• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA."

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Hilman Rosyaidi

0611010042/FE/IESP

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Dia jukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memperoleh Gela r Sar ja na Ekonomi

J ur usan Ekonomi Pembangunan

Hilman Rosyaidi

0611010042/FE/IESP

Kepa da

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA

Yang dia jukan

Hilman Rosyaidi

0611010042/FE/IESP

telah disemina r ka n dan disetujui untuk menyusun skr ipsi

Pembimbing Uta ma

Dr s. Ec. Arif Bachtiar , Msi Tanggal : ………..

NIP : 1916101041993031001

Mengetahui

Ketua J ur usan Ekonomi Pembangunan

Dr a.EC.Wiwin Pr iana Pr imandhanna, MT NIP:196008101990031001

(4)

SKRIPSI

Yang dia jukan

Hilman Rosyaidi

0611010042/FE/IESP

Disetujui untuk Ujian Lisa n oleh

Pembimbing Uta ma

Dr s. Ec. Arif Bachtiar , Msi Tanggal : ………..

NIP : 1916101041993031001

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fa kulta s Ekonomi Univer sitas Pembanguna n Nasional “Vetera n”

J awa Timur

(5)

SKRIPSI

Disusun oleh :

Hilman Rosyaidi

0611010042/FE/IESP

Tela h diper ta ha nka n dihadapa n Dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Ekonomi Studi Pemba nguna n

Univer sitas Pembangunan Nasiona l “Veter an” J awa Timur Pada tangga l 17 J uni 2006

Tim Penguji

Pembimbing Uta ma Ketua

Dr s. Ec. H. Ilha m, MM Dr s. Ec. H. Usman Ali, MKes

Sekr etar is

Dr s. Ec. Arief Bachtiar , Msi

Anggota

Dr s.Ec. H. Ilham, MM

Mengetahui

Deka n Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembanguna n Nasional “Vetera n” J awa Timur

(6)

SKRIPSI

Disusun oleh :

Ratna Puspita Dewi

0211010219/FE/IESP

Tela h diper ta ha nka n dihadapa n Dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Ekonomi Studi Pemba nguna n

Univer sitas Pembangunan Nasiona l “Veter an” J awa Timur Pada tangga l 17 J uni 2006

Tim Penguji

Pembimbing Uta ma Ketua

Dr s. Ec. Wiwin Pr iana , MT Dr s. Ec. Soer jadi, MS

Sekr etar is

Dr s. Ec. Samsul Huda, MT

Anggota

Dr s. Ec. Wiwin Pr iana, MT

Mengetahui

Deka n Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembanguna n Nasional “Vetera n” J awa Timur

(7)

Puji syukur Peneliti panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan Rahmat-Nya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI JAWA TIMUR”, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ir. Hamidah Hendr a Rini, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi, serta saran hingga terwujudnya skripsi ini. Untuk itu pula dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Drs. EC. Marseto, Msi selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

(8)

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Ekspor ... 11

2.2.1.1. ... 12

2.2.1.2. ... 13

2.2.1.3. Manfaat or ... 14

2.2.1.4. Faktor yang Meningkatkan ... 15

2.2.2. r ... 16

2.2.3. ... 17

2.2.4. ... 20

2.2.5. Hubungan Ekspor – Impor ... 23

2.2.6. Chenery – Stront Two qap Model ... 25

2.2.7. Pertumbuhan Ekonomi ... 26

2.2.7.1. Pengertian dan Ciri-ciri Pertumbuhan Ekonomi 26 2.2.7.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ... 27

2.2.8. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 33

2.2.9. Pengertian Perdagangan Internasional ... 35

2.2.9.1. Tujuan Perdagangan Internasional ... 37

(9)

2.2.13.1.Macam-macam Kurs Valuta Asing ... 48

2.2.14.Devisa ... 50

2.2.15.Investasi ... 50

2.2.16.Barang dan Jasa ... 51

2.3. Kerangka Pikir ... 52

2.4. Hipotesis ... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 56

3.1.1.Ekspor Non Migas ... 56

3.1.2.Impor Non Migas ... 56

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 57

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 57

(10)

Gambar 1 Fungsi Ekspor ... 22

Gambar 2 Fungsi Impor ... 23

Gambar 3 Kurva Permintaan dan Penawaran... 42

Gambar 4 Kurva IS – LM ... 45

(11)

Oleh :

Hilman Rosyaidi

ABSTRAKSI

Sebagian negara berkembang indonesia dalam pengembanagn nasional memerlukan investasi dalama jumlah besar. Dalam megnetasi pemerintah memasukkan modal dari luar negeri disebut pinjaman luar negeri

Penelitian ini bertujuan untuk megnanalisa pegnaruh tingkat investasi (X1) Tabungan (X2), Pengeluaran Pemerintah (X3), Penerimaan Pemerintah (X4), Ekspor (X5), dan Impor (X6) data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder yang diambil selama kurun waktu 20 tahun periode waktu triwulan sejak awal tahun 1990 sampai dengan awal 2010. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur cabang Surabaya dan Bank Indonesia. Untuk analisis data menggunakan alat bantu Statistic Program For Social Science (SPSS). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dan uji-F statistik.

Berdasarkan hasil analisis pengujian secara Simultan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat Investasi (X1), Tabungan (X2), Pengeluaran Pemerintah (X3), Penerimaan Pemerintah (X4), Ekspor (X5), dan Impor (X6) terhadap Tabungan Masyarakat pada Bank Umum (Y). Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh nilai Fhitung = 147,804 > Ftabel = 3,59. Sedangkan secara Parsial variable tingkat inflasi (X1), tidak berpengaruh secara nyata terhadap Tabungan Masyarakat (Y) dengan menggunakan uji t dimana t hitung = 1,266 < t tabel = 2,201. Produk Domestik Regional Bruto (X2), tidak berpengaruh secara nyata terhadap Tabungan Masyarakat (Y) dengan menggunakan uji t dimana t hitung = 1, 921 < t tabel = 2,201, sedangkan variabel Jumlah Uang Beredar (X3) berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap Tabungan Masyarakat (Y) dimana t hitung = 7,284 > t tabel = 2,201.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai negara berkembang Indonesia banyak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembangunannya. Salah satunya adalah terbatasnya sumber dana yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan. Dalam mengatasi keterbatasan dana tersebut, pemerintah Indonesia memasukkan modal dari luar negeri yang disebut pinjaman luar negeri.

Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatur pinjaman luar negeri melalui Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia (TAP MPR-RI) No : IV / MPR / 1998 yang berbunyi sebagai berikut : “Pembangunan nasional

(13)

yang merupakan pelengkap semakin berkurang. Sehingga pada akhirnya mampu membiayai sendiri seluruh pembangunan“ (Anonim, 1994 : 358).

Dewasa ini wacana mengenai hutang luar negeri bukan lagi merupakan suatu hal yang tabu seperti dulu. Apalagi posisi hutang luar negeri Indonesia saat ini menempati urutan nomer empat terbesar di dunia setelah Meksiko, India, dan Brazil. Meski hampir setiap orang menyadari bahwa konsekuensi dari hutang adalah mengembalikannya, namun tidak banyak yang bisa berbuat atas ketergantungan mereka terhadap pemberi hutang. Semakin besar penerimaan hutang, semakin besar pula resiko adanya investasi masalah di luar persoalan transaksi hutang-piutang itu sendiri. Ini berarti bahwa mau tidak mau negara peminjam harus menerima kebijakan-kebijakan yang ditetapkan secara sepihak oleh negara pemberi pinjaman (negara pendonor). Dan tentunya mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup suatu negara, bila negara-negara tersebut menginginkan kebijakan yang sudah ditentukan oleh negara pendonor. Misalnya, terjadi resesi ekonomi yang berkepanjangan pada suatu negara, menurunnya nilai ekspor, dan nilai tukar mata uang yang terus merosot. (Prasetyanti, 1999 : 166).

(14)

sosial yang diwarnai dengan kekerasan. Rezim militer Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun tumbang, gelombang revormasi dan hukum mulai dijalankan. Tetapi dalam hal ini landasan perekonomian sudah terlanjur babak belur karena memang tidak mempunyai infrastruktur-infrastruktur perekonomian yang kuat. Prakarsa Bank Dunia, IMF, dan lembaga-lembaga internasional lainnya memberikan dana bantuan dan pinjaman baru dalam jumlah besar. Kemudian justru semakin membuka “borok-borok” sistem perekonomian Indonesia yang selama ini “tidak masalah dengan hutang luar negeri” serta merta berubah. Mulai muncul analisis-analisis terbuka dan berani memperlihatkan data secara gamblang, tentang berbagai penyakit mengenai hutang luar negeri separah yang pernah dialami oleh semua negara penghutang berat dan bermasalah di dunia. (Topatimasang, 1999 : 6)

(15)

lebih kecil dibandingkan dengan 10 tahun lalu, yakni US $ 49,3 Milliar pada tahun 2000 nanti, itupun masih dengan asumsi jika keadaan perekonomian dapat dipulihkan. (Topatimasang, 1999 : 6).

Menurut (J amli, 1996 : 209) sistem ini dalam jangka pendek dapat menunjang stabilitas nilai tukar. Namun demikian, karena tingginya laju inflasi di Indonesia dengan negara-negara mitra dagang. Sistem tersebut telah menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami overload, maka hal ini akan berdampak negatif terhadap daya saing komoditi Indonesia di pasar internasional yang nantinya dapat menjurus pada defisit neraca pembayaran Indonesia. Ini berarti menurunnya cadangan nasional baik di Bank Sentral maupun di Bank Devisa. Jika defisit dibiarkan berlarut-larut, maka akan mengakibatkan semakin berkurangnya cadangan nasional serta mempersulit negara dalam hubungan keuangan dengan perekonomian dunia.

(16)

Krisis hutang luar negeri di negara berkembang pada tahun 1980-an

sangat mempengaruhi kondisi ekonomi dan politik dunia (Rudolf H. Straham, 1999 : 89).

Sejarah telah menunjukkan, tujuh tahun setelah meledaknya krisis hutang di seluruh dunia, tatanan di banyak negara berkembang semakin nampak merosot. Dalam kerusuhan yang diikuti dengan diumumkannya program penghematan nasional yang didukung oleh Dana Moneter Indonesia (IMF). Maka setelah Meksiko, Brazil, dan negara penghutang lainnya pertama kali mengumumkan ketidakmampuannya membayar kembali semua hutang-hutang yang semakin besar.

Keseluruhan jumlah hutang negara dunia bagian ketiga sudah melonjak dari US $ 831 Milliar menjadi sekitar US $ 1.300 Milliar (J ohn Cavaragh dan Robin Broad, 99 : 235).

(17)

hutang baru. Semenjak tahun 1987 total cicilan (pokok dan bunga) hutang luar negeri kita sudah jauh lebih besar dari pinjaman baru yang dapat kita terima. Artinya, kita meminta untuk membayar kembali kewajiban-kewajiban atas hutang yang telah ada sebelumnya. Ini jelas merupakan beban yang semakin berat bagi perekonomian nasional, khususnya pada APBN dan neraca pembayaran.

Pembayaran cicilan beserta bunga dari akumulasi hutang luar negeri pemerintah yang dibayar melalui APBN telah menyebabkan anggaran negara menjadi sarat dengan beban pembayaran hutang. Sementara pengeluaran untuk pembangunan menjadi relatif terabaikan. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat pada masa yang akan datang. Rakyat harus merelakan sebagian besar pajak yang dibayarnya untuk negara kreditur. Padahal rakyat berhak untuk menikmati pertumbuhan ekonomi dari pajak yang telah dibayarnya.

Pada dasarnya dana yang berasal dari hutang luar negeri dimaksudkan untuk membantu akibat keterbatasan akumulasi modal dalam negeri, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Di Indonesia hutang luar negeri digunakan untuk mengatasi defisit pada anggaran pemerintah (APBN) dan untuk pengendalian defisit pada neraca pembayaran yang biasa dikenal dengan model tiga kesenjangan (Three Gaps Model) (T. Alun, 1992:213).

(18)

di masa lalu karena adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara penghutang. Ada kalanya persyaratan tersebut tidak mampu dipenuhi, dan negara yang menghadapi masalah semacam itu tidak mempunyai kesanggupan untuk membayar kembali hutang mereka. Kesulitan yang paling banyak dihadapi negara berkembang adalah menciptakan tabungan dalam mata uang asing untuk mencicil pembayaran kembali pinjaman.

Sebagai akibat dari pencairan hutang luar negeri yang jumlahnya pada umumnya selalu lebih besar dari pembayaran cicilan atau angsuran pokok pinjaman, maka total hutang luar negeri Indonesia cenderung meningkat terus.

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah hutang luar negeri pemerintah Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 1992 sebesar 48.768 Juta US $ hingga tahun 1995 sebesar 59.589 Juta US $. Meskipun pada tahun 1997 mengalami penurunan jumlah hutang menjadi sebesar 53.865 Juta US $ tetapi pada tahun 1998 kembali mengalami peningkatan sebesar 67.316 Juta US $ hingga tahun 2000 sebesar 74.690 Juta US $. Penurunan jumlah hutang pemerintah Indonesia kembali mengalami penurunan pada tahun 2008 sebesar 69.403 Juta US $ namun kembali lagi mengalami peningkatan pada tahun 2002 sebesar 74.071 Juta US $ hingga tahun 2010 sebesar 82.269 Juta US $.

(19)

jangka pendek untuk membiayai proyek jangka panjang, (iii) Resiko fluktuasi nilai tukar tidak diamankan, dan (iv) Dana yang diperoleh Bank lebih banyak disalurkan untuk kelompok usahanya sendiri, sehingga penyaluran kredit yang dananya berasal dari luar negeri tidak lagi mengindahkan azas kehati-hatian dan kelayakan usaha.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya yang berisikan pokok pikiran, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor ekonomi apakah yang mempengaruhi hutang luar negeri

Indonesia.

2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap hutang luar negeri Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan oleh peneliti maka tujuan yang dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi hutang luar negeri.

2. Untuk mengetahui faktor manakah yang mempunyai pengaruh besar terhadap hutang luar negeri.

(20)

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pertimbangan selanjutnya bagi peneliti yang berhubungan dengan hutang luar negeri.

2. Bagi Kampus UPN “Veteran” Jawa Timur

a. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi praktisi maupun akademisi yang ingin mengetahui tentang hutang luar negeri di Indonesia.

b. Diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama.

3. Bagi Masyarakat dan Pemerintah

(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

a. Puspitasari (2000 : 75), UPN “Veteran” Jawa Timur :

Judul penelitian mengeai “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia” melalui analisa uji regresi linier berganda, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji f untuk uji regresi secara simultan cadangan devisa (X1), pengeluaran pemerintah (X2), dan tabungan masyarakat (X3) terhadap hutang luar negeri pemerintah Indonesia (Y).

Dengan nilai f hitung = 12,332

>

f tabel = 5,41 menggunakan Level

of Signifikan sebesar

α

= 0,05. Sedangkan dari pengujian secara parsial menggunakan uji t dengan

α

= 0,05 dapat diketahui bahwa variabel bebas cadangan devisa (X1) berpengaruh negatif terhadap

variabel terikat dengan t hitung = –2,667

<

t tabel = –2,015 untuk

variabel bebas pengeluaran pemerintah (X2) diperoleh t hitung = –

2,886

<

t tabel = –2,015 yang berarti bahwa pengeluaran
(22)

>

t tabel = 2,015 yang berarti bahwa tabungan masyarakat

berpengaruh posotif terhadap hutang luar negeri.

Variabel tabungan masyarakat mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap variabel terikat, yaitu sebesar 66,3 % . Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah 62,6 % dan cadangan devisa 56 %.

b. Sudyarwati (2000 : ix), UPN “Veteran” Jawa Timur :

Judul penelitian mengenai “Tinjauan Terhadap Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Debt Service Ratio di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan model linier berganda, menyatakan bahwa kurs valuta asing (Rupaih dan US $), kinerja sektor industri, sektor pertanian, suku bunga kredit ekspor secara bersama-sama berpengaruh terhadap Debt Service Ratio (DSR) karena f hitung =

2,417 untuk suku bungan kredit ekspor

>

t tabel = 2,228 yang

berarti secara parsial keempat variabel bebas tersebut mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap DSR. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap DSR yaitu kinerja sector pertanian yang terlihat dari nilai t hitung yang besar.

c. Aryanto (1996 : 91), UPN ‘Veteran” Jawa Timur :

(23)

(X3) secara simultan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hutang luar negeri (Y). Secara parsial variabel bebas yaitu kesenjangan investasi-tabungan (X1) dan target pertumbuhan ekonomi (X3) mempunyai pengaruh positif dan sebaliknya untuk kesenjangan ekspor-impor (X2) menunjukkan pengaruh negatif terhadap variabel terikat pinjaman luar negeri.

d. Arbani (1995 : 88), UPN “Veteran” Jawa Timur :

Judul penelitian mengenai “Pengaruh Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Berkesimpulan bahwa secara bersama-sama pinjaman luar negeri (X1), tabungan pemerintah (X2), penanaman modal asing (X3), dan penanaman modal dalam negeri (X4) memperlihatkan pengaruh

yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi (Y). Secara individu pinjaman luar negeri (X1), tabungan pemerintah (X2), penanaman modal asing (X3), dan penanaman modal dalam negeri (X4) mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Adanya kecenderungan penggunaan pinjaman luar negeri pemerintah yang meningkat disertai syarat-syarat pinjaman yang menyebabkan semakin beratnya beban hutang yang harus ditanggung.

(24)

Menunjukkan secara simultan pinjaman luar negeri (X1) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi (Y), serta PMA (X2) dan PMDN (X3) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Y).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Hutang Luar Negeri

Pengembangan ekonomi suatu negara tidak hanya dilakukan dengan tekad yang membaja dari seluruh rakyatnya untuk membangun suatu negara, tetapi lebih dari itu harus didukung oleh ketersediaan sumber daya ekonomi yang baik seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal yang produktif. Dengan kata lain tanpa adanya daya dukung yang cukup kuat dari sumber daya ekonomi yang produktif, maka

pembangunan ekonomi tidak dapat dilaksanakan dengan baik (Anonim, 2000 : 84).

Adanya tingkat kemakmuran yang relatif rendah di negara berkembang menimbulkan implikasi penting terhadap kemampuan negara melakukan penanaman modal. Akibat dari kemampuan masyarakat yang rendah antaranya : (i) tingkat tabungan yang dapat diwujudkan masyarakat relatif terbatas; dan (ii) kemampuan warga untuk membayar pajak juga terbatas.

(25)

menimbulkan masalah besar bagi negara berkembang. Di satu pihak, usaha untuk mempercepat pembangunan ekonomi memerlukan modal besar. Di lain pihak, kemampuan menyediakan modal sangat terbatas. Oleh sebab itu, negara berkembang perlu melakukan berbagai usaha untuk memperoleh lebih banyak dana untuk pembangunan.

Dalam teori Neo-Klasik menunjukkan bahwa modal bukan merupakan faktor utama dalam menciptakan pembangunan ekonomi di negara maju. Berbagai halangan telah menyadari bahwa beberapa faktor lain seperti tersedianya tenaga ahli dalam berbagai bidang, entrepreneur yang cukup, sistem pemerintahan yang efisien, kesanggupan untuk menciptakan dan menggunakan teknologi yang lebih modern dan sikap masyarakat, memegang peranan yang penting dalam menciptakan pembangunan ekonomi. Namun demikian, para ahli ekonomi tetap yakin bahwa dana modal mempunyai kedudukan istimewa dalam pembangunan. Hal tersebut didasarkan pada kesanggupan modal untuk menciptakan faktor-faktor lain yang penting dalam pembangunan, antara lain administrasi pemerintahan yang efisien, modernisasi sektor industri, pengembangan sektor pertanian yang memerlukan tenaga administratif, berbagai jenis tenaga ahli, entrepreneur, dan pengembangan maupun perbaikan berbagai jenis prasarana.

(26)

negeri berasal dari tiga sumber : (i) tabungan sukarela masyarakat; (ii) tabungan pemerintah; dan (iii) tabungan paksa.

Tetapi hampir semua negara berkembang modal-modal tersebut kurang cukup untuk membiayai program pembangunan dan memcapai tingkat pertumbuhan tertentu. Kekurangan tersebut dapat dipenuhi dari modal luar negeri. Apabila belum dapat memenuhi, maka diatasi dengan memperlambat laju pembangunan atau melaksanakan program anggaran belanja negara secara defisit yaitu pengeluaran negara lebih besar

daripada penerimaan. Namun cara ini enggan dilakukan karena defisit dalam anggaran belanja negara akan menimbulkan inflasi dan akan berdampak negatif pada pembangunan ekonomi.

Dalam menanggulangi tingkat kemiskinan di negara-negara berkembang untuk mencapai tingkat pembangunan yang pesat, terdapat dua segi yaitu dari segi penawaran modal dan segi permintaan modal.

Dari segi penawaran modal, lingkungan perangkap kemiskinan dapat dinyatakan sebagai tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, yang diakibatkan oleh tingkat produktifitas yang rendah dan menyebabkan kemampuan masyarakat untuk menabung juga rendah. Oleh karena tingkat pembentukan modal yang rendah, maka suatu negara tersebut akan mengalami kekurangan modal.

(27)

keterbatasan luas pasar untuk berbagai jenis barang, dan hal ini menyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat. Adanya pendapatan masyarakat yang rendah disebabkan oleh rendahnya produktifitas sebagai akibat dari pembentukan modal yang terbatas yang berawal dari kurangnya rangsangan untuk menanam modal.

Untuk mendukung proses produksi barang-barang modal yang tidak dikonsumsi secara langsung, tapi digunakan untuk proses produksi selanjutnya guna menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian perlu tersedia modal atau dana pembiayaan nasional yang berasal dari :

1. Sumber modal dalam negeri, diantaranya adalah beberapa tabungan yang diciptakan dan dihimpun dengan cara menghemat atau menekan konsumsi barang sekarang, baik dari sektor swasta dan masyarakat.

2. Sumber modal luar negeri, adalah berupa pinjaman dari penduduk atau lembaga-lembaga dari negara lain dalam bentuk hibah (grant), bantuan (pinjaman) luar negeri dan penanaman modal asing. Modal luar negeri dibedakan menjadi tiga, yaitu : (i) bantuan luar negeri; (ii) pinjaman luar negeri yang bersumber dari pemerintah negara asing atau pihak asing; dan (iii) penanaman modal asing yang berasal dari pihak swasta.

(28)

yang dapat mempercepat proses modernisasi serta meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan. Adapun masalah yang timbul dari modal asing yaitu masalah pembayaran kembali pinjaman (debt-servicing problem).

Dana luar negeri memberikan dua sumbangan penting bagi usaha pembangunan : (i) aliran modal yang berlaku bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan; dan (ii) dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku dalam pasar internasional. Yang tergolong sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian (great) dan pinjaman luar negeri (loan). Aliran modal luar negeri lainnya, yaitu pinjaman dari perusahaan-perusahaan swasta dan badan-badan kauangan swasta, tetapi penanaman modal asing tidaklah memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai bantuan luar negeri. Ini disebabkan karena syarat-syarat pinjaman swasta dan penanaman modal asing di negara berkembang adalah sama dengan yang berlaku di pasar internasional. Pada umumnya pihak swasta asing mau menanamkan modal di negara berkembang bukan atas keinginan memberi bantuan, tetapi untuk memperoleh keuntungan.

Pinjaman dan Penanaman Modal Asing

(29)
(30)

Walaupun bantuan luar negeri yang diterima pemerintah, modal luar negeri yang digunakan untuk mengisi kekurangan modal di sektor swasta tidak boleh digolongkan sebagai bantuan luar negeri. Ini disebabkan karena syarat-syarat pinjaman swasta dan penanaman modal asing di negara berkembang adalah sama dengan yang berlaku di pasar internasional. Pada umumnya pihak swasta asing mau menanamkan modal di negara berkembang bukan atas keinginan memberi bantuan, tetapi untuk memperoleh keuntungan. Oleh karenanya aliran modal tersebut walaupun membantu mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing, tidak dapat dipandang sebagai bantuan luar negeri.

Aliran modal asing dinamakan sebagai bantuan luar negeri apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan.

2. Dana tersebut dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan

dari pada yang berlaku di dalam pasar internasional (Sukirno, 1985 : 371).

Dalam penanaman modal asing terdapat kebaikan dan kelemahan di dalam proses penggunaannya, yaitu :

a. Kebaikan penanaman modal asing

(31)

masih belum cukup untuk mengatasi masalah jurang ganda (jurang tabungan dan jurang mata uang asing) yang dihadapi.

Seperti bantuan luar negeri, penanaman modal asing dan khususnya langsung dapat membantu negara berkembang mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing. Ditinjau dari sudut ini, penanaman modal asing akan mempertinggi tingkat penanaman modal yang akan mempercepat tingkat pembangunan ekonomi. Disamping itu penanaman modal langsung juga membawa tenaga manajemen, entrepreneur, keahlian teknik, dan pengetahuan mengenai pasar dan pemasaran dari barang-barang yang dihasilkan.

(32)

penghasilan pendapatan yang berupa pajak dan royalty dari perusahaan asing untuk memperoleh konsesi pengusahaan kekayaan alam yang dimiliki negara. Keuntungan bagi perusahaan nasional adalah lebih mudah memperoleh bahan baku dan dapat menjual hasil usahanya kepada perusahaan asing dengan menggunakan teknologi yang lebih baik.

b. Kelemahan penanaman modal asing

Dalam jangka panjang penanaman modal asing dapat memperburuk masalah kekurangan mata uang asing, apabila: (i) hasil-hasil mereka tidak diekspor atau tidak menggantikan barang-barang impor; (ii) mereka mengimpor bahan mentah dari luar negeri dan mengirimkan keuntungan yang diperoleh perusahaan induk ke luar negeri. Adanya keunggulan pengetahuan teknologi, keahlian masyarakat dan pemasaran yang dimiliki perusahaan asing akan menghambat perkembangan serta melemahkan persaingan dari perusahaan-perusahaan nasional. Apabila akibat yang ditimbulkan dapat mematikan perusahaan nasional yang ada, maka akan berakibat cukup serius karena menimbulkan pengangguran dan menghapuskan mata pencaharian sekelompok masyarakat.

(33)

Digunakan oleh Amerika Serikat untuk mengucurkan dana bantuan dalam merekonstruksi kembali perekonomian Eropa Barat setelah hancur akibat Perang Dunia II dan program ini dikenal dengan Marshall Plan.

2. Motivasi Ekonomi

Landasan ini digunakan dalam memberikan bantuan, setidak-tidaknya pencerminan dari empat argumen penting di bawah ini : a. Foreign Exchange Contraints, dimana negara-negara

penerima bantuan khususnya negara berkembang mengalami kekurangan dalam mengakumulasi tabungan domestik yang dimiliki. Sehingga tingkat tabungan yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan akan tingkat investasi yang dibutuhkan dalam proses memicu pertumbuhan ekonomi.

b. Growth and Saving,, yaitu untuk memfasilitasi dan mengakselerasi proses pembangunan dengan cara meningkatkan pertambahan tabungan domestik sebagai akibat dari tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.

(34)

d. Absorptive Capacity, yakni dalam bentuk apa dana bantuan tersebut akan digunakan oleh negara penerima bantuan (Zainalbasri, 2000 : 281-282).

Perusahaan swasta adalah merupakan bentuk-bentuk usaha yang diadakan pihak swasta , pimpinan, upah, bidang usaha, dan tata tertib dalam perusahaan tersebut ada dan ditentukan oleh pihak swasta. pihak swasta dapat bergerak bebas berusaha dalam arti disamping untuk mencapai tujuan-tujuan usahanya harus ikut pula memberikan kesejahteraan pada masyarakat banyak dan inipun harus diartikan bahwa segala barang yang dihasilkan harus membantu usaha-usaha pemerintah dalam mencapai masyarakat adil makmur yang menjadi tujuan negra Indonesia.

Pada umumnya kebijakan melakukan hutang luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah, tetapi saat ini permohonan aliran dana dari luar negeri tersebut juga dapat dilakukan oleh pihak swasta. Bahkan pada kenyataannya hutang pihak swasta lebih besar daripada hutang yang dilakukan oleh pihak pemerintah.

(35)

dampak yang terjadi karena membengkaknya hutang swasta, salah satunya adalah merosotnya nilai tukar rupiah.

Melemahnya nilai tukar rupiah yang berkepanjangan mengakibatkan beban pembayaran hutang luar negeri meningkat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagian hutang luar negeri swasta tidak dilindungi nilai, penggunaan hutang jangka pendek untuk pembiayaan usaha jangka panjang, serta hutang luar negeri yang dipergunakan untuk pembiayaan usaha yang berorientasi domestik. Di samping itu, melemahnya nilai tukar juga menurunkan kepercayaan kreditur terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali hutang-hutangnya.

Kepada Pihak swasta yang 'kebetulan' mempunyai Hutang Luar negeri yang dilakukan secara langsung tanpa sepengetahuan Pemerintah , dihimbau agar dapat bekerja sama dengan TPULNS secara terbuka dengan memberitahukan perusahaan mana saja dalam Groupnya yang mempunyai hutang luar negeri, berapa total hutang, serta berapa dan kapan jatuh tempo hutang luar negeri trsebut. Dengan demikian , keinginan IMF dan Bank dunia untuk menyelesaikan hutang swasta ini dapat segera direalisir, dan akan segera diikuti dengan pulihnya krisis moneter dan Ekonomi.

(36)

badan-badan internasional yang berada di luar negeri dan mempunyai kewajiban untuk mengembalikannya dalam jangka waktu dan persyaratan tertentu.

2.2.1.2.Definisi Bantuan Luar Neger i

Terdapat beberapa definisi mengenai pinjaman luar negeri menurut beberapa ahli ekonomi, antara lain :

1. Pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang berasal dari pemerintah atau badan-badan internasional, dan pinjaman tersebut merupakan bantuan penuh karena negara penerima mempunyai kewajiban

untuk membayar bunga atas pinjaman tersebut (Sukirno, 1985 : 372)

2. Pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang berasal dari penduduk atau lembaga negara lain (Supar moko, 1991 : 241).

Pada umumnya negara yang tidak mempunyai tabungan dalam negeri yang cukup untuk membiayai pertumbuhan ekonominya akan menutup gap pembayaran dengan mencari sumber-sumber dana yang berasal dari luar negeri. Aliran modal asing yang masuk tersebut mempunyai dua karakteristik yang berbeda, yaitu modal yang harus dibayar kembali dan modal yang tidak harus dibayar kembali.

Besarnya unsur bantuan yang terkandung dalam pinjaman luar negeri tergantung pada syarat-syarat pembayaran kembali, yaitu:

(37)

2. Kepada jangka waktu pembayaran kembali (maturity atau amortization periode).

3. Kepada tingkat bunga atas bantuan yang diberikan.

Unsur kandungan bantuan yang tinggi dinamakan sebagai pinjaman bersyarat ringan (soft loan), dimana tenggang waktu bertambah

lama jika waktu pembayaran bertambah panjang dan tingkat bunga bertambah rendah. Apabila sebaliknya, maka pinjaman luar negeri tersebut tergolong sebagai pinjaman bersyarat berat (hard loan).

Syarat-syarat yang diberikan tergantung pada berbagai faktor ekonomi maupun politik seperti pendapatn perkapita, tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, tingkat perkembangan luar negeri dari negara yang menerima bantuan, hubungan atau ikatan politik antara negara pemberi dan penerima bantuan, jenis dan motif negara donor dalam memberikan bantuan. Walaupun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin miskin dan semaki rumit masalah pembangunan yang dihadapi suatu negara maka semakin ringan persyaratan bantuan yang diberikan.

(38)

negeri yaitu mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing. Disamping itu kekurangan dana ini dinamakan masalah jurang ganda atau the two gaps problem, yaitu jurang tabungan (saving gap)

berarti tabungan dalam negeri tidak cukup untuk membiayai penanaman modal, dan jurang mata uang asing (foreign exchange gap) berarti mata uang asing yang tersedia tidak mencukupi untuk biaya impor.

Biasanya bantuan luar negeri akan dilakukan apabila tabungan yang dikerahkan kurang dari penanaman modal yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini bantuan luar negeri berfungsi sebagai dana untuk menutupi jurang tabungan, maka penanaman modal yang lebih tinggi diharapkan akan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi.

Untuk menjamin agar hutang-hutang dapat dibayar kembali haruslah : (i) proyek-proyek yang dibiayai tersebut mencapai sukses; (ii) secara keseluruhan perekonomian mengalami perkemangan yang cukup, sehingga dapat menaikkan tabungan dan dapat mencicil pinjaman; (iii) ekspor harus berkembang melebihi perkembangan impor, sehingga sebagai pendapatan mata uang asing dapat digunakan untuk mencicil pinjaman.

Kesulitan yang paling banyak dihadapi negara berkembang adalah menciptakan tabungan dalam mata uang asing untuk mencicil kembali pinjaman karena ketidaksanggupan untuk memenuhi persyaratan yang ada.

(39)

kekurangan dana pembangunan, maka pemerintah akan melakukan kebijakan dengan menjual Surat Utang Negara (SUN) kepada masyarakat. Surat Utang Negara (SUN) adalah merupakan surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya sesuai dengan masa yang berlaku. Dengan penjualan SUN pemerintah akan mendapatkan dana yang berasal dari masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai kekurangan dana pembangunan tersebut.

Tetapi kebijakan yang diambil pemerintah tersebut justru makin menjerumuskan Indonesia ke dalam jebakan hutang yang lebih berat dan keuangan negara juga semakin terbebani, karena anggaran negara juga harus menanggung beban berat dari Surat Utang Negara (SUN). Surat Utang Negara (SUN) juga digunakan oleh pemerintah untuk membiayai defisit APBN dan menutup kekurangan kas jangka pendek dalam 1 tahun anggaran. Sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit APBN yang semakin penting, pemerintah telah melaksanakan pengelolaan Surat Utang Negara (SUN) dengan tujuan utama, yaitu untuk meminimalkan biaya hutang pada tingkat risiko yang terkendali. Beban yang ditanggung akan semakin berat, karena pembayaran hutang luar negeri (cicilan pokok dan bunganya) sudah sangat membebani alokasi belanja pemerintah dalam APBN.

(40)

dari hasil intervensi lembaga-lembaga kreditur, meninjau kembali keanggotaan Indonesia di lembaga-lembaga kreditur, dan mulai memikirkan upaya mencari alternatif pembiayaan pembangunan yang tidak berasal dari hutang luar negeri. Karena dampaknya akan dapat mematikan potensi sektor riil domestik dan membuat Indonesia semakin tergantung pada kekuatan ekonomi dan produk asing.

2.2.1.3. Indikator pinjaman luar negeri

Dewasa ini tidak ada suatu negara yang tidak mempunyai hubungan luar negeri, termasuk hubungan di bidang ekonomi. Oleh karena itu suatu negara khususnya dalam penyediaan dana di dalam negeri dapat mencari bantuan dalam bantuan hutang atau pinjaman. Tetapi tidak semua negara membutuhkan bantuan luar negeri untuk mendapatkan dana yang diinginkan.

Terdapat beberapa faktor-faktor yang menjadi pertimbangan bagi negara-negara donor sebelum memenuhi permintaan negara lain. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kemampuan negara kreditur dalam menyediakan dana yang diminta. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi negara yang bersangkutan. Apabila perekonomian berkembang dengan sangat cepat, maka pinjaman yang diminta dapat dipenuhi asalkan negara peminjam mampu memenuhi kewajibannya.

(41)

untuk menentukan pembayaran bunga dan cicilan hutangnya. Kemampuan debitur ini dikenal dengan istilah “Debt Service Capacity” (kemampuan membayar pinjaman).

Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan Debt Service Capacity (DSC), antara lain :

a. Debt Service Ratio (DSR), yaitu jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok pinjaman jangka panjang dibagi dengan ekspor barang dan jasa suatu negara pada tahun tertentu. Batas angka DSR dengan ukuran normal adalah 20 % - 25 %, yang artinya bila angka DSR di bawah 20 % dianggap masih dalam batas kewajiban. b. Debt Outsanding to Export (DOE), yaitu perbandingan antara

hutang luar negeri yang terpakai (Disbursed) dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara pada tahun tertentu. Rasio yang sehat bagi DOE adalah kurang dari 20 %.

c. Debt Outsanding to Gross National Product (DOGNP), yaitu perbandingan antara jumlah hutang luar negeri yang terpakai (Disbursed) dengan produksi nasional bruto suatu negara pada

tahun tertentu. Rasio yang baik untuk DOGNP adalah di bawah 40 %.

(42)

Selain indikator di atas terdapat indikator lain yang mengisyaratkan apakah suatu negara telah masuk ke dalam perangkap hutang luar negeri (Debt Trap), antara lain :

a. Keadaan dimana hutang baru lebih kecil dari bunga dan cicilan hutang yang harus dibayar.

b. Apabila suatu negara telah menggunakan hutang luar negeri sebagai sumber pembayaran pembangunan, namun ternyata negara tersebut tidak mampu meningkatkan outputnya secara cepat sehingga pada waktu hutang luar negeri yang digunakan telah jatuh tempo, maka dapat menyebabkan kemampuan negara tersebut untuk melakukan investasi baru akan menurun. Karena dalam keadaan segala potensi yang ada harus digunakan untuk membayar bunga dan cicilan hutang luar negeri (Raharjo, 1992 : 5).

2.2.2. Pengeluaran Pemer intah

2.2.2.1.Pengertian Umum Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat mempengaruhi inflasi. Nampaknya pengeluaran pemerintah dari APBN masih merupakan keharusan bagi timbulkan investasi masyarakat.

(43)

penggunaan barang dan jasa atau sumber-sumber daya ekonomi yang lain dan atau dinyatakan dalam bentuk barang.

Pengeluaran uang sebagai pendanaan untuk melakukan fungsi pemerintahan inilah yang disebut sebagai pengeluaran pemerintah atau “Government Expenditure” pengeluaran pemerintah yang biasanya

disebut konsumsi pemerintah adalah pengeluaran pemerintah yang secara langsung menerima balas jasanya, seperti gaji pegawai dan pembelian barang atau jasa dalam berbagai bentuk. Dengan demikian masyarakat mengharapkan dengan segala macam pengeluaran pemerintah tersebut secara langsung maupun tidak langsung nantinya akan dapat diperoleh masyarakat umum.

Kegiatan dan pengeluaran pemerintah selalu mengalami peningkatan, semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah maka akan semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Pengeluaran pemerintah dapat bersifat “Exhaustive”, yaitu pengeluaran barang-barang dan jasa dalam perekonomian yang dapat langsung dikonsumsi maupun dapat pula menghasilkan barang-barang lain.

Pengeluaran konsumsi pemerintah adalah perubahan atau variabel yang lebih banyak ditemukan oleh pertimbangan sosial dan politik dari pada pertimbangan ekonomi (Boediono, 1998 : 123).

(44)

tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap-tahap awal, tahap-tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana dan sebagainya. Tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan agar dapat tinggal landas. Namun pada tahap ini peran investasi swasta sudah semakin besar.

Pada tahap lanjut, Rostow menyatakan bahwa perkembangan ekonomi pada aktifitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktifitas sosial seperti halnya program kesejahteraan di hari tua, penyaluran kesehatan, dan sebagainya.

Di sisi lain Musgrave menyatakan bahwa di dalam suatu program pembangunan, investasi swasta dalam persentase terhadap GNP semakin besar dan persentase investasi pemerintah terhadap GNP semakin kecil.

2.2.2.2.Sebab-sebab Pengeluaran Pemerintah

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat, namun dari semakin banyak faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yang terdiri dari :

(45)

Perang merupakan kegiatan pemerintah yang sangat besar dalam penyerapan dana, karena menyangkut pertahanan dan keamanan suatu negara. Pengeluaran yang telah dilakukan akan sulit sekali dikurangi meskipun peperangan telah usai. Akibatnya pengeluaran maupun penerimaan negara tetap cenderung meningkat, dan kecenderungan ini disebut sebagai “Displacement Effect”. Disamping itu kecenderungan tersebut disebabkan oleh pengembalian pinjaman selama perang yang pada saat ini disertai dengan bunganya, dan juga harus ada pula subsidi bagi para veteran dan sebagainya.

2. Adanya kenaikan tingkat penghasilan di dalam masyarakat

Dengan meningkatnya penghasilan masyarakat, maka jelas kebutuhan akan konsumsi barang-barang maupun jasa akan meningkat pula. Seperti halnya pemeliharaan infrastruktur, pendirian jembatan, kegiatan pendidikan, dan sebagainya yang tidak disediakan oleh pihak swasta. Meningkatnya tingkat penghasilan akan menuntut jumlah serta kualitas barang-barang yang lebih baik.

3. Adanya urbanisasi

Adanya urbanisasi perlu dilayani oleh pemerintah dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, kebutuhan akan tempat tinggal, kebutuhan listrik, kebutuhan air, dan sebagainya.

(46)

Perkembangan demokrasi memerlukan biaya terutama digunakan untuk musyawarah, pemilihan umum, dan lain-lain, karena pemerintah yang memiliki kemampuan untuk menjaga kepentingan semua pihak ataupun individu.

2.2.3. Investasi

2.2.3.1.Pengertian Investasi

Investasi berasal dari kata investment, yang di dalam bahasa Indonesia berarti penanaman modal. Namun maksudnya adalah bahwa penanaman modal tersebut haruslah berarti penanaman barang-barang modal baru.

Menurut (Dor nbusch dan Fisher, 1992 : 268) mengemukakan bahwa investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal. Investasi lazim juga disebut dengan penerimaan modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi guna menambah kemampuan untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.

(47)

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri atau perusahaan.

b. Pembelanjaan untuk pembangunan tempat tinggal, kantor, pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertumbuhan nilai stok barang-barang mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun.

Jumlah dari ketiga jenis kemampuan investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu meliputi investasi untuk menambah kemampuan

untuk memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang- barang modal yang telah didepresiasi, maka akan diperoleh nilai investasi netto (Sukirno, 1991 : 107). Disamping itu investasi dapat diartikan

sebagai pengeluaran oleh para pengusaha untuk membeli barang-barang modal dan membina industri (Sukirno, 1997 : 106).

2.2.3.2 Teori Investasi

Masalah investasi adalah masalah yang langsung berkaitan dengan pengharapan akan pendapatan dari barang modal di masa depan. Pengharapan di masa depan inilah yang menjadi faktor yang sangat penting untuk penentuan besarnya investasi. Terdapat dua teori mengenai investasi (Sukirni, 1982 : 84), yaitu :

(48)

Teori Klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktifitas batas (Marginal Productivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang di investasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktifitas marginalnya dibandingkan dengan tingkat bunga. Sehingga investasi tersebut akan terus dilakukan apabila tingkat produktifitas batas investasi masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya jika modal tersebut dipinjamkan dan tidak di investasikan.

Teori Klasik dapat disempurnakan menjadi sebagai berikut :

a. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi tersebut lebih besar daripada tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.

b. Investasi dalam barang modal adalah menguntungkan apabila biaya ditambah dengan bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan investasi tersebut.

2. Teori Keynes

Menurut Keynes, masalah investasi didasarkan atas konsep Marginal Effeciency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu

(49)

jumlah investasi yang akan dilaksanakan pada suatu tingkat suku bunga. Menurut garis MEI ini disebabkan oleh dua hal, yaitu : a. Semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam

masyarakat, maka semakin banyak investasi yang terlaksana dalam berbagai lapangan ekonomi. Maka akan semakin sengit persaingan para investor, sehingga MEI akan menurun.

b. Semakin banyak investasi yang dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi semakin tinggi.

Investasi dilakukan dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang dan selain itu terdapat beberapa faktor lain dalam menentukan tingkat investasi yang dilakukan dalam perekonomian, antara lain :

1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh

2. Tingkat suku bunga

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan 4. Kemajuan teknologi

5. Tingkat pendapatan nasional

6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan

(50)

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan sebelum membahas masalah tersebut adalah suatu produksi barang investasi mungkin sekali memiliki

atau menempati lebih dari satu jenis diantara jenis-jenis investasi di bawah ini :

1. Autonomous Investment and Induced Investment

[image:50.595.239.466.522.667.2]

a. Autonomous Investment (Investasi Otonom), yaitu investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah karena adanya perubahan-perubahan faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor tersebut adalah tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha, dan sebagainya karena sifat yang tidak dipengaruhi oleh tingginya tingkat pendapatan tersebut.

Gambar 1: Autonomous Investment Investasi

0 Y

(51)

b. Induced Investment (Investasi Terimbas) yaitu investasi yang besar kecilnya sangat dipengaruhi oleh tingkat

[image:51.595.228.486.116.417.2]

pendapatan, seperti yang terlihat pada Gambar 2 di bawah ini :

Gambar 2 : Induced Investment Investasi

I (Y)

0 Y

Y2 Y1

Sumber : Rosyidi, Suherman : 93, Pengantar Teori Ekonomi, Duta Jasa; Surabaya; halaman 162.

(52)

terdapat investasi negatif pada suatu tingkat pendapatan yang

rendah (yaitu tingkat Y nol hingga nol Y2) (Rosyidi, 1993 : 161-162).

2. Public Investment and Private Investment

a. Public Investment, yaitu investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah, yang dimaksud pemerintah di sini adalah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat I, tingkat II kecamatan ataupun desa. Pada dasarnya Public Investment bersifat impersonal dan dalam menentukan volume pertimbangan lebih diarahkan untuk melayani atau menciptakan kesejahteraan masyarakat.

b. Private Investment, yaitu investasi yang dilakukan oleh swasta. Pertimbangan yang ada adalah mencakup keuntungan yang akan diperoleh di masa depan penjualan tersebut. Berbeda dengan Private Investment pada melayani atau menciptakan kesejahteraan rakyat banyak (Rosyidi, 1993 : 163).

3. Domestic Investment and Foreign Investment

a. Domestic Investment, yaitu penanaman modal dalam negeri. b. Foreign Investment, yaitu penanaman modal asing, sebuah

negara memiliki banyak sekali faktor produksi alam (Nature Resources). Namun tidak mempunyai faktor produksi

(53)

supaya sumber-sumber yang ada di dalam negara yang belum dimanfaatkan sepenuhnya dapat digali, sehingga tidak sia-sia. 4. Gross Investment and Net Investment

a. Gross Investment (Investasi Bruto), yaitu total seluruh investasi yang diadakan pada suatu ketika, dengan demikian investasi bruto yang bernilai positif atau nol tetapi tidak akan bernilai negatif. Jadi yang dimaksud disini adalah semua jenis investasi yang dilakukan oleh suatu negara.

Net Investment (Investasi Netto), yaitu selisih antara investasi

bruto dengan penyusutan (Rosyidi, 1993 : 155).

2.2.3.4. Proses Keputusan Investasi 1. Penentuan tujuan investasi

Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung pada investor yang membuat keputusan tersebut. Sehingga dengan demikian maka investor dapat menentukan jenis investasi apa yang akan dilakukan.

2. Penentuan kebijakan investasi

Tahap ini dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset. Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estat ataupun sekuritas luar negeri).

(54)

Strategi portofolio yang dipilih harus konsisiten dengan dua tahap sebelumnya. Ada dua strategi yaitu pertama strategi portofolio aktif yang meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik. Kedua strategi portofolio pasif meliputi aktifitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsinya bahwa semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.

4. Pemilihan aset

Tahap ini memerlukan pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio. Tujuannya adalah mencari kombinasi portofolio yang efisien.

5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio

Tahap ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya.

2.2.3.5. Pemilihan Portofolio dalam Investasi

Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui sebagai dasar untuk memahami pembentukan portofolio :

§ Portofolio efisien dan por tofolio optimal

(55)

portofolio yang menawarkan resiko terendah dengan tingkat return tertentu.

Hal seperti itulah yang disebut sebagai portofolio yang efisien. Sedangkan portofolio yang optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien.

§ Fungsi utilitas dan kur va indifer ens

Dalam ilmu ekonomi dikenal adanya teori pilihan, salah satu konsep penting didalamnya adalah fungsi utilitas. Fungsi utilitas bisa diartikan sebagai suatu fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua alternatif pilihan yang ada. Fungsi utilitas bisa digambarkan dalam bentuk grafik sebagai kurva indiferen.

Terdapat tiga kurva indiferen yang dilambangkan sebagai μ 1, μ 2, dan μ 3. Setiap kurva indiferen menggambarkan suatu kumpulan portofolio

dengan return yang diharapkan dan resikonya masing-masing.

Setiap titik yang terletak pada kurva indiferen menggambarkan kombinasi return diharapkan dan resiko yang akan memberikan utilitas yang sama bagi investor.

Pada kurva indiferen μ 1, terdapat dua titik μ 1a dan μ 1b dimana titik μ 1a

(56)
[image:56.595.152.491.112.319.2]

Gambar 3 : Kurva Indiferen μ 3 μ 2

μ 1

Return yang μ 3

diharapkan, Rp μ 2 μ 1b peningkatan μ 1 μ 1a utilitas

Resiko, δ p

Sumber : Eduardus Tandelilin, Analisis Investasi dan Manajemen

Portofolio, 2001, halaman 74 – 76, BPFE, Yogyakarta.

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa semakin jauh suatu kurva indiferen dari sumbu horizontal, semakin tinggi utilitasnya bagi seorang investor. Semakin tinggi utilitas suatu kurva indiferen, berarti semakin tinggi tingkat return yang diharapkan pada setiap tingkat resiko.

§ Aset beresiko dan aset bebas r esiko

(57)

obligasi jangka pendek yang diterbitkan pemerintah seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

2.2.4. Ekspor

Sebagai negara yang mengenal sistem perekonomian terbuka, Indonesia melaksanakan perdagangan dengan negara lain. Dimana sektor perdagangan dapat memberikan sumbangan yang cukup besar dalam menunjang perekonomian yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pembiayaan bangsa.

Menurut (Winar di, 1983 : 63), ekspor adalah barang-barang termasuk jasa yang dijual kepada penduduk yang lain, ditambah dengan jasa-jasa yang diselenggarakan kepada negara penduduk tersebut berupa pengangkutan dengan kapal, permodalan dan lain-lain yang membantu ekspor tersebut.

Ekspor adalah mesin ditahap pertama pertumbuhan ekonomi. Suatu negara tidak dapat memulai pembangunan dari suatu tingkat mata pencaharian dengan memproduksi hanya untuk pasaran dalam negeri.

(58)

Oleh karena itu dapat diketahui bahwa tujuan ekspor adalah memperoleh devisa negara atau penerima pendapatan yang ekspor juga merupakan suatu aktivitas untuk menjual barang dan jasa yang melewati batas negara.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah suatu kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa dalam suatu negara tetapi tidak untuk dikonsumsi di dalam negeri melainkan untuk dikonsumsi di luar batas negara tersebut dengan jalan dikirim ke negara konsumen dalam rangkaian suatu perdagangan. Oleh sebab itu ekspor merupakan bagian dari perdagangan internasional.

Bagi negara Indonesia sumber devisa terpenting adalah dari hasil ekspor bahan mentah yakni hasil bumi dan bahan tambang, sedangkan sumber lainnya misalnya, ekspor hasil produksi industri dan kerajinan, apalagi ekspor jasa dan pariwisata masih belum mempunyai arti yang penting.

2.2.4.1.Timbulnya Ekspor

Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional disebabkan oleh beberapa kondisi, sebagai berikut :

1. Kebutuhan devisa untuk membiayai pembangunan dalam negeri. 2. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk.

(59)

4. Adanya kelebihan produksi dalam negeri, sehingga kelebihan tersebut

dapat dijual ke luar negeri sebagai kebijaksanaan ekspor (Syahr udin, 1998 : 55).

2.2.4.2.Macam-macam Ekspor

Pelaksanaan ekspor luar negeri dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :

a. Ekspor biasa

Dalam ekspor ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku dan ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir luar negeri. Devisa yang diperoleh dari ekspor ini dapat dijual kepada Bank Indonesia, sedangkan eksportir menerima pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penetapan kurs valuta asing yang ditentukan oleh eksportir.

b. Barter

(60)

c. Konsinyasi

Konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual, sedangkan hasil penjualannya diperlukan sama dengan hasil biasa. Jadi dalam hal ini ditukarkan barang dengan lainnya seperti dalam barter dan juga bukan hanya untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam ekspor biasa. Tugasnya dalam hal pengiriman barang dengan sistem konsinyasi adalah belum ada pembeli yang tertentu atau juga dengan mengikuti barang

tersebut dalam pelelangan (Komoditas Exchange) (Mangku Suwondo, 1986 : 49).

(61)

2.2.4.3.Manfaat Ekspor

Menurut (Amir, 1993 : 361), manfaat ekspor adalah :

a. Meningkatkan pendapatan devisa negara yang akan memperlancar arus barang impor dan roda permintaan.

b. Memperluas manfaat sumber daya nasional seperti sumber daya alam, tenaga kerja dan teknologi.

c. Memperluas pasar dari pasar domestik menjadi seluas pasar global sehingga memungkinkan produksi optimal dan optimalisasi laba. d. Dapat memanfaatkan “Idle Capacity” dari kapasitas terpasang suatu

industri pada saat pasaran dalam negeri melemah, sehingga dapat mencegah penganggaran modal dan tenaga kerja, atau untuk mengisi kebutuhan musiman.

e. Terbiasa dalam persaingan yang ketat di pasar internasional, sehingga akan sangat mendorong tingkat efisiensi, inovasi, produktifitas, pengembangan dan restrukturisi teknologi.

f. Dapat menikmati fasilitas dan intensif yang diberikan pemerintah terhadap komoditi ekspor seperti fasilitas promosi, kredit ekspor dan lain-lain.

g. Mencicil hutang di luar negeri.

2.2.4.4.Faktor yang Meningkatkan Ekspor

(62)

a. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dunia.

b. Tingkat inflasi di dalam negeri lebih rendah daripada tingkat inflasi yang terjadi di negara – negara yang banyak menyimpan barang – barang dapur kita.

c. Kurs devisa efektif yang berlaku bagi barang ekspor menguntungkan.

d. Peningkatan efisiensi produksi di dalam negeri dalam arti luas, yang dapat mengakibatkan produsen barang ekspor dan hanya ekspor yang sama dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

e. Kegagalan produksi di negara–negara penghasil produk yang kurang dengan produk ekspor kita di pasar dunia.

f. Kebijakan fiskal dan moneter yang sesuai dengan kebijaksanaan peningkatan ekspor.

2.2.5. Impor

Impor adalah barang-barang atau jasa-jasa yang dibeli dari luar negeri (Winardi, 1984 : 244). Impor merupakan proses memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean dalam negeri dengan

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Santoso, 1994 : 57).

(63)

barang-barang maupun jasa-jasa yang dihasilkan oleh negara lain, pada dasarnya juga telah melakukan suatu permintaan terhadap barang dan jasa tersebut.

Faktor impor ini juga dapat mempengaruhi ekspor karena ada sebagian dari bahan baku dan barang modal untuk keperluasan industri tidak tersedia di dalam negara atau barang-barang tersebut jumlahnya tidak memadai dan nantinya akan mempengaruhi jumlah ekspor. Oleh karena itu disini diperlukan adanya ekspor untuk memperlancar atau menunjang impor, dan impor sendiri tidak hanya tergantung dari pendapatan, faktor lain juga mempengaruhi seperti misalnya daya saing produksi dalam negeri, selera, dan sebagainya.

Menurut beberapa perkiraan empiris dibeberapa negara volume impor suatu negara tergantung secara positif pada tingkat produk nasional nyata. Hubungan positif ini tampaknya mempunyai dua penjelasan yaitu :

1. Impor seringkali digunakan sebagai masukan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang merupakan produk nasional atau secara kasarnya pendapatan nasional.

(64)

sama dengan pendapatan nasional dari barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.

2.2.5.1.Industri Subtitusi Impor

Sejak awal dekade 1970-an hingga pertengahan dekade 1980-an pemerintah mengembangkan strategi Industri Subtitusi Impor (ISI). Strategi industrialisasi ini bertujuan untuk menghemat devisa dengan cara mengembangkan industri yang menghasilkan barang pengganti barang impor. Didasarkan pada strategi tersebut, pemerintah membatasi masuknya investor asing dengan berbagai kemampuan antara lain; pembatasan pemberian lisensi, penetapan pangsa modal PMA (Penanaman Modal Asing) relatif terhadap modal domestik dan pelarangan PMA bergerak di sektor pertahanan-keamanan, sektor strategis (telekomunikasi) dan sektor publik (listrik dan air minum).

(65)

2.2.5.2.Substitusi Impor Versus Peningkatan Ekspor

Pembangunan ekonomi sering kali menyebabkan pergeseran dari produksi bahan mentah dan produk pertanian kepada produk manufaktur. Jika negara tersebut beruntung, transformasi ini akan terjadi secara bertahap atau gradual melalui kekuatan pasar alamiah. Kadangkala pergeserannya didorong oleh pemerintah. Banyak negara sedang berkembang termasuk Indonesia melaksanakan kebijakan yang disebut substitusi impor, yaitu negara tersebut berusaha menghasilkan produk yang sebelumnya diimpor. Untuk melindungi produsen dalam negeri dari persaingan luar negeri, pemerintah menetapkan tarif dan kuota impor. Strategi pembangunan ini menjadi disukai karena beberapa sebab. Pertama, permintaan atas produk tersebut telah ada. Kedua, dengan menurunkan impor, pendekatan ini dapat diarahkan untuk mengatasi masalah kekurangan cadangan valuta asing atau devisa di negara sedang berkembang. Ketiga, substitusi impor dapat memberikan pasar yang terproteksi. Akhirnya, substitusi impor disukai pihak pemasok kapital, tenaga kerja, sumber daya lain ke industri dalam negeri yang dikembangkan.

(66)

tidak mampu menjadi efisien. Bahkan neraca pembayaranpun tidak menjadi lebih baik, karena negara lain sering kali juga membalas juga dengan pembatasan perdagangan.

Kritik terhadap pendekatan substitusi impor menyatakan bahwa peningkatan ekspor adalah jalur yang lebih jelas bagi pembangunan ekonomi. Peningkatan ekspor adalah strategi pembangunan berupa konsentrasi pada produksi untuk pasar ekspor. Pendekatan ini dimulai dengan produk yang relatif sederhana, seperti tekstil misalnya. Dengan negara sedang berkembang membangun basis teknologi dan pendidikannya atau dengan negara berkembang belajar dari pengalaman, produsen kemudian dapat mengekspor produk yang lebih kompleks.

(67)

2.2.5.3.Penentu Ekspor – Impor

Di dalam analisis makro ekonomi, peranan perdagangan luar negeri diatas kegiatan ekonomi negara dapat dilihat dari sudut pengaruh kegiatan ekspor dan impor diatas pengeluaran agregat.

a. Penentu ekspor

Sampai dimana ekspor yang akan dilakukan sesuatu negara bergantung pada banyak faktor. Sesuatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke negara-negara lain apabila barang-barang tersebut diperlukan di negara-negara lain dan mereka tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang tersebut. Misalnya ekspor karet, timah, minyak kelapa sawit dan kayu hutan dari Indnesia ke Jepang dan negara-negara maju lainnya disebabkan karena barang-barang tersebut mereka butuhkan, dan negara-negara tersebut tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang seperti itu. Sebaliknya pula, Indonesia mengimpor barang-barang modal dan berbagai jenis barang-barang keperluan pengembangan berbagai jenis industri karena ia belum sanggup memproduksikan barang-barang tersebut dengan mutu yang sebaik seperti yang dapat diperoleh dari negara-negara yang lebih maju.

(68)

Pertambahan ekspor Pengurangan ekspor

X2

X0

X1

Pendapatan nasional

0

Ti

ngk

at Bu

nga

pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang produksi dalam negeri haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Makin banyak jenis barang yang mempunyai keistimewaan yang demikian yang dihasilkan oleh suatu negara, makin besar ekspor yang dapat dilakukan.

[image:68.595.204.498.539.707.2]

Ekspor adalah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab itu ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional dan tingkat bunga yang akan dicapai. Apabila ekspor bertambah maka pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya akan menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya, pendapatan nasional tidak dapat mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah apabila pendapatan nasional bertambah, atau ekspor dapat mengalami perubahan walaupun pendapatan nasional tetap. Dengan demikian fungsi ekspor yang mempunyai sifat seperti itu digambarkan sebagai berikut :

(69)

b. Penentu impor

(70)
[image:70.595.168.447.153.273.2]

Gambar 5 : Fungsi Impor

2.2.5.4.Hubungan Ekspor dan Impor

Di dalam ekonomi terbuka, ekspor (X) dan impor (M) barang dan jasa adalah variabel yang sangat penting karena ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual atau dipakai oleh penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi. Sedangkan impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Oleh karena itu pendapatan yang ditimbulkan karena proses produksi dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam negeri (C) atau keluar dari aliran

pendapatan sebagai tabungan (S) atau pembelian barang dari luar

Gambar

Gambar 1: Autonomous Investment
Gambar 2 : Induced Investment
Gambar 3 : Kurva Indiferen
Gambar 4 : Fungsi Ekspor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kerangka dasar ajaran Islam meliputi tiga konsep kajian pokok, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak.. Tiga kerangka dasar ajaran Islam

Tema yang dipilih dalam penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2012 ini ialah karbon, dengan judul Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada

Hal ini dapat mengindikasikan bahwa wisatawan mancanegara membutuhkan objek wisata yang lebih beragam, seperti yang banyak diharapkan pada pengembangan objek wisata

Perpustakaan Instituut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, merupakan unsur penunjang kegiatan akademik yang menyediakan layanan bahan pustaka dan audio visual , untuk

b Kekurangan debit pompa produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih wilayah pelayanan unit Kedawung pada tahun 2020. adalah sebesar

Penelitian ini didasarkan pada empat permasalahan, yaitu : (1) Bagaimana persepsi siswa mengenai nasionalisme dalam pembelajaran PKn, (2) Bagaimana tanggapan siswa mengenai

Hasil parameter setting permesinan yang optimal pada produk headpiece kit R67 menggunakan mesin berkapasitas 380 ton adalah pada kondisi mold temperature 55 ⁰C, melt

Penerapan sebuah sistem informasi kesiswaan berbasis Android bertujuan untuk membantu siswa dalam mengakses informasi- informasi meliputi nilai, kredit poin, dan