• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembangunan di segala bidang. Usaha yang dilakukan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembangunan di segala bidang. Usaha yang dilakukan oleh"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang melakukan pembangunan di segala bidang. Usaha yang dilakukan oleh negara ini meliputi pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tidak kalah pentingnya adalah pembangunan di bidang hukum dari tahun ke tahun yang diusahakan pembaharuan hukum sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Seperti yang termuat dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat), sebagai negara hukum maka Indonesia mempunyai serangkaian peraturan atau hukum supaya kepentingan masyarakat dapat terlindungi. Alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan landasan konstitusional negara ini memuat bahwa tujuan negara salah satunya adalah menciptakan kesejahteraan umum.

(2)

dalam pergaulan masyarakat terdapat beraneka ragam hubungan antara anggota masyarakat, yaitu hubungan yang timbul oleh kepentingan anggota masyarakat itu. Adanya keanekaragaman hubungan tersebut, para anggota masyarakat memerlukan aturan-aturan yang dapat menjamin keseimbangan dalam hubungan tersebut agar tidak terjadi kekacauan.

Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib untuk ditaati karena berpengaruh pada keseimbangan dalam tiap-tiap hubungan antar anggota masyarakat. Kurangnya kesadaran hukum dalam masyarakat menyebabkan terjadinya ketidakpercayaan antara anggota masyarakat itu sendiri maupun ketidakpercayaan dengan aparat penegak hukum dan pemerintah. Terlebih dengan kondisi perekonomian negara kita yang sulit saat ini, mengakibatkan timbulnya kasus kriminalitas yang terjadi dalam masyarakat yang dilatarbelakangi karena kebutuhan hidup yang mendesak.

Kondisi yang terjadi setiap hari dan dialami oleh masyarakat sebagai contohnya, penjambretan, penodongan, pencurian, perampokan, penganiayaan, perkosaan, pembunuhan, tawuran remaja, atau lebih dikenal dengan “kejahatan jalanan” atau street crime” menjadi tantangan bagi proses penegakan hukum.

(3)

jenis kejahatan terhadap harta kekayaan, khususnya yang termasuk di dalamnya adalah tindak pidana penadahan.

Bahwa kejahatan terhadap harta benda akan tampak meningkat di negara-negara sedang berkembang. Kenaikan ini sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Di setiap negara tidak terkecuali negara yang paling maju sekalipun, pasti akan menghadapi masalah kejahatan yang mengancam dan mengganggu ketentraman dan kesejahteraan penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa kejahatan tidak hanya tumbuh subur dinegara miskin dan berkembang, tetapi juga dinegara-negara yang sudah maju.

Seiring dengan adanya perkembangan kejahatan seperti diuraikan di atas, maka hukum menempati posisi yang penting untuk mengatasi adanya persoalan kejahatan ini. Perangkat hukum diperlukan untuk menyelesaikan konflik atau kejahatan yang ada dalam masyarakat. Salah satu usaha pencegahannya dan pengendalian kejahatan itu ialah dengan menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana.

(4)

pidana yang paling sering terjadi di dalam masyarakat adalah tindak pidana terhadap harta kekayaan (tindak pidana materiil), seperti pencurian, pemerasan, penggelapan, penipuan, pengrusakan, dan penadahan. Salah satu tindak pidana terhadap harta kekayaan yang masih sering menimbulkan perdebatan adalah tindak pidana penadahan kendaraan bermotor yang berasal dari hasil pencurian.

Pencurian kendaraan bermotor semakin marak di Kota Medan, berbagai macam modus operandi yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana pencurian kendaraan bermotor pada saat ini. Kalau hal ini tidak dapat diatasi tentu perbuatan tersebut sangat meresahkan masyarakat.

Kejahatan pencurian kendaraan bermotor merupakan kejahatan terhadap harta benda yang tidak lajim terjadi di negara-negara berkembang……. selanjutnya dikatakan bahwa kejahatan pencurian kendaraan bermotor beserta isi-isinya merupakan sifat kejahatan yang menyertai pembangunan.1

1

Soerjono Soekanto, Hartono Widodo dan Chalimah Sutanto, Penanggulangan

Pencurian Kendaraan Bermotor Suatu Tinjauan Kriminologi Jakarta,,Penerbit Aksara

1988, hal. 20.

(5)

Selain itu juga semakin maraknya penjualan bagian-bagian (onderdil) kendaraan bermotor bekas oleh para pedagang kaki lima, yang tidak menutup kemungkinan onderdil kendaraan tersebut didapatkan oleh pedagang dari para pelaku curanmor, untuk itu perlu dilakukan penyelidikan terhadap para pedagang kaki lima yang memperdagangkan onderdil kendaraan bermotor bekas tersebut.

Namun hingga kini para pedagang kaki lima yang memperdagangkan onderdil kendaraan tidak pernah dilakukan pemeriksaan oleh aparat kepolisian, sehingga memungkinkan tindak penadahan terus berlangsung dan aparat juga belum pernah mengadakan koordinasi dengan aparat Pemda Kota Medan untuk melakukan penertiban para pedagang kaki lima yang memperdagangkan onderdil kendaraan bermotor.

(6)

KENDARAAN BERMOTOR HASIL PENCURIAN DAN UPAYA PENERAPAN / PENEGAKAN HUKUMNYA (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESORT KOTA MEDAN).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan tindak pidana pencurian dan penadahan dalam hukum positif di Indonesia.

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian dan penadahan terhadap kenderaan bermotor di Kota Medan.

3. Bagaimana upaya penanggulangan tindak pidana pencurian dan penadahan terhadap kendaraan bermotor di Kota Medan.

C. Tujuan Penulisan

(7)

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tindak pidana pencurian dan penadahan dalam hukum positif di Indonesia.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian dan penadahan terhadap kendaraan bermotor.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan untuk menanggulangi tindak pidana pencurian dan penadahan terhadap kendaraan bermotor.

D. Manfaat Penulisan

Seperti pada umumnya dalam setiap penulisan skripsi pasti ada manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi tersebut. Manfaat penelitian secara umum yang dapat diambil dalam penulisan skripsi ini terdiri dari manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran di bidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya dalam disiplin ilmu hukum pidana mengenai tindak pidana pencurian dan penadahan kendaraan bermotor.

(8)

Dari segi praktis diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan atau diterapkan oleh pengambil kebijakan dan para pelaksana hukum di bidang hukum pidana khususnya mengenai tindak pidana pencurian dan penadahan terhadap kenderaan bermotor. Dengan mengetahui faktor-faktor pendorong dari dilakukannya tindak pidana pencurian dan penadahan terhadap kenderaaan bermotor, maka penegak hukum an masyarakat dapat mengambil langkah penanggungan yang tepat untuk menangani apabila timbul suatu tindak pidana.

E. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “ Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penadahan Kendaraan Bermotor Hasil Pencurian (Studi Kasus Di Kepolisian Resort Kota Medan). Sehubungan dengan keaslian judul skripsi, penulis telah melakukan pengecekan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sebelumnya penulis telah berkonsultasi terlebih dahulu kepada Bapak Ketua Departemen Hukum Pidana dan Pembimbing skripsi mengenai judul yang penulis sajikan.

Dan berdasarkan hal tersebut diatas penulis memberanikan diri untuk mengerjakan skripsi ini.

(9)

1. Pengertian Tindak Pidana

Untuk memberikan pengertian tindak pidana, pembentuk undang-undang telah mempergunakan perkataan “strafbaar feit” untuk menyebutkan apa yang dikenal sebagai “tindak pidana” di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Perkataan “feit” itu sendiri di dalam bahasa Belanda berarti “sebagian dari suatu kenyataan” atau “een

gedeelte van de werkelijkheid”2, sedangkan “strafbaar” berarti “dapat

dihukum”, sehingga secara harfian perkataan perkataan “strafbaar feit” itu dapat diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum”, yang sudah barang tentu tidak tepat, oleh karena kelak akan diketahui bahwa yang yang dapat dihukum itu sebenarnya adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan ataupun tindakan.3

Menurut Hazewinkel-Suringa, telah membuat suatu rumusan yang bersifat umum dari “strafbaar feit” sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam sesuatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat didalamnya.4

Menurut Profesor Pompe, perkataan “strafbaar feit” itu secara teoritis dapat dirumuskan sebagai suatu pelanggaran norma

2

P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, sebagaimana dikutip dari van Bemmelen, Ons Strafrecht I, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1997, hal.181.

3

Ibid, hal. 181.

4

(10)

(gangguanterhadap tertib hukum) yang dengan sengaja atau tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.5

Demikian juga menurut Profesor Simon, telah merumuskan “strafbaar feit” sebagai suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindaknnya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.6

a. Untuk adanya suatu strafbaar feit itu disyaratkan bahwa di situ harus terdapat sutau tindakan yang dilarang ataupun yang diwajibkan oleh undang-undang, dimana pelanggraan terhadap larangan atau kewajiban semacam itu telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.

Alasan dari Profesor Simons apa sebabnya “strafbaar feit” itu harus dirumuskan adalah karena :

b. Agar sesuatu tindakan itu dapat dihukum, maka tindakan tersebut harus memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan di dalam undang-undang.

c. Setiap strafbaar feit sebagai pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban menurut undang-undang itu, pada hakikatnya merupakan

5

Ibid, sebagaimana dikutip dari Pompe,Handboek, hal. 182.

6

(11)

sutu tindakan melawan hukum atau merupakan suatu “onrecntmatige

handeling”.7

Menurut S.R. Sianturi, pengertian tindak pidana adalah suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, bersifat melawan hukum serta dengan kesalahan, dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab. Maka selanjutnya unsur-unsur tindak pidananya adalah terdiri dari : subjek, kesalahan, bersifat melawan hukum, tindakan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang serta waktu dan tempat serta keadaan tertentu.8

2. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Sebelum mengetahui apa itu pencurian, maka sebaiknya mengetahui asal kata pencurian yang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “curi” yang mengalami imbuhan “pe” dan berakhiran “an” sehingga kata “pencurian mengandung arti proses, perbatan cara mencuri dilaksanakan.9

7

Ibid, hal. 185.

8

S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerannya, Jakarta, Penerbit Alumni AHM-PTHM, 1986, hal.211.

9

(12)

Dalam kamus Bahasa Indonesia juga disebutkan bahwa mencuri ialah perbuatan yang mengambil hak milik orang lain dengan jalan tidak sah.10

Pencurian adalah pelanggaran terhadap harta milik dan merupakan delik formil (formeel delict), yaitu delik yang dianggap telah sepenuhnya terlaksana dengan dilakukannya suatu perbuatan yang dilarang, dan merupakan norma yang dibentuk larangan atau verbod, seperti pada Pasal 362 Kitab Undang-undang Pidana yang mencantumkan larangan untuk mencuri.11

Demikian juga disebutkan pencurian adalah perbuatan yang telah memenuhi perumusan Pasal 362 KUHP yaitu mengambil sesuatu barang baik berwujud maupun tidak berwujud yang sama sekali atau sebahagian termasuk kepunyaan orang lain, yang dilakukan dengan sengaja dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak yang sanksinya telah ditetapkan yaitu hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya atau Rp. 900.12

3. Unsur-unsur Tindak Pidana Pencurian

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) telah mengatur secara juridis pasal-pasal yang menyangkut kejahatan atau tindak pidana pencurian sebagaimana yang terurai dalam Pasal 362 KUHP :

10

Ibid. hal. 303.

11

P.A.F. Lamintang, C. Djisman Samosir, Delik-delik Khusus, Bandung, Penerbit Tarsito, 1981, hal.78.

12

(13)

“Barang siapa mengambil dengan sengaja barang yang sama sekali atau sebahagian termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,-.13

1. Unsur subjek adalah barang siapa.

Dari perumusan tersebut di atas, jika diuraikan dari sudut unsur-unsurnya, agar dapat disebut melakukan tindak pidana pencurian adalah :

2. Unsur kesalahan adalah sengaja, yang tersirat pada kata “mengambil” dan kemudian dipertegas lagi oleh kata-kata “dengan maksud untuk memilikinya”.

3. Unsur bersifat melawan hukum yang ditentukan pada Pasal 362 KUHP dan dua macam yaitu bersifat melawan hukum materil dan bersifat melawan hukum formil. Unsur bersifat melawan hukum materil dalam pasal tersebut adalah tindakan mengambil sesuatu barang, sedangkan mengenai pemilikan ditentukan sebagai bersifat melawan hukum formil. Tindakan mengambil sesuatu barang harus dapat dibuktikan bersifat melawan hukum, sedangkan mengenai pemilikan barang tersebut wajib dibuktikan bersifat melawan hukum, baik di dalam surat dakwaan maupun dalam putusan hakim.

4. Unsur tindakannya adalah melakukan perbuatan mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan

13

(14)

orang lain dengan maksud untuk memilikinya secara melawan hukum.

5. Unsur waktu, tempat dan keadaan adalah ditentukan oleh hukum pidana formil (hukum acara pidana).

Unsur subjek dalam perumusan tindak pidana adalah terletak pada kata “barang siapa” dan memang pada prinsipnya dalam hukum pidana umum (KUHP) yang menjadi subjek hukum pidana atau biasa juga disebut pelaku atau pembuat (dader), hanya orang atau manusi (natuurlijke persoon). Pada tindak pidana pencurian seperti yang diatur pada Pasal 362 KUHP secara umum subjek hukumnya adalah seseorang atau sekelompok orang.

Unsur kedua dari tindak pidana adalah kesalahan (schuld). Kesalahan dibagi dua bagian, yaitu sengaja (dolus) dan lalai (culpa). Sengaja mempunyai hubungan kejiwaan yang lebih erat dalam diri pelaku terhadap suatu tindakan, dibandingkan dengan kelalaian. Dan untuk membuktikan adanya sifat kesengajaan dalam tindakan sipelaku bukanlah hal yang mudah.

(15)

Pada Pasal 362 KUHP unsur kesalahan yang berbentuk sengaja seperti yang tersirat pada kata-kata “mengambil sesuatu barang dengan maksud untuk memiliki” menunjukkan bahwa pelaku mempunyai kehendak dan tujuan untuk melakukan sesuatu itu (memiliki) Mempunyai kehendak berarti ada kesengajaan. Dan kata-kata “dengan maksud” pada pasal ini tidak berarti kehendak dan tujuan yang ada pada diri pelaku sudah terlaksana atau terpenuhi sepenuhnya.14

Unsur tindakan yang dilarang dalam Pasal 362 KUHP adalah tindakan mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memilikinya secara melawan hukum. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilarang tersebut (pencurian) adalah delik formil, yang berarti delik dianggap sempurna Mengenai perumusan unsur “bersifat melawan hukum”, pada sistem hukum pidana Indonesia adalah mengikuti pada ajaran bersifat melawan hukum material, yakni semua delik harus senantiasa dianggap mempunyai unsur bersifat melawan hukum, walaupun tidak dengan tegas dirumuskan. Dan bersifat melawan hukumnya tindakan itu harus selalu dapat dibuktikan apabila dipersoalkan dipersidangan, serta harus ternyata dalam surat dakwaan sampai pada putusan hakim. Sementara dari sudut ajaran bersifat melawan hukum yang formil, apabila unsur melawan hukum tidak dirumuskan dalam perundang-undangan, maka tidak ada keharusan untuk membuktikannya.

14

(16)

(voltooid) jika tindakannya sudah memenuhi rumusan delik tanpa mempersoalkan akibatnya.

4. Pengertian Tindak Pidana Penadahan

Tindak pidana penadahan telah diatur didalam Bab XXX dari buku II KUHP sebagai tindak pidana pemudahan. Menurut Prof. Satochid Kartanegara, tindak pidana penadahan disebut tindak pidana pemudahan, yakni karena perbuatan menadah telah mendorong orang lain untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang meungkin saja tidak akan ia lakukan, seandainya tidak ada orang yang bersedia menerima hasil kejahatan.15

Demikian juga BadanPembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM RI di dalam Bab XXXI dari usul rancangannya mengenai Buku II dari KUHP yang baru ternyata telah bermaksud untuk memasukkan tindak pidana penadahan ke dalam pengertian suatu jenis tindak pidana baru yang disebutnya sebagai pertolongan jahat.16

5. Unsur-unsur Tindak Pidana Penadahan

Tindak pidana penadahan dalam bentuk pokok oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam Pasal 480 angka 1 KUHP terdiri atas : a. Unsur-unsur subjektif, yang terdiri dari dari :

15

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Terhadap

Harta Kekayaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal. 362

16

(17)

1. Yang ia ketahui atau waarvan hij weet

2. Yang secara patut harus dapat ia duga atau warn hij redelijkerwijs moet vermoeden

b. Unsur-unsur objektif, yang terdiri dari : 1. Kopen atau membeli

2. Buren atau menyewa 3. Inruilen atau menukar

4. In pand nemen atau menggadai

5. Als geschenk aannemen atau menerima sebagai hadiah atau sebagai pemberian

6. Uit winstbejag atau didorong oleh maksud untuk memperoleh keuntungan

7. Verkopen atau menjual 8. Verhuren atau menyewakan

9. In pand geven atau menggadaikan 10. Vervoeren atau mengangkut 11. Bewaren atau menyimpang dan 12. Verbergen atau menyembunyikan

(18)

Karena tindak pidana penadahan yang diatur dalam Pasal 480 angka 1 KUHP mempunyai dua macam unsur subjektif, masing-masing yakni unsur kesengajaan atau unsur dolus dan unsur ketidaksengajaan atau unsur culpa atau dengan kata lain karena tidak pidana penadahan yang diatur dalam Pasal 480 angka 1 KUHP mempunyai unsur subjektif yang pro parte dolus dan pro parte culpa, maka di dalam surat dakwaannya penuntut umum dapat mendakwakan kedua unsur subjektif tersebut secara bersama-samaterhadap seorang terdakwa yang didakwa telah melakukan tindak pidana penadahan seperti yang dimaksud dalam Pasal 480 angka 1 KUHP.17

a. Unsur-unsur subjektif, yang terdiri dari :

Disamping itu pula unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam Pasal 480 angka 2 KUHP terdiri dari :

1. Yang ia ketahui

2. Yang secara patut harus dapat diduga b. Unsur-unsur objektif, terdiri dari :

1. Barangsiapa

2. Mengambil keuntungan dari hasil suatu benda 3. Yang diperoleh karena kejahatan

17

(19)

Perbuatan mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang diperoleh karena kejahatan itu tidak perlu selalu diartikan sebagai perbuatan mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang diperoleh karena kejahatan, yakni jika benda tersebut dijual, melainkan jika benda yang diperoleh karena kejahatan itu telah disewakan, digadaikan, dipertunjukkan, bahkan juga jika benda itu telah dibudidayakan, diternakkan,dan lain-lainnya.

6. Pengertian Kendaraan Bermotor

Kenderaan bermotor, baik itu yang beroda dua atau lebih adalah alat transportasi bagi manusia yang bernilai ekonomis dan memiliki kegunaan, sehingga kendaraan bermotor dijadikan sebagai bagian dari harta benda. Menyadari bahwa kenderaan bemotor merupakan bagian dari harta kekayaan yang benilai mewah, maka setiap orang ingin memilikinya, baik itu dengan cara membeli, mengangsur atau kredit, mencuri, merampas, menadah dan sebagainya. Memiliki kenderaan bermotor dengan cara mencuri memang tidak perlu mengeluarkan biaya / uang, dan lebih mudah, cepat memperolehnya serta mempunyai resiko yang kecil untuk diketahui oleh pihak yang berwajib, oleh karena biasanya oleh sipelaku identitas pemilik kenderaan bermotor tersebut secepatnya dirubah.

(20)

mestinya, dan komponen-komponen kenderaan tersebut dapat diperjualbelikan kepada orang lain dengan suatu keuntungan yang cukup besar.

G. Metode Penulisan

Dalam menyusun suatu skripsi, data adalah faktor yang sangat penting sekali untuk kelengkapan penulisan skripsi, sehingga usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang relevan dengan materi akan cenderung membentuk isi skripsi akan lebih baik dan lebih sempurna.

Maka dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode, sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

(21)

penelitian hukum tersebut, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum normatif sosiologis.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitin dilakukan di Kepolisian Resort Kota (POLRESTA) Medan dan Pengadilan Negeri Klas I – A Medan. Dari tempat penelitian ini dapat diperoleh data-data tentang masalah yang akan diteliti.

3. Sumber Data

Sumber data skripsi ini terdiri dari :

a. Data Primer, yaitu data yang didapat dari sumber asli. Data diperoleh dengan cara wawancara dengan pihak yang berkompeten di lokasi penelitian

b. Data Skunder, yaitu data yang didapat dari tangan kdua dan seterusnya berupa catatan, arsip, buku dan lainnya yang berhubungan dengan isi skripsi.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan, penulis menggunakan dua metode penelitian yaitu :

(22)

masalah yang dibahas dalam penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian ini berwujud teori-teori, konsep-konsep yang dikelompokkan sebagai data sekunder.

b. Penelitian lapangan, yaitu cara untuk mendapat data yang dilakukan langsung ke objek penelitian dalam ini Kepolisian Resort Kota (POLRESTA) Medan dan Pengadilan Negeri Klas I – A Medan. Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data sekunder.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengamatan (observation), yaitu melakukan peninjauan langsung ke

objek penelitian untuk memperoleh gambaran tentang fakta yang ada di lapangan. Hasil-hasil pengamatan akan dicatat seperlunya sebagai bahan temuan.

b. Wawancara (interview), yaitu melakukan Tanya jawab langsung kepada pihak yang berwenang untuk memberikan keterangan / data yang diperlukan.

5. Analisis Data

(23)

diperoleh dikualifikasikan dengan cara mempelajari, memahami semua data yang ada. Selanjutnya dianalisis dengan menafsirkan menggunakan metode normatif kualitatif.

H. Sistematika Penulisan

Agar dapat diperoleh pemahaman yang menyatu dan memudahkan pembahasan tesis ini, maka penulisan skripsi ini dilakukan dengan sistematika yang telah ditetapkan oleh Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang terdiri seperti sebagai berikut ini:

BAB I : Bab Pendahuluan disajikan beberapa Sub Bab yaitu latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan (jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data analisis data, sistematika penulisan.

BAB II : Memberikan gambaran umum tentang pengaturan tindak pidana penadahan kendaraan bermotor hasil pencurian dalam hukum positif di Indonesia.

(24)

operandi yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana penadahan kendaraan bermotor hasil pencurian.

BAB IV : Mengenai tentang upaya penangulangan tindak pidana penadahan kendaraan bermotor hasil pencurian dan bentuk putusan yang dijatuhkan terhadap pelaku serta analisis putusan, pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Medan.

BAB V : Mengenai bagian kesimpulan dan saran yang berisi pada bagian pertama kesimpulan dan pada bagian kedua berisi saran terhadap penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana penadahan kendaraan bermotor hasil pencurian.

Referensi

Dokumen terkait

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman Perumahan. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

Dengan kata lain, audit terlihat sebagai sebuah bagian dari tata kelola eksternal perusahaan yang efektif untuk menggantikan tata kelola internal perusahaan,

Soka Cipta Niaga mencoba untuk melakukan inovasi baru dalam proses produksi kaos kaki yaitu dengan konsep printing dimana merupakan suatu hal baru sebab berbeda dari

[r]

Berhasil Pengujian Tombol Route Pengguna berada pada halaman utama dan menekan salah satu marker yang terdapat pada peta Sistem menampilkan navigasi route dari

(Pada kegiatan ini, murid melakukan teknik pembelajaran KSE yaitu pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dengan memilih salah satu metode dalam

Hasil pengamatan isi lambung yang terdapat pada Gambar 1, Gam- bar 2, dan Gambar 3 meunjukkan bahwa ikan baung memiliki variasi makanan yang tidak cukup beragam

Semua personel pentadbiran dan pentaksiran yang menguruskan pengendalian instrumen pentaksiran, panduan penskoran, skrip jawapan calon dan perekodan skor calon