• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kalau kita membicarakan upaya pemberdayakan ekonomi rakyat, maka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kalau kita membicarakan upaya pemberdayakan ekonomi rakyat, maka"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

K

alau kita membicarakan upaya pemberdayakan ekonomi rakyat, maka yang kita maksudkan adalah memberdayakan ekonomi rakyat yang mengantungkan hidupnya pada sektor agribisnis. Argumennya adalah:

sebagian besar rakyat menggantungkan hidupnya pada kegiatan agribisnis.

Dari jumlah penduduk Indonesia 200 juta jiwa saat ini, sekitar 80 persen menggantungkan hidupnya pada sektor agribisnis, baik pada agribisnis hulu, usahatani agribisnis hilir, maupun pada kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis. Pada agribisnis usahatani saja, diperkirakan sekitar 70 persen dari jumlah penduduk nasional. Mereka mendiami kawasan pedesaan mulai dari Sabang sampai Merauke, baik sebagai keluarga petani tanaman pangan, perkebunan rakyat peternak, nelayan, buruh tani dan sebagainya, yang sampai saat ini masih berada pada golongan berpendapatan rendah di Indonesia.

Dengan demikian, untuk memberdayakan ekonomi rakyat maka yang dapat dilakukan adalah: pertama, mempercepat tingkat kemajuan sektor ekonomi dimana sebagian besar rakyat menggantungkan hidupnya, yaitu sektor agribisnis. Dan, kedua, memperbesar pangsa manfaat ekonomi yang diterima oleh rakyat dari manfaat ekonomi yang ditimbulkan oleh kemajuan sektor agribisnis. Salah satu subsektor yang cukup penting peranannya dalam kegiatan ekonomi di kawasan pedesaan adalah subsektor peternakan.

Gambaran makro perkembangan subsektor peternakan selama ini cukup mengembirakan. Populasi sapi potong mampu bertumbuh dari hanya sekitar 6,4 juta ekor pada tahun 1969 menjadi sekitar 12,0 juta ekor tahun 1996.

Populasi sapi perah bertumbuh dari sekitar 52 ribu ekor pada tahun 1969 menjadi 343 ribu ekor tahun 1996. Populasi kerbau meningkat dari 2,9 juta ekor tahun 1969 menjadi 3,1 juta ekor tahun 1996. Sementara itu, kambing dan domba yang pada tahun 1969 baru mencapai 10 juta ekor, pada tahun 1996 meningkat menjadi sekitar 22 juta ekor. Ternak yang tergolong cepat pertumbuhan populasinya adalah unggas. Populasi ayam buras pada tahun 1969 baru mencapai 61,7 juta ekor, tahun 1996 menjadi 270,7 juta ekor.

Sementara itu, populasi ayam ras pedaging pada tahun 1980 baru mencapai 25,5 juta ekor, pada tahun 1996 telah mencapai 755,1 juta ekor. Sedangkan ayam ras petelur pada tahun 1969 baru mencapai sekitar 0,6 juta ekor,

13 Memberdayakan Peternak

Melalui Pengembangan Koperasi

Agribisnis Peternakan

(2)

meningkat menjadi 77,5 juta ekor pada tahun 1996. Berikut ini adalah petikan wawancara Prof. Bungaran Saragih dengan Warta Pertanian.

Bagaimana Perkembangan Pola Pengusahaan Ternak di Indonesia?

Dilihat dari pengusahaan, kegiatan ekonomim berbasis peternakan diselenggarakan oleh dua golongan yaitu peternak rakyat dan perusahaan peternakan. Berdasarkan data yang ada dapat dikemukakan bahwa untuk ternak sapi perah, ayam buras, domba, kambing dan kerbau, seluruhnya (100 persen) berada di tangan peternakan rakyat. Kemudian untuk sapi potong, sebelum tahun 1990, pangsa petemak rakyat mendekati 100 persen. Namun dengan berkembangnya feedloter 5 tahun terakhir ini, pangsa peternak rakyat sedikit menurun yaitu sekitar 90-95 persen. Sedangkan pada ayam ras petelur, pangsa peternak rakyat mencapai sekitar 80 persen. Pada ayam ras pedaging, pangsa peternak rakyat tidak diperoleh angka yang pasti. Namun dapat diperkirakan pangsa peternak rakyat tidak lebih dari 50 persen. Pangsa peternak rakyat yang demikian, secara keseluruhan menunjukan bahwa tulang punggung penyediaan hasil ternak (daging, susu, telur) nasional adalah peternak rakyat.

Kemudian, dilihat dari tingkat komersialisasinya, usaha peternakan dapat juga dikelompokkan menjadi empat pola usaha yaitu: (1) usaha sampingan, (2) cabang usaha, (3) usaha pokok, dan (4) industri peternakan. Berapa besar pangsa masing-masing pola usaha tersebut belum pernah diperoleh secara empiris. Namun secara spekulatif dapat disebutkan berdasarkan jenis ternak. Usaha ayam buras, kerbau, domba dan kambing masih terkonsentrasi pada pola usaha sambilan dan cabang usaha. Pengusahaan jenis ternak ini umumnya terintegrasi dengan kegiatan usahatani di pedesaan. Usaha sapi potong, dewasa ini tampaknya mulai terpolarisasi. Di satu sisi berada pada pola usaha sambilan-cabang usaha yang dikelola oleh peternak rakyat, namun di sisi lain juga telah berkembang industri petemakan sapi potong yang dikelola oleh pengusaha.

Usaha ayam ras pedaging dan petelur, dewasa ini telah berkembang sebagai usaha pokok sampai industri petemakan. Bagi peternak rakyat, usaha ayam ras pedaging dan petelur sudah merupakan usaha pokok. Sedangkan usaha ayam ras yang dikelola oleh perusahaan petemakan telah menjadi suatu industri petemakan yang terintegrasi secara vertikal. Artinya, industri pembibitan ayam ras, industri pakan, budi daya, industri pemotongan ayam,

(3)

bahkan sampai industri layanan makanan berada atau dimiliki suatu satu grup perusahaan. Sedangkan usaha ayam ras yang dikelola oleh peternak rakyat hanyalah budi daya ayam ras (on-farm) sedangkan agribisnis hulu (industri pembibitan, industri pakan dan lain-lain) dan agribisnis hilir (industri pemotongan ayam, industri layanan makanan, perdagangan dikuasai oleh perusahaan peternakan.

Satu-satunya kegiatan petemakan dengan pola industri petemakan yang dikuasai oleh peternak bersama koperasinya adalah agribisnis sapi perah yang tergantung dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI).

Mengapa Kegiatan Peternakan yang Telah Memasuki Tahap Industrialisasi, Pangsa Peternakan Rakyat Semakin Menurun Bahkan Cenderung Terdesak? Apakah Fenomena Ini Mengindikasikan Bahwa Porsipeternak Hanya Sampai Tahap Usaha Pokok Saja?

Fenomena yang demikian memang terjadi. Usaha ayam ras yang pada awal Orde Baru masih terbatas pada usaha sambilan atau cabang usaha, sepenuhnya dikuasai oleh peternak rakyat Namun setelah keberhasilan pilot proyek ayam ras yang dilaksanakan di sekitar Bogor dan Yogyakarta pada awal tahun 1970-an dan kemudian dijadikan gerakkan massal (Bimas ayam ras), perusahaan swasta mulai memasuki bisnis ayam ras.

Pada perkembangan berikutnya ternyata pertumbuhan perusahaan swasta pada ayam ras melaju sangat cepat bukan hanya usaha budi daya (on- farm) tetapi juga pada industri pembibitan, pakan dan pemotongan ayam serta perdagangannya (industrialisasi peternakan ayam ras). Sementara itu, peternak rakyat ayam ras hanya mampu melaju dari pola cabang usaha ke pola usaha pokok.

Akibatnya dominasi petemak rakyat dalam bisnis ayam ras digantikan oleh dominasi perusahaan peternakan. Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat pada tahun 1980, dan peternak rakyat banyak yang gulung tikar.

Saat itulah awal gejolak bisnis ayam ras sampai saat inisehingga pemerintah terpaksa turun tangan melalui Keppres No. 50 Tahun 1981 dan Keppres No.

22 Tahun 1990, yang intinya melindungi kepentingan peternak rakyat pada agribisnis budi daya ayam ras.

(4)

Lantas, Apakah Perusahaan Peternakan yang Melaju Cepat Harus Disalahkan dan Harus Dikambinghitamkan Sebagai Penyebab Rendahnya Kehidupan Ekonomi Peternak Rakyat?

Menurut saya, kita harus objektif melihat persoalan ini. Perusahaan peternakan mampu memasuki tahap industrialisasi (bahkan saat ini sudah banyak yang go public) disebabkan karena mereka mampu memperluas bisnisnya ke agribisnis hulu (terutama industri pakan) dan agribisnis hilir, Dalam bisnis ternak apapun, penguasaan pakan sangat menentukan keber- hasilan bisnis ternak. Perusahaan peternakan tahu itu, Sementara peternak rakyat gagal mengembangkan kegiatan bisnisnya ke agribisnis hulu dan hilir ayam ras. Memang secara individu, peternak rakyat yang umumnya kecil- kecil tidak akan mampu untuk membangun industri pakan. Tetapi peternak rakyat secara bersama-sama dapat membentuk organisasi bisnisnya sehingga mampu menguasai agribisnis hulu, bahkan juga agribisnis hilir, Di sini jugalah kegagalan kita. Kita gagal mengembangkan organisasi bisnis peternak rakyat ayam ras secara dini.

Berbeda dengan ayam ras, agribisnis sapi perah berhasil mengembangkan organisasi bisnis secara dini, sehingga sampai saat ini agribisnis susu segar mulai dari hulu sampai hilir di kuasai oleh peternak sapi perah melalui koperasinya yaitu KUD/KPS sebagai koperasi primer dan GKSI sebagai koperasi sekunder.

Saat ini, dari seluruh golongan petani, peternak sapi perahlah yang paling tinggi pendapatannya.

Jadi pada tahap pola industri peternakan, pangsa peternak rakyat tidak harus besar, tetapi dapat tetap besar bahkan dominan, bila organisasi bisnis peternak rakyat secara dini dipersiapkan sebagai lokomotif industrialisasi peternakan. Dan, tidak ada pembatasan bahwa porsi ekonomi petani hanya pada tahap usaha pokok. Pemerintah mengharapkan peternak rakyat mampu berkembang sejajar dengan perusahaan swasta nasional untuk menangkap peluang ekonomi, baik di pasar domestik maupun di luar negeri.

(5)

Mengapa Sudah 25 Tahun Pembangunan Pertanian/

Peternakan Berlangsung Kehidupan Ekonomi Peternak Rakyat Tidak Banyak Berubah? Apakah Karena Bisnis Peternakan Tidak Menguntungkan?

Sebenarnya, secara absolut terjadi juga perubahan/perbaikan. Namun secara relatif memang kurang berarti, karena laju peningkatan pendapatan mereka yang bukan petani/peternak jauh lebih cepat dari Iaju pertumbuhan pendapatan peternak rakyat. Sehingga sampai saat ini peternak rakyat atau petard secara keseluruhan tetap berada pada golongan terendah pendapatannya.

Relatif rendahnya laju pertumbuhan pendapatan peternak rakyat ini disebabkan karena rakyat dari dahulu sampai sekarang hanya menguasai kegiatan ekonomi yang memberikan nilai tambah (added value) terendah.

Dalam suatu sistem agribisnis peternakan, nilai tambah yang terbesar berada pada subsistem agribisnis hulu (misalnya industri pakan dan perdagangannya) dan pada subsistem agribisnis hilir (misalnya industri pehgolahan hasil ternak dan perdagangannya). Sedangkan pada subsistem agribisnis budi daya (usaha peternakan) nilai tambahnya relatif kecil. Dengan demikian, mereka yang menguasai agribisnis budi daya (petemak rakyat) akan menerima pendapatan yang relatif rendah juga. Sementara mereka yang menguasai subsistem agribisnis hulu dan hilir (pengusaha/industriawan, pedagang) menerima pendapatan yang relatif tinggi. Mereka yang menguasai agribisnis hulu dan hilir inilah yang saat ini tergolong berpendapatan menengah ke atas bahkan sebagian telah menjadi konglomerat.

Posisi peternak rakyat yang berada pada kegiatan yang memberikan nilai tambah kecil, diperparah pula oleh posisinya yang terjepit karena harus menghadapi kekuatan monopolistis di pasar input dan kekuatan monopsonistis di pasar output usahatani. Akibatnya, harga yang diterima peternak rakyat tetap relatif rendah, sementara harga input yang dibayar peternak cenderung mahal. Hal ini jelas akan mengurangi peluang peternak rakyat memperoleh keuntungan. Padahal secara tahunan, harga-harga produk akhir peternakan (yang dibayar konsumen) cenderung naik, tetapi dengan posisi seperti itu, kenaikan harga tersebut hanya sedikit dinikmati peternak rakyat.

Jadi, kegiatan peternakan yang dikuasai oleh peternak rakyat selama ini menjadi tidak menguntungkan, namun dilihat sebagai sudah sistem agribisnis menguntungkan. Sebab kalau tidak menguntungkan tidak mungkin pengusaha agribisnis peternakan tetap bertahan sampai saat ini. Bahkan

(6)

akhir-akhir ini semakin ekspansif dan semakin banyak pendatang baru, baik dari PMDN maupun PMA. Selain itu, sejak tahun 1993 lalu, perusahaan- perusahaan agribisnis peternakan khususnya ayam ras sudah ikut meramaikan bursa saham di pasar modal. Dan akhir-akhir ini, media massa memberitakan bahwa saham agribisnis peternakan banyak diburu investor asing?

Apakah dengan Mengembangkan Koperasi Agribisnis Peternakan Mampu Memberdayakan Ekonomi Peternak Rakyat?

Menurut saya bisa. Esensi dari pemberdayaan ekonomi peternak rakyat adalah bagaimana cara peternak rakyat untuk merebut nilai tambah yang ada pada agribisnis hilir, sekaligus mampu memperkuat usahanya.

Mengingat petemak rakyat kita umumnya serba kecil-lemah, maka secara individu tidak akan mampu merebut nilai tambah tersebut. Oleh sebab itu, perlu ada organisasi bisnis peternak rakyat. Maksudnya adalah peternak rakyat yang bergerak pada agribisnis budi daya peternakan didorong (kalau perlu difasilitasi) untuk membentuk organisasi bisnis peternak rakyat berupa koperasi agribisnis, yang dikelola oleh orang-orang yang profesional. Perlu saya tekankan bahwa kegiatan yang dikoperasikan bukan kegiatan budi daya, karena tidak efisien. Yang dikoperasikan adalah kegiatan agribisnis hulu dan hilir yang memang bersifat biaya produksi per unit yang menurun dengan meningkatnya total produksi (decreasing cost).

Dengan adanya koperasi agribisnis petemakan milik petemak rakyat mi, maka koperasi ini akan mengembangkan unit-unit usaha pada agribisnis hulu (misalnya industri pakan ternak) dan unit-unit usaha pada agribisnis hilir (misalnya pemotongan ternak atau perdagangan hasil ternak).

Bila kondisi yang demikian dapat dicapai, maka nilai tambah yang ada pada agribisnis hulu dan hilir akan dapat direbut oleh peternak rakyat melalui koperasinya. Selain itu, karena industri pakan sudah dimiliki oleh peternak melalui koperasinya, maka harga pakan yang dibayar oleh peternak rakyat hanyalah harga pokok penjualan saja, tidak lagi harga yang ditetapkan lebih tinggi dari harga normal (mark-up) atau harga monopoli seperti selama ini.

Demikian juga pada agribisnis hilir, karena pemotongan ternak (pengolahan) dan perdagangan sudah dikuasai peternak rakyat melalui koperasinya, maka harga produk-produk akhir petemakan yang dibayar konsumen (hasil mekanisme pasar) secara langsung dapat dinikmari oleh peternak rakyat.

(7)

meningkat dan usahanya, baik budi daya peternakan yang dikelola secara individu maupun kegiatan agribisnis hulu dan hilir yang dikelola koperasinya akan semakin kuat dan kondusif mencapai efisiensi tertinggi.

Selama Ini Koperasi (KUD, Koperasi Unggas) Sudah Ada. Koperasi Agribisnis Peternakan Yang Bagaimana yang Dimaksudkan ?

Koperasi (KUD, non-KUD) yang ada selama ini masih terbatas pada budi daya saja. Peran utamanya baru menyalurkan sarana produksi atau mengumpulkan (bukan memasarkan) hasil usahatani. Jadi kehadiran koperasi masih lebih menguntungkan bagi pengusaha yang bergerak pada agribisnis hulu dan hilir, bahkan bagi peternak rakyat dapat merugikan jika koperasi mengambil marjin dalam menyalurkan sarana produksi maupun pengumpulan hasil. Selama ini, koperasi (KUD) masih menangani banyak komoditas, sehingga tidak pernah menguasai suatu agribisnis komoditas tertentu.

Koperasi agribisnis mampu memberdayakan ekonomi peternak rakyat adalah koperasi agribisnis yang menangani suatu jenis komoditas sebagai bisnis inti (core business), Artinya, seluruh kegiatan agribisnis mulai dari hulu sampai ke hilir dikuasai oleh koperasi. Dalam agribisnis peternakan sudah ada yang berhasil yaitu koperasi susu GKSI sebagai koperasi susu sekunder dan koperasi peternak sapi perah (KPS) sebagai koperasi primer, Pada agribisnis hulu susu, koperasi memiliki pabrik pakan ternak, dan gudang pencampuran pakan ternak, mengimpor Iangsung bibit sapi perah dan memiliki pembesaran pedat sapi perah dan lain-lain, Sedangkan pada budi daya dilaksanakan oleh peternak sapi perah (di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur).

Sedangkan, pada agribisnis hilir, mereka memiliki pabrik pengolahan susu (milk treatment), armada khusus pengangkutan susu, industri pengolahan susu (pasteurisasi yogurt), susu alam murni, dan mengembangkan aliansi dengan industri pengolahan susu seperti dengan Susu Bendera, PT Ultra Jaya, PL Sari Husada, PL Nestle dan lain-lain. Mungkin di masa yang akan datang, GKSI dapat mendirikan industri es krim.

Saat ini Departemen Pertanian cq. Ditjen Peternakan bersama-sama dengan Pemda Jawa Barat sedang mengembangkan koperasi agribisnis ayam ras. Kita harapkan koperasi ayam ras ini mampu berkembang cepat, Pada komoditi lainnya, seperti sapi potong, domba, kambing dan ayam buras dapat muncul koperasinya di masa yang akan datang.

(8)

Di negara-negara Eropa, seperti Denmark dan Belanda, koperasi agribisnis dengan bisnis inti satu komoditas sangat berhasil. Bahkan di negara Jepang, dimana Bung Hatta dulu belajar koperasi, yang berkembang adalah koperasi agribisnis seperti itu.

Apakah bila dari Hulu Hingga ke Hilir Dikuasai oleh Koperasi Agribisnis Tidak Merupakan Distorsi Pasar Seperti Praktek Kartel?

Tidak akan! Sebab, mengembangkan koperasi agribisnis suatu komoditas tidak bermaksud (tidak akan) membuat seluruh peternak dalam satu koperasi sebab tidak akan berhasil, karena terlalu besar. Yang akan kita kembangkan adalah banyak koperasi agribisnis dalam satu komoditas. Di Jawa Barat, misalnya, untuk ayam ras, ada puluhan koperasi agribisnis. Demikian juga di provinsi lain. Lagi pula, ada perusahaan swasta yang juga terintegrasi secara vertikal. Jadi ada puluhan koperasi agribisnis dan puluhan perusahaan swasta yang saling bersaing di pasar produk akhir, baik antarkoperasi agribisnis, antar perusahaan swasta maupun antarperusahaan swasta dengan koperasi agribisnis. Kalau begitu banyak peiaku agribisnis. Disuruh pun berkolusi tidak akan terjadi kolusi. Tetapi kalau jumlahnya sedikit, dilarangpun berkolusi pasti akan berkolusi. Selain itu, beberapa tahun yang akan datang kita akan memasuki era perdagangan bebas, baik di kawasan Asia Tenggara (AFTA) kemudian di Asia Pasific (APEC). Dengan era perdagangan bebas, maka persaingan antarkoperasi agribisnis, perusahaan swasta dan perusahaan asing akan meningkat. Jadi tidak mungkin terbentuk kartel, yang terjadi adalah persaingan. Dan ini baik karena akan mendorong efisiensi dan inovasi.

Bagaimana Tahap-Tahap Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternakan? Apakah Sumberdaya Manusia Peternak Rakyat Akan Mampu? dan Apa Peran Pemerintah?

Bagi peternak rakyat yang sudah ada koperasinya, sudah lebih mudah karena tinggal mengembangkan saja. Tetapi bagi peternak rakyat yang belum ada koperasinya, kita perlu mendorong dan membantu mereka untuk berkoperasi.

Pada agribisnis peternakan, keberhasilan bisnis akan sangat tergantung pada pakan, karena sekitar 60-70 persen biaya produksi adalah pakan. Siapa

(9)

yang menguasai pakan, dialah yang unggul dalam bisnis peternakan. Oleh karena itu, yang harus segera (pertama) digarap oleh koperasi agribisnis peternakan adalah industri pakan. Industri pakan ini tidak perlu besar-besar, lebih baik skala menengah tetapi banyak sesuai dengan kebutuhan anggotanya.

Setelah pakan digarap, baru pada agribisnis hilir, misalnya pemotongan ternak atau pengolahan maupun perdagangan. Dalam mengarap pemotongan ternak atau pengolahan hasil ternak ini dapat secara murni dimulai koperasi. Tetapi dapat juga dengan aliansi atau model modal patungan dengan perusahaan Swasta atau BUMN. Dalam perdagangan hasil ternak, misalnya, koperasi dapat mengadakan kios-kios hasil ternak, baik di pasar “becek” maupun pasar

“elite’’.

Selanjutnya, untuk menjamin kontinuitas bahan baku pakan, terutama jagung, koperasi agribisnis dapat mengembangkan jaringan bisnis (business network) dengan koperasi petani jagung atau membuka perkebunan jagung (corn estate) secara modal ventura dengan koperasi agribisnis peternakan lainnya, koperasi agribisnis jagung atau dilakukan secara sendiri-sendiri.

Demikian seterusnya, mungkin sampai pada pembibitan dan lain-lain.

Koperasi agribisnis tersebut, termasuk unit-unit usahanya, harus dikelola secara profesional. Dewasa ini peternak rakyat sudah banyak yang pintar (karena pengalaman) bahkan pada ayam ras banyak yang sudah sarjana.

Kalaupun tidak ada, tidak menjadi hambatan untuk mengembangkan koperasi agribisnis. Perusahaan peternakan yang ada saat ini, pemilikinya tidak tahu apa-apa tentang bisnis ternak. Mereka merekrut orang-orang yang profesional. Kalau perusahaan peternakan mampu mengaji orang-orang profesional, mengapa koperasi agribisnis peternakan tidak mampu. Saya yakin mampu. Contoh sudah ada, yaitu GKSI. Saat ini GKSI telah mampu merekrut dan mengaji 35 orang tenaga kerja SI dan S2.

Kemudian peran pemerintah jelas sangat dibutuhkan, terutama pada awal pengembangan koperasi agribisnis. Sudah saatnya pemerintah lebih serius untuk mendorong pengem-bangan koperasi agribisnis ini. Pada awal perkembangannya peran pemerintah cukup banyak seperti memberi kemudahan ijin usaha, lokasi, fasilitas kredit, dan lain-lain. Sejarah GKSI menunjukkan bahwa GKSI mampu berkembang pesat karena pemerintah memberi kemudahan-kemudahan (tanpa menciptakan distorsi). Dalam banyak masalah/kemelut yang dihadapi GKSI selama ini, pemerintah cukup tanggap dan sigap memberikan solusinya. Soal fasilitas kredit, saat ini sudah cukup banyak skim kredit yang dapat dimanfaatkan koperasi. Skim kredit ini

(10)

perlu dibesarkan dan dipermudah penyalurannya. Mungkin sudah saatnya kita memiliki semacam Bank Agribisnis yang berperan dalam mengorganisir skim atau sumber kredit yang ada dan menyalurkannya pada koperasi agribisnis.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan definisi dari etika muja > dalah adalah standar nilai yang dijadikan acuan dalam usaha memperkuat pernyataan yang dipersoal– kan dengan menggunakan argumentasi

Berdasarkan analisis data dari penelitian yang dilakukan pada anak kelompok B TK Aisyiyah Karanganyar tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 2 siklus 3 pertemuan

Namun demikian berdasarkan beberapa kejadian dimana terjadi kematian pasien yang berkerabat dekat disebabkan oleh infeksi virus H5N1 (Hien TT, et. 2004), dan transmisi yang

Sebagai lembaga pendidikan modern, madrasah dewasa ini memiliki visi dan misi baru yang lebih modernis daripada era awal kelahirannya, tidak hanya menyiapkan peserta didik

baik kelas XI Jurusan IPA maupun Kelas XI Jurusan IPS, kegiatan ekstrakurikuler (eskul) dan bimbingan belajar (bimbel) mempunyai pengaruh positif yang signifikan

Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa konflik kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja, beban kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan

Gunakan bahan yang tidak mudah terbakar seperti vermikulit, pasir atau tanah untuk menyerap produk ini dan.. tempatkan dalam kontainer untuk

Dari hasil uji t di atas, dapat disimpulakan bahwa biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya deteksi atau penilaian, biaya kegagalan internal, dan