• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi perusahaan baik dari faktor keuangan maupun non-keuangan penting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi perusahaan baik dari faktor keuangan maupun non-keuangan penting"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Analisis leverage, audit lag, dan opinion shopping dapat dilakukan oleh para investor untuk mengetahui kondisi perusahaan. Mempertimbangkan kondisi perusahaan baik dari faktor keuangan maupun non-keuangan penting bagi investor sebelum melakukan kegiatan investasi, hal ini bertujuan untuk menjamin going concern (kelangsungan hidup) perusahaan. Selain itu agar dapat meminimalisir kemungkinan terjadi kerugian. Jika investor melakukan analisis yang tepat sebelum mengambil keputusan, maka investor dapat memperoleh keuntungan dalam investasi tersebut. Para investor dapat melakukan analisis tersebut dengan melihat laporan keuangan dan laporan auditor independen.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri, V. S., & Yuyetta (2021) penelitian tersebut menggunakan perusahaan manufaktur tahun 2014-2018 sebagai objek penelitiannya. Dengan tujuan penelitian untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh audit tenure, audit lag, opinion shopping, leverage, likuiditas, dan debt default terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018 sebanyak 640 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, distribusi frekuensi, uji korelasi, dan regresi logistik. Dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan disertai dengan laporan auditor independen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel audit

(2)

tenure dan likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

Variabel audit lag, leverage, dan debt default berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Variabel opinion shopping tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Selanjutnya penelitian Simamora & Hendarjatno (2019) menggunakan perusahaan manufaktur tahun 2009-2013 sebagai objek penelitian. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh audit client tenure, audit lag, opinion shopping, likuiditas, dan leverage terhadap opini audit going concern

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013 sebanyak 80 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, distribusi frekuensi, dan regresi logistik. Dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan auditor independen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel opinion shopping dan leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern. Variabel audit client tenure, audit lag, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Penelitian yang dilakukan oleh Imani et al., (2017) menggunakan perusahaan pertambangan tahun 2012-2015 sebagai objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt default¸ audit lag¸ kondisi keuangan, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan pertambangan

yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015 sebanyak 40 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, uji koefisien determinasi, dan regresi logistik. Data yang digunakan yaitu data sekunder berupa laporan

(3)

keuangan dan laporan auditor independen. Hasil penelitian ini menunjukkan secara simultan variabel debt default, audit lag, kondisi keuangan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Juga terdapat pengaruh positif debt default terhadap opini audit going concern, sedangkan audit lag, kondisi

keuangan, dan opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Penelitian Syahputra dan Yahya (2017) menggunakan perusahaan manufaktur tahun 2013-2015 sebagai objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh audit tenure, audit delay, opini audit tahun sebelumnya, dan opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015

sebanyak 24 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, regresi logistik, dan koefisien determinasi. Dengan menggunakan laporan keuangan sebagai data sekunder dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit tenure dan opinion shopping berpengaruh terhadap opini audit going concern. Audit delay dan opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Penelitian dari Yuliyani & Erawati (2017) menggunakan perusahaan manufaktur tahun 2010-2015 sebagai objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial distress, profitabilitas, leverage, dan likuiditas pada opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2015 sebanyak 150 perusahaan. Hasil penelitian

(4)

ini menunjukkan bahwa financial distress berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern. Sedangkan profitabilitas, leverage, dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

B. Kajian Pustaka

1. Teori Agensi

Teori agensi merupakan hubungan kontrak antara agen dengan principal, manajemen sebagai agen diberi wewenang untuk melakukan

operasional perusahaan, sehingga agen mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan pemilik, yang menyebabkan adanya ketimpangan informasi (asymetri information), baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi, dimana masing-masing dari mereka lebih mementingkan kepentingannya sendiri (Jensen dan Meckling, 1976).

Teori agensi memiliki keterkaitan dengan pemberian opini audit going concern, karena manajemen sebagai agen memiliki tugas untuk

bertanggung jawab dalam menjalankan operasional perusahaan, hasil dari kinerja tersebut nantinya dapat dilihat dari laporan keuangan yang secara tidak langsung dapat menggambarkan kondisi perusahaan. Laporan keuangan tersebut kemudian akan dipublikasi sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Opini yang diperoleh perusahaan berpengaruh terhadap keputusan investor.

Adanya ketakutan dari agen dalam mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk melakukan manipulasi dalam laporan keuangan. Agen selaku pihak yang

(5)

bertanggungjawab terhadap kinerja perusahaan tentunya mengharapkan hasil yang maksimal atas kinerjanya. Maka dalam hal ini terdapat kemungkinan dapat terjadi manipulasi, sehingga dibutuhkan pihak ketiga yaitu akuntan publik yang merupakan pihak independen. Yang memiliki tugas sebagai pemberi jasa dalam menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir adalah opini audit.

2. Opini Audit

Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang penting dalam laporan audit, karena laporan audit memuat informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya (Ardika, 2013).

Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor dalam menyatakan pendapatnya apabila keadaan mengharuskan untuk auditor tidak menyatakan pendapat, maka sebagai pihak yang independen, auditor tidak memihak kepada siapapun dan tidak mudah dipengaruhi, selain itu auditor juga harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan memiliki suatu kepentingan terhadap kliennya (Dura dan Nuryatno 2015). Opini yang diberikan auditor oleh perusahaan merupakan opini audit yang diperoleh dari kondisi perusahaan tersebut. Menurut SPAP SA Seksi 508 (No. 29) terdapat lima tipe pendapat yang dinyatakan auditor :

a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat ini diberikan berdasarkan pertimbangan auditor apabila laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat salah saji

(6)

material yang dapat mempengaruhi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (modified unqualified opinion)

Pendapat ini diberikan berdasarkan pertimbangan auditor apabila terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas (bahasa penjelas lain) dalam laporan keuangan bentuk baku. Kondisi tersebut meliputi:

1) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.

2) Terdapat penyimpangan dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.

3) Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material.

4) Terdapat kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, setelah mempertimbangkan rencana manajemen, sehingga auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat dilaksanakan secara efektif dan pengungkapan mengenai hal itu memadai.

5) Terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.

6) Adanya keraguan auditor terhadap kemampuan suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

(7)

c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion)

Pendapat ini diberikan berdasarkan pertimbangan auditor apabila laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Wajar dengan pengecualian diberikan apabila:

1) Tidak ditemukan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.

2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.

d. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)

Pendapat ini diberikan berdasarkan pertimbangan auditor apabila laporan keuangan tidak disajikan secara wajar pada posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, maka harus disertai penjelasan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporan auditor mengenai:

1) Semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar

(8)

2) Dampak utama yang menyebabkan pemberian tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas, jika secara praktis untuk dilaksanakan.

e. Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer of opinion)

Pendapat ini diberikan berdasarkan pertimbangan auditor apabila auditor tidak merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika auditor tidak menyatakan pendapat, maka laporan auditor harus memuat semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya.

3. Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern adalah opini audit dengan menambahkan paragraf penjelas yang memuat pertimbangan auditor bahwa terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian yang signifikan terhadap going concern (kelangsungan hidup) suatu entitas di masa mendatang (Muttaqin

dan Sudarno, 2012). Kelangsungan hidup entitas digunakan sebagai asumsi dalam proses pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti bahwa informasi tersebut menunjukkan hal yang berlawanan (SPAP SA Seksi 341).

Menurut (SPAP SA Seksi 341 (No. 30) adapun faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai petunjuk mengenai going concern sebagai berikut:

a. Trend negatif, terjadi kerugian operasi, kekurangan modal kerja, dan rasio keuangan penting yang buruk.

(9)

b. Indikasi lain, misalnya ketidakmampuan entitas dalam membayar pinjaman, pengungkapan pembayaran dividen, restrukturisasi utang, dan penolakan oleh pemasok atas pengajuan permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau sumber pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aset.

c. Hal-hal yang berhubungan dengan masalah internal, misalnya pemogokan kerja, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, serta komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis.

d. Hal-hal yang berhubungan dengan masalah eksternal, misalnya kerugian karena bencana alam.

Lebih lanjut dalam SPAP SA Seksi 341 (No. 30) menjelaskan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit.

4. Leverage

Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya (Yuliyani & Erawati, 2017). Jika liabilitas lebih besar daripada total aset maka menunjukkan bahwa saldo ekuitas perusahaan negatif (Ibrahim &

Raharja, 2014). Sehingga rasio leverage yang tinggi akan memberikan dampak yang tidak baik bagi perusahaan. Atau dengan kata lain perusahaan yang memiliki utang yang besar dibandingkan asetnya, dinilai lebih

(10)

berpotensi untuk memperoleh opini audit going concern. Hal ini dikarenakan jika rasio leverage tinggi maka perusahaan akan menggunakan dana perusahaan sebagian besarnya untuk membayar utang-utangnya sehingga akan mengurangi biaya operasional perusahaan.

5. Audit Lag

Audit lag adalah rentang waktu dalam menyelesaikan laporan keuangan, diukur dari lamanya hari untuk memperoleh laporan auditor independen, terhitung sejak tanggal tutup buku sampai dengan tanggal yang terdapat didalam laporan auditor independen (Dura dan Nuryatno, 2015).

Diatur dalam Bapepam-LK Nomor: KEP-431/BL/2012 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan emiten atau perusahaan publik, di dalam peraturan ini dinyatakan bahwa waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit KAP kepada BAPEPAM paling lama 4 (empat) bulan atau dalam jangka waktu 120 hari setelah tahun buku berakhir.

Menurut Lennox dalam (Januarti, 2009) mengungkapkan bahwa ada beberapa kondisi penyebab keterlambatan penerbitan opini, yaitu dikarenakan auditor melakukan pengujian lebih mendalam terhadap perusahaan sebelum mengambil kesimpulan, adanya negosiasi antara manajemen dengan auditor, dan asumsi auditor bahwa manajemen dapat memberi penyelesaian atas permasalahan yang terjadi sehingga dapat menghindari opini audit going concern.

(11)

6. Opinion Shopping

Menurut Security Exchange Commission (SEC) opinion shopping adalah kegiatan mengganti auditor yang mau mendukung tujuan manajemen dalam mengaplikasikan perlakuan akuntansi sehingga dapat mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Putri, V. S., & Yuyetta, 2021). Dalam peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2015 Pasal 11 menyatakan bahwa pemberian jasa audit atas informasi keuangan terhadap suatu entitas oleh seorang akuntan publik dibatasi paling lama untuk 5 tahun buku berturut- turut. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan mengganti auditor bukan karena peraturan tersebut, melainkan adanya kemungkinan agar perusahaan dapat mengganti dengan auditor yang bersedia mengeluarkan opini sesuai dengan harapan perusahaan.

C. Kerangka Pemikiran

D. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Leverage terhadap Opini Audit Going Concern

Berdasarkan teori agensi, manajemen sebagai agen diberi wewenang untuk melakukan operasional perusahaan, salah satunya yaitu melakukan

(H1)

Leverage (X1)

Opini Audit Going Concern Audit Lag (X2) (Y)

(H2)

(H3)

Opinion Shopping (X3)

(12)

pendelegasian wewenang dalam mengambil keputusan, rasio leverage yang tinggi dapat membuat perusahaan akan berfokus pada bagaimana cara untuk membayar kewajiban-kewajibannya daripada untuk mendanai operasi perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas operasional perusahaan sehingga terjadi penurunan laba, yang berisiko memperoleh opini going concern.

Hasil penelitian (Putri, V. S., & Yuyetta, 2021) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.

Pernyataan tersebut ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Simamora & Hendarjatno (2019) yang menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern. Maka hipotesis yang diberikan adalah sebagai berikut:

H1 : Leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern 2. Pengaruh Audit Lag terhadap Opini Audit Going Concern

Audit lag adalah rentang waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan audit laporan keuangan, yang diukur dari lamanya hari yang dibutuhkan dalam memperoleh laporan auditor independen, terhitung sejak tanggal tutup buku sampai dengan tanggal yang terdapat didalam laporan auditor independen (Dura dan Nuryatno, 2015). Penundaan pengeluaran laporan audit ini dapat menjadi isyarat bahwa terdapat masalah keuangan dalam perusahaan, sehingga auditor memberikan waktu kepada perusahaan tersebut dengan tujuan agar dapat memecahkan masalah tersebut sehingga dapat terhindar dari opini going concern.

(13)

Penelitian yang dilakukan oleh Putri, V. S., & Yuyetta, (2021)menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh positif terhadap opini audit going concern, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan lapangannya, semakin tinggi probabilitas penerimaan opini audit going concern. Maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2 : Audit Lag berpengaruh positif terhadap opini audit going concern.

3. Pengaruh Opinion Shopping terhadap Opini Audit Going Concern Berdasarkan teori agensi, manajemen sebagai agen memiliki informasi yang lebih banyak dibanding dengan prinsipal, sehingga terdapat ketidak seimbangan informasi antara agen dan prinsipal. Ketidak seimbangan ini membuat agen dapat menyembunyikan informasi-informasi tertentu yang tidak diketahui oleh prinsipal terkait dengan kinerjanya.

Seperti melakukan opinion shopping atau mencari auditor atau melakukan pergantian auditor untuk mendukung tujuan manajemen dalam mengaplikasikan perlakuan akuntansi sehingga dapat mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Putri, V. S., & Yuyetta, 2021).

Hasil penelitian Syahputra & Yahya (2017) menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh terhadap opini audit going concern,

dikarenakan opinion shopping berhubungan dengan opini audit yang diberikan oleh auditor. Maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H3: Opinion Shopping berpengaruh terhadap opini audit going concern

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dependensi antara luas panen padi dan indikator ENSO 3.4 sebagian besar mengikuti Copula Clayton yang memiliki tail dependensi di bawah,

kerja fisik dan non-kerja fisik di UD Pabrik Ada Plastic. Selain lingkungan kerja, motivasi kerja karyawan juga dapat mempengaruhi kinerja karyawan. 191) mengungkapkan

“walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemerolehan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dan motivasi membaca

Input data pembacaan gestur tangan ini berasal dari sensor accelerometer gyroscope yang akan memberikan data berupa kemiringan pada sumbu x maupun y, data

Unsur setiap orangadalah ditujukan kepada jati diri pelaku atau siapapun juga yang melakukan tindak pidana yaitu setiap orang sebagai subyek hukum atau pelaku dari

Tanaman dan bagiannya (termasuk biji dan buah), yang terutama dipakai dalam pembuatan wewangian, dalam farmasi atau untuk insektisida, fungisida atau untuk tujuan

[r]