• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA PADA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 9 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA PADA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 9 BANDUNG."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh :

Resmi Rahmawati

NIM : 0908502

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN METEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PEMAHAMAN SISWA PADA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 9 BANDUNG

Oleh

Resmi Rahmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Metematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

© Resmi Rahmawati 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si NIP. 196305011988031002

Pembimbing I

Dr. Hj. Diana Rochinataniawati, M.Ed NIP. 196709191991032001

Pembimbing II

(4)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Asumsi ... 5

G. Hipotesis ... 6

BAB II KEMAMPUAN ARGUMENTASI DALAM PEMBELAJARAN SAINS PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI A. Kemampuan Argumentasi ... 7

B. Hasil Belajar ... 9

C. Tingkat Pemahaman ... 11

D. Hubungan Kemampuan Argumentasi dengan Tingkat Pemahaman ... 11

E. Keanekaragaman Hayati di Indonesia ... 12

(5)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

E. Populasi dan Sampel ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Prosedur Penelitian ... 28

H. Alur Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Kemampuan Argumentasi dengan Tingkat Pemahaman ... 43

B. Kualtas dan Kuantitas Argumentasi ... 50

C. Perbedaan Argumentasi Siswa Perempuan dan Laki-laki ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN

(6)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Kerangka Analisis yang Digunakan untuk Menilai Kualitas Argumentasi

Latar Belakang ... 9

3.1 Kriteria Skor Argumen ... 27

3.2 Kriteria Validitas ... 30

3.3 Rangkuman Hasil Analisis Validitas Instrumen Penelitian ... 30

3.4 Kriteria Reliabilitas ... 32

3.5 Kriteria Indeks Kesukaran... 33

3.6 Rangkuman Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian . 33 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 35

3.8 Rangkuman Hasil Analisis Daya Pembeda Instrumen Penelitian... 35

3.9 Kerangka Analisis Kualitas Argumentasi ... 38

3.10 Analisis Kuantitas Komponen Argumentasi ... 40

4.1 Nilai Tes Instrumen Penelitian ... 43

4.2 Hubungan Tingkat Pemahaman dengan Kemampuan Argumentasi ... 46

4.3 Hasil Uji Normalitas ... 47

4.4 Hasil Analisis Kualitas Argumentasi ... 50

(7)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Pola Argumentasi Toulmin ... 8

2.2 Pola Argumentasi dengan Backing, Warrant, Rebuttal dan Qualifier . 8 2.3 Keanekaragaman Tumbuhan pada Suatu Wilayah Kepulauan ... 15

2.4 Hubungan antara Klasifikasi dengan Filogeni ... 17

2.5 Hutan Lindung sebagai Bahan Pembelajaran ... 23

3.1 Bagan Alur Kegiatan Penelitian ... 42

4.1 Analisis Kualitas Argumentasi ... 53

(8)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 9 Bandung

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan argumentasi

yang dijaring melalui lembar argumentasi diadaptasi dari Toulmin’s Argument Pattern dengan tingkat pemahaman siswa yang dijaring melalui soal pilihan ganda beralasan. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 dalam satu tahapan setelah tiga kali pertemuan. Subjek diberikan lembar argumentasi dan soal pilihan ganda beralasan dengan materi keanekaragaman hayati. Hasil yang didapatkan melalui analisis korelasi dan persamaan regresi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan argumentasi dengan tingkat pemahaman siswa. Hal ini bertentangan dengan penelitian Hakyolu (2011), yang mengatakan tidak ada hubungan antara tingkat pemahaman siswa dengan kemampuan argumentasi siswa. Walaupun hubungan yang terdapat dalam kriteria korelasi sangat lemah, kualitas dan kuantitas argumentasi siswa untuk siswa kelas X dikatakan sudah cukup baik untuk dapat menyokong terlaksananya proses belajar mengajar, dan dari perbedaan jenis kelamin siswa dalam kemampuan berargumentasinya didapatkan bahwa siswa perempuan lebih aktif mengemukakan pendapat dibandingkan siswa laki-laki.

Kata Kunci : Argumentasi, Tingkat pemahaman, Keanekaragaman hayati dan

(9)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The purpose of this research was to investigate a possible relationship between

student’s science knowledge levels and their involvement with argumentation. Student’s argumentation were collected from argumentation essays that modified

from Toulmin’s Argument Pattern and student’s science knowledge levels were

assessed with multiple choice reasoned questions. The subject on this research were science students of tenth grade in SMAN 9 Bandung class of 2013/2014. This research held at March 2014 in one cycle after three meeetings. The participants were given argumentation essays and multiple choice reasoned questions with biodiversity subject. Based on the result and discussion can be

concluded that was a weak relationship between student’s involvement with

argumentation and student’s knowledge levels. A different thought came from

Hakyolu (2011) research which explain there’s no relationship between student’s

involvement with argumentation and student’s knowledge levels. Although the

relationship was so weak, the quality and the quantity of student’s argumentation

were enough to use in a class, and sex differences in the ability of argumentation found that female students are more active than the expression of male students.

(10)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Saat ini kemajuan inovasi kurikulum berpengaruh kepada hasil

belajar siswa, dalam setiap proses belajar mengajar ditekankan pada

pendekatan student center dimana siswa diminta memiliki kemampuan

lebih untuk menalar, menyampaikan gagasan atau ide yang inovatif dan

memberikan argumentasi yang relevan. Dalam studi lebih lanjut menurut

Sudjana (1989), hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar

mengharapkan terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta

didik. Soedijarto (1993), menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat

penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Maka hasil

belajar sangat bergantung kepada proses belajar yang dianggap sebagai

proses pemberian pengalaman belajar.

Proses belajar mengajar sendiri tidak lepas dari peran siswa dalam

memahami materi dan mengimplementasikan materi yang didapatkannya

ke lingkungan bermasyarakat siswa. Tidak semua materi dapat digunakan

di dalam kehidupan bermasyarakat, siswa juga perlu untuk memilah

hal-hal yang berguna untuk dirinya, oleh karena itu siswa dituntut memiliki

keterampilan argumentasi yang baik. Siswa yang memiliki keterampilan

argumentasi yang baik diharapkan akan melakukan

pertimbangan-pertimbangan dalam mengambil setiap keputusan. Kemampuan

berargumentasi dapat digunakan untuk membantu orang lain, memahami

perbedaan pandangan, mencari ide-ide untuk solusi pemecahan suatu

masalah, dan meyakinkan orang lain untuk melakukan atau tidak

(11)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diketahui bahwa argumentasi memiliki peranan pada proses

berpikir kritis serta kualitas penting dari wacana yang akan diperoleh di

pendidikan akademik (Hakyolu, 2011). Kemampuan berargumen juga

melatih rasa tanggung jawab dari pilihan siswa dan membuat hasil belajar

siswa lebih bermakna maka memang ada baiknya siswa dari awal melatih

kemampuan berargumentasi dalam pengetahuan sains. Dalam penelitian

Chin dan Osborne (2010: 10) juga diinterpretasikan bahwa argumentasi

adalah pengejawantahan dari proses berpikir dan proses menalar ilmiah,

serta berperan penting dalam pengembangan pemahaman, sehingga dapat

disimpulkan bahwa suatu argumentasi bisa jadi memiliki kaitan erat

dengan tingkat penalaran atau tingkat pemahaman hasil belajar siswa. Jika

dilihat dari pandangan kognitif, keterampilan argumentasi disokong oleh

hasil latihan penalaran di masyarakat dalam Kuhn dan Billig (Erduran et

al., 2006:3).

Biologi dikenal dengan mata pelajaran eksakta yang banyak

terdapat konsep-konsep maupun teori. Dalam mata pelajaran biologi yang

bersifat deskriptif, banyak sekali konsep dan teori yang harus dihafalkan

dan dipahami siswa, dalam hal ini siswa diharapkan tidak hanya

menghafal dan menyerap setiap konsep secara mentah tetapi memahami

lebih dengan mengetahui alasannya dan dapat menerapkanya dalam

kehidupan lingkungan bermasyarakat. Dalam penelitian Karmin (2010),

yang menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses menalar (reading

is reasoning), dengan membaca kita mencoba mendapatkan dan

memproses informasi, hingga menjadi suatu dasar pengetahuan, dan

menghubungkan pengetahuan tersebut dalam bentuk implementasi sains

dan teknologi untuk dikembangkan sebagai kebutuhan hidup manusia

dengan lingkungannya. Pada pembelajaran biologi yang konseptual siswa

diminta lebih jeli untuk membaca, salah satu materi pada mata pelajaran

biologi juga yang mengimplementasikan konsep dari lingkungan

(12)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hayati terdapat sebagaimana hal nya tentang konsep pengklasifikasian

tingkat-tingkat keanekaragaman hayati yang terdapat di lingkungan sekitar

serta permasalahan dalam keanekaragaman hayati dan cara

penanggulangannya.

Kemampuan berargumentasi dan hasil belajar yang bermakna harus

menghubungkan pengetahuan yang baru dengan konsep yang relevan dari

pengetahuan sebelumnya (Novak, 2008). Dalam pembelajaran biologi

terdapat banyak konsep yang dapat menjadi acuan dalam pencarian solusi

dalam permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar siswa.

Keterampilan argumentasi siswa secara langsung maupun tidak langsung

akan terintegrasi pada setiap kegiatan belajar siswa dalam mencari

pengetahuan baru. Semakin banyak pengetahuan baru yang didapatkan

siswa semakin bertambah tingkat pemahaman siswa dalam suatu materi.

Tingkat pemahaman siswa dapat dilihat dari seberapa besar pengaruh

proses belajar mengajar pada hasil belajar siswa. Penalaran dalam

pembelajaran pada konsep keanekaragaman hayati diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman siswa, sehingga siswa mampu

mempertanggungjawabkan penerapan pengetahuan yang didapatkannya

kepada lingkungan sekitar siswa.

Meskipun penelitian mengenai argumentasi dalam pendidikan

sudah semakin berkembang dalam beberapa tahun kebelakang ini, namun

masih ada kebutuhan bagi peneliti untuk menganalisis mengenai hubungan

kemampuan berargumen dengan tingkat pemahaman siswa pada materi

keanekaragaman hayati. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kemampuan

berargumen dengan tingkat pemahaman siswa pada materi

keanekaragaman hayati, oleh karena itu penelitian ini mengambil judul “Hubungan Kemampuan Berargumen dengan Tingkat Pemahaman Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 9 Kota Bandung pada Materi Keanekaragaman

(13)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang mendasari penelitian ini adalah: “Bagaimana

hubungan antara kemampuan argumentasi dengan tingkat pemahaman siswa kelas X MIA SMA Negeri 9 Kota Bandung pada materi keanekaragaman hayati?”. Untuk memperjelas rumusan masalah di atas, maka dijabarkan lagi menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan argumentasi

dengan tingkat pemahaman siswa ?

2. Bagaimana kualitas dan kuantitas argumentasi siswa ?

3. Adakah perbedaan kemampuan argumentasi antara siswa

perempuan dengan siswa laki-laki?

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas, maka ruang lingkup

penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Tingkat pemahaman siswa yang diukur hanya meliputi ranah

kognitif saja yang diukur dengan menggunakan tes pilihan

berganda menggunakan alasan.

2. Kemampuan argumentasi yang dijaring menggunakan lembar

argumentasi akan terbatas mencapai kualitas argumentasi pada

level 3 saja, karena konten yang digunakan berupa essay yang

tidak memunculkan feedback argumentasi sanggahan (rebuttal).

3. Materi pelajaran yang dibahas adalah melingkupi materi

keanekaragaman hayati. Dalam materi ini sebagian besar yang

diambil adalah konsep pelestarian keanekaragaman hayati,

konsep dasar istilah-istilah dan klasifikasi pada keanekaragaman

(14)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka

tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan antara kemampuan

argumentasi dengan tingkat pemahaman siswa.

2. Untuk mengungkap kualitas dan kuantitas argumentasi siswa.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan

argumentasi antara siswa perempuan dengan laki-laki.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam

bidang pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian

antara lain :

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

hubungan tingkat pemahaman siswa dengan kemampuan

berargumennya, sehingga diharapkan dapat membangkitkan

semangat dan kepercayaan diri untuk belajar lebih baik.

2. Bagi guru, penelitian dapat membantu dalam kegiatan belajar

mengajar, dan memberikan informasi mengenai hubungan tingkat

pemahaman dengan kemampuan berargumen siswa, sehingga siswa

dituntut untuk bertanggung jawab dengan memberikan alasan pada

setiap jawaban yang dipilih.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjawab rasa ingin tahu

mengenai ada tidaknya hubungan tingkat pemahaman dengan

kemampuan berargumen pada materi keanekaragaman hayati, dan

dapat pula dijadikan acuan untuk melakukan penelitian

(15)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Asumsi

Penulis memerlukan anggapan dasar sebagai acuan dalam proses

pengembangan dan sebagai titik tolak dari proses yang dilakukan. Sesuai

dengan penjelasan Arikunto (1993:19), bahwa anggapan dasar adalah

sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi

sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam

melaksanakan penelitiannya.

Studi yang dilakukan Chin dan Osborne (2010: 10) menghasilkan

bahwa argumentasi adalah pengejawantahan dari proses berpikir dan

proses menalar ilmiah, serta berperan penting dalam pengembangan

pemahaman, serta menurut Kuhn dan Billig dalam (Erduran et al., 2006:3)

jika dilihat dari pandangan kognitif, keterampilan argumentasi disokong

oleh hasil latihan penalaran di masyarakat. Diketahui pula bahwa salah

satu materi pada mata pelajaran biologi yakni materi keanekaragman

hayati tidak lepas pula erat kaitannya dengan konsep-konsep yang didasari

dari proses penalaran yang terjadi pada interaksi lingkungan dengan

masyarakatnya, sesuai dengan uraian tersebut peneliti menduga sebagai

berikut:

1. Kemampuan argumentasi merupakan proses berpikir siswa yang

memiliki peran penting dalam pengemabangan tingkat pemahaman

siswa.

2. Bahwa suatu argumentasi pula dapat terbentuk dari interaksi

lingkungan bermasyarakat yang pula berkaitan dengan

konsep-konsep materi keanekaragaman hayati.

(16)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan asumsi di atas, maka penulis mengajukan hipotesis

sebagai berikut,

H1: Terdapat hubungan antara kemampuan berargumen dengan

tingkat pemahaman siswa kelas X MIA SMA Negeri 9 Kota Bandung

(17)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa

istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Kemampuan argumentasi dapat diartikan sebagai bisa atau tidaknya

siswa dalam mengemukakan pendapat, yang dijaring dari lembar

argumentasi uraian bebas yang penilaian konten-kontennya

diadaptasi dari Toulmin’s Argumentation Pattern (TAP). Pola

argumentasi dari Toulmin sendiri yang digunakan terdiri dari data,

claim, warrant, dan backing. Soal lembar argumentasi tersebut

merupakan soal tes tertulis uraian bebas sebanyak 5 butir soal. Di

dalam lembar argumentasi tersebut, kemampuan argumen siswa

akan diberi skor dengan angka 0-4 poin. Instrumen penelitian lembar

argumentasi yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya tersebut

akan diberikan kepada siswa-siswi dari kelas penelitian yang

dianggap sudah menyelesaikan proses belajar mengajar pada materi

keanekaragman hayati.

2. Tingkat pemahaman didapatkan dari hasil belajar siswa pada materi

keanekaragaman hayati yang dijaring melalui soal formatif pilihan

ganda beralasan. Tingkat pemahaman siswa yang diukur dalam

penelitian ini disusun hanya berdasarkan domain kognitif saja. Soal

tes sebanyak 17 butir soal berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan

yang sebelumnya sudah dijelaskan dalam proses belajar mengajar.

Soal-soal tersebut disusun oleh guru dan peneliti dan diuji validitas

item dan reliabilitasnya. Di dalam soal pilihan ganda beralasan

tersebut, tingkat pemahaman siswa akan diberi skor dengan angka

(18)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

validitas dan reliabilitasnya tersebut akan diberikan kepada

siswa-siswi dari kelas penelitian yang dianggap sudah menyelesaikan

proses belajar mengajar pada materi keanekaragman hayati.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, berusaha

mendeskripsikan atau menginterpretasikan proses yang sedang

berlangsung atau kecenderungan yang sedang berkembang. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif atau korelasional.

Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu

hubungan antara variabel bebas (independent) tingkat pemahaman dengan variabel terikat (dependent) kemampuan argumentasi.

C. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian korelasional dipilih desain yang tepat dan

sesuai dengan tuntutan variabel-variabel yang terkandung dalam penelitian

dan hipotesis yang peneliti ajukan. Menurut Iskandar (2013), penelitian

korelasi dapat dibangun memulai teori yang berfungsi untuk mengetahui,

meramalkan dan menontrol suatu fenomena. Bentuk hubungan antara

variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) ada tiga yaitu simetris, kausal dan interaktif.

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian

korelasional ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

X : Variabel bebas tingkat pemahaman

Y : Variabel terikat kemampuan argumentasi r

(19)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu r : koefisien korelasi

D. Lokasi, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Kota Bandung yang

berlokasi di Jalan LMU 1 Suparmin Kota Bandung.. Waktu pelaksanaan

penelitian dilaksanakan pada November 2013 sampai Januari 2014 sebagai

masa persiapan, Februari sampai dengan April 2014 masa pelaksanaan dan

Mei 2014 Pasca pelaksanaan

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dapat terdiri

dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala,

nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki

karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 2003: 141).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

MIA SMA Negeri 9 Kota Bandung yang akan dijaring karakteristik

keterampilan argumentasi dan tingkat pemahamannya pada materi

keanekaragman hayati.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005; 91). Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

secara purposif karena kelas sudah dipilih sebelumnya mengikuti saran

dari guru dan situasi serta kondisi kelas yang mendukung, akan

diambil 1 kelas dari keseluruhan 6 kelas, dimana dalam satu kelas

berjumlah 37 orang siswa dan siswi.

(20)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam penelitian ini,

digunakan instrumen penelitian yang berupa lembar argumentasi dan soal

pilihan ganda beralasan. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

a. Lembar argumentasi

Untuk mengungkap kemampuan argumentasi siswa mengenai

konsep keanekaragaman hayati digunakan instrumen perintah

berargumen, dimana instrumen ini diadaptasi dari Toulmin’s

Argument Pattern. Komponen pola argumentasi dari Toulmin sendiri

yang digunakan terdiri dari data, claim, warrant, backing dan

rebuttal. Untuk memudahkan siswa dalam mengerjakan soal tes

argumentasi maka komponen-komponen TAP diubah menjadi

kata-kata yang lebih mudah dipahami siswa yaitu Data diubah menjadi

pernyataan, claim diubah menjadi pendapat, warrant diubah menjadi

penjaminan pendapat, dan backing diubah menjadi bukti pendukung

pendapat. Soal lembar argumentasi tersebut merupakan soal tes

tertulis uraian bebas sebanyak 5 butir soal yang disusun oleh peneliti

yang sudah diuji validitas item dan reliabilitasnya

Penilaian Argumentasi dilakukan menggunakan rubrik yang

berfungsi sebagai panduan pemberian skor berdasarkan pemenuhan

sejumlah kriteria hasil argumentasi yang dikerjakan oleh siswa. Di

dalam lembar argumentasi tersebut, kemampuan argumen siswa akan

diberi skor dengan angka 0-4 poin dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Skor Argumen

Kriteria Penilaian Kategori Skor

Lembar argumen tidak diisi Siswa dinyatakan tidak beragumen

0

Argumen yang dikeluarkan memiliki kaitan dengan pernyataan dan materi

pembelajaran

(21)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu jelas sebagai warrant dengan cukup baik Argumen mengandung data atau

bukti pendukung, yang diidentifikasi sebagai backing

Argumen siswa yang disusun dengan baik

4

b. Soal pilihan ganda beralasan

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data

dari tingkat pemahaman siswa adalah tes formatif pilihan ganda

beralasan dengan materi keanekaragaman hayati. Soal tes sebanyak 17

butir soal berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya

sudah dijelaskan dalam proses belajar mengajar. Soal-soal tersebut

disusun oleh guru dan peneliti dan diuji validitas item dan

reliabilitasnya. Di dalam soal pilihan ganda beralasan tersebut, tingkat

pemahaman siswa akan diberi skor dengan angka 0-3 poin per butir

soal dengan kriteria sebagai berikut, skor 0 untuk jawaban salah dan

jawaban tidak diisi, skor 1 untuk jawaban benar dan alasan salah atau

alasan tidak diisi, skor 2 untuk jawaban benar tetapi alasan tidak

berhubungan, dan skor 3 untuk jawaban benar, alasan benar dan saling

berhubungan

G. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian yang dilakukan dibagi dalam

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dari pencarian ide dan masalah

penelitian. Lalu dilakukan studi lanjut dengan menelaah beberapa

sumber sebagai referensi, setelah itu di tahap persiapan ialah

dimulainya penyusunan proposal penelitian. Setelah proposal

penelitian diterima maka penelitian pun dapat dilanjutkan dengan

mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan untuk mengumpulkan data

(22)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyusun rencana pembelajaran pada materi keanekaragaman hayati,

menyusun kisi-kisi instrument penelitian berupa soal format pilihan

ganda beralasan untuk mengetahui pemahaman siswa dan lembar

argumentasi, merevisi proposal penelitian, meminta pertimbangan

(judgement) instrument kepada dosen ahli dan mengurus perijinan ke instansi terkait untuk berlangsungnya penelitian.

2. Tahap Pengumpulan Data

Dalam tahap pengumpulan data, diperlukan suatu alat sebagai

media pengumpulan data tersebut. Maka pada tahap ini merevisi

instrumen berdasarkan hasil uji coba pada kelas lain yang sederajat

dan bukan merupakan kelas penelitian, lalu hasilnya dianalisis

meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

Adapun analisis pasca uji coba dapat diuraikan lebih lanjut sebagai

berikut:

a. Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2005), valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur,

seperti meteran memang digunakan untuk mengukur panjang

dengan teliti, karena meteran memang digunakan untuk mengukur

panjang, meteran jika digunakan untuk mengukur berat maka

akan menjadi tidak valid. Dalam pembuatan soal-soal tes tersebut

melalui perhitungan validitas digunakan rumus Korelasi Product

Moment dua angka kasar atau lebih yang dikemukakan oleh

Pearson yaitu:

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi=validitas item

∑X : Jumlah skor seluruh siswa pada item tersebut.

rxy = n∑XY –∑X∑Y

(23)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

∑Y : Jumlah skor total seluruh siswa pada tes tersebut.

n : Jumlah total seluruh siswa.

X : Skor tiap siswa pada item tersebut.

Y : Skor total tiap siswa pada tes tersebut.

Setelah didapatkan harga koefisien korelasi (rxy) kemudian

perlu ditafsirkan agar dapat diketahui validitasnya apakah valid

atau tidak valid dengan cara membandingkan r hitung dengan r

tabel. Cara ini dilakukan dengan cara mengonsultasikan harga r

hitung pada tabel Harga Kritis Product Moment dengan tingkat

kepercayaan tertentu, sehingga dapat diketahui signifikan

tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r hitung lebih besar dari r

tabel, maka korelasi tersebut dengan kata lain jika rhitung>rtabel

maka instrumen dinyatakan valid dan jika rhitung<rtabel maka

isntrumen dinyatakan tidak valid. Setelah itu harga koefisien

korelasi (rxy) kemudian perlu diinterpretasikan ke dalam suatu

kriteria validitas dengan kriteria seperti berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,81-1,00 Sangat Tinggi

dilakukan dirangkum pada tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3.3

Rangkuman Hasil Analisis Validitas Instrumen Penelitian

(24)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kriteria Validitas Pilihan

Dari hasil analisi validitas yang dilakukan pada instrumen

pilihan ganda beralasan dan lembar argumentasi TAP diperoleh

bahwa dari 30 soal tes pilihan ganda beralasan jumlah soal yang

memenuhi kriteria validitas berjumlah 17 dan yang tidak

berjumlah 13 dan pada lembar argumentasi TAP dari 5 soal

diperoleh 1 soal yang memenuhi kriteria validitas dan 4 soal yang

tidak (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Dengan

data yang diperoleh tersebut maka instrumen pilihan ganda

beralasan yang akan digunakan untuk penelitian sebanyak 17

butir soal, dan 1 soal lembar argumentasi TAP. Tetapi

menimbang jika hanya 1 soal lembar argumentasi yang dipakai

untuk menjaring kemampuan argumentasi siswa, peneliti

beranggapan jumlah tersebut masih kurang, oleh karena itu

peneliti tetap memakai ke 5 butir soal lembar argumentasi TAP

karena masih dalam kriteria validitas cukup dan tinggi, dengan

catatatn ke 5 soal tersebut melalui perbaikan terlebih dahulu dan

(25)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang reliabilitas adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama, seperti alat ukur panjang

menggunakan karet adalah contoh instrumen yang tidak reliable.

(Sugiyono, 2005). Dalam menguji reliabilitas tes digunakan

rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 1999: 193)

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen..

k : Banyaknya item soal.

: Jumlah varian / item.

: Varian total.

Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel

dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) >

0,6 atau dengan dibandingkan denga r tabel (Product Moment).

Jika nilai Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach lebih besar dari r

tabel, maka dikatakan Reliabel dan sebaliknya. Adapun kategori

dari nilai Koefisien Reliabilitas yaitu:

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Kriteria Reabilitas

0,81-1,00 Sangat Tinggi

0,61-0,80 Tinggi

0,41-0,60 Cukup

0,21-0,40 Rendah

-1,00-0,20 Sangat Rendah

(26)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitian yang

dilakukan, didapatkan nilai reliabilitas untuk instrumen pilihan

ganda beralasan adalah 0,69 dengan kriteria reliabilitas tinggi

dan instrumen lembar argumentasi TAP adalah 0,49 dengan

kriteria reliabilitas cukup.

c. Tingkat Kesukaran Instrumen

Tingkat kesukaran suatu tes dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :

P : Indeks kesukaran.

B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar.

JS : Jumlah siswa yang mengikuti tes uji coba.

Indeks kesukaean dikategorikan pada Tabel 3.5 di bawah

ini:

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran

Indek Kesukaran Kriteria Kesukaran

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Arikunto (1999)

Hasil analisis tingkat kesukaran dari uji coba instrumen

penelitian pilihan ganda beralasan dan lembar argumentasi TAP

yang telah dilakukan diuraikan pada Tabel 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Analisis Tingkat Kesukaran

(27)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(0,31-0,70) 14, dan 23

Berdasarkan hasil analisis analisis tingkat kesukaran

diperoleh bahwa untuk instrumen pilihan ganda beralasan 4 soal

termasuk sukar, 6 soal termasuk sedang dan 20 soal termasuk

mudah, sedangkan untuk instrumen lembar argumentasi TAP

diperoleh 3 soal termasuk sukar dan 2 soal termasuk sedang (data

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Untuk isntrumen

penelitian pilihan ganda beralasan yang digunakan adalah 4 soal

sukar, 6 soal sedangdan 7 soal mudah, sedangkan instrumen

lembar argumentasi TAP yang digunakan adalah 3 soal sukar dan

2 soal sedang.

d. Daya Pembeda Instrumen

Analisis daya pembeda (DP) pada setiap item soal memiliki

rentang daya pembeda berkisar dari -1 sampai +1. Semakin daya

pembedanya mendekati -1, maka soal tersebut kurang baik karena

siswa yang pintar dianggap tidak pintar dan sebaliknya. Untuk

mencari besarnya daya pembeda tiap butir soal maka digunakan

rumus:

Keterangan :

D : Daya pembeda.

BA : Banyak jumlah peserta kelompok atas yang menjawab

(28)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu JA : Banyak jumlah peserta kelompok atas.

BB : Banyak jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab

benar.

JB : Banyak jumlah peserta kelompok bawah.

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Adapun kriteria koefisien daya pembeda dapat dilihat pada

Tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda

Koefisien Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

0,00-0,20 Jelek

penelitian pilihan ganda beralasan dan lembar argumentasi TAP

yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.8

Rangkuman Analisis Daya Pembeda Instrumen Penelitian

(29)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda diperoleh bahwa

instrumen penelitian pilihan ganda beralasan 23 soal termasuk

jelek, 5 soal termasuk cukup dan 2 soal termasuk baik,

sedangkan pada instrumen lembar argumentasi TAP 5 soal

termasuk jelek. Maka 10 soal instrumen pilihan ganda beralasan

yang termasuk jelek dan 5 soal instrumen lembar argumentasi

TAP yang termasuk jelek melalui perbaikan kembali untuk

digunakan sebagai instrumen penelitian.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah didapat instrumen penelitian yang valid dan reliabel

maka penelitian dapat dilanjutkan dengan mengambil data penelitian

yang sesungguhnya, setelah didapat data penelitian selanjutnya dapat

dianalisis menggunakan analisis korelasi. Menurut Iskandar (2013),

hubungan antara variabel-variabel dinamakan korelasi digunakan

untuk menguji dan menjawab hipotesis berbentuk asosiatif. Setelah

mendapat kedua nilai yaitu nilai kemampuan argumentasi dan skor

tingkat pemahaman kemudian peneliti melakukan perhitungan statistik

yaitu uji normalitas, uji regresi,dan korelasi untuk mencari hubungan

fungsional dan keeratan hubungan antara dua variabel yang diukur.

a. Uji Normalitas.

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh tersebar secara normal atau tidak. Uji normalitas yang

dapat digunakan diantaranya Chi-square, Kolmogorov-Smirnov,

Liliefors, dan Sahpiro-Wilk. Adapun dalam penelitian ini uji

normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov dengan

menggunakan SPSS 20.

b. Uji Regresi

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana

hubungan fungsional dua kejadian atau bagaimana persamaan

(30)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Persamaan umum regresi adalah sebagai berikut:

Ŷ = a + bX

(Boediono dan Koster, 2004:172)

Keterangan:

Ŷ : Nilai-nilai taksiran untuk variabel tak bebas Y. X : Nilai-nilai variabel bebas.

a : Intersep (pintasan) bilamana X=0.

b: Koefisien arah atau slope dari garis regresi.

Untuk memperoleh total kuadrat error yang paling minimum tersebut dipakai metode kuadrat minimum (least squares method). Dengan metode ini persamaan regresi linear akan mempunyai total kuadrat error minimum bilamana koefisien regresi a dan b dihitung dengan rumus berikut:

(Boediono dan Koster, 2004:172)

Pada rumus tersebut, koefisien regresi a dan b dihitung

secara terpisah atau sendiri-sendiri. Akan tetapi, dapat juga

koefisien b dihitung terlebih dahulu dan hasil yang diperoleh

dipakai untuk menghitung koefisien a dengan menggunakan

(31)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Uji Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui bagaimana

kekuatan atau keeratan hubungan dua kejadian. Koefisien

korelasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Boediono dan Koster, 2004:184)

Arti dari koefisien korelai (r) adalah sebagai berikut:

1) Bila 0,90 < r < 1,00 atau -1,00 < r < -0,90 ; artinya

hubungan yang sangat kuat.

2) Bila 0,70 < r < 0,90 atau -0,90 < r < -0,70 ; artinya

hubungan yang kuat.

3) Bila 0,50 < r < 0,70 atau -0,70 < r < -0,50 ; artinya

hubungan yang cukup.

4) Bila 0,30 < r < 0,50 atau -0,50 < r < -0,30 ; artinya

hubungan yang lemah.

5) Bila 0,0 < r < 0,30 atau -0,30 < r < -0,0 ; artinya hubungan

yang sangat lemah.

Selain menghitung koefisien korelasi, dihitung pula koefisien

determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Boediono dan Koster, 2004:181)

Jika koefisien korelasi (r) telah diketahui maka perhitungan

koefisien determinasi (r2) akan lebih mudah.

d. Kualitas dan Kuantitas Argumentasi

rxy = n∑XY –∑X∑Y

√{n∑X2– (∑X) 2} {n∑Y2– (∑Y)2}

r 2 =

∑(Ŷ - Ῡ )2

(32)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam Erduran et al. (2004) penentuan kualitas argumentasi dibagi menjadi beberapa tingkatan dengan kriteria karakteristik

sebagai berikut:

Tabel 3.9 Kerangka Analisis Kualitas Argumentasi

Tingkatan (Level)

Karakteristik

Level 1 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen berupa claim sederhana dengan claim berlawanan (counter claim).

Level 2 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen berupa claim dengan counter claim yang disertai data, jaminan (warrant) atau dukungan (backing) tapi tidak mengandung sanggahan (rebuttal).

Level 3 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen dengan rangkaian claim atau counter claim yang disertai data, jaminan (warrant) atau dukungan (backing) dengan sesekali sanggahan yang lemah (weak rebuttal).

Level 4 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen dengan claim dengan satu sanggahan yang dapat diidentifikasi jelas dan tepat, satu argumen dapat mengandung beberapa claim atau counter claim.

Level 5 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen yang luas (extended, namun tetap terkait dengan materi pembelajaran) dengan lebih dari satu sanggahan yang jelas dan tepat.

Untuk menganalisis kuantitas argumentasi siswa yang

dijaring melalui lembar argumentasi, berdasarkan kategori tertentu

jawaban-jawaban dari siswa dikodekan berdasarkan skala yang

dikembangkan oleh Clark dan Sampson dengan beberapa tambahan

untuk menganalisis detail dari kuantitas dan kualitas argumentasi.

Komponen kode Clark dan Sampson (2008), diantaranya meliputi

Claim (C) merupakan dasar dari argumentasi yang diikuti dengan persetujuan atau Agreement (A), Disagreement (DA) dan alasan siswa lainnya selain Claim yaitu Counterclaim (C-C), dan jika ada siswa yang mengubah sudut pandang awal argumentasi yang

(33)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditemukan kalimat yang membantah atau pertentangan akan

dikodekan dengan Rebuttal (R), pertentangan melawan data atau Rebuttal Against Ground (RAG), pertentangan melawan suatu pernyataan dalam penelitian atau Rebuttal Against Thesis (RAT), jika respon mendukung kepada Claim atau Support Claim (SC), pengulangan dari Claim dikodekan Repeat of Claim (RC) dan pengulangan dari dukungan sikodekan Repeat of Support (RS), dukungan dari data yang diberikan dikodekan sebagai Warrant (W), jika jawaban diluar dari topik off-task (OT), tidak ada jawaban atau No Answer (NA), tidak berhubungan dengan biologi atau Not Related to Biology (NRB), pernyataan Claim yang tidak meyakinkan atau Uncertain Claim (UC), pernyataan tidak meyakinkan atau Not Convinced (NC). Dalam penelitian ini argumentasi siswa diartikan ke dalam komponen-komponen yang

diubah menjadi kode-kode tersebut. dan setiap komponen dihitung

banyaknya dan jumlahnya akan mewakili kuantitas dari

argumentasi siswa.

Kode-kode dan kriteria karakteristik tersebut digunakan

untuk menganalisis kuantitas argumentasi dan kualitas

argumentasi. Kuantitas argumentasi atau disebut juga Quantity of Argumentation (QNA), kode tersebut akan diakumulasikan sebagai sebuah nilai atau disebut juga Average Quantity of Argumentation (AQNA), dan kualitas dari argumentasi disebut juga QLA (Quality of Argumentation).

Perhitungan kuantitas argumentasi siswa disebut juga dengan

AQNA (Average Quantity of Argument) didapatkan dari berapa banyak jumlah komponen QNA (Quantity of Argument) pada lembar argumentasi siswa, komponen-komponen QNA sendiri

sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, adapun analisis jumlah

(34)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.10

Analisis Kuantitas Komponen Argumentasi

QNA AQNA

49-60 5

37-48 4

25-36 3

13-24 2

1-12 1

4. Tahap Akhir

Setelah semua data yang sudah terkumpul sudah diolah tahap

akhir ialah membuat hasil penelitian yang didtinjau dari berbagai

sumber yang terdapat pada tinjauan pustaka sehingga didapatkan

jawaban dari permasalah penelitian tersebut, setelah itu dilanjutkan

dengan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data, dan

(35)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Alur Penelitian

(36)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Penelitian.

Studi Literatur

Penyusunan Proposal

Revisi Proposal dan Seminar

Persiapan Penelitian

Penyusunan Instrumen Perumusan Masalah

Uji coba Instrumen

Pengambilan data

Tes Hasil Formatif

Penyusunan Instrumen

Lembar argumentasi

Analisis dan Pengolahan data

(37)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa terdapat

hubungan antara kemampuan argumentasi dengan tingkat pemahaman

siswa. Namun, hubungan yang terdapat dalam kriteria yang sangat lemah.

Kualitas dan kuantitas argumentasi siswa untuk siswa kelas X dikatakan

sudah cukup baik untuk dapat menyokong terlaksananya proses belajar

mengajar, siswa dapat menggunakan kemampuan argumentasi tersebut

untuk mencari ide-ide dan memecahkan suatu masalah dalam proses

pembelajaran di kelas. Seiring berjalannya waktu dengan seringnya latihan

berargumen dalam proses pembelajaran, kemampuan argumentasi siswa

dapat meningkat dan sejalan dengan peningkatan pemahaman siswa.

Perbedaan jenis kelamin siswa dalam kemampuan berargumentasinya

didapatkan bahwa siswa perempuan lebih aktif mengemukakan pendapat

dibandingkan siswa laki-laki.

Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain: tidak

semua siswa antusias dengan penelitian ini, terdapat beberapa siswa yang

masih belum mengerti untuk berargumentasi dengan baik, dan penilaian

argumentasi yang diambil sebagai acuan penelitian ini cukup rumit dan

untuk siswa setingkat SMA/MA kemampuan argumentasi siswa dirasa

cukup.

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan, maka dibuatlah

saran-saran sebagai berikut:

(38)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Pembelajaran yang dilakukan sudah cukup baik selain bertujuan

meraih ketercapaian hasil belajar pada suatu konsep, siswa juga

diberikan kesempatan untuk mengutarakan argumentasinya

sehingga seharusnya siswa dapat memahami konsep dengan lebih

baik, namun yang perlu diperhatikan pula adalah cara siswa

berargumen masih butuh pengarahan dari guru agar tidak terlalu

keluar dari konsep.

b.Tingkat pemahaman yang cukup pada suatu konsep merupakan hal

yang paling penting dimiliki oleh para siswa, tetapi agar siswa

dapat memberikan argumentasi-argumentasi yang lebih baik dan

sesuai dengan fakta ketika mereka berhadapan dengan lingkungan

bermasyarakat siswa seharusnya lebih sering disuguhi

permasalahan-permasalahan yang menyangkut dengan

lingkungan sekitar dan berhubungan dengan konsep.

2. Bagi Peneliti:

a. Penelitian ini dilakukan dalam bidang pendidikan biologi, namun

kemampuan berargumen seseorang merupakan salah satu

kemampuan bersosialisasi yang diperlukan di lingkungan

bermasyarakat, oleh karena itu alangkah baiknya jika penelitian

sejenis dilakukan pada disiplin ilmu yang lainnya seperti di

bidang sains fisika, kimia maupun sosial dan berbahasa.

b.Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa sebanyak 3,33% data

tingkat pemahaman yang menjadikan data kemampuan

argumentasi muncul, dan sebanyak 96,67% yang tidak, untuk

penelitian selanjutnya dapat dicari variabel apa selain kemampuan

argumentasi yang dapat dimunculkan dari suatu tingkat

(39)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Boediono dan Koster, W. (2004). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Budiati, Herni. (2009). Keanekaragaman hayati. Biologi Jilid 2. Pusat Perbukuan Depdiknas. 177-198.

Campbell, N.A., Reecce, J. B., dan Mitchell, L. G. (2004). Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga

Campbell, N.A., Reecce, J. B., dan Mitchell, L. G. (2009). Biologi Edisi Kedelapan. Pearson Benjamin Cummings [Online]. Tersedia: http://www.pearsonhughered.com. [28 Agustus 2014]

Chin, C. Dan Osborne, J. (2010). “Student’s Question and Discursive Interaction: How They Impact Argumentation during Collaborative Group Discussions

in Science”. Contemporary Science Education Research: Learning and Assesment. 1, 3-12.

Cunningham. D. J. (1981). Self Disclosure Intimacy; Sex, Sex of Target, Cross-National and Generational Difference. Society for Personality and Social Psychology. Vol 7.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi. [Online]. Tersedia: http://www.google.com. [15 Maret 2013]

Ekanara, Bambang. (2011). Hubungan Penalaran Dengan Keterampilan Argumentasi Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan Dengan Metode Problem Based Learning. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan

Erduran, S., et al. (2002). Enhancing The Quality Of Argumentation in Science Education. Research in Science. New Orleans, USA

(40)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studying Science Discourse. Science Education,88, 915-933 [Online]. Tersedia : http://onlinelibrary.wiley.com/doi.10.1002?sce.20012?pdf [15 Maret 2013]

Erduran, S., Ardac, D., dan Yakmaci-Guzel, B. (2006). “Learning to Teach Argumentation: Case Studies of Pre-Service Secondary Science Teachers”. Eurasia Journal of Mathematic, Science and Technology Educaton. 2, (2), 1-14.

Fardhani, Indra. (2011). Analisis Kualitas Kemampuan Argumentasi Siswa Kelas VII SMP Pada Materi Keanekaragaman hayati Dengan Metode Debat. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Fitriansyah, Hari. (2010). Hubungan Kemampuan Membuat Peta Konsep Dengan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Konsep Siklus Menstruasi. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Gagne, Robert. dan Brings, Leslie. (1979). Principles of Instructional Design, Second Edition. New York: Holt, Pinehart and Winstone.

Hakyolu, H, et al. (2011). Assessment of Students’ Science Knowledge Levels and Their Involvement with Argumentation. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (UCDSE). Marmara University: Vol 2 264-270

Inch, Edward S., Barbara Warnick dan Danielle Endress. (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. USA: Pearson Education, Inc.

Iskandar. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi

Karmin, Erna. (2010). Peningkatan Kemampuan Membaca Teks Argumentasi dengan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Universitas Muhammadiyah Surakarta : Tidak diterbitkan.

Knight, A. M. & McNeill, K. L. (2012). Comparing students’ written and verbal

(41)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kuhn, D. (1991). The Skills of Argument. Cambridge, England: Cambridge University Press.

McGregor, Debra. (2007). Developing Thinking Developing Learning: A Guide to Thinking Skills in Education. Berkshire: Open University Press

McNeill, K. L. (2010). Explanation, argument and evidence in science, science class and the everyday lives of fifth grade students. Research in Science Teaching, Philadelphia, PA.

Means, L. M., and Voss, J. F. (1996). “Who reason well? Two studies of informal reasoning among children of different grade, ability, and knowledge levels”.

Cognition and Instruction. [Online]. Tersedia : http://ioc.ac.uk [17 Maret 2013]

Nawawi, Hadari. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Sairan, Endah. (2008). Hubungan Kemampuan Siswa Membuat Peta Konsep Dengan Hasil Belajar Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Simon, Shirley. (2008). Using Toulmin’s Argument Pattern in The Evaluation of Argumentation in School Science. [Online]. Tersedia : http://ioc.ac.uk [15 Maret 2013]

Soedijarto. (1993). Menuju Pendidikan Nasional yag Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: FEUI

Sugiyono. (2005). Metodologi Pendidikan Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.

Syamsuri, I., et al. (2007). Biologi 1B untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

(42)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Skor Argumen
Tabel 3.2 Kriteria Validitas
tabel, maka dikatakan Reliabel dan sebaliknya. Adapun kategori
Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

dengan metode investigasi kelompok. Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis. argumentasi siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3

Skripsi berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA N Gondangrejo ” ini ditulis untuk m emenuhi sebagian

Hubungan Penemuan Sumber Ide Menulis Dengan Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi Siswa Kelas X SMA negeri 1 Tebing Syahbandar Tahun Pembelajaran 2015/2016,

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan proses dan hasil kemampuan menulis argumentasi siswa kelas X.5 SMA Negeri 1 Wonogiri dengan menerapkan metode mind mapping

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis argumentasi siswa kelas X-8 SMA Negeri 5 Surakarta dengan menerapkan pendekatan

Dari hasil analisis data, keterampilan menulis argumentasi siswa untuk indikator berdasarkan fakta dan dapat diuji kebenarannya diperoleh jumlah nilai keterampilan

Dari hasil analisis data, keterampilan menulis argumentasi siswa untuk indikator berdasarkan fakta dan dapat diuji kebenarannya diperoleh jumlah nilai keterampilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa kelas X SMA Negeri 14 Padang dengan menggunakan media foto, untuk aspek A meyakinkan pembaca tergolong