Yasir Ahmad Maulana, 2014
PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DAN
MENENTUKAN PROFIL KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA
MADRASAH ALIYAH PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan
Oleh :
YASIR AHMAD MAULANA
1103340
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DAN
MENENTUKAN PROFIL KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA MADRASAH ALIYAH PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh
Yasir Ahmad Maulana S.Pd UPI Bandung, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi
Fisika Sekolah Lanjutan.
© Yasir Ahmad Maulana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Yasir Ahmad Maulana, 2014
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DAN
MENENTUKAN PROFIL KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA
MADRASAH ALIYAH PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh :
Yasir Ahmad Maulana 1103340
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I,
Dr. Johar Maknun, M.Si. NIP.196803081993031002
Pembimbing II,
Dr. Ida Hamidah, M.Si. NIP. 196809261993032002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA
STUDENT’S CONCEPTUAL UNDERSTANDING AND DETERMINE
STUDENT’S GENERIC SKILLS AT ELECTRICITY
YASIR AHMAD MAULANA 1103340
Abstract
This study aims to find out how the Learning Cycle model 7E ( LC 7E ) to increase students' conceptual understanding at electricity . To achieve these objectives do research using experimental research methods with randomized pretest - posttest design Control Group . Population in this study is the one of the X class students Madrasah in Garut in 1st semester academic year 2013/2014. Based on the sampling of the Cluster Random Sampling technique selected class X - 1 as experimental classes and class X - 2 as a control class . In this study, data is gained by documentation, test , survey and observation. The result of hypothesis test of conceptual understanding test of experimental class and control class show that ttest = 3.93 > = 1.68 ttabel. From this result concluded that LC 7E model are significantly improve students' conceptual understanding than conventional learning. The studies result also show that The ability to compare get the greatest gain extended ability to interpret, the ability to inspire, the ability to include, the ability to deduce and explain capability. In the present study also conducted a descriptive study of student’s science generic skills (SSGS) profile through LC 7E model . The results showed SSGS through LC model 7E belong low ( ̅= 54.31 ). the studies of SSGS profile result show that mathematical modeling belong to intermediate ( ̅= 68.97) , symbolic language belong to intermediate ( ̅= 63.79 ), causality relationship belong to low ( ̅= 63.79), indirect observations belong to low ( ̅= 52 , 87) and inferential logic belong to low ( ̅= 31.03). A survey results show that student respond positively to application Learning Cycle 7E model at electricity.
PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DAN MENENTUKAN PROFIL KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA
MADRASAH ALIYAH PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
YASIR AHMAD MAULANA 1103340
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh model Learning Cycle 7E (LC 7E) terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen semu dengan desain Randomized Pretest-Posttest Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X salah satu Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 5 kelas. Berdasarkan pengambilan sampel dengan teknik Cluster Random Sampling terpilih kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol. Pengambilan data dilakukan dengan metode dokumentasi, tes, angket dan observasi. Uji hipotesis antara N-gain tes pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol mendapatkan nilai thitung = 3,93 > ttabel =1,68 sehingga disimpulkan model LC 7E secara signifikan lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Kemampuan membandingkan merupakan aspek pemahaman konsep yang memiliki taraf peningkatan paling tinggi dilanjutkan kemampuan menafsirkan, kemampuan mencontohkan, kemampuan merangkum, kemampuan menyimpulkan dan kemampuan menjelaskan. Dalam penelitian juga dilakukan studi deskriptif tentang profil Keterampilan generik sains (KGS) siswa melalui model LC 7E. Hasil penelitian menunjukan KGS siswa melalui model LC 7E tergolong rendah (rerata = 54,31). Profil KGS siswa meliputi pemodelan matematik tergolong sedang (rerata = 68,97), bahasa simbolik tergolong sedang (rerata = 63,79), hubungan sebab akibat tergolong rendah (rerata = 63,79), pengamatan tak langsung tergolong rendah (rerata = 52,87) dan inferensi logika tergolong rendah (rerata = 31,03). Berdasarkan hasil angket siswa memberikan respon positif terhadap pemnbelajaran model Learning Cycle 7E pada materi listrik dinamis.
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ………...i
PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK...iii
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN...x
BAB I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Struktur Organisasi Tesis ... 8
BAB II. MODEL LEARNING CYCLE 7E, KETERAMPILAN GENERIK SAINS, PEMAHAMAN KONSEP DAN MATERI LISTRIK DINAMIS ... 9
A. Model Learning Cycle 7E ... 9
B. Keterampilan Generik Sains ... 17
C. Pemahaman Konsep ... 21
D. Matriks Hubungan Tahapan Model Learning Cycle 7E dengan Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Konsep ... 24
E. Materi Listrik Dinamis ... 27
F. Hipotesis Penelitian...34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 35
vii
B. Populasi dan Sampel ... 36
C. Definisi Operasional ... 36
D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.8 E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Prosedur Penelitian ... 39
G. Teknik Pengolahan Data ... 42
H. Hasil Pengujian Instrumen Keterampilan Generik Sains dan Instrumen Pemahaman Konsep ... 45
I. Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Deskripsi Hasil Penelitian Tes Pemahaman Konsep ... 57
1. Deskripsi Hasil Tes Pemahaman Konsep ………...57
2. Analisis Data Pemahaman Konsep ………57 B. Profil Keterampilan Generik Sains ... 59
C. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Learning Cycle 7E ... 60
D. Deskripsi Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...61
E. Pembahasan ... 63
1. Pemahaman Konsep ………...63
2. Keterampilan Generik Sains ………...70
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
A. Kesimpulan... 75
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 80
Halaman
Tabel 2.1. Kegiatan Pembelajaran Learning Cycle 7E ... Error! Bookmark not
defined.3
Tabel 2.2. Indikator Keterampilan Generik Sains Error! Bookmark not defined.0 Tabel 2.3. Hubungan Fase-Fase Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Dengan
Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Generik Sains ... 24
Tabel 2.4. Hubungan Antara Materi Listrik Dinamis Dengan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Generik Sains . ... 26
Tabel 3.1. Desain Penelitian... 35
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 39
Tabel 3.3. Interpretasi Validitas Butir Soal ... 42
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Butir Soal ... 44
Tabel 3.5. Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Butir Soal ... 45
Tabel 3.6. Hasil Pengujian Instrumen Keterampilan Generik Sains ... 46
Tabel 3.7. Hasil Pengujian Instrumen Pemahaman Konsep ... 46
Tabel 3.8. Kriterian Gain Ternormalisasi ... 48
Tabel 3.9. Pengkategorian Persentase Tanggapan Siswa... 55
Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata N-Gain Ternormalisasi Tes Pemahaman Konsep ... 58
Tabel 4.2. Hasil Uji Homogenitas Data Rata-rata N-Gain Ternormalisasi Tes Pemahaman Konsep ... 58
Tabel 4.3. Hasil Uji t N-gain Tes Pemahaman Konsep ... 59
Tabel 4.4. Deskripsi Statistik Hasil Tes KGS ………...59
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Perkembangan Learning Cycle 5E Ke Learning Cycle 7E ... 11
Gambar 2.2. Penampang Kawat Konduktor...29
Gambar 2.3. Rangkaian Listrik Seri ... Error! Bookmark not defined.1 Gambar 2.4. Rangkaian Listrik Paralel ... 33
Gambar 2.5. Arus yang masuk dan keluar dari titik percabangan pada hukum I Kirchhoff ... 34
Gambar 3.1. Alur Penelitian... 41
Gambar 3.2. Alur Pengujian Hipotesis Statistik ... 49
Gambar 3.3. Kotak Dialog Normality Test pada minitab 14……….50
Gambar 3.4. Hasil Normality Test pada minitab 14 ……….51
Gambar 3.5. Kotak Dialog Uji Homogenitas pada Minitab 14 ………52
Gambar 3.6. Kotak Dialog Uji Homogenitas pada Minitab 14 ………52
Gambar 3.7. Hasil Uji Homogenitas pada Minitab 14 ……….53
Gambar 3.8. Kotak Dialog Uji t Satu Pihak pada Minitab 14 ………...…………54
Gambar 4.1. Grafik Pretest-Posttest & N-Gain Tes Pemahaman Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen . ... 56
Gambar 4.2. Grafik rata-rata N-gain Aspek Pemahaman Konsep Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 57
Halaman
Lampiran A-1. Skenario Pembelajaran dan LKS Pertemuan Kesatu...80
Lampiran A-2. Skenario Pembelajaran dan LKS Pertemuan Kedua...87
Lampiran A-3. Skenario Pembelajaran dan LKS Pertemuan Ketiga...94
Lampiran B-1. Instrumen Tes Keterampilan Generik Sains...103
Lampiran B-2. Instrumen Tes Pemahaman Konsep...112
Lampiran B-3. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model Learning Cycle 7E.126 Lampiran B-4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...128
Lampiran C-1. Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Generik Sains...140
Lampiran C-2. Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep...144
Lampiran D-1. Data Pretest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen...149
Lampiran D-2. Data Posttest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen...151
Lampiran D-3. Data Gain & N-Gain Skor Tes Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen...153
Lampiran D-4. Data Pretest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol...154
Lampiran D-5. Data Posttest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol...156
Lampiran D-6. Data Gain & N-Gain Skor Tes Pemahaman Konsep Kelas Kontrol...158
Lampiran D-7. Data Nilai Tes Pemahaman Konsep Per Label Konsep Kelas Eksperimen...159
Lampiran D-8. Data Nilai Tes Pemahaman Konsep Per Label Konsep Kelas Kontrol………..…160 Lampiran D-9. Data Hasil Tes KGS Kelas Eksperimen………....161
Lampiran D-10. Data Tanggapan Siswa terhadap Model Learning Cycle 7E...163
Lampiran E-2. Uji Statistik N-gain Pemahaman Konsep ………..165
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan Indonesia menurut UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 (Depdiknas, 2003) adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam tujuan ini diharapkan lulusan pendidikan Indonesia menjadi sumber daya manusia yang berdaya saing kuat yang mampu bersaing dengan individu-individu dari bangsa dan negara lain terutama dalam menghadapi era persaingan global.
Bila merujuk kepada hasil survey Badan Pusat Statistik tahun 2012 yang menyatakan jumlah penggangguran di Indonesia masih terbilang sangat besar. Pada periode Agustus 2012 mencapai 7,2 juta orang yang paling banyak disumbangkan oleh lulusan SMA/SMK dan Perguruan Tinggi (ESQ-NEWS, 2012). Hasil ini menjadi salah satu pertanda bahwa pendidikan Indonesia belum dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing kuat sehingga mampu untuk mendapatkan atau menciptakan pekerjaan. Hasil survey ini pun sekaligus menunjukan bahwa tujuan pendidikan Indonesia seperti yang dicantumkan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 belum dapat terwujud sepenuhnya.
pelaksanaan pendidikan Indonesia sebagian besar tidak memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir.
Pembelajaran yang dilaksanakan idealnya dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berfikir. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa selain untuk meningkatkan kecerdasan, pendidikan juga bertujuan meningkatkan keterampilan berfikir. Keterampilan berfikir sangat dibutuhkan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut . Begitu pula dengan tujuan pembelajaran sains termasuk Fisika yaitu selain bertujuan membangun pengetahuan, belajar sains pada dasarnya harus melibatkan kegiatan aktif siswa yang berupaya membangun kemampuan dan keterampilan dasar bekerja ilmiah.
Pada kenyataannya aspek pola pikir ini jarang sekali diperhatikan oleh guru karena faktor ketidaktahuan. Liliasari (2007) menyatakan bahwa pembelajaran sains di Indonesia umumnya masih menggunakan pendekatan tradisional, yaitu siswa dituntut lebih banyak untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis. Guru memandang bahwa model pembelajaran tradisional merupakan suatu prosedur yang efektif dalam mengajarkan materi sains. Padahal, model ini sesungguhnya hanya efektif dalam hal penggunaan waktu mengajar, tetapi pola pikir siswa yang inovatif dan kreatif dengan pola pikir tingkat tinggi serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara efektif tidak terkembangkan.
Hasil observasi pada studi pendahuluan terhadap kegiatan pembelajaran fisika menunjukan bahwa guru lebih dominan menggunakan pembelajaran fisika dengan pendekatan transfer of knowledge. Pembelajaran fisika sering dilaksanakan dengan metode ceramah sehingga siswa hanya belajar mengenai konsep fisika yang sudah jadi dan belajar menghitung melalui rumus-rumus.
Hasil wawancara dengan guru menunjukan bahwa penyebab guru melaksanakan pembelajaran fisika hanya menggunakan pendekatan transfer of knowledge adalah guru tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
3
pendekatan inkuiri ataupun pendekatan proses. Selain itu, guru juga belum memahami tentang pentingnya menerapkan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berfikir. Orientasi pembelajaran yang dilakukan guru selama ini hanya untuk menyampaikan materi sehingga siswa mencapai nilai ketuntasan minimal untuk dinyatakan lulus melalui tes atau ujian yang dilaksanakan. Ketidaktahuan guru terhadap macam-macam alternatif model dan metode pembelajaran fisika juga menimbulkan keengganan guru untuk mencoba melakukan pembelajaran fisika dengan model dan metode lain yang lebih banyak membuat siswa aktif. Keadaan ini pun diperparah dengan ketersediaan alat praktek dan demonstrasi fisika yang memadai.
Kultur pembelajaran seperti yang telah diuraikan sebelumnya dirasakan siswa di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian tidak hanya di tingkat SLTA namun juga dialami saat siswa masih SD sampai SLTP. Hasil wawancara dengan sejumlah sampel siswa menunjukan bahwa siswa sangat jarang melakukan pembelajaran fisika melalui kegiatan demonstrai atau praktikum. Kegiatan demonstrasi atau praktikum fisika hanya pernah dilakukan oleh siswa saat ujian praktek untuk kelulusan di tingkat SLTP.
Lemahnya kemampuan dan keterampilan berfikir juga dapat dilihat dari rendahnya pemahaman konsep siswa yang dapat diindikasikan dari hasil belajar siswa yang rendah. Hasil studi pendahuluan di sekolah akan dijadikan tempat penelitian diperoleh data nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas X materi pokok listrik dinamis dari tahun pelajaran 2009/2010 sampai dengan 2011/2012 adalah 60, 51 dan 38 dengan tingkat kelulusan siswa pada materi ini untuk masing-masing tahun adalah 43%, 25% dan 18%. Dengan nilai minimal ketuntasan belajar mata pelajaran fisika adalah 65 maka selama 3 tahun terakhir siswa kelas X mendapat hasil belajar yang rendah.
keterampilan berpikir tersebut, siswa dapat mengaplikasikan konsep dan teori yang dipelajarinya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu keterampilan berpikir yang penting dikembangkan melalui pembelajaran fisika adalah keterampilan generik sains. Brotosiswojo (2001) menyatakan kemampuan generik adalah suatu kemampuan yang bersifat umum, dasar yang fleksibel, tidak hanya penting diperlukan untuk bidang yang sedang ditekuni tetapi juga untuk bidang lain. Keterampilan generik sains merupakan dasar membangun keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lain.
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan mengembangkan keterampilan generik sains adalah model Learning Cycle 7E. Model Learning Cycle 7E adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pandangan konstruktivisme. Dasar pemikiran para kontruktivis adalah proses pembelajaran yang efektif menghendaki agar guru mengetahui bagaimana siswa mendatangkan pengetahuan melalui fenomena yang menjadi subyek pembelajaran. Model Learning Cycle 7E memungkinkan siswa untuk menggali pengetahuannya sendiri melalui proses sains yang difasilitasi dalam 7 tahapan siklus belajar (Eisenkraft, 2003). Finley (1983) menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran berbasis proses dan penemuan dapat mendukung kepada pengembangan kemampuan berpikir.
Model Learning Cycle 7E yang diterapkan dalam pembelajaran fisika dapat menjadi jembatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir termasuk keterampilan generik sains. Model Learning Cycle 7E terdiri dari 7 tahapan yaitu fase elicit, engage, explore, explain, elaborate dan extend. Fase elicit dimaksudkan untuk menggali pengetahuan awal siswa yang berkaitan
5
fase explore sehingga didapatkan sebuah penjelasan ilmiah tentang konsep yang dipelajari. Fase kelima elaborate dimana siswa memperluas konsep yang didapatkan ke dalam beberapa peristiwa lain yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Fase keenam adalah evaluate, di sini siswa mengevaluasi semua konsep yang telah dipelajari. Fase terakhir adalah extend yang mengajak siswa memperluas pemahaman terhadap konsep yang telah dipelajari dengan menerapkan ke dalam fenomena yang ada kaitannya denga konsep yang lain. Melalui tujuh fase model Learning Cycle 7E baik pemahaman konsep siswa maupun keterampilan generik sains akan dikembangkan secara baik.
Sebagai penguat latar belakang maka dilakukan kajian terhadap penelitian terdahulu yang relevan mengenai penerapan model Learning Cycle untuk meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran fisika. Penelitian terdahulu yang relevan dilakukan oleh Tatang (2005) yang mendapatkan bahwa penerapan model Learning Cycle 3E lebih berhasil dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran tradisional pada materi getaran dan gelombang. Tumini (2012) menyatakan bahwa siswa yang melaksanakan model Learning Cycle 5E pada materi bunyi mengalami peningkatan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kreatif yang lebih signifikan dibandingkan siswa yang melaksanakan pembelajaran konvensional. Adapun penelitian terdahulu yang membahas penerapan model Learning Cycle terhadap keterampilan generik sains adalah Taufiq (2009) menyatakan siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle hipotetik deduktif (model Learning Cycle 3E) mengalami peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains
yang signifikan dibandingkan siswa yang melaksanakan pembelajaran konvensional. Aspek keterampilan generik sains yang diteliti adalah pengamatan langsung, bahasa simbolik dan inferensi logika.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan model Learning Cycle 7E untuk meningkatkan pemahaman konsep sains siswa dan menentukan
listrik dinamis yang memuat konsep-konsep yang penerapannya mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan konsep-konsep pada materi listrik dinamis dapat diajarkan melalui pembelajaran yang menggunakan prinsip konstruktivisme seperti model Learning Cycle 7E.
Adapun judul untuk penelitian ini adalah “Penerapan model Learning Cycle 7E untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menentukan profil
keterampilan generik sains siswa Madrasah Aliyah pada materi listrik dinamis”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat disusun permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model Learning Cycle 7E dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan pembelajaran konvensional pada materi listrik dinamis?
2. Bagaimana profil keterampilan generik sains siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E pada materi listrik dinamis? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model Learning Cycle 7E
pada materi listrik dinamis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan tercapai dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan bukti empiris tentang perbandingan peningkatan pemahaman konsep siswa yang mendapatkan pembelajaran model Learning Cycle 7E dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
2. Mendapatkan profil keterampilan generik sains siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E pada materi listrik dinamis. 3. Mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa terhadap penerapan model
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain:
1. Bagi Siswa
a. Memberikan pengalaman terlibat pembelajaran aktif yang mengkontruksi pengetahuan siswa sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna.
b. Melatih keterampilan berfikir siswa terutama keterampilan generik sains siswa dan juga meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis.
c. Meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Guru.
a. Mendorong dan melatih guru untuk menerapkan pembelajaran yang berlandaskan prinsip konstrukstrivisme sehingga pembelajaran lebih hidup dan tidak terkesan hanya transfer of knowledge saja.
b. Memberikan motivasi bagi guru untuk menerapkan pembelajaran yang beragam agar tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa.
c. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa melalui penerapan model Learning Cycle 7E.
d. Mengetahui profil keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan melalui model Learning Cycle 7E.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran pengaruh penerapan model Learning Cycle 7E terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa dalam materi listrik dinamis. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan gambaran keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan melalui model Learning Cycle 7E pada materi listrik dinamis. Gambaran ini dapat menjadi informasi berharga yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian relevan selanjutnya.
E. Struktur Organisasi Tesis
Tesis ini berjudul “Penerapan model Learning Cycle 7E untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menentukan profil keterampilan
generik sains siswa Madrasah Aliyah pada materi listrik dinamis”, dengan
rincian penulisan tesis terdiri dari lima bab. Pertama adalah Bab I sebagai bab pendahuluan yang memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.
Kedua adalah Bab II terdiri dari kajian pustaka mengenai model Learning Cycle 7E, pemahaman konsep dan keterampilan generik sains, materi listrik
dinamis yaitu Hukum Ohm, Energi dan Daya Listrik, Hukum Kirchhoff I dan Rangkaian hambatan seri dan paralel dan diakhiri oleh hipotesis penelitian. Ketiga adalah Bab III membahas metodologi penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Untuk meneliti peningkatan pemahaman konsep siswa maka digunakan metode eksperimen semu dengan desain penelitian randomized pretest-posttest control group design dimana penentuan kelas kontrol dilakukan secara acak
perkelas. Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Secara bagan, desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelas (Pre-test) Perlakuan (Post-test)
Eksperimen O X O
Kontrol O Y O
Sumber: (Sukmadinata, 2009: 208) Keterangan:
O = Pemberian tes pemahaman konsep
X = Penerapan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E Y = Penerapan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional
Keterangan :
X = penerapan model Learning Cycle 7E pada materi listrik dinamis O = tes keterampilan generik sains
(Sugiono, 2010)
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil di salah satu Madrasah Aliyah yang berada di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat pada tahun pelajaran 2012/2013. Kelas X terdiri dari lima kelas yang masing-masing kelas terdiri atas ± 30 orang siswa. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara cluster random sampling. Sebagai sampel penelitian dipilih dua kelas secara acak
dari lima kelas yang memiliki kemampuan setara tanpa mengacak siswa tiap kelasnya. Pengelompokan sampel terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
C. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
1. Model Learning Cycle 7E merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa dalam menggunakan penyelidikan ilmiah dalam mencari pengetahuan atau pengalaman belajar bermakna dengan dasar konstruktivisme (Eisenkraft, 2003). Tahapan model Learning Cycle 7E terdiri dari Elicit, Engage, Explore , Explain, Elaborate, Evaluate,
dan Extend. Keterlaksanaan model Learning Cycle 7E diamati dengan menggunakan lembar observasi.
37
2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru fisika di sekolah tempat penelitian. Pembelajaran ini didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung lebih pasif dalam menerima pelajaran. Guru lebih banyak berperan dalam hal menerangkan materi pelajaran, memberi contoh-contoh penyelesaian soal, serta menjawab semua permasalahan yang diajukan siswa.
3. Keterampilan generik sains adalah kemampuan dasar yang dapat ditumbuhkan ketika peserta didik menjalani proses belajar yang bermanfaat sebagai bekal meniti karier dalam bidang yang lebih luas (Brotosiswojo, 2001). Indikator keterampilan generik sains yang dilatihkan dalam penelitian ini sebagai berikut: pengamatan tak langsung, bahasa simbolik, inferensia logika, memahami hukum sebab akibat dan pemodelan matematik. Dalam penelitian ini keterampilan generik sains siswa diukur setelah pembelajaran dengan menggunakan tes keterampilan generik sains berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator keterampilan generik sains yang telah ditentukan.
4. Pemahaman konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah pemahaman dari taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl pada ranah kognitif C2 (Anderson, 2001). Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan (Interpreting), mencontohkan (Exemplifying), mengklasifikasi (Classifying), meringkas (Summarizing), menyimpulkan (Inferring), membandingkan (Comparing), dan menjelaskan (Explaining). Dalam penelitian ini pemahaman konsep siswa diukur sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan instrumen tes pemahaman konsep berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda.
Instrumen penelitian yang akan digunakan meliputi: (1) tes pemahaman konsep pada materi pokok listrik dinamis, (2) tes keterampilan generik sains pada materi pokok listrik dinamis, (3) angket respon siswa terhadap pembelajaran dan (4) lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:
1. Tes Pemahaman Konsep
Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis. Item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban yang dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest.
2. Tes Keterampilan Generik Sains
Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan generik sains siswa pada materi pokok listrik dinamis. Item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban yang dilaksanakan setelah perlakuan (posttest).
3. Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran.
Angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pandangan siswa terhadap pembelajaran fisika dengan model Learning Cycle 7E.
4. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran.
Lembar pengamatan ini bertujuan mengamati keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E.
E. Teknik Pengumpulan Data
39
Siswa Posttest Butir soal pilihan ganda yang
d) Melakukan uji coba instrumen penelitian.
e) Mengolah data hasil ujicoba dan menentukan soal yang digunakan dalam pengambilan data.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Melakukan pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam pemahaman konsep baik di kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
b) Melakukan pembelajaran materi listrik dinamis. Saat pembelajaran, kelompok kontrol melakukan kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional sedangkan kelompok eksperimen melakukan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E.
c) Melakukan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Posttest dilakukan untuk mengukur pemahaman konsep.
d) Memberikan tes keterampilan generik sains pada kelas eksperimen setelah dilaksanakan pembelajaran.
e) Memberikan angket pada siswa di kelas eksperimen untuk mengetahui tanggapan mereka tentang pelaksanaan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E.
3. Tahap Akhir
a) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data.
b) Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.
41
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Studi literatur mengenai model learning cycle 7e, pembelajaran konvensional, keterampilan generik sains dan pemahaman konsep
, .
Penyusunan Rencana Pembelajaran kegiatan laboratorium dengan menggunakan model learning cycle 7e
pada materi listrik dinamis
penyusunan instrumen : 1. tes keterampilan generik sains 2. tes pemahaman konsep
3. angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan model learning cycle 7e
4. lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan model learning cycle 7e
Validasi, uji coba & revisi instrumen
Pretest Pemahaman konsep siswa
Pembelajaran materi listrik dinamis dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol
Pembelajaran listrik dinamis dengan model learning cycle 7e
1. Analisis Instrumen
Analisis instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat tes sebagai instrumen penelitian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis uji validitas dan reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen. Proses pengujian dilakukan dengan menggunakan software Anates versi 4. Berikut uraian masing-masing uji:
a. Validitas
Uji validitas tes digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (Criteria Related Validity). Untuk mengetahui uji validitas isi tes, dilakukan judgement terhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh dua orang dosen fisika. Sedangkan untuk Criteria Related Validity Test digunakan teknik korelasi Pearson Product Moment, yaitu:
√
(3.1) (Lutan et.al, 2007:109) Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.
X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.
Tabel 3.3. Interpretasi Validitas Butir Soal VALIDITAS BUTIR SOAL
Nilai rxy Interpretasi
±0,91 - ±1,00 Sangat tinggi ±0,71- ±0,90 Tinggi
±0,51- ±0,70 Sedang
±0,21- ±0,50 Rendah ±0,01- ±0,20 Sangat rendah
0,00 Tidak ada hubungan
43
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan kata lain, reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan pada subjek yang sama pada situasi yang berbeda. Ukuran tinggi rendahnya derajat keterandalan suatu tes disebut indeks reabilitas yang digambarkan melalui koefisien korelasi dari tes itu.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua (split half method) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok nomor ganjil dan kelompok nomor genap. Untuk setiap kelompok, skor tiap butirnya dijumlahkan sehingga mencari skor total. Dari skor total antara kelompok ganjil dan kelompok kontrol dihitung koefisien korelasinya dan nilai koefisien korelasinya dimasukan ke dalam rumus Spearman Brown (Sugiono, 2010) :
(3.2)
(Sugiono, 2010 : 185)
Keterangan :
ri = reliabilitas instrumen
rb = koefisien korelasi skor total kelompok genap dan kelompok ganjil
Bila nilai reliabilitas instrumen ≥ 0,30 maka disimpulkan instrumen valid dan reliabel atau ajeg sehingga instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data (Sugiono, 2010).
c. Taraf Kesukaran (Index Difficulty)
(3.3)
(Lutan, et.al, 2007:101)
Keterangan:
P = taraf kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS = jumlah siswa peserta tes
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak meransang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty Index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Kriteria indeks kesukaran suatu tes ditunjukan pada tabel 3.4.
Tabel 3. 4. Klasifikasi Indeks Kesukaran Butir Soal
Nilai P Tingkat Kesukaran
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Sumber: Lutan, et.al, (2007:101)
d. Daya Pembeda (Discriminating Power)
45
Untuk menentukan daya pembeda, seluruh siswa diranking dari nilai tertinggi hingga terendah. Kemudian, diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:
(3.4)
(Lutan, et.al, 2007:104) Keterangan:
DP = Daya Pembeda
BA = Jumlah kelompok atas yang menjawab benar JA = Jumlah testee kelompok atas
BA = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar. JB = Jumlah testee kelompok bawah
Interpretasi daya pembeda untuk nilai D positif ditunjukan pada tabel 3.4.
Tabel 3. 5. Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Butir Soal DAYA PEMBEDA
Nilai Interpretasi
0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali Negatif Tidak baik (dibuang)
Sumber: Lutan, et.al, (2007:104)
H. Hasil Pengujian Instrumen Keterampilan Generik Sains dan
Pemahaman Konsep
No. Soal
Indeks Kesukaran
Daya Pembeda Validitas Kesimpulan Nilai Tafsiran Nilai Tafsiran Nilai Tafsiran
1. 0,731 Mudah 0,714 Baik sekali 0,575 Sedang Dipakai
Berdasarkan perhitungan dengan software Anates versi 4 terhadap hasil uji coba instrumen keterampilan generik sains didapatkan koefisien reliabilitas tes uji coba Keterampilan Generik Sains adalah 0.64 sehingga disimpulkan instrument tes keterampilan generik sains yang telah diujicoba bersifat ajeg.
Tabel 3.7. Hasil Pengujian Instrumen Pemahaman Konsep
No. Soal
Indeks Kesukaran
Daya Pembeda Validitas Kesimpulan Nilai Tafsiran Nilai Tafsiran Nilai Tafsiran
47
No. Soal
Indeks Kesukaran
Daya Pembeda Validitas Kesimpulan Nilai Tafsiran Nilai Tafsiran Nilai Tafsiran
28. 0,538 Sedang 0,857 Baik sekali 0,618 Sedang dipakai 29. 0,500 Sedang 0,285 Cukup 0,310 Rendah dipakai 30. 0,269 Sukar 0,571 Baik 0,358 Rendah dipakai
Berdasarkan perhitungan dengan software Anates versi 4 terhadap hasil uji coba instrumen pemahaman konsep didapatkan koefisien reliabilitas tes uji coba pemahaman konsep adalah 0.84 sehingga disimpulkan instrument tes pemahaman konsep yang telah diujicoba bersifat ajeg.
I. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Pemahaman Konsep.
Data dari hasil pretest dan posttest pemahaman konsep dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pemberian Skor
Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus:
(3.5)
dengan : S = Skor Siswa
Penghitungan gain ternormalisasi dari hasil pretest-posttest dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep yang dikembangkan melalui pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E. Untuk memperoleh skor gain yang dinormalisasi digunakan rumus yang telah dikembangkan oleh Hake (1998) seperti persamaan 3.6.
(3.6)
(Hake: 1998) Keterangan:
g = gain yang dinormalisasi Si = skor ideal
Tf = skor posttest Ti = skor pretest
Besar gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria efektivitas peningkatan pemahaman konsep siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E dalam pembelajaran fisika materi listrik dinamis. Berikut kriteria untuk gain ternormalisasi dituliskan pada tabel 3.8.
Tabel 3.8. Kriteria gain ternormalisasi
Nilai gain ternormalisasi (g) Kriteria
≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ (<g>) < 0,7 Sedang
< 0,3 rendah
Sumber : Hake (1998)
c. Pengujian terhadap Hipotesis
49
gain skor ternormalisasi dari hasil pretest-posttest keterampilan generik sains dan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis. Langkah-langkah pengujian hipotesis statistik pada penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 3.1
Skor Hasil Pretest dan Posttet Pemahaman Konsep dari kelas eksperimen & kelas kontrol
Gain Skor Ternormalisasi <g> dari hasil Pretest dan Posttes Pemahaman Konsep dari kelas eksperimen & kelas kontrol
Uji Normalitas untuk <g> dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
&
Uji kesamaan varians terhadap <g> dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
Pengujian Hipotesis Statistik
Jika <g> kedua kelas berdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan
dengan uji t sAtu pihak
Jika <g> kedua kelas berdistribusi tidak normal maka uji hipotesis
dilakukan dengan ujiWilcoxon
Penarikan kesimpulan diterima atau ditolaknya hipotesis statistik
Penarikan kesimpulan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian
hipotesis statistik:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya data yang diperoleh dari hasil penelitian, uji normalitas ini dapat juga digunakan juga untuk menentukan apakah sampel yang diambil dalam penelitian benar-benar bersifat representatif atau tidak (mewakili populasinya atau tidak). Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov pada software Minitab 14 dengan langkah sebagai berikut (Septin, 2009):
1. Membuka Minitab 14 kemudian mengetik data yang akan diuji kenormalannya pada kolom yang tersedia.
2. Mengklik Menu Stat →Basics Statistik →Normality Test, kemudian memasukan judul kolom variabel data ke dalam kotak Variable dan memilih jenis uji dengan cara mencentang Kolmogorov Smirnov seperti di bawah ini:
51
3. Mengklik OK sehingga akan mendapatkan hasil seperti berikut:
Gambar 3.4. Hasil Normality Test pada minitab 14
4. Menentukan kesimpulan apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan ketentuan:
Bila nilai p-value > 0,05 (nilai α / taraf signifikansi) maka data dinyatakan berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas data pada penelitian ini menggunakan Uji homogenitas pada software Minitab 14 dengan langkah sebagai berikut (Septin,
2009) :
1. Membuka Minitab 14 kemudian mengetik data yang akan diuji homogenitas pada kolom yang tersedia misal kolom C1 dan C2.
2. Mengklik Menu Stat →Basics Statistic →2 Variances.
Gambar 3.5. Kotak Dialog Uji Homogenitas pada Minitab 14
4. Mengklik Storage kemudian mencentang semua dan mengklik OK.
Gambar 3.6. Kotak Dialog Uji Homogenitas pada Minitab 14.
5. Menentukan kesimpulan apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan ketentuan:
53
Bila nilai p-value Levene test > 0,05 (nilai α / taraf signifikansi) maka kedua kelompok data memiliki varians sama atau homogen berdasarkan rumus Levene.
Gambar 3.7. Hasil Uji Homogenitas Pada Minitab 14.
c. Uji T Dua Sampel Berpasangan
Jika data menyebar normal dan kedua varians homogen maka uji-t yang digunakan adalah uji-t dengan varians homogen. Uji-t yang digunakan adalah uji-t satu arah dengan hipotesis statistiknya adalah (Septin, 2009) :
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 > µ2
Berikut langkah-langkah uji-t satu pihak dalam Minitab 14 (Septin, 2009) : 1. Mengklik Basic Statistic → 2 sample t → Sample in different columns.
Gambar 3.8. Kotak Dialog Uji t Satu Pihak pada Minitab 14.
3. Menentukan kesimpulan uji-t satu pihak dengan ketentuan:
Bila p-value < α = 0,05 berarti data mendukung H1 dan menolak H0.
2. Analisis Data Tes Keterampilan Generik Sains
Untuk menganalisis data tes keterampilan generik sains digunakan teknik statistika deskriptif. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data hasil tes keterampilan generik sains:
a. Memberikan total skor mentah jawaban setiap siswa pada tes keterampilan generik sains.
b. Mengubah skor mentah menjadi nilai persentase, dengan rumus:
∑ ∑ (3.7) c. Menghitung nilai yang diperoleh siswa pada masing-masing aspek
keterampilan generik sains.
d. Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada masing-masing aspek keterampilan generik sains.
e. Menentukan kriteria keterampilan seluruh siswa berdasarkan pengelompokan rendah < 60, sedang: 60 – 80 dan tinggi > 80 (Frima, 2013). f. Mendeskripsikan data penelitian mengenai pencapaian keterampilan generik
55
g. Mendeskripsikan data penelitian mengenai pencapaian aspek-aspek keterampilan generik sains siswa.
3. Menghitung Presentase Hasil Angket Siswa
Penghitungan presentase hasil angket menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk merespon pernyataan dengan pilihan respon sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif maka setiap respon memiliki nilai yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya (Sujana, 1989). Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 10 pernyataan sehingga skor maksimal yang dapat dicapai siswa adalah 40 dan skor minimalnya adalah 10. Presentase hasil angket tanggapan siswa dihitung menggunakan persamaan
̅ (3.13)
(Sujana, 1989) dengan ̅ = Skor rata-rata
Sm = Skor maksimum
Pengkategorian persentase tanggapan siswa dapat dilihat pada tabel 3.9, sebagai berikut:
Tabel 3.9. Pengkategorian persentase tanggapan siswa
Batasan Persentase Kategori
25,00% < %S < 43,75% Sangat tidak setuju (sangat negatif) 43,75% < %S < 62,50% Tidak setuju (negatif) 62,50% < %S < 81,25% Setuju (positif)
81,25% < %S < 100% Sangat setuju (sangat positif)
Sumber: (Sujana, 1989).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model Learning Cycle 7E untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menentukan profil keterampilan generik sains siswa Madrasah Aliyah pada materi listrik dinamis dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model Learning Cycle 7E pada materi listrik dinamis secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan model pembelajaran konvensional.
2. Nilai rata-rata keterampilan generik sains siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E adalah 54,31 termasuk kategori rendah. Profil per aspek keterampilan generik sains (KGS) siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata per aspek KGS sebagai berikut: pemodelan matematik = 68,97 (kategori sedang), bahasa simbolik = 63,79 (kategori sedang), hubungan sebab akibat = 55,17 (kategori rendah), pengamatan tak langsung = 52,87 (kategori rendah), inferensi logika = 31,03 (kategori rendah).
3. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E pada materi listrik dinamis.
B. Saran
76
Yasir Ahmad Maulana, 2014
Penerapan Model Learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Dan
melatihkan keterampilan generik sains siswa, namun bila melihat hasil yang dicapai siswa masih tidak sesuai harapan terutama untuk kemampuan menyimpulkan dan menjelaskan pada pemahaman konsep dan inferensi logika dalam keterampilan generik sains. berikut saran-saran yang dapat dilakukan sebagai upaya perbaikan pada pelaksanaan model learning Cycle 7E:
1. Penerapan metode tutor sebaya sebagai bantuan pada fase explain sehingga permasalahan lemahnya kemampuan menjelaskan dan menyimpulkan serta inferensi logika siswa sedikit teratasi dengan adanya tim ahli di kalangan siswa yang akan membantu siswa lain.
2. Penyusunan soal yang terintegrasi antara soal analisis dan soal hitungan yang diberikan pada fase elaborate dan extend dan pengerjaan soal tersebut dilaksanakan dalam metode diskusi kecil dilanjutkan diskusi kelas supaya siswa lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berfikir.
3. Pemberian tugas sebagai bentuk pelengkap dari pelaksanaan model Learning Cycle 7E. Tugas yang diberikan dalam bentuk pekerjaan rumah
Anderson, L. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bleicher, J. L. (2005). Learning the Learning Cycle: The Differential Effect on Elementary Preservice Teacher. School Science and Mathematics Association-Wiley Online Library .
Brotosiswojo. (2000). Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia di Perguruan Tinggi Jakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Jakarta PAU-PPAI.
Bybee, e. (2005). The BSCS 5E Instructional Model: Origins, Effectiveness, and Application. Colorado Springs: Biological Sciences Curiccullum Study.
Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Bandung: PT Erlangga.
Djamarah, S.B. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Eisenkraft, A. (2003). Expanding the 5E Model: A proposed 7E model emphasizes "transfer learning" and the importance of eliciting prior understanding. The Science Teacher , Vol. 7 No 6.
ESQ-NEWS. (2012, November Selasa). www.ESQ-NEWS.com. Retrieved Agustus Jum'at, 2013, from http://www.ESQ-NEWS.com
Fikriyati, A. (2012). Pembelajaran Koloid Berbasis Learning Cycle 7e dengan Metode Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.
78
Yasir Ahmad Maulana, 2014
George, R. (2011). Fostering Generic Skills through Participatory Learning Strategies. International Journal of Fundamental Psychology & Social Sciences , 1 (1), 14-16.
Hake, R. R. (1999). Analyzing Change Gain Scores. California: Dept. of Physics, Indiana University.
Jaenudin, E. (2011). Efektivitas Model Pembelajaran Search, Solve, Create And Share (SSCS) terhadap Peningkatan Keterampilan Generik Sains dan Profil Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan
Klausner, R. (1996). National Science Education Standard. Washington DC: National Academy Press.
Lutan, e. (2007). Modul Evaluasi Pendidikan Jasmani. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nordin, AB (2012). Hubungan Sikap Terhadap Mata Pelajaran Sains dengan Penguasaan Konsep Asas Sains Pelajar Tingkatan Dua. Fakulti pendidikan: Universiti Teknologi Malaysia.
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Septin, N. (2009). Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Penerbit Alfabeta. Sujana. (1989). metode statistika. Bandung: Tarsito
Sukmadinata, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPS UPI dan PT Remaja Rosdakarya.
Tatang. (2005). Penerapan Model Learning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas II SMA pada Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang. Tesis SPs UPI Bandung: Tdiak Diterbitkan.
Taufiq. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar Hipotetik Deduktif untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA pada Materi Kesetimbangan Benda Tegar. Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa SMP. Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan.