• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI TOPENG MAK YONG DI SANGGAR MAK YONG CILIK TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TARI TOPENG MAK YONG DI SANGGAR MAK YONG CILIK TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

TARI TOPENG MAK YONG

DI SANGGAR MAK YONG CILIK

TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh

Yulia Afrianti

0901737

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

TARI TOPENG MAK YONG

DI SANGGAR MAK YONG CILIK

TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Oleh

Yulia Afrianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

©

Yulia Afrianti

2013

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Tari Topeng Mak Yong merupakan salah satu seni tradisional yang terdapat dalam kesenian Mak Yong yang berkembang di Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Kesenian Mak Yong sendiri sudah berada dari kalangan istana dahulu. Saat ini Tari Topeng Mak Yong adalah salah satu bentuk kesenian tradisional di Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Pada awalnya kesenian Mak Yong bermula di lingkungan istana, setelah mengalami pergeseran dan Mak Yong memasuki kawasan Kepulauan Riau, Tari Topeng Mak Yong dalam kesenian Mak Yong dipertunjukkan ketika para petani atau nelayan pulang dari bekerja dan berkumpul dengan warga sekitar untuk melepaskan lelah. Selain itu juga Mak Yong adalah sebagai tanda rasa syukur atas hasil panen. Tetapi saat ini Tari Topeng Mak Yong dalam kesenian Mak Yong sudah dipertunjukkan sebagai hiburan rakyat semata, karena di dalam kesenian Mak Yong terdapat nasehat dan kata-kata jenaka sebagai penghibur. Pemilihan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang unsur dan struktur gerak Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Kepulauan Riau dan faktor-faktor bertahannya Mak Yong di lingkungan masyarakat. Hal-hal yang ingin diketahui baik dalam unsur yang terdapat dalam pertunjukkan Mak Yong yang masih tetap ada dan yang sudah tidak digunakan, struktur gerak tari dalam pertunjukkan Mak Yong, Tata Busana dan Tata Rias yang digunakan dan Musik pengiringnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa struktur gerak tarian yang terdapat dalam Tari Topeng Mak Yong memiliki pakem-pakem yang khusus diantaranya: gerakan bertabik, gerakan menghadap rebab, gerakan menggulung tali, gerakan canggai dan gerakan inang atau gerakan bergembira sebagai penutup pertunjukkan kesenian Mak Yong. Sedangakan unsur dari Tari Topeng Mak Yong sangatlah mempengaruihi dalam pertunjukkan tetapi saat ini unsur-unsur tersebut tidak digunakan selain Topeng sebagai properti dalam pertunjukkan Mak Yong.

(5)

ABSTRACT

Mak Yong mask dance is one of the tradisional arts in the arts are thriving in the Mak Yong Tanjungpinang Riau Islands Province. Art it self has been Mak Yong of the palace first currently Mak Yong mask dance is one of the traditional art from in Tanjungpinang Riau Islands Province. At first the art Mak Yong began at the court, after a shift and Mak Yong enter the area Riau Islands Province, mask Mak Yong dance in art Mak Yong perfomed when farmeres ang fishermen come here from work an gather with surrounding residents to release tired. It also Mak Yong is a sign of gratitude for the harvest. But time this Mak Yong mask dance art Mak Yong folk already perfomed as entertaiment only, because in the art there are Mak Yong advice and witty words as an entertainer. The selection method used in this research is descriptive. This study was conclucted to gainan over view ogthe compenents and the structure of the mask dance in the studio Mak Yong little Tanjungpinang Riau Islands Province and survival factors Mak Yong in society. Things you want to know both the elements contained in the Mak Yong show that there still remain and that is not used, the structure of dance in the show Mak Yong, fashion and make up that there used and the accompanying music. The data collection techniques were perfomed in this study is observation, interviews, library reseach and documentation. Based on the result obtained from the data that dance motion structure contained in the Mak Yong mask dance has a special grips which include bertabik motion, menghadap

rebab motion, menggulung tali motion, canggai motion, and inang motion or

(6)

DAFTAR ISI B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... C. Teori Struktur dan Unsur Pertunjukan ... D. Teori Sosiologi Kebudayaan ...

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 2. Struktur Penyajian Tari Topeng Mak Yong ...

(7)

3. Unsur Penyajian Tari Topeng Mak Yong ... 4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Penyajian Pertunjukan Mak Yong di Lingkungan Masyarakat ... B. Pembahasan Penelitian ...

58

76 79

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 81

A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ...

81 82

DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM

LAMPIRAN

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam

kegiatan,di antaranya adalah “seni” yang di dalamnya termasuk seni tari.

Batasan “seni tari” sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, yang

mengatakan bahwa tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diungkapkan

lewat gerak ritmis dan indah yang telah mengalamai stilisasi dan distorsi.

Tari merupakan salah satu cabang seni, dan bagian dari seni pertunjukan

dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Peran tari dalam

masyarakat mendapatkan perhatian besar. Tari ibarat bahasa gerak merupakan

alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat

dinikmati oleh siapa saja dan waktu kapan saja. Sebagai sarana komunikasi,

tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada

berbagai kegiatan seni tari dapat berfungsi sebagai sarana upacara dan adat

istiadat yang tidak terpisahkan dalam kehidupan yang membentuknya.

Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal

dari kata “sani” yang artinya Jiwa yang Luhur atau Ketulusan Jiwa. Dalam

Bahasa Inggris dengan istilah “Art” (Artifisial) yang artinya adalah barang

atau karya sebuah kegiatan. Hal tersebut sesuai diungkapkan oleh Soedarsono

SP (1988:16) bahwa seni adalah karya manusia yang mengandung kualitas

dan nilai estetis dan aneka keahlian yang didapatkan dari pengalaman yang

memungkinkan seseorang memiliki kecakapan membuat, menyusun dan

merencanakan sesuatu secara sistematis dan tujuan mengungkapkan sesuai

dengan prinsip-prinsip estetis, baik secara intuitif maupun kognitif.

Konsep ini, sejalan dengan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan

masyarakat yang dinamis. Menurut Ki Hajar Dewantara seni adalah segala

perbuatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah

(9)

2

memiliki nilai, “nilai” diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas

(Purwadarminto, 1967:667). Agar mempunyai nilai maka sesuatu harus

memiliki sifat-sifat yang penting bermutu atau berguna dalam kehidupan

manusia. Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis,

kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara tekstural, tari dapat

dipahami dari bentuk dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya

(bentuk atau penataan koreografi) atau teknik penarinya (cara melakukan atau

keterampilan).

Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai keberhargaan (worth) dan

kebaikan (goodness). Keberadaan seni berkembang dari aktivitas kognitif

yang murni dengan cara-cara yang biasa dipakai manusia. Berawal daru

ucapan atau dialog. Demikian pula tari tentu dari gerakan atau gesture dan

seterusnya berbagai seni yang lain. Oleh karena itu, keberadaan seni telah

berakar kuat dalam sebuah kerangkakerja tentang kehidupan kolektif, dengan

begitu ia merupakan sebuah bentuk komunitas umum yang intens, sehingga

menambah kekuatan komunikasinya dan bahkan memperluas maknanya.

Mempelajari seni dalam hal ini tari ditinjau dari ilmu sosial, sebenarnya

mencoba menghubungkan tari dengan kesadaran kolektif, struktur sosial,

individu, fungai tari dalam struktur itu dengan singkat merupakan kajian

mengenai lingkungan sosial seni tari, baik yang berskala kecil (mikro)

maupun berskala besar (makro).

Banyak orang yang mengatakan bahwa pada tahap yang paling awal

seni itu adalah dari berbagai cara untuk melukiskan dan mengkomunikasikan

sesuatu. Pada hakikatnya semua seni termasuk tari bermaksud untuk

dikomunikasikan sesuatu. Pada hakikatnya semua seni termasuk tari

bermaksud untuk dikomunikasikan. Oleh karena itu, sebagai hasil

pengungkapan nilai maupun hasil ekspresi perasaan manusia. Komunikasi

yang disampaikan sebuah tarian adalah pengalaman yang berharga, bermula

dari imajinasi kreatif. Sebuah tarian baru bermakna atau dapat diresapkan

(10)

3

Indonesia sangat kaya akan budaya, bukan saja seni tari melainkan

salah satunya adalah seni peran. Jika membicarakan tentang seni peran pasti

sangat identik dengan seni peran panggung atau biasa disebut dengan Teater

atau Dramatari. Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara

sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya

yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang

dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalain dalam cerita

pergaulan tentang kehidupan manusia. Seni peran atau teater terbagi atau

menjadi dua bagian yaitu Seni Tradisional dan Seni Non Tradisional. Teater

tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat

karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial, masyarakat dan struktur

geografis masing-masing daerah. Proses terjadi atau munculnya teater

tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah lainnya. Hal ini

disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda,

tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata cara

dimana tetaer tradisional lahir.

Kita tidak dapat memisahkan dan melepaskan bagian di dalam seni dan

unsur-unsurnya dimana satu dengan lainnya saling berkaitan, sehingga

menghasilkan sebuah karya seni. Begitu pula dengan pertunjukan Tari

Topeng Mak Yong yang didukung oleh seni tari, seni musik, seni rupa dan

lain-lain yang masing-masing mempunyai ciri tersendiri. Mak yong

merupakan salah satu seni pertunjukan terdapat di daerah Kepulauan Riau.

Seni pertunjukan ini sangat digemari dan pernah hidup serta berkembang

dengan sangat suburnya sebagai salah satu hiburan rakyat. Dalam

perjalanannya seni pertunjukan ini tampil dari sebuah bentuk pertunjukan

rakyat menjadi sebuah bentuk pertunjukan yang digemari oleh seluruh lapisan

bahkan sampai kalangan istana. Dilihat dari beberapa macam ritual yang

terjadi dengan seni pertunjukan Mak Yong berasal dari kepercayaan

animisme dan digunakan dalam pengobatan tradisional. Hal ini terlihat dari

lambang-lambang yang dipergunakan yang mengarah kepada animisme.

(11)

4

Mak Yong memiliki nilai seni dan hiburan yang sangat tinggi dan selalu

mengajarkan masyarakatnya untuk selalu berfikir positif dan berusaha dalam

menyelesaikan setiap permasalahan. Hal ini terlihat pada peran Mak Yong

yang mimiliki watak jenaka dan tidak mengenal kesedihan serta kesusahan,

sehingga penonton yang melihat pertunjukan Mak Yong tersebut dapat

terhibur ketika melihat pertunjukan Mak Yong. Tarian yang terdapat pada

pertunjukan Mak Yong memiliki makna dan nilai. Pada pertunjukan Mak

Yong mengalami pengaruh asing sangat terlihat pada alat musik Rebab.

Dalam bentuknya yang baku, Mak Yong adalah jenis seni pertunjukan

yang mengacu pada cerita pentas, tari, nyanyi dan musik menjadi satu.

Bentuk kesenian ini dahulunya dikenal di seluruh negeri berkebudayaan

Melayu. Setidaknya setiap kerajaan melayu pernah dikunjungi oleh

sekelompok seni pertunjukan Mak Yong. Pertunjukan Mak Yong bukan

hanya di Kepulauan Riau melainkan di negara bagian Terengganu, Pattani,

Kelantan, Kedah dan Thailand.

Kayanya akan kesenian tradisional tidak lepas dari bagaimana kesenian

tersebut tetap ada dilingkungan masyarakat sekitar. Kesenian tradisional

sekarang ini harus sangat diperhatikan, agar kesenian tradisional tetap ada dan

berkembang seiingnya zaman. Salah satu cara untuk melestarikan kesenian

tradisional adalah sikap dan perilaku masyarakat sendiri. Jka di dalam diri

masyarakat terdapat jiwa nasionalisme dominan, melestarikan kesenian

tradisional tidak mudah. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan

untuk saling mendukung dan mengisi sati sama lain. Oleh karena itu, menjaga

kelestarian budaya juga diperlukan rasa kebersamaan, kekompakkan untuk

saling mengisi dan mendukung.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian tentang keberadaan Tari Topeng Mak Yong Di

Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Keberadaan kesenian ini pada masa sekarang jarang muncul di kalangan

(12)

5

melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Tari Topeng Mak Yong

Di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasrakan judul penelitian serta latar belakang masalah yang peneliti

paparkan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan di

antaranya:

1. Bagaimana struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar Mak

Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau?

2. Bagaimana unsur penyajian Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar Mak

Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyajian pertunjukan Mak

Yong tetap bertahan di lingkungan masyarakat khususnya

Tanjungpinang?

C. Tujuan Penelitian

Berpijak pada rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai tujuan

sasaran yang ingin dicapai, yaitu:

1. Mendeskripsikan struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong pada

pertunjukan Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang

Provinsi Kepulauan Riau.

2. Mendeskripsikan unsur Tari Topeng Mak Yong pada Pertunjukan Mak

Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau.

3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyajian

pertunjukan Mak Yong bertahan di lingkungan masyarakat

(13)

6

D. Metode Penelitian

1. Metode

Metode penelitian adalah cara untuk mencapai tujuan yang dilakukan

oleh peneliti. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2004:1) bahwa

metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Pada penelitian ini metode yang di gunakan

adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan

metode ini peneliti dapat melakukan informasi data dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu:

a. Observasi

Observasi ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh data yang

menunjang penelitian seputar Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar

Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada informan, selaku nara sumber, yaitu

Bapak Said Parman dengan menggunakan daftar pertanyaan (daftar

pertanyaan terlampir) sehingga data yang diperoleh memberikan

gambaran tentang data yang dibutuhkan terkait topik penelitian.

c. Dokumentasi

Alat yang digunakan untuk mendokumentasikan hasil penelitian

adalah camera digital, handphone, handycam dan alat perekam suara.

Hasil dari dokumentasi berupa foto-foto penelitian digunakan sebagai

penguat pendeskripsian hasil penelitian yang dilakukan.

d. Studi Pustaka

Dalam penggunaan studi pustaka peneliti menghimpun informasi yang

relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti

sehingga mendapatkan hasil kajian yang lebih tepat dan sesuai dengan

(14)

7

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan wawasan yang luas

serta beberapa pengalaman terutama pengalaman melakukan

penelitian mengenai Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

2. Bagi Sanggar Mak Yong Cilik

2.1 Mengetahui kebudayaan dan kesenian yang ada di daerah asal

(kampung halaman)

2.2 Melestarikan warisan kebudayaan yang telah ada sehingga tidak

punah

2.3 Mengembangkan teater tradisional dan Tari Topeng Mak Yong

2.4 Memberikan apresiasi secara tertulis

3. Bagi Pelaku Seni

Dengan adanya penelitian tentang Tari Topeng Mak Yong di Sanggar

Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau,

memberikan motivasi yang lebih meningkatkan serta melestarikan

Tari Topeng Mak Yong sebagai salah satu kesenian Tanjungpinang

Provinsi Kepulauan Riau.

4. Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang

Dengan adanya penelitian tentang Tari Topeng Mak Yong di Sanggar

Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, menjadi

sumber informasi baru tentang keberadaan Tari Topeng Mak Yong di

Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau,

sebagai warisan seni budaya Melayu yang masih hidup di tengah

masyarakat.

5. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wacana

pengetahuan, memberikan informasi tentang keberadaan dan

(15)

8

pengetahuan bagi insan akademisi di lingkungan Jurusan Pendidikan

Seni Tari FPBS UPI.

F. Asumsi

Kesenian Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, keberadaannya masih dapat

dinikmati dan dipahami sebagai pencerminan karakterisasi atau pola budaya

masyarakat sekitar terhadap adat istiadat, sehingga Mak Yong yang berasal

dari kalangan istana tetapi berkembang di lingkungan masyarakat sebagai

sarana hiburan semata.

G. Struktur Organisasi

Struktur organisasi penulisan skripsi ini memuat bagian; Judul, lembar

pengesahan, lembar pernyataan kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar, daftar lampiran, bab satu (I), sampai dengan bab lima

(V) dan sumber pustaka dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Judul

Menentukan judul pada skripsi ini berdasarkan latar belakang masalah

yang dikemukakan pada BAB I, sehingga peneliti memberikan judul

skripsi yaitu Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

2. Lembar Pengesahan

Lembar pengesahan bertujuan memberikan legalitas bahwa semua isi

dari skripsi telah disahkan oleh pembimbing I dan pembimbing II.

3. Lembar Pernyataan

Pada lembar pernyataan merupakan pernyataan tentang keaslian skripsi

yang menegaskan bahwa skripsi adalah benar-benar asli karya peneliti

dan bukan plagiarisme. Pernyataan ini juga harus menyebutkan bahwa

(16)

9

4. Kata Pengantar

Kata pengantar yang terdapat pada skripsi ini merupakan wujud dari

rasa terima kasih atas bantuan, dukungan serta motivasi untuk peneliti

dalam menyelesaikan penelitian hingga selesai.

5. Abstrak

Abstrak adalah uraian singkat dan lengkap dalam penelitian Tari

Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi

Kepulauan Riau dan menjelaskan mengenai rumusan, tujuan, metode

dilakukan peneliti terkait penelitian terhadap subjek yang diteliti dan

diakhiri dengan kesimpulan dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang

terkait dalam penelitian.

6. Daftar Isi

Merupakan penyajian sistematika isi secara rinci dari skripsi yang

berfungsi untuk mempermudah para pembaca untuk mencari sumber

data yang digunakan peneliti sebagai sumber acuan sumber peneliti.

7. Daftar Tabel

Menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai

dengan tabel terakhir yang tercantum dalam skripsi. Beberapa daftar

gambar yang tertera pada penelitian ini tabel busana pemeran Mak

Yong, macam-macam topeng yang digunakan pada pemeran Mak

Yong, alat musik yang digunakan pada pertunjukan Mak Yong, dan

properti yang digunakan pada pertunjukan Mak Yong.

8. Daftar Gambar

Menyajikan gambar secara berurutan mulai dari gambar pertama yang

tercantum dalam skripsi. Beberapa daftar gambar yang tertera pada

penelitian ini yaitu struktur gerak tari Topeng Mak Yong, arena

pertunjukan Mak Yong, profil Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang

Provinsi Kepulauan Riau dan ritual buka tanah oleh Ketua Panjak

(17)

10

9. Daftar Lampiran

Daftar lampiran menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari

lampiran pertama hingga terakhir pada skripsi. Lampiran yang

tercantum pada penelitian ini diantaranya pedoman wawancara dan

surat keputusan.

10. Bab Isi Skripsi

Bab I, menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian,

asumsi dan struktur organisasi. Bab II, menjelaskan tentang teori-teori

yang menguatkan dalam topik penelitian, diantaranya teori seni

pertunjukan, struktur penyajian pertunjukan tradisional, tata rias, dan

tentang kajian ilmu sosial. Bab III, menjelaskan tentang metode yang

digunakan dalam penelitian serta pendekatannya. Dalam penelitian ini

metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Selain itu juga terdapat lokasi dan subjek penelitian, definisi

operasional, prosedur penelitian dan tahapan penelitian yang dilakukan

peneliti. Bab IV, mendeskripsikan hasil dan pembahsan penelitian

untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan peneliti pada bab

I, terkait Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Bab V, berisikan kesimpulan

dan rekomendasi peneliti terhadap hasil penelitian dalam hubungan

dengan tujuan penelitian sebagaimana diungkapkan peneliti pada bab I

dan sumber pustaka sebagai bahan acuan sumber data yang memiliki

(18)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Tempat yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian di Jalan

Kuantan Gang Puteri Ledeng 14 No. 11 Kelurahan Kota Piring Kecamatan

Tanjungpinang Timur Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi

ini dipilih karena kesenian Mak Yong berasal dari daerah tersebut dan

persinggahan terakhir Tari Topeng Mak Yong dan merupakan satu-satunya

lokasi yang terdapat kesenian Mak Yong.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan data-data informasi dari sumber yang

dapat memberikan informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan

penelitian. Oleh karena itu, diperlukan subjek penelitian yang dapat dijadikan

sumber informasi yang diinginkan. Berdasarkan uraian diatas maka yang

dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah Sanggar Mak Yong Cilik

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian memberikan gambaran kepada peneliti bagaimana

seharusnya penelitian ini dilakukan. Metode yang dipilih harus berhubungan

erat dengan prosedur dan teknik penelitian yang digunakan. Oleh karena itu,

untuk mempermudah memecahkan suatu masalah yang adala dalam

penelitian, maka diperlukan penerapan metode yang tepat sesuai

permasalahan tersebut. Arikunto, (1997:150) mengemukakan bahwa, yang

dimaksud dengan metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian. Dengan adanya pernyataan tersebut maka

(19)

27

Oleh karena itu untuk mendapatakan hasil dan tujuan yang diharapkan

maka peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif karena peneliti

berusaha mendeskripsikan dan menganalisis suatu tindakan dan peristiwa

yang berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008:105)

bahwa metode deskriptif merupakan metode penelitian dengan cara

mengumpulkan data-data sesuai dengan sebenarnya kemudian data-data

tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran

mengenai masalah yang ada.

Pendektan yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

pokok permasalahan yang dikaji. Penelitian ini menggunkaan pendekatan

kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai

suatu sistem. Dengan kata lain obyek kajian dilihat sebagai satuan yang

terdiri dari unsur yang paling terkait. Penelitian kualitatif yang

mengutamakan kualitas data oleh karena itu, teknik pengumpulan datanya

banyak menggunakan wawancara yang berkesinambungan dan observasi

langsung. Koentjaraningrat, (2006:3) mengemukakan bahwa metode yang

digunakan dalam penelitian kebudayaan akan lebih tepat jika menggunakan

pendekatan naturalistis atau pendekatan kualitatif. Alasannya karena jenis

penelitian tersebut lebih mencari ke dalam suatu permasalahan dari pada

suatu jawaban yang biasa digeneralisir secara umum.

Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan metode

penelitian dengan cara mengumpulkan data-data yang sebenarnya kemudian

disusun, diolah dan dianalisis. Untuk dapat diberikan gambaran mengenai

masalah yang ada. Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif artinya

penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis

terhadap apa yang diamati atau dengan kata lain data yang ada di lapangan

dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang ada di lapangan

dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan

(20)

28

C.Definisi Operasional

Menurut Nasir (1999:152), definisi operasional adalah definisi yang

diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti

atau menspesifikasi kegiatan atau menberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Agar terhindar

dari terjadinya kesalahpahaman maka peneliti memberikan definisi

operasional sebagai berikut:

Seni pertunjukan pada pokoknya sesuatu yang membutuhkan kelompok

dan memberikan pengalaman langsung (Sedyawati, 1981:62). Lebih lanjut

Soedarsono (1978:17) menjelaskan bahwa seni pertunjukan merupakan salah

satu cabang seni yang selalu hadir dalam kehidupan masyarakat. Seni

pertunjukan sebagai seni yang hilang dalam waktu, karena hanya kita yang

nikmati apabila seni tersebut dipertunjukan. Soedarsono, (2003:91).

Berdasarkan definisi tersebut peneliti menyimpulkan seni pertunjukan

adalah seni pertunjukan merupakan sebuah ungkapan budaya menyampaikan

nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-norma estetika yang berkembang

sesuai dengan zaman dan wilayah dimana seni pertunjukan itu tumbuh dan

berkembang. Dalam mengkaji seni pertunjukan dapat pula ditinjau dari

perspektif sosial ekonomi dan politik suatu negara atau daerah dimana bentuk

seni pertunjukan tersebut tumbuh dan berkembang.

Tari Topeng Mak Yong adalah kesenian istana yang sekarang berada di

Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Pada tari Topeng Mak Yong

mempunyai gerakan Lambak atau gerakan yang mengalun menjadi ciri khas

gerak tari dalam pertunjukan Mak Yong berlangsung. Sanggar Mak Yong

Cilik berlokasi di Jalan Kuantan, Gang Puteri Ledeng 14 No.11 Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

(21)

29

atau dipertunjukan seperti drama, tari, musik dan teater. (The Liang Gie, 1996:18).

Keindahan penikmat seni pertunjukan bukan hanya harus mampu

menghibur, sebagai sebuah seni yang mampu banyak penikmat, seharusnya

seni pertunjukan mempu memberikan nilai-nilai positif sehingga mampu

memberikan andil dalam segala hal. Menurut Soedarsono dalam buku Seni

Pertunjukan Indonesia di Era Globalisrsono dalam buku Seni Pertunjukan

Indonesia di Era Globalisasi, seni memiliki fungsi yaitu: sebagai sarana ritual,

sebagai hiburan pribadi dan sebagai presentasi estetis.

Seni pertunjukan memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia. oleh karena begitu kompleksnya seni pertunjukan dalam masyarakat, serta antara masyarakat yang satu menempatkan salah satu bentuk seni pertunjukan lebih penting dari masyarakat yang lain maka tak pernah ada kesempakatan serta keragaman pendapat mengenai fungsi-fungsi yang sangat kompleks ini. (Soedarsono, 2002:118 dan 120).

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini lebih mengutamakan peran

tari dalam seni pertunjukan sebagai presentasi estetis dimana tarian yang

dibawakan oleh peran atau tokoh dalam Mak Yong bersifat hiburan di

lingkungan masyarakat.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini

dikemukakan oleh Sugiyono, (2008:205) bahwa dalam penelitian kualitatif

yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal ini

dilakukan agar data yang diperoleh benar ilmiah atau merupakan data

langsung. Pendapat lain dikemukakan oleh Arikunto, (2000:134) bahwa alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sitematis dan dipermudah

olehnya.

Dari paparan di atas secara tidak langsung menuntut para peneliti agar

(22)

30

diteliti. Oleh karena itu, peneliti harus mempu persiapan yang matang dengan

mempersiapkan:

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan daftar yang berisi butir-butir

pertanyaan untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari narasumber yang

dituju. Butir-butir pertanyaan yang peneliti buat merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang masih meluas dan masih belum terfokus. Oleh karena itu,

pada pelaksanaanya memungkinkan peneliti untuk memodifikasi pertanyaan

untuk mendapatkan jawaban yang mendetail. Pedoman wawancara peneliti

dibuat dalam tiga kategori yaitu, pertama mengenai latar belakang dan

pengalaman yang dituju pada seniman atau tokoh terkait. Kedua, mengenai

pengetahuan, perasaan dan opini atau nilai ditujukan pada tokoh masyarakat,

tokoh agama dan budayawan. Ketiga, mengenai pengalaman dan opini

ditinjaukan pada pemerintah Kota Tanjungpinang.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan kerangka berupa kisi-kisi terhadap subjek

penelitianyang akan diamati. Dalam penelitian ini yang akan diamati menjadi

latar (tempat atau suasana), Pelibat (responden atau narasumber), kegiatan

yang dapa dilakukan antara peneliti dan narasumber, serta yang diperlukan

untuk melakukan pengamatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto, (1998:148) bahwa untuk dapat mengetahui dan

mengungkapkan kebenaran suatu permasalahan yang terjadi di lapangan,

maka diperlukan tekni dalam penelitiannya. Teknik pengumpulan data yang

dimaksud adalah untuk mengkaji kembali, catatan-catatan yang diperoleh

peneliti untuk mengetahui apakah data dan informasi yang didapatkan sudah

tepat untuk digunakan menyimpulkan kebenaran yang selanjutnya digunakan

untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dalam

penelitian ini di maksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan atau

(23)

31

yang tepat memungkinkan data yang obyektif. Teknik pengumpulan data

yang digunkaan dalam penelitian ini menggunakan metode yaitu:

1. Observasi

Teknik observasi digunakan salam penelitian ini dengan maksud untuk

mendapatkan informasi dan data secara langsung dari lokasi penelitian, yaitu

untuk melihat secara langsung bagaimana Tari Topeng Mak Yong Cilik

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Menurut Arikunto, (1998:146)

observasi adalah pengamatan yang meliputi perbuatan pemantauan terhadap

suatu obyek yang menggunakan seluruh alat indera atau pengamatan

langsung. Observasi dalam penelitian ini menggunakan cara langsung

terhadap observasi yang relevan dengan kondisi lingkungan di lokasi

penelitian yang di amati.

Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakoleh peneliti terbagi

menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang

berisi pengecekan lokasi dan sasaran penelitian, dan tahap kedua sebagai

penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang akan

dibutuhkan dalam pembahasan masalah. Obyek yang diamati atau di

observasi meliputi:

a. Kondisi fisik lokasi penelitian, yang meliputi letak dan kondisi

geografis desa atau kampung, beserta pembagian wilayah dan jumlah

penduduknya. Kegiatan observasi dimulai dengan melakukan survey

awal atau pengecekkan lokasi pada tanggal 17 April 2013 dengan

menggunakan teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh

para subyek. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bulan April juga

tepatnya pada tanggal 19 April 2013 dengan menggunakan t awal atau

pengecekkan lokasi pada tanggal 17 April 2013 dengan menggunakan

teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh para subyek.

Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bulan April juga tepatnya pada

tanggal 19 April 2013 dengan menggunakan teknik terbuka yaitu

diketahui oleh subyek-subyek. Subyek disini adalah narasumber primer

(24)

32

sekunder Ibu Elvi Letriana (Istri bapak Said Parman), Bapak Satar

(budayawan Kota Tanjungpinang), Bapak Setioso (Kepala Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan

Raan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau).

b. Kondisi sosial budaya masyarakat desan dan kampung yang meliputi

pendidikan, mata pencaharian masyarakat, kehidupan seni dalam

masyarakat dan kehidupan keagamaan. Proses observasi dimulai

dengan menggunakan survey awal yaitu melakukan pengamatan

langsung terhadap masyarakat sekitar dan dilanjutkan dengan kegiatan

pengumpulan subyek yang berkaitan dengan obyek atau sasaran

penelitian.

c. Masyarakat dan pelaku seni (anggota Sanggar Mak Yong Cilik

Tanjungpinang) yang meliputi perangkat desa atau kampung, tokoh

masyarakat dan para seniman dari Sanggar Mak Yong Cilik

Tanjungpinang.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh kedua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancara (interview) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2002:135).

Wawancara harus dilakukan secara efektif, artinya dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data sebanyak-banyaknya. Bahasanya

harus jelas, terarh, suasana harus tetap nyaman dan santai agar data yang

diperoleh daya yang obyektif dan dapat dipercaya (Arikunto, 1998:129).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas

terpimpin yaitu pewawancara membahas pedoman yang merupakan garis

besar tentang hal yang akan diteliti. Pertanyaan itu secara khusus ditunjukan

kepada informan peneliti, yakni Bapak Said Parman (Pemilik Sanggar Mak

Yong Cilik), Ibu Elvi Letriana (Istri bapak Said Parman), Bapak Satar

(25)

33

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Raan

Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau). Wawancara dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimana struktur penyajian,

unsur penyajian, tata rias, tata busana dan musik pada Tari Topeng Mak Yong

di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalm teknik wawancara adalah:

menentukan lokasi, menentukan informan yang akan dijadikan sebagai

narasumber informasi, menentukan waktu wawancara dan membuat daftar

pertanyaan yang memuat hal-hal yang perlu ditanyakan kepada sumber atau

informasi.

Dalam memilih informasi yang dianggap menguasai dan dapat

dipercaya untuk menjadi nara sumber data yang jelas. Informan yang dipilih

adalah pewaris Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang dan beberapa tokoh

masyarakat. Secara umum mereka yang menguasai tentang Tari Topeng Mak

Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Wawancara dilakukan dengan para responden yang meliputi:

a. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, materi

wawancara seputar bagaimana melestarikan kesenian Mak Yong

khususnya di Kota Tanjungpinang, ada berapa sanggar yang masih

melestarikan kesenian Mak Yong di Kota Tanjungpinang, kapan dan

dimana saja kesenian Mak Yong dapat melangsungkan pertunjukan,

adakah perbedaan Mak Yong dahulu dengan Mak Yong sekarang,

adakah kontribusi pemerintah Tanjungpinang pada kesenian Mak Yong

dan berapakah anggaran yang keluar untuk kesenian Mak Yong setiap

pertunjukan berlangsung.

b. Tokoh masyarakat, materi wawancara seputar kehidupan sosial budaya

dan kehidupan kesenian masyarakat yang meliputi asal-usul latar

belakang kesenian Mak Yong, serta bagaimana tanggapaan mengenai

kesenian Mak Yong yang berada di Kota Tanjungpinang dalam

(26)

34

c. Pewaris Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang, materi wawancara

seputar latar belakang dan berkmbangnya pertunjukan Tari Topeng

Mak Yong yang mencakup tentang: sejarah lahirnya, pencipta awal dan

pemilik dari awal hingga saat ini, siapa pewaris saat ini, fungsi dan

peran serta bergesernya kesenian Mak Yong, cerita apa saja yang

dibawakan dlam pertunjukan Mak Yong, bagaimana gerak, kostum, tata

rias, properti, sesaji, musik dan nilai pendidikan dalam pertunjukan

Mak Yong, berapa jumlah penari dalam pertunjukan Mak Yong, makna

apa yang terkandung dalam cerita yang dibawakan pertunjukan Mak

Yong, adakah persamaan dan perbedaan pada tarian yang dibawakan

dalam setiap cerita kesenian Mak Yong, bagaimana struktur gerak

dalam penyajian tari Topeng Mak Yong, kapan dan dimana saja

pertunjukan Mak Yong berlangsung dan adakah keterkaitan tari dengan

cerita yang disajikan pada pertunjukan Mak Yong.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengambil

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan

dengan masalah penelitian (Rahman, 1993:31). Dokumentasi merupakan data

yang diperoleh dari penelitian yang berupa dokumen (foto) dan informasi dari

masyarakat yang berhubungan dengan obyek penelitian yaitu pengambilan

gambar (foto) menggunakan camera digital saat pertunjukan dan merekam

hasil wawancara menggunakan media audio visual (handycam).

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah foto karena

foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan

dalam penelitian-penelitian kualitatif, serta merupakan sumber data yang

stabil dan akurat. Proses dokumentasi dilakukan dalam waktu pengumpulan

data, yang diantaranya dilakukan dengan cara menanyakan dengan pewaris

Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinangtentang diadakan pertunjukan

(27)

35

Ketika pada saat pertunjukan peneliti hadir dalam pertunjukan tersebut untuk

mengambil gambar yang dibutuhkan. Data-data yang dikumpulkan melalui

teknik pengumpulan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumen

data geografis dan demografis desa atau kampung setempat yang menjadi

lokasi penelitian.

4. Studi Pustaka

Masalah penelitian dapat ditemukan dari beberapa sumber, yaitu dari

pengalaman sendiri, dari teori-teori yang perlu diuji kebenarannya dari dari

bahan-bahan pustaka. Setelah masalah penelitian ditemukan, seorang peneliti

perlu melakukan suatu kegiatan yang menyangkut pengkajian bahan-bahan

tertulis yang merupakan sumber acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini juga

disebut studi pustaka, yaitu suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh

seorang peneliti, baik sebelum maupun selama penelitian berlangsung. Studi

pustaka adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti untuk

menghimpun informasi yang relevan dengan topik permasalahan yang akan

atau sedang diteliti.

Studi pustaka merupakan teknk pengumpulan data, yakni informasi

dengan cara mempelajari literatur atau pustaka karena didukung dengan

buku-buku yang relevan dan dijadikan sumber untuk mendapatkan hasil

kajian yang lebih tepat. Dalam penggunaan buku sebagai sumber dapat

menganalisis data penelitian dan pendapat para ahli yang relevan dan dapat

dijadikan sebagai sumber bacaan. Kemudian sumber-sumber itu peneliti

pelajari sehingga memperoleh data dan teori dari literatur tersebut.

Buku-buku yang sangat mendukung dalam penelitian ini terdapat di

beberapa perpustakaan di antaranya di Perpustakaan Umum Universitas

Pendidikan Indonesia, STSI Bandung dan Perpustakaan Umum Kota

Tanjungpinang yang berjudul:

1. Seni Pertunjukan Indonesia karangan Edi Sedyawati tahun 1993

2. Pertumbuhan Seni Pertunjukan karangan Edi Sedyawati tahun 1981

(28)

36

4. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D karangan Sugiyono tahun

2010

5. Seni Pertunjukan dalam Perspektif Sejarah karangan Sumardjo tahun

2001

Dari beberapa judul buku yang didapatkan dari Perpustakaan Umum

Universitas Pendidikan Indonesia, STSI Bandung dan Perpustakaan Umum

Kota Tanjungpinang sangat mendukung peneliti dalam menyelesaikan hasil

penelitian khususnya dalam menidentifikasi perkembangan Mak Yong,

struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong pada pertunjukan Mak Yong

sehingga menemukan perbedaan antara Mak Yong dahulu dengan Mak Yong

saat ini yang ada di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi

Kepulauan Riau. Banyak literatur yang berjudul Mak Yong yang sangat

mendukung penelitian dalam menyusun hasil penelitian yang ada kaitannya

dengan judul penelitian ini. Maksud tinjauan pustaka ini dilakukan untuk

memberikan gambaran bahwa penelitian ini bukan merupakan duplikat dan

belum pernah ada yang meneliti.

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penelitian ini, peneliti

mencari sumber rujukan untuk menunjang kebutuhan tulisan ini antara lain

berupa buku yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Pertumbuhan Seni Pertunjukan (1981) oleh Edi Sedyawati mengulas

mengenai seni-seni tradisional dan perkembangannya. Buku ini berguna

untuk memperkaya dan menambah wawasan bentuk seni pertunjukan

yang ada di Indonesia selain itu buku ini cukup membantu dalam

menelaah serta mengupas tentang Tari Topeng Mak Yong.

2. Sosiologi Pertumbuhan Sosial (2005) oleh Piotr Sztompka terbitan

Prenada, buku ini membahas tentang kajian konsep perubahan sosial

masyarakat dan memberi gambaran tentang pemahaman terjadinya

perubahan sosial. Buku ini sangat membantu dalam penelitian untuk

membandingkan Mak Yong yang berada di beberapa daerah sehingga

(29)

37

3. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi (1991) oleh R.M

Soedarsono di terbitkan oleh Jendral Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, jakarta. Buku ini membahas tentang seni

pertunjukan di Indonesia, walaupun hanya beberapa sampel. Dalam isi

buku ini mengungkap tentang fungsi seni pertunjukan sebagai sarana

ritual, sebagai hiburan pribadi, sebagai presentasi estetis, juga seni

pertunjukan sebagai komoditi industri dan pariwisata. Buku ini sangat

menunjang terutama dalam melihat Tari Topeng Mak Yong dari sisi

unsur penyajian dalam pertunjukan Mak Yong.

4. Budaya dan Masyarakat (1987) karya Kuntowijaya diterbitkan oleh

Tiara Wacana Yogyakarta. Buku ini memeberikan gambaran tentang

perubahan-perubahan kebudayaan dan kesenian yang telah ada dan

sedang berlangsung disertai pembahasan secara menyeluruh meliputi

berbagai dimensinya yang saling terkait. Buku tersebut bermanfaat

dalam pemahaman perubahan kebudayaan dalam masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dengan teknik studi pustaka adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang fokus penelitian untuk memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang sedang dibahas sehingga memperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar teoretis tentang masalah pada penelitian. (Nurul Zuriah, 2005:53).

5. Tahap-Tahap Penelitian

a. Pengajuan Topik atau Judul

Dalam tahap ini peneliti memilih topik atau judul yang akan

dijadikan bahan penelitian. Selanjutnya peneliti mencari beberapa

sumber yang dijadikan acuan untuk memperkuat judul sebelum

kelapangan.

b. Pengajuan Proposal

Setelah judul disetujui, dilakukan penyusunan proposal untuk

(30)

38

c. Survei

Survei langsung kelapangan dilakukan bertujuan mendapatkan

informasi dan data awal dari penelitian ini.

d. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari data yang akurat

baik buku, jurnal, skripsi dari nternet, yang selanjutnya melakukan

observasi dan wawancara terhadap narasumber yang mengetahui

tentang Tari Topeng Mak Yong.

e. Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan berbentuk skripsi, yang merupakan hasil dari

keseluruhan penelitian yang selanjutnya dipertanggungjawabkan

pada ujian pra sidang dan sidang skripsi.

f. Ujian Pra Sidang

Pra sidang dilakukan untuk mempersiapkan diri menuju sidang

akhir. Dimana pada pra sidang sangat banyak masukan dari penguji

agar penulisan lebih baik lagi dan melengkapi yang kurang di dalam

hasil penelitian skripsi.

g. Sidang

Pada sidang peneliti mempresentasikan hasil akhir dari isi skripsi

dan juga menyampaikan hasil bimbingan dan masukan para penguji

yang telah peneliti tulis di dalam isi skripsi. Di akhir sidang skripsi

juga pengumuman hasil dari sidang skripsi yang telah ditempuh,

lulus atau tidak lulus.

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan beberapa macam teknik pengumpulan data (tringulasi) serta

dilakukan secara terus menerus hingga mencapai titik puncaknya. Oleh

karena itu diperlukan adanya proses pengolahan data untuk menyaring dan

(31)

39

Selanjutnya data yang dianggap mendukung penelitian dianalisis berdasarkan

metode yang digunkaan oleh peneliti.

Analisis data yang dilakukan setelah mendapat gambaran data yang

jelas serta akurat mengacu pada kerangka penelitian. Setelah data diperoleh

kemudian diolah dengan memisahkan data yang diperlukan dalam penelitian

ini, yaitu dengan cara mendeskripsikan, menganalisis dan menyimpulkan

seluruh data penelitian. Dengan melakukan langkah-langkah yang sudah jelas

di atas, peneliti berharap dapat menghasilkan penelitian yang optimal.

Sehingga mampu menjelaskan kondisi yang nyata terhadap Tari Mak Yong

pada pertunjukan Mak Yong, karena diperkirakan Tari Topeng Mak Yong

pada pertunjukan Mak Yong yang berada di Tanjungpinang memiliki

identitasnya sendiri. Dengan demikian munculnya Tari Topeng Mak Yong

dalam pertunjukan Mak Yong ini menambah khasanah seni tradisional seni

tradisional di Tanjungpinang. Adapun data yang akan dianalisis adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis unsur penyajian Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak

Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

2. Menganalisis struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak

Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

3. Mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan Tari Topeng Mak

Yong tetap bertahan dilingkungan masyarakat khususnya Kota

Tanjungpinang

4. Menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh dan data yang telah

(32)

81

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang

Provinsi Kepulauan Riau adalah salah satu kesenian rumpun melayu tradisi

yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kota Tanjungpinang.

Tari Topeng Mak Yong yang berada di Tanjungpinang adalah pimpinan

Bapak Said Parman. Dalam perkembangannya Tari Topeng Mak Yong

mendapat pengaruh, hal itu dapat dilihat pada properti yang digunakan dalam

pementasan Mak Yong yaitu Topeng. Pada awalnya penari Topeng Mak

Yong yang berasal dari Negeri gajah (Thailand) tidak menggunakan topeng

dan berasal dari kalangan istana. Tetapi setelah memasuki daerah Kepulauan

Riau Tari Topeng Mak Yong mengalami perubahan yaitu menggunakan

topeng dan pertunjukannya juga saat ini sebagai hiburan rakyat. Mantera dan

sesaji pada Mak Yong dahulu sangat berperan dalam berjalannya

pementasannya tetapi pada Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinangpimpinan

Bapak Said Parman, sesaji dan mantera tidak digunakan karena semua

pertolongan dan kepasrahan diri hanyalah milik Allah SWT.

Gerak yang terdapat dalam Tari Topeng Mak Yong sangatlah sederhana

sekali. Pakem-pakem yang harus ada dalam Tarian Topeng Mak Yong dapat

terlihat pada gerakan bertabik (pembukaan), gerakan canggai, gerakan

menggulung tali, dan gerakan bergembira atau sayang cik milik. Dari

keempat gerakan tersebut memiliki arti yang sangat sakral dan penting dalam

pertunjukan Mak Yong.

Hal yang menyebabkan Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong

Cilik Tanjungpinang telah dikenal oleh beberapa negara tetangga antara lain:

letak geografisnya, adanya kesamaan rumpun suku dan budaya melayu

dengan beberapa negara tetangga dan yang paling menarik adalah anggota

(33)

82

menjaga dan melestarikan budaya melayu ayng hampir punah seiringnya

zaman.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kepada temuan-temuan yang berhasil penelitian temukan

dalam penelitian ini, demi kemajuan dan melestarikan Tari Topeng Mak

Yong terdapat beberapa hal yang ingin peneliti implikasikan atau saran yaitu:

1. Perlu dilakukannya pembinaan dan penanganan yang serius terhadap

seni-seni tradisi yang ada di daerah, baik pemerintahan sebagai lembaga

yang berwenang menanganinya serta langsung, maupun

lembaga-lembaga formal dalam bidang seni. Keluhan dari pembina Sanggar Mak

Yong Cilik Tanjungpinang terhadap pemerintah setempat adalah

kekurangannya perhatian yang serius hampir dalam segala hal untuk

kegiatan latihan dan pertunjukan Tari Topeng Mak Yong. Padahal Tari

Topeng Mak Yong merupakan salah satu kesenian yang telah berhasil

membawa nama baik Indonesia, khususnya Tanjungpinang Provinsi

Kepulauan Riau di mata mancanegara sebagai salah satu kekayaan

budaya yang dimiliki Indonesia. Sebaliknya, penanganan dan perhatian

tersebut dapat diberikan dalam bentuk menejemen organisasi dan

pengembangan kreativitas materi.

2. Perlu diadakan kegiatan penelitian lanjut yang keberadaannya belum

diteliti dalam penelitian ini, misalnya analisis makna simbol, sejarah

lengkap, lahirnya kesenian tersebut, serta fungsi ritual pada awal

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Achmad, K.Y. Ganda, A. Rochyatmo, A. dan Mudjiono. (1997). Ungkapan

Beberapa Bentuk Kesenian Teater, Wayang dan Tari. Jakarta: Direktorat

Kesenian, Proyek Pengembangan Kesenian Depdikbud.

Ardi, Sumantri. (2002). Amuk Melayu dalam Tuntutan Propinsi Kepulauan Riau. Pekanbaru: UNRI PRESS.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

BM, Syamsudin. (1982). Seni peran Mak Yong Khazanah Budaya Warisan

Budaya. Pekanbaru: Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Ernst, Cassirer. (1987). Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esai Tentang

Manusia. Jakarta: Gramedia.

Falah, Jaka. (2011). Analisis Pergeseran Fungsi Pertunjukan Teater Dul Muluk di

Kota Palembang Sumatera Selatan (Dulu, Kini dan Masa Depan (Tesis):

Bandung. UPI.

Ihrohim. (2006). Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Laura, Raja Larassati. (2008). Kajian Struktur dan Fungsi Seni Pertunjukan Tari

Dangkong di Tengah Masyarakat Pulau Moro Kabupaten Karimun (Skripsi): Bandung. UPI.

Nasution, Makmur. (2002). Pewaris Teater Mak Yong di Kepulauan Riau. KOMPAS

Ruslan, dkk. (1983). Seni Pertunjukan Tradisional (teater Rakyat) daerah Riau. Pekanbaru: UNRI PRESS.

Sedyawati, Edi. (1993). Seni Pertunjukan Indonesia (Mayarakat Seni

Pertunjukan). Jakarta: Grasindo

______________. (1984). Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

(35)

__________. (1976). Pengantar Pengetahuan Tari Yogyakarta. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia

Soemantri, Sastrosoewondo. (1986). Teater Mak Yong dan Perkembangannya

dalam Budisantoso (Penyunting) Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya. Pekanbaru: Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I

Riau.

Sumardjo, Y. (2001). Seni Pertunjukan Dalam Prespektif Sejarah. Bandung: STSI PRESS.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabet.

Sumardi, Y.Y. (2004). Simbolisasi Topeng Mak Yong Senia Peran Tradisional

Masyarakat mantang Arang Kepulauan Riau. Pekanbaru: UIR PRESS

Surakhman, Winarno. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Winarta, S.H. (2002). Antropologi Budaya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Sumber Lain-lain

http://uun-halimah.blogspot.com/2008/03/mak-yong.html

http://www.adicita.com/artikel/detail/30/509/Teater-Makyong-Riau-dan-Pengembangannya

http://www.butang-emas.net/2010/02/4-makyong-alat-musik.html

http://www.indonesia.travel/id/destination/63/pulau-bintan/article/225/makyong-teater-tradisional-di-kepulauan-riau

Gambar

gambaran tentang data yang dibutuhkan terkait topik penelitian.
tabel, daftar gambar, daftar lampiran, bab satu (I), sampai dengan bab lima
gambar yang tertera pada penelitian ini tabel busana pemeran Mak

Referensi

Dokumen terkait

23 4.1 Latar Belakang Kesenian Tradisional Tari Topeng Getak Kaliwungu di Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang

Pariwisata merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau, karena dengan mengembangkan sektor ini diharapkan banyak wisatawan

Bukit Cermin Kota Tanjungpinang merupakan salah satu tempat rukyatulhilal yang telah digunakan oleh Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau dan Ormas-ormas Islam

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Kepulauan Riau tentang Dewan Pengawas R u m a h Sakit Provinsi Kepulauan

Tari Topeng Ayu merupakan kesenian ciri khas Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan. Tari Topeng Ayu merupakan pengembangan gerak dari tari Topeng Ireng yang dikreasikan kembali.

hukum terhadap tari tradisional di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung...

Latar belakang munculnya kesenian tradisional Tari Topeng Getak Kaliwungu di Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang berkaitan dengan kondisi ekonomi, kondisi

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG PERAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DALAM KERJA SAMA SUB-REGIONAL INDONESIA-MALAYSIA- THAILAND GROWTH TRIANGLE IMT-GT TAHUN