• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN PRINSIP REDUCE, REUSE, RECYCLE (TPS 3R) KECAMATAN MEDAN POLONIA TUGAS AKHIR EDWIN ARMANDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN PRINSIP REDUCE, REUSE, RECYCLE (TPS 3R) KECAMATAN MEDAN POLONIA TUGAS AKHIR EDWIN ARMANDA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN PRINSIP REDUCE, REUSE, RECYCLE (TPS 3R)

KECAMATAN MEDAN POLONIA

TUGAS AKHIR

EDWIN ARMANDA 15 0407 061

Ir. Netti Herlina, MT. Ir. Lies Setyowati, MT.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN PRINSIP REDUCE, REUSE, RECYCLE (TPS 3R)

KECAMATAN MEDAN POLONIA

TUGAS AKHIR

Oleh

EDWIN ARMANDA 15 0407 061

TUGAS INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) Kecamatan Medan Polonia sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan Tugas Akhir ini tak lepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ir. Seri Maulina, M.Si., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Netti Herlina, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Netti Herlina, MT. dan Ir. Lies Setyowati, MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberi petunjuk dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Isra’ Suryati, ST., M.Si. selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah meluangkan waktu dan bersedia mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia mendidik, mengajar dan memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

6. Seluruh Staff Tata Usaha Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang membantu dalam proses administrasi Tugas Akhir ini.

7. Seluruh teman-teman di Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, khususnya anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (HMTL FT-USU).

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya.

Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 23 Agustus 2019 Penulis,

EDWIN ARMANDA NIM. 150407061

(6)

ii ABSTRAK

Peningkatan jumlah sampah akan menambah beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. Kota Medan sebagai salah satu kota metropolitan mendapatkan predikat kota paling kotor pada tahun 2018.

Hal ini terkait pengolahan sampah yang belum maksimal. Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah dengan Prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA sampah, sehingga beban pengolahan di TPA sampah berkurang. TPS 3R berfokus pada upaya pengurangan, pemanfaatan dan pengolahan sampah sejak dari sumbernya pada skala kawasan. Pengolahan sampah di TPS 3R akan menghasilkan produk olahan, namun hal ini bukan tujuan utama dari penyelenggaraan TPS 3R. Penyelenggaraan TPS 3R berpedoman kepada Petunjuk Teknis Tempat Pengolahan Sampah Berbasis 3R oleh Direktorat Jendral Cipta Karya. Perencanaan TPS 3R Kecamatan Medan Polonia bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah Kecamatan Medan Polonia yang akan diangkut ke TPA sampah. TPS 3R mengolah seluruh sampah rumah tangga di Kecamatan Medan Polonia. Sampah yang diangkut dalam keadaan terpilah, yaitu organik dan anorganik.

Pengolahan sampah organik dilakukan dengan pengomposan selama 28 hari. Proses pengomposan menggunakan teknik aerator bambu. Pengolahan sampah anorganik dilakukan dengan memilah secara spesifik menjadi dua jenis, yaitu barang layak jual dan residu. Barang layak jual akan dipadatkan sehingga menghemat ruang penyimpanan. Produk olahan TPS 3R Kecamatan Medan Polonia berupa kompos dan barang layak jual. Produk olahan akan dijual untuk menambah pemasukan TPS 3R.

Operasional TPS 3R mampu mengurangi 80% dari total sampah setiap hari. Residu pengolahan akan dibawa ke TPA sampah berjumlah 17,62 m3/hari atau 2.917,7 kg/hari. TPS 3R Kecamatan Medan Polonia membutuhkan lahan seluas 2.961 m2 dengan luas bangunan 1.840 m2. Area di TPS 3R terdiri atas zona satu/penerimaan dan pemilahan sampah (139 m2), zona dua/pengemasan barang layak jual (30 m2), zona tiga/pengolahan sampah organik (1.349 m2), zona empat/penyimpanan dan penampungan sementara (124 m2), dan zona lima/fasilitas pendukung (168 m2). Perencanaan TPS 3R Kecamatan Medan Polonia memerlukan anggaran biaya sebesar Rp. 7.712.955.748

Kata Kunci : Pengolahan sampah, Residu, TPS 3R

(7)

ABSTRACT

The increasing amount of garbage adds the capacity of garbage final processing place (TPA). Medan is one of the metropolitan cities that have the predicate as the dirtiest city in 2018. The reason is because the minimum effort of garbage processing. The implementation of Material Recovery Facilities with reduce, reuse, recycle principles (MRF 3R) aims to decrease the amount of waste which will also decrease the overload capacity in the TPA. MRF 3R focus on the effort of reducing, utilizing, and processing the waste from its source in the region scale. The waste processing with 3R principles is expected to create a product eventhough it is no the main purpose of the 3R waste processing. The implementation of MRF 3R follows the rules of technical guidelines of 3R waste processing by the directorate general of copy right. The planning of MRF 3R in Medan Polonia District aims to decrease the amount of waste carried to the TPA. The MRF 3R manages all the household waste in Medan Polonia District. Waste carried in seperated condition is organic and anorganic waste. The organic waste processing is done by composting for 28 days. The process of composting uses the bamboo aerator technic. The anorganic waste processing is done by specifically seperating the waste into two types, worth selling garbage and residual goods. Processed product will be sold to increase the income of MRF 3R. The operational of MRF 3R can decrease about 80% from the total of the rubbish everyday.

Processing residues that will be brought to TPA's rubbish is about 17,62 m3/day or 2.917,7 kg/day. The MRF 3R in Medan Polonia District requires an area of 2.961 m2 with a building area of 1.840 m2. The area in the 3R if garbage processing place consists of zone 1/reception and segregation of garbage (139 m2) , zone 2/ packaging of worth selling garbage (30 m2), zone 3/processing of organic garbage (1.349 m2), zone 4/ temporary storing of garbage (124 m2), and zone 5/ supporting falicities (164 m2). The planning of the MRF 3R in Medan Polonia District requires budget around Rp. 7.712.955.748

Keyword : Waste Processing, Residues, MRF 3R.

(8)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR PERSAMAAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-8 1.3 Tujuan Perancangan ... I-8 1.4 Ruang Lingkup ... I-8 1.5 Manfaat Perancangan ... I-8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum II-1

2.1.1 Timbulan Sampah II-2

2.1.2 Komposisi Sampah II-2

2.1.3 Karakteristik Sampah II-3

2.2 Pengelolaan Sampah II-3

2.2.1 Reduce II-5

2.2.2 Reuse II-5

2.2.3 Recycle II-6

2.3 Pengolahan Sampah II-6

2.3.1 Pengolahan sampah organik II-7

2.3.2 Pengolahan sampah anorganik II-10

2.3.3 Penyimpanan Sampah B3 Rumah Tangga II-12

2.4 Tempat Pengolahan Sampah dengan Prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) II-12

2.4.1 Persyaratan TPS 3R II-12

2.4.2 Prinsip Penyelenggaraan TPS 3R II-13

2.4.3 Landasan Operasional TPS 3R II-13

2.4.4 Kriteria Lokasi II-13

2.5 Analisis Kesetimbangan Material II-14

(9)

2.6 Peran Masyarakat II-14

2.7 Proyeksi Penduduk II-15

BAB III METODE PERANCANGAN

3.1 Tahapan Perancangan III-1

3.2 Lokasi Eksisting Kecamatan Medan Polonia III-1

3.3 Pengumpulan Data III-4

3.3.1 Data Primer III-4

3.3.2 Data Sekunder III-5

3.3.2.1 Timbulan, Komposisi, dan Karakteristik Fisika III-5

3.3.2.2 Strategi Sanitasi Kota (SSK) III-6

3.3.2.3 Fasilitas Pengelolaan Sampah III-6

3.3.2.4 Peta Administrasi III-6

3.3.2.5 Data Kependudukan III-7

3.4 Perencanaan TPS 3R Kecamatan Medan Polonia III-7

3.4.1 Pemilihan Lokasi III-7

3.4.2 Analisis Kesetimbangan Material III-9

3.4.3 Penentuan Proses Pengolahan III-9

3.4.3.1 Pengolahan Sampah Organik III-9

3.4.3.2 Pengolahan Sampah Anorganik III-10

3.4.4 Desain Bangunan TPS 3R III-10

3.4.5 Perhitungan Kebutuhan Ruang III-11

3.4.6 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya III-12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN RANCANGAN

4.1 Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah IV-1

4.2 Partisipasi Masyarakat terhadap Perencanaan TPS 3R IV-3

4.3 Proyeksi Penduduk IV-3

4.4 Pemilihan Lokasi IV-4

4.5 Penentuan Proses Pengolahan IV-7

4.5.1 Pengangkutan Sampah IV-7

4.5.2 Pengolahan Sampah Organik IV-8

4.5.3 Pengolahan Sampah Anorganik IV-9

4.5.4 Pengelolaan Sampah B3 Rumah Tangga IV-10

4.5.5 Alur Pengolahan Sampah IV-10

4.6 Perencanaan TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-12

4.6.1 Perencanaan Sarana Pengangkutan Sampah IV-12

(10)

vi 4.6.2 Perencanaan Kebutuhan Ruang TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-13

4.6.2.1 Zona Satu IV-16

4.6.2.2 Zona Dua IV-19

4.6.2.3 Zona Tiga IV-21

4.6.2.4 Zona Empat IV-26

4.6.2.5 Zona Lima IV-28

4.7 Penanganan Limbah Cair IV-35

4.8 Rencana Struktur Organisasi TPS 3R IV-38

4.9 Keuntungan Finansial Operasional TPS 3R IV-40

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA RANCANGAN V-1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan VI-1

6.2 Saran VI-1

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Karakteristik Fisika saat Pembakaran II-3

Gambar 2.2 Pola Pelayanan Sampah II-4

Gambar 2.3 Pengomposan dengan Teknik Aerator Bambu II-8

Gambar 2.4 Pengomposan dengan Teknik Bata Berongga II-9

Gambar 2.5 Pengomposan dengan Teknik Takakura Susun II-9

Gambar 2.6 Komposter Drum II-10

Gambar 2.7 Contoh Pengelolaan Sampah Anorganik pada TPS 3R II-10

Gambar 2.8 Jenis-jenis plastik II-11

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan III-1

Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Medan Polonia III-3

Gambar 3.3 Contoh Denah TPS 3R III-12

Gambar 3.4 Skema Pelaksanaan Perhitungan Anggaran Biaya III-12 Gambar 4.1 Peta Area Risiko Sanitasi Persampahan Kecamatan Medan Polonia IV-2 Gambar 4.2 Diagram Hasil Analisis Masyarakat terhadap Perencanaan TPS 3R IV-3 Gambar 4.3 Lokasi Terpilih TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-5 Gambar 4.4 Peta Calon Lokasi TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-6 Gambar 4.5 Becak Motor Tahun Anggaran 2018 DKP Kota Medan IV-8 Gambar 4.6 Alur Pengolahan Sampah TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-11

Gambar 4.7 Denah TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-14

Gambar 4.8 Denah Alur TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-15

Gambar 4.9 Denah Zona Satu TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-18 Gambar 4.10 Mesin Press Barang Layak jual tipe AM-PH3000 IV-19 Gambar 4.11 Denah Zona Dua TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-20 Gambar 4.12 Mesin Pencacah Sampah Organik tipe AM-PC1500 IV-21

Gambar 4.13 Aerator Bambu IV-22

Gambar 4.14 Mesin Pengayak Kompos tipe AM-AK500 IV-24

Gambar 4.15 Denah Zona Tiga TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-25 Gambar 4.16 Denah Zona Empat TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-27 Gambar 4.17 Denah Zona Lima TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-29 Gambar 4.18 Tampak Depan dan Belakang TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-31 Gambar 4.19 Tampak Kanan dan Kiri TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-32 Gambar 4.20 Isometri Tampak Kiri TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-33 Gambar 4.21 Isometri Tampak Kanan TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-34 Gambar 4.22 Alur Pengolahan Limbah Cair TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-35 Gambar 4.23 Denah Instalasi Air TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-37

(12)

viii Gambar 4.24 Rencana Struktur Organisasi TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-38

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian dan Perancangan yang telah dilakukan tentang TPS 3R I-4

Tabel 3.1 Sebaran Sampel Kuesioner III-5

Tabel 3.2 Timbulan Sampah Rumah Tangga Kecamatan Medan Polonia III-5 Tabel 3.3 Komposisi Sampah Rumah Tangga Kecamatan Medan Polonia III-5 Tabel 3.4 Karakteristik Fisika Sampah Rumah Tangga Kecamatan Medan Polonia III-6

Tabel 3.5 Variabel Pemilihan Lokasi TPS 3R III-6

Tabel 3.6 Indikator Penilaian Pemilihan Lokasi TPS 3R III-7

Tabel 3.7 Kadar Air dan Interval Waktu Pembalikan III-10

Tabel 3.8 Luas Lahan untuk Kontainer berdasarkan Luas TPS 3R III-12 Tabel 4.1 Sarana Pengelolaan Sampah Kecamatan Medan Polonia IV-1

Tabel 4.2 Perbandingan Koefisien Korelasi IV-3

Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Standar Deviasi IV-3

Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Kecamatan Medan Polonia IV-3

Tabel 4.5 Jumlah Sampah Kecamatan Medan Polonia Tahun 2028 IV-7 Tabel 4.6 Data yang Digunakan dalam Menghitung Luas TPS 3R IV-12

Tabel 4.7 Volume Sampah di Zona Satu IV-16

Tabel 4.8 Volume dan Berat Sampah berdasarkan Komposisi IV-16

Tabel 4.9 Total Kebutuhan Ruang TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-30

Tabel 4.10 Upah Pegawai TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-39

Tabel 4.11 Biaya Operasional Bulanan TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-39 Tabel 4.12 Pendapatan dari Penjualan Produk TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-40 Tabel 4.13 Pemasukan TPS 3R Kecamatan Medan Polonia dari Retribusi Bulanan IV-40 Tabel 4.14 Keuntungan Finansial TPS 3R Kecamatan Medan Polonia IV-41 Tabel 5.1 Rincian Anggaran Biaya Pembangunan TPS 3R Tahun 2019 V-2

Tabel 5.2 Rincian Kebutuhan Alat TPS 3R Tahun 2019 V-5

Tabel 5.3 Rekap Anggaran Biaya Perencanaan Pembangunan TPS 3R Tahun 2019 V-5

(14)

x DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1 Persamaan Loading Rate II-12

Persamaan 2.2 Persamaan Kesetimbangan Material II-12

Persamaan 2.3 Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Aritmatik II-13 Persamaan 2.4 Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Aritmatik II-13 Persamaan 2.5 Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Geometrik II-14 Persamaan 2.6 Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Geometrik II-14 Persamaan 2.7 Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square II-14 Persamaan 2.8 Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square II-14 Persamaan 2.9 Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square II-14 Persamaan 2.10 Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square II-14

Persamaan 2.11 Persamaan Perhitungan Standar Deviasi II-15

Persamaan 2.12 Persamaan Perhitungan Standar Deviasi II-15

Persamaan 3.1 Persamaan Perhitungan Jumlah Responden dengan Rumus Slovin III-4 Persamaan 3.2 Persamaan Perhitungan Variabel Lokasi TPS 3R III-8 Persamaan 3.3 Persamaan Perhitungan Variabel Lokasi TPS 3R III-8 Persamaan 3.4 Persamaan Perhitungan Analisis Kesetimbangan Material III-9 Persamaan 3.5 Persamaan Perhitungan Sampah yang diolah TPS 3R III-9

Persamaan 3.6 Persamaan Penentuan Kebutuhan Ruang III-11

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner dan Rekapitulasi Kuesioner

Lampiran II Proyeksi Penduduk Kecamatan Medan Polonia

Lampiran III Perhitungan Calon Lokasi TPS 3R Kecamatan Medan Polonia Lampiran IV Wawancara dengan Staff Kecamatan Medan Polonia

Lampiran V Lembar Kegiatan Asistensi Tugas Akhir

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah sampai saat ini masih menjadi andalan utama bagi sebagian besar kota di Indonesia dalam menangani sampah di kotanya masing-masing. Ironisnya pengelola kota cenderung kurang memberikan perhatian serius pada TPA sehingga muncul berbagai permasalahan TPA. Berbagai permasalahan TPA tersebut telah membangun persepsi masyarakat terhadap TPA menjadi buruk.

Pengelolaan sampah yang buruk merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Faktor produksi sampah dengan pengolahannya tidak seimbang, sehingga menyebabkan pemcemaran lingkungan. Di satu sisi, jumlah sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat. Di sisi lain, pengolahan sampah masih belum memadai (Firmansyah & Noor, 2016).

Menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, penanganan sampah dengan pembuangan terbuka (open dumping) di TPA sampah sudah tidak diperkenankan lagi. Untuk itu, diperlukan pengolahan sampah yang lebih efektif. Upaya tersebut terdiri dari pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulangan sampah dan pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan penanganan sampah meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir di TPA sampah.

Menurut www.laduni.id (2019), Kota Medan dinobatkan sebagai kota metropolitan paling kotor dalam penilaian Adipura 2018. Poin penting penilaian ada pada sistem pengelolaan sampah kota medan yang masih menggunakan open dumping di TPA sampah. Poin lain terdapat pada penyusunan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Dalam Perpres, pemerintah daerah diminta menyusun dokumen Jakstrada paling lambat Oktober 2018. Dokumen ini penting sebagai acuan daerah dalam upaya pengurangan dan pengelolaan sampah.

Sumber sampah terbesar adalah sampah domestik (rumah tangga). Mengatasi permasalahan sampah akan efektif bila diatasi dari sumbernya. Salah satu kegiatan pengolahan sampah dari sumbernya adalah kegiatan pengurangan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Kegiatan 3R dimulai dari sumber sampah dan dilakukan secara sistematik dalam alur perjalanan sampah dari sumber sampah menuju TPA sampah (Suning & Muryanto, 2016).

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 06 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah, masyarakat berperan dalam pengelolaan sampah. Masyarakat dilarang untuk membuang sampah

(17)

sembarangan, melakukan kegiatan penanganan yang mengakibatkan kerusakan dan menyelenggarakan pengelolaan sampah tanpa izin. Setiap orang yang melanggar akan dikenakan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak sepuluh juta rupiah.

Berpijak pada kondisi yang ada, perlu ada pengelolaan sampah sebagai salah satu cara menjaga lingkungan yang tidak hanya melibatkan pengelolaan RT/RW setempat tetapi juga melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini tidak semata menghasilkan keuntungan, namun pada akhirnya bertujuan untuk kemandirian masyarakat di lingkungan sekitarnya dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan secara terpadu memanfaatkan nilai ekonomi dari sampah yang dihasilkan (Artiani & Handayasari, 2017).

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang dan pendauran ulang skala kawasan. Ruang lingkup TPS 3R meliputi area pembongkaran muatan gerobak, pemilahan, perajangan sampah, pengomposan, kontainer sampah residu, dan penyimpanan.

TPS 3R bertujuan untuk mengurangi beban sampah yang dibuang ke TPA sampah. Manfaat keberadaan TPS 3R ditentukan berdasarkan residu yang dibuang ke TPA sampah. Dalam hal ini, TPS 3R berperan menjamin ketersediaan lahan yang semakin kritis untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan. Produk pengelolaan sampah bukan merupakan tujuan utama TPS 3R (Dirjen Cipta Karya, 2017).

Menurut Kasih (2017), keberadaan TPS 3R pada skala kecamatan berperan dalam memanfaatkan sampah organik menjadi kompos dan menjual sampah anorganik sehingga memperoleh keuntungan ekonomi. Sampah skala kawasan ini dikelola secara sistematis sehingga dapat menghasilkan keuntungan apabila dilaksanakan secara berkelanjutan.

Kecamatan Medan Polonia merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang memiliki luas 8,92 km2. Kecamatan Medan Polonia memiliki lima keluruhan antara lain: Kelurahan Sari Rejo, Kelurahan Suka Damai, Kelurahan Polonia, Kelurahan Angrung, dan Kecamatan Madras Hulu. Kecamatan Medan Polonia dihuni oleh 56.970 jiwa, terdiri dari 28.134 jiwa laki-laki dan 28.836 jiwa perempuan (BPS, 2018).

Timbulan rata-rata sampah rumah tangga di Kecamatan Medan Polonia adalah 0,25 kg/org/hari atau 1,51 l/org/hari. Setiap hari Kecamatan Medan Polonia menghasilkan sampah sebanyak 14.242,5 kg dengan komposisi sampah organik 69,89%, plastik 12,47%, kertas 7,43% dan lain-lain 10,21%

(Dalimunthe, 2018).

(18)

I-3 Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan persampahan terpadu.

Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk mendorong dan memfasilitasi pengembangan pengelolaan persampahan. Upaya tersebut meliputi penyebarluasan peraturan perundang-undangan persampahan, sosialisasi penggunaan tekonologi tepat guna pengelolaan persampahan, pengurangan sampah dengan prinsip 3R, dan penanganan sampah (Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 06 Tahun 2015).

Menimbang keseluruhan hal diatas, maka perlu dilakukan perencanaan Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) di Kecamatan Medan Polonia. Adapun studi terdahulu mengenai penelitian dan perancangan serupa dapat dilihat pada Tabel 1.1.

(19)

Tabel 1.1 Penelitian dan Perancangan yang telah dilakukan tentang TPS 3R

No. Nama Peneliti Tahun Judul Kriteria/Metode Hasil

1. Rizki Anisa, Djoko M. Hartono dan El Khobar Muhaemin Nazech

2014 Desain Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) Terintegrasi Bank Sampah Pada Kawasan

Perkampungan (Studi Kasus : Kampung Maruga, Tangerang Selatan)

1. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan Rumus Slovin. Teknik sampling yang digunakan adalah pengambilan sampel secara acak, dimana setiap populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

2. Timbulan sampah diperoleh dari hasil sampling berdasarkan SNI 19-3964- 1994.

1. TPS 3R dirancang dengan kapasitas 0,835 ton/hari atau 7,7 m3/hari, melayani 100% penduduk di Kampung Maruga. Pengolahan di TPS 3R terdiri dari pengolahan sampah organik menjadi kompos dan pengolahan sampah anorganik dengan dijual atau didaur ulang melalui Bank Sampah.

2. TPS 3R terdiri dari tiga area utama yaitu area bank sampah, area pemrosesan, dan area penyimpanan dengan luas minimum 255 m2. Tersedia banyak lahan kosong di Kampung Maruga, sehingga TPS 3R dapat diterapkan pada kawasan ini.

2. Slamet Raharjo, Muhammad Zulfan, Taufiq Ihsan, Yenni Ruslinda

2014 Perencanaan Sistem Reduce, Reuse, dan Recycle Pengelolaan Sampah di Kampus Universitas Andalas Limau Manis Padang

Periode perencanaan sistem persampahan mengacu pada Rencana Strategis Unand tahun 2014-2019 yaitu selama 5 (lima) tahun.

1. Sistem pengelolaan persampahan kampus yang dirancang terdiri dari 3 (tiga) subsistem yaitu sistem pewadahan, sistem pengumpulan dan transportasi, serta Pusat Pengelolaan Sampah Terpadu (PPST).

2. Rencana tingkat pelayanan sistem pewadahan dan pengumpulan/ pengangkutan sampah kampus adalah 100% dan tingkat pengolahan di PPST Unand mencapai 78,77% sampah. Sistem pewadahan sampah yang dirancang adalah sistem terpilah yang dilakukan dengan pembedaan warna wadah sampah dilengkapi dengan gambar-gambar jenis sampah agar lebih informatif;

3. Jenis sampah organik yang bisa dikompos diangkut menuju fasilitas pengomposan PPST, sampah yang bernilai jual diangkut menuju fasilitas daur ulang PPST, dan sampah lain-lain diangkut menuju kontainer TPA sampah.

4. Untuk dapat melaksanakan operasi PPST secara institusional, profesional dan terpadu, Unand perlu membentuk UPT (unit pelayanan teknis).

(20)

I-5

No. Nama Peneliti Tahun Judul Kriteria/Metode Hasil

5. Perlu adanya peraturan rektor tentang pelaksanaan pengelolaan sampah secara terpadu. Sosialisasi kepada warga kampus tentang pengelolaan sampah perlu dilakukan secara intensif dan terus menerus.

3. Muhammad Busyairi, Justia Dhika Ramadhan

& Dyah Wahyu Wijayanti

2015 Perencanaan

Pengelolaan Sampah Terpadu di Kelurahan Sempaja Selatan Kota Samarinda

1. Timbulan sampah diperoleh dari hasil sampling berdasarkan SNI M-36- 1991-03.

2. Tempat Pengelola Sampah Terpadu direncanakan berdasarkan timbulan sampah yang diperoleh.

1. Volume timbulan rata-rata di Kelurahan Sempaja Selatan sebesar 1,46 L/o/hari, dalam satuan berat sebesar 0,47 Kg/o/h. Pengolahan di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu terdiri dari pengolahan sampah organik menjadi kompos dan pengolahan sampah anorganik dengan dijual atau didaur ulang. Sampah residu diangkut ke TPA sampah menggunakan truk.

2. Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu di Kelurahan Sempaja Selatan membutuhkan lahan seluas 1.061,72 m2 yang terdiri atas ruang penyortiran (93,72 m2), ruang pengemasang barang layak jual (56 m2), ruang penampungan sampah organik (15 m2), ruang fermentasi (750 m2), ruang pematangan (125 m2), bak penampung lindi (1 m2), ruang pengayakan dan pengemasan kompos (12 m2), ruang penyimpanan kompos (9 m2), dan komponen penunjang seluas 157,25 m2. Truk yang masuk sebanyak 5 truk dengan kapasitas 12 m3.

4. Muhammad Firmansyah &

Rijali Noor

2016 Perencanaan

Pengelolaan Sampah Terpadu Perumahan Kota Citra Graha Provinsi Kalimantan Selatan

1. Timbulan dan komposisi sampah diukur berdasarkan SNI 19-3964- 1995.

2. Perencanaan pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan data timbulan dan komposisi yang diperoleh.

1. Volume sampah di Perumahan Kota Graha Citra yaitu 2,27 L/o/hari. Berat sampah yaitu 0,361 kg/o/hari. Komposisi sampah yaitu sampah basah (71,75%), sampah kering yang terdiri dari plastik, kertas, kaca, logam(18,64%), dan sampah residu yang terdiri dari kayu, kain, karet dan lain-lain (9,61%).

2. Sistem pewadahan sampah yang direncanakan adalah pewadahan semi tetap sistem terpisah dengan pola pewadahan individual. Alat pengumpul sampah berupa gerobak motor dengan pemisah antara sampah basah dan sampah kering.

(21)

No. Nama Peneliti Tahun Judul Kriteria/Metode Hasil

3. Material Recovery Facility (MRF) yang direncakan terdiri dari lahan pemilahan, lahan penampungan sampah organik, lahan pencampuran dengan inokulan (biostater), lahan pencacah organik, lahan pengomposan, lahan pematangan, lahan pengayakan dan pengemasan kompos, lahan penampungan lindi, gudang barang sortir, gudang kompos, kantor administrasi, area parkir gerobak motor dan area kontainer.

5. Dian Kasih 2017 Studi Perancangan dan Pemanfaatan TPS 3R untuk Sampah Rumah Tangga

(Studi Kasus:

Kecamatan Medan Denai)

1. Timbulan dan komposisi sampah diukur berdasarakan pengamatan langsung / observasi dengan teknik pengambilan sampel (SNI 19-3964- 1994)

2. Rancangan Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R) dibuat berdasarkan hasil analisis timbulan dan komposisi sampah.

1. Proyeksi Timbulan sampah Kecamatan Medan Denai pada tahun 2026 adalah sebanyak 41.593,7 kg/hari. Pengolahan di TPS 3R terdiri dari pengolahan sampah organik menjadi kompos dengan sistem aerator bambu dan pengolahan sampah anorganik dengan dijual ke pihak ketiga.

Sampah residu diangkut ke TPA sampah menggunakan truk.

2. Komposisi sampah rumah tangga di Kecamatan Denai terdiri dari sisa makanan 65,38%, plastik 12,78%, Kertas 9,73%, kain/tekstil 3,67%, logam 2,76%, kaca/gelas 2,07%, karet dan kulit 0,81%, styrofoam 0,80%.

3. Kebutuhan lahan tipikal TPS3R yang direncanakan adalah seluas 1.488,24 m2, dengan ukuran 46,80 m x 31,80 m. Biaya yang dibutuhkan untuk membangun TPS 3R ialah sebesar Rp. 598.960.540 dan biaya operasional setiap bulannya diperkirakan sebesar Rp. 104.000.000

6. Ria Annisa Dalimunthe

2018 Studi Karakteristik Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Polonia di Kota Medan (Timbulan,

Timbulan dan komposisi sampah diukur berdasarakan pengamatan langsung / observasi dengan teknik pengambilan sampel (SNI 19-3964-1994)

1. Rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan adalah:Kecamatan Medan Area 1,08 L/orang/hari Kecamatan Medan Polonia 1,51 L/orang/hari.

2. Komposisi Sampah yang dihasilkan adalah:

Kecamatan Medan Area: organik 59,28%, plastik 16,12%, kertas 8,71%, LWTR 2,93%, dan lain-lain 11,17%. Kecamatan Medan Polonia: Organik

(22)

I-7

No. Nama Peneliti Tahun Judul Kriteria/Metode Hasil

Karakteristik dan Nilai Kalor)

69,89%, Plastik 12,47%, Kertas 7,43%, LWTR 2,45% dan lain-lain 5,58%.

3. Karakteristik fisika sampah rumah tangga di Kecamatan Medan Area terdiri atas densitas 0,24 kg/L, kadar air rata-rata 16,60%, kadar volatil rata- rata 83,5%, kadar abu rata-rata 2,3%, fixed carbon rata-rata 0,225%, dan nilai kalor sampah 3.940,96 Kkal/kg. Kecamatan Medan Polonia terdiri atas densitas 0,17 kg/L, kadar air rata-rata 26,7%, kadar volatil rata-rata 87,7%, kadar abu rata-rata 16,5%, fixed carbon rata-rata 0,4%, dan nilai kalor sampah 3.926,04 Kkal/kg.

7. Andre

Muhammad Iman

2018 Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kecamatan Medan Johor

1. Data timbulan dan karakteristik sampah digunakan untuk merencanakan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Kuesioner dan observasi langsung dilakukan untuk mengetahui partisipasi masyarakat terhadap perencanaan TPST.

2. Penentuan lokasi dan perencanaan pengolahan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 dan Petunjuk Teknis TPS 3R 2017.

1. TPST Kecamatan Medan Johor mempunyai enam rangkaian proses yaitu penerimaan sampah, pemilahan sampah, pendaur ulangan sampah organik, pendaur ulangan sampah anorganik, penyimpanan sementara bahan berbahaya dan beracun (B3), dan penampungan residu.

2. TPST Kecamatan Medan Johor melayani 100%

wilayah kecamatan dengan kapasitas pengolahan 248m3/hari. TPST Kecamatan Medan Johor memiliki luas lahan 4500 m2 dengan luas bangunan 2403 m2, dengan rincian yaitu ruang penerimaan (43,2 m2), ruang pemilahan (284,4 m2), ruang pengomposan (1.895,6 m2), ruang daur ulang sampah anorganik (77 m2), ruang penyimpanan sementara limbah B3 (25 m2), ruang penampungan residu (27,6 m2) dan kantor TPST (25 m2).

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari perancangan ini adalah:

1. Bagaimana kondisi pengelolaan sampah di Kecamatan Medan Polonia?

2. Bagaimana perencanaan TPS 3R di Kecamatan Medan Polonia?

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini adalah untuk mengurangi jumlah sampah yang diangkut dari Kecamatan Medan Polonia ke TPA sampah, sehingga beban pengolahan di TPA sampah berkurang.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang menjadi batasan dari perancangan ini adalah:

1. Data timbulan, komposisi dan karakteristik fisika sampah rumah tangga di Kecamatan Medan Polonia diperoleh dari penelitian Ria Annisa Dalimunthe tentang Studi Karakteristik Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Polonia di Kota Medan (Timbulan, Karakteristik dan Nilai Kalor) tahun 2018 berdasarkan SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan.

2. Sampah yang diangkut dari sumber sampah ke TPS 3R dalam keadaan terpilah. Dari total sampah setiap hari, sampah organik yang diangkut ke TPS 3R sebanyak 90% dan sampah anorganik sebanyak 100%. Wadah untuk tempat sampah merupakan tanggung jawab warga.

3. Perancangan TPS 3R tidak diikuti dengan perancangan penanganan gas metan.

4. Perancangan TPS 3R meliputi penentuan lokasi, perhitungan kesetimbangan material masuk dan keluar, penentuan proses pengolahan, dan penentuan kebutuhan ruang.

5. Output perancangan ini mencakup alur proses pengelolaan sampah, gambar desain, rencana anggaran biaya (RAB), dan jumlah residu yang dibuang ke TPA sampah.

1.5 Manfaat Perancangan Manfaat perancangan ini adalah:

1. Dapat dipakai oleh instansi terkait sebagai pertimbangan dalam merancang TPS 3R pada Kecamatan Medan Polonia.

2. Dapat menjadi masukan dan pedoman bagi mahasiswa yang ingin merancang TPS 3R.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) tentang Pengelolaan Sampah, sampah ialah sisa dari kegiatan/aktivitas sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat berupa sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam kegiatan rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/ atau fasilitas lainnya.

Pengelolaan sampah dilaksanakan karena sampah tidak diinginkan dan tidak dibutuhkan lagi.

Menurut Damanhuri & Padmi (2010), sampah berasal dari dari kegiatan penghasil sampah seperti pasar, rumah tangga, pertokoan (kegiatan komersial/perdagangan), penyapuan jalan, taman, atau tempat umum lainnya, serta kegiatan lain seperti industri dengan limbah sejenis sampah yang kemungkinan mengandung limbah berbahaya. Dalam kata lain, sumber penghasil sampah dapat berasal dari setiap tempat yang memiliki kecenderungan manusia untuk melakukan aktivitas.

Sampah yang berasal dari pemukiman dan daerah komersil terdiri atas tiga jenis, yaitu (Damanhuri &

Padmi, 2010):

a. Sampah organik, memiliki sifat biodegredable sehingga mudah terdekomposisi. Sampah organik terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas karton, tulang, sisa makanan, sayur, dan buah.

b. Sampah anorganik, memiliki sifat non-biodegredable sehingga sulit terdekomposisi. Sampah anorganik terdiri atas kaleng, plastik, besi, kertas dan gelas.

c. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) rumah tangga, seperti baterai, lampu TL, dan sisa obat.

2.1.1 Timbulan

Timbulan sampah dihasilkan oleh penghasil sampah, yaitu setiap orang dan suatu kelompok yang menghasilkan sampah. Timbulan sampah dapat diperoleh dengan sampling (estimasi) berdasarkan standar yang sudah tersedia. Timbulan sampah ini dinyatakan dalam (Damanhuri & Padmi, 2010):

a. Satuan berat : kilogram per orang perhari (Kg/o/h) atau kilogram per meter-persegi bangunan perhari (Kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur perhari (Kg/bed/h)

b. Satuan Volume : liter per orang perhari (L/o/h), liter per meter-persegi bangunan perhari (L/m2/h), liter per tempat tidur perhari (L/bed/hari).

Dalam menentukan timbulan, kota-kota di Indonesia menggunakan satuan volume. Prakiraan timbulan sampah untuk sekarang maupun masa depan merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan

(25)

pengkajian sistem pengelolaan sampah. Timbulan sampah akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daaerah lainnya. Variasi ini disebabkan oleh (Damanhuri & Padmi, 2010):

a. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk, semakin besar jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah timbulan.

b. Tingkat hidup, semakin tinggi hidup masyarakat maka semakin besar timbulan sampah c. Musim dan Iklim, timbulan sampah akan mencapai angka minimum pada musim panas

d. Cara hidup dan mobilitas penduduk, semakin sering aktivitas dilakukan di luar rumah maka timbulan akan semakin sedikit.

e. Cara penanganan makanannya, umumnya dimanfaatkan menjadi suatu hal yang lain sehingga jumlah timbulan berkurang.

2.1.2 Komposisi sampah

Menurut SNI 19 3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan, komponen komposisi sampah terdiri atas sisa-sisa makanan, kertas- karton, kayu, kain-tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, popok, pembalut). Sampah dipilah berdasarkan jenis untuk mengetahui komposisi sampah.

Komposisi sampah dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya (Damanhuri & Padmi, 2010):

a. Cuaca, daerah dengan kandungan air tinggi maka sampah akan memiliki kelembaban yang tinggi.

b. Frekuensi pengumpulan, semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan sampah. Sampah organik akan terdekomposisi dan sampah anorganik akan terakumulasi karena sulit terdegradasi.

c. Musim, jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung.

d. Tingkat sosial ekonomi, daerah ekonomi tinggi umumnya akan menghasilakn sampah kaleng, kertas dan plastik.

e. Pendapatan per kapita, masyarakat ekonomi rendah akan menghasilkan sampah yang homogen dibandingkan tingkat ekonomi yang lebih tinggi.

f. Kemasan produk, negara berkembang banyak menggunakan plastik sebagai pengemas sedangkan negara maju menggunakan kertas sebagai pengemas.

2.1.3 Karakteristik sampah

Karakteristik sampah sangat bervariasi tergantung pada komponen sampah. Kekhasan sampah dari berbagai wilayah serta jenisnya yang berbeda-beda sehingga memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang sedang berkembang akan berbeda susunannya dengan sampah kota di negara-negara maju.

(26)

II-3 Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar volatil, kadar abu, dan nilai kalor.

Gambar 2.1 Karakteristik fisika saat pembakaran Sumber : Damanhuri & Padmi, 2010

b. Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan kimia sampah tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.

Karakteristik sampah sangat penting dalam memilih dan menentukan cara pengoperasian setiap peralatan dan fasilitas-fasilitas lainnya, memperkirakan kelayakan pemanfaatan kembali sumber daya dan energi dalam sampah, serta untuk perencanaan fasilitas pembuangan akhir.

2.2 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah sistem diselenggarakan untuk mengurangi dan melakukan penanganan terhadapat sampah, merujuk pada dasar-dasar terbaik mengenai kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan lingkungan. Tujuan pengelolaan sampah diantaranya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya alam (air), melindungi fasilitas sosial ekonomi dan menunjang sektor strategis (Rahardyan & Widagdo, 2005).

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 19 (sembilan belas), terdapat dua bagian dalam pengelolaan sampah, yaitu:

a. Pengurangan sampah, merupakan upaya untuk membatasi jumlah timbulan sampah dari sumbernya, upaya pendauran ulang sampah dan penggunaan ulang sampah.

(27)

b. Penanganan sampah, merupakan rangkaian kegiatan penanganan sampah yang mencakup pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.

Gambar 2.2 Pola Pelayanan Sampah Sumber : Kementrian PU, 2013

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menekankan bahwa dalam upaya pengelolaan sampah, mengurangi sampah dan melakukan penanganan terhadap sampah merupakan prioritas utama. Residu sampah selanjutnya diurug di TPA sampah. Jumlah yang dikembalikan ke lingkungan ditargetkan seminimal mungkin,. (Damanhuri & Padmi, 2010).

Berdasarkan arus pergerakan sampah sejak dari sumber hingga menuju ke pemrosesan akhir, penanganan sampah di suatu kota di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok utama tingkat pengelolaan, yaitu (Damanhuri & Padmi, 2010):

a. Penanganan sampah tingkat sumber, merupakan kegiatan penanganan secara individual yang dilakukan sendiri oleh penghasil sampah dalam area dimana penghasil sampah tersebut berada.

Penanganan pada tingkat sumber sangat tergantung pada karakter, kebiasaan dan cara pandang penghasil sampah. Penghasil sampah dapat berupa individu atau kelompok individu atau dalam bentuk institusi misalnya kantor, hotel, dan sebagainya. Pada tingkat ini, peran serta masyarakat sebagai penghasil sampah sangatlah dominan, sehingga pendekatan penanganan sampah yang berbasis masyarakat penghasil sampah merupakan dasar dalam strategi pengelolaan sampah.

b. Penanganan sampah tingkat kawasan, merupakan kegiatan penanganan samoah secara komunal untuk melayani sebagian atau keseluruhan sampah yang ada dalam area dimana pengelola kawasan berada. Pada tingkat ini, sampah bersifat heterogen, karena berasal dari sumber yang berbeda-beda.

Keberhasilan upaya dalam penanganan sampah skala ini sangat tergantung pada level kesadaran

(28)

II-5 kelompok pembentuk tingkat kawasan, seperti RT, RW, Kelurahan, atau lainnya. Oleh karena kelompok ini terdiri dari individu-individu yang mungkin memahami pemahaman yang berbeda tentang persampahan, maka peran organisasi pengelola serta dukungan inisiator dan atau stakeholders penentu lainnya, seperti Ketua RT, Ketua RW, Lurah, atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengorganisir pengelolaan sampah pada tingkat ini sangat penting. Peran aktif pengelola kota sangat menentukan agar sistem pengelolaan tingkat kawasan ini tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pengelolaan sampah kota secara menyeluruh.

c. Penanganan sampah tingkat kota, merupakan penanganan sampah yang dilakukan oleh pengelola kebersihan kota, baik dilaksanakan oleh pemerintah daerah, atau dilaksanakan oleh institusi lain yang ditunjuk untuk itu, yang bertugas untuk melayani sebagian atau seluruh wilayah yang ada dalam kota yang menjadi tanggung jawabnya.

2.2.1 Reduce

Menurut Dirjen Cipta Karya (2017), Reduce merupakan upaya mengurangi timbulan sampah. Salah satu langkah menguranginya melalui penghematan penggunaan bahan. Upaya reduksi sampah memiliki manfaat jangka panjang seperti mengurangi biaya pengelolaan dan menghemat pemakaian sumber daya alam.

Prinsip reduce jumlah sampah yang akan terbentuk dapat dilakukan antara lain melalui:

a. Efisiensi penggunaan sumber daya alam

b. Rancangan produk yang mengarah pada penggunaan bahan atau proses yang lebih sedikit menghasilkan sampah, dan sampahnya mudah untuk diguna-ulang dan didaur-ulang c. Menggunakan bahan yang berasal dari hasil daur-ulang limbah

d. Mengurangi penggunaan bahan berbahaya e. Menggunakan eco-labeling

2.2.2 Reuse

Menurut Dirjen Cipta Karya (2017), reuse merupakan upaya menggunakan kembali sampah tanpa perubahan bentuk. Barang yang digunakan kembali bukan merupakan barang sekali pakai. Prinsip reuse merupakan prinsip yang paling efisien karena memerlukan biaya dan energi yang sedikit. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan tumbler untuk air minum. Tumbler dapat digunakan berulang- ulang setiap harinya dengan cara diisi kembali dengan air.

Pengelolaan sampah dengan reuse dapat dilakukan dengan cara berikut:

1. Pilihlah wadah atau kemasan yang dapat digunakan secara berulang-ulang;

2. Gunakan wadah atau kemasan untuk fungsi yang sama atau berbeda.

(29)

2.2.3 Recycle

Menurut Dirjen Cipta Karya (2017), recycle merupakan upaya mendaur ulang sampah menjadi benda lain yang bermanfaat. Dalam pengelolaan sampah di Indonesia, upaya daur ulang sering melibatkan sektor informal. Mereka berperan dalam proses pendauran ulang sampah.

Pengelolaan sampah dengan recycle dapat dilakukan dengan cara berikut:

1. Pilih barang dengan kemasan yang dapat didaur ulang

2. Hindari memakai atau membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar;

3. Sampai dipilah berdasarkan jenis dan dibersihkan;

4. Sampah didaur ulang sesuai jenisnya.

2.3 Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah merupakan kegiatan mengubah karakteristik, komposisi dan/atau jumlah sampah meliputi kegiatan pemadatan, pengomposan, daur ulang materi serta mengubah sampah menjadi sumber energi. Pengolahan yang diterapkan meliputi pengolahan secara fisik, secara kimia, secara biologi, secara termal, dan menggunakan penerapan teknologi sehingga dihasilkan bahan bakar (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013).

Pengolahan sampah bertujuan untuk mengurangi volume sampah dan/atau mengurangi daya cemar yang akan disebabkan sampah. Proses pengolahan sampah dapat diklasifikasikan menjadi empat macam proses, yaitu (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013):

1. Proses pengolahan sampah secara fisik merupakan proses awal dari proses pengolahan sampah.

Berbagai jenis proses untuk pengolahan sampah secara fisik adalah:

a. Proses pencacahan, untuk memperkecil ukuran partikel sampah dan memperluas bidang permukaan sentuh sampah. Pencacahan wajib dilakukan sebelum sampah diolah lebih lanjut dengan proses kimia, termal atau biologi, karena dengan berkurangnya ukuran partikel akan selalu meningkatkan kinerja proses lanjut yang akan dipilih.

b. Proses pemilahan berdasarkan nilai massa jenis/densitas (secara gravitasi) untuk sampah plastik.

c. Proses pemilahan berdasarkan nilai magnetik untuk sampah logam, dengan mengikat logam pada magnet berukuran besar, yang dapat berupa magnet permanen atau magnet tidak permanen (elektromagnetik). Dengan proses ini, maka sampah logam yang bersifat ferromagnetik dan non ferromagnetik dapat dipisahkan.

2. Proses pengolahan sampah secara biologi, memanfaatkan mikroorganisme/bioproses untuk mengurangikan sampah volume dan daya pencemar sampah. Pengolahan ini memiliki khas sistem kontrol yang lebih rumit dan waktu detensi yang panjang. Proses ini banyak dipilih karena dianggap

(30)

II-7 lebih berwawasan lingkungan dan menimbulkan dampak lingkungan yang relatif lebih kecil. Proses pengolahan secara biologis terdiri dari:

a. Proses aerobik, merupakan proses mengurangi volume dan daya pencemar sampah dengan bantuan mikroorganisme aerobik dalam kondisi keberadaan oksigen.

b. Proses anaerobik, merupakan proses mengurangi volume dan daya pencemar sampah dengan bantuan mikroorganisme aerobik dalam kondisi tanpa oksigen.

3. Proses pengolahan sampah secara kimia termal, memiliki tujuan untuk mengurangi volume sampah dan daya pencemar sampah dengan tingkat oksidasi yang lebih tinggi ketimbang proses fisika dan proses biologi. Umumnya dilakukan proses pencacahan untuk meningkatkan proses pengolahan secara kimia termal. Berdasarkan tingkat oksidasinya, pengolahan secara termal terdiri dari:

a. Proses pengeringan, untuk mengurangi volume dan daya cemar sampah melalui penguapan air yang terkandung dalam sampah. Proses ini berlangsung pada suhu 105-120oC dan waktu tinggal 1-2 jam. Proses ini akan menghasilkan sampah dengan volume yang telah menyusut (hingga 80%). Sampah yang telah mengalami pengurangan volume tersebut, mengalami peningkatan nilai kalor sampah dan penurunan kadar air serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif berbentuk padat seperti briket.

b. Proses pirolisis, untuk mengurangi volume (hingga 70%) dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, tanpa kehadiran oksigen sebagai oksidator. Proses ini berlangsung pada suhu 200-550oC dan waktu tinggal 0,5-2 jam.

c. Proses gasifikasi, untuk mengurani volume (hingga mencapai 80%) dan daya cemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, dengan kehadiran oksigen terbatas sebagai oksidator. Proses ini berlangsung pada suhu 700-1.000oC dan waktu tinggal 0,5-1 jam. Sebagai suatu proses oksidasi parsial (namun memiliki tingkat oksidasi lebih tinggi ketimbang proses pirolisis), maka proses ini akan menghasilkan senyawa berwujud gas yang memiliki nilai kalor/syngas (karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrogen).

d. Proses insinerasi, untuk mengurangi volume (hingga 90%) dan daya pencemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung dalam sampah, dengan kehadiran oksigen berlebih sebagai oksidator. Proses ini berlangsung pada suhu 700-1.200oC dan waktu tinggal 0,5- 1 jam.

2.3.1 Pengolahan Sampah Organik

Pengolahan sampah organik paling umum dilakukan pengomposan. Proses pengomposan adalah penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme terhadap bahan organik biodegradable. Pengomposan bertujuan untuk mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang secara biologi bersifat stabil, dengan demikian mengurangi volume atau massanya. Proses alamiah ini menguraikan materi organik menjadi humus dan bahan mineral. Apabila prosesnya secara aerob, akan timbul panas

(31)

sehingga proses ini akan membunuh bakteri patogen, telur serangga dan larva lalat, serta mikroorganisme lain yang tidak tahan pada temperatur di atas termperatur normal.

Menurut Dirjen Cipta Karya (2017) terdapat 4 (empat) teknik pengomposan untuk sampah organik.

Proses pengomposan dapat dilakukan secara aerob dan anaerob.

1. Teknik Aerator Bambu

Pengomposan berlangsung secara aerob dengan menggunakan alat berbentuk segitiga bambu.

Sampah organik ditumbun diatas alat tersebut. Terdapat ruang kosong dibawah aerator bambu yang berfungsi untuk mengalirkan udara. Pengomposan berlangsung selama 30 hari. Timbunan kemudian dibongkar lalu diangin-anginkan untuk memperoleh kompos matang. Proses pematangan berlangsung selama 15 hari.

Gambar 2.3 Pengomposan dengan Teknik Aerator Bambu Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2017

2. Teknik Bata Berongga

Pengomposan berlangsung secara aerob menggunakan struktur boks bata berongga. Sampah organik ditimbun diatas boks tersebut. Rongga pada boks berfungsi mengalirkan udara segar untuk proses pengomposan. Pengomposan berlangsung selama 30 hari. Timbunan kemudian dibongkar lalu diangin-anginkan untuk memperoleh kompos matang. Proses pematangan berlangsung selama 15 hari. Terdapat pipa vertikal yang disusun pada dasar boks. Pipa berfungsi sebagai saluran air dalam proses pengomposan.

(32)

II-9 Gambar 2.4 Pengomposan dengan Teknik Bata Berongga

Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2017

3. Teknik Takakura Susun

Pengomposan berlangsung secara aerob menggunakan keranjang berongga. Sampah organik ditimbun didalam keranjang berongga. Bahan keranjang dapat terbuat dari plastik ataupun bambu.

Takakura disusun sebanyak 5 (lima) keranjang. Sisi bagian luar keranjang diselubungi dengan karung. Bagian dasar keranjang dibuat berlubang. Lubang berfungsi untuk membuang air yang berlebih dari proses pengomposan.

Gambar 2.5 Pengomposan dengan Teknik Takakura Susun Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2017

4. Teknik Komposter Drum

Pengomposan berlangsung secara anaerob menggunakan drum tertutup. Ukuran sampah organik yang dikomposkan memiliki diameter 1 (satu) sampai 2 (dua) cm. Pupuk cair diperoleh setelah pengomposan selama kurang lebih dua minggu. Setelah itu, pupuk cair dapat diambil setiap hari.

(33)

Gambar 2.6 Komposter Drum Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2017

2.3.2 Pengolahan Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang sukar atau tidak dapat terurai, seperti logam, kaleng, plastik, kaca, dan sebagainya. Sampah anorganik dibagi menjadi sampah anorganik yang dapat didaur ulang, sampah anorganik yang tidak dapat didaur ulang, dan sampah B3 rumah tangga. Komposisi sampah anorganik domestic selalu menduduki posisi kedua setelah sampah organik. TPS 3R diharapkan dapat menjalankan pengolahan terhadap jenis sampah anorganik.

Gambar 2.7 Contoh Pengelolaan Sampah Anorganik pada TPS 3R Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2017

(34)

II-11 Pemilahan sampah dari sumber akan mempengaruhi kinerja TPS 3R. Pemilahan dari sumber akan meningkatkan efisiensi kerja TPS 3R. Walaupun kegiatan pemilahan dapat dilakukan di TPS 3R, akan tetapi tidak efektif karena menambah beban operasional operator TPS 3R dan mempengaruhi kualitas input daur ulang sampah.

Sampah anorganik yang dapat didaur ulang antara lain : 1. Plastik

Sampah plastik selalu menduduki posisi kedua setelah sampah organik dalam skala kawasan pemukiman. Jenis sampah plastik yang dapat didaur ulang secara spesifik ditunjukkan pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Jenis-jenis plastik Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2017

2. Logam

Logam yang dapat didaur ulang bisa berupa kaleng, potongan besi, alumunium, kuningan, tembaga, seng, dll. Sampah logam ini dapat dilelehkan menjadi bahan dasar produk baru.

3. Kertas/kardus

Sampah kertas terdiri dari koran, kardus, HVS, dam dupleks. Sampah kertas dapat dihancurkan dan dibuat bubur kertas sebagai bahan dasar produk baru.

4. Kaca

Sampah kaca diperoleh dari pecahan kaca dan botol kaca. Sampah kaca di tangan pendaur ulang dapat dihancurkan dan dilebur menjadi bahan bauk untuk produk baru.

(35)

2.3.3 Penyimpanan Sementara Sampah B3 Rumah Tangga

Penyimpanan sementara sampah B3 rumah tangga mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Penyimpanan B3 di atur dalam Pasal 12 s.d. Pasal 30 Perarturan tersebut. Kriteria tempat penyimpanan sampah B3 rumah tangga berupa bangunan ialah sebagai berikut:

1. Desain dan konstruksi bangunan mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan sinar matahari.

2. Memiliki penerangan dan ventilasi.

3. Memiliki saluran drainase yang baik.

Persyaratan pengemasan Limbah B3 ialah sebagai berikut:

1. Kemasan terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3 yang akan disimpan.

2. Mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan.

3. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan.

4. Berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.

2.4 Tempat Pengolahan Sampah dengan Prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R)

Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle, yang selanjutnya disingkat TPS 3R merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pengolahan sampah meliputi kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang skala kawasan. Sampah yang masuk boleh dalam keadaan tercampur, namun akan semakin baik jika sudah terpilah. Melalui pemberdayaan masyarakat, TPS 3R mengelola sampah pada skala komunal atau kawasan. Penanganan sampah dengan prinsip 3R lebih mengutamakan upaya pengurangan, pemanfaatan dan pendauran ulang sejak dari sumbernya pada skala komunal (Dirjen Cipta Karya tentang Petunjuk Teknis TPS 3R, 2017).

TPS 3R diselenggarakan dengan tujuan (Dirjen Cipta Karya, 2017):

1. Untuk membantu komitmen Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan TPS 3R;

2. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pengelolaan sampah dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi masyarakat;

3. Untuk memfasilitasi prasarana dan sarana pengelolaan sampah yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

4. Untuk mereduksi jumlah timbulan sampah, sehingga memperpanjang umur TPA sampah;

5. Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat.

2.4.1 Persyaratan TPS 3R

TPS 3R diselenggarakan untuk melayani masyarakat pada suatu kawasan. Untuk dapat merealisasikannya TPS 3R memiliki persyaratan, antara lain (Dirjen Cipta Karya, 2017):

(36)

II-13 1. Memiliki luas lebih dari 200 m2;

2. Kontainer untuk menampung residu tidak bersifat permanen, sehingga dapat diganti atau dipindahkan;

3. Jarak dari daerah pelayanan ke TPS 3R tidak boleh lebih dari 1 km;

4. TPS 3R memiliki fasilitas ruang pemilah, pengomposan sampah organik, gudang, zona penyangga (buffer zone) dan tidak mengganggu estetika serta lalu lintas umum;

5. Keterlibatan aktif masyarakat dalam mengurangi dan memilah sampah, diikuti pembinaan dan pendampingan Pemerintah Daerah.

2.4.2 Prinsip Penyelenggaraan TPS 3R

Prinsip Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (daur ulang), merupakan prinsip dasar dalam penyelenggaraan TPS 3R. Prinsip ini sebagai upaya untuk mengurangi timbulan sampah dari sumbernya pada skala kawasan dan untuk mengurangi beban sampah yang harus dikembalikan secara aman di TPA sampah. Disisi lain hal tersebut dapat menjamin kebutuhan lahan yang yang semakin kritis untuk penyediaan TPA sampah (Dirjen Cipta Karya, 2017).

Operasional TPS 3R dilakukan dengan memilah sampah menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik diolah secara biologis, sedangkan sampah non organik didaur ulang agar bernilai ekonomis. Sisa residu selanjutnya dikembalikan secara aman ke TPA sampah.

2.4.3 Landasan Operasional TPS 3R

Hal-hal pokok terkait penyelenggaraan TPS 3R, adalah sebagai berikut:

1. Menangani sampah pada skala kawasan yang rawan persampahan sesuai Strategi Sanitasi Kota (SSK);

2. Memiliki kapasitas pelayanan minimal 400 KK atau 1.600-2.000 jiwa yang setara dengan 4-6 m3 per hari;

3. Pengumpulan sampah menggunakan gerobak sampah atau truk sampah;

4. Proses pengolahan sampah dengan proses pemilahan (fisika), pengolahan sampah organik (biologis), pengumpulan dan penyaluran sampah yang masih dapat didaur ulang atau guna ulang, serta pengangkutan residu ke TPA sampah;

5. Dibutuhkan alokasi biaya operasional dan pemeliharaan yang disubsidi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

2.4.4 Kriteria Lokasi

Dalam perencanaan lokasi TPS 3R, terdapat dua kriteria lokasi, yaitu 1. Kriteria Utama, antara lain:

a. Lokasi TPS 3R berada dalam area administrasi yang sama dengan daerah pelayanan;

(37)

b. Lokasi TPS 3R merupakan lahan milik pemerintah atau lainnya, dibuktikan dengan Akte/Surat Pernyataan Hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R berbasis masyarakat;

c. Lahan memiliki luas minimal 200 m2;

d. Mempunyai kegiatan lingkungan berbasis masyarakat.

2. Kriteria Pendukung, antara lain:

a. Lokasi TPS 3R berada di dalam wilayah permukiman penduduk, terdapat jalan masuk dan sebaiknya tidak terlalu jauh dengan jalan raya, serta bebas banjir;

b. Melayani minimal 200 KK atau minimal mengolah sampah 3 m3/hari;

c. Memiliki tokoh masyarakat yang berpengaruh dan mempunyai wawasan lingkungan yang kuat;

d. Ada kesadaran dan penerimaan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan 3R e. Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah;

f. Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti PKK, Kelompok/forum kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, klub jantung sehat, klub manula, pengelola kebersihan/sampah, atau Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang sudah terbentuk.

2.5 Analisis Keseimbangan Material

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013, analisis keseimbangan material dilakukan untuk mengetahui jumlah sampah yang masuk ke lokasi pengolahan, termasuk komposisi dan karakteristik sampah. Langkah ini bertujuan untuk menyeimbangkan material guna mengetahui proses pengolahan yang akan dilakukan serta produk hasil dan residu yang dihasilkan.

Untuk mengetahui kapasitas sampah yang diolah setiap jam, dilakukan perhitungan loading rate.

Perhitungan loading rate dapat dilihat pada persamaan 2.1 Loading Rate = Volume Sampah (m3/hari)

Waktu kerja (jam/hari) (2.1)

Untuk mengetahui kesetimbangan material, digunakan Persamaan 2.2

Mmasuk = Mkeluar + Mresidu (2.2)

Pada persamaan 2.2 diketahui bahwa mengetahui jumlah material yang masuk harus sama dengan material yang keluar. Dengan mengidentifikasi seluruh kemungkinan pemanfaatan material, maka dapat diketahui pula diagram alir proses pengolahan dan pemanfaatan sampah saat material masuk sampah material keluar.

2.6 Peran Masyarakat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013, masyarakat berperan dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Peran tersebut antara lain:

a. Memberi laporan, usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada pemerintah

(38)

II-15 b. Memberi saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi

c. Melakukan penanganan sampah secara mandiri dan/atau bermitra dengan pemerintah

d. Memberi edukasi dan pelatihan oleh kelompok masyarakat kepada anggota masyarakat untuk mengubah paradigma.

Menurut Artiani & Handayasari (2017), perlu adanya pengelolaan sampah secara mandiri berbasis masyarakat yang sistem penanganan yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah kumpulan orang yang menyatukan diri secara sukarela karena memiliki tujuan yang sama. Membentuk KSM dalam pengelolaan sampah dilakukan untuk mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah diikuti pemanfaatan nilai ekonomi dari sampah yang dihasilkan.

Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan, yaitu diantaranya (Damanhuri dan Padmi, 2010):

1. Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata.

2. Tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih rendah.

3. Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan pedoman pelaksanaan.

4. Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan penyuluhan dalam programnya.

5. Kekhawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai dengan konsep pengelolaan yang ada.

Tingkat antusiasme dan partisipasi masyarakat terhadap perencanaan TPS 3R di Kecamatan Medan Polonia dapat diketahui melalui kuesioner. Kuesioner berisi tentang kondisi dan upaya pengelolaan sampah di Kecamatan Medan Polonia. Data kuesioner selanjutnya dianalisis secara detail menggunakan microsoft excel untuk mengetahui antusiasme dan partisipasi masyarakat.

2.7 Proyeksi Penduduk

Terdapat beberapa rumus perhitungan proyeksi jumlah penduduk (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013):

a. Metode Aritmatik

Rumus perhitungan yang digunakan dalam metode aritmatik adalah:

Pn = Po + Ka (Tn – To) (2.3)

Ka = ( P2 – P1) / (T2 - T1) (2.4)

Keterangan:

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n;

Po = Jumlah Penduduk pada tahun dasar;

Tn = Tahun ke-n;

(39)

To = Tahun dasar;

Ka = Konstanta Aritmatik;

P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama;

P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir;

T1 = Tahun pertama yang diketahui;

T2 = Tahun terakhir yang dketahui.

b. Metode Geometrik

Rumus perhitungan yang digunakan dalam metode geometrik adalah:

r = (PnPo)1t− 1 (2.5)

Pn = Po ( 1 + r )n (2.6)

Keterangan:

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n;

Po = Jumlah Penduduk pada tahun dasar;

r = Laju pertumbuhan penduduk;

n = Jumlah interval waktu.

c. Metode Least Square

Rumus perhitungan yang digunakan dalam metode least square adalah:

Y = a + b . X (2.7)

(2.8)

(2.9) Keterangan:

Y = Nilai variabel berdasarkan garis regresi X = Variabel independent

a = konstanta

b = koefisien arah regresi linier

Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan dengan:

Y = a + b . X (2.10)

dimana Y dan X masing-masing adalah rata-rata untuk variabel Y dan X.

a=(∑ Y . ∑ X2)- (∑ X . ∑ XY) (n . ∑ X2) -( ∑ X)2

b=(n . ∑ X.Y)- (∑ X . ∑ Y) (n . ∑ X2) -( ∑ X)2

(40)

II-17 Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran, dilakukan analisis dengan mengetahui koefisien korelasi atau menghitung standar deviasi. Metode terpilih dapat diketahui apabila menghasilkan koefisien yang paling mendekati 1 (satu). Untuk menghitung standar deviasi dapat diketahui menggunakan rumus:

(2.11)

(2.12) Keterangan:

s = standar deviasi;

Xi = jumlah penduduk;

X = rata-rata jumlah penduduk;

N = jumlah data.

Metode perhitungan proyeksi penduduk terpilih memberikan nilai standar deviasi yang paling kecil.

s =√1

N ∑ (Xi-X)2

N

i=1

; untuk populasi

s =√ 1

N-1 ∑ (Xi-X)2; untuk sampel

N

i=1

(41)

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1 Tahapan Perancangan

Tahapan Perancangan mencakup langkah-langkah pelaksanaan perencanaan dari awal sampai akhir.

TPS 3R direncanakan mampu mengolah sampah di Kecamatan Medan Polonia selama sepuluh tahun.

Tahapan pelaksanaan dalam perancangan yang akan dijalankan dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan

(42)

III-2 3.2 Lokasi Perancangan

Kecamatan Medan Polonia merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan. Kecamatan Medan Polonia memiliki luas 8,92 km2. Kecamatan Medan Polonia dihuni oleh 56.970 jiwa. Jumlah truk sampah yang beroperasi berjumlah tujuh unit (Kecamatan Medan Polonia, 2019).

Kecamatan Medan Polonia memiliki lima kelurahan, yaitu Kelurahan Sari Rejo, Kelurahan Suka Damai, Kelurahan Polonia, Kelurahan Angrung, dan Kecamatan Madras Hulu. Melalui observasi dan penilaian, terpilih satu lokasi rencana TPS 3R. Kemudian akan direncanakan pembangunan lokasi TPS 3R yang akan melayani lima kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Polonia.

(43)

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian dan Perancangan yang telah dilakukan tentang TPS 3R
Gambar 2.1 Karakteristik fisika saat pembakaran  Sumber : Damanhuri & Padmi, 2010
Gambar 2.2 Pola Pelayanan Sampah  Sumber : Kementrian PU, 2013
Gambar 2.3 Pengomposan dengan Teknik Aerator Bambu  Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Heteroskedastis merupakan suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun tidak efisien,sebagai contoh yang berhubungan dengan penge- luaran dari keluarga yang berpendapatan

Mehta (1994) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang

Hal ini sesuai pernyataan Reksohadiprodjo 1800 kg/ha, sedangkan untuk g tahan terhadap naungan dan pemupukan yang tinggi adalah interaksi N2T1P1 dengan kandungan protein kasar yaitu

Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara kempa). Sejalan dengan pengenalan terhadap sistem keseluruhan pada pneumatik, secara individu

Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan teknik ini, wawancara menajadi teknik pengumpulan data dalam penelitian ini untuk mengetahui secara pasti

antara peserta dalam sistem pemerintahan, Pemegang saham pengendali+ "ang mungkin merupakan individu+ kepemilikan keluarga+ aliansi blok+ atau perusahaan lain "ang

dengan maksud melindungi dan mengayomi anak yang berhadapan dengan hukum melalui pembinaan untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, dan berguna bagi diri

topik penelitiannya dilihat dari lembar konsultasi yang dipegang oleh masing- masing mahasiswa, kemudian dari ketiga data tersebut yang penulis analisis mengenai