1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi merupakan aktivitas yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan nilai atau jumlah sumber daya yang dimiliki saat ini untuk masa yang akan datang (Tandelilin, 2010). Investasi dapat berbentuk aktiva nyata (seperti rumah, tanah dan emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjual-belikan di antara pemodal/investor (Hartono, 2014). Saham merupakan salah satu investasi dalam bentuk aktiva keuangan. Saham-saham perusahaan dapat dibeli secara umum oleh para investor ketika perusahaan tersebut sudah menjadi go public. Menurut Salvatore (2005), tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham and Gapensi, 2006).
Hartono (2014) menyatakan terdapat beberapa nilai yang berhubungan dengan
saham, diantaranya adalah nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan
nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut
pembukuan perusahaan emiten, nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham,
sedangkan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Bihari and Charde,
(2014) berpendapat bahwa pembentukan harga saham di pasar modal (nilai pasar),
2
ditentukan oleh perilaku, prediksi kapabilitas, kepercayaan serta sentimen investor terhadap perusahaan dan sahamnya tersebut, serta analisis dari keuangan, kondisi pasar, situasi ekonomi, dan posisi likuiditasnya perusahaan tersebut sehingga menghasilkan permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa, dan juga pasar akan mengapresiasi terhadap nilai intrinsik dari saham tersebut. Fama (1998) berpendapat bahwa nilai perusahaan berkaitan erat dengan arus kas perusahaan.
Menurut Damodaran (2002) bahwa secara umum terdapat tiga pendekatan untuk melakukan valuasi terhadap suatu asset, yaitu discounted cash flow valuation, relative valuation, dan contingent claim valuation. Discounted cash flow valuation merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan dan merupakan fondasi dari pendekatan-pendekatan yang lain, sehingga dapat dikatakan pendekatan tersebut merupakan pendekatan utama diantara pendekatan-pendekatan yang lain, dan free cash flow to equity merupakan pendekatan yang termasuk dalam discounted cash flow valuation.
Memahami ketiga konsep nilai ini merupakan hal yang perlu dan berguna,
terutama bagi para investor, karena dapat mengetahui saham-saham mana yang dijual
dengan harga murah (undervalued), dan yang dijual dengan harga mahal (overvalued)
serta yang dijual dengan harga wajar (fairvalued). Saham-saham dinyatakan dijual
dengan harga murah (undervalued), jika nilai pasar saham tersebut lebih kecil dari
nilai intrinsiknya, sebaliknya, saham-saham dinyatakan dijual dengan harga mahal
(overvalued) ketika nilai pasar saham tersebut lebih besar dari nilai intrinsiknya,
3
sedangkan saham-saham yang dinyatakan dijual dengan harga wajar (fairvalued) ketika nilai pasar saham tersebut sudah sesuai dengan nilai intrinsiknya (Hartono, 2014).
PT. Astra International Tbk. merupakan salah satu grup usaha terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1957 yang yang terdiri dari enam bidang bisnis utama yaitu otomotif, jasa keuangan, Alat Berat dan pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur, Logistik, dan lainnya, dan Teknologi Informasi. Menariknya, pada beberapa tahun ini Astra melakukan berbagai akuisisi, puncaknya pada bulan oktober tahun 2016, Astra meluncurkan lini bisnis ke-7 (sehingga sekarang terdiri dari tujuh bidang bisnis utama) yaitu Astra Property yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang bisnis properti. Laporan tahunan Astra tahun 2016 memperlihatkan pendapatan Astra pada tahun 2016 mencapai 181 triliun rupiah, dimana lebih dari 50% pendapatan ini disumbang dari satu bidang bisnis Astra yaitu industri otomotif, dan sisanya disumbang oleh enam bidang bisnis lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan Astra sampai saat ini mayoritas masih ditopang oleh bidang bisnis otomotif.
Indonesia beberapa tahun belakangan ini mengalami kejadian-kejadian yang
berdampak terhadap perekonomian baik dikarenakan kejadian yang terjadi di dunia,
ASEAN, maupun yang terjadi di Indonesia sendiri karena diakibatkan kebijakan
dalam negerinya. Kejadian-kejadian tersebut diantaranya adalah mengenai masalah
kredit macet suprime mortgaged pada tahun 2008, krisis hutang Eropa, realisasi
komitmen perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kebijakan Low Cost
4
Green Car (LGCG), serta keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Kejadian- kejadian tersebut tentu saja berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
Pasang surut perekonomian dunia juga mempengaruhi seluruh bursa dunia, termasuk Bursa Efek Indonesia, dimana seluruh harga saham mengalami penurunan, termasuk harga saham Astra (ASII), yang pada 29 Oktober 2008 pernah mencapai level terendahnya dalam 10 tahun terakhir yaitu senilai Rp. 660,-. Tetapi, jika melihat dari perkembangan perekonomian serta pertumbuhan nilai pasar saham ASII beberapa tahun belakangan ini menunjukkan trend yang positif.
Investor dalam membeli saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh keuntungan di masa depan minimal sesuai dengan yang diharapkannya.
Untuk itu, investasi tersebut diarahkan kepada saham-saham dari perusahaan yang
produktif, mempunyai bisnis yang prospektif serta terhindar dari kerugian
merosotnya nilai saham akibat pengaruh makro maupun internal perusahaan. Risiko
investasi yang dihadapi cukup beragam, misalnya adanya persaingan yang ketat yang
mengancam keberlangsungan usaha, resesi ekonomi yang dapat melumpuhkan sektor
riil, fluktuasi nilai mata uang, inflasi yang berdampak menurunnya daya beli
masyarakat serta kebijakan pemerintah yang dapat melemahkan daya saing
perusahaan nasional. Dengan demikian untuk menimalkan risiko-risiko tersebut,
bahkan menghindarinya, investor harus memperhitungkan dengan cermat, serta
melakukan analisis dengan berbagai pendekatan, seperti yang sudah banyak
digunakan adalah melalui pendekatan fundamental maupun teknikal (Hartono, 2014).
5
Penelitian terhadap nilai intrinsik saham PT. Astra International sudah pernah dilakukan oleh Yasir Husni di tahun 2008 berdasarkan data laporan keuangan tahun 2002 hingga 2006. Mengingat sudah cukup lamanya penelitian tersebut dilakukan dan terdapatnya beberapa kejadian besar yang terjadi pada rentan waktu antara tahun 2007 hingga tahun 2016 yang sudah disebutkan sebelumnya, maka peneliti melakukan penelitian mengenai Analisis Valuasi Nilai Intrinsik Saham PT. Astra International dengan data dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Investor harus memperhitungkan dengan cermat, serta melakukan analisis
dengan berbagai pendekatan, seperti yang sudah banyak digunakan adalah melalui
pendekatan fundamental maupun teknikal (Hartono, 2014). Analisis fundamental
akan menghasilkan nilai intrinsik dari perusahaan tersebut, dan hal ini merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan oleh investor dikarenakan memperhatikan berbagai
sisi dari perusahaan tersebut. Pasar akan mengapresiasi nilai intrinsik dari saham
tersebut (Bihari and Charde, 2014), serta nilai perusahaan berkaitan erat dengan arus
kas perusahaan (Fama, 1978). Oleh karena itu perlu diidentifikasi berapakah nilai
intrinsik dari PT. Astra International Tbk., serta apakah mengalami posisi overvalued
atau undervalued atau bahkan fairvalued jika dibandingkan dengan harga pasar
sahamnya.
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Melakukan analisis dengan pendekatan top down analysis untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh mengenai perusahaan. Analisis dimulai dengan melakukan analisis makro ekonomi, analisis industri perusahaan, serta analisis yang lebih mendalam terhadap perusahaan dengan melihat kinerja selama sepuluh tahun terakhir.
2. Melakukan perhitungan nilai intrinsik saham PT. Astra International Tbk. dengan menggunakan metode valuasi yang dipilih yaitu discounted cash flow.
3. Menggunakan hasil dari valuasi tersebut untuk menentukan apakah nilai saham perusahaan mengalami overvalued atau undervalued atau bahkan fairvalued jika dibandingkan dengan nilai intrinsik sahamnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari analisis valuasi nilai intrinsik saham PT. Astra International Tbk. dengan metode discounted cash flow ini diantaranya adalah:
1. Bagi PT. Astra International Tbk., dapat digunakan sebagai sumber data mengenai perusahaan.
2. Bagi perguruan tinggi, dapat menambah perbendaharaan penelitian mengenai nilai
intrinsik perusahaan.
7
3. Bagi Investor, dapat memberikan masukan dalam mengambil keputusan investasi 4. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah dan memperdalam wawasan
penulis mengenai nilai intrinsik perusahaan.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan permasalahan pada penelitian ini adalah:
1. Valuasi saham PT. Astra International Tbk. dari tahun 2007 s/d tahun 2016, 2. Data yang digunakan adalah laporan keuangan selama sepuluh tahun yaitu
tahun 2007-2016,
3. Metode valuasi yang digunakan adalah free cash flow to equity.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab yang masing-masing terdiri atas beberapa sub bab, dengan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi telaah studi literatur yang menguraikan landasan teori yang
berhubungan dengan penelitian untuk mendukung analisis terhadap masalah yang
akan dipecahkan
8