• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

IMPAK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM), LUAS LAHAN SAWAH, DAN PEKERJA SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDRB) SEKTOR PERTANIAN DI

JAWA BARAT SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

SUCIPTO DEWANTORO NIM: 11140840000046

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

IMPAK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM), LUAS LAHAN SAWAH DAN TENAGA KERJA PERTANIAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

SEKTOR PERTANIAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Sucipto Dewantoro 11140840000046

Dibawah Bimbingan:

Pembimbing

Rizqon Halal Syah Aji Ph.D NIP. 197904052011011005

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(3)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Pribadi

1. Nama Lengkap : Sucipto Dewantoro

2. Tempat, TangggaI Lahir : Bojonegoro, 20 Januari 1995

3. AIamat : Ds Tlogohaji, Bojonegoro

4. TeIepon : 0888-0960-9825

5. EmaiI : suciptodew@gmaiI.com

2. Riwayat Pendidikan

1. SDN 1 Kaligunting 2002 - 2008

2. SMPN 2 Saradan 2008 - 2011

3. SMAN 1 Mejayan 2011 - 2014

4. S1 UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta 2014 – 2021

3. PengaIaman Organisasi

1. Anggota Departemen Humas Ikatan Remaja Masjid FathuIIah (2018- 2020)

2. Ketua Departemen Lingkungan Hidup Gerakan Pemuda Madiun 3. Anggota Himpunan Mahasiswa IsIam (HMI) Komisariat FakuItas

Ekonomi dan Bisnis 4. Riwayat Pekerjaan

1. Dompet Dhuafa sebagai Seleksi Data (2019) 2. Tim Darling Dompet Dhuafa (2019– 2021)

(7)

Abstract

In regional with an agricultural base sector, economic growth will depend on land and the ability of human resources to manage agriculture, both in terms of production, maintenance and marketing. Human resource problems often arise against the background of a low Human Development Index (HDI), as well as the increasing number of workers in the agricultural sector in the midst of reduced agricultural land. This study aims to determine the Human Development Impact Index (IPM), Rice Field Area and Agricultural Sector Workers on Gross Regional Domestic Product in the Agricultural Sector by using the Multiple Linear Analysis (OLS) method. From this research, it is known that the Human Development Impact Index (IPM), Rice Field Area has a significant effect on Gross Regional Domestic Product in the Agricultural sector.

Keywords: GRDP in agriculture sector, rice field area, agricultural sector workers, human development index

(8)

Abstrak

Di wilayah dengan sektor Basis pertanian, pertumbuhan ekonomi akan bergantung pada lahan dan kemampuan sumber daya manusia yang mengelolola pertanian, baik dari bidang produksi pemeliharaan dan pemasaran. Masalah sumber daya manusia sering timbul yang di latarbelakangi Indeks Pembangunan Manusia(IPM) yang rendah, serta meningkatnya jumlah pekerja sektor pertanian ditengah berkurangnya lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Impac Index Pembangunan Manusia (IPM), Luas Lahan Sawah dan Pekerja Sektor Pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto sector Pertanian dengan menggunakan metode Analisis Linier Berganda (OLS). Dari penelitian ini diketahui bahwa Impac Index Pembangunan Manusia (IPM), Luas Lahan Sawah berpengaruh secara signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto sector Pertanian . Kata kunci: PDRB sector Pertanian, Luas Lahan Sawah, Pekerja Sektor Pertanian, Indeks Pembangunan Manusia

(9)

KATA PENGANTAR

BismiIIahirrahmannirrahim

AssaIamuaIaikum warahmatuIIahi wabarakatuh,

SegaIa puji hanya miIik AIIah SWT. ShaIawat beserta saIam seIaIu tercurahkan kepada RasuIuIIah SAW. Berkat Iimpahan rahmat dan karunia-Nya, penuIis mampu menyeIesaikan Skripsi yang berjuduI “Analisa Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pekerja sektor pertanian dan Luas Lahan Sawah Terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian di Provinsi Jawa Barat”

Skripsi ini disusun daIam rangka ikhtiar penuIis untuk mendapatkan geIar Sarjana Ekonomi di UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta. PenuIis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terseIesaikan dengan baik jika tanpa bantuan dari berbagai pihak. OIeh karena itu, penuIis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya dan semoga AIIah SWT senantiasa memberikan pahaIa, keberkahan, serta baIasan yang setimpaI atas segaIa kebaikan kepada seIuruh pihak yang teIah membantu penuIis daIam menyeIesaikan skripsi ini, adapun ungkapan terimakasih ini penuIis tujukan kepada:

1. MaIaikat dunia, yaitu Ibuk (Suminten), paman (Suradi) dan bibi (Lamisih) yang tiada hentinya memberikan do’a, dukungan, dan semangat. Terima kasih karena seIaIu menjaga nca daIam doa-doa papa dan mama, semoga nca dapat seIaIu membahagiakan kaIian. SegaIa jerih payah seIama ini tidak akan cukup terbaIaskan, semoga mama dan papa seIaIu daIam Iindungan AIIah ta’aIa. Aamiin.

2. Saudara tersayang yaitu adik Chusnun Nafi’ah, Zainal Fanani, dan M. Alif Habibi, yang sudah memberikan dukungan serta semangat, yang seIaIu memahami akan kesuIitan yang diIaIui, tempat berbagi cerita. Terimakasih untuksegaIanya.

(10)

3. Bapak Pr0f. Dr. AmiIin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., seIaku Dekan FakuItas Ek0n0mi dan Bisnis UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta serta jajaran.

4. Bapak Rizqon Halal Syah Aji Ph.D. seIaku pembimbing skripsi serta dosen pembimbing akademik yang teIah meIuangkan waktu untuk seIaIu membimbing, membantu, memotivasi penuIis dari semester 1 hingga dapat menyeIesaikan skripsi ini. Semoga Bapak seIaIu diberikan rahmat dan karunia oIeh AIIah SWT.

5. Bapak M. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Ibu Dr. Fitri Amalia, M.Si.

seIaku KepaIa Jurusan dan Sekretaris Jurusan Eknomi Pembangunan yang teIah memberikan arahan yang sangat membantu penuIis seIama masa perkuIiahan hingga pengerjaan skripsi.

6. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku dosen penguji yang telah membing dan dan memberi bekal arahan selama persidangan.

7. SeIuruh Dosen dan Staf FakuItas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta, atas iImu dan peIayanan yang seIama diberikan kepada penuIis.

8. Teman rasa saudara yang menemani sedari awaI masa perkuIiahan M. Asep Sayifuddin dan Dwi Nurhartinah dan Keluarga, yang senantiasa memberi dukungan, menjadi sahabat danorang tua di kaIa suka maupun duka.

9. Saudara beda Ibu, Rizh Fahlefi, Galih D. Pratama, Ndan Syaf, Ashfin Baladi, Mus, yang sekaIigus menjadi partner daIam berjuang sedari SMA hingga akhirnya kita sama-sama menuju impian masing-masing.

Terimakasih karna teIah menjadi bagian penting daIam kehidupan ini. Yokk semangat sukses bareng.

10. Teman hidup seatap seIama di ciputat Arya, Faruq, Aang, Nadesha, dan Tim Darling Dompet Dhuafa. Terimakasih teIah menjadi keIuarga baru bagi penuIis seIama merantau dan jauh dari orang tua.

(11)

11. KeIuarga Ikatan Remaja Masjid FathuIIah yang teIah memberikan semangat, pengaIaman, pembeIajaran, dan canda tawa kepada penuIis.

12. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2014 Ekonomi Pembangunan yang kini teIah menjadi bagian keIuarga di kampus seIama perkuIiahan.

13. Terima kasih kepada Erwin Smith, Jean krist, Dot pixis, Eldo Gint, Petra Rall, Ouro Bozart, Gunther Schoult, Nanaba, Mike Zakarius, Gelgar, Lingar, Henning, Rashar, Lauda, dan Moblit “Mukoku, Shabondama”, yang telah menemani disetiap sela skrpsi.

14. Kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih kepada semuanya yang teIah memberikan dukungan kepada penuIis seIama pengerjaan skripsi.

15. Dan terakhir saya mengucapkan terimakasih kepada diri saya sendiri.

Terimakasih karna sudah berjuang dan bertahan hingga saat ini, terimakasih karna tidak pernah menyerah waIau sering kaIi merasa kaIah oIeh ego dan mood, terimakasih karna sudah berani meIewati batas-batas kemampuan yang sebeIumnya dirasa tidak mungkin. Masih banyak haI yang harus diIakukan, mari semangat untuk terus beIajar menjadi manusia yang Iebih baik dan berjuang meraih mimpi-mimpi yang tertunda.

PenuIis sangat menyadari bahwa didaIam skripsi ini masih banyak terdapat kesaIahan dan kekurangan maka penuIis memohon maaf atas segaIa kekurangan. Karena itu, penuIis menerima saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. PenuIis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak serta penuIis menerima dengan terbuka jika ada kritik dan saran, terima kasih.

(12)

i

WassaIamuaIaikum warahmatuIIahi wabarakatuh

Jakarta , 21 Juni 2021

Sucipto Dewantoto

(13)

2

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 5

C. TUJUAN PENELITIAN ... 6

D. MANFAAT PENELITIAN ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. LANDASAN TEORI ... 7

1. Indeks Pembangunan Manusia ... 7

2. Lahan Pertanian ... 12

3. Tenaga Kerja ... 15

4. Produk Domestik Bruto... 17

B. PENELITIAN TERDAHULU ... ..27

C. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL ... 33

(14)

3

D. KERANGKA BERFIKIR ... 32

E. HIPOTESIS ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN ... 36

B. METODE PENGUMPULAN DATA ... 37

C. METODE ANALISIS DATA ... 38

D. OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN ... 40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 43

A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 43

1. Gambarann Umum Jawa Barat ... 43

B. TEMUAN HASIL PENELITIAN ... 46

1. HasiI Uji Asumsi KIasik ... 47

a. Uji Normalitas ... 47

b. Uji Multioleritas ... 48

c. Uji Heteroskedatisitas ... 49

d. Uji Autokorelasi ... 50

2. Pengujian Hipotesis ... 51

a. Uji F ... 51

b. Uji Koefisien determinasi ... 52

c. Uji T ... 53

C. PEMBAHASAN ... 54

BAB V PENUTUP ... 55

A. KESIMPULAN ... 55

B. SARAN ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN LAMPIRAN ... 60

(15)

i

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional.

Pertanian menurut Kaslan A tohir : “ Pertanian adalah suatu usaha yang meliputi bidang- bidang seperti bercocok tanam (pertanian dalam arti sempit), perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, pengelolaan hasil bumi dan pemasaran hasil bumi (pertanian dalam arti luas). Dimana zat

– zat atau bahan – bahan anorganis dengan bantuan tumbuhan dan hewan yang bersifat reproduktif dan usaha pelestariannya “

Sedangkan menurut Mubyarto (Mubyarto, 1989: 39), definisi ilmu ekonomi pertanian adalah sebagai berikut: “ Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu – ilmu kemasyarakatan yaitu ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungannya antarmanusia. Dalam hal ini yang dipelajari adalah perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, dan

(17)

2

mencakup juga persoalan ekonomi lainnya yang langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi petani atau kelompok petani.”

Jawa Barat dikenal sebagai provinsi yang sector unggulannya adalah sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari harapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan sistem manual dalam pengolahan lahan pertanian. Pembangunan ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sukirno, Sadono; 2007). Namun, pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan.

Sektor pertanian di Jawa Barat memegang perana penting terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa barat. Sektor pertanian di jawa barat erat kaitannya dengan tenaga sektor pertanian Lahan sawah terbesar di Indonesia dan

(18)

3

Ketahaan pangan sehingga Jawa Barat mendapat julukan sebagai lumbung padi Nasional.

Dengan kondisi geografi yang sangat mendukung dengan banyaknya wilayah perbukitan dataran tinggi dan dataran rendah membuat semua tipe atau sub-sub pertanian dapat berkembang pesat di wilayah ini. Namun karena wilayah ini sangat dekat dengan ibu kota wilayah ini menghadapi banyak masalah pertanian, seperti alih fungsi lahan, semakin berkurangnya lahan pertanian, oleh pembanguan Industri, ataupun realestate

Table 1.1

Produktivitas Padi Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2018-2020

NO PROVINSI 2018 2019 2020

1 ACEH 1 861 567,10 1 714 437,60 1 757 313,07 2 SUMATERA UTARA 2 108 284,72 2 078 901,59 2 040 500,19 3 SUMATERA BARAT 1 483 076,48 1 482 996,01 1 387 269,29

4 RIAU 266 375,53 230 873,97 243 685,04

5 JAMBI 383 045,74 309 932,68 386 413,49

6 SUMATERA SELATAN 2 994 191,84 2 603 396,24 2 743 059,68

7 BENGKULU 288 810,52 296 472,07 292 834,04

8 LAMPUNG 2 488 641,91 2 164 089,33 2 650 289,64 9 KEP. BANGKA

BELITUNG 45 724,69 48 805,68 57 324,32

10 KEP. RIAU 1 097,00 1 150,80 852,54

11 DKI JAKARTA 4 899,14 3 359,31 4 543,93

12 JAWA BARAT 9 647 358,75 9 084 957,22 9 016 772,58 13 JAWA TENGAH 10 499 588,23 9 655 653,98 9 489 164,62 14 DI YOGYAKARTA 514 935,49 533 477,40 523 395,95 15 JAWA TIMUR 10 203 213,17 9 580 933,88 9 944 538,26 16 BANTEN 1 687 783,30 1 470 503,35 1 655 170,09

17 BALI 667 069,06 579 320,53 532 168,45

18 NUSA TENGGARA

BARAT 1 460 338,81 1 402 182,39 1 317 189,81

(19)

4 19 NUSA TENGGARA

TIMUR 899 935,88 811 724,18 725 024,30

20 KALIMANTAN BARAT 799 715,21 847 875,13 778 170,36 21 KALIMANTAN

TENGAH 514 769,05 443 561,33 457 952,00

22 KALIMANTAN

SELATAN 1 327 492,41 1 342 861,82 1 150 306,66 23 KALIMANTAN TIMUR 262 773,88 253 818,37 262 434,52 24 KALIMANTAN UTARA 45 063,53 33 357,19 33 574,28 25 SULAWESI UTARA 326 929,74 277 776,31 248 879,48 26 SULAWESI TENGAH 926 978,66 844 904,30 792 248,84 27 SULAWESI SELATAN 5 952 616,45 5 054 166,96 4 708 464,97 28 SULAWESI

TENGGARA 538 876,14 519 706,93 532 773,49

29 GORONTALO 269 540,40 231 211,11 227 627,20 30 SULAWESI BARAT 316 478,37 300 142,22 345 050,37

31 MALUKU 116 228,86 98 254,75 110 447,30

32 MALUKU UTARA 49 047,11 37 945,64 43 382,85

33 PAPUA BARAT 24 967,13 29 943,56 24 378,33

34 PAPUA 223 119,42 235 339,51 166 002,30

INDONESIA 59 200 533,72 54 604 033,34 54 649 202,24 Sumber: Badan Pusat Statistik 2021

Pada tahun 2010 produksi padi di Jawa Barat sebesar 11.737.070 ton. Angka ini sempat mengalami kenaikan pada tahun 2013 dengan total produksi 12.083.162 namun kembali mengalami penurunan pada tahun berikutnya hingga pada tahun 2019 produksi padi hanya sampai di angka 9.084.957,22 ton. Hal ini juga sejalan dengan jumlah Luas Lahan sawah di Jawa Barat. Pada tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan lalu pada tahun 2012 lahan peranian yang dipergunakan untuk sawah meningkat hinga meningkatkan produktivitas di tahun 2013, naming menurun lagi hingga tahun 2019.

Dari segi pekerja sector pertanian data BPS dari 2010 hingga 2019 mengalami penurunan hingga 1 juta jiwa, dari berbagai sub sector petanian.

Namun disisi lain Produk Domestik Regional Bruto sector Pertanian slalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dinas pertanian dan pangan Jawa

(20)

5

Barat Mengatakan bahwa kenaikan nilai Produk Domestik Regional Bruto sector Pertanian berkaitan dengan sumber daya manusia yang lebih unggu dari tahun ke tahun karena setiap tahunnya Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Jawa Barat selalu melakukan penyuluhan terhadap petani tentang meningkatkan produktifitas pertanian..

Oleh karena itu penulis tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisa Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pekerja sektor pertanian dan Luas Lahan Sawah Terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian di Provinsi Jawa Barat”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Iatar beIakang yang teIah dijelaskan sebelumnya, maka permasaIahan yang hendak di kaji dan di bahas daIam peneIitian ini adaIah:

1. Bagaimana (gambaran kondisi pertanian) pengaruh Index Pembangunan Manusia terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian?

2. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian?

3. Bagaimana pengaruh Pekerja Sektor Pertanian terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan dengan masaIah yang teIah dijelaskan di atas, terdapat

(21)

6

beberapa tujuan yang hendak dicapai daIam peneIitian ini diantaranya:

a. Mengetahui pengaruh Index Pembangunan Manusia terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian di Jawa Barat b. Mengetahui pengaruh luas lahan terhadap PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) sector pertanian di Jawa Barat.

c. Mengetahui pekerja terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian di Jawa Barat

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang dapat diperoIeh dari peneIitian ini ialah sebagai berikut:

a. HasiI peneIitian ini, diharapkan jadi masukan bagi peneIitian sejenis di masa yang akan datang.

b. Memberikan analisis pengaruh IPM (Index Pembangunan Manusia) dan Luas lahan Sawah terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sector pertanian di Jawa Barat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

(22)

7 1. IPM (Index Pembangunan Manusia)

Menurut BPS (2009), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Indeks Pembangunan Manusia dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan ke empat komponen, yaitu angka harapan hidup yang mengukur keberhasilan dalam bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata – rata lamanya bersekolah yang mengukur keberhasilan dalam bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata – rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mengukur keberhasilan dalam bidang pembangunan untuk hidup layak.

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya:

a. Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih.

b. Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana.

(23)

8

c. Membentuk satu indeks komposit dari pada menggunakan sejumlah indeks dasar.

d. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu “Proses untuk memperluas pilihan- pilihan bagi penduduk” (Human Development Report, 2001), dalam arti bahwa manusia diberi pilihan yang lebih banyak dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang menyangkut ekonomi, sosial, dan budaya.

Terdapat tiga hal yang dianggap penting dalam pemilihan yang dilakukan oleh manusia, yaitu memiliki kehidupan yang panjang dan sehat, untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan memiliki akses terhadap sumber daya yang diperlukan, untuk mendapat standar hidup yang layak. Apabila tiga faktor kritis tersebut tidak dipenuhi maka, banyak pilihan lainnya yang tidak akan dapat dicapainya, misalnya kemerdekaan politik, ekonomi, sosial, serta kesempatan untuk memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi, menikmati rasa terhormat dan hak-hak azasi manusia.

Dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga komposisi indikator yang digunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan manusia suatu negara, yaitu :

a. Tingkat kesehatan diukur harapan hidup saat lahir (tingkat kematian bayi).

b. Tingkat pendidikan diukur dengan jumlah penduduk yang melek huruf atau tingkat pendidikan yang telah dicapai atau lamanya pendidikan

(24)

9 seorang penduduk.

c. Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluaran perkapita per tahun. IPM merupakan rata-rata dari ketiga komponen tersebut, dengan rumus:

IPM = (X1+X2+X3)/3 dimana:

X1 = Angka harapan hidup X2 = Tingkat pendidikan

X3 = Tingkat kehidupan yang layak

UNDP (2019) terdapat empat kategori daIam pengeIompokan IPM daIam rangka meIihat pencapaian IPM antar wiIayah. Adapun klasifikasinya, anatara lain:

a. IPM rendah dengan niIai IPM < 55 b. IPM sedang dengan niIai 55 ≤ IPM < 70 c. IPM tinggi dengan niIai 70 ≤ IPM < 80 d. IPM sangat tinggi dengan niIai IPM ≥ 80

Lembaga UNDP (United Nations Development Programmt) telah mempublikasikan laporan pembangunan sumber daya manusia yang disebut HDI (Human Development Indeks) dalam bentuk kuantitatif. HDI merupakan tolak ukur yang dirumuskan secara konstan dalam pembangunan sumber daya manusia, sehingga gambaran pembangunan tidak akan ditangkap secara sempurna. Terdapat tiga Indikator yang digunakan untuk mengukur HDI, yaitu (UNDP, Human Development Report, 1993) :

(25)

10 a. Indeks Harapan Hidup ( longevity)

Pengukuran dengan indikator penghitungan harapan hidup saat lahir ( life expectancy of birth) dan angka kematian bayi per seribu penduduk (infant mortality rate).

b. Indeks pendidikan (educational achievement )

Pengukuran dengan dua indikator, yaitu angka melek huruf pada usia 15 tahun keatas (adult literacy rate ) dan angka banyaknya penduduk tahun rata-rata usia 25 tahun keatas yang masih bersekolah ( the mean years of schooling).

c. Indeks hidup layak (access to resource)

Pengukuran dengan menggunakan angka pengeluaran riil perkapita.

Sejak tahun 2014 di Indonesia mengalami perubahan dalam perhitungan IPM (Indeks Pembangunan Manusia), namun secara umum metode perhitungan pembangunan manusia sama dengan yang digunakan UNDP, yaitu. ( BPS, Indeks Pembangunan Manusia, 2014)

a. Indeks Kesehatan

Angka harapan hidup saat lahir dapat diketahui melalui rata-rata angka kelahiran dan kematian per tahun, perbandingan variabel tersebut diharapkan dapat mencerminkan rata-rata lama hidup yang diharapkan masyarakat dalam suatu wilayah. Besarnya nilai maksimum dan minimum untuk menghitung kesehatan telah disepakati oleh semua negara. Batas angka tertinggi menghitung komponen ini adalah 85 tahun

(26)

11

dan terendah pada angka 20 tahun. Angka ini telah sesuai dengan standar yang telah di tetapkan UNDP.

b. Indeks Pendidikan

Perhitungan indeks ini berdasarkan dua indikator yaitu, Harapan Lama Sekolah (Expected years of schooling ) dan Rata- Rata Lama Sekolah (Mean Years Schooling). Angka Harapan Lama Sekolah di artikan sebagai harapan yang dapat di tempuh oleh anak.

c. Index Daya Beli

Pengukuran daya beli masyarakat kabupaten/kota, menggunakan ratarata konsumsi yang dianggap paling dominan dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang telah di standarkan agar dapat digunakan sebagai perbandingan antar daerah dan waktu sesuai indeks daya beli (Purchasing Power Parity – PPP). Terdapat 96 komoditi yang dipilih, terdiri dari 66 komoditi adalah jenis makanan sedangkan 30 komoditi lainya adalah jenis non makanan. Rata–rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli (PPP) menggunakan metode Rao. Untuk menghitung rata-rata pengeluaran per kapita riil yang telah disesuaikan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: ( Analisis Pembangunan Manusia, 2016).

2. Lahan Pertanian

Lahan oleh memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu

(27)

12

oleh FAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983:1) lahan mempunyai pengertian: “Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan”.

Lahan juga diartikan sebagai “Permukaan daratan dengan benda- benda padat, cair bahkan gas” (Rafi‟I, 1985:1). Definisi lain juga dikemukakan oleh Arsyad yaitu : “Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi. (FAO dalam Arsyad, 1989:1)”

Selain itu lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengan sebelumnya bahwa pengertian lahan adalah: “Suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

(FAO dalam Sitorus, 2005:37)”

a. Lahan Sawah

Tanah sawah didefinisikan sebagai tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah yang digenangi, baik terus-menerus sepanjang

(28)

13

tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian, dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain,sehingga tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya (Hardjowigenoet al.

2004).

Sawah di Indonesia umunya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu.

1) Sawah Irigasi

Sawah irigasi merupakan sistem pertanian dengan pengairan yang terutur, tidak bergantung curah hujan karena pengairan dapat diperoleh dari sungai waduk. Pertanian sawah irigasi biasanya panen dua kali setahun dan pada musim kemarau dapat diselingi dengan tanaman palawija.

2) Sawah Tadah Hujan

Sawah tadah hujan adalah sawah yang mendapatkan air hanya pada saat musim hujan sehingga sangat tergantung pada musim.

Sawah tadah hujan ditanami dengan padi jenis gogorancah. Namun, pada musim kering ditanami dengan palawija, jagung dan ketela pohon.

(29)

14 3) Sawah Pasang Surut

Sawah pasang surut tergantung pada keadaan air permukaan yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surutnya air sungai.

Berdasarkan pengairannya lahan sawah dibedakan menjadi.

1. Lahan Sawah Berpengairan (Irigasi)

Lahan sawah berpengairan (Irigasi) yaitu lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Lahan sawah irigasi terdiri atas : (a) lahan sawah irigasi teknis; (b) lahan sawah irigasi setengah teknis; (c) lahan sawah irigasi sederhana; (d) lahan sawah irigasi non PU 2. Lahan Sawah Tak Berpengairan (Non Irigasi)

Lahan sawah tak berpengairan (Non Irigasi)Yaitu lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air alam seperti : air hujan, pasang surutnya air sungai/laut, dan air rembesan. Lahan sawah non irigasi meliputi : (a) lahan sawah tadah hujan; (b) lahan sawah pasang surut; (c) lahan sawah lainnya (lebak, polder, rembesan, lahan rawa yang dapat ditanami padi dan lain-lain)

Keberadaan lahan sawah memiliki banyak fungsi, baik untuk kehidupan manusia maupun lingkungan. Fungsi lahan sawah bagi

(30)

15

kehidupan manusia selain sebagai penghasil bahan pangan, juga merupakan salah satu sumber pendapatan, tempat bekerja, tempat rekreasi, tempat mencari ilmu, dan lain sebagainya. Fungsi lahan sawah bagi lingkungan dapat dilihat dari fungsi lahan sawah sebagai tempat hidup berbagai tumbuhan, tempat berkembang biak berbagai organisme hidup seperti cacing, berbagai serangga, burung, belut, ular, dan organisme lainnya, berperan dalam mencegah terjadinya banjir, erosi, maupun tanah tanah longsor. Meskipun demikian, jika tidak dikelola dengan baik, lahan sawah juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan, seperti pencemaran air, tanah, dan udara akibat penggunaan bahan kimia dan mekanisme pertanian (Sudrajat, 2015)

3. Tenaga Kerja.

Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa.

Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan

(31)

16

usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.

Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man power.

Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja (work-ing age population) (Sumarsono, 2009). Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkata kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force adalah bagian tenaga kerja yang ingin dan yang benar- benar menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain – lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu – waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering dinamakan potensial labor force (Simanjuntak, 1985).

a. Pekerja sektor pertaian

Wolf sebagaimana dikutip Teodor Shanin (1985:49) memberikan istilah peasant untuk petani yang bercirikan: penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok tanam. Mereka bercocok tanam dan beternak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruangan-ruangan tertutup (greenhouse) di tengah kota atau di dalam kotak-kotak yang diletakkan di atas ambang jendela. Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani

(32)

17

tinggal di daerah pedesaan, dan juga di daerah-daerah pinggiran kota.

Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka adalah di bidang pertanian. Umumnya pekerjaan petani terkait dengan penguasaan atau pemanfaatan lahan.

Mosher (1987:198) memberi batasan bahwa petani adalah manusia yang bekerja memelihara tanaman dan atau hewan untuk diambil manfaatnya guna menghasilkan pendapatan. Batasan petani menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun polikultur dari komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan dan atau komoditas perkebunan.

4. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto (Gross Value Added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut BPS didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan (Robinson Tarigan, 2008:

28), yaitu:

1) Pendekatan Produksi Pendekatan ini menghitung nilai tambah

(33)

18

dari barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antar masing-masing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara yaitu bahan baku atau penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi.

2) Pendekatan Pendapatan Pendekatan ini nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah, gaji, dan surplus usaha, penyusutan, pajak tidak langsung neto pada sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan.

3) Pendekatan Pengeluaran Pendekatan ini menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Jika dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi barang dan jasa itu digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok, dan ekspor neto.

Produksi barang dan jasa timbul karen adanya kegiatan proses produksi yang melibatkan faktor-faktor produksi (tanah, modal,

(34)

19

tenaga kerja, kewiraswastaan). Output produksi sudah termasuk biaya produksi sehingga hasil dari kegiatan proses produksi tersebut adalah nilai produksi dikurangi biaya antara (Intermediate Cost) yang diistilahkan dengan Nilai Tambah (Value Added). Dengan demikian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang timbul karena kegiatan proses produksi dari seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. Nilai Tambah Bruto disini mencakup komponen- komponen balas jasa terhadap faktor produksi yaitu sewa tanah, bunga, upah gaji dan keuntungan serta penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku merupakan jumlah nilai PDRB termasuk penyusutan dan pajak tidak langsung netto, dimana penghitungan nilai seluruh item berdasarkan harga yang berlaku pada saat itu. Dalam hal ini perubahan harga terakomodasi.

• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan merupakan jumlah nilai PDRB termasuk penyusutan dan

(35)

20

pajak tidak langsung netto, dimana kuantum barang dan jasA dinilai berdasarkan harga yang berlaku pada tahun dasar (tidak terpengaruh perkembangan harga).

• Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga berlaku

Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai PDRB tidak termasuk nilaipenyusutan.

(PDRN adhb = PDRB adhb – Penyusutan)

• Pendapatan Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor

Pendapatan Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga berlaku dikurangi pajak tidak langsung netto (PDRB minus penyusutan minus pajak tidak langsung netto).

(PDRN adbf = PDRN adbh – pajak tak langsung)

• Pendapatan Regional Perkapita

Pendapatan Regional adalah pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk suatu wilayah yaitu PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang keluar ditambah dengan pendapatan yang masuk. Sedangkan Pendapatan per

(36)

21

kapita adalah Pendapatan Regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

(Pendapatan Perkapita = Pendapatan Regional/Jumlah Penduduk tengahan tahun)

Metodologi penghitungan produk domestik regional bruto menurut lapangan usaha dapat diuraikan sebagai berikut:

Metode Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku dilakukan dengan dua metode yaitu:

a. Metode Langsung

Yang dimaksud metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian data daerah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistic daerah yang lemah. Hasil penghitungan-nya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah ini, dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah yang bersangkutan.

Metode langsung ada 3 (tiga) macam pendekatan yaitu:

• Pendekatan Produksi

PDRB adalah Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

(37)

22

dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi sembilan (9) sector lapangan usaha yaitu :

1) Pertanian;

2) Pertambangan dan Penggalian 3) Industri Pengolahan

4) Listrik, Gas dan Air Bersih 5) Konstruksi

6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 7) Pengangkutan dan Komunikasi

8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9) Jasa-jasa.

• Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti : 1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta

yang tidak mencari untung 2) Konsumsi pemerintah;

3) Pembentukan modal tetap Domestik Bruto;

4) Perubahan Stok, dan

(38)

23

5) Ekspor Neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

• Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh Faktor Produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu Negara dalam jangkawaktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali factor pendapatan termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung Netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah dari Nilai Tambah Bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

b. Metode Tidak Langsung

Yang dimaksud metode tidak langsung adalah metode alokasi, yaitu yang penghitungannya dengan cara mengalokasikan pendapatan nasional/regional Provinsi untuk tiap kabupaten/kotanya dengan menggunakan alokator tertentu. Cara ini ditempuh dikarenakan data yang tersedia tidak ada atau adanya kerahasiaan dari data tersebut yang tidak bisa diketahui oleh banyak orang, misalnya data mengenai

(39)

24

perbankan dan data tentang pertahanan keamanan. Sektor-sektor yang dihitung dengan menggunakan cara ini, antara lain adalah sektor perbankan dan sector pemerintahan umum. Alokator yang dapat dipergunakan dapat didasarkan atas :

1) Nilai produksi bruto atau netto 2) Jumlah produksi fisik

3) Tenaga kerja 4) Penduduk

5) Alokator lain yang dianggap cocok untuk daerah tersebut.

Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator tersebut dapat diperhitungkan persentase bagian masingmasing kebupaten/kota terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor.

Penghitungan dengan metode langsung menggunakan pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.

Sedangkan metode tidak langsung dengan menggunakan alokator antara lain berupa nilai produk bruto/netto setiap sektor, jumlah produk fisik, tenaga kerja, penduduk dan lainnya yang cocok/sesuai.

a. Sektor Pertanian

Peran pertanian menurut World Bank (2008) berkontribusi pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, mata pencaharian dan sebagai ara untuk melestarikan lingkungan, sehingga sektor ini sebuah intrumen yang unik bagi

(40)

25

pembangunan. Sebagai aktivitas ekonomi, pertanian dapat sebagai sumber pertumbuhan bagi perekonomian wilayah, penyedia investasi bagi sektor swasta dan sebagai penggerak utama industri- industri yang terkait bidang pertanian. Terkait dengan pertumbuhan wilayah, (Sukirno 2006) menyatakan masalah pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga aspek, yaitu ; masalah pertumbuhan yang bersumber pada perbedaan antara pertumbuhan potensial yang dapat dicapai dan tingkat pertumbuhan yang sebenarnya tercapai, masalah pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan meningkatkan potensi pertumbuhan itu sendiri,masalah pertumbuhan berkaitan dengan keteguhan atau stabilitas pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Kontribusi pertanian dalam pembangunan ekomomi (Todaro,2011) yaitu; pertanian sebagai penyerap tenaga kerja, kontribusi terhadap pendapatan, kontribusi dalam penyediaan pangan,pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam bentuk kapital. Melalui konsepsi tersebut maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran mensejahterakan petani, menyediakan lapangan pekerjaan, Sebagai wahana pemerataan pembangunan antar wilayah, Merupakan pasar input bagi agroindustri, menghasilkan devisa,

(41)

26

meningkatkan pendapatan nasional, mempertahankan kelestarian sumber daya.

Ada beberapa faktor yang bisa diungkapkan bahwa sektor pertanian menjadi penting dalam proses pembangunan, yaitu;

sektor pertanian menghasilkan produk yang diperlukan sebagai input sektor lain, terutama sektor industri (Agroindustri), sebagai negara agraris populasi disektor pertanian (pedesaan) membentuk proporsi yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar bagi produk produk dalam negeri terutama produk pangan.

Sejalan dengan itu ketahanan pangan yang terjamin merupakan prasyarat kestabilan sosial dan politik, sektor pertanian merupakan sumber daya alam yang memiliki keunggulan komparatif dibanding negara lain. Proses pembangunan yang ideal mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki keunggulan komperatif baik untuk kepentingan ekspor maupun substitusi impor. (Tambunan, 2009).

B.

Penelitian Terdahulu

No .

Judul Penulis dan

Tahun

Metode Hasil

(42)

27 1. Analisis

Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Sektor Pertanian Di Propinsi Aceh

Hermansyah Putra dan Muhammad Nasir 2015

Teknik analisis data

menggunakan regresi liner berganda (OLS/Ordinary least Square)

Variabel luas lahan yang paling besar mempengaru hi tinggi rendahnya tingkat produksi sektor Pertanian, lalu disusul dengan Faktor Tenaga Kerja 2. Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi Produksi Sektor Pertanian Sumatera Barat

2019 Model Cobb-

Douglas yang menghipotesiska n tenaga kerja, investasi di bidang pertanian dan tanah

sebagai faktor- faktornya

Lahan pertanian adalah satu- satunya faktor yang

signifikan positif untuk produksi, sementara

(43)

28

tenaga kerja dan investasi tidak

3. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian Di Provinsi

Sumatera Utara

Beatrice Ingrid Dachi 2016

Metode regresi linier berganda, dengan alat bantu SPSS 20.

Jumlah tenaga kerja sektor pertanian, luas lahan sektor

pertanian, dan nilai ekspor sektor pertanian berpengaruh secara nyata 4 Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

PDRB Sektor Pertanian Sumatera

Utara

Siregar, Rosnidah (20 16)

Metode regresi linier berganda OLS

Variabel luas lahan

pertanian, pekerja sektor pertanian dan kebutuhan pupuk secara signifikan

(44)

29

berpengaruh inelastis terhadap PDRB sektor pertanian 5 Analisis

Pengaruh Pertumbuhan

Pdrb Sektor Pertanian, Tenaga Kerja

Dan Indeks Pembangunan

Manusia Terhadap Pdrb

Kabupaten Agam

Irwan Muslim (2018)

Analisis regresi linier berganda

pertumbuhan PDRB sektor pertanian , tenaga kerja, dan indeks pembangunan manusia secara

bersamasama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap PDRB Kabupaten Agam.

6 Pembangunan Sumberdaya

Azril Azahari Desktiftif Disektor

(45)

30 Manusia Dan

Indeks Pembangunan

Manusia Sektor Pertanian

(200) pertanian,

angka melek huruf didekati angka melek huruf untuk katagori desa.

7 Pengaruh Luas Lahan Sawah

Dan Tenaga Kerja Pertanian Terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(Pdrb) Sektor Pertanian Kabupaten

Langkat

Quarthano Reavindo

(2020)

Metode regresi linier berganda OLS

Luas

lahan sawah dan

tenaga kerja pertanian berpe ngaruh pos itif

terhadap PDRB sektor pertanian

(46)

31 C. Kerangka Pemikiran

Masalah pertanian

Lahan

Sumber Daya Manusia Lahan Sawah

IPM (Indeks Pembanguan Manusia

Jumlah Pekerja Sektor Pertanian

PDRB Sektor Pertanian

Ordinary Least Squer (OLS

Uji asumsi klsik

• Uji normalitas

• Uji mutikolerasi

• Uji autocorelasi Uji hipotesis

• Uji F

• Uji t

• Uji R squer

Kesimpulan dan Saran

(47)

32 D. Hubungan antar Variabel

1. IPM terhadap PDRB Sektor Pertanian

Dengan bertambahnya masalah pertanian seperti berkurangnya lahan pertanian secara besar-besaran maka pembangunan Sumber Daya Manusia harus diunggulkan, karena ini berkaitan dengan pengelolaan bidang pertanian seperti bagian produksi, pengolahan, pemeliharaan, dan pemasaran produk-produk pertanian.

2. Pekerja Sektor Pertanian

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Dengan kata lain Pekerja sektor pertanian adalah subjek utama dalam penggerak sektor pertanian.

3. Lahan Sawah

Pertanian sawah merupakan subsektor terpenting karena lahan sawah memproduksi kebutuhan pangan pokok. Disisi lain nilai transaksi Pertanian sangat sensitif terhadap perekonomian, terlebih lagi pada saat masa panen.

(48)

33 E. HIPOTESIS

Hipotesis Menurut (A. Muri Yusuf, 2005), hipotesis adalah kesimpulan sementara yang belum final atau suatu jawaban yang sifatnya sementara dan merupakan konstruk peneliti terhadap masalah penelitian, yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Kebenaran dugaan tersebut harus dibuktikan dengan cara penyelidikan ilmiah.

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, dan kerangka pemikiran yang sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. H0 : Tidak ada pengaruh Indeks Pembangunan Manusia secara parsial terhadap PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-

2019 H1 : Ada pengaruh Indeks Pembangunan Manusia secara parsial terhadap PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019 2. H0 : Tidak ada pengaruh Pekerja Sektor Pertanian secara parsial

terhadap PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019 H1 : Ada pengaruh Pekerja Sektor Pertanian secara parsial terhadap PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019 3. H0 : Tidak ada pengaruh Luas Lahan Sawah secara parsial terhadap

PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019 H1 : Ada pengaruh Luas Lahan Sawah secara parsial terhadap PDRB sektor Pertanian di Jawa Barat tahun 2010-2019

4. H0 : Tidak ada Indeks Pembangunan Manusia, Luas Lahan Sawah dan Pekerja Sektor Pertanian secara simultan terhadap

(49)

34

pengangguran di Jawa Barat pada tahun 2010-2019 H1 : Ada pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Luas Lahan Sawah dan Pekerja Sektor Pertanian secara simultan terhadap pengangguran di Jawa Barat pada tahun 2010-2019

(50)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

PeneIitian ini menganaIisa tentang bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Luas Lahan sawah, terhadap PDRB sektor pertanian. PenuIis menggunakan dua jenis variabeI daIam peneIitian ini, yang pertama adaIah variabeI dependent dan yang kedua adaIah variabeI independent. VariabeI dependent yang digunakan yaitu PDRB sektor Pertanian (sebagai Y) dan variabeI independent yang digunakan adaIah IPM (sebagai X1), Luas Lahan Pertanian yang diproksi dengan niIai angka harapan hidup (sebagai X2), dan pekerja sektor pertanian (sebagai X3).

PeneIitian ini menggunakan data sekunder yang mana data tersebut diperoIeh dari informasi berupa fakta yang teIah disusun dan dipubIikasikan oIeh Iembaga dan instansi tertentu. Data-data yang digunakan daIam peneIitian ini berasaIa dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Dinas Pertanian kabupaten di Jawa Barat dan Kementrian Pertanian dan Pangan Indonesia. Ruang Iingkup peneIitian ini adaIah Provinsi Jawa Barat. Dengan mengambiI tahun (time series) sebanyak 10 seri/tahun, dari tahun 2010-2019.

B. METODE PENENTUAN SAMPEL

Metode penentuan sampeI yang digunakan daIam peneIitian ini adaIah Purposive SampIing (kriteria yang dikehendaki), yang mengambiI subjek peneIitian tidak secara random, daerah, ataupun strata/tingkatan,

(51)

36

namun berdasarkan pada tujuan dan maksud tertentu (Arikunto, 2010).

DaIam peneIitian ini data yang digunakan adaIah Provinsi di Jawa Barat..

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Menurut Siregar (2013) dijeIaskan bahwasanya data adaIah suatu bahan mentah yang harus diIakukan pengoIahan dan menghasiIkan informasi yang menunjukan sebuah fakta, baik secara kuantitatif maupun kuaIitatif. Metode pengumpuIan data yang digunakan daIam peneIitian ini adaIah studi kepustakaan serta data yang digunakan daIam peniIitian ini adaIah data sekunder.

1. Data Sekunder

Data sekunder ialah data yang diperoIeh bukan meIaIui tangan pertama, meIainkan meIaIui tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Dapat dijelaskan, sumber data peneIitian yang diperoIeh dengan secara tidak Iangsung. Data yang digunakan daIam peneIitian ini adaIah data sekunder dengan periode waktu dari tahun 2010 – 2019, yang dapat diperoIeh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Provinsi, Pupuk Indonesia, dan Dinas Pertanian .

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan diIakukan dengan cara mencari informasi atau data meIaIui berbagai Iiteratur, jurnaI dan Iain – Iain yang yang dipubIikasikan yang berhubungan erat dengan obyek peneIitian ini. PenuIis juga meIakukan peneIitian ini dengan cara

(52)

37

membaca, memahami, menganaIisa dan mengutip berbagai Iiteratur yang berkaitan dengan peneIitian ini. Berdasarkan penjeIasan sebelumnya, maka jenis data yang akan peneIiti gunakan adaIah data sekunder, karena tidak diperoIeh Iangsung dari sumbernya. Teknik pengambiIan data yang penuIis Iakukan adaIah teknik dokumentasi Iaporan-Iaporan instansi terkait dan juga teknik studi pustaka dengan meIihat data dari Iiteratur-Iiteratur terdahuIu. Dikarenakan data yang penuIis gunakan adaIah data sekunder, maka penuIis mengambiI data tersebut dari Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Provinsi, dan Dinas Pertania

D. METODE ANALISIS DATA

Model regresi yang digunakan adalah model regresi linier berganda, dimana model ini digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Kemudian untuk mendapatkan model regresi linier berganda dapat diperoleh dengan melakukan estimasi terhadap parameter-parameter menggunakan metode tertentu. Adapun metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter model regresi sederhana maupun model regresi linier berganda adalah dengan metode kuardat terkecil Ordinary Least Square (OLS). Maka model ekonometrika pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ŷ = β0 + β1 X1 + β2 X2 +β3 X3+µ Keterangan:

(53)

38

Ŷ = Laju PDRB sektor Pertanian

X1 = IPM (Indeks Pembangunan Manusia) X2 = Pekerja sektor Pertanian

X3 = Luas Lahan Sawah

β0 = Konstanta

β1,β2, β3 = Koefisien regresi

µ = Eror trem

1. Uji Asums klasik

a. Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui model regresi, variabel independen, variabel dependen ini apakah baik atau tidak. Distribusi data yang mendekati normal merupakan model regresi yang baik (Harjunata Y.T. Kallalo, dkk., 2016: 712) b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui model regresi ini apakah ada tidaknya korelasi antar variabel independen. Uji multikolinearitas menggunakan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jadi jika nilai tolerancenya > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas (Umi Kalsum, 2017:)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas terjadi apabila varian tidak tetap atau tidak konstan. Jika tidak terjadi homoskedastisitas atau

(54)

39

heteroskedastisitas maka regresi tersebut baik. Lebih ditegaskan oleh Kalsum bila nilai signya lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadinya heteroskedastisitas (Umi Kalsum, 2017: 91).

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk meneliti ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya di dalam sebuah model regresi.

Untuk menguji autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (D-W stat)

Dasar pengambilan keputusan dalam Uji Autokorelasi Durbin Watson yaitu:

a. Jika D (durbin Watson) lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi

b. Jika D (durbin Watson) terletak antara dU dan (4-dU) maka hipotesis no. Diterima, yang berarti tidak ada auto korelasi.

c. Jika D (durbin Watson) terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (-dL), maka tidak menghasilkan kesilpula yang pasti.

2. Uji Hipotesis a. Uji F

Uji F bertujuan untuk menghitung secara bersamaan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai

(55)

40

probability < 0,05 maka suatu variabel independen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependennya dan sebaliknya jika nilai probabilitynya > 0,05 maka variabel independennya dinyatakan tidak berpengaruh terhadap variabel dependennya (Kornelius Johan, dkk., 2016: 26).

b. Uji t

Uji t bertujuan untuk mengamati antara hubungan variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Uji t dalam penelitian ini melihat pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan jumlah penduduk secara parsial terhadap pengangguran.Jika nilai probabilitynya < 0,05 maka variabel independen secara individual dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependennya, dan sebaliknya jika nilai probabilitynya > 0,05 maka variabel independen secara individual dinyatakan tidak berpengaruh terhadap variabel dependennya (Kornelius Johan, dkk., 2016: 27).

c. Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien determinasi dilakukan untuk menguji seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Jika nilai R square mendekati 1 artinya variabel-variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi variabel dependen. Jika R2 sebesar 1 artinya ada hubungan yang sempurna, sedangkan jika bernilai 0 artinya tidak ada kecocokan antara variabel tak bebas dan

(56)

41

variabel yang menjelaskan. Jika R2 semakin besar maka pengaruh model dalam menjelaskan variabel terikat semakin besar (Kornelius Johan, dkk., 2016: 26).

3. Oprasional Variable Penelitian

No Variable Pengukuran Sumber

1. PDRB sektor Pertanian

Persentase BPS Jawa Barat

2. IPM Skala 1-100 BPS

3. Pekerja Sektor Pertanian

Jiwa Dinas Pertanian dan Pangan Jawa Barat 4. Lahan Pertania Hektar Kementrian

Pertanian Dan Pangan

(57)

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Jawa Barat adalah provinsi terluas kedua di Pulau Jawa, dengan luas 35.377,76 km2 . jawa barat memiliki 18 Kabupaten dan 9 Kota Madya.

Gambar 4.1

Penduduk Jawa Barat pada tahun 2020 sebesar 49.935.858 jiwa dengan usia produktif sebesar 70%. Pada 2020 tingkat pengangguran di Jawa Barat sebesar 2.44%, sementara penduduk yang berkerja dibidang pertanian sebesa 2.901.981 jiwa.

(58)

43

Table 4.1

Sumber: Jawa Barat Dalam A

Pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat padatahun 2019 sebesar 5,07%.

melambat dibanding tahun 2018 sebesar 5,66%. Pada sektor pertanian pertumbuhan terjadi sebesar 2.83% atau naik 0.72% dari 2018. Pertumbuhan PDRB pada sector petanian di dominasi oleh sub sector tanaman pangan oleh sebab itu jawa barat di nobatkan sebagai lumbung padi nasional.

Selain dari sub sector sawah PDRB sector pertanian juga di banyak dukung oleh sub sector lain diantaranya sub sector perkebunan, Holtikultura, perikanan, peternakan dan kehutanan.

Tabel 1.2

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Jawa Barat (Milyar Rupiah) Tahun 2019

SEKTOR NILAI

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 186 476,51

1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian

164 382,40

6,5 6,5 6,33

5,09 5,05 5,66 5,35 5,66 5,07 0,79 0,03

4,5

0,29 0,16

5,7

2,11 1,6 2,83

0 2 4 6 8 10 12

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

LAJU PDRB JAWA BARAT 2010- 2019

(Dalam persen)

Laju PDRB Jawabarat Laju PDRB sektor Pertanian

(59)

44

a. Tanaman Pangan 87 838,89

b. Tanaman Hortikultura 37 173,85

c. Perkebunan 12 346,67

d. Peternakan 24 189,48

e. Jasa Pertanian dan Perburuan 2 833,52

2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 1 363,31

3. Perikanan 20 730,80

Sumber: BPS Jabar 2020

Berdasarkan table 1.2 sub sector pertanian tanaman pangan menyumbang niai besar untuk Sektor Petanian pada tahun 2019. Dan posisi posisi kedua yaitu tanaman holtikultura. Tanaman holtikultura ini di dominasi dari daerah-daerah pegunungan seperti Kabupaten Bandung bagian selatan, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sumedang.

Sementara posisi ketiga di duduki oleh sub sector peternakan.

Peternakan di Jawa Barat Sangat Beragam mulai dari ungas, kambing, sapi, domba, dan babi. Peternakan di Jawa Barat adalah sub sector yang sangat penting. Karena Jawa Barat memiliki banyak kota besar Peternak Jawa Barat di tuntut dapat menyediakan kebutuhan pangan khususnya daging dan diharapkan dapat selain mencukupi kebutuhan dalam provinsi, peternak Jawa Barat juga dapat memenuhi konsumsi daging di Ibu Kota.

Sementara itu lahan sawah di Jawa Barat Mengalami penurunan drastis di tahun 2015 ini diakibatkan karena alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke sektor industri dan realestate sementara kenaikan lahan sawah pada tahun 2016 ini dipicu alih fungsi lahan dalam sub sektor pertanian seperti lahan

(60)

45

hutan atau perkebunan yang beralih fungsi menjadi lahan sawah karena siklus panen pada pertanian sawah lebih cepat dibanding pertanian kehutanan.

Table 4.2

Sumber: Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Jawa Barat

B. TEMUAN HASIL PENELITIAN 1. Hasil Regres OLS

Hasil penelitian mengena IPM, pekerja sector pertanian, dan luas lahan sector pertanian terhadap PDRB sector pertanian di Jawa Barat menggunakan metode OLS akan ditampilkan pada table berikut:

Hasil Regres metode Ordinery Least Square (OLS) Tabel 4.2.2

Dependent Variabl : PDRB Sektor Pertanian

Method : Least Squares

Date : 05/05/21 Time: 21:22

Sample : 201o 2019

Included obseivations : 1o 900000,00

905000,00 910000,00 915000,00 920000,00 925000,00 930000,00 935000,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Luas Lahan Sawah di Jawa Barat Tahun 2010-20019

(dalam hektar)

Gambar

Table Hasil Uji OLS

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

A long time ago in Prambanan palace, lived a king named Baka with his beautiful daughter called Roro Jonggranga. Many rulers wanted to marry Roro, so they competed

Kegiatan  ini  meliputi  pemberian  jasa  pos  dan  giro  seperti  pengiriman  surat,  wesel,  paket,  jasa  giro,  jasa  tabungan  dan  sebagainya.  Perkiraan 

Hubungan positif dari penelitian ini dapat digambarkan dengan semakin tinggi empati yang dimiliki maka semakin tinggi pula perilaku altruisme pada mahasiswa,

Prosedur penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi pada UD Andy Alumunium Banjarmasin yaitu prosedur penerimaan dan pengeluaran kas. Penerapan sistem penerimaan

mail merupakan pelanggaran penggunaan data pribadi dalam bentuk yang ringan, karena seringkali data pribadi itu digunakan untuk tindak kriminal lain yang lebih berat, seperti

Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif akan menggunakan SAP untuk memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor (BPK)

Untuk mencapai tujuan di atas, proses perancangan Rumah Sakit ini dilaksanakan dengan suatu konteks tem atik Healing Environment dimana dalam perancangan ini,

Hasil survey lapangan yang berupa data titik-titik posisi koordinat digunakan untuk menggambar area objek dalam bentuk shapefile pada aplikasi ArcMap dan kemudian