• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN PEMASARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN PEMASARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) SKRIPSI"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus : Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH : ELZA HAFIZAH

160304009 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

ANALISIS USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN PEMASARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)

(Kasus : Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH : ELZA HAFIZAH

160304009 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agrbisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Elza Hafizah (160304009) dengan judul skripsi Analisis Usaha Budidaya Tambak dan Pemasaran Ikan Bandeng (Chanos chanos). Kasus: Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat produksi ikan bandeng dan

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng; untuk menganalisis tingkat pendapatan ikan bandeng; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ikan bandeng; untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan bandeng; dan menganalisis saluran pemasaran, marjin, serta efisiensi pemasaran ikan bandeng. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, Cobb-douglas, analisis regresi linear berganda, R/C ratio, margin pemasaran, dan efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produksi usaha budidaya tambak ikan bandeng masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan tingkat produksi usaha sejenis di daerah penelitian lain sebagai referensi. Faktor produksi benih, pakan, dan curahan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Pendapatan bersih usahatani budidaya tambak ikan bandeng sebesar Rp. 3.344,414/bulan tergolong tinggi karena lebih besar dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) Deli Serdang per bulan pada tahun 2020. Faktor pendapatan biaya pupuk dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha budidaya ikan bandeng. Usaha budidaya ikan bandeng secara finansial sudah efisien dan layak untuk diusahakan. Terdapat satu saluran pemasaran ikan bandeng dimana lembaga perantara yang terlibat adalah pedagang pengumpul dan pedagang besar. Saluran pemasaran ikan bandeng didaerah penelitian sudah efisien.

Kata Kunci : Ikan Bandeng, Usahatani, Pendapatan, Margin, Efisiensi Pemasaran.

(6)

Abstract

Elza Hafizah (160304009) with the thesis title is analysis of farm cultivation and marketing of milkfish (Chanos chanos). Case: Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. This research was guided by Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT as a chairman of the supervisory commission and Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si a member of the advisory commission.

The purpose of this study was to analyze the production level of milkfish and factors affecting milkfish production; to analyze the income level of milkfish; to analyze the factors that affect milkfish income; to analyze the feasibility of milkfish cultivation business; and analyze marketing channels, margins, and marketing efficiencies of milkfish. Data analysis method by done using descriptive analysis, Cobb-douglas,multiple linear regression analysis, R/C ratio, marketing margin, and marketing efficiency. The results showed that the production rate of milkfish farming business is still relatively low when compared to the production rate of similar businesses in other research areas as a reference. Factors of seed production, feed, and labor outpouring have a real effect on the production. The net income of milkfish farming cultivation amounted to Rp. 3,344,414/month is relatively high because it is greater than the Deli Serdang District Minimum Wage (UMK) per month in 2020. Factors of fertilizer cost income and labor costs have a real effect on the income of milkfish cultivation business. Milkfish cultivation business is financially efficient and worth trying. There is one milkfish marketing channel where the intermediary institutions involved are collectors and wholesalers. Milkfish marketing channels in the research area have been efficient.

Keywords: Milkfish, Farming, Revenue, Margin, Marketing Efficiency.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Usaha Budidaya Tambak dan Pemasaran Ikan Bandeng di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis secara khusus menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku ketua komisi pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi penulis tanpa mengenal lelah, serta mendukung dan membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga dalam penyelesaian skirpsi ini.

Kebijaksanaan, ketegasan dan ketepatan sikap bapak menjadi panutan bagi penulis.

Juga kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang dengan kesediaan waktu dalam membimbing, memberikan motivasi, memberikan pengarahan dan member kemudahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Kesabaran dan keikhlasan bapak menjadi panutan bagi penulis.

Ungkapan rasa terima kasih yang sama juga disampaikan kepada :

1. Kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara yang memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

2. Kepada Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku dosen ketua penguji ujian meja hijau dan kepada Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku dosen anggota penguji meja hijau yang telah memberikan perbaikan dan saran dalam penyelesaian skripsi saya.

3. Kepada seluruh dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu - ilmu yang bermanfaat kepada penulis

selama masa perkuliahan serta kepada seluruh pegawai Fakultas Pertanian, Khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menjalankan perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

4. Kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Zulfan Lubis dan ibunda Ermawida, yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungan baik secara materi maupun non materi yang tiada henti-hentinya, juga kasih sayang dan perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai pada proses akhir pendidikan sarjana ini.

(8)

5. Kepada kakak tercinta Era Zakiyah, SE yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan proses pendidikan ini. Curahan kasih sayang dan dorongan semangat yang selalu menguatkan penulis.

6. Kepada teman-teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2016, khususnya kelas

Agribisnis-1, dan para sahabat (Anggi Defriana Bintang; Melinda Siregar, SP;

Nadya Ulpa, SP; Devi Andayani Nasution, SP; Ririn Nintias Syafitri Lubis, SP; Febiani Dwi Putri, SP; Tia Ananda, SP). Sepenggal waktu bersama mereka begitu berharga dan segala yang ada di kurun waktu tersebut tumbuh bersama diri penulis dan membekas di dalam hati.

7. Kepada responden penelitian yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk diwawancarai oleh penulis demi kesempurnaan penelitian penulis serta kepada semua pihak yang terlibat yang telah mendukung.

Namun demikian penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 2020

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Indentifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandeng ... 9

2.2 Sistem Budidaya Bandeng ... 10

2.3 Landasan Teori ... 12

2.4 Penelitian Terdahulu ... 18

2.5 Kerangka Pemikiran ... 21

2.6 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 27

3.3 Metode Penentuan Lembaga Pemasaran ... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.5 Metode Analisis Data ... 29

3.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 32

3.5.2 Uji Hipotesis ... 34

3.6 Definisi Dan Batasan Operasional ... 37

3.6.1 Definisi Operasional... 37

3.6.2 Batasan Operasional ... 39

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 40

4.1.1. Luas dan Letak Geografis ... 40

4.1.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 40

4.1.3. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan ... 41

4.1.4. Sarana dan Prasarana... 42

4.2 Karakteristik Sampel ... 43

(10)

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 43

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 44

4.2.3. Karakterisitik Responden Berdasarkan Pengalaman Bertambak ... 44

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Teknis Budidaya Usaha Tambak Ikan Bandeng ... 46

5.2.Tingkat Produksi Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng ... 49

5.3.Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Ikan Bandeng ... 50

5.3.1. Uji Asumsi Klasik ... 50

5.3.2. Uji Kesesuaian Model Dan Uji Hipotesis ... 53

5.4.Analisis Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng ... 57

5.5.Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pada Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng ... 58

5.5.1. Uji Asumsi Klasik ... 58

5.5.2. Uji Kesesuaian Model Dan Uji Hipotesis ... 61

5.6.Kelayakan Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng ... 64

5.7.Pemasaran Ikan Bandeng ... 65

5.7.1. Saluran Pemasaran Ikan Bandeng ... 65

5.7.2. Margin Pemasaran Ikan Bandeng ... 66

5.7.3. Efisiensi Pemasaran Ikan Bandeng ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan ... 71

6.2.Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Luas Lahan Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya Di Indonesia,

tahun 2012 – 2016 (Ha) 2

1.2 Produksi Perikanan Tambak Menurut Jenis Ikan di Indonesia Tahun

2012 – 2017 (Ton) 3

1.3 Luas Lahan Perikanan Budidaya Tambak Dan Produksi Perikanan

Tambak Bandeng Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 – 2016 3 1.4 Produksi Perikanan dan Luas Lahan Budidaya Tambak Menurut

Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang (ton), Tahun 2018 4 3.1 Jumlah Tambak Rumah Tangga Dan Luar Budidaya Perikanan Menurut

Kecamatan Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018 26 3.2 Luas Penggunaan Lahan Di Des Tanjung Rejo Tahun 2016 27 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tanjung Rejo 41 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian 42 4.3 Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Tanjung Rejo 42

4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur 43

4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan 44 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Petambak 45 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Luas Lahan 45 5.1 Tingkat produksi Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng Per Siklus

Budidaya (kg/Ha) 49

5.2 Hasil Uji Asumsi Normalitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Produksi Ikan Bandeng 51

5.3 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Produksi Ikan Banden 51

5.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R Square) Pengaruh Faktor Produksi 53 5.5 Hasil Uji Serempak (Uji F) Pengaruh Faktor Produksi 54 5.6 Hasil Uji Parsial (Uji T) Pengaryh Faktor Produksi 54 5.7 Analisis Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng / Ha/ Siklus Budidaya 57 5.8 Hasil Uji Asumsi Normalitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Ikan Bandeng 59

5.9 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Tambak Ikan Bandeng 59

5.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R Square) Pengaruh Faktor Pendapatan 61 5.11 Hasil Uji Serempak (Uji F) Pada Faktor Pendapatan 62 5.12 Hasil Uji Parsial (Uji T) Pada Faktor Pendapatan 63 5.13 Anaisis R/C Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng /Ha/Siklus

Budidaya 65

5.14 Biaya dan share margin Pemasaran Ikan Bandeng 67 5.15 Efisiensi Saluran Pemasaran Ikan Bandeng Di Daerah Penelitian 69

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1 Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Dan Perikanan Budidaya Nasional 2012 – 2017

1

2.1 Skema Kerangka Pemikiran 24

5.1 Grafik Scatterplot Pada Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Tambak Ikan Bandeng

52

5.2 Grafik Scatterplot Pada Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Tambak Ikan Bandeng

60

5.3 Saluran Pemasarn Ikan Bandeng 66

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Petambak Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng 2 Data Umum Pada Saluran Pemasaran Ikan Bandeng

3 Biaya Sewa Lahan Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng

4 Jumlah Biaya Peralatan Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

5 Biaya Benih Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

6 Biaya Obat - Obatan Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

7 Biaya Pupuk Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

8 Biaya Pakan Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

9 Biaya Dan Curahan Tenaga Kerja Pada Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

10 Biaya Tetap Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

11 Biaya Variabel Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

12 Biaya Produksi Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

13 Produksi Dan Penerimaan Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

14 Tingkat Produksi Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng /Ha/Siklus Budidaya

15 Total Pendapatan Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng /Siklus Budidaya

16 Analisis Kelayakan Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng Berdasarkan R/C Per Siklus Budidaya

17 Analisis Kelayakan Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng Berdasarkan R/C Per Ha Per Siklus Budidaya

18 Variabel Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng

19 Hasil Output SPSS Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng Dengan SPSS 24.0

20 Variabel Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tambak Budidaya Ikan Bandeng

21 Hasil Output SPSS Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng Dengan SPSS 24.0

22 Volume Pembelian Dan Biaya Tataniaga Pada Saluran Pemasaran Ikan Bandeng

23 Fungsi - Fungsi Pemasaran Ikan Bandeng

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sektor perikanan adalah sektor yang prospektif di Indonesia. Laut yang luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk pengembangan sektor tersebut. Sektor perikanan sangat bergantung dengan alam oleh karena itu diperlukan sektor perikanan untuk penyediaan kebutuhan pangan masyarakat. Perkembangan Produksi perikanan Indonesia tahun 2017 mencapai 22,718,622 juta ton. Produksi tersebut merupakan kontribusi dari produksi perikanan tangkap mencapai 6,603,631 juta ton dan produksi perikanan budidaya mencapai 16,114,991 juta ton (Satu Data Kelautan Dan Perikanan, 2018). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1

Gambar 1.1 Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Dan Perikanan Budidaya Nasional 2012 – 2017

Sumber : Satu Data Kelautan Dan Perikanan (2018), Ditjen Perikanan Tangkap (2017), Dan Ditjen Perikanan Budidaya Nasional (2017)

2012 2013 2014 2015 2016 2017

PerikananTangkap Laut 5,435,633 5,707,013 6,037,654 6,204,668 6,116,469 6,603,631 Perikanan Tangkap PUD 393,561 408,384 446,692 473,134 464,722 467,821 Perikanan Budidaya 9,675,553 13,300,906 14,359,129 15,634,093 16,002,319 16,114,991

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000

(Satuan : Ton)

PerikananTangkap Laut Perikanan Tangkap PUD Perikanan Budidaya

(15)

Usaha budidaya tambak merupakan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumber pesisir pantai. Kegiatan ini di harapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani maupun nelayan daerah pesisir pantai, meningkatkan devisa dan mengurangi ketergantungan dari produksi perikanan tangkap. Potensi budidaya tambak dapat dilihat dari luas lahan tambak di Indonesia pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Luas Lahan Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya Di Indonesia, tahun 2012 – 2016 (Ha)

Jenis Budidaya

Tahun

Kenaikan Rata – Rata

(%) 2012 2013 2014 2015 2016 2012 – 2016

Laut 178.435 325.825 281.474 285.527 276.500 16,82

Tambak 657.346 650.509 667.083 715.846 674.135 0,75

Kolam 131.776 176.509 161.387 189.196 150.508 5,54

Keramba 476 218 396 883 982 40,34

Jaring Apung 1.371 1.345 1.272 1.912 22.765 283,42

Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya (2017)

Sektor perikanan budidaya di kelompokkan dalam beberapa jenis budidaya yaitu budidaya laut, budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, dan budidaya jaring apung. Luas lahan budidaya tambak di Indonesia pada 2015 – 2016 mengalami penurunan. Pada tahun 2015 luas lahan budidaya sebesar 715.486 Ha turun menjadi 674.135 Ha.

Di Indonesia, budidaya bandeng telah dikenal sejak abad XII dan merupakan budidaya tertua. Pada saat itu, bandeng mulai dibudidayakan di tambak air payau pulau Jawa. Sampai saat ini, kebutuhan bandeng belum terpenuhi secara maksimal. Dengan demikian, prospek budidaya bandeng kedepan masih sangat cerah dan terus terbuka (Sudradjat, 2011).

(16)

Tabel 1.2 Produksi Perikanan Tambak Menurut Jenis Ikan di Indonesia Tahun 2012 – 2017 (Ton)

Komoditas

Tahun

Kenaikan Rata – Rata (%)

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 – 2017 Bandeng 482.803 575.175 577.464 625.288 691.289 632.777 5,98

Kakap 3.370 3.897 3.071 4.266 5.872 645 -3,60

Undang

Windu 116.311 168.318 129.231 125.073 128.655 126.183 3,84 Undang

Vename 251.791 256.328 254.297 253.906 256.632 737.015 37,82 Kepiting 14.268 11.911 13.606 12.546 11.407 10.589 -5,27

Sumber : 2012-2016: Ditjen Perikanan Budidaya, 2017: Aplikasi Satu Data

Tabel 1.2 memperlihatkan produksi perikanan tambak di Indonesia pada tahun 2012 sampai 2017. Data produksi perikanan tambak bandeng pada tahun 2016 – 2017 mengalami penurunan. Produksi perikanan tambak bandeng pada tahun 2016 sebesar 691.289 ton menurun pada tahun 2017 sebesar 632.77 ton.

Perikanan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai peran sangat penting dalam Provinsi Sumatera Utara. Sektor perikanan di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan perkembangan yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3

Tabel 1.3 Luas Lahan Perikanan Budidaya Tambak Dan Produksi Perikanan Tambak Bandeng Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 – 2016

Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

2012 4.665 3.448

2013 4.499 3.241

2014 4.499 1.821

2015 5.177 3.425

2016 6.499 1.350

Rataan 5.068 2.657

Sumber : Satu Data Kelautan Dan Perikanan (2018) Dan Ditjen Perikanan Budidaya (2017)

(17)

Tabel 1.3 memperlihatkan luas lahan budidaya tambak dan produksi perikanan tambak bandeng di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 sampai 2017. Luas lahan budidaya tambak pada 2015 – 2016 mengalami peningkat. Pada tahun 2015 luas lahan budidaya tambak sebesar 5.177 Ha meningkat pada tahun 2016 menjadi 6.499 Ha. Data produksi prikanan tambak pada tahun 2015 – 2016 mengalami penurunan. Produksi perikanan tambak bandeng pada tahun 2015 sebesar 3.425 ton menurun tahun 2016 sebesar 1.350 ton.

Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yang memiliki perairan dan penghasil ikan. Dimana sebagian masyarakat Deli Serdang berpenghasilan sebagai nelayan.

Tabel 1.4 Produksi Perikanan dan Luas Lahan Budidaya Tambak Menurut Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang (ton), Tahun 2018

No Kecamatan Produksi (Ton) Luas Lahan (Ha)

1 Hamparan Perak 2.536,20 345,95

2 Labuhan Deli 1.739,80 152,60

3 Percut Sei Tuan 3.161,60 277,00

4 Pantai Labu 785,20 26,70

Deli Serdang

2018 8.222,80 802,25

2017 6.210,29 865,92

2016 6.122,07 852,37

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang (2019)

Dari Tabel 1.4 memperlihatkan produksi perikanan dan luas lahan budidaya tambak menurut kecamatan di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2018. Produksi perikanan budidaya tambak tertinggi di Kabupaten Deli Serdang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan dengan jumlah produksi sebesar 3.161,60 ton dengan luas lahan budidaya tambak di daerah Kecamatan Percut Sei Tuan sebesar 277,00 Ha. Pada Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki nilai produksi yang baik, dimana

(18)

memiliki nilai produksi yang lebih besar di bandingkan dengan kecamatan lainnya.

Berdasarkan data produksi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2016 – 2018 mengalami peningkatan produksi perikanan budidaya tambak. Produksi perikanan pada tahun 2016 sebesar 6.122,07 ton meningkat pada tahun 2018 sebesar 8.222,80 ton. Luas lahan perikanan budidaya tambak di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2016 – 20 17 mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2017 – 2018 luas lahan tambak mengalami penurunan. Luas lahan pada tahun 20 17 yaitu sebesar 865,95 Ha menurun pada tahun 2018 sebesar 802,25Ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor budidaya tambak di Kabupaten Deli Serdang memiliki potensi untuk dikembangkan secara lebih optimal namun produktifitasnya masih tergolong rendah.

Pengembangan perikanan budidaya tambak ikan bandeng juga dihadapkan dengan masih terbatasnya prasarana saluran irigasi, terbatasnya ketersediaan dan distribusi induk dan benih unggul, kesiapan dalam menanggulangi hama dan penyakit, tingginya harga pakan, serta masih tingginya biaya logistik. Rendahnya produktivitas perikanan budidaya juga disebabkan karena struktur pelaku usaha perikanan budidaya adalah skala kecil/ tradisional, dengan keterbatasan aspek permodalan, jaringan teknologi dan pasar serta adanya pencemaran yang mempengaruhi kualitas lingkungan perikanan budidaya (Pudjiastuti, 2018).

Pemasaran merupakan hal yang paling penting dalam menjalankan sebuah usaha perikanan karena pemasaran merupakan tindakan ekonomi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani tambak. Produksi yang tinggi akan

(19)

sia-sia jika harga jualnya rendah. Oleh karena itu tingginya produksi tidak selalu memberikan keuntungan yang tinggi tanpa disertai pemasaran yang baik dan efisien (Nurdiana dan Marhawati, 2018).

Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, maka diperlukan adanya sistem pemasaran yang efisisen yang mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil kepada semua pihak baik produsen maupun lembaga pemasaran. Panjang pendeknya saluran pemasaran dapat menyebabkan adanya selisih harga di tingkat konsumen dengan harga yang diterima petani. Harga yang tinggi di tingkat konsumen belum tentu memberikan keuntungan yang tinggi bagi produsen ikan bandeng (Nurdiana dan Marhawati, 2018).

Marjin pemasaran yang diperoleh dari perbedaan harga jual pembudidaya dan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat menggambarkan seberapa efisienkah saluran pemasaran yang ditempuh oleh pembudidaya. Semakin besar selisih harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi akan semakin tidak efisien saluran pemasaran yang diterima oleh pembudidaya (Nurdiana dan Marhawati, 2018).

Berdasarkan dari uraian yang telah di jelaskan bahwa pengelolaan budidaya tambak ikan bandeng yang masih belum optimal. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan guna menganalisis usaha budidaya tambak ikan bandeng untuk mengetahui berapa besar tingkat produksi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi usaha budidaya tambak ikan bandeng, berapa besar biaya dan tingkat pendapatan usaha budidaya tambak ikan bandeng, dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan usaha budidaya tambak ikan bandeng,

(20)

kemudian bagaimana kelayakan usaha budidaya tambak ikan bandeng, serta bagaimana pola saluran pemasaran, besar margin pemasaran ikan bandeng pada masing-masing saluran pemasaran, dan bagaimana tingkat efisiensi pemasaran ikan bandeng berdasarkan margin pemasaran.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut :

1. Berapa besar tingkat produksi usaha budidaya tambak bandeng dan faktor–

faktor apa yang mempengaruhi tingkat produksi usaha budidaya tambak bandeng di daerah penelitian?

2. Berapa tingkat pendapatan usaha budidaya tambak bandeng di daerah penelitian?

3. Faktor apa yang mempengaruhi pendapatan usaha budidaya tambak bandeng di daerah penelitian?

4. Bagaimana kelayakan usaha budidaya tambak bandeng di daerah penelitian?

5. Bagaimana saluran, marjin, dan efisiensi pemasaran hasil usaha budidaya tambak ikan bandeng?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis tingkat produksi usaha budidaya tambak bandeng dan faktor–faktor apa yang mempengaruhi produksi usaha budidaya tambak bandeng di daerah penelitian

2. Untuk mendeskripsikan tingkat pendapatan usaha budidaya tambak bandeng di daerah penelitian

(21)

3. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha budidaya tambak bandeng di daerah penelitian

4. Untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya tambak bandeng di daerah penelitian

5. Untuk menganalisis saluran, marjin, dan efisiensi pemasaran hasil usaha budidaya tambak ikan bandeng

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumber informasi dan masukan untuk petambak agar dapat mengelola dan mengembangkan usaha budidaya tambak bandeng dengan baik.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan dalam mengembangkan usaha budidaya tambak bandeng.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandeng

Bandeng merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Hal itu karena bandeng mempunyai rasa daging yang enak dan harganya terjangkau. Oleh karena itu, bandeng memiliki peran yang cukup besar bagi peningkatan gizi masyarakat. Di Indonesia, penyajian bandeng tidak sama antara satu tempat dengan tempat lainnya. Seperti halnya di Serang (Banten) olahan bandengnya yang terkenal adalah sate bandengnya, Jawa Timur dengan bandeng asapnya, Semarang cukup ternama dengan bandeng prestonya, pindang badeng terkenal di Jawa Barat, Sulawesi Selatan dengan bandeng bakarnya, sebagainya (Sudrajad, 2011).

Secara taksonomi, bandeng termasuk dalam kelas Pisces, subkelas Teleostei, ordo Malacopterygii, family Chanidea, genus Chanos, spesies Chanos chanos (Forsk).

Bandeng memiliki banyak sebutan, seperti bolu, muloh, atau ikan agam. Di dunia perikanan internasional, bandeng dikenal dengan nama milkfish. Bandeng sangat mudah dibudidayakan, hal itu karena bandeng memiliki kemampuan dalam menghadapi perubahan kadar garam (salinitas) yang sangat besar (euryhaline) sehingga membuatnya mudah dibudidaya (Sudrajad, 2011).

Ikan bandeng termasuk ikan pemakan segala (omnivora), di habitat aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis, yang strukturnya sama dengan klekap di tambak.

Klekap terdiri atas ganggang kersik (Bacillariopyceae), bakteri, protozoa, cacing

(23)

dan udang renik, atau biasa disebut “Microbenthic Biological Complex”. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan bukaan mulutnya. Hal tersebut diadaptasikan dalam kegiatan budidaya, yang memanfaatkan klekap sebagai pakan alami. Dalam budidaya ikan bandeng juga telah memanfaatkan penggunaan pakan buatan (pellet) (Badrudin, 2014).

2.2. Sistem Budidaya Bandeng

Sejalan dengan perkembangan teknologi budidaya yang telah lama dilakukan, usaha budidaya bandeng di Indonesia dibagi menjadi beberapa system budidaya yaitu (Sudradjat, 2011) :

1. System budidaya tambak tradisional

Pembesaran bandeng secara tradisional merupakan system budidaya yang mengandalkan benih dari tangkapan alam. Jadi, para pembudidaya membuat perangkap pada saat air pasang masuk ke dalam tambak melalui saluran atau pintu tambak. Benih ikan tersebut terperangkap di dalam tambak dan tidak bisa keluar.

Luas tambak tradisional rata – rata lebih dari 5 Ha. Pakan yang digunakan pun hanya mengandalkan pakan alami berupa ganggang ataupun campuran planton yang tersedia di dalam tambak, baik yang sudah dipupuk (organik/anogarnik) maupun yang tidak pupuk.

2. Sitem budidaya tambak tradisional plus

Tambak tradisional plus pada umumnya, budidaya bandeng dilakukan pada satu petakan besar yang terdiri atas petakan – petakan pendederan, penggelondongan, dan pembesaran. Saat ini, sudah banyak yang melakukan budidaya bandeng dengan cara pemisahan (segmentasi) dan bisa juga disebut

(24)

budidaya secara tradisional plus karena memang masih menggunakan metode tradisional. Dengan demikian, pendederan, dan penggelondongan dilakukan dengan tempat terpisah dari kegiatan pembesaran.

3. System budidaya intensif

Sistem budidaya secara intensif dilakukan dengan cara menambahkan

kedalaman tambak menjadi 1 – 2 m. Area petakan tambak minimal sekitar 1 Ha dan tujuannya untuk memudahkan pengelolaan. Padat tebar dibuat

menjadi 3 – 5 kali dari budidaya tambak tradisional, yaitu sekitar 25.000 ekor/Ha. Pada metode tambak intensif ini, di perlukannya suplai udara tambak berupa kincir dan mesin pemberian pakan otomatis.

Kendala dalam budidaya bandeng dengan system intensif terdapat pada pengelolaan kembali lahan tambak seperti awal. Hal itu karena penggunaan pakan komersial (pelet) dengan intensitas yang sangat besar. Selain itu, adanya kemungkinan terjadinya percemaran lingkungan karena penggunaan bahan – bahan kimia untuk mempercepat pertumbuhan bandeng, seperti penurunan kualitas air dan tanah dasar tambak. Dengan demikian, perlahan tapi pasti, lahan tambak akan menjadi tidak produktif sehingga tidak dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

4. System modular

System modular merupakan system yang diterapkan pada tambak bandeng dengan cara kerja yang cukup kompleks. Akan tetapi, jika para petambak sudah menguasainya, produktivitas yang dihasilkan bisa cukup tinggi. System ini disebut juga dengan sistem progresif atau teknik 1 – 2 – 4.

(25)

Tambak dengan system modular terdiri dari atas beberapa buah tambak pembesaran, tetapi merupakan satu kesatuan (unit). Dimulai pada tambak pertama dengan padat tebar tinggi. Kemudian, pada bulan kedua, semua bandeng ditambak pertama dipindahkan ketambak kedua yang jumlahnya dibagi menjadi dua bagian sehingga tambak yang dibutuhkan sebanyak dua buah. Padat tebar bandeng pada tambak kedua lebih rendah dari pada tambak pertama. Demikian selanjutnya, dari tambak kedua, bandeng dipindahkan pada tambak ketiga. Tiap tambak membutuhkan dua petakan sehingga total tambak ketiga lebih rendah dari tambak kedua sampai masa panen tiba.

Tambak – tambak untuk pembesaran harus disiapkan sebelum untuk penebaran stok bandeng berikutnya.

5. System polikultur

Satu hal yang menjadi pertimbangan utama dalam kegiatan polikultur adalah adanya kemungkinan meningkatkan produksi dan keuntungan dengan memanfaatkan lingkungan tambak. Sebagai contoh, keuntungan dari polikultur bandeng (spesies utama) dan udang windu/vannamei (spesies kedua) meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan cara monokultur. Oleh karena itu, polikultur tambak bendeng dengan undang windu atau vannamei terus meningkat.

2.3 Landasan Teori

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor – faktor produksi berupa lahan dan alam sekitar sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik baiknya. Usahatani mempelajari bagaimana cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan

(26)

mengkoordinasikan penggunaan faktor– faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2016).

Produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan baik berbentuk barang maupun jasa dalam satu periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi perusahaan. Produktivitas adalah kemampuan suatu bisnis dalam menghasilkan produk secara kurun waktu yang ditentukan (Fahmi, 2016).

Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam sekitar, tenaga kerja, modal, serata peralatan. Namun demikian, ada beberapa pendapat yang memasukkan manajemen sebagai faktor produksi keempat walaupun tidak langsung. Manajemen sebenarnya melekat pada tenaga kerja yang sangat menentukan bagaimana kinerjanya dalam menjalankan usahatani. Dengan manajemen yang berbeda meskipun segala input sama, akan diperoleh hasil yang berbeda. Dengan kata lain, keberhasilan usahatani sangat tergantung pada upaya dan kemampuan manajer. Oleh karena itu manajemen adalah suatu seni yang sulit untuk diukur kuantifikasinya (Suratiyah, 2016).

Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan disebut variabel independen (X).

Variabel yang dijelaskan berupa output dan variabel yang menjelaskan berupa input, yang dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2002):

Y = f ( X1, X2, X3,……Xn)

Y = b0 . X1b1

. X2b2

. X3b3

. e

(27)

Keterangan :

Y : Produksi

b0 : Konstata

b1, b2, b3 : Koefisien regresi terhadap X X1, X2, X3 : Input X1, X2, X3

Xn : Input X yang ke n

e : Koefisien Penggangu (eror)

Penyediaan faktor produksi selalu memerlukan biaya dalam menghasilkan produksi. Biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC = Fixed Cost) yaitu

biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, dan biaya variabel (VC = Variabel Cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya

produksi (Suratiyah, 2016).

Biaya total (TC = Total Cost) adalah terdiri dari dua jenis biaya dalam proses produksi, yakni biaya tetap total dan biaya variabel total. Sedangkan Penerimaan total (TR = Total Revenue) merupakan hasil dari harga produk per unit dikali dengan jumlah produk dijual. Dengan kata lain Total Revenue (TR) merupakan seluruh penerimaan dari hasil perkalian kedua tersebut. Untuk menaikkan Total Revenue (TR) seorang pengusaha atau manejer produksi harus berusaha mampu membuat penjualan produk ikut mengalami kenaikan (Fahmi, 2016).

Adapun rumus untuk menghitung Total Cost (TC) dan Total Revenue (TR) secara umum adalah sebagai berikut :

 Rumus Total Cost (TC)

TC = FC + VC

Keterangan : TC = Total Cost atau biaya total FC = Fixed Cost atau biaya tetap total VC = Variabel Cost atau biaya variabel total

(28)

 Rumus Total Revenue (TR)

TR = P X Q

Keterangan : TR = Total Revenue atau penerimaan total P = Price atau harga produk per unit Q = Jumlah produk dijual

Pendapatan adalah perolehan yang berasal dari biaya-biaya faktor produksi atau jasa-jasa produktif. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan adalah seluruh perolehan baik yang berasal dari biaya faktor produksi maupun total output yang dihasilkan untuk seluruh produksi dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan dan papan sangat tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang di terima oleh seorangindividu (Sukirno, 2005).

Formula untuk menghitung pendapatan yaitu :

I = TR – TC Keterangan : I = Income (pendapatan)

TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya)

Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua informasi, yaitu informasi keadaan seluruh penerimaan dan informasi seluruh pengeluaran selama waktu yang telah di tetapkan (Soekartawi, 2009).

Kelayakan artinya menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan

(29)

tujuan yang diinginkan. Layak disini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas (Kasmir dan Jakfar, 2007).

Keberhasilan dari suatu usahatani selain diukur dengan nilai mutlak, juga diukur dari analisis efesiensi. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost Ratio). Dalam analisis R/C akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya.

Semakin tinggi nilai R/C ratio, menunjukkan semakin besar keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan sehingga dengan perolehan nilai R/C ratio semakin tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik (Soeharjo dan Patong, 2000).

Analisis R/C ratio dikenal dengan perbandingan antara total penerimaan dan total biaya, digunakan rumus sebagai berikut :

⁄ Ratio =

Dimana : ⁄ = Return Cost Ratio TR = Penerimaan usahatani TC = Biaya total usahatani

Kriteria : R/C > 1, usahatani layak diusahakan (Efisien)

R/C < 1, usahatani tidak layak diusahakan (Tidak Efisien) R/C = 1, usahatani dikatakan impas

Pemasaran (marketing) merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dalam mengalirkan produk mulai dari produsen sampai ke konsumen. Pemasaran produk agribisnis merupakan analisis semuaaktivitas bisnis yang terjadi dalam komoditas

(30)

pertanian atau produk agribisnissetelah produk tersebut lepas dari petani produsen primer sampai ke tangan konsumen akhir (Asmarantaka, 2012). Mendefinisikan pemasaran pertanian sebagai suatu keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang dan jasa komoditas pertanian mulai dari tingkat produsen (petani)

sampai konsumen akhir, yang mencakup aspek input dan output pertanian (Kohls dan Uhl, 2002).

Lembaga pemasaran merupakan organisasi bisnis, baik perorangan ataukelompok bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan aktivitas bisnis berupa fungsi- fungsi pemasaran untuk meningkatkan nilai guna dari suatu barang baiknilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses mengalirkan produk ke konsumen akhir akan membentuk saluran pemasaran. Saluranpemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung serta terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsioleh konsumen (Asmarantaka, 2012).

Margin pemasaran digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran baik efisiensi teknis maupun efisiensi harga. Perbedaan margin pemasaran disetiap lembaga pemasaran dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap produk untuk menciptakan nilai tambah yang menimbulkan kepuasan konsumen akhir.

Marjin pemasaran merupakan kumpulan balas jasa karena adanya kegiatan produktif (menambah atau menciptakan nilai guna) dalam mengalirnya produk- produk agribisnis mulai dari tingkat petani sampai ke tangan konsumen akhir.

Marjin menunjukkan nilai tambah yang terjadi selepas produk dari tingkat petani sebagai produsen primer, sampai produk yang dihasilkan diterima konsumen akhir (Asmarantaka, 2012).

(31)

Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input berupa biaya – biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan hasil. Pengukuran efisiensi pemasaran pertanian yang menggunakan perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan

meningkatkan output pemasaran dan mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2002).

Saluran pemasaran dapat dianggap efisiensi apabila memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan hasil – hasil dari produsen dengan biaya semurahnya dan mampu mengadakan pembiayaan yang adil dalam keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran (Soekartawi, 2002).

2.4 Penelitian Terdahulu

Mahfudlotul „Ula, dan Nunung Kusnadi (2017), dengan judul penelitian

“Analisis Usaha Budidaya Tambak Bandeng Pada Teknologi Tradisional Dan Semi_Intensif Di Kabupaten Karawang” Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat keuntungan dan efisiensi biaya pada masing-masing teknologi baik teknologi trdisional dan semi-intensif Metode pengambilan data dilakukan secara purposive sebanyak 30 petani bandeng teknologi tradisional dan 33 petani bandeng teknologi semi-intensif. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa teknologi semi-intensif memberikan tingkat produktvitas yang lebih tinggi dan lebih menguntungkan. Namun, teknologi tradisional lebih efisien. Kondisi ini yang menjadikan budidaya bandeng dengan teknologi

(32)

tradisional masih tetap bertahan karena memberikan return to capital lebih tinggi meskipun memiliki risiko yang lebih tinggi.

Indah (2019), dengan judul penelitian “Analisis Pendapatan Usaha Tambak Bandeng Di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar pendapatan usahatani budidaya tambak bandeng. Penelitian dilaksanakan di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada bulan Januari - Februari 2018. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari 30 orang dari semua populasi yang aktif sebagai petani tambak bandeng. Analisis data yang digunakan yaitu analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan produksi bandeng untuk satu kali periode pemeliharaan sebesar 3.404 kg/3ha atau 1.134 kg/ha, dan rata- rata penerimaan yang diperoleh petani tambak sebesar Rp. 59.688.333/3ha atau Rp. 19.896.111/ha, sedangkan total biaya yang dikeluarkan petani tambak rata- rata sebesar Rp. 14.426.387/3ha atau Rp. 4.808.796/ha. Dan rata-rata pendapatan usahatani budidaya tambak bandeng di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Sebesar Rp. 45.261.946/3ha atau Rp. 15.087.315/ha.

Risna Annisa (2014), dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Usaha Tambak Bandeng Di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan dan kelayakan usaha tambak bandeng di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong.Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong.

Penetapan sampel dilakukan dengan metode sampel acak sederhana (Simple Random Sampling), dimana jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian 30

(33)

responden dari populasi sebanyak 42 petani budidaya tambak bandeng. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Pendapatan dan Kelayakan.

Hasil analisis pendapatan yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan pada usaha tambak bandeng bandeng di Desa Dolago sebesar Rp4.889.042/Ha. Hasil analisis kelayakan yang diperoleh menunjukkan Nilai Return Cost Ratio (R/C-ratio) sebesar 2,7 menunjukkan R/C >1, maka usaha tambak bandeng di Desa Dolago layak untuk diusahakan.

Nurdiana dan Marhawati (2018), yang berjudul “ Analisis Pemasaran Ikan Bandeng Di Desa Pitue Kecamatan Ma‟rang Kabupaten Pangkeb” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola saluran pemasaran, margin pemasaran dan tingkat efisiensi pemasaran ikan bandeng di Desa Pitue, Kecamatan Ma‟rang Kabupaten Pangkep. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif.

Tehnik analisis data digunakan Analisis lembaga dan saluran pemasaran, analisis perilaku pasar, analisis margin pemasaran, analisis farmer‟s share dan analisis efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan saluran pemasaran ikan bandeng merupakan saluran pemasaran (petani tambak ikan bandeng, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen akhir) dan II (petani tambak ikan bandeng, pedagang pengecer, konsumen akhir), dimana saluran pemasaran II yang paling efisien. Margin pemasaran pada saluran I lebih besar dibandingkan dengan margin pemasaran saluran II. Pemasaran ikan bandeng Di Desa Pitue Kecamatan Ma‟rang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sudah efisien, karena nilai efisiensi pemasaran dari saluran pemasaran I dan II adalah 11,52 persen dan 7,10 persen lebih kecil dari 50 persen.

(34)

2.5 Kerangka Pemikiran

Usahatani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi (jumlah benih, pakan, curahan tenaga kerja) yang digunakan dalam proses produksi untukmenghasilkan output. Usaha budidaya tambak ikan bandeng merupakan suatu usaha yang memiliki prospek yang cerah karena bandeng mempunyai rasa daging yang enak dan harganya terjangkau dan memiliki peran yang cukup besar bagi peningkatan gizi masyarat.

Petambak harus memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan untuk usahatani sehingga dapat menentukan harga jual produksi. Biaya – biaya produksi yang dikeluarkan yaitu biaya benih, biaya obat – obatan, biaya pupuk, biaya pakan, biaya tenaga kerja.

Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Input dalam usaha budidaya tambak ikan bandeng adalah benih, pupuk, pakan. Sementara output dari usaha budidaya tambak ikan bandeng adalah produksi bandeng. Input dalam usaha budidaya tambak ikan bandeng mempunyai pengaruh terhadap produksibandeng.

Penerimaan usaha budidaya tambak ikan bandeng adalah jumlah yang diterima petambak bandeng dari suatu proses produksi, dimana penerimaan tersebut diperoleh denganmengalikan produksi bandeng yang diperoleh dengan harga jual yangberlaku saat itu.

Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara total penerimaan usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Besar kecilnya pendapatan

(35)

usahatani dapat digunakan untuk melihat keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan.

Secara ekonomi usaha budidaya tambak ikan bandeng layak untuk diusahakan apabila usaha tambak sudah efisien dengan melihatperbandingan penerimaan dan biaya >1 (lebih besar dari satu) atau sama dengan satu. Apabila <1 (lebih kecil satu), usaha budidaya tambak ikan bandeng tidak layak untuk diusahakan.

Proses pemasaran, petambak membutuhkan bantuan pihak lain untuk memasarkan hasil produksinya, sehingga diperlukan peranan lembaga pemasaran untuk menyalurkan hasil produksi kepada konsumen. Jejak penyaluran dari petambak sampai dengan konsumen akhir disebut dengan saluran pemasaran. Bentuk saluran pemasaran dalam satu jenis komoditi bisa beranekaragam.

Marjin pemasaran timbul disebabkan karena adanya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan penyampaian barang dari produken ke konsumen. Biaya pemasaran mencakup sejumlah pengeluaran untuk keperluan kegiatan pemasaran. Marjin pemasaran juga disebabkan oleh masing – masing lembaga pemasaran yang ingin memperoleh keuntungan, sehingga harga – harga yang dibayarkan masing – masing lembaga pemasaran berbeda. Harga ditingkat petambak akan lebih rendah dibandingkan dengan harga ditingkat pedagang pengumpul dan harga ditingkat pedagang pengumpul juga akan lebih rendah dari harga di pedagang pengecer.

Marjin pemasaran sering dipakai untuk mengukur efisiensi pemasaran secara ekonomis. Selain marjin pemasaran, untuk mengetahui efisiensi dari suatu sistem

(36)

pemasaran dapat dianalisis dengan memperhitungkan bagian yang diterima oleh petambak.

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran ikan bandeng dianggap efisien secara ekonomis adalah tiap – tiap saluran pemasaran mempunyai nilai persentase marjin pemasaran yang rendah dan mempunyai nilai persentase bagian yang diterima petambak ikan bandeng yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka digambarkan dengan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

(37)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :

Hubungan Pengaruh

Biaya produksi Pendapatan Bersih

Usaha Budidaya Tambak Ikan

Bandeng

Faktor Pendaptan:

Biaya Pupuk

Biaya Tenaga Kerja

Analisis Kelayakan

Layak ( Jika R/C > 1) Usaha Budidaya

Petambak Ikan Bandeng Produktivitas

Produksi i

Faktor Produksi:

Jumlah Benih

Jumlah Pakan

Curahan Tenaga Kerja Penerimaan

Harga Jual

Pedagang pengumpul

Petambak Ikan Bandeng

Tidak Layak (Jika R/C <1)

Pedagang Besar Konsumen

Pemasaran usaha Budidaya tambak ikan bandeng

Efisiensi Pemasaran

(38)

2.6 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Produktivitas usaha budidaya tambak ikan bandeng di daerah penelitian tergolong tinggi, dan faktor yang nyata mempengaruhi produksi usaha budidaya tambak ikan bandeng adalah jumlah benih, jumlah pakan, curahan tenaga kerja.

2. Pendapatan bersih usaha budidaya tambak ikan bandeng di daerah penelitian tergolongtinggi.

3. Faktor yang nyata mempengaruhi pendapatan usaha budidaya tambak ikan bandeng di daerahpenelitian adalah biaya pupuk, dan biaya tenaga kerja.

4. Usaha budidaya tambak ikan bandeng di daerah penelitian sudah efisien dan layak untuk di usahakan.

5. Saluran pemasaran hasil usaha budidaya tambak ikan bandeng sudah tergolong efisien.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan khususnya Desa Tanjung Rejo dengan alasan bahwa Desa Tanjung Rejo merupakan lokasi yang banyak membudidayakan tambak ikan bandeng, sehingga peneliti mengambil lokasitersebut sebagai daerah penelitian.

Berikut disajikan data mengenai jumlah tambak dan luas areal tambak padatahun 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Tambak Rumah Tangga Dan Luas Budidaya Tambak Menurut Kecamatan Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018

No Kecamatan Jumlah Tambak

Rumah Tangga

Luas Budidaya Tambak (Hektar)

1 Hamparan Perak 81 345,95

2 Labuhan Del 79 152.60

3 Percut Sei Tuan 188 277,00

4 Pantai Labu 26 26,70

Deli Serdang 2018 337 802,25

2017 531 865,95

2016 526 852.37

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang

Dari Kecamatan Percut Sei Tuan, selanjutnya dipilih sebagai desa yang mewakili daerah penelitian dengan kriteria bahwa desa tersebut mempunyai jumlah tambak yang relative luas. Desa Tanjung Rejo memiliki luas daerah sebesar 4.114,655 Ha dengan luas tambak sebesar 1.310,812 Ha yang terdiri dari tambak insentif sebesar 746,275 Ha dan tambak empang parit sebaesar 564,537 Ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel3.2

(40)

Tabel 3.2 Luas Penggunaan Lahan Di Desa Tanjung Rejo Tahun 2016

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Kantor Desa 0,031

2 Puskesmas 0,026

3 Madrasah 0,273

4 Gereja 0,005

5 Masjid 0,161

6 Mushollah 0,090

7 Rumah 54,244

8 Pemakaman 0,231

9 Jalan 48,420

10 Jalan Benteng 0,699

11 Jembatan 0,069

12 Saluran Air 18,406

13 Kebun Akasia 0,399

14 Landang 9,088

15 Lahan Kosong 1,503

16 Lahan Terbuka 5,148

17 Lapangan Bola 0,600

18 Mangrove 602,181

19 Padang Ruput 38,547

20 Sawah Irigasi 704,166

21 Sawah Tadah Hujan 536,646

22 Kebun Sawit 597,219

23 Semak 22,166

24 Sungai 110,110

25 Tambak Intensif 746,275

26 Tambak Empang Parit 564,537

27 Tanaman Perkebunan 53,417

Jumlah 4.114,655

Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Rejo, 2016 3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petambak budidaya tambak bandeng di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 petambak budidaya ikan bandeng (Ketua Kelompok Tani, 2020).

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sensus, dimana semua populasi yang ada di dearah penelitian dijadikan sampel.

Artinya dalam hal ini jumlah sampel yang diteliti sebayak 30 orang petambak.

(41)

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014).

3.3 Metode Penentuan Lembaga Pemasaran

Penentuan sampel lembaga pemasaran di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang digunakan metode snowball sampling yaitu penelusuran saluran pemasaran ikan bandeng yang ada di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang mulai dari produsen sampai konsumen akhir berdasarkan informasi yang diberikan oleh petambak dan pedagang. Teknik snowball adalah teknik pemilihan sampel dengan cara melakukan wawancara terhadap suatu kelompok atau seorang responden yang relevan, dan untuk selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan atau menunjukkan calon responden yang berikutnya yang memiliki spesifikasi atau spesialisasi yang sama (Sugiarto, 2001). Teknik snowball sampling dipilih dengan alasan untuk mempermudah peneliti dalam mencari informasi mengenai pemasaran ikan bandengdari produsen sampai ke konsumen.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden dengan wawancara langsung dengan narasumber dengan mengunakan kuesioner yang telah dipersiapkan guna untuk penelitian dan pembahasan. Data primer tersebut mencakup data jumlah produksi, pakan, obat – obatan, tenaga kerja, luas lahan, benih, sewa lahan, dan PBB. Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat dari literatur – literatur dan lembaga – lembaga lain yang relavan dengan permasalahan penelitian seperti Badan Pusat Statistik, (BPS), Kementrian

(42)

Kelautan dan Perikanan (KKP), Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kecamatan Percut Sei Tuan. Data sekunder tersebut mencakup data jumlah produksi, luas lahan, dan perkembangan produksi perikanan.

3.5 Metode Analisis Data

Dari data-data yang telah diperoleh dilakukan perhitungan sederhana kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis

Indentifikasi masalah 1, menghitung tingkat produksi bandeng dilakukan dengan metode analisis deskriptif dengan membagi jumlah produksi dengan luas tambak dalam hal ini dalam satuan hektar.

Untuk menganalisis tinggi rendahnya tingkat produksi yang ada, adalah membandingkannya dengan tingkat produksi bandeng yang ada sentra produksi lain, baik secara nasional atau dengan tingkat produksi bandeng yang dihasilkan dari hasil peneliti lain.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bandeng digunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas yang dirumuskan sebagai Berikut:

Y = f ( X1, X2,……Xn) Y = b0 . X1b1

. X2b2

. X3b3

. e Keterangan :

Y : Produksi

b0 : Konstanta

b1, b2, b3 : Koefisien regresi terhadap X X1 : Jumlah Benih (Ekor)

X2 : Pakan (Kg)

(43)

X3 : Curahan Tenaga Keja (HKO) e : Koefisien Penggangu (eror)

Indentifikasi Masalah 2, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yakni perhitungan analisis pendapatan. Untuk menghitung Total Cost (TC) dan Total Revenue (TR) secara umum adalah sebagai berikut :

 Rumus Total Cost (TC)

TC = FC + VC

Keterangan : TC = Total Cost atau biaya total FC = Fixed Cost atau biaya tetap total VC = Variabel Cost atau biaya variabel total

 Rumus Total Revenue (TR)

TR = P X Q

Keterangan : TR = Total Revenue atau penerimaan total P = Price atau harga produk per unit Q = Jumlah produk dijual

Untuk menghitung pendapatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

I = TR – TC

Keterangan : I = Income (pendapatan)

TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya)

(44)

Identifikasi Masalah 3, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha budidaya ikan bandeng digunakan analisis OLS model regresi linear berganda. Analisis regresi linier berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh variabel independen dan variabel dependen yang dirumuskan sebagai berikut :

Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Keterangan :

Y = Pendapatan petambak usaha budidaya tambak ikan bandeng (Rp/Ha) A = Konstanta

b1...b5 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel X1 = Biaya Pupuk (Rp)

X2 = Biaya Tenaga Kerja (Rp)

Indentifikasi masalah 4, kelayakan usaha budidaya tambak ikan bandeng digunakan analisis deskriptif dengan menghitung R/C Rasio.

Ratio Antara Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

⁄ Ratio =

Dimana : ⁄ = Return Cost Ratio

TR = Penerimaan usaha tambak TC = Biaya total usaha tambak Kriteria : R/C > 1, usaha tambak layak diusahakan

R/C < 1, usaha tambak tidak layak diusahakan (efisien) R/C = 1, usaha tambak dikatakan impas (tidak efisien) 3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Pengertian uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).

(45)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah ini residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi. Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atau suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011).

Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS < 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heterokedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heterokedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat digunakan dengan melihat gambar

Scatterplot, dengan kriteria regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas jika (Sujarweni dan Utami, 2019):

a. Titik – tidak data menyebar di atas dan di bawah atau d sekitar angka 0, b. Titik – titik data tidak mengumpul hannya di atas atau di bawah saja,

(46)

c. Penyebaran titik – titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,

d. Penyebaran titik – titik data tidak berpola.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variabel, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (R).

Dikatakan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 ( r < 0,60 ).

Atau dapat dilihat dari kriteria nilai uji yang digunakan berikut ini, yaitu :

Jika nilai tolerance ≥ 0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas.

Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami multikolinieritas.

3.5.2 Uji Hipotesis

(47)

Untuk mempengaruhi pengaruh beberapa faktor terhadap produksi dan pendapatan tambak ikan bandeng maka dilakukan pengujian dengan menggunakan:

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan sebuah model dalam menerangkan variasi variabel dependen.(Ghozali, 2009) Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Firdaus, 2011).

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti variasi variabel dependen yang sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen sudah dapat memberi semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen.

2. Uji F (uji pengaruh variabel secara serempak)

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel Independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1 , X2, X3, dan X4 hingga Xn bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian:

Jika sig. F < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

Gambar

Gambar  1.1  Perkembangan  Produksi  Perikanan  Tangkap  Dan  Perikanan  Budidaya Nasional 2012 – 2017
Tabel  1.2  Produksi  Perikanan  Tambak  Menurut  Jenis  Ikan  di  Indonesia   Tahun 2012 – 2017 (Ton)  Komoditas    Tahun    Kenaikan Rata – Rata (%)  2012  2013  2014  2015  2016  2017  2012 –  2017  Bandeng   482.803  575.175  577.464  625.288  691.289
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran  Keterangan :  Hubungan   Pengaruh   Biaya produksi Pendapatan Bersih Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng  Faktor Pendaptan: Biaya Pupuk
Tabel  5.7  Analisis  Usaha  Budidaya  Tambak  Ikan  Bandeng  Per  –  Siklus  Budidaya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, pola pembakaran padi ladang cara semak ditebas, hingga kering; kemudian ditumpuk di luar areal tanam (pepohonan) kemudian dibakar Persepsi petani karet dalam

Dengan demikian, ditemukan tim mengenai pengembangan kompetensi profesionalisme guru bidang studi rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah dalam melaksanakan tugas dan

[r]

Berdasarkan pemaparan prestasi belajar di atas dapat diberikan penjelasan bahwa telah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I mencapai rata-rata 63,33 naik menjadi

Hasil belajar siswa sebelum tindakan (skor dasar) dengan nilai rata-rata 58,54 kemudian mengalami peningkatan pada siklus I setelah penerapan model inkuiri dengan

1) Pramenopause, yaitu waktu sebelum periode menstruasi berakhir, biasanya sebelum gejala mulai muncul. 25 Sebelum terjadinya menopause biasanya didahului dengan

Penelitian ini adalah eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar pada materi pencemaran lingkungan peserta didik yang

Menurut Gubernur BoE, Mark Carney, BoE tetap harus menaikkan tingkat suku bunga tanpa harus dibatasi dengan kondisi Brexit, dan kondisi Brexit bukan berarti BoE harus