65 Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh : Amelia Mardhiyyah
1006316
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
AMELIA MARDHIYYAH
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
SISWA SMP
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. H. Sufyani Prabawanto, M. Ed. NIP. 196008301986031003
Pembimbing II
Dra. Entit Puspita, M. Si. NIP. 196704081994032002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
Oleh Amelia Mardhiyyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Amelia Mardhiyyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Amelia Mardhiyyah (1006316). Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan bepikir kreatif matematis siswa SMP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran Treffinger lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional dan mengetahui sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran Treffinger pada pembelajaran matematika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitiannya adalah pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu sekolah menengah pertama di Cimahi tahun ajaran 2013/2014 dan sampel pada penelitian ini adalah siswa dari dua kelas pada sekolah tersebut, yang mana satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol. Satu kelas sebagai kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran Treffingerdan satu kelas sebagai kelas kontrol memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Data penelitian ini diperoleh melalui tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, lembar observasi dan angket. Hasil penelitian ini adalah: (1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran Treffinger lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional; (2) siswa memberikan sikap positif terhadap penerapan model pembelajaran Treffinger pada pembelajaran matematika.
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Amelia Mardhiyyah. (1006316). Implementation of Treffinger Teaching Model to Enhance the Junior High School Students’ Mathematical Creative Thinking Ability.
This research was motivated by the fact that mathematical creative thinking ability were still low. The objectives of this study were to determine whether the increased creative thinking abilities of students who obtained teaching under Treffinger teaching model better thanstudents who obtained teaching under conventional teaching model and to determine students’ attitudes toward implementation of Treffinger teaching model in mathematics teaching. The method used in this study was quasi-experimental with pretest-posttest control groupdesign. The population in this study were all eight grade students of a junior high school in Cimahi academic year 2013/2014 and the samples were students from two classes of the school, which was one class as experimental group and the other as control group. The experimental group obtained teaching under Treffinger teaching model and the control group obtained conventional teaching model.The data were obtained from test of mathematical creative thinking, observation sheets and questionnaires. The results were: (1) enhancement mathematical creative thinking of students who obtained teaching under Treffinger teaching model better than students who obtained teaching under conventional teaching model; (2) students gave positive attitude toward implementation of Treffinger teaching model in mathematics teaching.
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK... ... ii
ABSTRACT... ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH... ... v
DAFTAR ISI... ... vi
DAFTAR TABEL... ... viii
DAFTAR GAMBAR... ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan ... 5
D. Manfaat ... 5
BAB II KAJIAN MATERI A. Kemampuan Berpikir Kreatif... 7
B. Model Pembelajaran Treffinger ... 10
C. Model Pembelajaran Konvensional... 16
D. Hubungan antara Model Pembelajaran Treffinger dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 17
E. Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika... 19
F. Penelitian yang Relevan ... 20
G. Kerangka Penelitian... 21
H. Hipotesis Penelitian ... 22
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Bahan Ajar ... 25
F. Instrumen Penelitian ... 26
G. Prosedur Penelitian ... 35
H. Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 46
B. Pembahasan ... 57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Strategi dan Teknik-teknik Model Pembelajaran Treffinger ... 15
Tabel 3.1 Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 27
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Nilai ... 28
Tabel 3.3 Validitas Tiap Butir Soal ... 29
Tabel 3.4 Daftar Hasil Uji Keberartian Tiap Butir Soal ... 30
Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Nilai ... 31
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda Nilai DP ... 32
Tabel 3.7 Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 32
Tabel 3.8 Interpretasi Indeks Kesukaran Nilai IK... 33
Tabel 3.9 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 33
Tabel 3.10 Kualitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 34
Tabel 3.11 Deskripsi Data Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 37
Tabel 3.12 Deskripsi Data Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 37
Tabel 3.13 Kriteria Indeks Gain... 44
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.4 Kriteria Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 53 Tabel 4.5 Kategori Aspek Sikap Siswa ... 54
DAFTAR GAMBAR
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A Bahan Ajar
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 70
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 108
A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 138
Lampiran B Instrumen Penelitian B.1 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 163
B.2 Instrumen Tes ... 165
B.3 Kisi-kisi Angket Siswa ... 171
B.4 Angket Siswa ... 174
B.5 Lembar Observasi ... 175
Lampiran C Data Hasil Uji Instrumen C.1 Skor Hasil Uji Instrumen ... 179
C.2 Hasil Validitas Tiap Butir Soal dan Uji Reliabilitas ... 180
C.3 Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal dan Indeks Kesukaran Butir Soal .. 184
C.4 Hasil Uji Korelasi Tiap Butir Soal ... 185
Lampiran D Data Hasil Penelitian D.1 Pra Pengolahan Data D.1.1 Data Skor Pretest-posttest Dua Penilai ... 187
D.1.2 Olah Data Skor Pretest Kelas Eksperimen ... 189
D.1.3 Olah Data Skor Pretest Kelas Kontrol ... 191
D.1.4 Olah Data Skor Posttest Kelas Eksperimen ... 193
D.1.5 Olah Data Skor Posttest Kelas Kontrol... 195
D.1.6 Uji Korelasi Data Skor Pretest-posttestDua Penilai ... 197
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D.3 Data Hasil Angket Siswa ... 207
D.4 Rekapitulasi Lembar Observasi ... 211
Lampiran E Contoh Data Hasil Penelitian E.1 Contoh Jawaban Uji Instrumen ... 214
E.2 Contoh Jawaban Pretest ... 220
E.3 Contoh Jawaban Posttest ... 230
E.4 Contoh Jawaban LKS ... 243
E.5 Contoh Hasil Angket Sikap Siswa ... 268
E.6 Contoh Hasil Lembar Observasi ... 271
Lampiran F Surat Perizinan F.1 Surat Izin Uji Instrumen ... 283
F.2 Surat Izin Penelitian ... 284
F.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Instrumen ... 285
F.4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 286
Lampiran G Dokumentasi G.1 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 287
G.2 Daftar Riwayat Hidup ... 289
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Bagi siswa, matematika diperlukan untuk menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu lainnya serta untuk bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Matematika juga dianggap penting karena matematika dapat melatih dan meningkatkan pola pikir siswa menjadi lebih logis, cermat, kreatif, rasional serta kritis. Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja sama secara efektif (Depdiknas, 2006). Pentingnya kemampuan berpikir kreatif tertuang secara tersirat dalam tujuan pembelajaran matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh (Depdiknas, 2006: 140).
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Singapore, 2006: 5). Dengan demikian pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis sangat penting bagi siswa.
Setiap manusia pada dasarnya adalah makhluk kreatif. Rangsangan dari luar merupakan salah satu bagian penting yang bisa mendorong kemampuan kreatif manusia. Kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran matematika adalah kemampuan yang merangsang siswa untuk menemukan solusi atau ide yang beragam dalam memecahkan masalah matematika. Ide yang muncul dari siswa inilah yang dapat melatih kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Dengan kemampuan berpikir kreatif, siswa memiliki pemikiran divergen dan tidak lagi terbatas pada pemikiran konvergen. Munandar (2009: 10) mengungkapkan bahwa ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif terdiri dari kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality) dan memperinci (elaboration).
Menurut Career Center Maine Departement of Labor USA (Iskandar, 2012: 1), kemampuan berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang dikehendaki dunia kerja. Suherman (2008: 13) mengungkapkan dari tiga belas kemampuan atau kompetensi matematika, kompetensi berpikir kreatif (creative thinking) adalah salah satu kemampuan kognitif yang penting dimiliki dan ingin dicapai siswa dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika tidak hanya belajar tentang matematika, tetapi melatih berpikir matematika. Pentingnya kreativitas dalam matematika juga dikemukakan oleh Bishop (Mahmudi, 2010: 3) yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua keterampilan berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif yang sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis.
Mutu pendidikan di Indonesia dinilai masih kurang memuaskan, terutama kemampuan berpikir kreatif siswa Indonesia yang pada kenyataannya masih jauh dari sempurna. Pada tahun 2011TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study) mencatat data bahwa prestasi matematika siswa kelas VIII SMP Indonesia
3
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penerapan dan penalaran, sedangkan materinya mencakup pokok bahasan bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang. Menurut hasil analisis TIMSS, rata-rata skor matematika siswa Indonesia untuk kemampuan pengetahuan menempati urutan ke-39, kemampuan penerapan menempati urutan ke-39 dan kemampuan penalaran menempati urutan ke-37 dari 42 negara. Rendahnya kemampuan penalaran diduga disebabkan oleh kurangnya kemampuan berpikir kreatif siswa, hal ini sejalan dengan pendapat Krulick dan Rudnick (Sukayasa, 2012: 46) bahwa penalaran mencakup berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir kreatif (creative thinking).
Mustakim (2009) melakukan penelitiandi Patean, Jawa Tengahmenunjukkan rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, yaitu 3 siswa atau 9% termasuk ke dalam kategori kreatif, 13 siswa atau 37% termasuk cukup kreatif, 11 siswa atau 31% termasuk kurang kreatif dan 8 siswa atau 23% termasuk tidak kreatif. Adapun Jallen dan Urban (Angriani, 2012: 3) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tingkat berpikir kreatif anak-anak Indonesia menempati urutan terendah. Secara berturut-turut dari yang tinggi sampai yang terendah adalah Filipina, Amerika, Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun, Zulu dan Indonesia. Penelitian juga dilakukan oleh Palufi(2012) di Blitar yang menunjukkan ketiga indikator dari berpikir kreatif matematis siswa yaitu fluency, flexibility dan originality masih tergolong rendah. Sedangkan menurut penelitian di Kendari yang dilakukan oleh Lambertus dkk (2013) menunjukkan bahwa indikator fluency, originality dan elaboration yang masih tergolong rendah. Adapun Prima (2009) melakukan penelitian di Singaraja, ditemukan bahwa indikator berpikir kreatif matematis siswa yaitu fluency dan elaboration masih tergolong rendah. Dari hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan seorang guru kelas VIII di salah satu SMP di Cimahi, diperoleh bahwa kebanyakan siswa masih belum bisa mencetuskan dan mengungkapkan ide yang bervariasi serta kemungkinan atau alternatif jawaban dari suatu masalah matematika.
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
juga mencerminkan bahwa pembelajaran matematika masih belum mampu mengoptimalkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Rendahnya kemampuan tersebut diduga akibat dari proses pembelajaran yang sebagian besar siswa hanya berperan sebagai penerima, kurang aktif dalam menemukan atau mencari informasi baru penyelesaian suatu masalah. Pembelajaran tersebut dalam penelitian ini disebut pembelajaran konvensional.
Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan masih rendahnya kemampuan tersebut, siswa perlu difasilitasi dengan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi kemampuan kreatifnya, mengarahkan siswa dalam memahami, mengaplikasikan, dan mengembangkan materi pembelajaran matematika. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat agar kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat ditingkatkan. Model pembelajaran seperti ini diharapkan mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif melalui kebiasaan berpikir dan bersikap dalam memahami serta memecahkan masalah matematika. Kebiasaan tersebut akan memberikan efek positif bagi siswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari mereka.
Model pembelajaran Treffinger adalah salah satu model pembelajaran yang mengutamakan segi proses dan menangani masalah kreativitas secara langsung (Munandar, 2009: 172). Pomalato (2005: 5) menyatakan bahwa model pembelajaran Treffinger melibatkan dua ranah, yaitu kognitif dan afektif. Usaha untuk meningkatkan dan memperbaiki kinerja berpikir serta sikap kreatif dilakukan secara sistematik dengan memusatkan kepada proses belajar memecahkan masalah yang akan memberi peluang kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam pembelajaran matematika. Model pembelajaran Treffinger menggambarkan tiga tahap yang dimulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak menuju yang lebih majemuk.
5
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran matematika. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika dapat menimbulkan kesan pada diri siswa, baik kesan yang positif maupun negatif. Kesan tersebut dapat terlihat dari sikap siswa ketika proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Ruseffendi (Rohaeti, 2013:5) bahwa terdapat keterkaitan antara sikap dengan proses pembelajaran matematika.Dengan demikian diperlukan suatu model pembelajaran yang diperkirakan dapat disikapi secara positifoleh siswa dan dapat mengembangkan sikap positif terhadap matematika. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran Treffinger.
Sikap siswa mempengaruhi terwujudnya tujuan pembelajaran matematika, termasuk di dalamnya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Hal ini sejalan dengan Begle (Rohaeti, 2013:5) yang menyatakan bahwa sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan hasil belajar matematika, yang terlihat dari lulusnya siswa tersebut dalam suatu atau keseluruhan tes, sehingga terjadi peningkatan kompetensi yang telah dirumuskan kurikulum. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari aspek kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Salah satu kemampuan kognitif yang penting dimiliki oleh siswa yaitu kemampuan berpikir kreatif matematis. Hal ini berarti sikap siswa terhadap matematika berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif matematisnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskansebagai berikut:
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran Treffinger pada pembelajaran matematika?
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran Treffinger lebih baik daripada siswa yang memperoleh model pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran Treffinger pada pembelajaran matematika.
D. Manfaat
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dalam proses pembelajaran khusunya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
2. Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya sehingga dapat lebih memahami dan memaknai pembelajaran matematika yang diperolehnya.
3. Bagi Peneliti
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran Treffinger pada pembelajaran matematika dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP. Pengaruh pembelajaran tersebut dilihat dengan cara membandingkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen karena kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2013:116) dan jenis penelitiannya yaitu nonequivalent control group design.
Dalam penelitian ini diambil sampel dua kelas dengan pembelajaran berbeda. Kelompok pertama, diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Treffinger (X), sedangkan kelompok kedua sebagai kelompok pembanding menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Dengan demikian, desain penelitian ini dapat digambar sebagai berikut:
0 X 0
---
0 0
Keterangan:
0 = Pretest dan Posttest berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematis. X = Pembelajaran dengan model pembelajaran Treffinger.
B. Variabel Penelitian
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Cimahi tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 10 kelas. Pada penelitian ini akan diambil dua kelas yang merupakan sampel penelitian, yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas VIII-D sebagai kelas eksperimen merupakan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Treffinger, sedangkan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol merupakan kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Kedua kelas tersebut dijadikan sebagai sampel karena menurut pertimbangan guru matematika, kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang relatif sama.
D. Definisi Operasional 1. Berpikir Kreatif Matematis
Berpikir kreatif matematis adalah aktivitas kognitif siswa untuk menemukan solusi beragam dalam menyelesaikan masalah matematis, yang melibatkan komponen-komponen atau unsur-unsur:
a) Fluency (kelancaran) didefinisikan sebagai kemampuan memberikan ide-ide yang tepat dan cepat yang relevan dengan masalah matemetika yang diberikan.
b) Flexibility (keluwesan) didefinisikan sebagai kemampuan menghasilkan keragaman ide dalam memecahkan masalah matematika.
c) Originality (keaslian) didefinisikan sebagai kemampuan melahirkan ungkapan cara-cara yang unik.
d) Elaboration (perincian) didefinisikan sebagai suatu kemampuan memberikan ide atau jawaban yang bersifat uraian secara rinci dari jawaban masalah matematika.
25
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model pembelajaran Treffinger adalah model pembelajaran yang menggunakantiga tahap pembelajaran yaitu (1) tahap basic tool yaitu tahap di mana siswa dapat menemukan kemungkinan penyelesaian atau gagasan dari suatu masalah matematika; (2) tahap practice with process yaitu tahap pemahaman siswa dengan menghubungkan materi sebelumnya dan materi selanjutnya; (3) tahap working with real problems yaitu tahap keterlibatan siswa dalam masalah nyata.
3. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran langsung dimana siswa berperan sebagai penerima informasi, sehingga terjadi komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa.
4. Sikap Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Sikap siswa dalam pembelajaran matematika adalah kecenderungan siswa dalam memandang matematika dan pembelajaran matematika, serta memandang kemampuan dirinya dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang meliputi anxiety, motivation, liking or disliking, utility-value dan confidence.
E. Bahan Ajar
Dalam suatu pembelajaran dibutuhkan beberapa perangkat pembelajaran sebagai pendukung guna tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut. Beberapa perangkat pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut (Rusdi, 2008):
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penilaian hasil belajar, RPP yang disusun mencakup alokasi waktu 2 × 40 menit (khusus SMP) untuk setiap pertemuan (tatap muka).
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Perangkat pembelajaran menjadi pendukung buku dalam pencapaian kompetensi dasar siswa adalah lembar kegiatan siswa (LKS). Lembar ini diperlukan guna mengarahkan proses belajar siswasehingga berorientasi kepada peserta didik, maka dalam serangkaian langkah aktivitas siswa harus berkenaan dengan tugas-tugas dan pembentukan konsep matematika. Dengan adanya lembar kegiatan siswa ini, maka partisipasi aktif peserta didik sangat diharapkan, sehingga dapat memberikan kesempatan lebih luas dalam proses konstruksi pengetahuan dalam dirinya.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrumen tes yaitu pretest-postest; dan instrumen evaluasi non tes yaitu angket danlembar observasi. Berikut penjelasannya:
1. Instrumen Tes
Tes bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Dalam penelitian ini, tes diberikan dalam dua tahap, yaitu pada awal (sebelum masuk materi) dan pada akhir (setelah pemberian materi), atau dengan kata lain pemberian pretest-postest. Di mana tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan berpikir
kreatif matematisawal siswa dan tes akhir (posttest) untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah mendapatkan model pembelajaran Treffinger.
27
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemberian skor tes kemampuan berpikir kreatif matematis berpedoman pada kriteria yang dikemukakan oleh Charles, dkk (NCTM, 1994: 35) disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kriteria Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Respon Siswa Skor
Tidak ada jawaban dan tidak ada penyelesaian. Siswa salah menginterpretasikan masalah. Jawaban salah dan tidak ada penyelesaian.
0
Adanya langkah awal menuju penemuan solusi yang hanya sekedar menyalin data, tetapi pendekatan/strategi yang digunakan tidak menunjukkan untuk ditemukannya solusi yang tepat.
Strategi awal tidak tepat dan tidak ada bukti bahwa siswa mencari strategi yang lain. Siswa mencoba salah satu pendekatan yang tidak dikerjakan dan kemudian menyerah.
Siswa mencoba menemukan solusi tetapi tidak tercapai.
1
Penggunaan strategi dan solusi yang tidak tepat, tetapi proses penyelesaian menunjukan beberapa pemahaman.
Strategi tepat namun tidak dilakukan lebih jauh untuk mendapatkan solusi.
Penerapan strategi yang tidak tepat sehingga menyebabkan tidak ada jawaban atau jawaban yang salah.
Jawaban benar tetapi proses penyelesaian tidak jelas atau tidak ada proses penyelesaian.
2
Siswa telah mengimplementasikan strategi dari solusi jawaban tepat, namun penyelesaian tidak lengkap.
Strategi untuk solusi yang tepat telah diterapkan, tapi siswa
menjawab dengan salah untuk alasan yang tidak jelas atau tidak ada
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Respon Siswa Skor
jawaban yang diberikan.
Siswa menerapkan strategi yang hampir tepat, namun masih ada kekeliruan dalam menginterpretasi masalah.
Siswa membuat kesalahan di dalam mengimplementasikan strategi untuk solusi yang tepat, namun kesalahan ini tidak mencerminkan kesalahpahaman terhadap masalah yang diberikan atau bagaimana menerapkan strategi, melainkan kesalahan penulisan atau
perhitungan.
Strategi yang dipilih tepat dan diimplementasikan sehingga memberikan jawaban yang tepat.
4
Berikut unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam menentukan kualitas maupun kelayakan instrumen tes tersebut:
a. Validitas
Menurut Suherman (2003:102) suatu alat evaluasi disebut valid jika tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Untuk menghitung validitas suatu alat evaluasi dapat digunakan rumus korelasi (Suherman, 2003: 121):
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi tiap butir soal N : Banyaknya responden
29
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Guilford (Suherman, dkk. 2003: 113), interpretasi nilai dapat dikategorikan dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2
Interpretasi Validitas Nilai
Nilai Keterangan
0,09 ≤ ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,70 ≤ < 0,90 Validitas tinggi 0,40 ≤ < 0,70 Validitas sedang 0,20 ≤ < 0,40 Validitas rendah 0,00 ≤ < 0,20 Validitas sangat rendah
< 0,00 Tidak Valid
Dari hasil pengolahan data diperoleh:
Tabel 3.3
Validitas Tiap Butir Soal
No. Soal Besarnya rxy Klasifikasi
1. 0,747 Tinggi
2. 0,453 Sedang
3. 0,819 Tinggi
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa validitas soal nomor 1 tergolong tinggi, nomor 2 tergolong sedang, nomor 3 tergolong tinggi, serta nomor 4 tergolong sedang.
Setelah harga koefisien validitas tiap butir soal diperoleh, perlu dilakukan uji signifikansi untuk mengukur keberartian koefisien korelasi dengan perumusan hipotesis sebagai berikut.
H0 : Validitas tiap butir soal tidak berarti H1 : Validitas tiap butir soal berarti Statistikuji:
√
Keterangan:
t : nilai hitung koefisien validitas rxy: koefisien korelasi
N : banyaknya responden
Kemudian dengan mengambil taraf nyata (α = 0,05), validitas tiap butir soal tidak berarti jika:
( ) ( )
Dari hasil uji keberartian diperoleh:
Tabel 3.4
Daftar Hasil Uji Keberartian Tiap Butir Soal
No. Soal T t tabel Interprestasi
1 7,439
2,04 Berarti
31
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 6,960 Berarti
4 4,447 Berarti
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai t hitung setiap butir soal yang diperoleh dari koefisien korelasi lebih besar dari nilai t tabel yang diperoleh dari tabel distribusi student dengan t0,975;32. Hasil uji tersebut menyebabkan H0 ditolak, maka dapat
disimpulkan bahwa setiap butir soal valid dan berarti.
b. Reliabilitas
Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Istilah relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan (Suherman dan Kusumah, 1990: 167). Alat evaluasi yang telah valid maka alat evaluasi itu juga telah reliabel, namun jika suatu alat evaluasi itu reliabel belum tentu alat evaluasi tersebut valid. Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas tes evaluasi tersebut, maka kita harus menghitung koefisien reliabilitasnya.
Adapun cara penghitungan reliabilitas ada beberapa cara, namun dalam penelitian ini akan digunakan perhitungan reliabilitas dengan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990:194)sebagai berikut:
Keterangan:
r11 = realibilitas instrumen n = banyak butir soal
2 i s
= jumlah varians skor setiap soal
2 t
s = varians skor total
Menurut J. P. Guilford, untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur sebagai berikut:
2
11 1 2
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5
Interpretasi Reliabilitas Nilai
Nilai Keterangan
≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah 0,20 < ≤ 0,40 Reliabilitas rendah 0,40 < ≤ 0,70 Reliabilitas sedang 0,70 < ≤ 0,90 Reliabilitas tinggi 0,90 < ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi Sumber: Suherman (2003:139) Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software anates, reliabilitas tes yang diperoleh sebesar 0,86 ini berarti instrumen tes mempunyai derajat reliabilitas yang tinggi.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda (DP) menurut Suherman (2003:159) berfungsi untuk mengetahui perbedaan kemampuan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Daya pembeda memiliki nilai yang berkisar 0 sampai 1. Semakin besar nilai DP, semakin besar pula pembeda antara siswa pandai dan siswa yang kurang. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus (Suherman, 2003: 160):
A B
X X
DP
SMI
Keterangan:
DP = Daya Pembeda A
X
= Rata-rata skor siswa kelompok atas
B
X
= Rata-rata skor siswa kelompok bawah
33
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam hal ini nilai DP diartikan sebagai nilai daya pembeda, sehingga kriterianya dapat ditunjukan dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Interpretasi Daya Pembeda Nilai DP
Nilai Keterangan
DP = 0,00 Daya pembeda sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Daya pembeda jelek
0,20 <DP ≤ 0,40 Daya pembeda cukup 0,40 <DP ≤ 0,70 Daya pembeda baik 0,70 <DP ≤ 1,00 Daya pembeda sangat baik Sumber: Suherman (2003:161) Dari hasil pengolahan data diperoleh:
Tabel 3.7
Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal Daya Pembeda Klasifikasi
1. 0,52 Baik
2. 0,45 Baik
3. 0,53 Baik
4. 0,49 Baik
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa daya pembeda soal nomor 1, nomor 2, nomor 3 dan nomor 4 tergolong baik.
d. Indeks Kesukaran
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berarti butir soal tersebut terlalu sukar. Sedangkan soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa uraian (subjektif) sehingga untuk penghitungan IK, dapat menggunakan rumus berikut(Suherman, 2003:170):
Keterangan:
IK = Indeks Kesukaran
X = Rata-rata
SMI= Skor Maksimal Ideal
Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan sebagai berikut. Tabel 3.8
Interpretasi Indeks Kesukaran Nilai IK
Nilai Kriteria
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 <IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 <IK< 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Sumber: Suherman (2003:170) Dari hasil pengolahan data diperoleh indeks kesukaran tiap soal yang disajikan pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No. Soal Indeks Kesukaran Klasifikasi
1. 0,64 Sedang
35
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. 0,31 Sedang
4. 0,24 Sukar
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa soal nomor 1, nomor 2 dan nomor 3 mempunyai indeks kesukaran yang sedang. Untuk soal nomor 4 mempunyai indeks kesukaran yang sukar.
e. Rekapitulasi
Tabel 3.10 Kualitas Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis No.
Soal
Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran
Besar-nya rxy Klasifikasi
Daya
Pembeda Klasifikasi
Indeks
Kesukaran Klasifikasi
1. 0,747 Tinggi 0,52 Baik 0,64 Sedang
2. 0,453 Sedang 0,45 Baik 0,31 Sedang
3. 0,819 Tinggi 0,53 Baik 0,31 Sedang
4. 0,641 Sedang 0,49 Baik 0,24 Sukar
[image:30.596.159.491.105.147.2]Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Instrumen Non Tes
a. Angket
Dalam penelitian ini, angket diberikan kepada kelompok eksperimen untuk mengetahui respons siswa terhadap penerapan model Treffinger pada pembelajaran matematika. Model angket yang digunakan adalah model skala Likert. Menurut Sugiyono (2013), model ini bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ini terdiri atas lima pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Namun dalam penelitian ini, pilihan jawaban N (Netral) tidak digunakan karena siswa yang ragu-ragu dalam mengisi pilihan jawaban mempunyai kecenderungan yang sangat besar untuk memilih jawaban N (Netral).
b. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah rambu-rambu tertulis yang dipakai untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sehingga pelaksanaan observasi terarah pada aspek yang direncanakan semula. Adapun objek yang dapat dijadikan bahan observasi meliputi penerapan model Treffinger pada pembelajaran, aktivitas psikomotorik siswa, aktivitas kognitif siswa, pengungkapan ide siswa, suasana belajar, partisipasi siswa atau pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini akan meliputi 4 tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap pembuatan kesimpulan. Dengan penjelasan sebagai berikut,
1. Tahap persiapan
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Melaksanakan seminar proposal penelitian.
37
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Membuat instrumen penelitian.
e. Pengujian instrumen penelitian
f. Membuat Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), jurnal harian, angket, lembar observasi dan media pembelajaran yang dibutuhkan dalam penelitian;
g. Melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing, guna meminta masukan terkait RPP, LKS, dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian;
h. Membuat surat pengantar izin penelitian kepada pihak yang terkait, guna mempermudah jalannya penelitian;
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol;
b. Melaksanakan observasi, di mana mengimplementasikan model pembelajaran Treffinger pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol;
c. Melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol penelitian ini; d. Pemberian angket pada kelas eksperimen;
3. Tahap analisis data
a. Mengumpulkan hasil data yang diperlukan baik kualitatif (lembar observasi, jurnal harian dan angket) maupun kuantitatif (evaluasi tes siswa berupa hasil pengerjaan siswa pada soal pretest-postest);
b. Mengolah dan menganalisis hasil penelitian terhadap data yang telah dikumpulkan, guna menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini;
4. Tahap pembuatan kesimpulan
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, diperoleh beberapa data yaitu lembar evaluasi tes (pretest-postest) siswa serta lembar evaluasi non-tes (lembar observasi). Analisis data skor
pada hasil pretest-postest menggunakan bantuan software Statistical Products and Service Solutions (SPSS) versi 20.0. Sedangkan untuk mengetahui kualitas
pembelajaran dilakukan analisis data non test, yaitu berupa hasil angket, lembar observasi untuk observer dan jurnal harian siswa.
Sebelum dilakukan analisis terhadap data kuantitatif, terlebih dahulu dilakukan penilaian data pretest-posttest oleh dua orang penilai. Dua orang penilai tersebut adalah peneliti serta rekan peneliti yang memiliki kemampuan tidak jauh berbeda dengan peneliti. Hal ini dilakukan untuk mengurangi subjektvitas.
Berdasarkan pengolahan data (lampiran D.1), maka diperoleh deskriptif data pretest-posttest dari dua orang penilai yang disajikan pada tabel 3.11 dan tabel 3.12.
Tabel 3.11 Deskripsi Data Pretest
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP
N
Penilai 1 Penilai 2
Min
. Max. Mean
Std. Deviation
Min
. Max. Mean
Std. Deviation Kelas
Eksperimen 26 23 72 40,81 14,386 21 71 40,23 14,214 Kelas Kontrol 26 20 61 36,81 12,280 21 61 37,00 11,970
Tabel 3.12 Deskripsi Data Posttest
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP
N
Penilai 1 Penilai 2
Min. Max. Mean Std.
Deviation Min. Max. Mean
Std. Deviation Kelas
[image:33.596.114.517.466.701.2]39
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelas
Kontrol 26 23 67 49,85 13,356 21 70 49,35 14,491
Selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata antara data skor penilai 1 dan penilai 2 serta uji korelasi. Berdasarkan data dari tabel 3.11 dan tabel 3.12 serta pengujian statistik, diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor yang diberikan oleh peneliti dengan skor yang diberikan oleh penilai ke 2. (Uraian selengkapnya disajikan pada lampiran D.1)
Langkah berikutnya adalah dilakukan uji korelasi (lampiran D.1.6) antara data skor pretest-posttest penilai 1 dengan penilai 2. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara data skor penilai 1 dan data skor penilai 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwatidak terdapat perbedaan antara skor kedua penilai, maka data yang akan diolah berikutnya adalah data yang didapat dari penskoran oleh peneliti.
Berikut adalah perincian analisis dari masing- masing data. 1. Analisis Data Kuantitatif
a. Analisis Data Skor Pretest 1) Analisis Data Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian data hasil pretest terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum dan nilai minimum. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai data yang akan diuji.
2) Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang akan diolah berdistribusi normal atau tidak, dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan taraf nyata
α = 5%. Uji Shapiro-Wilk digunakan karena uji tersebut untuk sampel kurang dari 50 (Razali, 2011: 25).
Hipotesis dalam uji normalitas pretest:
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H1 : Data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut.
a. Jika nilai signifikasi pengujiannya lebih besar atau sama dengan α maka H0 diterima.
b. Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari α maka H0 ditolak.
Jika kedua kelas penelitian berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu dari kedua kelas penelitian berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians, melainkan uji statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk pengujian hipotesisnya.
3) Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians ini untuk mengetahui bahwa sampel memiliki variansi homogen atau tidak, dengan menggunakan uji Levene dan nilai signifikasi 0,05. Hipotesis dalam uji homogenitas pretest:
H0: Varians data pretest kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. H1: Varians data pretest kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol.
Uji Levene dilakukan untuk mengetahui apakah variansinya homogen atau tidak homogen antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan nilai signifikasi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut.
a. Jika nilai signifikansi lebih besar sama dengan 0,05 maka H0 diterima. b. Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis H0 adalah
Dengan kriteria, tolak H0 jika ⁄ (Sudjana, 1992:250)
41
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji kesamaan dua rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata data pretest secara signifikan antara dua kelas penelitian. Jika kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal dan homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi tidak
homogen, maka pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t’.
a) Kedua data berdistribusi normal dan homogen
Jika kedua data yang akan diuji berdistribusi normal dan berasal dari populasi yang homogen maka untuk menguji kesamaan dua rata-rata digunakan uji t.
Jika uji t yang digunakan dua pihak, maka hipotesisnya:
H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1: Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis H0 adalah
̅ ̅
√
dengan
√
dengan kriteria pengujian diterimanya H0 jika ⁄ ⁄ (Sudjana, 1992:239)
Jika pengujian yang digunakan adalah uji satu pihak maka hipotesis yang digunakan adalah:
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan kriteria pengujian terima H0 jika ⁄ .
Uji pihak kiri: H0 : H1 :
dengan kriteria pengujian terima H0 jika ⁄ .
b) Kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen
Jika kedua data berdistribusi normal namun tidak homogen, maka gunakan uji t’.
Gunakan uji Corhan-Cox (tα) sebagai pengganti t tabel. Sementara untuk t hitung, digunakan rumus
̅ ̅
√
( ) ( )
( ) ( )
c) Kedua data tidak berdistribusi normal
Jika satu atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan uji Mann-Whitney adalah sebagai berikut:
1) Beri ranking pada setiap data dari gabungan kedua kelompok data. 2) Jumlahkan ranking pada setiap kelompok kelas.
3) Menghitung U dengan rumus sebagai berikut (Sumardi, 2011:3)
43
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu U1 : nilai statistik hitung kelompok ke-1
U2 : nilai statistik hitung kelompok ke-2 n1 : banyak data kelompok ke-1
n2 : banyak data kelompok ke-2 R1 : jumlah rank kelompok ke-1 R2 : jumlah rank kelompok ke-2
4) Nilai statistik hitung U yang dipilih adalah yang terkecil diantara kedua nilai statistik hitung U.
5) Menetapkan hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata H1 : Terdapat perbedaan rata-rata
6) Jika n ≤ 20 , bandingkan U hitung dengan nilai kritis U untuk menguji hipotesis dengan kriteria tolak H0 jika nilai statistik U≤ nilai kritis U.
7) Jika n > 20, distribusi sampling U akan mendekati distribusi normal dengan rata-rata dan standar error:
√
8) Untuk dua pihak, bandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kriteria terima H0 jika ⁄ ⁄ . Untuk satu pihak bandingkan z dengan z(0,5-α) . Kriteria untuk pihak kanan, terima H0 jika dan untuk pihak kiri terima H0 jika .
b. Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kontrol, maka untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa akan menggunakan data hasil posttest, gain, atau indeks gain. Sedangkan jika data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan, maka peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa akan menggunakan indeks gain. Indeks gain dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hake, 2007:
8):
Analisis data dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut. 1) Analisis Data Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian data indeks gain terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum dan nilai minimum. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai data yang akan diuji.
2) Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data indeks gain sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pengujian menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk dan taraf nyata α = 5%. Uji Shapiro-Wilk digunakan karena uji tersebut untuk sampel kurang dari 50 (Razali, 2011: 25).
Hipotesis dalam uji normalitas data indeks gain:
H0 : Data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Data indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut.
a. Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan α maka H0 diterima.
45
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika kedua kelas penelitian berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu dari kedua kelas penelitian berdistribusi tidak normal, maka dilakukan uji statistika non parametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk pengujian hipotesisnya.
3) Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians ini dilakukan untuk mengetahui apakah variansinya homogen atau tidak homogen antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan menggunakan uji Levene dan nilai signifikasi 0,05.Hipotesis dalam uji homogenitas:
H0: Varians data indeks gain kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. H1: Varians data indeks gain kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol. Uji Levene dilakukan untuk mengetahui apakah variansinya homogen atau tidak homogen antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan nilai signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut.
a. Jika nilai signifikansi lebih besar sama dengan 0,05 maka H0 diterima. b. Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
4) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui mengetahui apakah rata-rata data indeks gain kedua kelas sama atau tidak. Jika kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal dan homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t. Jika kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen,
maka pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t’.
Perumusan hipotesis pada uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut. H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H1 : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih baik secara signifikan daripada siswa kelas kontrol. Kriteria pengambilan keputusan dari uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut.
a. Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima.
b. Jika setengah dari nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
Langkah-langkah yang diperlukan untuk analisis data disajikan dalam gambar 2 yang diadopsi dari Prabawanto (2013: 99).
Keterangan: : Dan
Ya Ya
Ya
Tidak
Data Sampel 1
Data Sampel 2
Apakah data berdistribusi normal?
Apakah data berdistribusi normal?
Apakah variansinya homogen?
Uji t
Statistik non-parametrik
Mann-Whitney
Uji t’
47
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu : Atau
Gambar 2 Alur Analisis Data
c. Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswadapat dilihat berdasarkan skor gain. Hake (1999: 1) menyatakan bahwa terdapat beberapa kriteria indeks gain yang dinyatakan dalam tabel berikut.
Tabel 3.13 Kriteria Indeks Gain
<g> Kriteria
<g> ≤ 0,30 Rendah 0,30 <<g> ≤ 0,70 Sedang <g>> 0,70 Tinggi 2. Analisis Data Kualitatif
a. Angket
Angket diberikan kepada kelompok eksperimen setelah pembelajaran selesai. Model skala sikap yang akan digunakan adalah model skala Likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).
[image:42.596.191.487.316.405.2]Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mengetahui respons siswa, subjek dapat digolongkan menjadi kelompok yang memiliki respons positif dan respons negatif. Penggolongan dapat dilakukan dengan menghitung rata-rata skor subjek. Jika nilainya lebih besar dari 3, subjek memiliki respons positif. Sedangkan jika nilainya lebih kecil dari 3, subjek memiliki respons negatif. Namun jika nilainya sama dengan 3, subjek memiliki respons netral.
b. Lembar Observasi
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Treffinger dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional sampel penelitian terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dengan model pembelajaran Treffinger dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Sebelum diberi perlakuan pembelajaran, kedua kelas diberikan pretest mengenai materi kubus dan balok. Setelah itu diberikan perlakuan pembelajaran sebanyak empat pertemuan. Setelah semua materi tersampaikan, dilanjutkan dengan pemberian posttest kepada kedua kelas.
Beberapa data yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu lembar evaluasi tes (pretest-postest) siswa serta lembar evaluasi non-tes (lembar observasi). Analisis data skor pada hasil pretest-postest menggunakan bantuan software Statistical Products and Service Solutions (SPSS) versi 20.0. Sedangkan untuk mengetahui kualitas
pembelajaran dilakukan analisis data non-tes, yaitu berupa hasil angket dan lembar observasi.
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Data Kuantitatif a. Analisis Data Skor Pretest
Data pretest diperoleh dengan memberikan tes awal kepada siswa sebelum perlakuan pembelajaran diberikan, baik terhadap kelas eksperimen dengan model pembelajaran Treffinger maupun pada kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan apakah kemampuan awal dari kedua kelas tersebut sama atau berbeda.
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data pretest diperoleh dari 26 siswa kelas eksperimen dan 26 siswa kelas kontrol. Untuk mengetahui deskripsi data pretest, maka dilakukan pengolahan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 for Windows.
Berdasarkan tabel pengolahan data (lampiran D.2.2) maka diperoleh deskripsi data pretest. Dapat terlihat bahwa rata-rata skor pretest kemampuan berpikir kreatif matematis kelas eksperimen yaitu 40,81, sedangkan rata-rata skor pretest kemampuan berpikir kreatif matematis kelas kontrol yaitu 36,81. Nilai rata-rata skor pretest kedua kelas tersebut terlihat berbeda. Namun untuk mengetahui apakah perbedaan nilai rata-rata skor pretest dari kedua kelas tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan uji sebagai berikut.
2) Uji Normalitas
Hipotesis dalam uji normalitas pretest:
H0 : Data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Untuk mengetahui data pretest berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 for Windows uji Shapiro-Wilk dengan taraf nyata α = 5%. Uji Shapiro-Wilk digunakan karena uji tersebut untuk sampel kurang dari 50 (Razali, 2011: 25). Kriteria pengujian adalah sebagai berikut.
a. Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih besar atau sama dengan α maka H0 diterima.
48
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
signifikansi 0,05 sehingga H0 ditolak. Ini berarti data pretest kelas eksperimen tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan kelas kontrol memiliki signifikansi 0,099 yang nilainya lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga H0diterima. Hal ini berarti bahwa kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest dari kelas eksperimen tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, sedangkan data pretest dari kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal. Salah satu data dari kedua kelas tersebut tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas, dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata non-parametrik Mann-Whitney.
3) Uji Kesamaan Dua Rata-rata Non-parametrik Mann-Whitney Salah satu data dari kedua kelas tersebut tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas. Oleh sebab itu, maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata non-parametrik Mann-Whitney. Perumusan hipotesis pada uji kesamaan dua rata-rata non-parametrik Mann-Whitney data pretest adalah sebagai berikut.
H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
H1: Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut memiliki rata-rata kemampuan yang sama atau tidak maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan software SPSS versi 20.0 for Window uji Mann-Whitney dengan taraf nyata α = 5%. Kriteria pengambilan keputusan dari uji kesamaan dua rata-rata non-parametrik Mann-Whitney adalah sebagai berikut.
Amelia Mardhiyyah , 2014
Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Smp
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Jika nilai signifikansi pengujiannya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
Hasil uji kesamaan dua rata-rata non-parametrik Mann-Whitney disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Non-parametrik Mann-Whitney Data Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Test Statistics Keterangan
Mann-Whitney 287,500
H0 diterima
Wilcoxon W 638,500
Z -0,925
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,355
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa signifikansi dari uji Mann-Whitney adalah 0,355 yang nilainya lebih besar dari taraf signifikansi
0,05 sehingga H0 diterima. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat kesamaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dengan model pembelajaran Treffinger dan kelas kontrol dengan model pemb