• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar"

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH

YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Erfindo Wijaya

NIM: 131134178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kar ya ini saya per sembahkan unt uk:

 Allah SWT yang telah m elim pahkan rahmad, taufik serta hidayahNya kepada saya dalam segala hal

 Kedua orang tua saya, Bapak Sutopo dan Ibu Suparjilah yang selalu m em berikan doa, dukungan, perhatian, kasih sayang dan semangat untuk m enyelesaikan pendidikan

 Keluarga besar Suwito Mulyo dan Siswo Sumarto atas segala doa, dukungan dan sem angat untuk proses penyelesaian skripsi ini

 Sahabat-sahabat tercinta sejak kecil hingga sekarang, Tika, Tuti, Dewi, Arif, dan Epick yang selalu ada dalam suka m aupun duka serta m em berikan sem angat dalam penyusunan skripsi ini

 Sahabat sejak bangku SMA, Ayu, Brian, Dewi, Dian, Fiesta, Nina, Nofrian, dan Sunny yang selalu m enyempatkan waktu untuk berkum pul di tengah kesibukan m asing-m asing, tawa kalian adalah bahagiaku

 Agnes, Yoyo, Nadia, sahabat “Uluhuluh” yang sekarang jarang bertem u tetapi selalu m endoakan dan m emberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini

 Sahabat seperjuangan clust er dan payung R&D THB yang m em berikan

pengalaman sungguh berarti

 Alm amater Universitas Sanata Dharm a

(5)

v MOTTO

“ J angan selalu melihat sesuat u dar i hasil akhir nya, namun lihat lah dar i

pr osesnya”

(Er f indo W ij aya)

“Ber sabar lah dan kuat kanlah kesabar anmu kar ena sesungguhnya Allah

ber sama or ang- or ang yang sabar ”

(Ali I mr an: 200)

“Ket ahuilah per t olongan it u ada ber sama dengan kesabar an,

j alan keluar it u akan selalu ber ir ingan dengan cobaan,

dan ber sama kesulit an it u ada kemudahan”

(HR. Tir midzi)

“Ber t akwalah kepada Allah dan Allah akan member ikan ilmu kepadamu

kar ena sesungguhnya Allah Maha menget ahui segala sesuat u”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2017 Peneliti

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Erfindo Wijaya

Nomor Mahasiswa : 131134178

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”

beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Januari 2017 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH

YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Erfindo Wijaya Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini dilakukan karena adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pembuatan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan tes hasil belajar dan mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti modifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall yang meliputi tujuh langkah pengembangan, yaitu : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran dan SD Kanisius Bantul yang berjumlah 67 siswa.

(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT TEST BASIC COMPETENCE RESOLVE PROBLEM RELATED TO LCM

AND GCF FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL purpose was to development achievement test and to described the quality of the achievement test product in basic competence resolve problem related to Least Common Multiple (LCM) and Greatest Common Factor (GCF) for the fourth grade students of Elementary School.

Procedure of learning achievement test development, researcher modified the ways of development based on Borg and Galls’s theory consisted of seven development steps, those are (1) potential problem, (2) collected data, (3) product desain, (4) design validation, (5) design revision, (6) product experiment, and (7) product revision. The subject of this research were the fourth grade students of SD Kanisius Ganjuran and SD Kanisius Bantul total 67 students.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad, hidayah, serta inayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat kesehatan serta kelancaran selama kegiatan penelitian hingga penyelesaian laporan skripsi

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini

(11)

xi

6. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

7. HY. Budisantoso, S.Sos. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SDK Ganjuran

8. CH. Winarsih, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Bantul yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SDK Bantul

9. Bhernadeta Bertiyanti, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan kritik dan saran pada produk tes hasil belajar serta membantu pelaksanaan penelitian ini

10. Th. Sunarmi, S.Pd.SD. selaku Guru Kelas IV SD Kanisius Bantul yang telah memberikan kritik dan saran pada produk tes hasil belajar serta membantu pelaksanaan penelitian ini

11. Elisabeth Tatik Widiyarti, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Kanisius Kanutan yang telah memberikan kritik dan saran serta penilaian pada produk tes hasil belajar sehingga produk tersebut menjadi lebih baik dan layak digunakan dalam penelitian ini

12. Very Utami, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Negeri 1 Patalan yang telah memberikan kritik dan saran serta penilaian pada produk tes hasil belajar sehingga produk tersebut menjadi lebih baik dan layak digunakan dalam penelitian ini

13. Laredo Muliawan, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Brajan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi narasumber dalam wawancara analisis kebutuhan sebagai studi pendahuluan dalam penelitian ini

14. Siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran dan SD Kanisius Bantul yang telah bersedia membantu selama proses penelitian

(12)

xii

16. Teman-teman mahasiswa PGSD angkatan 2013 yang selalu membantu dan saling mendukung dalam penyusunan skripsi ini

17. Teman-teman PPL SD Kanisius Ganjuran yang tidak sengaja dipersatukan selama tiga bulan di PPL sehingga saling memberi dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi

18. Teman-teman cluster dan payung R&D THB yang saling membantu dalam suka maupun duka, berjuang bersama dan bekerjasama selama beberapa bulan ini hingga terselesainya laporan skripsi

19. Almamater Universitas Sanata Dharma

20. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk bantuan dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

Dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa kendala. Namun kendala-kendala tersebut tidak menjadi hambatan bagi peneliti, melainkan menjadikan semangat untuk terus maju dan menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca, baik dalam isi maupun inspirasi untuk lebih baik. Tentunya, tak ada gading yang tak retak. Peneliti meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini ada beberapa kesalahan baik dalam penyajian ataupun isi. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia.

Peneliti

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

F. Definisi Operasional ... 7

G. Spesifikasi Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Tinjauan tentang Tes Hasil Belajar ... 11

a. Definisi Tes ... 11

(14)

xiv

c. Definisi Hasil Belajar ... 13

d. Definisi Tes Hasil Belajar . ... 14

e. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar ... 15

f. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar ... 18

2. Tinjauan tentang Bentuk Soal Pilihan Ganda ... 20

a. Karakteristik Bentuk Soal Pilihan Ganda ... 20

b. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda ... 21

c. Kelebihan dan KekuranganBentuk Soal Pilihan Ganda ... 23

3. Tinjauan tentang Kualitas Tes Hasil Belajar ... 26

a. Validitas ... 26

b. Reliabilitas ... 31

c. Karakteristik Butir Soal ... 34

1) Daya Pembeda ... 34

2) Tingkat Kesukaran ... 35

3) Analisis Pengecoh ... 37

4. Tinjauan tentang Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 38

5. Tinjauan tentang Taksonomi Bloom yang Direvisi ... 42

6. Tinjauan tentang Matematika... 46

a. Hakikat Matematika ... 46

b. Kajian Matematika di SD ... 47

c. Tujuan Pembelajaran Matemtika di SD ... 48

7. Tinjauan tentang Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan KPK dan FPK ... 49

a. Kompetensi Dasar ... 49

b. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) ... 50

c. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) ... 50

8. Tinjauan tentang Program TAP (Test Analysis Program) ... 51

9. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 52

B. Penelitian yang Relevan ... 54

C. Kerangka Berpikir ... 60

(15)

xv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 64

A. Jenis Penelitian ... 64

B. Setting Penelitian ... 69

C. Prosedur Pengembangan ... 70

D. Teknik Pengumpulan Data ... 75

E. Instrumen Penelitian ... 78

F. Tenik Analisis Data ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98

A. Hasil penelitian ... 98

1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar... 98

2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 102

B. Pembahasan ... 113

1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar... 113

2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 119

3. Produk Akhir ... 135

BAB V PENUTUP ... 140

A. Kesimpulan ... 140

B. Keterbatasan Pengembangan ... 141

C. Saran ... 142

DAFTAR REFERENSI ... 144

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pedoman wawancara analisis kebutuhan ... 79

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner produk tes hasil belajar ... 80

Tabel 3.3 Kisi-kisi soal tes hasil belajar matematika ... 82

Tabel 3.4 Kualifikasi skor validator ahli ... 86

Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 88

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 90

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 92

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 94

Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Validator Ahli ... 100

Tabel 4.2 Komentar Validator dan Revisi Desain ... 100

Tabel 4.3 Daftar Pengecoh yang Tidak Berfungsi... 102

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 102

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 104

Tabel 4.6 Hasil Daya Pembeda Soal Tipe A ... 105

Tabel 4.7 Hasil Daya Pembeda Soal Tipe B ... 107

Tabel 4.8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 108

Tabel 4.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 109

Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 111

Tabel 4.11 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 112

Tabel 4.12 Analisis Hasil Validasi Ahli... 115

Tabel 4.13 Revisi Pengecoh ... 118

Tabel 4.14 Pembahasan Validitas Soal Tipe A ... 120

Tabel 4.15 Pembahasan Validitas Soal Tipe B ... 121

Tabel 4.16 Pembahasan Daya Pembeda Soal Tipe A ... 124

Tabel 4.17 Pembahasan Daya Pembeda Soal Tipe B ... 126

Tabel 4.18 Pembahasan Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 128

(17)

xvii

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 59

Gambar 3.1 Bagan langkah-langkah penelitian pengembangan Borg dan Gall .... 65

Gambar 3.2 Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika ... 71

Gambar 3.3 Hasil validitas pada program TAP... 89

Gambar 3.4 Hasil uji reliabilitas pada program TAP ... 91

Gambar 3.4 Hasil uji daya pembeda pada program TAP... 93

Gambar 3.5 Hasil tingkat kesukaran pada program TAP ... 95

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 149

Lampiran 2 Surat Ijin Validasi Instrumen ... 151

Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 152

Lampiran 4 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 154

Lampiran 5 Tabel Spesifikasi Produk ... 157

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Validator Ahli ... 197

Lampiran 7 Hasil Penilaian Produk ... 199

Lampiran 8 Soal Uji Coba Terbatas Paket A ... 211

Lampiran 9 Soal Uji Coba Terbatas Paket B ... 220

Lampiran 10 Rangkuman Jawaban Siswa ... 230

Lampiran 11 Hasil Analisis Soal ... 234

Lampiran 12 Hasil Analisis Pengecoh ... 238

Lampiran 13 Tabel Nilai-Nilai R Product Moment ... 246

Lampiran 14 Dokumentasi ... 247

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Bab ini, peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk yang dibuat.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan rohani (pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan hati nurani) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus menerus guna mencapai tujuan hidupnya (Ahmadi, 2014: 38). Pendidikan juga bisa dipahami sebagai proses dan hasil. Pendidikan sebagai proses dapat diartikan serangkaian kegiatan interaksi manusia dengan lingkungannya yang dilakukan secara sengaja dan terus menerus. Sementara sebagai hasil, pendidikan merujuk pada hasil interaksi manusia dengan lingkungannya berupa perubahan dan peningkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Ahmadi, 2014: 38).

(21)

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis secara tanggung jawab” (Ahmadi, 2014: 49).

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan, karena pendidikan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Pendidikan nasional dapat diwujudkan melalui kegiatan belajar mengajar di institusi pendidikan yaitu sekolah. Tujuan sekolah adalah mencerdaskan para siswa melalui pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kognitif dan sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan dasar yang mengajarkan konsep-konsep dasar manusia, misalnya membaca, menulis, berhitung, serta mengembangkan aspek sosial dan intelektual yang dimiliki seseorang.

(22)

benar-benar mewakili sifat suatu objek (misal prestasi belajar), maka seorang guru harus mempergunakan suatu alat ukur yang baik (Masidjo, 1995: 38). Semakin baik alat ukur yang digunakan akan semakin baik pula data yang dihasilkan.

Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yaitu ketepatannya atau validitasnya dan ketetapan atau keajegan atau reliabilitasnya (Sudjana, 1990: 12). Suatu tes dapat dikatakan valid jika benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan reliabel atau dapat dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh tes itu tetap atau konstan. Alat ukur yang baik juga harus memiliki tingkat kesukaran yang proporsional antara soal dalam kategori mudah, sedang dan sukar. Selain itu, daya pembeda juga harus diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar. Sulistyorini (2009: 173) menyatakan bahwa daya pembeda harus dimiliki oleh alat ukur yang baik untuk membedakan kemampuan peserta tes yang pandai dengan yang kurang pandai. Pada alat ukur pilihan ganda, pengecoh juga harus diperhatikan. Pengecoh ini berfungsi ketika sebagian peserta tes memilih jawaban yang salah. Jadi, selain valid dan reliabel, alat ukur yang berbentuk pilihan ganda dapat dinyatakan baik jika daya pembeda, tingkat kesukaran, serta pengecohnya juga berfungsi dengan baik.

(23)

2016 ini memperoleh informasi bahwa guru kelas masih mengalami kesulitan dalam membuat soal, khususnya pada mata pelajaran matematika. Guru terkendala masalah waktu, sehingga terkadang guru hanya mengambil soal yang bersumber pada buku panduan saja. Dalam pembuatan soal, guru belum menerapkan soal yang berbentuk pemecahan masalah, sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir kritis. Guru juga belum menerapkan keseluruhan tingkatan dalam taksonomi Bloom, guru hanya menyasar pada level mengingat (C1) dan memahami (C2) saja. Guru kelas membutuhkan prototipe tes hasil belajar matematika yang sudah berkualitas baik, terutama materi perhitungan KPK dan FPB dikarenakan siswa masih kesulitan dalam memahami materi tersebut.

Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan sebuah penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.

B. Pembatasan Masalah

Peneliti melakukan pembatasan masalah pada penelitian ini yang meliputi :

1. Alat ukur yang dikembangkan berfungsi mengukur aspek kognitif pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV.

(24)

3. Tes hasil belajar ini memuat Kompetensi Dasar (KD) matematika yakni 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.

4. Pembuatan tes berpedoman pada taksonomi Bloom yang direvisi dan memiliki tingkatan mulai dari level mengingat (C1) hingga mencipta (C6), serta menggunakan tingkat kesukaran, yakni mudah, sedang, dan sukar.

C. Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan permasalahan pada penelitian ini yang meliputi : 1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan tes hasil belajar matematika

kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV SD ?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV SD ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengembangkan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV SD sesuai dengan langkah-langkah.

(25)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini mencakup dua hal, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Adanya teori dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai referensi dan pengetahuan mengenai pembuatan tes hasil belajar yang baik khususnya pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Guru dapat memahami langkah-langkah pembuatan soal tes yang baik dan benar

2) Guru memperoleh pedoman atau contoh tes hasil belajar matematika yang sudah berkualitas baik

b. Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman baru dalam mengerjakan soal matematika yang tingkat berpikirnya dari level mengingat (C1) hingga mencipta (C6) dan sudah berkualitas bagus.

c. Bagi Sekolah

(26)

d. Bagi Peneliti

1) Peneliti dapat menambah wawasan mengenai pembuatan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

2) Peneliti dapat mengetahui kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB yang telah dibuat dan diujicobakan

F. Definisi Operasional

1. Tes hasil belajar adalah adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam mempelajari sesuatu.

2. Matematika adalah suatu ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan bilangan, bentuk dan ukuran.

3. Kompetensi Dasar adalah tujuan pembelajaran yang memiliki cakupan luas pada mata pelajaran tertentu dan menjadi acuan dalam pembuatan indikator pada suatu mata pelajaran.

4. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah kelipatan-kelipatan persekutuan dari dua bilangan atau lebih yang nilainya paling kecil. 5. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) adalah faktor-faktor persekutuan dari

(27)

6. Siswa Sekolah Dasar dasar berada pada tahap operasional konkret, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berpikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek konkret dan mampu melakukan konservasi.

7. Test Analysis Program (TAP) merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar yang berbentuk pilihan ganda.

8. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan ketepatan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengukur apa yang akan diukur.

9. Reliabilitas adalah ukuran ketetapan atau kekonsistenan suatu instrumen dalam mengukur sesuatu.

10.Daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes dalam membedakan siswa dalam kategori tinggi (pandai) dan siswa dalam kategori rendah (kurang pandai).

11.Tingkat kesukaran adalah adalah proporsi siswa yang menjawab benar dalam suatu tes yang dapat digunakan untuk mengukur kesulitan soal. 12.Pengecoh adalah kemungkinan jawaban tidak benar dan berfungsi untuk

(28)

G. Spesifikasi Produk

1. Instrumen tes hasil belajar berupa soal Matematika Kelas IV Semester I Kompetensi Dasar 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.

2. Instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban, dilengkapi dengan kunci jawaban, ranah kognitif, dan tingkat kesukaran soal.

3. Instrumen pilihan ganda sudah divalidasi oleh ahli dan dinyatakan layak untuk digunakan/diujicobakan dengan diperbaiki sesuai saran.

4. Instrumen pilihan ganda sudah valid dengan kriteria r hitung soal melebihi rtabel.

5. Instrumen pilihan ganda sudah reliabel dengan masuk pada kategori tinggi.

6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembeda. Daya pembeda yang digunakan adalah kategori “baik” dengan dan kategori “baik sekali”. 7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji tingkat kesukaran. Proporsi tingkat

kesukaran adalah 25% soal kategori “mudah, 50% “sedang”, dan 25% “sukar”.

8. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecoh. Pengecoh-pengecoh dalam instrumen tes ini berfungsi dengan baik.

(29)

instrumen pilihan ganda harus memperhatikan EYD yang meliputi penggunaan huruf kapital, tanda baca, kata depan, dan imbuhan.

(30)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini, peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini akan membahas teori-teori yang mendukung penelitian yaitu tes hasil belajar, bentuk tes pilihan ganda, kualitas tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, matematika, taksonomi bloom yang direvisi, KPK dan FPB, serta karakteristik siswa SD. 1. Tinjauan tentang Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes

Tes sebagai alat pengukuran mempunyai arti yang bermacam-macam. Rakhmat dan Suherdi (2001: 56) mengemukakan bahwa tes merupakan alat, cara dan langkah-langkah sistematik untuk mengukur sejumlah perilaku tertentu dari subjek uji.

(31)

Lain lagi dengan Arikunto (2013: 193) yang mengemukakan bahwa tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat yang disusun secara sistematik berupa serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan atau atau hasil belajar individu maupun kelompok.

b. Definisi Belajar

Menurut Slameto (2003: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru saja secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(32)

Sedangkan menurut Hudojo (1981: 2), belajar adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia dan tingkah laku ini menjadi tetap, tidak akan berubah lagi dengan modifikasi yang sama.

Menurut pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses atau perubahan tingkah laku manusia secara menyeluruh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui pengalaman yang didapatnya sendiri.

c. Definsi Hasil Belajar

(33)

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2012: 5-7). Sedangkan Annitah, dkk (2008: 219) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan kulmunasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar”. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah semua efek atau perubahan perilaku antara sebelum dan sesudah pembelajar mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang terjadi bersifat positif sehingga dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. Seorang siswa dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila pengetahuan yang dimiliki telah bertambah, keterampilan dan kreatifitasnya meningkat, serta selalu memberikan prestasi yang membanggakan.

d. Definisi Tes Hasil Belajar

(34)

menggunakan suatu tes yang biasa disebut dengan tes hasil belajar atau tes prestasi. Tes hasil belajar adalah salah satu alat yang dapat digunakan pendidik di sekolah atau pendidik di lembaga pendidikan tinggi untuk memahami tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar (Yusuf, 2015: 181).

Rakhmat dan Suherdi (2001: 56) mengemukakan bahwa tes hasil belajar dapat didefinisikan sebagai alat atau prosedur sistematik untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Purwanto (2009: 114), tes hasil belajar adalah alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran guna pengumpulan data hasil belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, tes hasil belajar adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam mempelajari sesuatu.

e. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar

Rakhmat dan Suherdi (2001: 56–58) mengemukakan tingkat kebaikan suatu tes sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat ciri, yaitu 1) validitas; 2) reliabilitas; 3) tingkat kesukaran; dan 4) kepraktisan.

(35)

Dengan kata lain, tes tersebut dapat menguji apa yang semestinya dites.

2) Tes hasil belajar bersifat reliable atau memiliki reliabilitas. Istilah reliabilitas ini menunjukkan tingkat ketetapan, keajegan atau kemantapan. Suatu tes yang reliabel akan mampu menghasilkan data yang relative ajeg dan konsisten, sehingga tes tersebut hasilnya dapat dipercaya.

3) Tes hasil belajar memiliki tingkat kesukaran yang berimbang. Tingkat kesukaran ini berkaitan dengan penyebaran soal-soal sulit, sedang dan mudah. Menurut Widoyoko (2014: 136), suatu tes sebaiknya memiliki proporsi penyebaran sebagai berikut: 25% sulit, 50% sedang, dan 25% mudah.

4) Tes hasil belajar bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Kepraktisan ini menyangkut segi kemudahan dalam mengadministrasikan tes. Soal tes yang baik dapat disusun secara sederhana dan lengkap.

(36)

1) Validitas

Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak diukur.

2) Reliabilitas

Tes dapat dikatakan dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan selama berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. 3) Objektivitas

Sebuah tes dapat dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektivitas yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem scoring.

4) Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah dalam pengadministrasiannya.

5) Ekonomis

Ekonomis yang dimaksudkan adalah pelaksanaan tes tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

(37)

reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, ekonomis, dan tingkat kesukaran.

f. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar mempunyai beberapa jenis atau bentuk. Rakhmat dan Suherdi (2001: 68-90) berpendapat bahwa secara garis besar ada 3 jenis tes hasil belajar yakni: tes tertulis (written test), tes lisan (oral test) dan tes tindakan (performance test).

1) Tes tertulis (written test)

Dalam tes tertulis, pertanyaan-pertanyaan atau persoalan disajikan secara tertulis, dan siswa menjawab persoalan-persoalan tersebut secara tertulis pula. Ada dua perangkat yang harus dipersiapkan dalam tes tertulis antara lain: lembar soal yang sudah lengkap dengan petunjuk pengerjaan dan lembar jawaban yang akan diisi siswa.

Menurut Rakhmat dan Suherdi (2001: 70-73), pada dasarnya ada dua bentuk soal tertulis yang lazim kita kenal, yakni tes uraian (essay test) dan tes obyektif (objective).

a) Tes uraian (essay test)

(38)

untuk mengemukakan pendapat dan analisisnya dalam menjawab persoalan. Tes uraian sering disebut sebagai tes subjektif (subjective), karena memang jawaban siswa sangat bersifat subjektif yang memungkinkan timbulnya variasi jawaban.

b) Tes obyektif (objective test)

Berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalan-persoalan dalam tes obyektif sudah terstruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti. Dalam tes obyektif, siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengorganisasikan jawabannya sendiri, karena alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan.

Tes obyektif dibagi menjadi 5 jenis / bentuk: (1) Soal Benar – Salah (B – S)

(2) Soal pilihan jamak atau pilihan ganda (multiple choice) (3) Soal menjodohkan

(4) Soal jawaban singkat (show answer) (5) Soal isian (completion)

2) Tes lisan (oral test)

(39)

menjawabnya secara lisan pula. Perangkat yang digunakan adalah pokok-pokok pertanyaan dan pedoman penskoran.

3) Tes Tindakan (performance test)

Berbeda dengan kedua tes di atas, tes tindakan tidak disajikan dalam bentuk pertanyaan, melainkan dalam bentuk tugas. Dalam tes ini, siswa melakukan suatu kegiatan berdasarkan intruksi atau petunjuk tertentu dan guru mengamati keterampilan siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut. Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam tes tindakan adalah petunjuk/intruksi tentang kegiatan yang harus dilakukan dan perlengkapan atau alat-alat praktik yang diperlukan, serta pedoman penilaian. Tes tindakan ini lazim kita sebut sebagai Ujian Praktik.

2. Tinjauan tentang Bentuk Soal Pilihan Ganda a. Karakteristik Bentuk Soal Pilihan Ganda

Salah satu bentuk soal tes obyektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda. Pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat (Sudjana, 1990: 48). Sedangkan Mardapi (2008: 71-72) berpendapat bahwa tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.

(40)

salah satu bentuk tes obyektif yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes obyektif yang yang dapat diselesaikan dengan cara memilih salah satu pilihan jawaban yang tepat dari seluruh pilihan jawaban yang telah disediakan.

Menurut Sudjana (1990: 48), dilihat dari strukturnya bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:

1) Stem : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan

2) Option : sejumlah pilihan alternatif jawaban 3) Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat

4) Distractor (pengecoh) : jawaban-jawaban lain yang selain kunci jawaban

b. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda

Zulaiha (2008: 1-3) menjelaskan tentang kaidah-kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut:

1) Materi

(41)

b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang

paling benar 2) Konstruksi

d) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

e) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

f) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar. g) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif

ganda.

h) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

i) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di atas salah”, atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.

j) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologisnya.

k) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

(42)

m)Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

n) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

o) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.

p) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

Berdasarkan pendapat Zulaiha di atas, ada beberapa kaidah-kaidah dalam penulisan soal tes berbentuk pilihan ganda yang dilihat dari segi materi, konstruksi soal, dan bahasa. Kaidah-kaidah ini digunakan sebagai aturan atau pedoman bagi guru dalam membuat soal berbentuk pilihan ganda. Peneliti juga menggunakan kaidah-kaidah tersebut dalam pembuatan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV SD.

c. Kelebihan dan Kekurangan Bentuk Soal Pilihan Ganda

Semua bentuk soal tes memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sudjana (1990: 49) mengemukakan tentang kelebihan dan kekurangan bentuk soal pilihan ganda sebagai berikut:

1) Kelebihan

(43)

b) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban

c) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya bersifat objektif.

2) Kekurangan

a) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar

b) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata

Sedangkan menurut Sukardi (2008: 125-126) beberapa kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda adalah sebagai berikut: 1) Kelebihan :

a) Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yakni fleksibel dalam implementasi, evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar

b) Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas

c) Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi d) Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual

(44)

e) Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah

f) Hasil jawaban siswa diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif

g) Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang 2) Kekurangan :

a) Kontruksi item tes pilihan ganda lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya

b) Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal

c) Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran

d) Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban

(45)

jawaban mudah dan cepat dikoreksi, materi yang diujikan luas, bersifat fleksibel dan dapat digunakan secara berulang jika siswa menjawab dengan lembar jawaban tersendiri. Sedangkan kelemahan tes pilihan ganda antara lain penyusunan soal relatif lama, memberi peluang siswa untuk menebak jawaban, serta item tes kurang mengukur kemampuan siswa.

3. Tinjauan tentang Kualitas Tes Hasil Belajar

Karakteristik kualitas tes yang baik adalah tes yang memenuhi validitas, reliabilitas dan karakteristik butir soal yang meliputi daya pembeda, tingkat kesulitan dan pengecoh.

a. Validitas

Kata “valid” sering diartikan dengan: tepat, benar, sahih dan absah, jadi validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, kesahihan atau keabsahan (Sudijono, 2011: 93). Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana, 1990: 12).

(46)

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan ketepatan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengukur apa yang akan diukur.

Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu yang diinginkan dan dapat menangkap data variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid (Masidjo, 1995: 121). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Secara garis besar, ada dua macam validitas yakni validitas logis dan validitas empiris (Arikunto, 2012: 20).

1) Validitas Logis

(47)

Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen yaitu: validitas isi dan validitas konstruk (construct validity).

a) Validitas isi (content validity)

Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas yang dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah butir Tes Hasil Belajar mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur (Purwanto, 2009: 120).

Sedangkan menurut Sudijono (2011: 164), validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Sementara menurut Sukardi (2008: 32), validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur.

(48)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2012: 82). Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini juga biasa disebut validitas kurikuler.

b) Validitas konstruksi (construct validity)

(49)

2) Validitas Empiris

Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman sudah dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur.

Ada dua macam validitas empiris, yakni validitas “ada sekarang” (concurrent validity) dan validitas prediksi (predictive validity)

a) Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini, hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau, sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent)

b) Validitas prediksi (predictive validity)

(50)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

b. Reliabilitas

Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability. Dalam bahasa Inggris, reliabilitas berasal dari kara reliable yang artinya dapat dipercaya. Menurut Sudjana (1990: 16), reliabilitas merupakan ketetapan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilainya.

Sudaryono, dkk (2013: 120), mengatakan bahwa reliabilitas berarti sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Sedangkan Jihad dan Haris (2012: 180) mengemukakan bahwa reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ukuran ketetapan atau kekonsistenan suatu instrumen dalam mengukur sesuatu. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) apabila diteskan berkali-kali (Widoyoko, 2015: 157).

(51)

eksternal (external reliability) dan reliabilitas internal (internal reliability) (Widoyoko, 2015: 158 – 165).

1) Reliabilitas Eksternal (External Reliability)

Reliabilitas eksternal diperoleh jika ukuran atau kriteria tingkat reliabilitas berada di luar instrumen yang bersangkutan. Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal suatu instrumen yaitu dengan metode bentuk paralel (equivalent method) dan metode tes berulang (test-retest method)

a) Metode bentuk paralel (equivalent method)

(52)

Instrumen paralel atau ekuivalen adalah dua buah instrumen yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesulitan dan susunan, tetapi butir-butir pertanyaan/pernyataan berbeda.

Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan biaya yang lebih karena harus menyusun dua instrumen dan harus tersedia waktu yang lama untuk mencoba dua kali tes. b) Metode Tes Berulang (test retest method)

Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan instrumen dua kali. Dalam menggunakan metode ini kita hanya menyusun satu perangkat instrumen. Instrumen tersebut diujicobakan pada sekelompok responden dan hasilnya dicatat. Pada kesempatan lain, instrumen tersebut diberikan pada kelompok responden yang sama untuk dikerjakan lagi, dan hasil yang kedua tersebut dicatat. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan. Metode ini pada umumnya juga untuk menguji reliabilitas instrumen bentuk tes.

2) Reliabilitas Internal (Internal Reliability)

(53)

a) Instrumen skor diskrit

Instrumen skor dikrit, nominal atau pilah adalah instrumen yang skor jawabannya/responden hanya dua, yaitu 1 (satu) dan 0 (nol). Dengan kata lain, hanya dua jawaban yaitu benar dan salah. Jawaban benar diberikan skor 1 (satu) dan jawaban salah diberikan skor 0 (nol).

Metode ini dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen baik bentuk tes maupun non tes.

b) Instrumen skor non diskrit.

Instrumen skor non diskrit adalah instrumen pengukuran yang dalam sistem skoringnya bukan 1 dan bukan 0, tetapi bersifat gradual, yaitu ada penjenjangan skor, mulai dari skor tertinggi hingga skor terendah. Hal ini biasanya terdapat pada instrumen tes bentuk uraian dan pilihan ganda, serta instrumen non tes bentuk angket dengan skala Likert dan skala lanjutan (rating scale).

c. Karakteristik Butir Soal 1) Daya Pembeda

(54)

soal tes hasil belajar dalam membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah (Purwanto, 2009: 102).

Daya pembeda menurut Rakhmat dan Suherdi (2001: 193) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mampu dengan siswa yang tidak mampu. Sedangkan menurut Zainul dan Nasution (dalam Widoyoko, 2014: 114), daya beda (discriminating power) butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal dalam membedakan antara peserta yang pandai (kelompok atas) dengan peserta tes yang kurang pandai (kelompok bawah) diantara semua peserta tes.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes dalam membedakan siswa dalam kategori tinggi (pandai) dan siswa dalam kategori rendah (kurang pandai).

2) Tingkat Kesukaran

(55)

Sedangkan Crocker dan Algina (dalam Purwanto, 2009: 99) mengatakan bahwa tingkat kesukaran (difficulty index) atau yang biasa disingkat dengan TK adalah proporsi siswa sebagai peserta tes yang menjawab benar.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran suatu soal adalah proporsi siswa yang menjawab benar dalam suatu tes yang dapat digunakan untuk mengukur kesulitan soal.

Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan porsi jumlah soal mudah, sedang dan sukar didasari adanya keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah jumlah soal untuk ketiga kategori soal tersebut sama. Pertimbangan lainnya adalah proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori soal tersebut didasarkan pada kurva normal. Artinya, sebagian besar soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang (Sudjana, 1990: 135).

(56)

artinya di dalam sebuah soal tes terdapat 30% soal kategori mudah, 50% soal kategori sedang dan 20% soal dalam kategori sukar (Sudjana, 1990: 135 – 136).

3) Analisis Pengecoh

Jawaban soal tes pilihan ganda terbagi menjadi dua yaitu jawaban benar dan pengecoh. Dari sekian alternatif jawaban yang disediakan hanya terdapat satu jawaban benar yang disebut kunci jawaban, sedangkan kemungkinan jawaban yang tidak benar dinamakan pengecoh.

Purwanto, (2009: 75) mengatakan bahwa pengecoh (distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Sedangkan menurut Kusaeri dan Suprananto (2012: 107), pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar atau kurang tepat, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila ia tidak menguasai materi dengan baik.

(57)

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh merupakan kemungkinan jawaban yang tidak benar dan berfungsi untuk mengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi.

4. Tinjauan tentang Pengembangan Tes Hasil Belajar

Semua alat ukur yang akan digunakan untuk menguji siswa termasuk menggunakan tes hasil belajar perlu dipastikan kemampuannya agar dapat mengukur dengan baik. Untuk mendapatkan tes hasil belajar yang berkualitas baik, maka diperlukan prosedur atau langkah-langkah pengembangan yang menjamin dalam pembuatan soal tes tersebut. Tes hasil belajar yang baik akan memperoleh data yang akurat dari siswa. Dengan begitu tujuan dari tes hasil belajar tersebut akan tercapai.

Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar menurut Mardapi (dalam Widoyoko, 2014: 122). Kesembilan langkah tersebut meliputi:

a. Menyusun spesifikasi tes

(58)

kegiatan : 1) menentukan tujuan tes, 2) menyusun kisi-kisi tes, 3) memilih bentuk tes, dan 4) menentukan panjang tes.

b. Menulis soal tes

Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel.

c. Menelaah soal tes

(59)

d. Melakukan uji coba tes

Uji coba perlu dilakukan sebelum soal tes digunakan. Uji coba ini dilakukan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba tersebut dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesulitan, pola jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda dan lain sebagainya. Jika memang hasil uji coba soal tersebut belum memenuhi kualitas yang diharapkan, perlu dilakukan pembenahan atau perbaikan.

e. Menganalisis butir soal tes

Berdasarkan hasil uji coba perlu dilakukan analisis butir soal yang telah disusun. Melalui analisis butir soal ini dapat diketahui antara lain: tingkat kesulitan butir soal, daya beda dan juga efektivitas pengecoh.

f. Memperbaiki tes

(60)

g. Merakit Tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya dalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruhan butir soal tersebut perlu disusun secara hati-hati hingga menjadi kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam merakit soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagainya harus diperhatikan. Walaupun butir soal telah disusun dengan baik, jika penyusunannya sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut menjadi tidak baik.

h. Melaksanakan tes

Langkah berikutnya adalah melaksanakan tes dengan cara memberikan kepada peserta tes untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini diperlukan pemantauan atau pengawasan agar tes benar-benar dikerjakan secara jujur dan sesuai dengan ketentuan. Pelaksanaan tes dilakukan dengan hati-hati agar tujuan tersebut benar-benar dapat tercapai.

i. Menafsirkan hasil tes

(61)

baik. Dengan mengetahui nilai pencapaian belajar suatu mata pelajaran, siswa dapat menyusun rencana untuk perbaikan. Nilai ini juga bisa berupa imbalan (reward) terhadap jerih payah atau usaha yang telah dilakukan siswa. Imbalan inilah yang akan menjadi motivasi atau pendorong siswa untuk belajar lebih giat. Nilai juga merupakan informasi mengenai keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

Berdasarkan pendapat Mardapi di atas, ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar yang meliputi a) menyusun spesifikasi, b) menulis soal tes, c) menelaah soal tes, d) melakukan uji coba tes, e) menganalisis butir soal, f) memperbaiki tes, g) merakit tes, h) melakukan tes, dan i) menafsirkan hasil tes.

5. Tinjauan tentang Taksonomi Bloom yang Direvisi

Menurut Anderson & Krathwol (2010: 6), taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Taksonomi pendidikan dapat mengklasifikasikan tujuan-tujuan. Sebuah rumusan tujuan berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerja umumnya mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan. Sedangkan kata benda mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dikonstruksi oleh siswa (Anderson & Krathwohl, 2010: 6).

(62)

tersebut adalah proses pengetahuan dan kognitif. Pada dimensi kognitif terdapat enam kategori yang meliputi:

a. Mengingat

Menurut Anderson & Krathwohl (2010: 99), proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang diperlukan selama proses mengingat dapat berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognisi, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut. Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali (Anderson & Krathwohl, 2010: 103-104).

b. Memahami

Menurut Anderson & Krathwohl (2010: 105), memahami adalah suatu proses mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui pengajaran, buku, atau latar komputer. Siswa dapat “memahami” ketika mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada.

(63)

c. Mengaplikasikan

Menurut Anderson & Krathwohl (2010: 106), mengaplikasikan merupakan salah satu proses kognitif yang melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural.

Dalam kategori mengaplikasikan ini terdiri dari dua proses kognitif di dalamnya, yakni mengeksekusi dan mengimplementasikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 106). Mengeksekusi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan menyelesaikan soal latihan, sedangkan mengimplementasikan berkaitan dengan menyelesaikan masalah. d. Menganalisis

Menganalisis merupakan salah satu proses kognitif yang melibatkan kegiatan memecah-mecahkan materi menjadi bagian-bagian kecil. Bagian-bagian-bagian kecil tersebut dapat menentukan bagaimana hubungan antar bagian, antara setiap bagian, dan struktur keseluruhan yang membentuk materi tersebut (Anderson & Krathwohl, 2010: 120).

(64)

menentukan potongan-potongan informasi yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan) dan menentukan tujuan di balik informasi-informasi tersebut (mengatribusikan).

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar-standar tertentu (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi. Kriteria-kriteria tersebut ditentukan oleh siswa.

Proses kognitif mengevaluasi ini mencakup dua kategori yakni memeriksa dan mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Memeriksa berarti keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal. Sedangkan mengkritik berarti keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal

f. Mencipta

(65)

mencipta ini memiliki kategori, yaitu: merumuskan, merencanakan dan memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2010: 130).

Berdasarkan penjelasan Anderson dan Krathwohl di atas, ada enam tingkatan proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Keenam proses kognitif tersebut meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

6. Tinjauan tentang Matematika a. Hakikat Matematika

Hakikat matematika ada bermacam-macam. Menurut Paling (dalam Abdurrahman 2010: 252), matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat serta menggunakan hubungan-hubungan.

(66)

Sedangkan matematika menurut Tinggih (dalam Suherman, 2003: 16) adalah ilmu pengetahuan yang didapat melalui proses menalar.

Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah ada, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan bilangan, bentuk dan ukuran. Ilmu tersebut didapatkan melalui proses berpikir atau penalaran.

b. Kajian Matematika di SD

Menurut Abdurrahman (2010: 253) bidang studi matematika yang dipelajari di SD mencakup tiga cabang yaitu aritmatika, aljabar dan geometri. Naga (dalam Abdurrahman, 2010: 253) berpendapat bahwa aritmatika adalah pengetahuan tentang bilangan dan dalam perkembangan selanjutnya sering diganti dengan abjad. Masih menurut Naga, aljabar diartikan sebagai penggunaan abjad dalam matematika berupa lambang bilangan yang diketahui atau yang belum diketahui (contoh: X dan Y) serta pemakaian lambang-lambang lain seperti titik-citik (Contoh: 3 + … = 5), lebih besar (>), lebih kecil (<) dan sebagainya.

(67)

Dapat disimpulkan bahwa kajian matematika di SD mencakup tiga hal yaitu, aritmatika, aljabar dan geometri yang diajarkan melalui langkah-langkah penanaman konsep dasar dan yang terakhir pembinaan keterampilan.

Ebbutt dan Straker (dalam Marsigit, 2012: 2–5), memberikan suatu pedoman bagi guru matematika dalam usaha untuk mendorong agar para siswa menyenangi pembelajaran matematika di sekolah. Pedoman yang diberikan tersebut berdasarkan anggapan dasar tentang hakikat matematika sebagai berikut:

1) Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan

2) Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan

3) Matematika adalah kegiatan problem solving 4) Matematika merupakan alat berkomunikasi c. Tujuan pembelajaran Matematika di SD

Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada SD/MI adalah sebagai berikut:

(68)

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006: 143 – 144).

7. Tinjauan tentang Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan KPK dan FPK

a. Kompetensi Dasar

(69)

Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar merupakan tujuan pembelajaran yang memiliki cakupan luas pada mata pelajaran tertentu dan menjadi acuan dalam pembuatan indikator pada suatu mata pelajaran.

b. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

Menurut Mustaqim dan Astuty (2008: 54), kelipatan persekutuan terkecil dari dua bilangan adalah kelipatan persekutuan bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling kecil. Sedangkan menurut Supardjo (2004: 10), KPK adalah bilangan yang merupakan persekutuan paling kecil dari kelipatan dua bilangan atau lebih.

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Kelipatan Persekutuan Terkecil atau KPK adalah kelipatan-kelipatan persekutuan dari dua bilangan atau lebih yang nilainya paling kecil.

c. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

Faktor Persekutuan Terbesar dari dua bilangan adalah faktor persekutuan bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling besar (Mustaqim dan Astuty, 2008: 56). Sedangan menurut Gunanto (2010: 74), FPB adalah faktor persekutuan yang paling besar.

(70)

8. Tinjauan tentang Program TAP (Test Analysis Program)

Test Analysis Program (TAP) merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar yang berbentuk pilihan ganda.

TAP dirancang sebagai paket yang kuat dan mudah digunakan. Sebagai analisis tes, pengguna dapat memasukkan data nilai ujian dalam format teks atau memasukkan data tes langsung ke dalam program. Pengguna dapat mengatur berbagai parameter untuk data sampel, termasuk kesulitan tes, jumlah skor, jumlah item tes, dan jumlah kemungkinan jawaban per item (Lewis dalam Wirastri, 2014: 36).

Program TAP dapat digunakan untuk menganalisis :

a. Total nilai yang didapatkan siswa untuk mengetahui rata-rata (mean), maksimum nilai yang didapatkan, minimum nilai yang didapatkan, serta standar deviasi

b. Tingkat kesukaran item untuk mengetahui tingkat kesulitan soal, apakah termasuk soal yang mudah, sedang ataukah soal yang sulit c. Daya pembeda soal untuk mengetahui apakah soal tersebut dapat

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah dilihat dari skor yang didapatkan siswa

(71)

e. Kualitas pengecoh pada pilihan jawaban soal untuk mengetahui apakah pengecoh berfungsi dengan baik (Lewis dalam Wirastri, 2014: 43)

Berdasarkan pendapat Wirastri di atas, dapat disimpulkan bahwa program TAP dapat digunakan untuk menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh pada tes pilihan ganda.

9. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Selain mengetahui karakteristik matematika, guru SD juga perlu mengetahui taraf perkembangan siswa SD secara baik. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Taraf berpikirnya belum formal dan relatif masih konkret, bahkan untuk sebagian anak SD kelas rendah terutama kelas III berada pada tahap pra-konkret belum memahami hukum kekekalan, sehingga sulit mengerti konsep-konsep operasi seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian.

Masa usia Sekolah Dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan kognitif dan bahasa, serta perkembangan fisik anak.

Gambar

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan
gambar dan penjelasannya.
Gambar 3.2 Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika
Tabel 3.1 Pedoman wawancara analisis kebutuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pada masa bayi cenderung melakukan permainan yang bersifat menyendiri (Solitary play), pada awal masa kanak-kanak ini, seorang anak mulai menunjukkan minat yang nyata

kembali karya Emilio Pujol dan juga karya besar gurunya Frasisco Tarrega. Tahun 1946-1969 ia mengajar di Konservatorium Musik Lisbon dan. menjadi contoh sebuah lembaga

Dengan melihat kondisi Orang Rimba saat ini dalam menjalani kehidupan sosial budaya, program BTH merupakan program yang diberikan LSM KKI-WARSI untuk memberikan

Permasalahan yang timbul adalah pemberian Bank Garansi terbatas hanya pada nasabah yang mempunyai rekening dengan dana yang cukup saja, sedangkan bagi pengusaha yang

Telah dilakukan identifikasi bakteri penyebab infeksi nosokomial dari sampel urin pasien pengguna kateter yang di rawat inap pada bangsal saraf RSUP DR M.. Isolasi bakteri

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya-Nya sehingga penyusunan laporan Pengalaman Praktik Lapangan (PPL)

doi pekerjooFpsk€rJqoi qh yqrg slqmo n dtofggop iebqqqi pskexrqi Feidheid 4di ri pei.dr idfr.h .l!qd hciyzbdbrii pdobahoi petuf..

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusumardhani (2011) dan (Prasetya &amp; Irwandi 2012). Artinya, tingkat likuiditas yang tinggi