidikan jasmani dapat mengoptimalkan

kemampuan lari cepat pada siswa kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe

Sragen Tahun Pelajaran 2010/ 2011?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengoptimalkan kemampuan lari cepat pada

siswa kelas IV SD Negeri Bukuran 1 Kalijambe Sragen tahun pelajaran 2010/

2011.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi siswa

Dengan menggunakan alat bantu pembelajaran pendidikan jasmani,

khususnya pembelajaran lari cepat, siswa menjadi lebih antuasias dan aktif

dalam mengikuti pembelajaran.

b. Bagi Guru

Sebagai wawasan dan menumbuhkan kreatifitas guru dalam hal

meningkatkan kemampuan lari cepat siswa Sekolah Dasar.

c. Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan fakta bahwa dengan menggunakan alat bantu

pembelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan lari

(24)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk referensi penlitian selanjutnya

yang berhubungan dengan hal yang sama.

b. Dapat digunakan sebagai media alternatif bagi guru sekolah lain dalam

(25)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Atletik

Atletik mempunyai peranan penting terhadap cabang-cabang olahraga

karea gerakan-gerakannya merupakan gerakan dari seluruh gerakan olahraga.

Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 2) atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu

atlon” yang mempunyai arti pertandingan, perlombaan, pergulatan atau

perjuangan. Orang yang melakukan dinamakan “athleta” (atlit) dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa atletik adalah salah satu cabang yang diperlombakan

yang terdiri atas nomor-nomor jalan, lari, lempar, lombat.

Gerakan-gerakan yang dilakukan terdapat pada semua cabang olah raga,

pada intinya merupakan gerakan dasar yang berasal dari gerakan atletik. Oleh

karena itu, tidaklah berlebihan jika atletik dikatakan ibu (induk) dari semua

cabang olahraga (Aip Syarifuddin, 1992:1). Dalam cabang olahraga atletik ada

empat nomor lompat, yaitu nomor : lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi

dan lompat tinggi galah. Dalam cabang olahraga atletik di sekolah dasar saat ini

dikenal dengan Atletic kids, nomor yang dipertandingkan adalah Lari 40 m,

Lompat katak dan lempar turbo. Nomor lari yang dipertandingkan adalah lari 40

m, lari 40 m merupakan salah satu unsur nomor atletik yang wajib diajarkan pada

siswa Sekolah Dasar, karena atletik juga merupakan sarana bagi pendidikan

jasmani peserta didik dalam upaya meningkatkan daya tahan, kekuatan,

kecepatan, kelincahan.

2. Lari Cepat

a. Pengertian Lari Cepat

Pengertian atau definisi lari menurut Soegito (1992: 8) bahwa, “Lari

ialah gerak maju yang diusahakan agar dapat mencapai tujuan (finish) secepat

(26)

mungkin atau dalam waktu singkat”. Kemudian juga definisi lari cepat atau

lari jarak pendek menurut Aip Syarifudin (1992: 41) disebutkan bahwa:

Lari jarak pendek atau lari cepat (sprint) adalah suatu cara lari dimana si atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal mungkin. Artinya harus melakukan lari-lari yang secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari start) sampai melewati garis akhir (finish)”.

Hal itu seperti yang dikemukakan oleh Aip Syarifudin dan Muhadi

(1992: 63) bahwa, “Lari jarak pendek (sprint) adalah suatu cara lari dimana si

atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan yang maksimal

mungkin”.

Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui bahwa

lari cepat adalah suatu cara lari untuk menempuh jarak tertentu yang dilakukan

dengan kecepatan yang maksimal dengan waktu yang sesingkat-singkatnya

dari garis start sampai finish. Untuk dapat melakukan lari cepat dengan baik

dan benar, maka harus menguasai teknik lari cepat dengan baik dan benar.

b. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Lari Cepat

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan lari cepat

agar bisa diperoleh prestasi yang maksimal. Seperti dikemukakan oleh Tamsir

Riyadi (1985: 23) bahwa, “Pada lari jarak pendek perlu memperhatikan 4

masalah yaitu: (1) starting position, (2) starting action, (3) sprinting action,

(4) finishing action”. Berdasarkan pendapat diatas diketahui bahwa, faktor

yang dapat mempengaruhi pencapai prestasi lari cepat meliputi faktor teknik

dan faktor fisik. Faktor teknik dalam lari cepat meliputi starting position,

starting action finishing action. Sedangkan faktor fisik meliputi banyak hal

seperti tenaga oto, koordinasi, kecepatan kontraksi, dan hal lainnya yang

berhubungan dengan fisik.

c. Pengertian Kecepatan

Banyak dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik

(27)

seperti sprint, tinju beberapa cabang olahraga permainan dan lain sebagainya.

Kecepatan tidak hanya menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, tetapi

dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu

yang sesingat-singkatnya. Kecepatan ditentukan frekuensi stimulus, kemauan,

mobilitas syarat, kecepatan kontraksi otot, tingkat otomatis gerak dan power

otot. Berkaitan dengan kecepatan Andi Suhendro (1999:4.20) menyatakan

bahwa, “kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan

dalam waktu yang sesingakt-singkatnya”. Sedangkan menurut Mulyono B

(2007:58) “Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerak dalam

periode waktu yang singat. Menurut Suharno HP (1993 : 23) bahwa,

”kecepatan adalah suatu kecepatan reaksi otot yang ditandai dengan

pertukaran antara kontraksi dan relaksasi yang menuju maksimal”.

Pada prinsipnya kedua pendapat ahli tersebut mempunyai pengertian

yang hampir sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kecepatan

merupakan bentuk gerakan berulang-ulang untuk menempuh jarak tertentu

yang di lakukan dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mendapatkan

kecepatan yang maksimal, maka harus didukung gerakan dari bagian tubuh

yang mendukung gerakan lari (ayunan lengan) yang dilakukan secara baik dan

benar. Seperti dikemukakan M. Furqon H. (1995:70) bahwa, “untuk lari cepat

(siklik), lebar ayunan gerakan-gerakan yang optimal (misalnya panjang

langkah) dan frekuensi gerakan-gerakan (misalnya rata-rata langkah)

merupakan karakteristik utama”.

d. Kecepatan Lari

Lari adalah suatu gerakan dengan kaki yang berpindah tempat untuk

mencapai tujuan, menurut Soegito (1989: 8) lari adalah “gerak maju untuk

mencapai tujuan (finish) secepat mungkin atau dalam waktu

sesingkat-singkatnya”. Gerakan lari pada dasarnya sama hanya tergantung pada nomor

lari yang akan dipelajari.

Tujuan lari adalah menggerakkan badan ke depan akibat dari gaya

(28)

(pawing movement). Kesalahan yang sering dilakukan oleh para pelari adalah

selalu berlari dalam posisi duduk, kaki tidak diluruskan sepenuhnya, dan

tubuh tidak condong ke depan. Tehnik-tehnik khusus yang harus diperhatikan

dalam lari adalah sebagai berikut:

Badan condong ke depan 25-30 derajat, usahakan badan rileks. Kaki

ditolakan kuat-kuat sampai lurus ke belakang, kemudian satu lutut ditarik ke

depan diangkat tinggi setinggi panggul (rata pinggang), tungkau bawah

mengayun ke depan untuk mencapai langkah lebar sesuai dengan panjang

tungkai masing-masing pelari. Lengan bergantung di samping badan secara

wajar, siku ditekuk 90 derajat, tangan menggenggam rileks. Gerakan atau

ayunan lengan ke depan dan belakang, mengikuti gerakan tungkai. Tangan

dan kaki bergerak berimbang, semakin cepat gerakan kaki maka semakin

cepat pula gerak tangan mengikutinya. Punggung lurus dengan kepala,

pandangan lurus ke depan.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Lari

Potensi atau pembawaan sejak lahir merupakan faktor yang dominan

yang akan mempengaruhi kecepatan lari seseorang. Salah satu faktor yang

dominan dari pembawaan adalah tipe otot yang dimiliki. Menurut Bompa

(1983) yang dikutip Harsono (1988:218) faktor yang mempengaruhi

kecepatan yaitu : “(1) Keturunan (geredity) dan natural talent. (2) Waktu

reaksi, (3) Kemampuan untuk mengatasi tahanan (resistance) ekternal, (4)

Teknik, (5) Konsentrasi dan semangat, (6) Elasisitas otot”. Pendapat lain

dikemukakan Suharno HP. (1993:48) bahwa faktor-faktor penentu kecepatan

secara umum adalah: (1) Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir

(pembawaan), fibril berwarna putih (pahsic) baik untuk gerak yang cepat, (2)

Pengaturan nervous system, (3) Kekuatan otot, (4) Kemampuan elastisitas dan

relaksasi suatu otot, (5), Kemauan dan disiplin individu atlet.

Faktor bawaan khususnya fibril otot putih merupakan faktor yang

menentukan kecepatan yang dimiliki seseorang. Semakin banyak fibril otot

putih dimiliki, maka kecepatannya akan baik. Lebih lanjut, Suharno HP. (1993

(29)

pada kekuatan otot yang bekerja, (2) Panjang tungkai atas, (3) Frekuensi gerak

dan (4) Teknik lari yang sempurna.

f. Teknik Lari Cepat

Di dalam lari cepat terdapat 3 macam teknik yang harus dipahami dan

dikuasai, menurut Aip Syarifuddin (1992: 41) bahwa, “Dalam lari jarak

pendek ada tiga teknik yang harus dipahami dan dikuasai yaitu mengenai: (1)

teknik start, (2) teknik lari, (3) teknik melewati garis finish”.

Penguasaan teknik lari cepat yang baik akan dapat mendukung

pencapaian prestasi lari cepat secara optimal. Agar siswa dapat melakukan lari

cepat dengan baik dan memperoleh prestasi yang optimal, maka teknik-teknik

tersebut harus dipahami dan dikuasai. Untuk lebih jelasnya ketiga teknik lari

cepat tersebut akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

(1) Teknik Start

Start atau disebut juga pertolakan merupakan kunci pertama yang

harus dikuasai oleh seorang sprinter. Dalam melakukan start bila terjadi

keterlambatan itu berarti kerugian besar bagi seorang sprinter. Dalam lari

cepat 50 meter kemenangan diperoleh dengan selisih waktu yang sangat

kecil, karena itu kemampuan melakukan start yang baik sangat diperlukan.

Dalam hal ini teknik start untuk lari cepat adalah start jongkok.

Start jongkok yaitu start atau sikap awal lari dengan posisi jongkok.

Dengan kaki kiri berada di depan dan kaki kanan berada di belakang. Start

jongkok terdiri dari tiga macam yaitu: (1) short start yaitu posisi lutut

sejajar dengan tumit, (2) medium start yaitu posisi lutut sejajar pada tumit

bagian tengah, (3) long start yaitu posisi lutut berada di belakang tumit.

(2) Teknik Lari Cepat

Selain teknik start dalam lari cepat juga harus memperhatikan

teknik lari yang benar. Waktu melakukan lari cepat, posisi badan hampir

tegak lurus pada tanah dan condong ke depan ± 60 derajat. Hal ini seperti

yang dikemukakan oleh Rusli Lutan dkk. (1992: 137) menyatakan, “Posisi

badan lari cepat dipertahankan tetap menghadap ke depan dan agak

(30)

badan selalu berada di depan”. Kecepatan lari juga akan bertambah bila

didukung dengan gerak ayunan kedua tangan. Pada waktu berlari, ayunan

kedua lengan harus rileks dan posisi kedua tangan mengepal serta ibu jadi

menyilang pada jari telunjuk.

Beberapa prinsip teknik lari cepat menurut Soegito (1992: 12)

antara lain :

(1)Lari pada ujung kaki.

(2)Menumpu dengan kuat, agar mendapatkan dorongan kedepan dengan kuat pula.

(3)Badan condong ke depan ± 60 derajat, sehingga titik berat badan selalu didepan.

(4)Ayunan lengan kuat-kuat dan cepat, siku dilipat, tangan menggenggam lemas, agar gerakan langkah kaki juga cepat dan kuat.

(5)Setelah ± 20 m dari garis start, langkah diperlebar tetapi condong badan harus tetap dipertahankan. Serta ayunan lengan dan gerakan langkah kaki juga dipertahankan kecepatan dan kekuatannya, bahkan kalau mungkin ditingkatkan.

Kecepatan yang maksimal juga harus dilakukan oleh seorang

sprinter pada waktu melakukan start sampai jarak 50 meter atau finish.

Jika sprinter telah mencapai kecepatan puncak, maka harus dipertahankan

dengan sekuat tenaga bahkan ditingkatkan dengan cara memperlebar

langkah dan diusahakan tidak mengurangi kecepatan, selain itu juga

didukung dengan menggerakkan kedua lengan sesuai arah ayunan.

(3) Teknik Memasuki Garis Finish

Memasuki garis finish adalah fase akhir penentu menang atau

kalahnya seorang spritner. Teknik memasuki garis finish sangat penting

untuk dipahami dan dikuasai oleh spinter, sebab meski punya kekuatan

dan kecepatan bila teknik memasuki garis finish dari sprinter tidak baik,

bisa menyebabkan kekalahan. Seorang sprinter bebas menentukan dengan

cara ataupun teknik sendiri melewati garis finish yang dianggap paling

(31)

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Agus

Mukholid (2004: 102) bahwa, “ teknik melewati garis finish terbagi

menjadi tiga cara, yaitu :

1) Dengan cara terus secepat-cepatnya melewati garis finish dengan tidak mengubah posisi lari.

2) Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada dicondongkan ke depan.

3) Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada diputar sehingga salah satu bahu maju ke depan terlebih dahulu”.

3. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar

a. Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sering kali disalah artikan oleh

banyak orang. Banyak anggapan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan hanyalah suatu pelajaran untuk membuat anak bersenang-senang dan

bergembira atau pelajaran selingan dari pelajaran lain yang menuntut berpikir

dengan keras. Bahkan juga dikatakan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

merupakan pendidikan yang tidak berbobot dibandingkan dengan mata pelajaran

lainnya seperti matematikan, bahasa inggris dan lain sebagainya. Agus Mahendra

(2004: 16) menyatakan, “Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang

memberikan kesempatan bagi anak untuki mempelajari hal-hal yang penting. Oleh

karena itu, pelajaran pendidikan jasmani tidak kalah pentingnya dengan pelajaran

lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS, IPA dan lain-lain”.

Pendapat tersebut menunjukkan, pendidikan jasmani tidak kalah

pentingnya dengan mata pelajaran lainnya. Namun demikian tidak semua guru

menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan pendidikan jasmani

dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran

negatif tentang pembelajaran pendidikan jasmani mulai dari kelemahan proses,

misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil

pembelajarannya seperti kebugaran jasmani yang rendah. Di kalangan guru

(32)

dapat dilakukan seadanya, sehingga pelaksanaannya dengan cara menyuruh anak

pergi ke lapangan, menyediakan bola dan anak disuruh bermain sendiri, guru

mengawasi dari pinggir lapangan atau bahkan tanpa ada pengawasan dari guru.

Hal ini dapat terjadi karena ketidak pahaman guru tentang arti dan tujuan

pendidikan jasmani di sekolah. Di samping itu, kemungkinan guru yang

bersangkutan kurang mencintai sepenuh hati sebagai guru pendidikan jasmani.

Adapun yang dimaksud dengan pendidikan jasmani menurut Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) sekolah dasar (2003: 6) bahwa, “Pendidikan jasmani

merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan

direncanakan secara sistematis bertujuan untuk meningkatkan individu secara

organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional”. Sedangkan

menurut Agus Mahendra (2004: 17) bahwa, “Pendidikan jasmani adalah proses

pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk

mencapai tujuan pendidikan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, pendidikan jasmani

merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga yang

mempunyai pengertian mendidik. Yang membedakan pendidikan jasmani dengan

mata pelajaran lainnya adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia

yang bergerak secara sadar. Gerak tersebut dirancang secara sadar oleh gurunya

dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan

perkembangan anak didik.

b. Manfaat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari pendidikan umum. Melalui program pendidikan jasmani dapat diupayakan

peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa ada

pendidikan jasmani di lingkungan sekolah, maka akan berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Menurut Agus Mahendra

(2004: 7-8) bahwa, ”Secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah

mencakup:

(33)

Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar kemaslahatannya bagi keulaitas pertumbuhan itu sendiri.

2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya

Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu daripada hanya harus melihat atau mendengarkan oarng lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya. Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadian kelak.

3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna

Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cikup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan dikemudian hari. Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedangkan tiba pad amasa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pad amasa berikutnya. 4) Menyalurkan energi yang berlebihan

Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam nasa kelebihan keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalukan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energi secara optimum.

5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional

Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalahperkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, metal, emosi , sosial dan moral”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, banyak manfaat yang

diperoleh dari pendidikan jasmani di antaranya sebagai pemenuhan akan gerak

anak, mengenalkan lingkungan dan potensi anak, menanamkan dasar-dasar

(34)

sebagai proses secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Hal ini

artinya, pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang di dalamnya

mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan

jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek mental, emosional

dan spiritual.

c. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan jenis pendidikan

yang mengutamakan aktivitas gerak sebagai media pendidikan. Berdasarkan

kurikulum pendidikan jasmani bahwa, tujuan pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan dari masing-masing jenjang pendidikan berbeda-beda. Menurut

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (2006: 2-3) bahwa,

“ Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya mengembangkan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga terpilih.

2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.

6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif”.

Pendapat tersebut menunjukkan, pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan di sekolah dasar bertujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani,

pertumbuhan fisk, perkembangan psikis, meningkatkan keterampilan gerak,

membentuk karakter moral yang baik, menumbuhkan sikap sportif,

(35)

pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup yang sehat dan kebugaran serta

memiliki sikap yang sportif.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar

Ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sekolah

dasar mencakup banyak aspek. Menurut M. Furqon H. (2007: 4) bahwa, ”Ruang

lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai

berikut:

1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non lokomotor dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bola basket, bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

2) Aktivitas pengembangan diri meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. 4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam

aerobic serta aktivitas lainnya.

5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan gerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

6) Pendidikan luar kelas meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan.

7) Kesehatan meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek”.

Pendapat tersebut menunjukkan, ruang lingkup pendidikan jasmani untuk

sekolah dasar meliputi enam aspek yaitu: olahraga permainan, pengembangan diri,

aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air dan pendidikan luar kelas. Dari

masing-masing aspek tersebut di dalamnya terdiri beberapa macam cabang

(36)

4. Pembelajaran Lari Pada Siswa Sekolah Dasar

a. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Program pembelajaran yang baik adalah program pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi pelakunya. Pemberian pembelajaran yang baik harus

memperhatikan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa. Pengajar,

khususnya di Sekolah Dasar perlu mengetahui karakteristik pertumbuhan dan

perkembangan siswa SD. Kemampuan fisik, psikomotor dan psikologis manusia

berkembang sesuai dengan tingkatan usia dan taraf pertumbuhan fisiknya.

Manusia dari anak-anak hingga dewasa mengalami berbagai perkembangan,

antara lain yaitu perkembangan fisiologis, psikologis, intelektual, sosial dan

kemampuan gerak. Secara kronologis sepanjang hidupnya manusia dapat

dibedakan dalam lima tahapan kehidupan, yaitu “(a) fase sebelum lahir (prenatal),

(b) fase bayi (infant), (c) fase anak-anak (childhood), (d) fase adolesensi

(adolescene), dan (e) fase dewasa (adulthood)” (Sugiyanto, 1998: 7).

Setiap fase kehidupan manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan

karakteristik tertentu, termasuk di dalamnya yang berhubungan dengan

perkembangan fisiknya.

Pada umumnya siswa-siswa di SD, khususnya kelas IV dan V usianya

adalah antara 9 sampai 12 tahun. Dalam tahapan perkembangan usia 9 sampai 12

tersebut dapat diklasifikasikan pada taraf perkembangan pada fase anak-anak

yaitu anak besar. Hal ini seperti yang dikemukakan Sugiyanto (1998:9) bahwa,

fase anak besar yaitu “usia 6 sampai 10 atau 12 tahun”.

Kelompok usia 9-12 tahun tersebut termasuk dalam kelompok umur

anak besar. Anak usia tersebut memiliki kerakteristik perkembangan dan

pertumbuhan besifat khusus, yang berbeda dengan kelompok usia lain. Pada usia

anak besar, anggota gerak atas dan anggota gerak bawahnya bertambah dengan

cepat. Keadaan tersebut berpengaruh pada perkembangan kemampuan gerak yang

dicapainya. Dengan cepatnya pertumbuhan anggota gerak atas maupun bawah

(37)

Perkembangan kemampuan gerak manusia berlangsung secara bertahap.

Secara kronologis, tahapan kehidupan tersebut adalah masa bayi, masa anak kecil,

masa anak besar, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Sejalan dengan

pertumbuhan fisik di mana anak semakin tinggi dan besar, maka kemampuan

gerak anak meningkat. Kemampuan koordinasi merupakan unsur dasar yang baik

dalam perkembangan keterampilan dan dalam belajar gerak. Kecepatan seseorang

dalam mempelajari suatu keterampilan gerak dipengaruhi oleh kemampuan

koordinasi yang dimiliki.

Perkembangan kemampuan gerak pada fase anak besar cukup pesat.

Perkembangan tersebut seiring dengan meningkatnya minat anak terhadap

aktivitas fisik. Minat anak terhadap aktivitas fisik dipengaruhi oleh kondisi

bpsikologos dan sosialnya. Mengenai sifat-sifat psikologis dan sosial yang

menonjol pada masa anak besar adalah sebagai berikut :

1) Imajinatif serta menyenangi suara dan gerak ritmik

2) Menyenangi pengulangan aktivitas.

3) Menyayangi aktivitas kompetitif.

4) Rasa ingin tahunya besar.

5) Selalu memikirkan sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkan.

6) Lebih menyenangi aktivitas kelompok daripada aktivitas individual.

7) Meningkatkan minatnya untuk terlibat dalam permainan yang diorganisasi,

tetapi belum siap untuk mengerti peraturan permainan yang rumit.

8) Cenderung membandingkan dirinya dengan taman-temannya, dan mudah

merasa ada kekurangan pada dirinyan atau mengalami kegagalan.

9) Mudah gembira karena pujian, dan mudah patah hati atau tidak senang kalau

dikritik.

10) Senang menirukan idolanya.

11) Selalu menginginkan persetujuan orang dewasa tentang apa yang diperbuat.

Kemampuan koordinasi berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan

kematangan anak. Menurut Sugiyanto ( 1998: 166) bahwa, “Pada masa anak

besar, berbagai gerak dasar dan variasinya yang telah bisa dilakukan sebelumnya

(38)

Peningkatan kualitas penguasaan sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk

melakukannya. Anak besar memerlukan aktivitas gerak yang beragam yang bisa

meningkatkan kemampuan fisik, keterampilan, kreativitas, serta sifat sosialnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa karakteristik siswa

SD kelas IV adalah sebagai berikut :

1) Siswa SD kelas IV berada pada fase perkembangan anak besar.

2) Ukuran dan proporsi bagian-bagian tubuh anak besar belum matang. Secara

proporsional kaki dan tangan tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan

togok.

3) Minatnya terhadap kegiatan fisik makin meningkat, imajinasi, rasa ingin tahu

dan kegiatan sosial juga makin meningkat.

4) Menyukai aktivitas kelompok dan permainan.

5) Perkembangan kemampuan gerak pada fase anak besar cukup pesat.

Gerakannya dapat dilakukan dengan mekanika tubuh yang efisien, semakin

lancar dan terkontrol, pola atau bentuk gerakan makin bervariasi serta gerakan

semakin bertenaga.

b. Pembelajaran Lari Untuk Siswa Sekolah Dasar.

Teknik lari memiliki kedudukan yang penting dalam pembelajaran lari.

Oleh karena itu, sdalam pembelajaran lari harus diberikan pembelajaran teknik

secara tepat dan intensif. Dalam melakukan pembelajaran lari diperlukan strategi

pembelajaran yang sesuai. Dengan melalui pembelajaran yang sistematis, teratur

dan kontinyu serta dengan strategi pembelajaran yang sesuai, maka penguasaan

kemampuan lari akan dapat tercapai.

Pengajar harus memberikan pembelajaran dengan pendekatan yang baik

agar dapat mengantarkan siswanya kepada penguasaan kemampuan lari secara

optimal. Pembelajaran lari pada siswa SD, perlu disesuaikan dengan tingkat

perkembangan siswa. Kondisi fisik siswa SD belum matang sehingga program

pembelajarannya memerlukan berbagai modifikasi agar hasilnya lebih optimal.

Modifikasi pembelajaran olahraga, menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman

(39)

lingkungan dan (d) evaluasinya”. Modifikasi pembelajaran dapat dilakukan

dengan memodifikasi beberapa aspek atau salah satu aspek saja.

Dalam penelitian ini modifikasi pembelajaran lari dilakukan pada aspek

kondisi lingkungan yaitu berupa peralatan. Modifikasi kondisi lingkungan

meliputi, peralatan, penataan ruang gerak dan jumlah siswa yang terlibat.

Pembelajaran lari untuk siswa SD perlu modifikasi, agar hasilnya optimal.

Modifikasi yang diterapkan dalam pembelajaran lari pada penelitian ini adalah

modifikasi lingkungan belajar siswa. Dalam penelitian ini dikaji pembelajaran

menggunakan alat bantu.

5. Alat Bantu Pembelajaran Penjas Untuk Meningkatkan

Kemampuan Lari Cepat atau Sprint

a. Hakikat Alat Bantu

Alat bantu mengajar merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dalam kegiatan belajar mengajar. Kelancaran kegiatan pembelajaran dapat

dipengaruhi oleh tersedianya alat bantu yang baik dan memadai. Srijono

Brotosuryo dkk. (1994: 294) menyatakan, “Alat-alat yang digunakan oleh

guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan mengajar”.

Menurut H.J. Gino dkk., (1998: 37) berpendapat, “Alat bantu belajar atau

pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam bahan kegiatan belajar

mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)

pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima

(siswa)”. Sedangkan Slameto (1995: 67-68) menyatakan, “Media atau alat

pembelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat

pembelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh

siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran yang lengkap dan

tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada

siswa”.

Alat bantu mempunyai arti penting dalam kegiatan pembelajaran. Alat

(40)

siswa. Selain itu, alat bantu akan memudahkan siswa dalam mempelajari

metari pembelajaran. Lebih lanjut Srijono Brotosuryo dkk., (1994: 297)

menyatakan, “Dengan menggunakan alat bantu mengajar atau media,

pengajaran dapat menjadi lebih konkrit dan menarik, sehingga mudah untuk

dimengerti dan dipahami anak didik”. Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009:

106-107) menyatakan:

Ada beberapa fungsi penggunaan media atau alat dalam proses pembelajaran di antaranya:

1) Menarik perhatian siswa.

2) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.

3) Memperjelas penyajian pesat agar tidak bersifat verbalitis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan)

4) Mengatasi keterbatasan ruang

5) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif 6) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan

7) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar

8) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar

9) Melayani gaya belajar siswa beraneka ragam

10)Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran”.

Alat bantu atau media pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas

dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan alat bantu

pembelajaran yang baik dan tepat, maka akan mendukung pencapaian hasil

belajar yang optimal. Oleh karena itu, seorang guru penjas harus mampu

memanfaatkan berbagai macam alat bantu pembelajaran, jika dalam

pembelajaran materi penjas banyak kendala.

b. Penggunaan Alat Bantu dalam Pembelajaran Penjas

Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran penjas sangat penting.

Banyak kendala yang dihadapi guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran

materi penjas, karena keterbatasan alat bantu atau bahkan sama sekali tidak

ada alat bantu yang disediakan oleh sekolah. Rusli Lutan (2005: 45) bahwa,

(41)

tersedianya alat dapat menjadi faktor penghambat karena berpengaruh

langsung terhadap struktur pelajaran pengaturan siswa”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, alat bantu dalam pembelajaran

pendidikan jasmani sangat penting. Tersedianya alat bantu yang relevan dan

memadai akan sangat menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Namun

sebaliknya jika alat bantu tidak tersedia menuntut seorang guru berkreativitas

agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan diperoleh hasil belajar yang

optimal. Lebih lanjut Rusli Lutan (2000: 46) menyatakan, “Terbuka

kesempatan guru pendidikan jasmani untuk membuat sendiri alat-alat sesuai

dengan kebutuhan guna menyampaikan bahan pelajaran”.

Kreativitas dan inisiatif seorang guru penjas untuk menciptakan untuk

membuat alat bantu dalam pembelajaran penjas sangat penting. Jika siswa

mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran penjas, maka dapat

menggunakan alat bantu. Penggunaan alat bantu tersebut pada prinsipnya

untuk mempermudah mempelajari keterampilan, jika keterampilan yang

sebenarnya sulit dikuasai. Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran penjas

dapat menggunakan alat bantu. Penggunaan alat bantu tersebut pada

prinsipnya untuk mempermudah mempelajari keterampilan, jika keterampilan

yang sebenarnya sulit dikuasai. Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran

penjas dapat menggunakan berbagai macam peralatan, misalnya pembelajaran

lempar lembing menggunakan bola berekor, tongkat estafet, bilah,

pembelajaran lompat jauh atau lompat tinggi dapat menggunakan kardus, tali,

ban bekas dan lain sebagainya.

Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka harus ditunjang alat

bantu yang relevan. Dengan menggunakan alat bantu yang relevan, maka

siswa akan menjadi lebih senang dan motivasi belajar meningkat.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran penjas dapat diatasi,

(42)

c. Pengaruh Alat Bantu Pembelajaran Penjas terhadap Peningkatan

Kemampuan Lari Cepat

Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian penting yang tidak

dapat dipisahkan dengan pelajaran lainnya. Toko Cholik dan Rusli Lutan

(2001: 10) menyatakan, “Program pendidikan jasmani di sekolah seharusnya

diarahkan pada upaya mengembangkan pribadi anak secara menyeluruh

(multilateral development)”.

Pendapat tersebut menunjukkan, dalam membelajarkan pendidikan

jasmani bagi siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya. Pembelajaran

pendidikan jasmani tidak hanya difokuskan pada salah satu materi saja, namun

berbagai macam materi pelajaran pendidikan jasmani harus diberikan. Lebih

lanjut Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 10-11) menyatakan, “Pembatasan

aktivitas gerak pada anak akan merugikan pertumbuhan dan perkembangan

anak secara menyeluruh. Anak akan kurang memiliki kekayaan dan keluwesan

gerak yang mana sangat dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan gerak yang

kompleks lebih lanjut”. Sedangkan Wall dan Ried (1992) yang dikutip M.

Furqon H. (2002: 19) memberikan gambaran penekanan program pendidikan

jasmani di sekolah dasar sebagai berikut:

Tahun-tahun awal SD Tahun-tahun akhir SD

Gambar 1. Penekanan Program Penjas Sekolah Dasar (M. Furqon H., 2002: 19)

Keterangan:

(43)

Berdasarkan skema penekanan program pendidikan jasmani di sekolah

dasar, khususnya tahun-tahun akhir sekolah dasar atau kelas IV menunjukkan,

pengembangan keterampilan memiliki prosesntase lebih besar dibandingkan

dengan pengembangan sosial-emosi kesegaran jasmani dan kesadaran luang

memanfaatkan waktu luang. Hal ini artinya, pada tahun-tahun akhir atau kelas

IV sekolah dasar, pembelajaran pendidikan jasmani harus ditekankan pada

pengembangan kemampuan gerak dasar anak.

Membelajarkan pendidikan jasmani pada tahun-tahun akhir atau kelas

IV lebih ditekankan pada keterampilan gerak. Untuk membelajarkan

pendidikan jasmani pada kelas IV perlu didukung alat bantu pembelajaran

pendidikan jasmani. Namun pada kenyataannya masih banyak guru penjas dan

membelajarkan pendidikan jasmani dilakukan seperti kegiatan olahraga orang

dewasa agar anak didiknya mampu berprestasi. Pembelajaran pendidikan

jasmani seperti ini harus dirubah, karena akan berdampak buruk terhadap

kemampuan gerak anak. M. Furqon H. (2002: 20) menyatakan, “Anak bukan

orang dewasa kecil, tetapi anak adalah anak, yaitu anak harus dipandang

sebagai anak yang memiliki dunianya sendiri yang disesuaikan dengan

karakteristiknya. Tidaklah tepat mengharapkan anak melakukan kegiatan

seperti yang dilakukan orang dewasa dan tidak juga mengharapkan anak

melakukan kondisi yang sama sebagaimana yang dilakukan orang dewasa”.

Pendapat lain dikemukakan Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 11) bahwa:

Dewasa ini sering kita liwat bahwa pengajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar pada umumnya dilaksanakan secara tradisional, dimana kegiatan yang dilakukan anak sama dengan apa yang dilakukan oleh orang dewasa tanpa melakukan modifikasi. Seharusnya modifikasi baik dalam aturan, ukuran, alat dan lapangan, maupun jumlah pemain perlu dilakukan agar sesuai dengan kemampuan anak. Dengan demikian anak dapat ikut berpartisipasi aktif, senang dan menggairahkan mengikuti pelajaran. Sebaliknya, anak akan sering mengalami kegagalan dan kekecewaan sehingga akhirnya dapat menumbuhkan rasa tidak senang dan frustasi”.

Pendapat tersebut menunjukkan, melakukan modifikasi sarana

(44)

agar anak terlibat aktif dan senang dalam mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani. Jika akan terlibat aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, maka

akan meningkatkan kemampuan larinya. Oleh karena itu, menggunakan alat

bantu sangatlah penting dalam pembelajaran.

d. Macam-Macam Alat Bantu Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Berkaitan dengan kemampuan lari cepat, bentuk latihan yang diberikan

dalam Penilitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya untuk lari cepat 40 meter.

Menurut Soegito (1992: 8) bahwa, “Lari ialah gerak maju yang diusahakan agar

dapat mencapai tujuan (finish) secepat mungkin atau dalam waktu singkat”.

Kemudian juga definisi lari cepat atau lari jarak pendek menurut Aip Syarifudin

(1992: 41) disebutkan bahwa:

Lari jarak pendek atau lari cepat (sprint) adalah suatu cara lari dimana si atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal mungkin. Artinya harus melakukan lari-lari yang secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari start) sampai melewati garis akhir (finish)”.

Berkaitan dengan lari cepat yang dikemukakan dua ahli tersebut, dalam

PTK ini akan memberikan perlakuan pembelajaran lari cepat dengan

menggunakan alat bantu pembelajaran. Mochamad Djumidar A.Widya

(2004:15-27) dan M. Yudha Saputra (2001: 109-115) memberikan bentuk pembelajaran lari

sebagai berikut:

1. Lari menggunakan bendera

Bertujuan untuk melatih kecepatan. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu: a) Guru menyiapkan 3 lintasan lari

b) Masing-masing lintasan ditata bendera-bendera yang telah disediakan dengan jarak yang telah ditentukan kira-kira 1 meter. c) Siswa dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok

menempati lintasan yang telah disediakan.

(45)

Gambar 2. Lari Menggunakan Bendera

2. Lari menggunakan kerucut

Bertujuan untuk melatih kecepatan dan agar siswa tidak bosan. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

a) Guru dan siswa membuat gambar bintang di tengah lapangan in door atau out door.

b) Guru menyiapkan alat pembelajaran yang diperlukan yaitu benda berbentuk kerucut.

c) Sebuah kerucut ditempatkan di titik pusat bintang.

d) Tahap pertama, semua siswa diberikan kesempatan untuk berlari mengintari kerucut.

e) Tahap ke dua, satu per satu siswa lari (joging) mengelilingi bintang.

f) Tahap ke tiga, setiap siswa ditugasi untuk berlari secepat mungkin melewati kerucut yang ada pada bintang tersebut.

(46)

3. Lari menggunakan tali atau karet

Bertujuan untuk melatih kecepatan, koordinasi langkah dan gerak tangan.

Langkah-langkah pembelajarannya yaitu:

a) Guru menyiapkan 3 lintasan dan menyediakan tali atau karet panjang 3 buah.

b) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok dan menempati lintasan yang disediakan.

c) Siswa yang paling depan membawa tali atau karet dan melakukan lari dengan memutar-mutar karet (uding individu) sampai ke tepi, siswa melakukan secara bergantian.

Gambar 4. Lari dengan Menggunakan Tali atau Karet

4. Lari menggunakan bilah

Bertujuan untuk mengatur langkah saat lari. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu: a) Guru menyiapkan beberapa lintasan lari.

b) Masing-masing lintasan ditata bilahdengan jarak yang telah ditentukan.

c) Tahap pertama, siswa melakukan lari jinjit dengan bilah yang ditata dekat.

d) Tahap ke dua, siswa melakukan lari dengan langkah panjang, bilah ditata dengan jarak 0,5-1 meter.

(47)

Gambar 5. Lari Menggunakan Bilah

5. Lari menggunakan simpai atau ban

Bertujuan untuk melatih kecepatan dan siswa tidak bosan.

Terdapat beberapa variasi pembelajaran lari dengan menggunakan simpai atau ban, diantaranya yaitu:

a) Gerak lari menggiring simpai

Gerak lari menggiring simpai ini dilakukan dengan formasi berhadap-hadapan, siswa dibagi sama banyak dan menempati lintasan yang telah disediakan kemudian melakukan lari menggiring simpai secara bergantian.

(48)

b) Gerak lari melewati simpai

Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok menempati lintasan yang telah ditata simpai dengan jarak 0,5-1 meter. Siswa secara bergantian melakukan lari melewati simpai.

Gambar 7. Lari Melewati Simpai

c) Gerak lari memasukkan simpai ban

Guru menyediakan beberapa lintasan lari, masing-masing lintasan diberi patok A dan B, masing-masing patok A diberi simpai atau ban sebanyak 3-5 buah. Siswa melakukan lari memindahkan patok-patok tersebut dari A ke B.

Gambar 8. Lari Memasukkan Simpai atau ban

6. Lari menggunakan kotak atau kardus

Bertujuan untuk memperbaiki ayunana lengan, memperbaiki gerak togok agar waktu berlari bahunya tidak goyang.

(49)

a) Gerak lari menyentuh kardus atau kotak

Guru menyediakan 3 lintasan, masing-masing lintasan ditata 2 kotak atau kardus (kotak A dan B). Setiap siswa secara bergantian melakukan lari menyentuh kotak A kemudian kotak B baru ke sebrang, begitu juga sebaliknya (hilir mudik diantara kotak atau kardus)

Gambar 9. Gerak Lari Menyentuh Kotak atau Kardus

b) Gerak lari membawa kotak atau kardus

Guru menyiapkan lintasan lari dan kotak atau kardus. Siawa secara berpasangan membawa kardus atau kotak tersebut dari start sampai ke finish.

Gambar 10. Gerak Lari Membawa Kotak atau Kardus

c) Lari memindahkan kotak atau kardus

(50)

Gambar 11. Gerak Lari Memindahkan Kardus

Dari bentuk-bentuk pembelajaran lari diatas telah menggunakan alat bantu

pembelajaran. Dengan menggunakan alat bantu pembelajaran yang

menyenangkan siswa akan aktif bergerak, sehingga kemampuan lari cepatnya

akan meningkat.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang

dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang telah dilakukan

khususnya yang terkait dengan penggunaan alat bantu pembelajaran dan

kemampuan lari cepat atau sprint dengan hasil yang bervariasi atau beragam.

1. Penelitian Purwo Nugroho berjudul, ” Upaya Mengoptimalkan Kemampuan

Roll Belakang Senam Lantai dengan Menggunakan Alat Bantu pada Siswa

Kelas VI SD Negeri Sawahan II Ngempak Boyolali Tahun Pelajaran 2010/

2011”, menunjukkan bahwa penggunaan alat bantu dapat meningkatkan

kemampuan roll belakang senam lantai. Hasil belajar siswa pada Siklus I

siswa dalam ketegori tuntas 71.22% yaitu 13 siswa,dan pada siklus II siswa

Gambar

Gambar 1. Penekanan Program Penjas Sekolah Dasar (M. Furqon H., 2002: 19)
Gambar 3. Lari Menggunakan Kerucut commit to user
Gambar 4. Lari dengan Menggunakan Tali atau Karet
Gambar 5. Lari Menggunakan Bilah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis Cause and Effect Diagram dan FMEA yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai RPN tertinggi pada penyebab kecacatan ketebalan

Penjadwalan yang ditetapkan dalam perusahaan adalah dengan menggunakan aturan FCFS (First Come First Served), yaitu yaitu menjadwalkan produk dengan waktu kedatangan yang

Problems of this research are what there are difference which signifikan of type of Complaint Consumer Behavior between ethnical of Chinese ( Tionghoa ) and ethnical of Java

Hadirnya buku ini diharapkan juga bisa m engispirasi gene- rasi m uda (khususn ya di lin gkun gan Muham m adiyah) un tuk dapat kem bali kepada n ilai-n ilai Al-Qur’an , berfikir un

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi Bersaing terhadap

Dalam penelitian ini, analisis regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel produksi kedelai, harga kedelai domestik, harga kedelai luar

0 Semua alat dan mesin bersih sekali dan tidak ada mix produk di wadah 3 Tidak ada, atau ada dengan jumlah tidak memadai sama sekali -1 Ada & memadai, tapi > 3 item

dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Dasar. Model pembelajaran kelas rangkap/ multigrade diterapkan karena 1). sulitnya transportasi peserta didik karena bermukim jauh