MOTIVASI ORANGTUA MEMILIH SEKOLAH SEPAKBOLA (SSB)
UNTUK KEGIATAN OLAHRAGA ANAKNYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains
OLEH
JULIO PRATAMA P SILITONGA
NIM. 608214029
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya. Sehingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik. Skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program sarjana Keilmuan di Universitas Negeri Medan
(UNIMED).
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak yang telah banyak membantu penulis baik moril, waktu maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan menyelesaikan kuliah. Secara
khusus penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si sekalu Rektor Unimed
2. Bapak Drs. Basyaruddin Daulay, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Bapak Drs. Suharjo M.Pd selaku PD I, Bapak Drs. Mesnan
M.Kes AIFO selaku PD II, Bapak Dr. Budi Valianto M.Pd selaku PD III
3. Bapak Drs. Benny Subadiman, M.Kes selaku ketua jurusan Ilmu
Keolahragaan. Ibu Dra. Rosmaini Hasibuan, M.Pd selaku Sekertaris
Jurusan Ilmu Keolahragaan.
4. Bapak Drs. Ardi Nusri M.Kes,AIFO selaku Pembimbing Skripsi dan
pembimbing akademik yang telah banyak membantu dan membimbing
penulis dalam pembuatan skripsi.
5. Bapak dan Ibu pegawai perpustakaan FIK yang telah banyak menyediakan
iii
6. Seluruh Civitas Akademika FIK UNIMED yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Teristimewa kepada Ayah dan Ibu tercinta, S.Silitonga dan R br Panjaitan
yang selalu mendoakan dan memberikan saya dukungan sepanjang hidup
saya hingga selesai dalam studi.
8. Kepada Ka Natal, Lae Hutauruk dan Maria sikariting yang selalu
mendukung dan mendoakan saya dalam penyelesaaian skripsi.
9. Saudara-saudara saya bang Raymond, Reyner, Febriyanti br Silitonga, Ani
br Silitonga, sipudan Lestari br Silitonga yang selalu mendukung dan
mendoakan saya dalam penyelesaaian skripsi.
10.Bapa uda W.Sinabariba, Tante dan Ruth dan seluruh keluarga yang tidak
dapat disebut satu persatu yang telah banyak mendukung dalam penulisan
ini.
11.Terkhusus buat si Roa Balang dan Advent Simangunsong yang telah
banyak mendukung dan memberi doa dalam penyelesaian skripsi.
12.Bapak Kadisparpora Kota Binjai beserta jajarannya yang telah
memberikan izin penelitian
13.Rekan–rekan mahasiswa FIK UNIMED khususnya anak-anak IKOR 2008
dan rekan-rekan ARAU.
Semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu yang turut serta dalam
memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis mengukuti
perkuliahan. Skripsi ini tentu tidak luput dari kekurangan, baik menyangkut isi
dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Akhirnya segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi
amal ibadah yang diterima oleh Yang Maha Kuasa. Selanjutnya tulisan ini
dipersembahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan
prestasi olahraga pada khususnya. Amin
Medan, Februari 2013
Penulis
Julio Pratama P Silitonga NIM: 608214029
i
ABSTRAK
JULIO PRATAMA P SILITONGA. Motivasi Orangtua Memilih Sekolah Sepakbola (SSB) Untuk Kegiatan Olahraga Anaknya (Pembimgbing : ARDI NUSRI)
Skripsi : Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan 2013 Medan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi orangtua memilih
sekolah sepakbola (SSB) untuk kegiatan olahraga anaknya.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian
adalah seluruh orangtua yang anaknya mengikuti latihan di SSB DISPARPORA
dengan jumlah 145 orang. Sedangkan sampel penelitian diambil secara purposive
sampling yang berjumlah 20 orang, dengan kriteria menjadi sampel adalah
orangtua yang memiliki anak dengan usia 13 – 16 tahun. Tingkat motivasi
orangtua memilih Sekolah Sepakbola (SSB) sebagai kegiatan olahraga anaknya
dalam penelitian ini ditinjau dari 5 indikator, antara lain: kebutuhan
mempertahankan hidup, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa motivasi orangtua memilih
sekolah sepakbola yang paling dominan adalah kebutuhan akan penghargaan diri.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa persentase skor rata-rata sebesar 71,60%
(72%) yang berarti bahwa secara umum tingkat motivasi orangtua memilih
Sekolah Sepakbola (SSB) untuk kegiatan olahraga anaknya tergolong tinggi.
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Lampiran 1 Angket motivasi orangtua memilih SSB untuk kegiatan Olahraga anaknya ... 45 2. Lampiran 2 Perhitungan validitas angket ... 48
3. Lampiran 3 Perhitungan Validitas Angket ... 49
4. Lampiran 4 Rekapitulasi Jawaban Responden Pada Angket
penelitian... 52 5. Lampiran 5 Perhitungan Reabilitas Angket ... 53 6. Lampiran 6 Rekapitulasi Jawaban Responden Pada Angket ... 55 7. Lampiran 7 rekapitulasi jawaban reponden pada angket tiap
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan
nonformal seperti yang tertera dalam pasal 26 ayat (5) Undang Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa:
“Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan
diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”. Program-program yang dapat
diselenggarakan oleh lembaga kursus dan pelatihan ini adalah pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan, pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan kerja, pendidikan kesetaraan dan/atau
pendidikan nonformal lain yang diperlukan masyarakat.
Kehadiran lembaga kursus dan pelatihan sebagai bentuk penyelenggaraan
pendidikan non formal sangat berperan penting dalam menuntaskan pengangguran
dan kemiskinan masyarakat, mengingat bahwa tingginya angka kemiskinan dan
pengangguran berdasarkan data BPS pada Agustus 2011 yaitu sebesar 7,70 juta
jiwa atau 6,56% dari jumlah angkatan kerja (15 tahun ke atas) dan jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada September 2011 mencapai 29,89 juta orang
atau 12,36% dari jumlah penduduk Indonesia. Kondisi inilah yang
melatarbelakangi upaya pembekalan kepada para pemuda usia produktif agar
2
Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu segera dilakukan langkah-langkah
strategis melalui pengembangan program yang secara langsung dapat mengurangi
pengangguran melalui kursus dan pelatihan terutama bagi usia produktif. Kursus
dan pelatihan terbukti mampu menjangkau minat masyarakat serta akses lembaga
keterampilan dan keahlian sesuai pasar kerja baik pedesaan dan perkotaan.
Berdasarkan data dari Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Ditjen
PAUDNI pada Januari 2013 bahwa “Jumlah lembaga kursus dan pelatihan di
Sumatera Utara mencapai 815 LKP dari jumlah 10.914 LKP yang ada di
Indonesia dengan berbagai jenis keterampilan”.
Pada satu sisi, perkembangan jumlah LKP sangat menggembirakan yang
menandakan bahwa minat masyarakat terhadap kursus bertambah baik. Namun
pada sisi yang lain, bertambahnya jumlah LKP yang cepat menimbulkan
kekhawatiran terhadap kualitas pengelolaan proses pembelajaran, dan lulusannya.
Keragaman kualitas LKP tersebut antara lain dipengaruhi oleh mutu tenaga
pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana, manajemen pengelolaan, dan proses
pembelajaran. Mutu penyelenggaraan dan lulusan yang berkualitas telah menjadi
kebutuhan masyarakat dan tuntutan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang
mensyaratkan kompetensi tertentu yang harus dimiliki oleh lulusan kursus.
Salah satu kursus yang cukup diminati masyarakat adalah kursus menjahit.
Kursus ini mampu menjawab kebutuhan masyarakat dalam industri pakaian,
mengingat bahwa saat ini iklim industri konveksi semakin meningkat dan
permintaan pasar konveksi semakin besar sehingga perusahaan banyak
Perkembangan itu terus menuntut penciptaan berbagai mode pakaian sehingga
pakaian menjadi industri yang cukup diperhitungkan.
Oleh karena itu, kursus menjahit harus mempersiapkan tenaga ahli bidang
busana yang memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan, dan bertanggung jawab
dalam pembuatan busana sesuai dengan tujuan kursus yang menghasilkan sumber
daya manusia yang mengerti prinsip-prinsip dasar menjahit pakaian/tata busana
dan mengaplikasikannya secara praktis untuk para konsumen dalam rangka
memenuhi kebutuhan industri busana. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dibuat
standar kompetensi lulusan minimal dibidang keterampilan menjahit pakaian,
yang diharapkan mempunyai asas keterpakaian dan berguna dimasyarakat
umumnya, sehingga hasil lulusannya dapat dipertanggungjawabkan dan
mempunyai daya saing dan daya jual yang tinggi dimasyarakat secara profesional.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka program/kegiatan menjahit harus
terus diperluas sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perkembangan masyarakat.
Lebih lanjut, Kindervatter dalam Kamil (2009:54)) menjelaskan bahwa:
Konsep pendidikan non formal dalam kerangka pembangunan masyarakat dapat dilihat dari dua sisi peran, pertama masyarakat sebagai sumber daya pembelajaran, dan kedua masyarakat sebagai sasaran pembelajaran. Peran masyarakat sebagai sumber daya pembelajaran dapat dilihat dari daya dukung terhadap implementasi, pengelolaan, dan pengembangan program di masa depan. Sedangkan peran masyarakat sebagai sasaran, dapat dilihat dari tingkat partisipasinya dalam berbagai program non formal yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan, keterampilan, dan kualitas dirinya.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka tingkat partisipasi peserta
didik pada kursus menjahit sangat diharapkan dapat terealisasikan melalui proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan andragogi (pendidikan orang
4
dalam pelaksanaan pembelajaran yang sasarannya orang dewasa yaitu pada
peserta kursus diasumsikan sebagai orang yang telah memiliki konsep diri,
pengalaman, kesiapan dan orientasi belajar sehingga mereka dilibatkan dalam
setiap tahapan kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Hal
ini sejalan dengan pendapat Sudjana (2000:57) yang mengatakan bahwa:
“Pembelajaran partisipatif bukan sekedar mengkondisikan peserta didik menjadi
aktif, tetapi lebih dari itu ia mengkondisikan peserta didik terlibat langsung dalam
kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran”.
LKP Kutilang adalah salah satu lembaga non pemerintah yang
menyelenggarakan kursus dibidang keterampilan menjahit pakaian khusus wanita
dan anak-anak yang ada di kota Medan. LKP ini memberikan pendampingan
kepada peserta didik agar memiliki kompetensi, bersertifikat, dan terserap dunia
kerja atau berwirausaha.
Dalam proses pembelajaran yang berlangsung di LKP Kutilang ini, tidak
semua peserta kursus menjahit berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
dikarenakan berbagai faktor seperti perbedaan motivasi belajar, usia yang
beragam, latar belakang pendidikan, pengalaman belajar dan sebagainya. Lebih
dari 50 % dari jumlah peserta tidak memiliki catatan pribadi yang lengkap
mengenai pembelajaran yang dilakukan dalam setiap pertemuan. Padahal tidak
ada pemberian modul kepada peserta. Proses pembelajaran yang dilakukan pada
kursus ini terkesan terpaku pada tutor sebagai panduan belajar. Dalam setiap
pertemuan, tutor hanya mengajarkan cara membuat suatu pola tertentu kemudian
Banyak peserta yang hanya cenderung bergantung dengan arahan tutor.
Mereka lebih memilih untuk mengikuti semua yang diinstruksikan tutor tanpa ada
kegiatan untuk saling bertukar pikiran atau menyumbangkan pengalaman belajar
yang dimiliki dalam mendesain busana. Mereka juga kurang berusaha mencari
referensi lain mengenai menjahit sehingga tidak ada pengetahuan baru yang
diperoleh dari luar kursus. Masih banyak peserta yang kurang mampu menyerap
materi utama mengenai pembuatan pola, kebaya, kamisol dan payet walaupun
tutor sudah menjelaskan berulang kali secara terbuka. Padahal pembelajaran
kursus bersifat partisipatif, artinya peserta dituntut untuk lebih aktif dalam semua
tahapan pembelajaran dan sangat berpeluang untuk mengembangkan segala
potensi yang dimilikinya dalam menjahit. Hal ini penting dikarenakan orientasi
kursus pada Skill peserta sebagai modal untuk menghadapi persaingan kerja
nantinya.
Untuk dapat meningkatkan partisipasi peserta didik tersebut, maka peran
kursus menjahit sebagai proses pemberdayaan seharusnya dirancang melalui suatu
pendekatan yang didasarkan atas sikap yang perlu diciptakan oleh setiap peserta
agar memiliki kepercayaan diri.
Percaya diri merupakan proses pengembangan aktualisasi diri (eksplorasi
segala kemampuan dalam diri). Hal ini dapat diperoleh jika peserta didik
benar-benar mau dengan segala kemampuan dan kreatifitasnya untuk tampil sebagai
sosok yang penuh percaya diri sehingga cenderung memiliki keyakinan akan
kemampuannya untuk mencapai keberhasilan. Kepercayaan diri merupakan
6
Dalam proses pembelajaran menjahit di LKP Kutilang banyak ditemukan
permasalahan, seperti hasil karya peserta yang kurang memuaskan, mereka belum
mampu menyalurkan bakat yang dimiliki dengan sepenuhnya, rasa takut
melakukan kesalahan dalam menjahit sehingga cenderung mengikuti teman yang
dianggap lebih pandai, kurang mandiri dalam menyelesaikan masalah yang
berhubungan menjahit, rendahnya minat belajar, tidak berani menyalurkan ide
atau gagasan baru dan sebagainya. Permasalahan tersebut merupakan bagian dari
rendahnya kepercayaan diri. Menurut De Angelis (2005:15): ”Kurang percaya diri
adalah problem yang rumit dan sulit, merupakan konflik pribadi yang ditandai
dengan perasaan tidak berharga, tidak diterima oleh orang lain dan merasa dirinya
lebih rendah dari orang lain”.
Salah satu langkah utama dalam membangun rasa percaya diri dengan
memahami dan meyakini bahwa setiap peserta didik memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Pemahaman terhadap kelebihan-kelebihan yang
dimilikinya ini akan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu
sehingga pada akhirnya dapat menentukan partisipasi atau keikutsertaan mereka
dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Melihat permasalahan-permasalahan di atas, penulis tertarik ingin
mengadakan penelitian untuk mengkaji “Hubungan Kepercayaan Diri dengan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tentang masalah yang diteliti, maka
diperlukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1.Masih terdapat peserta yang belum mampu memanfaatkan potensi yang
dimiliki dengan sepenuhnya
2. Masih terdapat peserta yang cenderung merasa takut melakukan kesalahan
dalam menjahit
3. Masih terdapat peserta yang kurang mandiri ketika menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan menjahit
4. Hasil karya peserta kurang memuaskan
5. Kebanyakan peserta tidak berani menyalurkan ide atau pengalaman belajar
6. Peserta cenderung hanya bergantung pada arahan tutor dalam belajar
7. Masih ditemukan peserta yang tidak memiliki catatan pribadi yang
lengkap mengenai pembelajaran yang dilakukan
8. Keaktifan peserta dalam bertanya, menanggapi atau memberikan masukan
relatif rendah
C. Batasan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah maka perlu pembatasan pada satu
permasalahan yang diteliti mengenai hubungan kepercayaan diri dengan
partisipasi peserta kursus menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)
8
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah yang dikemukaan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa tinggi tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh peserta kursus
menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kutilang Medan?
2. Seberapa tinggi tingkat partisipasi yang dimiliki peserta kursus menjahit di
Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kutilang Medan?
3. Apakah terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan partisipasi
peserta kursus menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kutilang
Medan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kepercayaan diri yang
dimiliki oleh peserta kursus menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan
(LKP) Kutilang Medan.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang tingkat partisipasi yang dimiliki
peserta kursus menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kutilang
Medan.
3. Untuk mengetahui hubungan kepercayaan diri dengan partisipasi peserta
kursus keterampilan menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)
F. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Secara praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi peserta didik agar dapat meningkatkan
partisipasi pada program keterampilan menjahit melalui bekal
kepercayaan diri yang dimiliki.
b. Sebagai masukan bagi pengelola kursus keterampilan menjahit agar
dapat meningkatkan pembelajaran yang partisipatif guna mendorong
segala potensi diri peserta didik.
2. Secara Teoritis
a. Sebagai bahan acuan dan perbandingan bagi peneliti yang ingin
melakukan penelitian sejenis terkait hubungan kepercayaan diri dengan
partisipasi peserta kursus keterampilan menjahit
b. Sebagai bahan masukan bagi jurusan pendidikan luar sekolah dalam
menambah ilmu pengetahuan mengenai kepercayaan diri dan partisipasi
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil data angket yang diperoleh tentang kepercayaan diri yang
dimiliki peserta peserta kursus menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan
(LKP) Kutilang Medan termasuk dalam kategori rata-rata tinggi,
dibuktikan dengan hasil rata skor empirik yang lebih besar dari
rata-rata skor hipotetik yaitu 48,3 > 37,5. Sedangkan hasil data tentang tingkat
partisipasi yang dimiliki oleh peserta juga termasuk dalam kategori
rata-rata tinggi dengan rata-rata-rata-rata skor empirik lebih besar dari rata-rata-rata-rata skor
hipotetik yaitu 77,9 > 45. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri dan tingkat partisipasi peserta kursus menjahit di
Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kutilang Medan rata-rata tinggi.
2. Dari hasil analisis korelasi product moment antara variabel X dan Y
diperoleh rhitung > rtabel yaitu 0,62 > 0,361. Interpretasi koefisien korelasi ini
termasuk dalam kategori kuat. Kemudian diperoleh thitung > ttabel yaitu 4,19
> 0,683. Dengan demikian telah terbukti bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kepercayaan diri dengan partisipasi peserta kursus
menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kutilang Medan.
B. Saran
1. Bagi pengelola LKP Kutilang, diharapkan dapat mengembangkan cara
untuk meningkatkan partisipasi peserta melalui berbagai kegiatan-kegiatan
yang menarik dan menerapkan pembagian modul kepada masing-masing
peserta. Pengelola hendaknya memberikan kesempatan yang lebih luas
kepada peserta dalam mengemukakan ide, gagasan, saran dan pengalaman
belajar sehingga dapat menggali potensi mereka untuk berkreativitas
dalam bidang menjahit.
2. Bagi peserta kursus, hendaknya dapat meningkatkan partisipasi dalam
proses belajar melalui pemanfaatan potensi diri secara maksimal sesuai
dengan bakat dan minat yang dimiliki. Untuk dapat memanfaatkan potensi
tersebut, maka peserta perlu memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi
sehingga dapat mengeksplor segala kemampuan dalam mendesain busana
43
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Pendekatan Suatu Praktek, Jakarta. Rineka Cipta.
Gunarsa, Singgih D. (1989). Psikologi Olahraga, Bandung. Surya Grafindo.
Hadi, Sutrisno. (2000). Statistik. Yokyakarta. Fakultas Fsikologi UGM.
Hasibuan Malayu S.P. (1996). Organisasi dan Motivasi. Jakarta. Bumi Aksara.
Harsono. (1989). Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta. Depdikbud, DirjenDikti, Proyek Pengembangan LPTK.
Hitler. (2012). Skripsi. Analisis Kesehatan Mental Atlet Usia Dini Pada
Sekolah Sepakbola Andalas Prima Inalum FC Kab Batu Bara. Medan,
Unimed.
Irwansyah. (2012). Wawancara dengan Pelatih Sekolah Sepakbola
DISPARPORA, Binjai.
Luxbacher Joseph A. (1979). Sepak Bola. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
PSSI. (1990). Enam Puluh Tahun PSSI. Jakarta.
Rosmala Dewi. (2004). Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan
Kelas. Medan, Unimed.
Singarimbun Masri Dan Soffian. (1989). Metode Penelitian Survey. Jakarta, Sinar Baru Algensiodo.
Sucipto, dkk.(2000). Sepak Bola, Jakarta. Depdiknas.
Sudarman Damin. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta. Rineka Cipta.
Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung. Tarsito.
Sugiyono. (1988). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.
Sukintaka, dkk. (1979). Permainan dan Metodik. Bandung. Remaja Karya Offset.
44
Winardi. (2001). Motivasi & Pemotivasi dalam Manajemen. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
http://pendidikan.lintas.me/go/pengertiandefinisi.com/pengertian-orang-tua-pengertian-definisi/1/