TARI TOPENG MAK YONG
DI SANGGAR MAK YONG CILIK
TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Seni Tari
Oleh
Yulia Afrianti
0901737
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TARI TOPENG MAK YONG
DI SANGGAR MAK YONG CILIK
TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Oleh
Yulia Afrianti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
©
Yulia Afrianti
2013Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Tari Topeng Mak Yong merupakan salah satu seni tradisional yang terdapat dalam kesenian Mak Yong yang berkembang di Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Kesenian Mak Yong sendiri sudah berada dari kalangan istana dahulu. Saat ini Tari Topeng Mak Yong adalah salah satu bentuk kesenian tradisional di Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Pada awalnya kesenian Mak Yong bermula di lingkungan istana, setelah mengalami pergeseran dan Mak Yong memasuki kawasan Kepulauan Riau, Tari Topeng Mak Yong dalam kesenian Mak Yong dipertunjukkan ketika para petani atau nelayan pulang dari bekerja dan berkumpul dengan warga sekitar untuk melepaskan lelah. Selain itu juga Mak Yong adalah sebagai tanda rasa syukur atas hasil panen. Tetapi saat ini Tari Topeng Mak Yong dalam kesenian Mak Yong sudah dipertunjukkan sebagai hiburan rakyat semata, karena di dalam kesenian Mak Yong terdapat nasehat dan kata-kata jenaka sebagai penghibur. Pemilihan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang unsur dan struktur gerak Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Kepulauan Riau dan faktor-faktor bertahannya Mak Yong di lingkungan masyarakat. Hal-hal yang ingin diketahui baik dalam unsur yang terdapat dalam pertunjukkan Mak Yong yang masih tetap ada dan yang sudah tidak digunakan, struktur gerak tari dalam pertunjukkan Mak Yong, Tata Busana dan Tata Rias yang digunakan dan Musik pengiringnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa struktur gerak tarian yang terdapat dalam Tari Topeng Mak Yong memiliki pakem-pakem yang khusus diantaranya: gerakan bertabik, gerakan menghadap rebab, gerakan menggulung tali, gerakan canggai dan gerakan inang atau gerakan bergembira sebagai penutup pertunjukkan kesenian Mak Yong. Sedangakan unsur dari Tari Topeng Mak Yong sangatlah mempengaruihi dalam pertunjukkan tetapi saat ini unsur-unsur tersebut tidak digunakan selain Topeng sebagai properti dalam pertunjukkan Mak Yong.
ABSTRACT
Mak Yong mask dance is one of the tradisional arts in the arts are thriving in the Mak Yong Tanjungpinang Riau Islands Province. Art it self has been Mak Yong of the palace first currently Mak Yong mask dance is one of the traditional art from in Tanjungpinang Riau Islands Province. At first the art Mak Yong began at the court, after a shift and Mak Yong enter the area Riau Islands Province, mask Mak Yong dance in art Mak Yong perfomed when farmeres ang fishermen come here from work an gather with surrounding residents to release tired. It also Mak Yong is a sign of gratitude for the harvest. But time this Mak Yong mask dance art Mak Yong folk already perfomed as entertaiment only, because in the art there are Mak Yong advice and witty words as an entertainer. The selection method used in this research is descriptive. This study was conclucted to gainan over view ogthe compenents and the structure of the mask dance in the studio Mak Yong little Tanjungpinang Riau Islands Province and survival factors Mak Yong in society. Things you want to know both the elements contained in the Mak Yong show that there still remain and that is not used, the structure of dance in the show Mak Yong, fashion and make up that there used and the accompanying music. The data collection techniques were perfomed in this study is observation, interviews, library reseach and documentation. Based on the result obtained from the data that dance motion structure contained in the Mak Yong mask dance has a special grips which include bertabik motion, menghadap
rebab motion, menggulung tali motion, canggai motion, and inang motion or
DAFTAR ISI B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... C. Teori Struktur dan Unsur Pertunjukan ... D. Teori Sosiologi Kebudayaan ...
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil Penelitian ... 1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 2. Struktur Penyajian Tari Topeng Mak Yong ...
3. Unsur Penyajian Tari Topeng Mak Yong ... 4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Penyajian Pertunjukan Mak Yong di Lingkungan Masyarakat ... B. Pembahasan Penelitian ...
58
76 79
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 81
A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ...
81 82
DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM
LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam
kegiatan,di antaranya adalah “seni” yang di dalamnya termasuk seni tari.
Batasan “seni tari” sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, yang
mengatakan bahwa tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diungkapkan
lewat gerak ritmis dan indah yang telah mengalamai stilisasi dan distorsi.
Tari merupakan salah satu cabang seni, dan bagian dari seni pertunjukan
dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Peran tari dalam
masyarakat mendapatkan perhatian besar. Tari ibarat bahasa gerak merupakan
alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat
dinikmati oleh siapa saja dan waktu kapan saja. Sebagai sarana komunikasi,
tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada
berbagai kegiatan seni tari dapat berfungsi sebagai sarana upacara dan adat
istiadat yang tidak terpisahkan dalam kehidupan yang membentuknya.
Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal
dari kata “sani” yang artinya Jiwa yang Luhur atau Ketulusan Jiwa. Dalam
Bahasa Inggris dengan istilah “Art” (Artifisial) yang artinya adalah barang
atau karya sebuah kegiatan. Hal tersebut sesuai diungkapkan oleh Soedarsono
SP (1988:16) bahwa seni adalah karya manusia yang mengandung kualitas
dan nilai estetis dan aneka keahlian yang didapatkan dari pengalaman yang
memungkinkan seseorang memiliki kecakapan membuat, menyusun dan
merencanakan sesuatu secara sistematis dan tujuan mengungkapkan sesuai
dengan prinsip-prinsip estetis, baik secara intuitif maupun kognitif.
Konsep ini, sejalan dengan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan
masyarakat yang dinamis. Menurut Ki Hajar Dewantara seni adalah segala
perbuatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah
2
memiliki nilai, “nilai” diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas
(Purwadarminto, 1967:667). Agar mempunyai nilai maka sesuatu harus
memiliki sifat-sifat yang penting bermutu atau berguna dalam kehidupan
manusia. Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis,
kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara tekstural, tari dapat
dipahami dari bentuk dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya
(bentuk atau penataan koreografi) atau teknik penarinya (cara melakukan atau
keterampilan).
Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai keberhargaan (worth) dan
kebaikan (goodness). Keberadaan seni berkembang dari aktivitas kognitif
yang murni dengan cara-cara yang biasa dipakai manusia. Berawal daru
ucapan atau dialog. Demikian pula tari tentu dari gerakan atau gesture dan
seterusnya berbagai seni yang lain. Oleh karena itu, keberadaan seni telah
berakar kuat dalam sebuah kerangkakerja tentang kehidupan kolektif, dengan
begitu ia merupakan sebuah bentuk komunitas umum yang intens, sehingga
menambah kekuatan komunikasinya dan bahkan memperluas maknanya.
Mempelajari seni dalam hal ini tari ditinjau dari ilmu sosial, sebenarnya
mencoba menghubungkan tari dengan kesadaran kolektif, struktur sosial,
individu, fungai tari dalam struktur itu dengan singkat merupakan kajian
mengenai lingkungan sosial seni tari, baik yang berskala kecil (mikro)
maupun berskala besar (makro).
Banyak orang yang mengatakan bahwa pada tahap yang paling awal
seni itu adalah dari berbagai cara untuk melukiskan dan mengkomunikasikan
sesuatu. Pada hakikatnya semua seni termasuk tari bermaksud untuk
dikomunikasikan sesuatu. Pada hakikatnya semua seni termasuk tari
bermaksud untuk dikomunikasikan. Oleh karena itu, sebagai hasil
pengungkapan nilai maupun hasil ekspresi perasaan manusia. Komunikasi
yang disampaikan sebuah tarian adalah pengalaman yang berharga, bermula
dari imajinasi kreatif. Sebuah tarian baru bermakna atau dapat diresapkan
3
Indonesia sangat kaya akan budaya, bukan saja seni tari melainkan
salah satunya adalah seni peran. Jika membicarakan tentang seni peran pasti
sangat identik dengan seni peran panggung atau biasa disebut dengan Teater
atau Dramatari. Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara
sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya
yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang
dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalain dalam cerita
pergaulan tentang kehidupan manusia. Seni peran atau teater terbagi atau
menjadi dua bagian yaitu Seni Tradisional dan Seni Non Tradisional. Teater
tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat
karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial, masyarakat dan struktur
geografis masing-masing daerah. Proses terjadi atau munculnya teater
tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah lainnya. Hal ini
disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda,
tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata cara
dimana tetaer tradisional lahir.
Kita tidak dapat memisahkan dan melepaskan bagian di dalam seni dan
unsur-unsurnya dimana satu dengan lainnya saling berkaitan, sehingga
menghasilkan sebuah karya seni. Begitu pula dengan pertunjukan Tari
Topeng Mak Yong yang didukung oleh seni tari, seni musik, seni rupa dan
lain-lain yang masing-masing mempunyai ciri tersendiri. Mak yong
merupakan salah satu seni pertunjukan terdapat di daerah Kepulauan Riau.
Seni pertunjukan ini sangat digemari dan pernah hidup serta berkembang
dengan sangat suburnya sebagai salah satu hiburan rakyat. Dalam
perjalanannya seni pertunjukan ini tampil dari sebuah bentuk pertunjukan
rakyat menjadi sebuah bentuk pertunjukan yang digemari oleh seluruh lapisan
bahkan sampai kalangan istana. Dilihat dari beberapa macam ritual yang
terjadi dengan seni pertunjukan Mak Yong berasal dari kepercayaan
animisme dan digunakan dalam pengobatan tradisional. Hal ini terlihat dari
lambang-lambang yang dipergunakan yang mengarah kepada animisme.
4
Mak Yong memiliki nilai seni dan hiburan yang sangat tinggi dan selalu
mengajarkan masyarakatnya untuk selalu berfikir positif dan berusaha dalam
menyelesaikan setiap permasalahan. Hal ini terlihat pada peran Mak Yong
yang mimiliki watak jenaka dan tidak mengenal kesedihan serta kesusahan,
sehingga penonton yang melihat pertunjukan Mak Yong tersebut dapat
terhibur ketika melihat pertunjukan Mak Yong. Tarian yang terdapat pada
pertunjukan Mak Yong memiliki makna dan nilai. Pada pertunjukan Mak
Yong mengalami pengaruh asing sangat terlihat pada alat musik Rebab.
Dalam bentuknya yang baku, Mak Yong adalah jenis seni pertunjukan
yang mengacu pada cerita pentas, tari, nyanyi dan musik menjadi satu.
Bentuk kesenian ini dahulunya dikenal di seluruh negeri berkebudayaan
Melayu. Setidaknya setiap kerajaan melayu pernah dikunjungi oleh
sekelompok seni pertunjukan Mak Yong. Pertunjukan Mak Yong bukan
hanya di Kepulauan Riau melainkan di negara bagian Terengganu, Pattani,
Kelantan, Kedah dan Thailand.
Kayanya akan kesenian tradisional tidak lepas dari bagaimana kesenian
tersebut tetap ada dilingkungan masyarakat sekitar. Kesenian tradisional
sekarang ini harus sangat diperhatikan, agar kesenian tradisional tetap ada dan
berkembang seiingnya zaman. Salah satu cara untuk melestarikan kesenian
tradisional adalah sikap dan perilaku masyarakat sendiri. Jka di dalam diri
masyarakat terdapat jiwa nasionalisme dominan, melestarikan kesenian
tradisional tidak mudah. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan
untuk saling mendukung dan mengisi sati sama lain. Oleh karena itu, menjaga
kelestarian budaya juga diperlukan rasa kebersamaan, kekompakkan untuk
saling mengisi dan mendukung.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian tentang keberadaan Tari Topeng Mak Yong Di
Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Keberadaan kesenian ini pada masa sekarang jarang muncul di kalangan
5
melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Tari Topeng Mak Yong
Di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasrakan judul penelitian serta latar belakang masalah yang peneliti
paparkan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan di
antaranya:
1. Bagaimana struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar Mak
Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau?
2. Bagaimana unsur penyajian Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar Mak
Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyajian pertunjukan Mak
Yong tetap bertahan di lingkungan masyarakat khususnya
Tanjungpinang?
C. Tujuan Penelitian
Berpijak pada rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai tujuan
sasaran yang ingin dicapai, yaitu:
1. Mendeskripsikan struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong pada
pertunjukan Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau.
2. Mendeskripsikan unsur Tari Topeng Mak Yong pada Pertunjukan Mak
Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan
Riau.
3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyajian
pertunjukan Mak Yong bertahan di lingkungan masyarakat
6
D. Metode Penelitian
1. Metode
Metode penelitian adalah cara untuk mencapai tujuan yang dilakukan
oleh peneliti. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2004:1) bahwa
metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Pada penelitian ini metode yang di gunakan
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan
metode ini peneliti dapat melakukan informasi data dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu:
a. Observasi
Observasi ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh data yang
menunjang penelitian seputar Tari Topeng Mak Yong Di Sanggar
Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada informan, selaku nara sumber, yaitu
Bapak Said Parman dengan menggunakan daftar pertanyaan (daftar
pertanyaan terlampir) sehingga data yang diperoleh memberikan
gambaran tentang data yang dibutuhkan terkait topik penelitian.
c. Dokumentasi
Alat yang digunakan untuk mendokumentasikan hasil penelitian
adalah camera digital, handphone, handycam dan alat perekam suara.
Hasil dari dokumentasi berupa foto-foto penelitian digunakan sebagai
penguat pendeskripsian hasil penelitian yang dilakukan.
d. Studi Pustaka
Dalam penggunaan studi pustaka peneliti menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti
sehingga mendapatkan hasil kajian yang lebih tepat dan sesuai dengan
7
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan wawasan yang luas
serta beberapa pengalaman terutama pengalaman melakukan
penelitian mengenai Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
2. Bagi Sanggar Mak Yong Cilik
2.1 Mengetahui kebudayaan dan kesenian yang ada di daerah asal
(kampung halaman)
2.2 Melestarikan warisan kebudayaan yang telah ada sehingga tidak
punah
2.3 Mengembangkan teater tradisional dan Tari Topeng Mak Yong
2.4 Memberikan apresiasi secara tertulis
3. Bagi Pelaku Seni
Dengan adanya penelitian tentang Tari Topeng Mak Yong di Sanggar
Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau,
memberikan motivasi yang lebih meningkatkan serta melestarikan
Tari Topeng Mak Yong sebagai salah satu kesenian Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau.
4. Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang
Dengan adanya penelitian tentang Tari Topeng Mak Yong di Sanggar
Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, menjadi
sumber informasi baru tentang keberadaan Tari Topeng Mak Yong di
Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau,
sebagai warisan seni budaya Melayu yang masih hidup di tengah
masyarakat.
5. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wacana
pengetahuan, memberikan informasi tentang keberadaan dan
8
pengetahuan bagi insan akademisi di lingkungan Jurusan Pendidikan
Seni Tari FPBS UPI.
F. Asumsi
Kesenian Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau, keberadaannya masih dapat
dinikmati dan dipahami sebagai pencerminan karakterisasi atau pola budaya
masyarakat sekitar terhadap adat istiadat, sehingga Mak Yong yang berasal
dari kalangan istana tetapi berkembang di lingkungan masyarakat sebagai
sarana hiburan semata.
G. Struktur Organisasi
Struktur organisasi penulisan skripsi ini memuat bagian; Judul, lembar
pengesahan, lembar pernyataan kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, daftar lampiran, bab satu (I), sampai dengan bab lima
(V) dan sumber pustaka dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Judul
Menentukan judul pada skripsi ini berdasarkan latar belakang masalah
yang dikemukakan pada BAB I, sehingga peneliti memberikan judul
skripsi yaitu Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
2. Lembar Pengesahan
Lembar pengesahan bertujuan memberikan legalitas bahwa semua isi
dari skripsi telah disahkan oleh pembimbing I dan pembimbing II.
3. Lembar Pernyataan
Pada lembar pernyataan merupakan pernyataan tentang keaslian skripsi
yang menegaskan bahwa skripsi adalah benar-benar asli karya peneliti
dan bukan plagiarisme. Pernyataan ini juga harus menyebutkan bahwa
9
4. Kata Pengantar
Kata pengantar yang terdapat pada skripsi ini merupakan wujud dari
rasa terima kasih atas bantuan, dukungan serta motivasi untuk peneliti
dalam menyelesaikan penelitian hingga selesai.
5. Abstrak
Abstrak adalah uraian singkat dan lengkap dalam penelitian Tari
Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau dan menjelaskan mengenai rumusan, tujuan, metode
dilakukan peneliti terkait penelitian terhadap subjek yang diteliti dan
diakhiri dengan kesimpulan dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang
terkait dalam penelitian.
6. Daftar Isi
Merupakan penyajian sistematika isi secara rinci dari skripsi yang
berfungsi untuk mempermudah para pembaca untuk mencari sumber
data yang digunakan peneliti sebagai sumber acuan sumber peneliti.
7. Daftar Tabel
Menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai
dengan tabel terakhir yang tercantum dalam skripsi. Beberapa daftar
gambar yang tertera pada penelitian ini tabel busana pemeran Mak
Yong, macam-macam topeng yang digunakan pada pemeran Mak
Yong, alat musik yang digunakan pada pertunjukan Mak Yong, dan
properti yang digunakan pada pertunjukan Mak Yong.
8. Daftar Gambar
Menyajikan gambar secara berurutan mulai dari gambar pertama yang
tercantum dalam skripsi. Beberapa daftar gambar yang tertera pada
penelitian ini yaitu struktur gerak tari Topeng Mak Yong, arena
pertunjukan Mak Yong, profil Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau dan ritual buka tanah oleh Ketua Panjak
10
9. Daftar Lampiran
Daftar lampiran menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari
lampiran pertama hingga terakhir pada skripsi. Lampiran yang
tercantum pada penelitian ini diantaranya pedoman wawancara dan
surat keputusan.
10. Bab Isi Skripsi
Bab I, menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian,
asumsi dan struktur organisasi. Bab II, menjelaskan tentang teori-teori
yang menguatkan dalam topik penelitian, diantaranya teori seni
pertunjukan, struktur penyajian pertunjukan tradisional, tata rias, dan
tentang kajian ilmu sosial. Bab III, menjelaskan tentang metode yang
digunakan dalam penelitian serta pendekatannya. Dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Selain itu juga terdapat lokasi dan subjek penelitian, definisi
operasional, prosedur penelitian dan tahapan penelitian yang dilakukan
peneliti. Bab IV, mendeskripsikan hasil dan pembahsan penelitian
untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan peneliti pada bab
I, terkait Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Bab V, berisikan kesimpulan
dan rekomendasi peneliti terhadap hasil penelitian dalam hubungan
dengan tujuan penelitian sebagaimana diungkapkan peneliti pada bab I
dan sumber pustaka sebagai bahan acuan sumber data yang memiliki
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Tempat yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian di Jalan
Kuantan Gang Puteri Ledeng 14 No. 11 Kelurahan Kota Piring Kecamatan
Tanjungpinang Timur Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi
ini dipilih karena kesenian Mak Yong berasal dari daerah tersebut dan
persinggahan terakhir Tari Topeng Mak Yong dan merupakan satu-satunya
lokasi yang terdapat kesenian Mak Yong.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini diperlukan data-data informasi dari sumber yang
dapat memberikan informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan
penelitian. Oleh karena itu, diperlukan subjek penelitian yang dapat dijadikan
sumber informasi yang diinginkan. Berdasarkan uraian diatas maka yang
dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah Sanggar Mak Yong Cilik
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian memberikan gambaran kepada peneliti bagaimana
seharusnya penelitian ini dilakukan. Metode yang dipilih harus berhubungan
erat dengan prosedur dan teknik penelitian yang digunakan. Oleh karena itu,
untuk mempermudah memecahkan suatu masalah yang adala dalam
penelitian, maka diperlukan penerapan metode yang tepat sesuai
permasalahan tersebut. Arikunto, (1997:150) mengemukakan bahwa, yang
dimaksud dengan metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian. Dengan adanya pernyataan tersebut maka
27
Oleh karena itu untuk mendapatakan hasil dan tujuan yang diharapkan
maka peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif karena peneliti
berusaha mendeskripsikan dan menganalisis suatu tindakan dan peristiwa
yang berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008:105)
bahwa metode deskriptif merupakan metode penelitian dengan cara
mengumpulkan data-data sesuai dengan sebenarnya kemudian data-data
tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran
mengenai masalah yang ada.
Pendektan yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan
pokok permasalahan yang dikaji. Penelitian ini menggunkaan pendekatan
kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai
suatu sistem. Dengan kata lain obyek kajian dilihat sebagai satuan yang
terdiri dari unsur yang paling terkait. Penelitian kualitatif yang
mengutamakan kualitas data oleh karena itu, teknik pengumpulan datanya
banyak menggunakan wawancara yang berkesinambungan dan observasi
langsung. Koentjaraningrat, (2006:3) mengemukakan bahwa metode yang
digunakan dalam penelitian kebudayaan akan lebih tepat jika menggunakan
pendekatan naturalistis atau pendekatan kualitatif. Alasannya karena jenis
penelitian tersebut lebih mencari ke dalam suatu permasalahan dari pada
suatu jawaban yang biasa digeneralisir secara umum.
Dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan metode
penelitian dengan cara mengumpulkan data-data yang sebenarnya kemudian
disusun, diolah dan dianalisis. Untuk dapat diberikan gambaran mengenai
masalah yang ada. Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif artinya
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis
terhadap apa yang diamati atau dengan kata lain data yang ada di lapangan
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang ada di lapangan
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan
28
C.Definisi Operasional
Menurut Nasir (1999:152), definisi operasional adalah definisi yang
diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti
atau menspesifikasi kegiatan atau menberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Agar terhindar
dari terjadinya kesalahpahaman maka peneliti memberikan definisi
operasional sebagai berikut:
Seni pertunjukan pada pokoknya sesuatu yang membutuhkan kelompok
dan memberikan pengalaman langsung (Sedyawati, 1981:62). Lebih lanjut
Soedarsono (1978:17) menjelaskan bahwa seni pertunjukan merupakan salah
satu cabang seni yang selalu hadir dalam kehidupan masyarakat. Seni
pertunjukan sebagai seni yang hilang dalam waktu, karena hanya kita yang
nikmati apabila seni tersebut dipertunjukan. Soedarsono, (2003:91).
Berdasarkan definisi tersebut peneliti menyimpulkan seni pertunjukan
adalah seni pertunjukan merupakan sebuah ungkapan budaya menyampaikan
nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-norma estetika yang berkembang
sesuai dengan zaman dan wilayah dimana seni pertunjukan itu tumbuh dan
berkembang. Dalam mengkaji seni pertunjukan dapat pula ditinjau dari
perspektif sosial ekonomi dan politik suatu negara atau daerah dimana bentuk
seni pertunjukan tersebut tumbuh dan berkembang.
Tari Topeng Mak Yong adalah kesenian istana yang sekarang berada di
Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Pada tari Topeng Mak Yong
mempunyai gerakan Lambak atau gerakan yang mengalun menjadi ciri khas
gerak tari dalam pertunjukan Mak Yong berlangsung. Sanggar Mak Yong
Cilik berlokasi di Jalan Kuantan, Gang Puteri Ledeng 14 No.11 Kota
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
29
atau dipertunjukan seperti drama, tari, musik dan teater. (The Liang Gie, 1996:18).
Keindahan penikmat seni pertunjukan bukan hanya harus mampu
menghibur, sebagai sebuah seni yang mampu banyak penikmat, seharusnya
seni pertunjukan mempu memberikan nilai-nilai positif sehingga mampu
memberikan andil dalam segala hal. Menurut Soedarsono dalam buku Seni
Pertunjukan Indonesia di Era Globalisrsono dalam buku Seni Pertunjukan
Indonesia di Era Globalisasi, seni memiliki fungsi yaitu: sebagai sarana ritual,
sebagai hiburan pribadi dan sebagai presentasi estetis.
Seni pertunjukan memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia. oleh karena begitu kompleksnya seni pertunjukan dalam masyarakat, serta antara masyarakat yang satu menempatkan salah satu bentuk seni pertunjukan lebih penting dari masyarakat yang lain maka tak pernah ada kesempakatan serta keragaman pendapat mengenai fungsi-fungsi yang sangat kompleks ini. (Soedarsono, 2002:118 dan 120).
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini lebih mengutamakan peran
tari dalam seni pertunjukan sebagai presentasi estetis dimana tarian yang
dibawakan oleh peran atau tokoh dalam Mak Yong bersifat hiburan di
lingkungan masyarakat.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini
dikemukakan oleh Sugiyono, (2008:205) bahwa dalam penelitian kualitatif
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal ini
dilakukan agar data yang diperoleh benar ilmiah atau merupakan data
langsung. Pendapat lain dikemukakan oleh Arikunto, (2000:134) bahwa alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sitematis dan dipermudah
olehnya.
Dari paparan di atas secara tidak langsung menuntut para peneliti agar
30
diteliti. Oleh karena itu, peneliti harus mempu persiapan yang matang dengan
mempersiapkan:
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan daftar yang berisi butir-butir
pertanyaan untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari narasumber yang
dituju. Butir-butir pertanyaan yang peneliti buat merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang masih meluas dan masih belum terfokus. Oleh karena itu,
pada pelaksanaanya memungkinkan peneliti untuk memodifikasi pertanyaan
untuk mendapatkan jawaban yang mendetail. Pedoman wawancara peneliti
dibuat dalam tiga kategori yaitu, pertama mengenai latar belakang dan
pengalaman yang dituju pada seniman atau tokoh terkait. Kedua, mengenai
pengetahuan, perasaan dan opini atau nilai ditujukan pada tokoh masyarakat,
tokoh agama dan budayawan. Ketiga, mengenai pengalaman dan opini
ditinjaukan pada pemerintah Kota Tanjungpinang.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan kerangka berupa kisi-kisi terhadap subjek
penelitianyang akan diamati. Dalam penelitian ini yang akan diamati menjadi
latar (tempat atau suasana), Pelibat (responden atau narasumber), kegiatan
yang dapa dilakukan antara peneliti dan narasumber, serta yang diperlukan
untuk melakukan pengamatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto, (1998:148) bahwa untuk dapat mengetahui dan
mengungkapkan kebenaran suatu permasalahan yang terjadi di lapangan,
maka diperlukan tekni dalam penelitiannya. Teknik pengumpulan data yang
dimaksud adalah untuk mengkaji kembali, catatan-catatan yang diperoleh
peneliti untuk mengetahui apakah data dan informasi yang didapatkan sudah
tepat untuk digunakan menyimpulkan kebenaran yang selanjutnya digunakan
untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dalam
penelitian ini di maksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan atau
31
yang tepat memungkinkan data yang obyektif. Teknik pengumpulan data
yang digunkaan dalam penelitian ini menggunakan metode yaitu:
1. Observasi
Teknik observasi digunakan salam penelitian ini dengan maksud untuk
mendapatkan informasi dan data secara langsung dari lokasi penelitian, yaitu
untuk melihat secara langsung bagaimana Tari Topeng Mak Yong Cilik
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Menurut Arikunto, (1998:146)
observasi adalah pengamatan yang meliputi perbuatan pemantauan terhadap
suatu obyek yang menggunakan seluruh alat indera atau pengamatan
langsung. Observasi dalam penelitian ini menggunakan cara langsung
terhadap observasi yang relevan dengan kondisi lingkungan di lokasi
penelitian yang di amati.
Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakoleh peneliti terbagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang
berisi pengecekan lokasi dan sasaran penelitian, dan tahap kedua sebagai
penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang akan
dibutuhkan dalam pembahasan masalah. Obyek yang diamati atau di
observasi meliputi:
a. Kondisi fisik lokasi penelitian, yang meliputi letak dan kondisi
geografis desa atau kampung, beserta pembagian wilayah dan jumlah
penduduknya. Kegiatan observasi dimulai dengan melakukan survey
awal atau pengecekkan lokasi pada tanggal 17 April 2013 dengan
menggunakan teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh
para subyek. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bulan April juga
tepatnya pada tanggal 19 April 2013 dengan menggunakan t awal atau
pengecekkan lokasi pada tanggal 17 April 2013 dengan menggunakan
teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh para subyek.
Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bulan April juga tepatnya pada
tanggal 19 April 2013 dengan menggunakan teknik terbuka yaitu
diketahui oleh subyek-subyek. Subyek disini adalah narasumber primer
32
sekunder Ibu Elvi Letriana (Istri bapak Said Parman), Bapak Satar
(budayawan Kota Tanjungpinang), Bapak Setioso (Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan
Raan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau).
b. Kondisi sosial budaya masyarakat desan dan kampung yang meliputi
pendidikan, mata pencaharian masyarakat, kehidupan seni dalam
masyarakat dan kehidupan keagamaan. Proses observasi dimulai
dengan menggunakan survey awal yaitu melakukan pengamatan
langsung terhadap masyarakat sekitar dan dilanjutkan dengan kegiatan
pengumpulan subyek yang berkaitan dengan obyek atau sasaran
penelitian.
c. Masyarakat dan pelaku seni (anggota Sanggar Mak Yong Cilik
Tanjungpinang) yang meliputi perangkat desa atau kampung, tokoh
masyarakat dan para seniman dari Sanggar Mak Yong Cilik
Tanjungpinang.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh kedua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancara (interview) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2002:135).
Wawancara harus dilakukan secara efektif, artinya dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data sebanyak-banyaknya. Bahasanya
harus jelas, terarh, suasana harus tetap nyaman dan santai agar data yang
diperoleh daya yang obyektif dan dapat dipercaya (Arikunto, 1998:129).
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas
terpimpin yaitu pewawancara membahas pedoman yang merupakan garis
besar tentang hal yang akan diteliti. Pertanyaan itu secara khusus ditunjukan
kepada informan peneliti, yakni Bapak Said Parman (Pemilik Sanggar Mak
Yong Cilik), Ibu Elvi Letriana (Istri bapak Said Parman), Bapak Satar
33
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Raan
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau). Wawancara dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimana struktur penyajian,
unsur penyajian, tata rias, tata busana dan musik pada Tari Topeng Mak Yong
di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalm teknik wawancara adalah:
menentukan lokasi, menentukan informan yang akan dijadikan sebagai
narasumber informasi, menentukan waktu wawancara dan membuat daftar
pertanyaan yang memuat hal-hal yang perlu ditanyakan kepada sumber atau
informasi.
Dalam memilih informasi yang dianggap menguasai dan dapat
dipercaya untuk menjadi nara sumber data yang jelas. Informan yang dipilih
adalah pewaris Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang dan beberapa tokoh
masyarakat. Secara umum mereka yang menguasai tentang Tari Topeng Mak
Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Wawancara dilakukan dengan para responden yang meliputi:
a. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, materi
wawancara seputar bagaimana melestarikan kesenian Mak Yong
khususnya di Kota Tanjungpinang, ada berapa sanggar yang masih
melestarikan kesenian Mak Yong di Kota Tanjungpinang, kapan dan
dimana saja kesenian Mak Yong dapat melangsungkan pertunjukan,
adakah perbedaan Mak Yong dahulu dengan Mak Yong sekarang,
adakah kontribusi pemerintah Tanjungpinang pada kesenian Mak Yong
dan berapakah anggaran yang keluar untuk kesenian Mak Yong setiap
pertunjukan berlangsung.
b. Tokoh masyarakat, materi wawancara seputar kehidupan sosial budaya
dan kehidupan kesenian masyarakat yang meliputi asal-usul latar
belakang kesenian Mak Yong, serta bagaimana tanggapaan mengenai
kesenian Mak Yong yang berada di Kota Tanjungpinang dalam
34
c. Pewaris Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang, materi wawancara
seputar latar belakang dan berkmbangnya pertunjukan Tari Topeng
Mak Yong yang mencakup tentang: sejarah lahirnya, pencipta awal dan
pemilik dari awal hingga saat ini, siapa pewaris saat ini, fungsi dan
peran serta bergesernya kesenian Mak Yong, cerita apa saja yang
dibawakan dlam pertunjukan Mak Yong, bagaimana gerak, kostum, tata
rias, properti, sesaji, musik dan nilai pendidikan dalam pertunjukan
Mak Yong, berapa jumlah penari dalam pertunjukan Mak Yong, makna
apa yang terkandung dalam cerita yang dibawakan pertunjukan Mak
Yong, adakah persamaan dan perbedaan pada tarian yang dibawakan
dalam setiap cerita kesenian Mak Yong, bagaimana struktur gerak
dalam penyajian tari Topeng Mak Yong, kapan dan dimana saja
pertunjukan Mak Yong berlangsung dan adakah keterkaitan tari dengan
cerita yang disajikan pada pertunjukan Mak Yong.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengambil
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian (Rahman, 1993:31). Dokumentasi merupakan data
yang diperoleh dari penelitian yang berupa dokumen (foto) dan informasi dari
masyarakat yang berhubungan dengan obyek penelitian yaitu pengambilan
gambar (foto) menggunakan camera digital saat pertunjukan dan merekam
hasil wawancara menggunakan media audio visual (handycam).
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah foto karena
foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan
dalam penelitian-penelitian kualitatif, serta merupakan sumber data yang
stabil dan akurat. Proses dokumentasi dilakukan dalam waktu pengumpulan
data, yang diantaranya dilakukan dengan cara menanyakan dengan pewaris
Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinangtentang diadakan pertunjukan
35
Ketika pada saat pertunjukan peneliti hadir dalam pertunjukan tersebut untuk
mengambil gambar yang dibutuhkan. Data-data yang dikumpulkan melalui
teknik pengumpulan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumen
data geografis dan demografis desa atau kampung setempat yang menjadi
lokasi penelitian.
4. Studi Pustaka
Masalah penelitian dapat ditemukan dari beberapa sumber, yaitu dari
pengalaman sendiri, dari teori-teori yang perlu diuji kebenarannya dari dari
bahan-bahan pustaka. Setelah masalah penelitian ditemukan, seorang peneliti
perlu melakukan suatu kegiatan yang menyangkut pengkajian bahan-bahan
tertulis yang merupakan sumber acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini juga
disebut studi pustaka, yaitu suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh
seorang peneliti, baik sebelum maupun selama penelitian berlangsung. Studi
pustaka adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik permasalahan yang akan
atau sedang diteliti.
Studi pustaka merupakan teknk pengumpulan data, yakni informasi
dengan cara mempelajari literatur atau pustaka karena didukung dengan
buku-buku yang relevan dan dijadikan sumber untuk mendapatkan hasil
kajian yang lebih tepat. Dalam penggunaan buku sebagai sumber dapat
menganalisis data penelitian dan pendapat para ahli yang relevan dan dapat
dijadikan sebagai sumber bacaan. Kemudian sumber-sumber itu peneliti
pelajari sehingga memperoleh data dan teori dari literatur tersebut.
Buku-buku yang sangat mendukung dalam penelitian ini terdapat di
beberapa perpustakaan di antaranya di Perpustakaan Umum Universitas
Pendidikan Indonesia, STSI Bandung dan Perpustakaan Umum Kota
Tanjungpinang yang berjudul:
1. Seni Pertunjukan Indonesia karangan Edi Sedyawati tahun 1993
2. Pertumbuhan Seni Pertunjukan karangan Edi Sedyawati tahun 1981
36
4. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D karangan Sugiyono tahun
2010
5. Seni Pertunjukan dalam Perspektif Sejarah karangan Sumardjo tahun
2001
Dari beberapa judul buku yang didapatkan dari Perpustakaan Umum
Universitas Pendidikan Indonesia, STSI Bandung dan Perpustakaan Umum
Kota Tanjungpinang sangat mendukung peneliti dalam menyelesaikan hasil
penelitian khususnya dalam menidentifikasi perkembangan Mak Yong,
struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong pada pertunjukan Mak Yong
sehingga menemukan perbedaan antara Mak Yong dahulu dengan Mak Yong
saat ini yang ada di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau. Banyak literatur yang berjudul Mak Yong yang sangat
mendukung penelitian dalam menyusun hasil penelitian yang ada kaitannya
dengan judul penelitian ini. Maksud tinjauan pustaka ini dilakukan untuk
memberikan gambaran bahwa penelitian ini bukan merupakan duplikat dan
belum pernah ada yang meneliti.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penelitian ini, peneliti
mencari sumber rujukan untuk menunjang kebutuhan tulisan ini antara lain
berupa buku yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Pertumbuhan Seni Pertunjukan (1981) oleh Edi Sedyawati mengulas
mengenai seni-seni tradisional dan perkembangannya. Buku ini berguna
untuk memperkaya dan menambah wawasan bentuk seni pertunjukan
yang ada di Indonesia selain itu buku ini cukup membantu dalam
menelaah serta mengupas tentang Tari Topeng Mak Yong.
2. Sosiologi Pertumbuhan Sosial (2005) oleh Piotr Sztompka terbitan
Prenada, buku ini membahas tentang kajian konsep perubahan sosial
masyarakat dan memberi gambaran tentang pemahaman terjadinya
perubahan sosial. Buku ini sangat membantu dalam penelitian untuk
membandingkan Mak Yong yang berada di beberapa daerah sehingga
37
3. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi (1991) oleh R.M
Soedarsono di terbitkan oleh Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, jakarta. Buku ini membahas tentang seni
pertunjukan di Indonesia, walaupun hanya beberapa sampel. Dalam isi
buku ini mengungkap tentang fungsi seni pertunjukan sebagai sarana
ritual, sebagai hiburan pribadi, sebagai presentasi estetis, juga seni
pertunjukan sebagai komoditi industri dan pariwisata. Buku ini sangat
menunjang terutama dalam melihat Tari Topeng Mak Yong dari sisi
unsur penyajian dalam pertunjukan Mak Yong.
4. Budaya dan Masyarakat (1987) karya Kuntowijaya diterbitkan oleh
Tiara Wacana Yogyakarta. Buku ini memeberikan gambaran tentang
perubahan-perubahan kebudayaan dan kesenian yang telah ada dan
sedang berlangsung disertai pembahasan secara menyeluruh meliputi
berbagai dimensinya yang saling terkait. Buku tersebut bermanfaat
dalam pemahaman perubahan kebudayaan dalam masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dengan teknik studi pustaka adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang fokus penelitian untuk memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang sedang dibahas sehingga memperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar teoretis tentang masalah pada penelitian. (Nurul Zuriah, 2005:53).
5. Tahap-Tahap Penelitian
a. Pengajuan Topik atau Judul
Dalam tahap ini peneliti memilih topik atau judul yang akan
dijadikan bahan penelitian. Selanjutnya peneliti mencari beberapa
sumber yang dijadikan acuan untuk memperkuat judul sebelum
kelapangan.
b. Pengajuan Proposal
Setelah judul disetujui, dilakukan penyusunan proposal untuk
38
c. Survei
Survei langsung kelapangan dilakukan bertujuan mendapatkan
informasi dan data awal dari penelitian ini.
d. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari data yang akurat
baik buku, jurnal, skripsi dari nternet, yang selanjutnya melakukan
observasi dan wawancara terhadap narasumber yang mengetahui
tentang Tari Topeng Mak Yong.
e. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan berbentuk skripsi, yang merupakan hasil dari
keseluruhan penelitian yang selanjutnya dipertanggungjawabkan
pada ujian pra sidang dan sidang skripsi.
f. Ujian Pra Sidang
Pra sidang dilakukan untuk mempersiapkan diri menuju sidang
akhir. Dimana pada pra sidang sangat banyak masukan dari penguji
agar penulisan lebih baik lagi dan melengkapi yang kurang di dalam
hasil penelitian skripsi.
g. Sidang
Pada sidang peneliti mempresentasikan hasil akhir dari isi skripsi
dan juga menyampaikan hasil bimbingan dan masukan para penguji
yang telah peneliti tulis di dalam isi skripsi. Di akhir sidang skripsi
juga pengumuman hasil dari sidang skripsi yang telah ditempuh,
lulus atau tidak lulus.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan beberapa macam teknik pengumpulan data (tringulasi) serta
dilakukan secara terus menerus hingga mencapai titik puncaknya. Oleh
karena itu diperlukan adanya proses pengolahan data untuk menyaring dan
39
Selanjutnya data yang dianggap mendukung penelitian dianalisis berdasarkan
metode yang digunkaan oleh peneliti.
Analisis data yang dilakukan setelah mendapat gambaran data yang
jelas serta akurat mengacu pada kerangka penelitian. Setelah data diperoleh
kemudian diolah dengan memisahkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini, yaitu dengan cara mendeskripsikan, menganalisis dan menyimpulkan
seluruh data penelitian. Dengan melakukan langkah-langkah yang sudah jelas
di atas, peneliti berharap dapat menghasilkan penelitian yang optimal.
Sehingga mampu menjelaskan kondisi yang nyata terhadap Tari Mak Yong
pada pertunjukan Mak Yong, karena diperkirakan Tari Topeng Mak Yong
pada pertunjukan Mak Yong yang berada di Tanjungpinang memiliki
identitasnya sendiri. Dengan demikian munculnya Tari Topeng Mak Yong
dalam pertunjukan Mak Yong ini menambah khasanah seni tradisional seni
tradisional di Tanjungpinang. Adapun data yang akan dianalisis adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis unsur penyajian Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak
Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
2. Menganalisis struktur penyajian Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak
Yong Cilik Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
3. Mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan Tari Topeng Mak
Yong tetap bertahan dilingkungan masyarakat khususnya Kota
Tanjungpinang
4. Menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh dan data yang telah
81
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau adalah salah satu kesenian rumpun melayu tradisi
yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kota Tanjungpinang.
Tari Topeng Mak Yong yang berada di Tanjungpinang adalah pimpinan
Bapak Said Parman. Dalam perkembangannya Tari Topeng Mak Yong
mendapat pengaruh, hal itu dapat dilihat pada properti yang digunakan dalam
pementasan Mak Yong yaitu Topeng. Pada awalnya penari Topeng Mak
Yong yang berasal dari Negeri gajah (Thailand) tidak menggunakan topeng
dan berasal dari kalangan istana. Tetapi setelah memasuki daerah Kepulauan
Riau Tari Topeng Mak Yong mengalami perubahan yaitu menggunakan
topeng dan pertunjukannya juga saat ini sebagai hiburan rakyat. Mantera dan
sesaji pada Mak Yong dahulu sangat berperan dalam berjalannya
pementasannya tetapi pada Sanggar Mak Yong Cilik Tanjungpinangpimpinan
Bapak Said Parman, sesaji dan mantera tidak digunakan karena semua
pertolongan dan kepasrahan diri hanyalah milik Allah SWT.
Gerak yang terdapat dalam Tari Topeng Mak Yong sangatlah sederhana
sekali. Pakem-pakem yang harus ada dalam Tarian Topeng Mak Yong dapat
terlihat pada gerakan bertabik (pembukaan), gerakan canggai, gerakan
menggulung tali, dan gerakan bergembira atau sayang cik milik. Dari
keempat gerakan tersebut memiliki arti yang sangat sakral dan penting dalam
pertunjukan Mak Yong.
Hal yang menyebabkan Tari Topeng Mak Yong di Sanggar Mak Yong
Cilik Tanjungpinang telah dikenal oleh beberapa negara tetangga antara lain:
letak geografisnya, adanya kesamaan rumpun suku dan budaya melayu
dengan beberapa negara tetangga dan yang paling menarik adalah anggota
82
menjaga dan melestarikan budaya melayu ayng hampir punah seiringnya
zaman.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kepada temuan-temuan yang berhasil penelitian temukan
dalam penelitian ini, demi kemajuan dan melestarikan Tari Topeng Mak
Yong terdapat beberapa hal yang ingin peneliti implikasikan atau saran yaitu:
1. Perlu dilakukannya pembinaan dan penanganan yang serius terhadap
seni-seni tradisi yang ada di daerah, baik pemerintahan sebagai lembaga
yang berwenang menanganinya serta langsung, maupun
lembaga-lembaga formal dalam bidang seni. Keluhan dari pembina Sanggar Mak
Yong Cilik Tanjungpinang terhadap pemerintah setempat adalah
kekurangannya perhatian yang serius hampir dalam segala hal untuk
kegiatan latihan dan pertunjukan Tari Topeng Mak Yong. Padahal Tari
Topeng Mak Yong merupakan salah satu kesenian yang telah berhasil
membawa nama baik Indonesia, khususnya Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau di mata mancanegara sebagai salah satu kekayaan
budaya yang dimiliki Indonesia. Sebaliknya, penanganan dan perhatian
tersebut dapat diberikan dalam bentuk menejemen organisasi dan
pengembangan kreativitas materi.
2. Perlu diadakan kegiatan penelitian lanjut yang keberadaannya belum
diteliti dalam penelitian ini, misalnya analisis makna simbol, sejarah
lengkap, lahirnya kesenian tersebut, serta fungsi ritual pada awal
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Achmad, K.Y. Ganda, A. Rochyatmo, A. dan Mudjiono. (1997). Ungkapan
Beberapa Bentuk Kesenian Teater, Wayang dan Tari. Jakarta: Direktorat
Kesenian, Proyek Pengembangan Kesenian Depdikbud.
Ardi, Sumantri. (2002). Amuk Melayu dalam Tuntutan Propinsi Kepulauan Riau. Pekanbaru: UNRI PRESS.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
BM, Syamsudin. (1982). Seni peran Mak Yong Khazanah Budaya Warisan
Budaya. Pekanbaru: Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Ernst, Cassirer. (1987). Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esai Tentang
Manusia. Jakarta: Gramedia.
Falah, Jaka. (2011). Analisis Pergeseran Fungsi Pertunjukan Teater Dul Muluk di
Kota Palembang Sumatera Selatan (Dulu, Kini dan Masa Depan (Tesis):
Bandung. UPI.
Ihrohim. (2006). Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Laura, Raja Larassati. (2008). Kajian Struktur dan Fungsi Seni Pertunjukan Tari
Dangkong di Tengah Masyarakat Pulau Moro Kabupaten Karimun (Skripsi): Bandung. UPI.
Nasution, Makmur. (2002). Pewaris Teater Mak Yong di Kepulauan Riau. KOMPAS
Ruslan, dkk. (1983). Seni Pertunjukan Tradisional (teater Rakyat) daerah Riau. Pekanbaru: UNRI PRESS.
Sedyawati, Edi. (1993). Seni Pertunjukan Indonesia (Mayarakat Seni
Pertunjukan). Jakarta: Grasindo
______________. (1984). Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
__________. (1976). Pengantar Pengetahuan Tari Yogyakarta. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia
Soemantri, Sastrosoewondo. (1986). Teater Mak Yong dan Perkembangannya
dalam Budisantoso (Penyunting) Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya. Pekanbaru: Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I
Riau.
Sumardjo, Y. (2001). Seni Pertunjukan Dalam Prespektif Sejarah. Bandung: STSI PRESS.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabet.
Sumardi, Y.Y. (2004). Simbolisasi Topeng Mak Yong Senia Peran Tradisional
Masyarakat mantang Arang Kepulauan Riau. Pekanbaru: UIR PRESS
Surakhman, Winarno. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Winarta, S.H. (2002). Antropologi Budaya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Sumber Lain-lain
http://uun-halimah.blogspot.com/2008/03/mak-yong.html
http://www.adicita.com/artikel/detail/30/509/Teater-Makyong-Riau-dan-Pengembangannya
http://www.butang-emas.net/2010/02/4-makyong-alat-musik.html
http://www.indonesia.travel/id/destination/63/pulau-bintan/article/225/makyong-teater-tradisional-di-kepulauan-riau