• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN BERPIKIR KREATIF MELALUI PEMBELAJARAN OPEN ENDED DI SMP MUHAMADDIYAH 03 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN BERPIKIR KREATIF MELALUI PEMBELAJARAN OPEN ENDED DI SMP MUHAMADDIYAH 03 MEDAN."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

DAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI

PEMBELAJARAN OPEN ENDED DI SMP

MUHAMMADIYAH 03 MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

LILI NUR

INDAH

SARI

NIM.

8126171017

PENDIDIKAN MATEMATIKA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

LILI NUR INDAH SARI (2014). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pembelajaran Open Ended di SMP Muhammadiyah 03 Medan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2014.

(7)

ABSTRACT

LILI NUR INDAH SARI (2014). The improvement of Mathematical Connection Competence and Student’s Creative Thinking Through Open Ended Learning at SMP Muhammadiyah 03 of Medan. Post Graduate Program of Medan University 2014.

(8)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Melalui Pembelajaran Open Ended di SMP Muhammadiyah 03 Medan”.

Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai

pembawa risalah kepada ummatnya.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memebuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Program Studi Pendidikan

Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran matematika

dengan pembelajaran open ended (POE). Sejak mulai dari persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan

bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setingggi-tingginya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik

langsung maupun tidak langsung sampai terselesaikannya tesis ini. Semoga

ALLAH SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima

kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Ayahanda Zainal Amri Daulay, Ibunda Afrida Hayani Nasuition, Kakak Ika

(9)

ii

Munawir serta Andri Azhary, ST yang telah memberikan kasih sayang,

perhatian dan dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah, dalam

perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku

Dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu di sela-sela

kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang

sangat berarti bagi penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, Bapak Dr. Edi Surya, M.Si dan Bapak

Prof. Dr. Busmin Gurning M.Pd selaku narasumber yang telah banyak

memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempunaan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputa, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap

saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi

penulis.

5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan

tesis ini.

6. Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 03 Medan yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan di sekolah.

7. Ayahanda Zainal Amri Daulay, Ibunda Afrida Hayani Nasuition, Kakak Ika

Puspa Sari, Abang Indra Iman, Adinda Saddam Husein dan Ali Syahdi

(10)

iii

perhatian dan dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah, dalam

perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini.

8. Semua pihak serta rekan-rekan satu angkatan master Hap-hap Program Studi

Pendidikan Matematika Ika, Auda, Fitri, Chris, Daut, Suwanto, Suwanti,

Yulia, Devi, Yunita, Sri, Erik, Hilman, Ina, Juindi, Meri, dan Yusnarti serta

adinda sekalian Riski Noveri S.Pd dan Julika yang telah banyak memberikan

bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga

tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga

dapat memperkaya khasanah penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat

memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, Mei 2014

(11)

iv

2.4.4. Langkah-langkah Pembelajaran Open Ended... 44

2.4.5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Open Ended . 49 2.5. Pembelajaran Biasa... ... 50

2.5.1. Metode Pembelajaran Ekspositori ... 53

2.5.2. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Ekspositori... ... 55

2.6. Penilaian Tes (Tes Assesment) ... 57

2.7. Penelitian yang Relevan dengan Pembelajaran Open Ended... 61

2.8. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Open Ended... 64

2.9. Kerangka Konseptual ... 65

2.9.1. Kemampuan Koneksi Matematis ... 66

2.9.2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 67

2.9.3. Interaksi antara Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis siswa... 69

2.9.4. Interaksi antara Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 69

2.10. Pola Jawaban Siswa... 70

(12)

v

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 72

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 72

3.3 Populasi dan Sampel... ... 72

3.4 Desain Penelitian... 73

3.5 Variabel Penelitian ... 75

3.6 Instrumen Penelitian... 75

3.6.1. Tes Kemampuan Awal Matemtika Siswa ... . 76

3.6.2. Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 76

3.6.3 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 78

3.7. Uji Coba Instrumen ... 79

3.7.1. Analisis Validitas Konstruk Butir Soal ... 80

3.7.2. Analisis Reliabilitas Butir Soal ... 81

3.7.3. Analisis Tingkat Kesukaran dan Analisis Daya Pembeda Butir Soal... 82

3.8. Prosedur Penelitian ... 83

3.9. Teknik Analisis Data ... 91

3.10. Definisi Operasional ... 92

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 95

4.1.1. Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Tes... ... 95

4.1.2 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika ... 98

4.1.3 Pengujian Hipotesis Statistik... . 104

4.1.3.1. Hipotesis Statistik Pertama ... 104

4.1.3.2. Hipotesis Statistik Kedua ... 105

4.1.3.3. Hipotesis Statistik Ketiga ... 106

4.1.3.4. Hipotesis Statistik Pertama ... 107

4.1.4 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa... 107

4.1.5 Analisis Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa... 116

4.1.6 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 126 4.1.7 Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis Siswa... 134

4.1.8 Deskripsi Proses Penyelesaian Masalah Untuk Setiap Kemampuan pada masing-masing Pembelajaran... 144

4.2 Pembahasan... . 153

4.2.1. Kemampuan Awal Matematika Siswa... 153

4.2.2. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa... 155

4.2.3. Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Kemampuan Koneksi Matematis... 156

(13)

vi

4.2.5. Interaksi Antara Faktor Pembelajaran dengan Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa... 159

4.2.6. Diskusi Hasil Penelitian ... 160

4.2.7. Keterbatasan Penelitian... .... 166

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 168

5.2 Saran ... 169

DAFTAR PUSTAKA ... 171

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2. Tabel Weiner Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat... 75

Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi Matematis... 77

Tabel 3.4. Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 79

Tabel 3.5. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Awal ... 84

Tabel 3.6. Keterkaitan Permasalahan, Hipotesisi Statistik dan Uji Statistik... ... 92

Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 96

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa .. 97

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 97

Tabel 4.4 Deskripsi Mean dan Standar Deviasi Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 99

Tabel 4.5. Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 100

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa. 101

Tabel 4.7 Hasil Uji-t Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 102

Tabel 4.8 Pengelompokkan Kemampuan Awal ... 103

Tabel 4.9 Pengujian Hipotesis Statistik Pertama ... 105

Tabel 4.10 Pengujian Hipotesis Statistik Kedua... 105

Tabel 4.11 Rata-rata Gain Kemampuan Koneksi Matematis

(15)

Pembelajaran Biasa Berdasarkan Kemampuan Matematis

Siswa ... 108

Tabel 4.12 Deskripsi Data untuk Indikator Koneksi antar Topik Matematika... ... 112

Tabel 4.13 Deskripsi Data untuk Indikator Koneksi dengan Disiplin Ilmu Lain... ... .. 113

Tabel 4.14 Deskripsi Data untuk Indikator Koneksi dengan Dunia Nyata... ... 113

Tabel 4.15 Uji Normalitas Gain Kemampuan Koneksi Matematis... 117

Tabel 4.16 Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Koneksi Matematis... ... 118

Tabel 4.17 Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 119

Tabel 4.18 Ringkasan Peningkatan Masing-masing Indikator Koneksi Matematis Ditinjau dari Keseluruhan Siswa ... 120

Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan Koneksi Matematis pada Taraf Signifikansi 5%... ... 125

Tabel 4.20 Rata-rata Gain Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Pembelajaran Open Ended dan Kelompok Pembelajaran Biasa Berdasarkan Kemampuan Matematis

(16)

Tabel 4.27 Ringkasan Peningkatan Indikator Berpikir Kreatif

Ditinjau dari Keseluruhan Siswa Menggunakan Uji

Mann-Whitney ... 138

Tabel 4.28 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gamba 4.1 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Matematika Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis ... 124

Gambar 4.2 Interaksi Antara Faktor Pembelajaran Dengan Faktor Kemampuan Awal Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 142

Gambar 4.3 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Dan 2 Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen ... 145

Gambar 4.4 Jawaban Butir Soal Nomor 1dan 2 Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Kontrol ... 146

Gambar 4.5 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Dan 4 Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen ... 147

Gambar 4.6 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Dan 4 Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Kontrol... l48 Gambar 4.7 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Dan 2 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 149

Gambar 4.8 Jawaban Butir Soal Nomor 1dan 2 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 150

Gambar 4.9 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Dan 4 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 151

Gambar 4.10 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Dan 4 Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa Kelas Kontrol... l52

(18)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen dan

Kontrol... 175

Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I, II, III, dan IV ... 219

Lampiran 3 Tes Kemampuan Awal Matematika (KAM), Pretes

Kemampuan Koneksi Matematis dan Berpikir Kreatif, Postes

Kemampuan Koneksi Matematis dan Berpikir Kreatif ... 246

Lampiran 4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematis dan Berpikir

Kreatif Siswa... 275

Lampiran 5 Hasil Validasi RPP, LAS, Pretes dan Postes Kemampuan Koneksi

Matematis dan Berpikir Kreatif, Validasi, Reabilitas, Tingkat

Kesukaran dan Daya Beda Kemampuan Koneksi Matematis dan

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan matematika merupakan hal yang penting di dalam proses

pembelajaran di sekolah, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Pembelajaran matematika pada pendidikan dasar dan menengah bertujuan

memberikan penekanan pada penataan penalaran dan pembentukan sikap siswa

dan memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik

dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu

pengetahuan lainnya. Keterampilan dalam penerapan matematika dalam

kehidupan sehari-hari, mempelajari pengetahuan lain merupakan kemampuan

koneksi matematis yang membantu siswa mempelajari pelajaran matematika.

Pentingnya kemampuan koneksi matematis karena berpikir matematik

mencakup mencari koneksi matematis dan membuat koneksi matematis

membangun pemahaman matematika. Tanpa koneksi matematis siswa harus

belajar dan mengingat banyak konsep dan kemampuan yang terisolasi. Dengan

koneksi matematis siswa dapat membangun pemahaman baru pada pengetahuan

sebelumnya (NCTM, 2000: 274).

Tujuan dari koneksi matematis adalah untuk membantu pembentukan

persepsi siswa, dengan cara melihat matematika sebagai bagian terintegrasi

dengan kehidupan. Materi pelajaran akan tambah berarti dan menyenangkan jika

siswa mempelajari materi pelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan

(20)

2

Sejalan dengan hal di atas kemampuan koneksi matematis merupakan hal

yang penting namun siswa yang menguasai konsep matematika tidak dengan

sendirinya pintar dalam mengoneksikan matematika. Dengan demikian

kemampuan koneksi perlu dilatih kepada siswa sekolah. Apabila siswa mampu

mengaitkan ide-ide matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin

dalam dan bertahan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik

dalam matematika, dengan konteks selain matematika, dan dengan pengalaman

hidup sehari-hari (NCTM, 2000:64).

Siswa perlu diberikan latihan-latihan yang berkenaan dengan soal-soal

koneksi matematis disebabkan dalam matematika semua konsep berkaitan satu

sama lain seperti dalil dengan dalil, antara teori dengan teori, antara topik dengan

topik, dan antara cabang matematika. Oleh karena itu agar siswa berhasil belajar

matematika, siswa harus diberi banyak kesempatan untuk menemukan kaitan itu

(koneksi matematis).

Koneksi matematis merupakan suatu kemampuan yang penting dimiliki

siswa karena kemampuan ini memandang matematika sebagai suatu keseluruhan

yang padu bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, maksudnya bahwa pelajaran

matematika terdiri atas geometri, aljabar, trigonometri, aritmetika, kalkulus,

statistika yang masing-masing di dalamnya terdiri dari berbagai topik atau materi.

Dalam pembelajaran, topik-topik itu dapat dikaitkan satu sama lain dan

hendaknya jangan terpisah, matematika tidak diajarkan sebagai topik yang

terpisah. Masing-masing topik tersebut bisa dilibatkan atau terlibat dengan topik

(21)

3

Kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu aspek kemampuan

matematik penting yang harus dicapai melalui kegiatan belajar matematika.

Mengapa penting? Sebab dengan mengetahui hubungan-hubungan matematik,

siswa akan lebih memahami matematika dan juga memberikan mereka daya

matematik lebih besar. Krulik (Kurniawan, 2006:37) menyatakan bahwa menurut

Bruner tak ada konsep atau operasi yang tak terkoneksikan dengan konsep atau

operasi lain dalam suatu sistem, karena merupakan suatu kenyataan bahwa esensi

matematika adalah sesuatu yang terkait dengan sesuatu yang lainnya. Dengan

demikian, agar siswa berhasil dalam belajar matematika, siswa harus lebih banyak

diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan itu. Dalam pembelajaran

matematika guru tidak perlu membantu siswa dalam menelaah perbedaan dan

keragaman struktur-struktur dalam matematika, tetapi siswa perlu menyadari

sendiri adanya koneksi matematis antara berbagai struktur dalam matematika.

Struktur matematika adalah ringkas dan jelas sehingga melalui koneksi matematis

maka pembelajaran matematika menjadi lebih mudah dipahami oleh anak.

Kemampuan koneksi matematis penting karena siswa akan memperoleh

suatu materi yang cakupan permasalahannya menjangkau berbagai aspek, baik di

dalam ataupun di luar sekolah. Dengan demikian, siswa tidak hanya bertumpu

pada materi yang sedang dipelajarinya saja, tetapi secara tidak langsung siswa

memperoleh banyak pengetahuan yang pada akhirnya dapat menunjang

peningkatan kualitas hasil belajar siswa secara menyeluruh.

Berdasarkan kepentingan kemampuan koneksi matematis di atas siswa

(22)

4

digunakan siswa untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang

dihadapi. Dalam hal ini guru berperan memberikan motivasi kepada siswa agar

dapat belajar matematika dengan baik untuk meningkatkan kemampuan koneksi

matematis siswa.

Pada kenyataannya kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah

dilihat dari hasil tes PISA tahun 2003 memperlihatkan bahwa tingkat kemampuan

matematika siswa hampir separuhnya berada pada level satu, artinya siswa hanya

mampu menyelesaikan persoalan matematika dengan satu langkah, sedangkan

pada level 5-6 yaitu mengembangkan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan

model matematika untuk situasi yang kompleks, persentasenya hanya 2,3%.

Artinya dari setiap 100 orang siswa di Indonesia hanya sekitar 3 siswa yang

mampu mengembangkan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan model

matematika untuk situasi yang kompleks. Kecilnya persentase siswa dalam hal ini

menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan matematika siswa di Indonesia

khususnya kemampuan menyimpulkan model matematika untuk memecahkan

masalah matematika.

Rendahnya koneksi matematis siswa untuk lebih khususnya yaitu terlihat

pada contoh kasus yang ditemukan pada lembar jawaban siswa SMP

Muhammadiyah 03 Medan. Persoalan yang diberikan berbentuk soal koneksi

matematis sebagai berikut: Pada kompetisi sepak bola akan dipilih penjaga

gawang terbaik dari 4 (empat) penjaga gawang. Berikut ini adalah statistik untuk

keempat penjaga gawang tersebut, Surya: jumlah kemasukan 3 kali dari 11 kali

(23)

5

kemasukan 10 kali dari 20 kali tendangan. Andi: jumlah kemasukan 12 kali dari

25 tendangan. Simpulkan siapa yang paling baik menjaga gawangnya dari

kemasukan bola? Berikan penjelasannya!

Dari hasil jawaban siswa, terdapat jawaban yang memilih Andi sebagai

penjaga gawang terbaik. Berikut ini pola jawaban dan penjelasan salah satu siswa

yang memberikan jawaban salah: Andi adalah penjaga gawang terbaik karena

paling banyak menghalau bola yaitu sebanyak 13 kali (dengan pola jawaban 25 –

12 = 13).

Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa

Sedangkan Surya 8 kali (dengan pola jawaban 11 – 3 = 8), Iwan 11 kali

(dengan pola jawaban 16 – 5 = 11), dan Agus hanya 10 kali (dengan pola jawaban

20 – 10 = 10). Mengapa siswa tidak mampu memberikan kesimpulan? Mengapa

hal ini dapat terjadi? Menurut kesimpulan sementara, bahwa siswa kurang mampu

menjawab soal yang berkaitan dengan koneksi matematis meskipun soal tersebut

sudah diarahkan pada kehidupan sehari-hari mereka. Seharusnya jawaban yang

benar adalah Surya sebagai penjaga gawang terbaik. Karena Surya memiliki

(24)

6

ditentukan dengan menggunakan model, fakta dan sifat-sifat perbandingan.

Perolehan hasil peluang kemasukan setiap penjaga gawang adalah sebagai

berikut: Surya = 3/11= 0,27; Iwan = 5/16 = 0,31; Agus = 10/20 = 0,5; dan Andi =

12/25 = 0,48. Fakta tersebut menunjukkan tingkat kemampuan koneksi matematis

siswa kelas VIII di SMP Muhamadiyah 03 Medan masih rendah. Kemampuan

koneksi matematis siswa yang masih rendah nantinya menjadi permasalahan

pertama yang akan diteliti dan dikaji.

Rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa juga dapat berimplikasi

pada rendahnya prestasi siswa. Selain koneksi matematis, matematika juga perlu

untuk membekali siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif. Dalam suatu sistem

yang mengatur dirinya sendiri, ada keharusan untuk kreatif. Seperti yang

dinyatakan oleh De Bono (2007:35) semua bukti menunjukkan bahwa otak

bekerja sebagai sistem jaringan syaraf yang mengatur dirinya sendiri. Mengapa

kita tidak memperhatikan yang serius kepada berpikir kreatif, padahal ini

merupakan kunci dari berpikir (untuk merancang, memecahkan masalah, untuk

melakukan perubahan dan perbaikan, memperoleh gagasan baru).

Slameto (2010:138) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu

aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (connections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai

seseorang itu menyerah, asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan

sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosiasi ide-ide membentuk ide-ide

baru. Dalam beberapa hal berpikir kreatif ada sebagai pola pikir atau ide yang

(25)

7

Tentu saja ide tersebut tidak semuanya baru, mungkin saja gabungan dari

kombinasi unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Ini berarti bahwa bagi siswa,

berpikir kreatif sebagai usaha untuk menemukan hubungan-hubungan baru,

memperoleh jawaban, metode atau cara-cara baru dalam menghadapi dan

memecahkan masalah dalam hal ini matematika. Sehingga pada siswa perlu

dibina sejak dini.

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (BSNP, 2006: 345) dinyatakan Matematika perlu diberikan

kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta

didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,

serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik

dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti,

dan kompetitif.

Pernyataan di atas juga disebutkan dalam kurikulum 2013 (Devisi PLPG

2013:41) tujuan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. (UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional).

Keberhasilan seorang siswa dalam belajar matematika tergantung pada

(26)

8

dituntut untuk menggunakan kemampuan berpikir kreatif dan kemapuan koneksi

matematis. Dengan demikian kurikulum tersebut mengisyaratkan pentingnya

kreativitas, aktivitas kreatif dan pemikiran (berpikir) kreatif dalam pembelajaran

matematika. Oleh karena itu pembelajaran matematika memiliki sumbangan yang

penting untuk perkembangan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

koneksi matematis.

Pada kenyataannya permasalahan mengenai kurangnya kemampuan

berpikir kreatif siswa ini dapat dilihat dari contoh soal ini, sebuah toko memiliki

sejumlah 46 sepeda roda dua dan sepeda roda tiga. Secara keseluruhan toko

tersebut hanya memiliki 120 roda. Ada berapa sepeda roda dua dan sepeda tiga di

toko itu? Contoh kasus yang seperti ini siswa masih kesulitan untuk

menyelesaikannya. Berikut ini lembar jawaban siswa yang menjawab soal

tersebut:

(27)

9

Soal tersebut merupakan soal terbuka baik jawaban maupun strategi

penyelesaiannya. Dalam kasus tersebut siswa kesulitan untuk merumuskan

masalah, penemuan, kebebasan dan keaslian. Siswa juga mengalami kesulitan

bagaimana langkah-langkah menggunakan metode dalam SPLDV, menggunakan

teknik dalam mengimplementasikan suatu metode dan kesulitan dalam melakukan

operasi hitung untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Rendahnya kemampuan koneksi matematis dan kemampuan berpikir

kreatif siswa berimplikasi pada rendahnya prestasi siswa. Hal ini terlihat dari hasil

belajar siswa (raport) pada pelajaran matematika siswa memperoleh nilai 69 atau

belum tuntas. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu

guru matematika di sekolah tersebut terdapat nilai rata-rata kelas 60 dan untuk

ketuntasan belajar 65%. Berikut ini lembar hasil belajar siswa (raport) dari salah

satu siswa di sekolah tersebut:

(28)

10

Di antara penyebab rendahnya pencapaian siswa dalam pelajaran

matematika adalah proses pembelajaran yang masih menggunakan pembelajaran

biasa. Untuk memecahkan masalah ini dibutuhkan seorang guru yang dapat

mengembangkan pengajaran yang bermakna dan berpusat pada siswa. Belajar

matematika disebut bermakna bila siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari,

daripada hanya mengetahui secara lisan saja. Kebermaknaan belajar matematika

dipengaruhi oleh cara guru menyampaikan pembelajaran matematika itu sendiri.

Penggunaan pembelajaran open ended diharapkan dapat menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, mendorong siswa belajar dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep yang

dipelajarinya sehingga tercapainya hasil belajar siswa yang baik. Hudiono

(Lambertus, dkk. 2013:75) menyebutkan pembelajaran open ended dalam pembelajaran matematika bertujuan menciptakan suasana pembelajaran agar

siswa memperoleh pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru melalui

proses pembelajaran. Tujuan pembudayaan pembelajaran open ended adalah membantu mengembangkan aktivitas dan berpikir matematik siswa secara

serempak dalam pemecahan masalah. Dengan pemberian suatu masalah kepada

siswa akan menimbulkan rasa ingin tahunya, bagaimana cara menyelesaikanya,

konsep yang bagaimana yang diperlukan untuk pemecahannya dan metode apa

yang tepat digunakan untuk penyelesaiannya. Hal tersebut akan mendorong siswa

menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki dan mencari yang perlu diketahui

(29)

11

Pembelajaran merupakan salah satu faktor yang penting dalam

meningkatkan suatu hasil belajar matematika, sehingga diperlukan adanya

pembelajaran yang baru dalam pelaksanaannya. Untuk melaksanakan

pembelajaran matematika tersebut, guru hendaknya berupaya agar peserta didik

dapat memahami ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis

yang terkandung di dalam matematika itu sendiri. Dalam hal ini pembelajaran

yang sesuai dalam memberikan keleluasaan siswa untuk berpikir secara aktif dan

kreatif yaitu dengan menggunakan pembelajaran open ended. Pembelajaran open ended merupakan salah satu pembelajaran yang membantu siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif dan menghargai keragaman berpikir yang

menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang

lebih dari satu serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar).

Pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh

pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah

dengan beberapa teknik serta pembelajaran open ended ini diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam mengembangkan dan merangsang kemampuan berpikir

kreatif dan koneksi matematis siswa.

Lebih lanjut bahwa keleluasaan berpikir melalui pembelajaran open ended problem membawa siswa untuk lebih memahami suatu topik dan keterkaitannya dengan topik lainnya, baik dalam pelajaran matematika maupun dengan mata

pelajaran lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Suherman, dkk

(2003:123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar

(30)

12

terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan open ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana

sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan

atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.

Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran open ended formulasi masalah yang digunakan adalah masalah terbuka. Masalah terbuka adalah masalah

yang diformulasikan memiliki multijawaban (banyak penyelesaian) yang benar.

Di samping itu, melalui pembelajaran open ended siswa dapat menemukan sesuatu yang baru dalam penyelesaian suatu masalah, khususnya masalah yang

berkaitan dengan matematika. Dengan dasar ini, maka pembelajaran open ended

dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Terkadang pembelajaran open ended yang diterapkan kepada siswa belum dapat membantu siswa menyelesaikan permasalahan. Pembelajaran open ended

memberi keleluasaan berpikir secara aktif dan kreatif bagi siswa, sehingga

terkadang membuat siswa semakin tidak dapat menyelesaikan permasalahan

karena banyaknya penyelesaian yang didapat. Sehingga diperlukan bantuan

kemampuan koneksi matematis yang lebih benar untuk mendukung penyelesaian

permasalahan.

Salah satu akar permasalahan yang mengakibatkan prestasi matematika

siswa itu rendah diduga karena kebanyakan guru mengajar dengan menggunakan

metode, strategi yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Praktek

(31)

13

pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan matematika dasar dimana guru

mengajarkan matematika secara mekanistik atau hafalan.

Selain itu rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan oleh

kurangnya pemahaman guru akan konsep dari materi yang akan disampaikan

kepada siswa serta proses pembelajaran masih bersifat tradisional, dan kurang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikirnya

sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sehingga hal tersebut tidak dapat

meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Namun demikian dalam

proses belajar mengajar sering dijumpai kesalahan-kesalahan yang diperbuat

siswa maupun guru bidang studi matematika itu sendiri.

Berdasarkan kenyataan di atas, dalam proses pembelajaran guru umumnya

melakukan penilaian masalah hanya pada hasil akhirnya saja, yang merupakan

tujuan utama dalam pembelajaran dan jarang memperhatikan proses penyelesaian

masalah menuju ke hasil akhir. Padahal proses penyelesaian suatu masalah

menuju ke hasil akhir merupakan salah satu daya pikir yang interaktif antara siswa

dan matematika, hal ini nantinya akan berdampak pada siswa dalam

menyelesaikan suatu masalah baik itu matematika maupun masalah dalam

kehidupan sehari-hari dengan berbagai macam strategi penyelesaian. Guru masih

beranggapan bahwa dengan memberikan tugas yang banyak akan membuat siswa

lebih terlatih dan meningkatkan hasil belajarnya. Padahal pemberian tugas kepada

siswa yang cukup banyak tanpa memperdulikan kualitas dan bentuk tugas akan

(32)

14

Pada umumnya guru tidak memiliki kecakapan untuk memilihkan suatu

model pembelajaran matematika yang tepat, sehingga siswa tidak kreatif dalam

mencari solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi dan tidak memiliki

kepercayaan diri yang tinggi dalam menyelesaikan suatu permasalahan

matematika. Dari berbagai masalah yang telah disebutkan sebelumnya penelitian

ini penting dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada

kemampuan koneksi matematis dan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini juga

diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran matematika yang bermakna

dan menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

pembelajaran open ended yang akan diteliti dalam hal ini adalah pembelajaran

open ended yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dikatakan siswa

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika. Kesulitan-kesulitan

itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada bidang matematika dilihat dari nilai

raport siswa.

2. Kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah dilihat dari hasil tes

kemampuan koneksi matematis yang diberikan kepada beberapa siswa.

3. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah dilihat dari hasil tes

(33)

15

4. Pembelajaran yang selama ini digunakan guru masih menggunakan

pembelajaran biasa yang berpusat pada guru. Sehingga siswa masih kurang

aktif di dalam proses pembelajaran.

5. Kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) tidak

hanya semata-mata dari faktor keturunan saja tetapi juga dari faktor

pembelajaran yang diterapkan di kelas.

6. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan sosal-soal matematika belum

benar.

1.3. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas banyak permasalahan yang muncul dan

membutuhkan penelitian tersendiri untuk memperjelas dan mengarahkan yang

akan diteliti, oleh karena itu pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kemampuan koneksi matematis siswa masih rendah.

2. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah .

3. Kemampuan awal siswa dan pembelajaran terhadap peningkatan

kemampuan koneksi matematis dan kemampuan berpikir kreatif.

4. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada

(34)

16

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa lebih tinggi

antara pembelajaran open ended dengan pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa lebih tinggi

antara pembelajaran openended dengan pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal

siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal

siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis

siswa lebih tinggi dengan pembelajaran open ended daripada pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif

siswa lebih tinggi dengan pembelajaran open ended daripada pembelajaran biasa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pendekatan

pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan

(35)

17

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pendekatan

pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan

berpikir kreatif siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini

bermanfaat untuk:

1. Bagi Siswa, diharapkan dengan penerapan pembelajaran open ended

dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar matematika dengan

arahan dan bimbingan guru. Diharapkan siswa secara aktif dalam

meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemampuan berpikir

kreatif siswa serta mengembangkan kemampuan siswa terhadap

pembelajaran matematika .

2. Bagi Guru, memberi sumbangan kepada guru-guru untuk menggunakan

pembelajaran open ended dalam peningkatan kemampuan koneksi matematis dan kemampuan berpikir kreatif siswa serta menghasilkan

alternatif pendekatan pembelajaran matematika dalam usaha-usaha

perbaikan proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam

melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu

pengetahuan tentang meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan

(36)

18

4. Secara teori, sebagai bahan untuk meningkatkan prestasi siswa dengan

(37)

168

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Pembelajaran matematika baik dengan pembelajaran open ended (POE) maupun pembelajaran biasa (PMB) dapat meningkatkan kemampuan koneksi

matematis dan berpikir kreatif siswa. berdasarkan rumusan masalah, hasil

penelitian, dan pembahasan seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya,

diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1) Terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang diberi

pembelajaran open ended (POE) berdasarkan nilai rata-rata gain ternormalisasi menunjukkan hasil peningkatan yang lebih tinggi yaitu

0,25755 jika dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa

yaitu 0,20142.

2) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal

matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis. Hal

ini berdasarkan tabel 4.12 pada bab sebelumnya, terlihat bahwa untuk faktor

pembelajaran yang berhubungan dengan kemampuan siswa diperoleh nilai F

sebesar 0,085 dengan nilai signifikansi sebesar 0,919 lebih besar dari taraf

signifikansi yaitu 0,05.

3) Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi

(38)

169

0,46120 jika dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran biasa yaitu

0,38650.

4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal

matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Hal ini berdasarkan tabel 4.17 pada bab sebelumnya, terlihat bahwa untuk

faktor pembelajaran yang berhubungan dengan kemampuan siswa diperoleh

nilai F sebesar 0,466 dengan nilai signifikansi sebesar 0,630 lebih besar dari

taraf signifikansi yaitu 0,05.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa

saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan

terhadap penggunaan pembelajaran open ended (POE) dalam proes pembelajaran matematika. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1) Bagi para guru matematika

a) Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pembelajaran open ended mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan berpikir kreatif siswa pada materi kubus dan balok. Namun perlu dipertimbangkan

untuk materi yang lain karena pembelajaran open ended tidak cocok diterapkan untuk semua materi pelajaran.

b) Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran open ended (POE) dapat lebih berhasil dengan baik di kelas, sebaiknya mempersiapkan

(39)

170

aktivitas siswa (LAS), serta soal-soal yang berkenaan dengan kemampuan

koneksi matematis dan berpikir kreatif siswa.

c) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran open ended

(POE) di kelas guru berupaya menciptakan suasana yang menyenangkan

dengan memperhatikan kondisi lingkungan, maka diharapkan guru

matematika mampu menciptakan kondisi yang harmonis sehingga siswa

mampu mengungkapkan argumen dengan bahasa mereka sendiri sert

lebih tampil percaya diri dalam mempresentasikan gagasan mereka.

2) Bagi peneliti selanjutnya

a) Dapat melakukan penelitian kedepannya mengenai bagaimana pengaruh

pembelajaran open ended (POE) terhadap kemampuan matematis lainnya, seperti kemampuan pemahaman, penalaran, disposisi, komunikasi

matematis, pemecahan masalah, dan berpikir kritis.

b)Rancanglah perangkat pembelajaran yang efektif, sesuaikan dengan

indikator kemampuan dan alokasi waktu yang harus dicapai.

3) Bagi lembaga terkait

a) Agar mensosialisaikan pembelajaran open ended diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan

(40)

171

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2012. Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi, Jakarta : Bumi Aksara.

______. 2010. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta.

Arends, R. I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Asmin dan Mansyur A. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan : Larispa Indonesia.

Bahri, D. S dan Aswan, Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka

BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Dahar, R.W. 2011. Teori - Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga. De Bono, E. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung : Mizan Pustaka

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Devisi PLPG. 2013. Kurikulum 2013 Konsorsium Sertifikasi Guru. Medan : Universitas Negeri Medan.

Hake, R. R. 2007. Design-Based Reseacrh in Physics Education :A Review in A.E, Kelly, R. A. Lesh, & J. Y. Baek, eds. (in press), handbook of Design Research Methods in Mathematics, science, and Technolog Education. Erlbaum (Online) http://www.physics.indiana.edu/hake/DBR-physics3.pdf [Di akses 28 Januari 2014].

Kurniawan, R. 2006. Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMK. Tesis Tidak diterbitkan. Bandung: PPs UPI.

(41)

172

November 2012. Yogyakarta : UNY ISBN:978-979-16353-8-7. (online) http://eprints.uny.ac.id/8102/1/P%20-%2053.pdf [Diakses,10Januari 2013]

Lambertus, Arapu, A. Patih, T. 2013. Penerapan pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematik Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 4 Nomor 1. (Online). http://jurnal-pmat.webs.com/JUR07_LAMBERTUS_73_82_JAN2013.pdf [Diakses, 10 November 2013].

Mahmudi, A. 2008. Mengembangkan soal Terbuka (Open-Ended Problem) dalam Pembelajaran Matematika. Seminar Nasional dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta:UNY. (Online)

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2002%20PIPM%202008%20_Mengemb angkan%20Soal%20Terbuka_.pdf [Diakses 12 Oktober 2013]

Munandar, S. C. U. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta : Grasindo.

_______. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Nasoetion N. 2007. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.

National Council of Teacher of Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.

Paingin. 2013. “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematik dan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah”. Tesis. Medan : Universitas Negeri Medan.

Permanasari, V. 2013. Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis Siswa pada Materi Trigonometri Ditinjau dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 1. No. 1.

Pirdaus. Siroj, R. A. Putri, I. I. 2010. Pengembangan Bahan Fasilitasi Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru Dasar pada Mata Pelajaran Matematika Berbasis Open-ended. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 4. No. 1. (Online) http://eprints.unsri.ac.id/837/1/6_pirdaus_81-94.pdf [Diakses, 16 November 2013].

(42)

173

Saefudin, A. A. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalm Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMR).Al-Bidayah, Vol 4 No. 1, Juni 2012. (Online). [Diakses, 24 Oktober 2013].

Safari. 2004. Teknik Analisis butir soal Instrumen Tes dan Non Tes dengan Manual, Kalkulator, dan Komputer. Jakarta: APSI Pusat.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis Dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Sari, Y. 2013. Penerapan Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Ditinjau dari Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol. 1. No. 1.

Siswono, T. Y. E. 2007. Pembelajaran Matematika Humanistik yang

Mengembangkan Kreativitas Siswa. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika yang memanusiakan Manusia di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta tanggal 28-30 Agustus 2007. (Online)

http://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper07_usd2930agust07.pdf [Diakses, 12 September 2013].

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metoda Statiska. Bandung : Tarsito.

Suherman, E. Turmudi. Suryadi, D. Herman, T. Suhendra. Prabawanto, S. Nurjannah. Rohayati, A. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

(43)

174

Yuliati, A. 2013. Penerapan Pendekatan Concrete Representational Abstract (CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalam Belajar Geometri, Skripsi (Online) repository.upi.edu, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Tabel 4.27
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa
Gambar 1.2 Lembar Jawaban Siswa
Gambar 1.3 Lembar Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang

Berdasarkan uraian diatas penulis melakukan penentuan kadar nitrit dan nitrat serta perubahan kadar nitrit dan nitrat dalam kornet daging sapi dimana sampel yang dianalis

Penetapan Kadar Nitrit pada Daging Sapi Segar dan Olahan yang Beredar di Kota Medan secara Spektrofotometri Sinar Tampak.. Medan: Fakultas

4.10 Rataan Skor Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen Berdasarkan Kategori Kemampuan Mahasiswa .... 4.11 Analisis Varians Gain Kemampuan Berpikir

Lampiran 3.Uji Korelasi pada Komponen Produksi Tandan Buah Segar bulanan Kebun Sei Baruhur pada Tanaman Berumur 5, 7,dan 9 Tahun selama 3

(1) Dengan tidak mengurangi kewadjiban untuk memperoleh izin menurut peraturan- peraturan lain jang berlaku, maka kepada pemegang Kuasa Pertambangan jang telah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sabut kelapa memberikan pengaruh yang nyata pada parameter pengamatan tinggi, pengaruh tidak nyata pada parameter pengamatan

Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya