• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN BINJAI BARAT DAN KECAMATAN BINJAI KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN BINJAI BARAT DAN KECAMATAN BINJAI KOTA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN BINJAI BARAT DAN

KECAMATAN BINJAI KOTA

SKRIPSI

ROJULA 171201053

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN BINJAI BARAT DAN

KECAMATAN BINJAI KOTA

SKRIPSI

ROJULA 171201053

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

KECAMATAN BINJAI KOTA

SKRIPSI

ROJULA 171201053

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(4)

i

(5)

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rojula

NIM : 171201053

Judul Skripsi : Analisis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Medan, September 2021

Rojula

NIM 171201053

(6)

iii

ABSTRACT

ROJULA. Green Open Space Analysis in Binjai Barat and Binjai Kota.

Supervised by ANITA ZAITUNAH.

Binjai Barat and Binjai Kota is sub-districts located in Binjai City, North Sumatra. Green Open Space also part of the Binjai city’s planning scheme which has many benefits for the community and the environment. This research used Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) analysis and NDVI value classification results in the distribution of vegetation density. Analysis of changes in vegetation density was carried out between 2015 and 2020 in Binjai Barat and Binjai Kota sub-districts. The largest change in the area of vegetation density class in Binjai Barat between 2015 and 2020 the increase in the area of the high dense class from 2015 to 14.12% and in 2020 to 33.26% experiencing a change to 19.13% and the largest change in the class of vegetation density in Binjai Kota between 2015 and 2020 was an increase in the area of high dense class from 2015 to 14.19% and in 2020 by 26.87% a change to 12.68%. Both sub-districts have green open spaces in the form of sub-district parks, city parks, public cemeteries, green lane, river borders ansd private green open spaces. These green open space in the low dense, medium, dense and high dense classes. Binjai Barat sub-district has 783,21 ha of public green open space, whereas Binjai Kota sub-district has 434,53 ha. There is a need for rearrangement of green open spaces, especially those within low dense class.

Keywords: Binjai Barat, Binjai Kota, Green open space, NDVI, Vegetation Density

(7)

iv

ABSTRAK

ROJULA. Analisis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota, dibimbing oleh ANITA ZAITUNAH.

Binjai Barat dan Binjai Kota merupakan kecamatan yang berada di Kota Binjai, Sumatera Utara. Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga merupakan bagian dari tata kota Binjai yang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Penelitian ini menggunakan analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dan pengkelasan nilai NDVI menghasilkan sebaran kerapatan vegetasi.

Analisis perubahan kerapatan vegetasi dilakukan antara tahun 2015 dan 2020 di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota. Perubahan luas kelas kerapatan vegetasi terbesar di Kecamatan Binjai Barat antara tahun 2015 dan 2020 adalah kenaikan luas kelas sangat rapat dari tahun 2015 sebesar 14,12% dan tahun 2020 sebesar 33,26% mengalami perubahan sebesar 19,13% dan perubahan kelas kerapatan vegetasi terbesar di Kecamatan Binjai Kota antara tahun 2015 dan 2020 adalah kenaikan luas kelas sangat rapat dari tahun 2015 sebesar 14,19% dan tahun 2020 sebesar 26,87% mengalami perubahan sebesar 12,68%. Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota memiliki Ruang Terbuka Hijau berupa taman kecamatan, taman kota, pemakaman umum, jalur hijau jalan, sempadan sungai dan RTH privat. RTH tersebut berada dalam kelas kerapatan jarang, sedang, rapat dan sangat rapat. Kecamatan Binjai Barat memiliki luas RTH Publik sebesar 783,21 ha dan Kecamatan Binjai Kota memiliki luas RTH Publik sebesar 434,53 ha. Perlunya penataan kembali ruang terbuka hijau terutama yang berada pada kelas kerapatan jarang.

Kata Kunci: Kecamatan Binjai Barat, Kecamatan Binjai Kota, Kerapatan Vegetasi, NDVI, RTH

(8)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pantai Gemi pada tanggal 27 Oktober 1999, anak tunggal dari Ayah bernama Misman dan Ibu bernama Arzunita. Adapun pendidikan formal yang pernah ditempuh, pada tahun 2005 penulis memasuki pendidikan tingkat dasar di SD Negeri 054906 Tebasan Lama dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis memasuki pendidikan tingkat lanjut di SMP Swasta Hangtuah Stabat dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis memasuki pendidikan tingkat atas di SMA Swasta Persiapan Stabat dan lulus pada tahun 2017 dan pada tahun yang sama penulis lulus di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2019 di Mangrove Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai dan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 10 hari pada Tanggal 12 juli sampai dengan 22 juli 2019. Kemudian Pada tahun 2020, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) pada tanggal 1 juli sampai dengan 30 juli 2020. Selama proses perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Ekologi Hutan tahun 2019-2020, Asisten Ekonomi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara tahun 2019-2020, Praktikum Pemanenan Hasil Hutan selama II Periode yaitu tahun 2019-2020 dan 2020-2021,

Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Rain Forest dan menjadi Bendahara Umum pada tahun 2019-2020, anggota bidang Advoksesma di Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Kehutanan Universitas Sumatera Utara 2019-2020, pengurus Badan Kenajiran Mushalla (BKM) 2018-2019, anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS), Anggota UKM Jaringan Intelektual Mahasiswa Muslim Kehutanan Indonesia (JIMMKI) tahun 2017-2019,

Penulis beberapa kali mengikuti perlombaan tingkat nasional maupun regional dengan hasil menjadi juara III Lomba Esai Nasional (NEST) Himpunan Mahasiswa Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah UKM Rain Forest Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Harapan I Lomba Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara, Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah HIMAFEST Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang, Best Motivator Mahasiswa Berprestasi Fakultas Kehutanan 2020.

(9)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan rezeki yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota”. Skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing, memberi masukan dan arahan kepada penulis dalam menulis dan menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si., IPM sebagai Dosen Penguji I, Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si sebagai Dosen Penguji II, Bapak Dr. Alfan Gunawan Ahmad, S.Hut., M.Si sebagai Dosen Penguji III.

3. Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Hutan, Bapak Dr. Bejo Slamet S.Hut., M.Si dan Bapak Dr. Muhdi, S.Hut, M.Si dan seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan.

4. Ibunda Arzunita dan keluarga yang selalu memberikan dukungan semangat, moril/materil, serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada Kakak Nurlianti S.Hut selaku Laboran Manajemen Hutan.

6. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Nadya Hana Ningrum, Riza Fazira, Masitoh Darwina Siregar, Fanni Adwita Tambunan, Dinda Amelia Ernala Tarigan, Nisa Inayah Amalasari, Nindy Khairum Masyita, Hanna Syeufira Mahdiyah, Alamuddin Sahputra, Ripai, Yusron Wahyudi, Frans Agape Sembiring, Surya Pradana Lesmana, Taufik Rizal Harahap, abangda Hamzah Irwansyah Siregar S.Hut, teman satu tim penelitian, kelas HUT D 2017, teman-teman angkatan 2017 Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan serta kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap, semoga pihak yang telah memberikan semua bentuk bantuan mendapat balasan dari Allah SWT atas amal perbuatannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, September 2021

Rojula

(10)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 3

Ruang Terbuka Hijau ... 4

Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis ... 5

Kerapatan Vegetasi ... 6

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 7

Alat dan Bahan Penelitian ... 7

Prosedur Penelitian... 8

Penyiapan Data ... 8

Analisis Kerapatan Vegetasi ... 8

Analisis Ruang Terbuka Hijau... 9

Pembuataan Buffer ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Nilai Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota ... 12

Kelas Kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota ... 21

Perubahan Luas Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota Antara Tahun 2015 dan 2020 ... 31

Analisis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

(11)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN ... 47

(12)

ix

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Data Primer dan Sekunder yang diperlukan dalam Penelitian ... 8 2. Hasil ground check di lapangan ... 21 3. Perubahan Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Barat tahun

2015 dan 2020 ... 32 4. Perubahan Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Kota tahun

2015 dan 2020 ... 33 5. Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat ... 34 6. Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Kota ... 35

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 7

2. Alur Tahapan Analisis Kerapatan Vegetasi dan Sebaran Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota ... 10

3. Alur Tahapan Pembuatan Buffering Jalan dan Sungai di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota ... 11

4. Peta sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Barat tahun 2015 ... 13

5. Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Barat 2015 ... 14

6. Peta sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Barat tahun 2020 ... 15

7. Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Barat 2020 ... 16

8. Peta sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Kota tahun 2015 ... 17

9. Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Kota 2015 ... 18

10. Peta sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Kota tahun 2020 ... 19

11. Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Kota 2020 ... 20

12. Peta Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2015... 22

13.

Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat 2015 ... 23

14.

Peta Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2020... 24

15.

Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat 2020 ... 25

16.

Peta Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2015 ... 26

17.

Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota 2015 ... 27

18.

Peta Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2020 ... 28

19.

Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota 2020 ... 29

20. Kelas Non Vegetasi ... 30

21. Kelas Jarang ... 30

22. Kelas Sedang ... 30

23. Kelas Rapat ... 31

(14)

xi

24. Kelas Sangat Rapat ... 31

25. Peta Sebaran Jenis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota ... 36

26. Peta Sebaran Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota ... 37

28. Taman Kecamatan ... 38

29. Taman Kota ... 39

30. Pemakaman Umum ... 39

31. Jalur Hijau Jalan ... 40

32. Sempadan Sungai ... 40

33. RTH Privat ... 41

(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Titik ground check Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan

Binjai Kota ... 48

2. Peta Perubahan Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2015 dan 2020 ... 63

3. Peta Perubahan Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2015 dan 2020 ... 64

4. Tampilan Taman Balita pada Google Earth ... 65

5. Tampilan Taman Merdeka Binjai pada Google Earth ... 66

6. Tampilan Taman Remaja pada Google Earth ... 66

7. Peta Buffer Jalan dan Sempadan Sungai di Kecamatan Binjai Barat ... 67

8. Peta Buffer Jalan dan Sempadan Sungai di Kecamatan Binjai Kota ... 68

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan dan pertumbuhan wilayah berdampak pada pembangunan dan kepadatan penduduk. Perkembangan kawasan perkotaan membutuhkan ketersedian fasilitas dengan keterbatasan lahan, serta peningkatan sektor industri dan pembangunan (Febriyanti dan Ariastita, 2013). Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan mendorong meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemukiman Hal ini sejalan dengan Sirait (2009) Kawasan perkotaan merupakan kawasan sebagai pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, industri, perdagangan, transportasi, pembelajaran serta kegiatan ekonomi lainnnya. Pemusatan aktivitas dikota mengakibatkan kepadatan penduduk terus meningkat, selaras dengan meningkatnya kecepatan pembangunan.

Pemanasan global merupakan keberlangsungan kehidupan ekosistem yang terdapat di bumi. Pemanasan global biasa diketahui sebagai dampak efek rumah kaca diakibatkan terus menjadi besarnya konsentrasi gas-gas rumah kaca yang ada di atmosfer. Dalam permasalahan ini CO2 menyumbangkan gas rumah kaca terhadap terbentuknya pemanasan global. Penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) dapat meminimalkan pemanasan global (Setiawan dan Hermana, 2013).

Setiap kota membutuhkan ruang terbuka hijau untuk menambah nilai ekologi, sosial budaya, dan estetika. Saat ini Ruang Terbuka Hijau dalam lingkungan pembangunan global sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan kualitas lingkungan. RTH digunakan sebagai pengatur iklim, yaitu sebagai penghasil oksigen, penekanan kebisingan dan sebagai penahan pantulan cahaya matahari. RTH dapat digunakan sebagai tempat rekreasi, olahraga, sarana pendidikan (Imanasari dan Khadiyanta, 2015).

Kota Binjai merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 30 meter terletak pada 3°31’ 40’’ – 3° 40’ 2’’ LU dan 98° 27’ 3’’ – 98° 32’ 32’’ BT.

Luas wilayah Kota Binjai seluas 90, 23 km2. Kota Binjai terdiri atas 5 kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Timur. Kota Binjai memiliki 37 kelurahan dan 284 lingkungan. Tahun 2015 Jumlah penduduk Kota Binjai

(17)

sebanyak 264.687 jiwa dan pada tahun 2020 sebanyak 279.302 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2021).

Pada penelitian ini digunakan analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) untuk mendapatkan sebaran nilai NDVI dan tingkat kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota dari tahun 2015 sampai tahun 2020.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis sebaran dan dinamika kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota.

2. Menganalisis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi Ruang Terbuka Hijau berbasis spasial di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota yang bermanfaat bagi penataan ruang dan peningkatan kualitas lingkungan hidup bagi pihak terkait.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Binjai Barat merupakan kecamatan di Kota Binjai dengan ketinggian rata-rata + 30 meter terletak pada 3° 31’ 40” – 3° 40’ 2” LU dan 98°

27’ 3” – 98° 32’ 32” BT. Luas wilayah Kecamatan Binjai Barat adalah berupa daratan seluas 10,86 km2. Kecamatan Binjai Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah selatan, Kabupaten Langkat di sebelah barat, Kecamatan Binjai Utara di sebelah utara dan Kecamatan Binjai Kota di sebelah timur (Badan Pusat Statistik Kecamatan Binjai Barat, 2016).

Kecamatan Binjai Kota merupakan kecamatan dengan ketinggian rata-rata + 30 meter terletak pada posisi 3° 31’ 40” – 3° 40’ 2” LU dan 98° 27’ 3” – 98°

32’ 32” BT. Luas wilayah Kecamatan Binjai Kota adalah berupa daratan seluas 21, 70 km2. Kecamatan Binjai Kota berbatasan langsung dengan Kecamatan Binjai Selatan di sebelah selatan, Kecamatan Binjai Barat di sebelah barat, Kecamatan Binjai Utara di sebelah utara dan Kecamatan Binjai timur di sebelah timur (Badan Pusat Statistik Kecamatan Binjai Kota, 2016).

Kecamatan Binjai Barat terdiri atas 6 kelurahan yakni Bandar Senembah, Payaroba dan Sukaramai, Suka Maju, Limau Mungkur dan Limau Sundai. Pada tahun 2015 jumlah penduduk Kecamatan Binjai Barat sebanyak 47.605 jiwa dan tahun 2020 sebanyak 51. 347 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak yakni Kelurahan Payaroba sementara itu tingkat kepadatan penduduk tertinggi yakni Kelurahan Sukaramai. Kecamatan Binjai Kota terdiri atas 7 kelurahan yakni Kelurahan Berngam, Satria, Setia, Kartini, Tangsi, Binjai dan Pekan Binjai. Jumlah penduduk Kecamatan Kota Binjai dari tahun 2015 samapai 2020 mengalami penurunan, pada tahun 2015 sebanyak 29.161 jiwa dan tahun 2020 jumlah penduduk sebanyak 27.645 jiwa. Masing-masing kelurahan di Kecamatan Binjai Kota sudah berada pada tahap swasembada, baik dalam sektor perekonomian, maupun dalam sektor wilayah. telah hadapi perkembangan yang lumayan signifikan baik dari sektor pertanian, infastruktur serta terlebih dari zona industry (Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2021).

(19)

Ruang Terbuka Hijau

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan bagian dari pemanasan global dimana salah satunya upaya penindakan terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca. Dengan pertimbangan seperti itu ruang terbuka hijau berupaya mereduksi emisi CO2 (Rawung, 2015). Ruang terbuka hijau memiliki kaitannya dengan ekologis seperti pengendalian iklim selaku pemberi oksigen menurut Edyanto (2013) emisi merupakan salah satu dari beberapa aspek lingkungan yang berbahaya yang dapat berdampak terhadap pada perubahan global di dunia. Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik, dilepaskan ke udara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007, ruang terbuka hijau didefinisikan sebagai kawasan jalur dengan penggunaan yang lebih terbuka, tempat tumbuh tanaman, termasuk tumbuhan yang tumbuh secara alami dan tumbuh yang sengaja ditanam. Wilayah perkotaan juga telah menentukan proporsi ruang terbuka hijau setidaknya 30% dari total luas (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5, 2008).

Ruang Terbuka Hijau adalah ruang tak terbangun di suatu kawasan. Suatu wilayah seperti desa, jalan atau desa, jalan, kabupaten, provinsi dan lain-lain.

Ruang terbuka hijau tidak hanya dapat meningkatkan interaksi sosial di kawasan, tetapi juga mendukung estetika lingkungan seperti peningkatan suhu, resapan air, penurunan kelembaban udara dan pencemaran (Santoso et al., 2012).

Kecamatan Binjai Kota merupakan pusat kota yang terdampak perkembangan kawasan aktivitas kebutuhan masyarakat yang signifikan. Aktifitas meningkat maka kebutuhan transportasi meningkat kondisi ini dapat meningkatkan risiko pemanasan global akibat kenaikan efek rumah kaca menurut Handayani et al. (2020) Ketersediaan ruang terbuka hijau dapat berperan untuk mereduksi emisi CO2 dari kendaraan.

Vegetasi merupakan salah satu unsur penyusun kawasan perkotaan dan memiliki banyak manfaat. Manfaat vegetasi di perkotaan dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi udara sekitar dengan mengubah kondisi atmosfer lingkungan udara. Kumpulan vegetasi yang beragam ini akan

(20)

5

menghasilkan kerapatan vegetasi yang berbeda untuk setiap penggunaan lahan di suatu wilayah (Irawan dan Malau, 2016).

Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis

Penginderaan jarak jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah teknologi penting untuk memperoleh dan mengumpulkan informasi tentang obyek. Teknologi ini dapat mewujudkan proses perubahan dalam waktu yang lebih singkat dengan biaya yang lebih rendah dan akurasi lebih tinggi. Informasi yang diperoleh dari citra satelit dapat digabungkan dengan data pendukung lainnya menjadi sebuah sistem informasi geografis (Suwargana, 2013).

Aplikasi penginderaan jauh merupakan aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisi kenyamanan kawasan permukiman di daerah perkotaan.

Informasi tersebut dapat berupa liputan vegetasi, kepadatan bangunan, jarak permukiman terhadap jalan utama dan industri sebagai parameter yang menentukan kenyamanan kawasan (Maru dan Hidayati, 2015).

Dengan berkembangnya teknologi penginderaan jauh dan SIG memberikan inspirasi untuk kemudahan perencanaan dan pengembangan wilayah.

Informasi tentang objek di suatu tempat dipermukaan bumi diambil mengunakan sensor satelit kemudian sesuai dengan tujuan kegiatan yang akan dilakukan.

Informasi objek tersebut diolah, dianalisis, diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk informasi spasial dan peta tematik (Shalihati, 2014).

Data pada kerapatan vegetasi, luas lahan, dan keadaan di lapangan dapat dideteksi dari teknik penginderaan jauh. Dalam melakukan pemantauan perubahan vegetasi digunakan citra satelit untuk setiap perkembangannya (Irawan dan Sirait, 2017). Teknologi SIG bermanfaat untuk memberi kemudahan dalam analisis lahan dan melakukan rehabilitas lahan pada daerah aliran sungai (DAS) untuk memberi nilai guna pada lahan tersebut, sehingga dalam pembuatan peta secara manual kelemhannya dapat diminimalisir (Nugroho dan Prayoga, 2008).

Kerapatan Vegetasi

Vegetasi sebagai komponen lahan memiliki jenis yang sangat beragam.

Kumpulan vegetasi yang berbeda akan menghasilkan tingkat kerapatan vegetasi yang berbeda untuk setiap penggunaan lahan di suatu kawasan. Vegetasi memiliki

(21)

karakterisik, sehingga dapat dianalisis dengan berbagai cara untuk mendapatkan indeks yang mewakili dari vegetasi (Lufilah et al., 2017).

Kerapatan vegetasi inilah yang akan menciptakan kenyamanan dan kesejukan di suatu penggunaan lahan. Tinggi rendahnya suatu kerapatan vegetasi dapat diketahui dengan menggunakan teknik NDVI yang merupakan transformasi citra penajaman spektral untuk menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan vegetasi (Mukhoriyah et al., 2016).

NDVI adalah metode standar untuk membandingkan kehijauan vegetasi pada citra satelit, yang merupakan kombinasi dari teknologi alternatif dan teknologi citra. NDVI dapat digunakan untuk menghitung tingkat kehijauan (Irawan dan Malau, 2016). NDVI adalah rumus paling umum untuk menghitung nilai indeks vegetasi yang dapat memberikan informasi terkait dengan produksi primer vegetasi. Mengidentifikasi area bervegetasi dengan cepat pengunaan data penginderaan jarak jauh yang multispektral sehingga NDVI mampu memanilisir kesalahan akibat topografi (Zaitunah et al., 2018).

Vegetasi melindungi lingkungan hidrologis dari dampak energi kinetik hujan melalui tiga tingkatan tajuk pohon, yakni bagian tajuk, batang dan seresah hutan. Vegetasi tajuk yang rapat akan meningkatkan perubahan nilai indeks luas daun, sehingga perubahan nilai reflektansi spektral pada kerapatan tajuk yang sama disebabkan oleh perbedaan indeks luas daun, yang akan membawa kesalahan kerapatan pada pendugaan luasan tajuk. Jadi jelas bahwa dengan melakukan konversi NDVI, aspek kepadatan dapat ditonjolkan (Latuamury et al., 2012).

(22)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 sampai dengan Maret 2021, di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota, Sumatera Utara. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas alat pengambilan data dan alat analisis data. Alat pengambilan data lapangan adalah GPS (Global Positioning System), alat tulis, kamera. Alat analisis data yang digunakan adalah ArcGis (ArcMap) 10.3, ERDAS Imagine 9.2, Google Earth, Microsoft Excel, Microsoft Word dan komputer.

(23)

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari sumber lain dan data ground check yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Primer dan Sekunder yang diperlukan dalam penelitian

No. Nama Data Jenis Data Sumber Tahun

1. Data lapangan (ground check)

Primer GPS dan kamera digital 2020 2. Citra Landsat 8 path/row

129/57

Sekunder www.earthexplorer.usgs.gov 2015 3. Citra Landsat 8 OLI

path/row 129/57

Sekunder www.earthexplorer.usgs.gov 2020 4. Citra Google Earth Sekunder Google earth 2020 5. Peta Administrasi

Kecamatan Binjai Barat dan

Kecamatan Binjai kota Sekunder

Badan Informasi Geospasial

(BIG) 2020

6. Data BPS Kota Binjai Sekunder https://binjaikota.bps.go.id 2020 Prosedur Penelitian

Penyiapan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian (ground check) dengan menggunakan metode purposive sampling sedangkan data sekunder merupakan data dari instansi pemerintah terkait penelitian ini.

Citra diperoleh melalui website www.earthexplorer.usgs.gov terdiri atas beberapa band yang terpisah, oleh karena itu perlu dilakukan penggabungan band citra untuk koreksi radiometrik. Penggabungan band citra dilakukan dengan menggunakan ERDAS Imagine 9.2. Setelah itu mengunduh citra melalui www.earthexplorer.usgs.gov dilakukan koreksi gambar dengan memilih citra yang terbaik, sehingga diperoleh citra dengan kualitas yang lebih baik. Pemotongan citra dilakukan dengan menggunakan ArcGis 10.3 untuk memotong citra dengan batas administrasi kecamatan untuk mendaptkan citra yang diinginkan.

Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi lapangan. Hasil survei lapangan digunakan untuk mendukung kebenaran data yang dihasilkan oleh pengolahan citra.

Analisis Kerapatan Vegetasi

Analisis NDVI dilakukan dengan menggunakan band merah dan infra merah. Nilai yang dihasilkan NDVI berkisar antara -1 dan +1 (Danoedoro, 2012).

(24)

9

Rentang nilai antara -1 sampai +1 hasil dari transformasi NDVI ini memiliki persentase yang berbeda pada pemakaian lahannya. Semakin besar nilai NDVI maka kerapatannya semakin tinggi, dan sebaliknya semakin rendah nilainya maka diasumsikan bahwa areal tersebut merupakan badan air.

Rumus untuk menghitung nilai NDVI untuk citra Landsat 8 adalah :

Keterangan :

NIR = nilai reflektansi band near infra red R = nilai reflektansi band red

NDVI memiliki rentang nilai dari -0,1 sampai 1,0. Awan, air, dan objek non vegetasi memiliki NDVI kurang dari nol. Nilai yang mewakili vegetasi ada pada rentang 0,1 sampai 0,7 (Lufilah et al, 2017). Pada nilai NDVI yang diperoleh dari pengolahan citra, kelas kerapatan dibagi menjadi kelas non vegetasi, jarang, sedang, rapat, sangat rapat (Zaitunah et al., 2018).

Pengkelasan nilai NDVI dibagi menjadi 5 kelas yaitu non vegetasi, jarang, sedang, rapat dan sangat rapat.

Analisis perubahan dilakukan terhadap peta kerapatan vegetasi tahun 2015 dan tahun 2020. Tahapan analisis kerapatan vegetasi dan perubahannya dapat dilihat pada Gambar 2.

Analisis Ruang Terbuka Hijau

Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan titik di lapangan untuk mengetahui sebaran RTH di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota.

Analisis RTH dilakukan menggunakan peta kelas kerapatan vegetasi dan data pengecekan lapangan. Tahapan analisis RTH di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Gambar 2.

(25)

Gambar 2. Alur Tahapan Analisis Kerapatan Vegetasi dan sebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota

Pembuatan Buffer

Analisis buffer digunakan untuk mengidentifikasi daerah sekitar fitur geografis. Proses ini menghasilkan daerah cakupan di sekitar fitur geografis yang kemudian dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau memilih fitur berdasarkan letak obyek yang berada didalam atau di luar buffer. Tahapan analisis pembuatan buffering jalan dan sungai di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Gambar 3.

Citra Landsat Tahun 2015

Citra Landsat Tahun 2020

Analisis NDVI Analisis NDVI

Peta NDVI 2015

Peta NDVI 2020

Klasifikasi Kerapatan Vegetasi

Klasifikasi Kerapatan Vegetasi

Peta Kerapatan Vegetasi 2015

Peta Kerapatan Vegetasi 2020

Overlay

Peta Perubahan Kerapatan Vegetasi

Data Ruang Terbuka Hijau

Analisis Ruang Terbuka Hijau

Sebaran RTH di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota

(26)

11

Gambar 3. Alur Tahapan pembuatan buffering jalan dan sungai di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota

Peta Jalan dan Sungai yang sudah dipotong berdasarkan

administrasi

Buffering jalan 3 meter

Buffering sungai 20 meter

Overlay

Peta buffer di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota

(27)

Sebaran Nilai Normalized Difference Vegetation Index di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota

Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kerapatan dari suatu vegetasi. Nilai NDVI berkaitan erat dengan tingkat kerapatan vegetasi sehingga dapat digunakan untuk mengklasifikasikan vegetasi berdasarkan kerapatan. Menurut Sampurno dan Thoriq (2016) Normalized Difference Vegetation Index diperoleh dari pengolahan citra landsat dengan metode NDVI. Interpretasi visual citra dilakukan bersumber pada pengenalan karakteristik obyek secara spasial. Ciri-ciri deteksi obyek dapat dikenali dengan unsur-unsur interpretasi semacam warna, bentuk, dimensi, pola, tekstur, bayangan, letak dan asosiasi kenampakan obyek.

NDVI erat kaitannya dengan kerapatan vegetasi dan dapat dignakan untuk mengklasifikasikan vegetasi berdasarkan kerapatannya. NDVI digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan vegetasi yang sangat baik Zaitunah et al. (2018) Nilai NDVI maksimum dan minimum yang diperoleh pada pengolahan citra membagi tingkat kerapatan menjadi lima kelas yaitu kelas non vegetasi, jarang, sedang, rapat dan sangat rapat.

Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai kota merupakan salah satu kecamatan yang mengalami banyak perubahan lahan, dikarenakan bertambahnnya jumlah penduduk berkaiatan dengan semakin bertambahnya kebutuhan manusia akan pemanfaatan lahan. Pemanfaatan lahan digunakan seperti pemukiman, sosial ekonomi dan jasa.

Dengan melakukan analisis NDVI maka diperoleh hasil pengolahan citra tahun 2015 dan tahun 2020 di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota berupa peta sebaran nilai NDVI. Vegetasi sebagai penyusun lahan mempunyai tipe jenis yang sangat beranekaragam jenisnya. Kumpulan dari suatu vegetasi menghasilkan kerapatan vegetasi yang berbeda pada tiap penggunaan lahan di suatu wilayah tersebut.

Peta sebaran nilai NDVI di di Kecamatan Binjai Barat tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.

(28)

13

Gambar 4. Peta sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Barat tahun 2015.

(29)

Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2015 dapat dilihat dari Gambar 5.

Gambar 5. Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Barat 2015

Dari Gambar 5 dapat dilihat pada tahun 2015 di Kecamatan Binjai Barat diperoleh nilai NDVI terbesar pada rentang 0,3 – 0,4 yaitu sebesar 580,70 ha (41,05%), sedangkan yang terkecil pada rentang < 0 yaitu sebesar 0,06 ha (0,00%) dari luas total wilayah Kecamatan Binjai Barat tahun 2015 sebesar 1.414,63 ha.

(30)

15

Peta sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Barat tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Barat tahun 2020

(31)

Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2020 dapat dilihat dari Gambar 7.

Gambar 7. Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Barat 2020

Dari Gambar 7 dapat dilihat pada tahun 2020 di Kecamatan Binjai Barat diperoleh nilai NDVI terbesar pada rentang 0,4 – 0,5 yaitu sebesar 465,02 ha (32,87%), sedangkan yang terkecil pada rentang < 0 yaitu sebesar 0,05 ha.

(32)

17

Peta sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Kota tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Peta sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Kota tahun 2015.

(33)

Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2015 dapat dilihat dari Gambar 9.

Gambar 9. Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Kota 2015

Dari Gambar 9 dapat dilihat pada tahun 2015 di Kecamatan Binjai Kota diperoleh nilai NDVI terbesar pada rentang 0,1 – 0,2 yaitu sebesar 144,71 ha (31,62%), sedangkan yang terkecil pada rentang <0 yaitu sebesar 0,09 ha (0,02%).

(34)

19

Peta sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Kota tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Peta sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Binjai Kota tahun 2020.

(35)

Sebaran NDVI di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2020 dapat dilihat dari Gambar 11.

Gambar 11. Sebaran nilai NDVI di Kecamatan Binjai Kota 2020.

Dari Gambar 11 dapat dilihat pada tahun 2020 di Kecamatan Binjai Kota diperoleh nilai NDVI terbesar pada rentang 0,1 – 0,2 yaitu sebesar 122,15 ha (26,69 %), sedangkan yang terkecil pada rentang < 0 yaitu sebesar 0,11 ha (0,02%) dari luas total wilayah Kecamatan Binjai Kota tahun 2020 sebesar 457,67 ha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fajrin dan Driptufany (2017) NDVI yang mendekati -1 maka objek tersebut memiliki indeks kehijauan rendah atau bahkan merupakan vegetasi dan apabila mendekati +1 objek tersebut memiliki indeks kehijuauan tinggi atau merupakan vegetasi.

(36)

21

Kelas Kerapatan Vegetasi Di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota

Berdasarkan hasil data dari ground check lapangan Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota memiliki kerapatan vegetasi yang berbeda di setiap kelasnya tergantung dengan sedikit atau banyaknya vegetasi pada tempat tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil ground check di lapangan

No. Kelas Kerapatan Nilai NDVI Data Lapangan 1. Non Vegetasi < 0,1 Bangunan dan pemukiman.

2. Jarang 0,1 - 0,2 Pemukiman dan beberapa dari berbagai vegetasi seperti pertanian lahan kering.

3. Sedang 0,2 – 0,3 Pemukiman, pemakaman, dan vegetasi seperti yang ada pada kebun sawit dan lahan pertanian.

4. Rapat 0,3 – 0,4 Padang rumput, semak, serta lahan pertanian seperti kebun sawit.

5. Sangat Rapat > 0,4 Kumpulan pohon dengan berbagai jenis, kebun campuran, pertanian lahan kering dan kebun sawit

Menurut Putra (2011) transformasi NDVI digunakan untuk menginterpretasikan dan mengidentifikasi kerapatan vegetasi melalui interpretasi citra digital. Tinggi rendahnya kerapatan vegetasi dapat ditentukan dengan menggunakan teknologi NDVI, yang merupakan transformasi citra penajaman spektral yang digunakan untuk menganalisis hal-hal terkait vegetasi, sehingga diperoleh identifikasi kerapatan kelas kerapatan di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota.

Menurut Purwanto (2015) nilai NDVI yang diperoleh dari pengolahan citra maka kelas kerapatan dibagi menjadi lima kelas yaitu kelas non vegetasi, jarang, sedang, rapat dan sangat rapat. Suatu vegetasi dapat diketahui dengan pemanfaatan penginderaan jarak jauh dengan melihat nilai indeks vegetasinya.

Indeks vegetasi merupakan kombinasi antara band merah dan infra merah untuk mengidentifikasi keberadaan dan suatu kondisi vegetasi tersebut, dengan tiga saluran yaitu hijau, merah, dan inframerah.

Peta kerapatan vegetasi tahun 2015 di Kecamatan Binjai Barat dapat dilihat pada Gambar 12.

(37)

Gambar 12. Peta Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2015

(38)

23

Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2015 dapat dilihat dari Gambar 13.

Gambar 13. Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat 2015

Dari Gambar 13 dapat dilihat pada tahun 2015 di Kecamatan Binjai Barat diperoleh nilai NDVI terbesar pada kelas kerapatan rapat sebesar 41.05%

sedangkan yang terkecil dari kelas vegetasi sebesar 0.06%.

(39)

Peta kerapatan vegetasi tahun 2020 di Kecamatan Binjai Barat dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Peta Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2020

(40)

25

Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2020 dapat dilihat dari Gambar 15.

Gambar 15. Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat 2020

Dari Gambar 15 dapat dilihat pada tahun 2020 di Kecamatan Binjai Barat diperoleh nilai NDVI terbesar pada kerapatan sangat rapat sebesar 33.26%, sedangkan yang terkecil pada dari kelas kerapatan non vegetasi sebesar 0.075.

Dimana Kecamatan Binjai Barat sendiri mengalami peningkatan kerapatan sangat rapat yang cukup tinggi sebesar 270,72 ha. Kelurahan yang mengalami peningkatan vegetasi yang tertinggi yaitu Kelurahan Payaroba berdasarkan pengecekan lapangan, Berdasarkan ground check ke lapanngan Kelurahan Payaroba didominasi oleh Kebun Sawit dan Pertanian Lahan Kering, Walaupun Kelurahan Payaroba memiliki penduduk cukup tinggi, masyarakat memanfaatkan lahan kosong menjadi lahan pertanian sehingga membuat kelas kerapatan sangat rapat menjadi naik dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Menurut Sukristiyanti dan Marganingrum (2009) Dalam penggunaan lahan NDVI mampu membagikan visualisasi kerapatan dengan baik. Namun hasil informasi kelas kerapatan vegetasi tidak dapat diturunkan untuk membaca tipe pengunaan lahan. Untuk kelas kerapatan vegetasi yang rendah bukan berarti penggunaan lahan berupa lahan kosong.

(41)

Peta kerapatan vegetasi tahun 2015 di Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Peta Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2015

(42)

27

Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2015 dapat dilihat dari Gambar 17.

Gambar 17. Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota 2015

Dari Gambar 17 dapat dilihat pada tahun 2015 di Kecamatan Binjai Kota diperoleh nilai NDVI terbesar pada kerapatan jarang sebesar 31.63% sedangkan yang terkecil pada dari kelas kerapatan non vegetasi sebesar 2.20%.

(43)

Peta kerapatan vegetasi tahun 2020 di Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Peta Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2020

(44)

29

Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2020 dapat dilihat dari Gambar 19.

Gambar 19. Sebaran kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota 2020

Dari Gambar 19 dapat dilihat pada tahun 2020 di Kecamatan Binjai Kota diperoleh nilai NDVI terbesar pada kerapatan sangat rapat sedangkan yang terkecil dari kelas kerapatan non vegetasi. Kelurahan di Kecamatan Binjai Kota yang mengalami kenaikan vegetasi yang tinggi yaitu Kelurahan Berengan berdasarkan pengecekan lapangan didominasi oleh kebun sawit, kebun campuran dan pertanian lahan kering, sehingga kelas kerapatannya sangat rapat mengalami peningkatan di tahun 2020 dikarenakan ada perubahan kerapatan dari jarang ke sangat rapat.

Purwanto (2015) menyatakan tingkat kehijauan yang untuk warna tua memiliki vegetasi yang banyak, sebab indeks vegetasi menggambarkan tingkatan kehujauan tumbuhan. Daerah yang memiliki tingkat kerapatan vegetasi jarang dicirikan dengan warna terang atau cerah, sedangkan daerah yang memiliki tingkat kerapatan vegetasi rapat ditunjukan dengan warna lebih gelap.

Dari hasil pengecekan ke lapangan kelas kerapatan non vegetasi dengan nilai NDVI < 0,1 di lapangan terdapat pada bangunan. Perbandingan visual kelas non vegetasi dapat dilihat pada Gambar 20.

(45)

Gambar 20. Kelas Non Vegetasi pada NDVI (a), Google Earth (b), Pengecekan Lapangan Berupa Bangunan (c)

Dari hasil pengecekan ke lapangan kelas kerapatan jarang dengan nilai NDVI 0,1 – 0,2 di lapangan terdapat pemukiman, pertanian lahan kering dan beberapa vegetasi. Perbandingan visual kelas kerapatan jarang dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Kelas jarang pada NDVI (a), Google Earth (b), Pengecekan Lapangan Berupa Perkarangan Rumah Warga (c)

Dari hasil pengecekan ke lapangan kelas kerapatan sedang dengan nilai NDVI 0,2 – 0,3 di lapangan terdapat pemukiman, pemakaman, dan vegetasi seperti yang ada pada kebun sawit dan lahan pertanian. Perbandingan visual kelas kerapatan jarang dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Kelas sedang pada NDVI (a), Google Earth (b), Pengecekan Lapangan Berupa Taman Balita (c)

a b c

a b c

(46)

31

Taman balita yang merupakan salah satu taman yang berada di Kecamatan Binjai Kota termasuk kedalam kelas kerapatan sedang, tampilan Taman Balita pada Google Earth dapat dilihat pada Lampiran 4.

Dari hasil pengecekan ke lapangan kelas kerapatan rapat dengan nilai NDVI 0,3 – 0,4 di lapangan terdapat padang rumput, semak, serta lahan pertanian seperti kebun sawit. Perbandingan visual kelas kerapatan jarang dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Kelas rapat pada NDVI (a), Google Earth (b), Pengecekan Lapangan Berupa Kebun Campuraan Milik Masyarakat (c)

Dari hasil pengecekan ke lapangan kelas kerapatan sangat rapat dengan nilai NDVI > 0,4 di lapangan terdapat kumpulan pohon dengan berbagai jenis, kebun campuran, pertanian lahan kering dan kebun sawit. Perbandingan visual kelas kerapatan jarang dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Kelas sangat rapat pada NDVI (a), Google Earth (b), Pengecekan Lapangan Berupa Kebun Campuraan Milik Masyarakat (c)

Perubahan Luas Kerapatan Vegetasi di Kecamatan Binjai Barat dan Binjai Kota antara tahun 2015 dan 2020

Berdasarkan analisis kerapatan vegetasi, luas terbesar merupakan kelas kerapatan sangat rapat. Hal ini dikarenakan banyaknya vegetasi seperti lahan

a

a b c

(47)

pertanian dan kebun campuran yang menutupi keberadaan suatu lahan sehingga luas wilayah sangat rapat dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota mengalami peningkatan kerapatan vegetasi. Perubahan kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat pada tahun 2015 dan 2020 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perubahan kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat tahun 2015 dan 2020 N

o.

Kerapatan Vegetasi

Tahun 2015 Tahun 2020 Perubahan Luas

(Ha)

Luas (%)

Luas (Ha)

Luas (%)

Luas (Ha)

Luas (%) 1. Non Vegetasi 0,90 0,06 10,56 0,75 9,66 0,68 2. Jarang 189,71 13,41 208,49 14,74 18,78 1,33 3. Sedang 443,55 31,36 346,49 24,49 97,06* 6,86*

4. Rapat 580,69 41,05 378,71 26,77 201,98* 14,29*

5. Sangat Rapat 199,75 14,12 470,47 33,26 270,72 19,13 Total 1.414,60 100 1.414,72 100

Keterangan (*) Mengalami Penurunan

Luas kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat tahun 2015 dengan luas tertinggi terdapat pada kelas kerapatan rapat dengan luasan 580,69 ha (41,05%). Pada tahun 2020 kelas kerapatan rapat mengalami penurunan seluas 201,98 ha menjadi 378,71 ha (26,77%).

Sedangkan pada kelas kerapatan sangat rapat rapat mengalami kenaikan seluas 270,72 ha (19,13%) dari luas pada tahun 2015 seluas 199,75 ha (14,12) dan pada tahun 2020 seluas 470,47 ha (33,26%). Kelas kerapatan vegetasi yang mengalami kenaikan yaitu non vegetasi, jarang dan sangat rapat sedangkan kelas kerapatan vegetasi yang mengalami penurunan kelas sedang dan kelas rapat. Peta perubahan kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Barat Tahun 2015 dan 2020 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Dari hasil pertampalan peta tahun 2015 dan tahun 2020 dapat dilihat adanya perubahan kerapatan vegetasi pada Kecamatan Binjai Kota. Peta perubahan kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2015 dan 2020 dapat dilihat pada Lampiran 3. Data Perubahan kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota Tahun 2015 dan 2020 tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

(48)

33

Tabel 4. Perubahan kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota tahun 2015 dan 2020 N

o.

Kerapatan Vegetasi

Tahun 2015 Tahun 2020 Perubahan Luas

(Ha)

Luas (%)

Luas (Ha)

Luas (%)

Luas (Ha)

Luas (%) 1. Non Vegetasi 10,06 2,20 31,97 6,99 21,91 4,79 2. Jarang 144,76 31,63 122,15 26,69 22,61* 4,94*

3. Sedang 114,01 24,91 95,64 20,90 18,37* 4,01*

4. Rapat 123,88 27,07 84,92 18,56 38,96* 8,51*

5. Sangat Rapat 64,95 14,19 122,98 26,87 58,03 12,68 Total 457,66 100 457,66 100

Keterangan (*): Mengalami Penurunan

Luas kerapatan vegetasi Kecamatan Binjai Kota tahun 2015 dan 2020 mengalami kenaikan dan penurunan Tabel 4. Luas kerapatan vegetasi di Kecamatan Binjai Kota tahun 2015 dengan luas tertinggi terdapat pada kelas kerapatan jarang dengan luasan 144,76 ha (31,63%) sedangkan pada tahun 2020 kelas kerapatan jarang mengalami penurunan seluas 22,26 ha menjadi 122,15 ha (26,69%).

Sedangkan pada kelas kerapatan sangat rapat dan non vegetasi mengalami kenaikan dimana untuk kelas sangat rapat seluas 58,03 ha (12,68%) dari luas pada tahun 2015 seluas 64,95 ha (14,19) dan pada tahun 2020 seluas 122,98 ha (26,87%). Kelas kerapatan vegetasi yang mengalami penurunan yaitu jarang, sedang dan rapat.

Analisis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota

Ruang terbuka hijau adalah bagian terpenting kota. Ruang terbuka hijau merupakan ruang yang belum ditetapkan pada suatu kawasan tertentu. Ruang terbuka hijau memiliki banyak manfaat untuk perkotaan, karena memiliki banyak fungsi untuk masyarakat salah satunya dapat mendukung kegiatan masyarakat. Ruang terbuka hijau biasanya mengambil bentuk berikut taman kota atau lahan yang dihiasi tanaman atau fasilitas ini bermanfaat tanpa merusak ruang terbuka hijau itu sendiri. Ruang terbuka hijau juga digunakan sebagai penyeimbang dalam pembangunan. Jika tidak ada kota yang dibangun untuk menjaga keseimbangan dengan ruang terbuka hijau mungkin memiliki efek yang tidak diinginkan, dan itu akan sulit.

(49)

Peran ruang terbuka hijau di kota tidak secara langsung sangat penting untuk pembangunan kawasan perkotaan berkelanjutan. Implementasi pembangunan kota hijau adalah salah satunya langkah-langkah khusus diambil oleh pemerintah untuk memenuhi persyaratan Undang-Undang Struktural Ruang, khususnya ruang yang terkait dengan RTH publik dan RTH Privat Wahyuningsih (2017).

Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat adalah ruang terbuka hijau milik institusi atau milik perseorangan seperti halaman rumah, gedung milik masyarakat atau swasta, rooftop. RTH publik berupa taman kecamatan, taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau jalan, sempadan sungai.

RTH publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Sesuai dengan undang-undang No.26 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO.05/PRT/M/2008 penyediaan Rth berdasarkan luas wilayah sebagai berikut :

Kebutuhan RTH publik Kecamatan Binjai Barat = Luas wilayah (ha) x 20%

= 1.414,72 x 20%

= 282,944 ha

Kebutuhan RTH publik Kecamatan Binjai Kota = Luas wilayah (ha) x 20%

= 457,66 x 20%

= 91,532 ha

Luas RTH publik di Kecamatan Binjai Barat dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ruang Terbuka Hijau publik di Kecamatan Binjai Barat

No. Jenis RTH Publik Luas (Ha) 1. Sempadan Sungai 701,77 2. Jalur Hijau Jalan 67,84 3. Pemakaman Umum 13,6

Total 783,21 Pada Tabel 5 dapat dilihat RTH publik di Kecamatan Binjai Barat menunjukan bahwa sempadan sungai memiliki luas paling besar 701,77 ha, jalaur hijau jalan sebesar 67,84 ha dan pemakaman umum sebesar 13,6 ha. Kebutuhan RTH publik berdasarkan luas wilayah 282,944 ha berdasarkan ground check lapangan sebesar 783,21 ha dengan luas Kecamatan Binjai Barat seluas 1.414,72 ha. Dengan itu RTH kecamatan Binjai Barat sudah sesuai dengan undang-undang

(50)

35

No.26 tahun 2007 dimana RTH publik 20% dari total luas wilayah. Peta buffer jalan dan sempadan sungai di Kecamatan Binjai Barat dapat dilihat pada Lampiran 7.

Kecamatan Binjai Kota merupakan pusat pemerintahan dari Kota Binjai, Kecamatan Binjai Kota memiki Taman Merdeka Binjai yang dapat dilihat pada tampilan Google Earth di Lampiran 5, tampilan Google Earth Taman Remaja dapat dilihat pada Lampiran 6. Luas RTH publik di Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Ruang Terbuka Hijau publik di Kecamatan Binjai Kota

No. Jenis RTH Publik Luas (Ha) 1. Sempadan Sungai 399,62 2. Jalur Hijau Jalan 30,15 3. Taman Balita 0,17 4. Taman Dewi Sri 0,14 5. Taman Remaja 0,15 6. Taman Merdeka Binjai 2,5 7. Pemakaman Umum 1,8 Total 434,53 Pada Tabel 6 dapat dilihat RTH publik di Kecamatan Binjai Kota menunjukan sempadan sungai memiliki luas paling besar 399,62 ha lalu RTH publik yang memiliki luas paling sedikit Taman Dewi Sri seluas 0,14 ha. Peta buffer jalan dan sempadan sungai di Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Lampiran 8.

(51)

Peta sebaran jenis RTH Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25. Peta Sebaran Jenis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Binjai Kota

(52)

37

Peta sebaran klasifikasi RTH Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Peta Sebaran Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kot

(53)

1. Taman Kecamatan

Taman kecamatan merupakan taman yang ada di kecamatan, seperti di Kecamatan Binjai Kota terdapat Taman Dewi Sri yang termasuk kedalam kelas kerapatan jarang, taman remaja dan taman balita termasuk kedalam kelas kerapatan sedang, menurut peraturan Menteri pekerjaan umum nomor : 05/PRT/M/2008 Taman kecamatan memiliki luas minimal 0,2 m2 per penduduk kecamatan dengan luas taman minimal 24.000 m2. Vegetasi yang terdapat pada taman kecamatan ini adalah mahoni (Swietenia macrophylla), krei payung (Filicium decipiens), mangga (Mangifera indica), asam jawa (Tamarindus indica), beringin (Ficus benjamina), buni (Antidesma bunius), dadap merah (Erythrina crhistagali) dan tanaman hias. Taman Kecamatan dapat dilihat pada Gamabar 27.

Gambar 27. Taman Remaja (a), Taman Balita (b), Taman Dewi Sri (c)

2. Taman Kota

Taman kota merupakan taman yang ditunjukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Kawasan lapangan merdeka Binjai sampai saat ini mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi warga kotanya. Lapangan merdeka Binjai termasuk kedalam kelas kerapatan sedang dan rapat dikarenakan lapangan merdeka binjai memiliki kawasan yang cukup luas sehingga setiap sisinya memiliki vegetasi yang berbeda tergantung dengan vegetasi yang ada di setiap sisi. Vegetasi yang ada pada lokasi ini adalah mahoni (Swientenia macrophylla), akasia (Acacia mangium), saga (Adenanthera pavonina), dadap merah (Erythrina crhistagali), ketapang (Terminalia catapa), kersen (Muntingia calabura), krei paying (Filicium decipiens), mangga (Mangifera indica), beringin (Ficus benjamina), tanjung (Mimusop elengi), matoa (Pometia pinatta), pulai

a b c

(54)

39

(Alstonia scholaris), angsana (Pterocarpus indicus) dan pinang (Arecea catechu).

Taman Kota dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28. Tampak Samping Taman Merdeka Binjai (a), Tampak Depan (b), Tampak Tengah (c)

3. Pemakaman umum

RTH pemakaman memiliki banyak fungsi selain tempat penguburan Jenazah pemakaman juga memiliki fungsi ekologis sebagai resapan air dan tempat tumbuh vegetasi, vegetasi yang tumbuh di pemakaman memiliki fungsi tertentu seperti tempat peneduh. Pemakaman termasuk kedalam kelas kerapatan sedang, vegetasi yang ada di pemakaman sebagian besar rerumputan dan tanaman lainnnya, vegetasi yang lain seperti kamboja (Plumeria sp), beringin (Ficus benjamina), coklat (Theobroma cacao), pemakaman umum dapat dilihat pada Gambar 29.

Gambar 29. Pemakaman Umum Payaroba (a), Pemakaman Umum Cina Padang Brahrang (b), Pemakaman Umum Binjai Kota

4. Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan kanan kiri jalan yang memiliki vegetasi dengan berbagai fungsi yakni sebagai mengurangi pencemaran udara, peneduh jalan, peredam kebisingan, sebagai pembentuk arsitektur kota, dimanfaatkan sebagai penahan debu dan keindahan kota, jalur hijau jalan termasuk kedalam

a b c

a b c

(55)

kelas kerapatan sedang. Pohon-pohon yang biasa ditemukan di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota sebagai jalur hijau jalan yakni kerai payug (Filicium decipiens), glodokan (Polyalthia longifolia), tanjung (Mimusop elengi), mahoni (Swientenia mahagoni), ketapang (Terminalia catappa), angsana (Pterocarpus indicus). Jalur hijau jalan dapat dilihat pada Gambar 30.

Gambar 30. Jalan Kelengkeng (a), Jalan Gugus Depan (b), Jalan Jendral Sudirman (c)

5. Sempadan Sungai

Kanan kiri sungai memiliki fungsi sebagai penyangga kelestarian sungai.

Vegetasi yang terdapat pada kanan kiri sungai di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota berupa rerumputan, bambu (Bambusoidae sp), sawit (Elaeis guineennsis), pisang (Musa paradisiaca), beringin (Ficus benjamina).

Sempadan sungai termasuk kedalam kelas kerapatan jarang, sedang, rapat dan sangat rapat dikarenakan di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota memiliki kerapatan vegetasi yang berbeda, sempadan sungai dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31. Sungai Mencirim di Kecamatan Binjai Kota (a), Sungai Bingai di Kecamatan Binjai Kota (b), Sungai Bingai di Kecamatan Binjai Barat (c)

a b c

a b c

(56)

41

6. RTH Privat

RTH Privat merupakan ruang terbuk hijau yang dimiliki perseorangan atau instansi yang memiliki fungsi tertentu seperti perkarangan rumah warga dan bangunan yang ditanami berbagai vegetasi. Pekarangan berfungsi untuk berbagai aktivitas. Pekarangan Rumah termasuk kedalam kelas jarang, sedang, rapat, dan sangat rapat. Pekarangan rumah warga didominasi dengan tanaman multi purpose tree species (MPTS) seperti rambutan (Nephelium lappaceum), mangga (Mangifera indica), jambu air (Syzygium aqueum). RTH Privat dapat dilihat pada Gambar 32.

Gambar 32. Perkarangan rumah warga (a), Perkarangan rumah warga (b) Perkarangan kantor komando daerah militer Binjai Kota (c) Pada kondisi luas lahan terbuka terbatas, RTH dapat memanfaatkan ruang terbuka non hijau, seperti atap gedung atau teras-teras bangunan bertingkat, biasanya sering terjadi di perkotaan di pusat kota atau pada kawasan-kawasan dengan kepadatan tinggi penduduk dengan lahan terbatas. Adapun vegetasi yang sering ditemukaan di rooftop seperti seperti rambutan (Nephelium lappaceum), mangga (Mangifera indica), jambu air (Syzygium aqueum). Rooftop dapat dilihat pada Gambar 33.

a b c

(57)

Gambar 33. Rooftop di Kecamatan Binjai Kota (a), Rooftop di Kecamattan Binjai Barat (b), Rooftop di Kecamatan Binjai Kota (c)

Pemukiman di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamtan Binjai Kota memiliki perkembangan yang cukup pesat yang mengakibatkan kebutuhan lahan semakin tinggi. Sebagian masyarakat yang memiliki perkarangan rumah memanfaatkannya untuk ruang terbuka hijau dengan ditanami berbagai vegetasi, yang sering kita jumpai diperkarangan rumah warga merupakan tanaman MPTS yang menghasilkan buah seperti mangga (Mangifera indica), jambu air (Syzygium aqueum), jambu biji (Psidium guajava), rambutan (Nephelium lappaceum), kelengkeng (Dimmocarpus longan), matoa (Pometia pinnata). Masyarakat yang tidak memiliki perkarangan rumah seperti di perkotaan biasanya mereka menggunakan rooftop untuk ditanami vegetasi dan tanaman lainnya.

Menurut Mala et al. (2018) peningkatan kualitas lingkungan perkotaan dari segi ekologi, estetika dan sosial. Dari segi ekologis, ruang terbuka hijau dapat digunakan sebagai pengatur iklim mikro perkotaan yang sejuk. Vegetasi yang terbentuk oleh hutan merupakan komponen alami yang dapat mengendalikan iklim dengan mengendalikan fluktuasi atau perubahan elemen iklim di sekitarnya seperti suhu, kelembaban, angin dan curah hujan.

Berdasarkan data lapangan, RTH tersebar pada tingkat vegetasi jarang, sedang, rapat, dan sangat rapat. Perlunya penataan ruang terbuka hijau dengan mengoptimalkan tempat dan fungsinya, terutama untuk lokasi yang bervegetasi jarang. Pemeliharaan vegetasi yang sudah baik dapat terus dipertahankan terutama untuk taman kota. Penanaman pohon juga sebaiknya dilakukan di sempadan sungai untuk meningkatkan fungsi lindung.

b

a c

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Alur Tahapan Analisis Kerapatan Vegetasi dan sebaran ruang terbuka       hijau di Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Kota
Gambar 3. Alur Tahapan pembuatan buffering jalan dan sungai di Kecamatan Binjai                        Barat dan Kecamatan Binjai Kota
Gambar 4. Peta sebaran Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan          Binjai Barat tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi Laboratorium Lapang (LL) kegiatan m-P3MI di tetapkan di Kelurahan Mekar Jaya Kec. Permasalahan yang teridentifikasi adalah 1) Belum adanya pemanfaatan limbah kulit

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap soal-soal ulangan akhir semester, salah satunya yaitu soal- soal ulangan akhir semester gasal SD Negeri se- Kabupaten

Keunikan kawasan tradisional itu juga semakin spesifik, yang ditandai dengan bentang alam lansekap yang menarik karena berada di lereng Gunung Andong, bangunan

Lagu “Turning Point” merupakan aransemen instrumen dengan struktur lagu satu bagian yang terdiri dari 141 birama, dimainkan dengan 10 instrumen masing-masing violin, 3

Peluang kerjasama antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Timur Tengah di bidang perdagangan dan investasi pertanian cukup cerah. Di Indonesia sendiri, peluang investasi

Untuk mendapatkan lapisan yang tipis, kondisi dari kedua aliran fase harus diatur yaitu diusahakan membuat aliran yang turbulen, karena pada lapisan film yang tipis akan

Dengan adanya pengembangan konsepsi awal siswa dalam menemukan makna dari suatu persamaan melalui CTL dengan penerapan Ranking Task Exercise sebagai bahan ajar yang menuntut

Yang ingin disampaikan adalah dalam pembuatan film dokumenter ini adalah memberitahukan sebuah informasi yang terjadi di Kota Surabaya sebagai etnis Tionghoa penganut Tri Dharma