• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

Diet didefinisikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan (Hawks, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Maes (dalam Papalia 2008), pada usia 15 tahun, lebih dari setengah remaja perempuan di enam belas negara melakukan diet atau berpikir mereka harus melakukan hal tersebut. Pada umumnya, perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah 25-30% pada perempuan dan 18-23% pada laki-laki.

Perempuan dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan laki-laki dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami kelebihan berat badan (Maulana, 2008).

Diet merupakan salah satu cara yang paling populer untuk menurunkan berat badan karena diet dapat dilakukan oleh hampir semua orang, tidak mahal, diterima secara sosial (Hill,dkk., dalam Elga, 2007). Ada beberapa cara yang dilakukan seseorang dengan melakukan diet, diantaranya adalah diet sehat dan diet tidak sehat. Diet sehat dilakukan dengan selalu melakukan olahraga secara teratur yang efektif untuk membakar kalori sehingga berat badan akan berkurang sedikit-demi sedikit, dan mengurangi makanan yang berlemak atau kolesterol karena menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh. Makan- makanan yang berserat juga baik untuk tubuh, karena makanan berserat dapat mengikat lemak sehingga lemak yang tidak berguna dapat terbawa saat kotoran dibuang. Makanan berserat bisa berupa sayuran, buah-buahan, dan dapat juga mengganti beras putih menjadi beras merah.

(2)

Diet tidak sehat merupakan salah satu jenis diet yaitu sama-sama diartikan sebagai usaha pengurangan kalori demi mengurangi berat badan, namun cara yang digunakan merupakan cara-cara yang memberikan efek samping negatif kepada tubuh. Diet ini dilakukan dengan perilaku yang membahayakan kesehatan misalnya dengan berpuasa (di luar niat ibadah) atau melewatkan waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat penurun berat badan, penahan nafsu makan dan muntah dengan disengaja. Cara-cara ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berdiet semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan (Kim & Lennon, 2006).

Diet tidak sehat yang dilakukan oleh remaja bukanlah hal yang dapat disepelekan.

Saat remaja adalah saat ketika tubuh seseorang sedang berkembang pesat dan sudah seharusnya mendapatkan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk berkembang.

Kebiasaan diet tidak sehat pada remaja dapat membatasi asupan nutrisi yang mereka butuhkan agar tubuh dapat tumbuh. Selain itu diet tidak sehat pada remaja juga dapat menjadi sebuah titik awal berkembangnya gangguan pola makan. Beberapa penelitian lain juga mengatakan bahwa seorang remaja yang melakukan diet tidak sehat kemudian menghentikan dietnya dapat menjadi overeater (perilaku makan berlebihan) pada tahun- tahun berikutnya (Hill, Oliver & Rogers dalam Elga, 2007).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh para ahli gizi di kawasan DIY menyebutkan diet tidak sehat pada remaja putri dapat mengakibatkan anemia. Sebanyak 37

% siswi SMA pada daerah tersebut mengalami kekurangan zat besi demi penampilannya (www.republika.co.id, 25 Januari 2013).

Kasus berikutnya didapatkan dari pengalaman peneliti dengan teman. Pada kasus ini seorang mahasiswi yang melakukan diet tidak sehat selama tiga tahun akhirnya meninggal dan didiagnosis mengalami gagal ginjal. Perilaku diet tidak sehat tersebut dilakukan karena teguran pacar yang menginginkan gadis tersebut bertambah kurus. Menanggapi teguran

(3)

pacarnya gadis tersebut merasa kecewa dengan keadaan tubuhnya sehingga ia berdiet dengan minum obat pelangsing, teh pelangsing, dan meminum sedikit air putih.

Beberapa kasus tentang perilaku diet yang tidak sehat terjadi tidak hanya di Indonesia melainkan juga di negara lain seperti Amerika Serikat dan Inggris. Seorang wanita dari Iowa nekat menelan cacing parasit dalam bentuk kapsul minyak ular untuk menurunkan berat badannya, padahal menurut dokter Quinlisk cara tersebut berbahaya bagi kesehatan dan bisa berakibat fatal (http://health.liputan6.com, 19 Agustus 2013).

Berita lain melaporkan bahwa seorang mahasiswi kedokteran asal University of Leeds, Sarah Houston remaja berusia 23 tahun itu ditemukan tidak bernyawa setelah diketahui terbukti mengkonsumsi obat pelangsing di dalam apartemennya (www.vemale.com, 24 Mei 2014). Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa perilaku diet tidak sehat dapat membawa dampak yang buruk bagi kesehatan remaja yang melakukannya.

Ogden (2002) menyatakan bahwa orang-orang yang mempunyai keinginan untuk mengubah bentuk tubuhnya tidak selalu melakukan diet tidak sehat. Beberapa orang memilih untuk mengenakan baju-baju yang membuat mereka terlihat kurus atau melakukan jalan pintas melalui operasi. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata seseorang yang memiliki rasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya belum tentu melakukan diet tidak sehat, melainkan mereka dapat memilih cara-cara lain untuk memperbaiki penampilannya.

Perasaan puas atau tidak puas terhadap bentuk tubuh merupakan perasaan yang erat kaitannya dengan citra raga. Citra raga bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Conger dan Peterson (dalam Sarafino, 1998) yang mengatakan bahwa pada masa remaja, para remaja biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik

(4)

mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya.

Bagaimana perasaan seseorang mengenai penampilan fisik inilah yang disebut dengan citra raga. Citra raga dapat juga didefinisikan sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum (Cash

& Deagle dalam Jones, 2002).

Santrock (2003) mengatakan bahwa perhatian terhadap citra raga seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan citra raga yang ideal sehingga terlihat menarik seperti, berpakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan alat-alat kecantikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dion (dalam Hurlock, 1999) yang menyatakan bahwa meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang tidak disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi hal tersebut belum cukup untuk menjamin adanya perasaan puas terhadap tubuhnya.

Berscheid (Papalia, Olds & Feldman, 2008) menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap citra raga lebih mampu menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Perubahan fisik karena pubertas dapat membuat kaum remaja diliputi perasaan tidak pasti dan takut yang menyebabkan mereka cenderung berpikir negatif.

Dacey dan Kenny (2004) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap citra raga akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain. Para remaja seringkali rentan terhadap perasaan negatif ketika mereka merasa bahwa mereka ditolak oleh teman sebaya.

Bagi remaja yang bentuk tubuhnya tidak ideal, sering menolak kenyataan perubahan

(5)

fisiknya sehingga mereka tampak mengasingkan diri karena merasa tidak percaya diri dan bagi remaja yang menerima perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, menganggap hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena memang akan dialami oleh semua orang yang melalui masa pubertas. Rasa tidak percaya diri itu timbul karena remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Remaja menyadari bahwa mereka yang menarik biasanya mendapat perlakuan lebih baik dari pada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1999). Pada remaja pembentukan citra raga yang positif merupakan hal yang penting sebagaimana menurut Havighurst (dalam Sarwono, 1989) salah satu tugas perkembangan remaja adalah menerima kondisi fisik yang dimiliki dan memanfaatkan tubuh secara efektif.

Pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya sehingga terlihat menarik. Kepedulian terhadap penampilan dan citra raga yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan (Davison & Birch dalam Papalia, 2008). Pola ini menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Pada umumnya Remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny, 2001).

Konsep tubuh yang ideal pada perempuan adalah tubuh langsing (Sanggarwaty, 2003), sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot, berdada bidang, serta biseps yang menonjol (McCabe, 2004). Orang dengan tubuh kurang ideal selalu dipersepsikan malas dan mudah puas dengan dirinya, dan banyak dari mereka yang berharap agar berat badannya turun dengan sendirinya (Brownell dalam Sarafino, 1998). Begitu sadar berat badannya bertambah, biasanya orang akan mencoba membatasi makanannya (Gunawan, 2004). Hal ini mengakibatkan banyak dari remaja yang mengontrol berat badan dengan melakukan diet dan berolahraga untuk membentuk tubuh yang ideal. Sejauh ini remaja

(6)

lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap citra raga sangat kuat terjadi pada masa remaja, baik pada remaja laki-laki maupun perempuan.

Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan citra raga yang ideal sehingga terlihat menarik. Salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan diet. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bahwa peneliti ingin melihat hubungan antara citra raga dan perilaku diet tidak sehat pada remaja.

B. Perumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara citra raga dengan perilaku diet tidak sehat pada remaja.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara citra raga dan perilaku diet tidak sehat pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini akan menambah pengetahuan di bidang psikologi kesehatan khususnya pengetahuan tentang citra raga dengan perilaku diet tidak sehat pada remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada remaja tentang perkembangan psikologis yang sedang dialami yaitu seputar citra raga dan informasi mengenai perilaku diet tidak sehat sehingga remaja dapat memilih cara diet yang tidak membahayakan tubuhnya.

b. Memberikan informasi kepada para orang tua yang memiliki anak remaja tentang bagaimana perkembangan citra raga dan perilaku diet tidak sehat

(7)

sehingga orang tua dapat memperhatikan perkembangan anak, memberikan dukungan, dan mendidik anak untuk menghargai tubuh yang dimiliki.

Referensi

Dokumen terkait

Vincent Gasperz dalam bukunya Organizational Excellence mengungkapkan bahwa penerapan sistem manajemen kinerja atau alat bantu pengukuran kinerja seperti ISO,

Bab II merupakan Bab pembahasan rumusan masalah yang pertama yaitu penipuan yang sebagai predicate crime(tindak pidana asal) tindak pidana pencucian uang, yang dijabarkan

Proses ini akan menghasilkan hasil dari sebuah klasifikasi pada dokumen rekam medis untuk digunakan proses informasi ekstraksi teks kedalam database yang akan

Penulis menyusun Tesis ini dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Biologi, Universitas Kristen

Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi

Input data, yaitu: data Sumber PLN, Trafo, Saluran, dan beban yang diperoleh dari sistem yang terkait dengan catu daya Kawasan GI PUSPIPTEK dalam hal ini menggunakan catu

Mendorong kehidupan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua, dan membangun institusi yang

1) Manusia dapat mengembangkan pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar, lumrah dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian berdiskusi atau sekedar teman bicara. 2)