• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA: STRATEGI PARTAI DALAM MENCAPAI KEKUASAAN POLITIK DI INDONESIA (1920-1966).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GERAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA: STRATEGI PARTAI DALAM MENCAPAI KEKUASAAN POLITIK DI INDONESIA (1920-1966)."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

GERAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA :

STRATEGI PARTAI DALAM MENCAPAI KEKUASAAN POLITIK

DI INDONESIA (1920-1966)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

Ami Abdullah Fahmi

0901100

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

GERAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA :

STRATEGI PARTAI DALAM MENCAPAI KEKUASAAN POLITIK

DI INDONESIA (1920-1966).

Oleh

Ami Abdullah Fahmi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Ami Abdullah Fahmi2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Gerakan Partai Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam

Mencapai Kekuasaan Politik Di Indonesia (1920-1966)”. Latar belakang peneliti mengambil permasalahan ini karena peneliti melihat suatu kondisi dimana PKI menjadi partai yang sering bangkit setelah melakukan pemberontakan sehingga menjadi salah satu dari 3 kekuatan besar perpolitikan Indonesia 1960-1965. Masalah

utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana sepak terjang Partai

(5)

pemberontakan 1965 yang menyebabkan di bubarkannya PKI dengan keputusan TAP MPRS 1966.

ABSTRACT

(6)

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

ABSTRAK ...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I: PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...8

1.3 Tujuan Penelitian ...8

1.4 Manfaat Penelitian ...9

1.5 Stuktur Organisasi Skripsi ...9

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ...11

2.1 Landasan Teori Marxisme ...11

2.2 Teori Politik Komunisme ...14

2.2.1 Teori Revolusi Komunisme...14

2.2.2 Model Gerakan Komunisme ...16

2.3Proses Masuknya Paham Komunisme di Indonesia. ...19

2.4 Penelitian Terdahulu Mengenai PKI di Indonesia...26

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ...30

3.1 Metode Penelitian ...30

3.2 Persiapan Penelitian ...34

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian ...34

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ...36

3.2.3 Proses Bimbingan ...37

3.3 Pelaksanaan Penelitian ...38

3.3.1 Heuristik ...38

3.3.2 Kritik Sumber...39

3.3.2.1 Kritik Eksternal ...40

(7)

BAB IV: STRATEGI PKI UNTUK MEMPEROLEH KEKUASAAN DI INDONESIA ...45

4.1 Kondisi dan Strategi Block Within PKI 1920-1922 ...45

4.1.1 Perpecahan SI dan PKI. ...48

4.1.2 Strategi Semaun ...51

4.1.3 Pemberontakan PKI 1926 ...56

4.1.4 Reorganisasi PKI Setelah Pemberontakan 1926 ...61

4.2 PKI Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945-1948 ...65

4.2.1 Musso Menguasai PKI ...71

4.2.2 Pemberontakan 1948...74

4.2.3 Konsolidasi PKI 1948 ...80

4.3 Strategi Aidit 1951-1959...85

4.3.1 Perekrutan Massa oleh PKI untuk Pemilu 1955 ...88

4.3.2 Posisi Partai di Pemilu 1955 ...97

4.4 Segitiga Kekuasaan Indonesia 1960-1965 ...116

4.4.1 Offensif Revolusioner ...121

4.4.2 Peristiwa Gerakan 30 september. ...131

4.4.3 Kehancuran PKI. ...139

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ...145

5.1. Kesimpulan ...145

5.2 Saran ...150

DAFTAR PUSTAKA ...151

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Terbentuknya sebuah negara pada esensinya adalah untuk mencapai tujuan

yang ingin dicapai bersama oleh sekelompok orang. Begitupun yang terjadi di

Indonesia, ada tujuan-tujuan dasar yang ingin dicapai oleh masyakaratnya.

Diantaranya: mencapai kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan perdamaian dunia. Tujuan tersebut termaktub dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945. Implikasinya kemudian tertuang dalam bentuk

perangkat kebijakan pemerintah yang tujuannya diarahkan kepada pencapaian

kesejahteraan masyarakat. Dalam memberikan kesajahteraan bagi masyarakat,

tentunya pemerintah akan melakukan tindakan atau kebijakan yang sesuai dengan

dasar negara. Dalam hal ini dasar negara Indonesia adalah Pancasila.

Tentunya karena Indonesia merupakan negara yang pancasilais, maka tujuan

negara Indonesia akan sangat berbeda dengan tujuan negara menurut ajaran

komunisme. Negara dalam pandangan kaum komunis dianggap sebagai “alat” untuk

menciptakan perjuangan kelas, dan jika diperlukan akan menindas golongan lain.

Oleh karena itu, kaum komunis dan gerakan komunis internasional dengan aliran

Marxismenya mempunyai sifat sebagai berikut: (1) Merupakan gerakan internasional

dan dengan demikian mempunyai jaringan internasional yang dapat saling membantu

antar gerakan komunis. (2) Mempunyai kecenderungan radikal, doktriner dan tidak

demokratis (Moehammad et al. (1988 : 4-5).

Semua negara yang beraliran komunisme memiliki kecenderungan menerapkan

sifat-sifat di atas. Partai di Negara komunis mempunyai kencenderungan mengikuti

partai negara induk dalam menjalankan strategi politiknya. Hal ini berkaitan dengan

(9)

2

mengharuskan seluruh partai lokal komunis bekerja untuk kepentingan Uni Soviet

(10)

Negara-negara komunis menerapkan kekerasan kepada rakyatnya untuk

mencapai tujuan negara tanpa kelas. Di dalam perjuangan untuk mewujudkan

cita-cita negara tanpa kelas tersebut, kaum komunis cenderung akan menghalalkan semua

cara, salah satunya dengan menggunakan kekerasan, pemberontakan dan menindas

golongan yang lain, contohnya Revolusi Bolsevick di Rusia tahun 1907 dan Revolusi

China di RRC tahun 1911. Demokrasi bagi kaum komunis hanya bagi kaum proletar.

Golongan yang lain tidak diberi hak untuk mengutarakan pendapatnya, apabila

golongan tersebut melawan terhadap pemerintahan maka mereka ditindas, contoh

untuk kasus ini adalah revolusi kebudayaan Mao Zedong.

Begitupula dengan yang terjadi di Indonesia. Komunisme di Indonesia diwakili

oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam mengimplementasikan sifat

marxismenya yang berorientasi internasional, PKI berkiblat ke Moscow, yang

menyebabkan PKI menyesuaikan strategi yang diterapkan di Indonesia dengan

merujuk pada gerakan partai komunis di Uni Soviet. Hal ini terlihat ketika soviet

menerapkan garis Dimitrov yang mengubah strategi dari keras ke lunak yang diikuti

oleh Aidit di Indonesia dengan berkerjasama dengan kelompok borjuis nasional

bahkan dengan Belanda. Begitu pula ketika tahun 1947 melalui garis Zdanov Soviet

mengubah Strategi partainya dari lunak ke keras, selanjutnya disusul oleh

strategi-strategi Kruschev yang lebih moderat, PKI tetap setia mengikuti kebijakan ini

(Triandarto, 2004: 28).

Gerakan PKI untuk memperoleh kekuasaan di Indonesia juga dipengaruhi oleh

sifat-sifat aliran Marxisme yang ke-2 yaitu mempunyai kecenderungan radikal,

doktriner dan tidak demokratis. Hal ini dalam kenyataannya menjadikan partai

komunis sebagai partai yang revolusioner, partai tersebut bercorak militan dan selalu

beriringan dengan pemberontakan yang dirancang untuk menjadikan negara sebagai

“surga komunis”. PKI semenjak berdiri tahun 1920 telah mewarisi tradisi

pemberontakan. Setiap gerak PKI selalu beriringan dengan letusan-letusan

pemberontakan. Menurut Frank N Trager dikutip Triandarto, (2004: 1)

(11)

“Pada umumnya partai komunis memiliki ciri khas sebagai partai yang revolusioner. Doktrin ideologis Marxis, mengharuskan mereka untuk selalu menganalisa setiap fenomena masyarakat dengan pandangan kepentingan, ada yang menindas di satu sisi dan ada yang tertinndas di sisi yang lain. Bahkan di Asia Tenggara sekalipun, ajaran Marxis-Leninis merupakan elemen yang penting dalam merasionalisasikan pemberontakan mereka.”

Hal di atas membuat PKI tergesa-gesa dalam mencapai tujuannya. Ketika

kondisi Indonesia yang belum memungkinkan terjadinya perpindahan kekuasaan,

dipaksakan terjadi sebuah perubahan melalui pemberontakan akibat semangat yang

tinggi dari para pemimpin PKI. Tiga pemberontakan Komunis yang terjadi Indonesia

merupakan studi kasus terbaik komunis di Asia Tenggara (Triandarto, 2004: 2).

Dalam perjalanan perpolitikan di Indonesia, PKI selalu mengubah strategi

politik mereka untuk menuju panggung kekuasaan. Seperti dikemukakan oleh Arnold

C. Brackman dalam papernya pedoman dasar komunisme, bahwa:

“Pada momen tertentu komunis mengikuti suatu strategi “kanan” atau “kiri”.

Strategi kanan (Right Strategy) merangkul dengan taktis kaum borjuis, kerjasama dengan musuh masyarakat, dan kolaborasi dengan imperialis, jika perlu. Strategi ini menampilkan sikap kompromi, negosiasi, dan konsiliasi. Secara berlebihan, strategi kanan ini bisa berganti menjadi apa yang orang digambarkan oleh komunis sebagai

“revisionism”. Strategi kiri dilakukan dengan memutarbalikkan kenyataan,

menggunakan sikap kasar, antikompromi, suka huru-hara, perselisihan, dan penentang. Juga suka menimbulkan kekerasan dalam skala kecil maupun besar. Pendeknya, strategi kiri menyukai konfrontasi dan kekerasan. Secara berlebihan,

strategi kiri, dalam terminology komunis bisa mengarah pada “dogmatisme” dan

“adventurisme” (Brackman,2000: 7-8).

Strategi kiri PKI di Indonesia diimplikasikan dengan adanya beberapa aksi

sepihak dan pemberontakan. Aksi-aksi sepihak PKI cenderung memusat di daerah

yang mayoritas penduduknya miskin dan berprofesi sebagai petani, aksi-aksi sepihak

tersebut menyulut 3 pemberontakan besar yaitu pemberontakan 1926, pemberontakan

1948 dan yang paling banyak menyita perhatian adalah pemberontakan 1965 serta

berujung pada dilarangnya PKI dalam percaturan politik Indonesia. Strategi kanan

PKI dimulai pada tahun 1951 yang bertolak pada disahkannya garis kanan pada

kongres Partai Bolsevik ke -19 pada kongres tersebut Stalin sendiri yang

(12)

bekerjasama dengan gerakan nasional atau gerakan komunis lainnya (Triandarto,

2004: 27).

Gerakan kanan PKI dimulai dari mengubah pendapat umum dengan menyentuh

emosi rakyat, khususnya mereka yang tidak puas terhadap cara-cara penyelesaian

revolusi kemerdekaan. Revolusi kemerdekaan dinyatakan belum selesai karena masih

berwatak borjuis bukan berwatak proletariat sosialis. Dalam parlemen strategi kanan

PKI dimulai dengan mendukung kabinet Wilopo dan kemudian kabinet Ali

Sastroamidjodjo. PKI mendukung PNI dalam persainganya dengan Masyumi, dengan

dukungan dari PKI, PNI menjadi longgar terhadap PKI dan balik menyerang kabinet

Sukiman yang anti komunisme, menjadikan PKI leluasa melebarkan sayapnya di

parlemen Indonesia (Pusjarah TNI, 2009 : 38).

Pada tahun 1960 PKI menjadi kekuatan yang sangat signifikan dalam

percaturan politik dan pemerintahan di Indonesia. Mereka terus menggalang

kekuatan, baik dalam dan luar negeri untuk menjadikan PKI sebagai kekuatan

terbesar di negeri ini. Berbagai test case mereka lakukan untuk mengukur kekuatan

dan dukungan dengan melakukan tindakan provokatif seperti misalnya aksi sepihak

di Bandar Betsi dan Kanigoro yang memakan korban jiwa. Dan titik puncaknya

terjadi pada bulan akhir bulan September 1965 dengan melakukan pemberontakan.

Gambaran mengenai data kekuatan PKI dan underbownya dalam negeri di

tahun 1960an adalah sebagai berikut : Pada tahun 1962 anggota BTI (Barisan Tani

Indonesia) mencapai 5,7 juta orang, anggota SOBSI (Sentral Organisasi Buruh

Seluruh Indonesia) konon 3,3 juta orang, tahun 1963 jumlah anggota Pemuda Rakyat

dan Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) berkisar1,5 juta orang, Lekra (Lembaga

Kebudayaan Rakyat) anggotanya 100.000 orang, sedangkan jumlah anggota PKI itu

sendiri pada tahun 1962 lebih dari 2 juta orang (Ricklefs, 2010 : 561).

Jumlah tersebut naik signifikan setelah PKI ikut memperjuangkan merebut

Papua di antaranya Aidit dan Nyoto menjadi Anggota Front Nasional yang

menggantikan Front Nasional Pembebasan Irian Barat, dengan kekuatan

(13)

merebut Papua, hal lain adalah permintaan bantuan Indonesia untuk melancarkan

serangan militer ke Papua kepada Soviet diperoleh angka bantuan sebesar 700 juta

dolar AS yang diberikan Soviet secara berkala pada Indonesia yaitu 250 juta dolar AS

pada tahun 1960 saat kunjungan Khrushchev ke Jakarta dan pada tahun 1961 450 juta

AS setelah Nasution pulang dari Moskow.

Pada tahun 1960an terdapat 3 kekuatan besar yang sangat berpengaruh di

Indonesia yaitu PKI, presiden Soekarno, dan TNI AD, sejak adanya konsep

Nasakom, membuat hubungan PKI dengan Presiden Soekarno menjadi hubungan

simbiosis mutualisme, Soekarno membutuhkan PKI untuk menjalankan politik

nasakom yang mengandung gagasan bahwa PNI (untuk nasionalisme), NU (untuk

agama), dan PKI (untuk komunisme) agar dapat bersama-sama berperan dalam

pemerintahan disegala tingkatan, sehingga menghasilkan suatu sistem yang antara

lain akan didasarkan pada koalisi kekuatan-kekuatan politik yang berpusat di Jawa

(Ricklefs, 2010 : 556).

PKI membutuhkan Soekarno sebagai pelindung mereka dalam menjalankan

roda kepartaiannya yang eksistensinya ditentang oleh TNI-AD yang sejak dahulu

berprinsip bahwa paham komunis tidak sesuai dengan alam masyarakat Indonesia

khusunya dalam sila pertama Pancasila. Soekarno melindungi PKI antara lain pada

saat PKI dibatasi gerakannya oleh TNI-AD pada semester kedua tahun 1960, yang

menghasilkan reaksi PKI yang melancarkan tuduhan-tuduhan kepada kabinet,

terutama kepada Subandrio yang dituduh menghina Cina, dan terhadap pihak tentara

yang masih belum menumpas pemberontakan PRRI. Anggota politbiro PKI

ditangkap dan diperiksa oleh tentara, kegiatan PKI di tiga daerah, Sumatera Selatan,

Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan dilarang oleh pangdam masing-masing.

Presiden Soekarno mendesak Nasution supaya membebaskan anggota politbiro dan

mencabut larangan terhadap PKI di tiga daerah (Ricklefs, 2010: 557).

Ada beberapa hal yang menjadi landasan penulis untuk mengambil judul diatas

yang pertama adalah pola strategi yang diterapkan oleh PKI dalam mencapai

(14)

menarik adalah strategi kiri dan kanan yang diterapkan PKI pada tahun 1950, kedua

strategi PKI, baik strategi kiri maupun strategi kanan bertujuan untuk menarik

kembali simpati rakyat setelah PKI melakukan pemberontakan, dan mencoba

mencapai kekuasaannya di Indonesia hal ini terlihat jelas setelah PKI melakukan

pemberontakan 1926, dan pemberontakan 1948. Strategi ini mencapai puncak

kejayaan ketika PKI di bawah D.N Aidit, Nyoto dan Mh Lukman yang dikenal

dengan Three Mustketer, strategi yang dicanangkan oleh Three Mustketer

membuahkan hasil 7 tahun setelah peristiwa Madiun Affair, PKI kembali

menunjukkan eksistensinya sebagai partai yang berpengaruh di Indonesia

(Sumarkidjo, 2000: 81)

Hal ini ditunjukan pada hasil pemilu 1955. Partai yang harusnya terpuruk pada

Pemilu 1955 justru menjadi salah satu partai besar. Pada pemilu tersebut PKI berhasil

menduduki tempat ke-4 setelah PNI, Masyumi, dan Nahdatul Ulama. Bahkan dalam

pemilihan daerah di Jawa pada Juni-Agustus 1957 PKI berhasil mengungguli semua

partai lain dengan menduduki posisi nomor satu. Hal tersebut membuktikan bahwa

setelah Pemilu tahun 1955 PKI makin diterima di masyarakat dan berhasil menjadi

salah satu partai terbesar yang ada di Indonesia pada masanya (Subhan 1996 : 58).

Pemasalahan strategi yang diterapkan oleh PKI dalam memperoleh

kekuasaannya di Indonesia menurut penulis sangat menarik untuk dikaji lebih

mendalam. Hal menarik tersebut terutama terjadi pada kurun waktu 1949-1955. Pada

kurun waktu tersebut PKI berhasil membuktikan keberhasilan strategi yang

diterapkannya dengan sukses meraih posisi 4 besar pada pemilu tahun 1955.

Keberhasilan PKI tersebut pada akhirnya memberikan kesan bahwa masyarakat

Indonesia seolah-olah lupa terhadap berbagai tindakan kekerasan yang telah

dilakukan oleh PKI pada masa sebelumnya. Dosa yang dilakukan oleh PKI seolah

lenyap tertelan propaganda-propaganda yang dilancarkan oleh para pimpinan CC

(Committee Central) PKI.

Hal menarik lainnya yang menjadi landasan penulis menulis skripsi ini adalah

(15)

Presiden Soekarno, dan TNI AD menghasilkan suatu segitiga politik yang

berkembang menjadi persaingan menancapkan pengaruhnya di Indonesia,

menariknya pertentangann ini berakhir dengan terjadinya Gerakan 30 September

yang menghancurkan PKI. Intrik-intrik politik di antara ketiga kekuatan besar ini

menarik untuk dibahas untuk menguatkan pembahasan tentang posisi dan strategi

politik PKI dalam mencapai kekuasaan politik di Indonesia.

Selanjutnya kenyataannya dilapangan dikalangan generasi muda, PKI

umumnya diterima dengan ngeri ataupun takjub: juga sebuah mitos. Mereka tidak

pernah mendapatkan pelajaran sejarah yang memberikan analisa yang kritis. Mereka

sangat repas, dan mudah terjebak oleh keyakinan-keyakinan yang cepat, dan ketika

mereka tak putus-putusnya mendengar suara agar tetap waspada pada bahaya PKI,

mereka mempunyai gambaran ganjil tentang partai yang telah dinyatakan terkubur

bahkan sebelum mereka lahir itu, menghasilkan keraguan dalam benaknya tentang

eksistensi PKI di Indonesia. Masalah ini haruslah kaji secara menyeluruh sehingga

tidak menimbulkan kebutaan sejarah bagi masyarakat yang mengakibatkan

munculnya pemahaman-pemahaman lain yang bisa memecah belah Indonesia, hal ini

cukup beralasan karena dari temuan fakta-fakta di atas dapat disimpulkan bahwa

ajaran komunisme sangat bertentangan dengan ajaran Pancasila namun karena

kemiskinan di masyarakat pada waktu itu, ajaran komunis dapat berkembang pesat

dengan strategi membagi-bagikan tanah terhadap masyarakat miskin.

Hal-hal yang telah disampaikan di atas, kemudian dijadikan dasar oleh penulis

untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai sepak terjang PKI di Indonesia. Dengan

demikian penulis memilih untuk mengangkat judul “Gerakan Partai Komunis

Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik Di Indonesia

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan yang

akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan pokoknya

adalah “Bagaimana sepak terjang Partai Komunis Indonesia dalam merebut

kekuasaan politik di Indonesia (1920-1966)?”

Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa

pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini

adalah:

1. Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa

pemberontakan 1926 ?

2. Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa

pemberontakan 1948?

3. Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa

pemilihan umum 1955?

4. Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa

pemberontakan 1965?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui strategi Semaun sebagai pemimpin PKI dalam melakukan kup

terhadap pemerintah kolonial Belanda di sini akan dijelaskan mengenai

perstiwa di Jawa dan peristiwa kup di Sumatera.

2. Menjelaskan strategi Musso sebagai pemimpin PKI dalam melakukan kup

terhadap negara Indonesia dengan strategi mempengaruhi angkatan darat di

(17)

3. Mendeskripsikan strategi D.N Aidit sebagai pemimpin PKI dalam membangun

citra partai dan mengembangkan partai sampai menjadi 4 besar di pemilu 1955

di antaranya perekrutan masa, strategi aliansi PKI.

4. Mengetahui strategi D.N Aidit sebagai pemimpin PKI mengembangkan partai

setelah pemilu 1955, pengaruh PKI terhadap Presiden Soekarno, pola segitiga

antara PKI Angkatan Darat dan Presiden Soekarno, isu Dewan Jendral dan

kudeta 1965.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perjalanan PKI dan eksistensinya di Indonesia dari tahun

1920-1966.

2. Menambah pengetahuan mengenai strategi politik dan pemikiran yang

dicetuskan para pemimpin CC PKI diantaranya Alimin, Musso dan D.N Aidit

untuk memajukan PKI.

3. Mengetahui pengaruh negara komunis Rusia dan RRC terhadap strategi yang

dijalankan oleh para pemimpin CC PKI.

4. Sebagai perluasan materi mata pelajaran sejarah kelas XII yang ada pada

standar kompetensi 1. Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak

proklamasi hingga lahirnya Orde Baru, dengan kompetensi dasar 1.3.

Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan

kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk

pergolakan dan pemberontakan (antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, Andi

Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S/PKI).

1.5 Struktur Organisasi Skripsi.

Adapun struktur organisasi skripsi. yang akan dilakukan oleh penulis adalah:

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan

(18)

Indonesia 1966. Untuk memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak melebar

maka dicantumkan rumusan dan batasan masalah sehingga dapat dikaji secara khusus

dalam penulisan ini. Pada akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik

penelitian yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi

kerangka dan pedoman penulisan karya ilmiah ini.

Bab II Kajian Pustaka. Dalam bab ini dipaparkan mengenai

konsep-konsep,sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi

yang dianggap relevan. Dijeaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian

terdahulu mengenai PKI.

Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan mengenai serangkaian

kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna

mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh

peneliti. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang

digunakan adalah studi literatur.

Bab IV Strategi PKI untuk memperoleh kekuasaan. Dalam bab ini penulis akan

mendeskripsikan mengenai sepak terjang PKI pada tahun 1920-1966 ,dimulai dari

munculnya PKI, strategi-strategi PKI dalam eksistensinya menegakan negara

komunis Indonesia dari mulai strategi pemberontakan 1926, strategi pemberontakan

1948, strategi pemilihan umum 1955, dan strategi pemberontakan 1965.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian

penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan

(19)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III secara umum merupakan pemaparan mengenai metodologi yang

digunakan oleh penulis dalam mengkaji mengenai Gerakan Partai Komunis

Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia

(1920-1966). Metode yang digunakan adalah metode historis, sistematikanya akan

dijelaskan oleh uraian berikut.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode

historis dengan studi literatur dan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan

data. Metode historis dipilih sebagai metodologi penelitian karena tulisan ini

merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang

ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Metode historis menurut Gottschalk

(1986: 32) adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan

peninggalan dan menuliskannya berdasarkan fakta yang diperoleh.

Sementara itu, menurut Wood Gray yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007: 96)

dikemukakan bahwa paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam

penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan

topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan

(kritik sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu

pola yang benar dan berarti yaitu sistemtika tertentu yang telah

(20)

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada pembaca sehingga dapat dimengerti

sejelas mungkin.

Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005:

125-131) yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun

langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian sejarah ini adalah :

1. Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein yang berarti menemukan

(Abdurahman, 2007:64). Heuristik merupakan proses mencari dan mengumpulkan

fakta-fakta sejarah dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang

dikaji penulis. Sama halnya dengan pendapat Sjamsuddin (2007:86), heuristik adalah

suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi

sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji

oleh penulis.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam mengumpulkan sumber ini yakni dengan

mencari sumber lisan maupun tulisan, browsing internet, dan sumber tertulis lainnya

yang relevan untuk pengkajian permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini

sumber berupa sumber tulisan yang terdapat di buku-buku, arsip-arsip dan internet

yang berhubungan dengan strategi politik PKI di Indonesia.

2. Kritik dan analisis sumber

Tahap kedua setelah penulis mendapatkan sumber-sumber yang dianggap

relevan dengan penelitian yang dikaji adalah melakukan kritik terhadap

sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, dokumen, Browsing internet, sumber-sumber

tertulis, maupun dari penelitian serta sumber lainnya. Menurut Sjamsuddin

(2007:131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum

dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya

(21)

menjadi pilihannya. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa tidak

semua sumber yang ditemukan dalam tahap heuristik dapat menjadi sumber yang

digunakan oleh penulis, tetapi harus disaring dan dikritisi terlebih dahulu keotentikan

sumber tersebut.

Abdurahman (2007: 68), menjelaskan bahwa verifikasi atau kritik sumber ini

bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini, dilakukan uji

keabsahan tentang keaslian (autentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan

keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik

intern. Senada dengan hal tersebut, Sjamsuddin (2007:105) menambahkan bahwa

fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk mencari kebenaran. Pada

tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah, kemungkinan dan keraguan.

Dengan demikian kritik sumber dikelompokkan dalam dua bagian yaitu kritik

eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar

sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi (content) dari

sumber sejarah. Kedua kritik akan dijelaskan pada paragraf berikutnya.

Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari

sumber yang diperoleh. Selain itu, menurut Abdurahman (2007: 68-69) aspek

eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber. Aspek-aspek luar

tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat? Di

mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat?

Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli? Khusus mengenai buku, penulis akan

melakukan kritik yang berkaitan dengan fisik buku dan melihat sejauh mana

kompetensi dari penulis buku sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan. Selain

kritik eksternal dalam penelitian historis dikenal juga kritik Internal.

Adapun kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas

sumber. Menurut Ismaun (2005:50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan

pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan

(22)

Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian

intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian

dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah

diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.

3. Interpretasi

Setelah melalui kritik sumber, tahapan penelitian selanjutnya adalah

Interpretasi. Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan

analisis sumber. Pada tahap interpretasi, penulis menafsirkan keterangan yang

diperoleh dari sumber sejarah berupa fakta-fakta yang terkumpul dari sumber-sumber

primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya

sehingga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

Interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah

merupakan tahap di mana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang

diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori

disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua

metode yamg digunakan yaitu analisis berarti menguraikan dan sintesis yang berarti

menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi

(Kuntowijoyo, 2003:100).

Dalam interpretasi dikenal adanya kesubjektivitsan dari sejarahwan untuk

menfsirkan sumber. Menurut Kuntowijoyo (2003:101) mengemukakan bahwa:

interpretasi atau penafsiran sering disebut juga sebagai sumber subjektivitas yang sebagian bisa benar, tetapi sebagiannya salah. Dikatakan demikian menurutnya bahwa benar karena tanpa penafsiran sejarawan data yang sudah diperoleh tidak bisa dibicarakan. Sedangkan salah karena sejarawan bisa saja keliru dalam menafsirkan data-data tersebut.

Gottschalk dikutip Ismaun (2005:56) menambahkan bahwa interpretasi atau

penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, sebagai berikut:

(23)

suatu perkembangan. Sedangkan Ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.

Adapun pendekatan yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan

dalam skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan

konsep-konsep dari ilmu sosioogi dan ilmu politik.

4. Historiografi

Menurut Abdurahman (2007:76), historiografi merupakan cara penulisan,

pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya

laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase

perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).

Dalam proses Heuristik penulis mengkaji dan menganalisis permasalahan yang

diangkat dengan :

1) Studi kepustakaan melalui buku-buku, jurnal ilmiah, maupun internet

yang memang dipandang relevan dengan permasalahan dalam

penelitian penulis.

2) Studi dokumentasi berupa arsip-arsip serta dokumen lain yang

berhubungan dan mendukung permasalahan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, seluruh kegiatan penulis secara garis besar dapat

digolongkan dalam tiga tahap yaitu: persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan

laporan penelitian.

3.2 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahapan penelitian yang

harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah

yaitu tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan

(24)

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian

Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dalam melaksanakan suatu

penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik

yang akan dikaji. Penentuan tema dan judul skripsi ini dipengaruhi oleh ketertarikan

penulis terhadap mata kuliah Sejarah Kolonialisme Barat di Indonesia, Sejarah

Pergerakan Nasional Indonesia, Sejarah Revolusi Indonesia dan Sejarah Indonesia

pada masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin yang merupakan mata kuliah yang

pernah diikuti oleh penulis. Berdasarkan alasan tersebut, penulis merasa tertarik

untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan tentang sejarah Indonesia, khususnya

tentang sebuah organisasi politik yang telah ada di empat masa dalam pembabakan

sejarah Indonesia.

Terlepas dari rasa ketertarikan pada mata kuliah Sejarah Indonesia tersebut,

penulis juga diharapkan membuat proposal skripsi ketika akan memasuki semester 6

oleh pembimbing akademik yaitu Ibu Prof. Dr. Hj. Hansiswany Kamarga, M. Pd.

Pembuatan proposal skripsi pada semester 6 diharapkan memudahkan dan

mempercepat studi penulis. Pertama kali penulis mendapatkan ide tentang menulis

mengenai Partai Komunis Indonesia ketika mengikuti mata kuliah Simulasi

pembelajaran sejarah yang diampu oleh Drs. Achmad Iryadi.

Penulis dan kelompok melakukanan simulasi untuk pembelajaran kelas XII

semester 1 dengan merujuk pada Standar kompetensi 1.1 Menganalisis perjuangan

bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru dan Kompetisi Dasar

1.3 Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia dalam memperta¬hankan

kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk pergolakan

dan pemberontakan (antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, Andi Aziz, RMS, PRRI,

Permesta, G-30-S/PKI). Kelompok kami membahas mengenai PKI dari tahun 1948

sampai pada tahun 1965. Ketika akhir pembelajaran timbul suatu pertanyaan yaitu

mengapa PKI setelah Pemberontakan 1948 bisa menjadi empat besar pemenang

(25)

judul tersebut untuk skripsi karena bahasannya menarik dan banyak sumber untuk

dijadikan referensi.

Setelah itu, penulis mencoba membuat proposal berdasarkan referensi yang

ditemukan di Perpustakaan Himas (Himpunan Jurusan Sejarah) dan dari referensi

internet, proposal penulis konsultasikan kepada dosen pembimbing akademik. Beliau

menyetujui topik PKI pada tahun 1948-1955 yang diajukan oleh penulis. Namun

untuk isi dari proposal beliau menyarankan untuk mengubah latar belakang dan lebih

banyak membaca referensi mengenai topik yang akan dikaji.

Memasuki semester ke-7 penulis dihadapkan pada mata kuliah Seminar

Penulisan Karya Ilmiah. Pada perkuliahan ini penulis mulai fokus untuk mencari

referensi mengenai topik yang akan dikaji dan berkonsultasi dengan Bapak Moch

Eryk Kamsori, S.Pd dan beliau menyarankan untuk mencari referensi skripsi atau

tesis yang berkaitan dengan PKI tahun 1948-1955. Setelah mencari melalui internet

salah satu referensi penulis ada di Universitas Indonesia (UI) sebuah skripsi karya

Gatot Triandanto. Penulis merencanakan untuk mengunjungi perpustakaan UI

bersama rekan penulis Rizki Akhirudin. Selain menemukan Skripsi Gatot, penulis

juga menemukan buku yang relevan dengan topik, yaitu Mendung di atas Istana

Merdeka.

Setelah melakukan perjalanan ke UI bulan September, penulis langsung

merevisi proposal yang telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk tampil

pada Mata Kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah. Proposal yang penulis ajukan

mendapat apresiasi dari Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum yang hadir untuk

memberikan masukan terhadap proposal yang dipresentasikan. Masukan dari dosen

tersebut untuk mengubah judul yang tadinya Sepak Terjang Partai Komunis Indonesia

1948-1955 menjadi Gerakan Partai Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam

Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia (1948-1955). Setelah itu beliau

menyarankan untuk berkonsultasi dengan Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si

(26)

dengan Bapak Ayi. Pada bulan Desember penulis disetujui untuk mengajukan judul

tersebut untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada tanggal 11 Januari 2013, penulis melaksanakan seminar proposal skripsi.

Dalam seminar proposal tersebut penulis mendapatkan banyak masukan dari para

dosen yang hadir. Berdasarkan masukan dari Bapak Drs. Andi Suwirta, M.Hum

selaku calon pembimbing I, judul proposal yang sebelumnya “Gerakan Partai

Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia

(1948-1955)”, agar diganti menjadi menjadi “Gerakan Partai Komunis Indonesia :

Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia (1920-1965)”. Selain

perbaikan judul, masukan lain yang diterima oleh penulis dari calon pembimbing I

adalah agar membaca referensi bahasa asing sehingga penulis lebih kaya untuk

menuliskan karya ilmiahnya dan supaya lebih memudahkan penulis dalam proses

penyusunan skripsi.

Setelah disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan melalui Surat

Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung No.

001/TPPS/JPS/PEM/2013. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula

pembimbing I, yaitu Bapak Drs. Andi Suwirta, M.Hum dan Drs. H. Ayi Budi Santosa,

M.Si sebagai pembimbing II. Adapun rancangan penelitian yang diajukan meliputi

(1) Judul penelitian, (2) Latar belakang masalah, (3) Rumusan masalah, (4) Tujuan

Penelitian, (5) Manfaat penelitian, (6) Kajian pustaka (7) Metode penelitian, dan (8)

Struktur Organisasi Skripsi.

(27)

Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh peneliti

dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Proses bimbingan ini sangat

diperlukan oleh penulis untuk membantu penulis dalam menentukan kegiatan

penelitian, fokus penelitian serta proses penelitian skripsi ini. Proses bimbingan ini

membuka jalan penulis untuk berdiskusi dengan Bapak Drs. Andi Suwirta, M.Hum

selaku pembimbing I dan Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku pembimbing II

mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan.

Proses bimbingan dilakukan bab demi bab secara intensif sehingga penulis dan

dosen pembimbing dapat berkomunikasi dengan baik. Kegiatan bimbingan ini

dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian

dibuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dengan pembimbing. Kegiatan

pertama bimbingan dilakukan pada tanggal 7 Februari 2013 sebulan setelah Seminar

Proposal Skripsi penulis. Proses bimbingan ini sangat berperan dalam penyusunan

skripsi ini. Dari pembimbing tersebut, penulis banyak memperoleh pengetahuan

mengenai kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan berikutnya setelah penulis

merancang dan mempersiapkan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, penulis

melakukan empat tahap penelitian, sebagai berikut.

3.3.1 Heuristik

Berkaitan dengan penelitian ini, proses heuristik yang dilakukan penulis sudah

dimulai sekitar bulan September 2012. Pada tahap ini, penulis mencari dan

mengumpulkan sumber tertulis yang berhubungan dengan strategi PKI untuk merebut

kekuasaanya di Indonesia, baik berupa buku-buku, jurnal ilmiah, maupun artikel

internet yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Dalam pencarian sumber-sumber tersebut, penulis mendatangi berbagai

(28)

adalah sebagai berikut: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung,

Perpustakaan HIMAS dan Perpustakaan Universitas Indonesia di Depok. Sedangkan

toko buku yang didatangi adalah toko buku Palasari, Gramedia, dan Toga Mas serta

pedagang buku bekas di jalan Dewi Sartika. Selain di tempat-tempat tersebut, penulis

juga melakukan pencarian sumber melalui browsing di internet sebagai tambahan

pengetahuan serta wawasan penulis mengenai penelitian yang dikaji. Penjelasan

mengenai penemuan sumber-sumber tersebut penulis paparkan sebagai berikut:

1. Pada bulan September 2012, penulis mengunjungi Perpustakaan

Universitas Indonesia. Pada perpustakaan ini penulis menemukan

buku yang ditulis oleh Atmadji Sumarkidjo (2000).

2. Masih pada bulan September 2012, penulis juga mengunjungi

Perpustakaan HIMAS UPI. Di perpustakaan ini penulis menemukan

buku yang berhubungan dengan PKI yang disusun oleh tim dari

Pusjarah TNI (2009).

3. Pada bulan Januari 2013, penulis memperoleh buku karangan Antonie

C.A. Dake (2002) dan buku karangan tim Institut Studi Arus Informasi

(1995) di sebuah toko online Stanlie book di internet.

4. Pada bulan Februari 2013, penulis memperoleh buku karangan Arnold

C Brackman (1963) di sebuah toko online barang antik di internet.

5. Pada bulan Februari 2013, penulis menemukan ebook karangan Harry

J. Benda dan Ruth T. McVey (1960) , buku karangan Benedict R.

Anderson and Ruth T. McVey (1971) dan karangan Swift Ann (1989)

pada situs http://ebooks.library.cornell.edu.

6. Pada bulan Maret 2013 penulis memperoleh buku Subhan Sd (1996)

dari perpustakaan UGM (Universitas Gajah Mada).

7. Pada bulan Maret 2013 penulis memperoleh 2 PDF buku yang ada di

internet mengenai PKI yang di tulis oleh Soe Hok Gie (1999) dan

(29)

3.3.2 Kritik Sumber

Pada tahap ini penulis berupaya melakukan penilaian dan mengkritisi

sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, arsip, internet, maupun sumber-sumber tertulis

lainnya yang relevan. Sumber-sumber ini dipilih melalui kritik eksternal yaitu cara

pengujian aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan, dan menggunakan

kritik internal yaitu pengkajian yang dilakukan terhadap isi dari sumber sejarah

tersebut.

3.2.2.1. Kritik Eksternal

Dalam skripsi ini, langkah pertama yang dilakukan oleh penulis berkaitan

dengan kritik eksternal ini adalah melakukan kritik terhadap fisik buku itu sendiri.

Fisik yang dimaksud disini adalah dengan melihat tahun terbit buku, apakah

buku-buku tersebut diterbitkan bertepatan ataukah diluar rentang waktu dari peristiwa yang

sedang dikaji. Berdasarkan hasil kritik tersebut, ternyata buku-buku yang digunakan

oleh penulis ada yang tergolong kepada sumber primer maupun sumber sekunder.

Sumber primer contohnya adalah buku karya Arnold C Brackman (1963) dan buku

karya Kahin (1995) Sedangkan buku yang digolongkan kepada sumber sekunder

diantaranya adalah: buku karya M.C Ricklefs (2008), buku karangan Soe Hok Gie

(1999) dan (2005). buku karya Subhan Sd. Buku karya Antonie C.A. Dake (2002)

dan lain-lain. Sumber sekunder maupun primer tersebut sangat membantu penulis

dalam mengkaji berbagai permasalahan yang diajukan.

Langkah kedua yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal

ini adalah dengan melihat latar belakang penulis buku. Hal ini dilakukan dalam

(30)

Contoh kritik eksternal pertama yang berkaitan dengan tahapan ini adalah buku yang

ditulis oleh Arnold C Brackman (1963). Brackman merupakan seorang mantan

wartawan, yang bertugas di Indonesia pada masa revolusi sebagai Kepala Biro

Indonesia dari sebuah Kantor Berita Amerika United Press. Dia merupakan salah satu

penulis luar negeri yang menulis tentang komunisme di Indonesia bukunya yang di

sebutkan di atas merupakan salah satu karya terbaik beliau. Sehingga ketika proses

bimbingan pertama, pembimbing 1 merekomendasikan penulis untuk membaca buku

tersebut.

Kritik eksternal kedua penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Soe Hok

Gie (1999). Gie adalah seorang sejarawan lulusan Universitas Indonesia yang

menerbitkan 2 buku bertemakan komunisme di Indonesia. Buku pertama bercerita

tentang komunis pada awal kemunculannya di Indonesia, selanjutnya buku

orang-orang kiri di persimpangan jalan di tulis Gie untuk memfokuskan kajiannya pada PKI

ketika pemberontakan 1948.

Berdasarkan hasil kritik eksternal tersebut, penulis berasumsi bahwa

karya-karya yang ditulis oleh Brackman maupun Gie bisa dipergunakan sebagai sumber

untuk mempermudah penulis dalam menjawab berbagai permasalahan dalam skripsi

ini, karena kiprah mereka di bidang penulisan komunisme di Indonesia sudah tidak

bisa diragukan lagi.

3.2.2.2. Kritik Internal

Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber, dalam penelitian ini

penulis berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber yang telah

didapatkan pada proses heuristik. Contoh kritik yang dilakukan oleh penulis adalah

dengan melihat perbandingan dari buku-buku yang penulis gunakan sebagai sumber

dalam penulisan skripsi ini. Perbandingan isi sumber tersebut penulis lakukan

terhadap buku yang ditulis oleh Pusjarah TNI (2009) dengan buku yang ditulis oleh

Subhan Sd (1996). Dalam bukunya, Pusjarah TNI banyak menjelaskan mengenai

(31)

diperkuat oleh buku yang ditulis oleh Subhan Sd yang juga banyak menguraikan

mengenai gerakan PKI pada tahun 1950-1955 yang disertai oleh data dan fakta

mengenai hasil pemilu yang secara terperinci.

Kritik internal selanjutnya yaitu membandingkan isi buku karya Soe Hok Gie

(1999) dengan buku karya Arnold C Brackman (1963). Gie mengungkapkan bahwa

masuknya komunisme ke Indonesia tidak hanya tentang kesamaan nasib dan adanya

kelas ploletar dan kelas borjuis tetapi dititikberatkan pada nasib rakyat yang makin

terpuruk ketika stategi pintu terbuka di terapkan di Indonesia sehingga membuat para

kapitalis asing mengeruk kekayaan Indonesia dan tenaga rakyat di peras untuk

kapitalisme. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Brackman, strategi pintu terbuka

membuat SI dengan mudah disusupi oleh PKI. Hal ini karena watak dari SI yang anti

kolonialisme dan anti kapitalisme asing untuk nantinya menanampkan ajaran

marxisme yang sama - sama anti kapitalisme.

Dalam proses ini, penulis juga harus cermat dalam membandingkan isi kedua

buku tersebut. Penulis harus menilai apakah buku-buku tersebut banyak memuat

unsur subjektivitas penulisnya atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan untuk

meminimalisir tingkat subjektivitas dalam penelitian ini, sehingga interpretasi penulis

akan lebih objektif.

3.3.3 Interpretasi

Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul “Gerakan Partai

Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia

(1920-1965)”, interpretasi yang penulis lakukan adalah melakukan penafsiran

terhadap data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh dari hasil studi literatur.

Contoh lain dalam interpretasi yang dilakukan oleh penulis adalah mengenai

perubahan yang dilakukan oleh PKI dalam mengganti kaum ploletarnya dari buruh

menjadi kaum tani yang berdasarkan pada Lenin yang mengungkapkan bahwa di

negara agraris kaum ploletar dapat dianalogikan sebagai massa pokok adalah petani

(32)

Untuk mempertajam analisis terhadap permasalahan yang penulis kaji, maka

pada tahap ini digunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner yang

digunakan ialah ilmu sejarah sebagai disiplin ilmu utama dalam mengkaji

permasalahan dibantu oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi dan politik. Hal

ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang

dikaji dan mempermudah dalam proses menafsirkan.

Bantuan ilmu politik akan banyak berkaitan dengan partai politik, dan

rekrutmen politik. Partai politik menurut Ljiphart dikutip Supardan (2008 : 506).

Partai politik adalah suatu organisasi yang berusaha memenangkan jabatan politik

dalam suatu persaingan di daerah pemilihan dengan satu maupun lebih organisasi

serupa. Partai politik yang dimaksud dalam penelitian penulis adalah PKI.

Rekrutmen politik ini berkaitan dengan bagaimana para partisipan atau peserta

sampai terakomodasi dalam suatu keanggotaan institusi politik, dari mana asal

mereka, dengan jalan apa saja, gagasan-gagasan, keterampilan-keterampilan yang

disaratkan, dan hubungan apa yang mereka peroleh atau mereke korbankan. Dengan

kata lain rekrutmen politik adalah suatu proses pertahanan sistem yang dilembagakan,

yang sebagian besar dipelajari melalui sistem pemagangan (Supardan, 2008 : 505).

Dalam hal rekrutmen politik dalam skripsi yang penulis bahas berkaitan dengan

cara-cara PKI untuk mendapatkan banyak massa dan militan untuk melaksanakan

misi jangka panjang maupun jangka pendek. Rekrutmen politik PKI yang paling

berhasil dilakukan jaman kepemimpinan Aidit. Dalam waktu yang sebentar Aidit

dapat menemukan sebuah program rekrutmen kader yang effektif dan dalam jangka

pendek dibuktikan dengan masuknya PKI sebagai 4 besar pemenang pemilu 1955.

3.3.4 Historiografi

Tahap historiografi merupakan tahap akhir dari tahap penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya dari mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.

Historiografi ini akan penulis laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dengan

(33)

Kekuasaan Politik di Indonesia (1920-1965)”. Skripsi ini penulis susun dengan gaya

bahasa yang sederhana, ilmiah dan menggunakan penulisan yang sesuai dengan ejaan

yang disempurnakan. Sedangkan untuk teknik penulisan, penulis menggunakan

sistem Harvard seperti yang berlaku dan telah ditentukan dalam buku Pedoman

Penulisan Karya ilmiah UPI 2012.

Untuk mempermudah penulisan, maka disusun kerangka tulisan dan

pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam tulisan berdasarkan data-data yang telah

diperoleh. Sedangkan tahap akhir penulisan dilakukan setelah marteri atau bahan dan

kerangka tulisan selesai dibuat. Tulisan akhir dilakukan bab demi bab sesuai dengan

proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Masing-masing bagian atau bab

mengalami proses koreksi dan perbaikan berdasarkan bimbingan dari dosen

pembimbing skripsi.

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab.

Bab satu terdiri dari bab pendahuluan yang merupakan paparan dari penulis yang

berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, sistematika penelitian. Bab dua

terdiri dari tinjauan pustaka. Bab ini memaparkan mengenai tinjauan kepustakaan dan

kajian teoritis yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji. Tinjauan

pustaka memaparkan mengenai masuknya paham komunisme ke Indonesia.

Sedangkan teori yang dibahas adalah teori revolusi komunisme dan model-model

revolusi komusisme.

Bab tiga terdiri dari metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menguraikan

langkah-langkah dan prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis secara lengkap.

Bab empat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini penulis berusaha

untuk menggabungkan tiga bentuk teknik sekaligus yaitu deskripsi, narasi, dan

analisis. Bab lima membahas mengenai kesimpulan dari permasalahan-permasalahan

yang ada serta berisi tanggapan dan analisis yang berupa pendapat terhadap

(34)
(35)

145

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Gerakan

Partai Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik Di

Indonesia (1920-1966). Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas

permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya.

Terdapat empat hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas,

yaitu:

Pertama, strategi Semaun untuk merebut kekuasan politik adalah warisan

lanjutan yang telah dilakukan oleh Sneevliet sebelumnya. Semaun meneruskan

strategi Block within yang telah dilakukan oleh Sneevlieet yaitu infiltrasi PKI

kedalam SI untuk terjadinya percepatan ekspansi pengaruh partai komunis dalam

gerakan revolusi nasional. Adanya persamaan dalan tubuh PKI dan SI yang

sama-sama anti kolonialisme dan imprealisme merupakan salah satu alasan mengapa SI

didekati dan disusupi oleh PKI di samping banyaknya anggota SI saat itu yang

menjadi daya tarik untuk PKI meluaskan pengaruhnya di masyarakat Indonesia.

Mudahnya akses untuk masuk terhadap suatu organisasi dimanfaatkan betul oleh

PKI.

Perubahan mulai terjadi ketika SI dan PKI pecah oleh kebijakan disiplin partai.

Setelah disiplin partai diberlakukan organisasi PKI mengalami kemunduran, untuk

mengembalikan kejayaan PKI Semaun sebagai pemimpin PKI mencari alternatife

perjuangannya dengan pergi ke Moskow untuk mempelajari doktrin-doktrin

komunisme dari negara asalnya. Setelah tiba di Indonesia Semaun menerapkan

strategi yang berdasarkan kondisi Indonesia pada waktu itu. Indonesia telah

mengalami kelesuan dalam kegiatan buruh karena banyaknya buruh yang ditangkap

(36)

146

dengan berkunjung ke berbagai daerah di Jawa. Kunjungan Semaun ke daerah

berhasil membawa buruh menjadi kekuatan yang baru. Strategi lainnya adalah

melakukan propaganda-propaganda ke daerah-daerah hasilnya dapat terlihat

(37)

berkembangnya ajaran komunisme di desa-desa. Namun, karena adanya

ketimpangan-ketimpangan pemikiran antara propagandis dan orang-orang di daerah

maka terjadi kejadian-kejadian aksi sepihak, pemogokan semakin sering terjadi dan

tuntutan mendirikan Republik Soviet Indonesia menjadikan para pemimpin PKI

melakukan pemberontakan yabg terjadi tahun 1926 sampai 1927.

Pemberontakan tersebut mengalami kegagalan karena persiapan pemberontak

hanya seminggu sebelum hari pemberontakan. Persiapan yang terkesan terburu buru

dan kekuatan massa yang kurang cakap dan kurang besar menyebabkan kegagalan

pemberontakan ini. Pemimpin PKI banyak yang menanggung dampak dari

pemberontakan ini Alimin mengembara menjadi petugas komintern, Semaun dibuang

ke Asia Tengah, Musso diharuskan masuk sekolah partai di Moskow, Darsono harus

“bertobat” mengakui segala kesalahanya kepada pimpinan tertingginya Stalin.

Setelah pemberontakan 1926-1927 gagal maka kondisi PKI limbung karena

para pemimpin mereka ditangkap dan dihukum mati. Sebagai Induk dari semua partai

komunis Komintern mengirimkan utusan untuk mengecek keberadaan PKI pada

tahun 1935 dikirimlah Musso untuk mengecek keadaan PKI. Selama 6 bulan Musso

mengecek PKI Musso telah berhasil membentuk PKI 35 dan PKM (Partai Komunis

Moeda) yang dipersiapkan untuk lebih memperkuat PKI. Setelah lama berselang

Musso kembali lagi ke Indonesia sebagai utusan Komintern kedatangan Musso

membawa angin segar terhadap PKI karena pada waktu itu PKI dalam hal ini FDR

tengah berselisih dengan pemerintah.

Kedua, Strategi Musso ketika datang kembali ke Indonesia adalah

menggabungkan semua partai yang bersifat komunis dan sosialis dalam satu partai

yakni PKI, menentang politik luar negeri yang kompromistis untuk politik dalam

negeri agar diadakan pembenahan struktur dan aparatur pemerintahan dan

membentuk Front Nasional. Penggabungan partai berhaluan komunis dan sosialis

berhasil dilaksanakan dengan baik PKI muncul sebagai partai yang menjadi corong

masyarakat, kejadian-kejadian Re-Ra (reorganisasi dan rasionalisasi) yang

(38)

dikarenakan adanya blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda, serta kegelisahan

buruh dan para prajurit yang dirasionalisasi menjadi alat yang di gunakan PKI Musso

untuk dimanfatkan sebagai pendukung Revolusi.

Revolusi kembali gagal merupakan kegagalan pertama revolusi sosial yang

didambakan oleh PKI. Kegagalan ini berdasarkan beberapa faktor. Para pemimpin

PKI terlalu dini melakukan aksi, ketika mereka belum siap, proses penggabungan

partai-partai unsur dasar FDR (Front demokrasi rakyat) ke PKI yang monolitik baru

dimulai ketika pemberontakan itu pecah, sebagian besar anggota Partai Sosialis,

Partai Buruh, SOBSI, dan Pesindo menentang aksi revolusioner menentang

pemerintah, partai-partai FDR termasuk cabang PKI cabang di Bodjonegoro secara

terang-terangan mendukung Soekarno dan Hatta, pemimpin PKI secara terbuka

berani menentang Soekarno dan Hatta sebagai simbol kemerdekaan republik, dan

Kebanyakan tanah yang dijanjikan PKI merupakan tanah komunal yang pada

dasarnya tanah nyang dipakai untuk kepentingan umum bukan kepentingan tuan

tanah,

Reorganisasi mulai dilakukan setelah kegagalan kup 1948, Agresi militer

Belanda dua, pemerintah mengganggap komunis tidak lagi merupakan sebuah

tantangan politik yang serius setelah para pemimpinnya meninggal. Pemerintah

merasa dirinya dalam posisi yang lebih baik untuk mengendalikan PKI legal

dibanding PKI ilegal. Ada semangat Lincoln, setelah berakhirnya perang, maka saling

memaafkan antar saudara harus diutamakan untuk membangun kesatuan bangsa,

sebagian pemimpin juga percaya bahwa kaum komunis akan menyadari kesalahanya

dan memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu di masa yang kan datang, PNI

mengganggap PKI sebagai sekutu yang diperlukan untuk menetralisir modal asing

(Belanda) yang beroperasi di Indonesia, selanjutnya alasan Indonesia berkaitan denga

citra Indonesia di dunia luar untuk membuktikan Indonesia sudah dewasa dalam

pengambilan keputusan dan penghayatan demokrasi, apabila di Barat partai komunis

tidak dilarang kenapa di Indonesia dilarang, selain itu ada pendapat dari Dr. Buntaran

(39)

memihak salah satu blok dalam perang dingin Alimin tampil untuk mereorganisasi

PKI.

Strategi Alimin melihat PKI struktur kepartaiannya hancur setelah peristiwa

1948 adalah menghimpun kembali kekuatan komunis yang tercerai-berai, salah satu

caranya adalah menghidupkan kembali CC PKI selanjutnya Alimin membawa PKI

menggalang kekuatan jalan menjadika PKI menjadi partai kader yang menginginkan

kader-kader yang cakap yang biasa membangun partai dari keterpurukan. Partai juga

diarahkan menganut jalan tengah dengan menjalankan strategi kiri yang flexible.

Namun munculnya Aidit membuat Alimin tersingkir dan dipaksa untuk menyerahkan

kekuasaannya kepada Aidit.

Ketiga, Strategi Aidit terbagi dua bagian yaitu strategi yang dilakukan Aidit

dari 1951 sampai 1959 dan dari 1959 sampai 1965, untuk strategi pertama adalah

untuk memenangkan dukungan massa pada pemilu 1955. Aidit melakukan Strategi

Jalan tengah yaitu mengarahkan partai untuk menjadi partai besar dan mendapatkan

simpati dari masyarakat luas, tetapi sekaligus membangun struktur partai dengan kuat

agar posisi partai tidak mudah goyah dalam menjalankan strategi ini Aidit tetap

melakukan aksi-aksi pemogokan yang berakibat pada kejadian Revolusi Agustus

yang membuat Aidit menerapkan garis baru dengan cara yang lebih damai.

Garis-garis pedoman strategi yang baru: pembentukan front nasional, likuidasi Darul Islam,

dan perkembangan massa komunis.

Strategi Aidit ini dalam tahapannya adalah merekrut massa

sebanyak-banyaknya untuk dukungan pemilu. Petani didekati, buruh di perkuat, orang-orang

Tionghoa di perdayakan dan dilindungi, kaum abangan di susupi. Hasilnya dapat

ditebak PKI bisa memasuki 4 besar pemenang pemilu 1955. Malah untuk pemilihan

DPRD di daerah-daerah PKI menjadi partai dominan.

Keempat, Strategi Aidit mulai berubah ketika menghadapi gejolak politik

1960-1965, Aidit menyadari bahwa PKI menjadi partai yang diperhitungkan dan menjadi

satu-satunya partai yang memasuki segitiga kekuasaan pada masa itu karena

(40)

Indonesia. Pada periode ini Aidit masih menggunakan taktik Moskow PKI yaitu “transisi damai menuju komunisme”. Dasar strateginya adalah teori perubahan yang damai menuju komunisme. Dalam menjalankan garis Moskow, PKI akan

menginfiltrasi departemen-departemen pemerintahan yang utama dan melakukan

mobilisasi besar-besaran para anggotanya, didukung oleh ormas-ormas. Namun PKI

telah merumuskan strategi Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan (MKTBP)

yang menurut mereka akan mempercepat revolusi.

Metode Kombinasi Tiga bentuk perjuangan telah mengarahkan PKI menuju

strategi ofensif revolusioner dengan menyerang partai politik saingannya Partai

Murba dan PNI, menginfiltrasi ABRI, mengusulkan Angkatan Kelima, dan aksi-aksi

sepihak yang dilakukan PKI telah menabur benih-benih dendam yang nanti dituainya

setelah peristiwa Gerakan 30 September. Terjadi perubahan taktik Strategi yang

dilakukan oleh Aidit pada pertengahan tahun 1964 yaitu mengikuti Strategi Mao

berhaluan Peking yaitu revolusi Indonesia pada dasarnya bersifat agraris, dan bahwa

kekuatan utamanya haruslah merupakan suatu pemberontakan bersenjata dari kaum

tani, strateginya menghendaki dikepungnya kota-kota oleh desa-desa, dan

dihancurkannya semua aparat Negara yang lama.

Pemilihan strategi ini berdasarkan kondisi berikut ini. Pertama, PKI akan

menunggu lama, lebih kurang 10 tahun dari pemilu pertengahan tahun 1960an

sebelum partai berkuasa penuh. Kedua, faktor Grand Strategy blok komunis yang

mendesak untuk dilakukan, yaitu membawa segera kawasan Asia Tenggara memihak

blok Timur. Ketiga perjuangan komunis di Indocina diperkirakan akan memakan

waktu lama, sehingga mendahulukan Indonesia menjadi Negara komunis akan

menguntungkan strategi Blok Timur di kawasan Asia Tenggara maka dipersiapkanlah

kudeta tahun 1965.

Pemberontakan 1965 gagal karena berbagai faktor kesalahan dalam penentuan

jumlah pasukan yang terlibat operasi. Senjata yang dipergunakan juga tidak

dipersiapkan dengan baik, lolosanya jenderal A.H Nasution dalam penyergapan pada

(41)

dan rencana tahap dua pembentukan Dewan Revolusi yang akan membubarkan

Kabinet Dwikora dan menggantikannya dengan Kabinet Gotong Royong, dan

menurunkan jabatan presiden Soekarno apabila menolak membubarkan Kabinet

Dwikora tidak berjalan menjadi titik tolak kegagalan pemberontakan 1965.

5.2 Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberi rekomendasi pada pembelajaran

sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas karena materi

penelitian ini termasuk dalam materi pembelajaran di sekolah. Materi dari penelitian

ini sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) kelas XII

program IPS semester I yaitu dengan SK menganalisis perjuangan bangsa Indonesia

sejak Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru dan KD Menganalisis perjuangan bangsa

Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa

terutama dalam bentuk pergolakan dan pemberontakan (antara lain: PKI Madiun

1948, DI/TII, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S/PKI). Selain itu SKKD

kelas XI program IPS semester II yaitu SK Menganalisis perkembangan bangsa

Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang dan

KD Menganalisis hubungan antar perkembangan paham-paham baru dan

transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaa.

Selain itu, melalui penelitian ini penulis juga memberikan rekomendasi untuk

penelitian selanjutnya melalui kerangka berpikir penulis mengenai pembahasan yang

belum dipecahkan atau belum dibahas secara jelas dalam penelitian ini. pembahasan

tersebut ialah mengenai hasil dan pengaruh PKI di Jawa Barat. Jawa Barat ketika

pemilu 1957 PKI menduduki posisi kedua pada pemilihan DPRD Jawa Barat dan

pemilihan Dewan Kota Bandung pemenangnya PKI namun anehnya di Jawa Barat

tidak ada pembantaian besar-besaran seperti daerah lain sehingga penulis

merekomendasikan peneliti yang lain untuk mengkaji permasalahn PKI di Jawa

(42)

151

Daftar Pustaka

Abdurahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Aidit, D. N. (1959)”Hari Depan Gerakan Tani Indonesia” dalam Pilihan Tulisan, Djakarta: Jajasan Pembaruan.

Aidit, D. N. (1964.) Kaum Tani Mengganjang Setan-setan Desa (Laporan singkat tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani Djawa Barat),Djakarta: Jajasan Pembaruan.

Alfian. (1971). Hasil Pemilihan Umum 1955 Untuk Dewan Perwakilan Rakyat , Djakarta : Lembaga Ekonomi dan Kemasjarakatan Nasional.

Anderson dan McVey (1971) A preliminary analysis of the October 1, 1965, coup

in Indonesia [Online]. Tersedia :

http://ebooks.library.cornell.edu/cgi/t/text/text-idx?c=cmip;cc=cmip;view=toc;subview=short;idno=cmip052 [15 Juni 2013].

Anderson, B. (2006). Java in a Time of Revolution: Occupation And Resistance,

1944-1946. [Online]. Tersedia :

http://books.google.co.id/books?id=87totx4p3ZcC&pg=PA217&lpg=PA21 7&dq=Jusuf+was+also+attached+for+a+time&source=bl&ots=1ZpGPtS0p0 &sig=bmAwhhkDzZjlywiePU01K6K6Uec&hl=id&sa=X&ei=c6fiUdrXKci nrgf3qoGgDw&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=Jusuf%20was%20al so%20attached%20for%20a%20time&f=false [10 Juli 2012].

Anwar, R (2006). Soekarno Tentara, PKI. Segitiga kekuasaan sebelum prahara politik 1961-1965, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

(43)

152

Benda, H J dan McVey. (1960) , The Communist uprisings of 1926-1927 in

Indonesia [Online]. Tersedia :

(44)

idx?c=cmip;cc=cmip;view=toc;subview=short;idno=cmip025 [15 Juni 2013].

Brackman A C. (2000). Cornell Paper: Di Balik Kolapsnya PKI. Yogyakarta: elstReba.

Brackman, A C. (1963). Indonesian Communism: a history. New York, Frederick A. Praeger inc.

Cribb, R B. (1990). The Indonesian Killings Of 1965-1966: Studies From Java And Bali. Clayton: Centre of Southeast Asian Studies, Monash University. [Monash Papers on Southeast Asia No.21].

Dake, A. C. (2002). In The Spirit Of The Red Banteng Indonesian Communist

Referensi

Dokumen terkait

Prosentase tertinggi pelaksanaan tugas perawat primer adalah melaksanakan operan jaga, melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan, Memonitor

Kanker leher rahim atau lebih dikenal dengan nama kanker serviks, menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan pola asuh authoritative dan permisive akan menciptakan lebih banyak anak yang memiliki harga diri

AMPAS TAHU DALAM UPAYA PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI ALTERNATIF PANGAN DI DESA PASUNCEN KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI. PKM Pengabdian

Selain variabel responsiveness (daya tanggap), pada variabel tangible (bentuk fisik) rata-rata jawaban juga menunjukkan jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju

Total phenolicic content of the six seeded pummelo cultivars were 1.24 to 2.28 mg GAE ml -1 , Banyuwangi cultivar had the highest total phenolic content followed

abnormal, dan benih yang belum tumbuh), laju perkecambahan, indeks vigor, bobot segar kecambah, dan bobot kering kecambah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Program PKW, PKK, dan Magang dilakukan berbasis pada SKL dan menggunakan acuan kurikulum berbasis kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI). Selanjutnya, SKL digunakan