• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN PERTAMA IBU MENDAMPINGI ANAK PENDERITA ACUTE LIMFOBLASTIC LEUKEMIA MENJALANI KEMOTERAPI FASE INDUKSI DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN PERTAMA IBU MENDAMPINGI ANAK PENDERITA ACUTE LIMFOBLASTIC LEUKEMIA MENJALANI KEMOTERAPI FASE INDUKSI DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN PERTAMA IBU

MENDAMPINGI ANAK PENDERITA

ACUTE LIMFOBLASTIC

LEUKEMIA

MENJALANI KEMOTERAPI FASE INDUKSI

DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2014

Penelitian Keperawatan Anak

FINI ALFIANITA

BP. 1010321014

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)

vii UNIVERSITAS ANDALAS

Juli 2014

Nama : Fini Alfianita No.BP : 1010321014

Studi Fenomenologi: Pengalaman Pertama Ibu dalam Mendampingi Anak Penderita Acute Limfoblastik Leukemia Menjalani Kemoterapi

Fase Induksi di RSUP Dr. M Djamil Padang tahun 2014

ABSTRAK

Acute Limfoblastic Leukemia (ALL)merupakan penyakit keganasan yang paling banyakditemukan pada anak. Pengobatan utama pasien ALL adalah kemoterapi dalam waktu lama sehingga dapat mempengaruhi kehidupan ibu sebagai pengasuh utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi, memahami, dan memberi makna dan arti pengalaman pertama ibu mendampingi anak penderita ALLmenjalani kemoterapi fase induksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Enam orang partisipan diambil secara purposive sampling berpatisipasi dalam wawancara. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan catatan lapangan. Hasil wawancara ditranskrip secara verbatim dan dianalisis dengan menggunakan metode Collaizi (1978).Enam tema ditemukan dalam penelitian ini yaitu:1) mengalami respon emosional, 2) mengalami gangguan fisik, 3) mencari informasi, 4) mengalami pengalaman spritual, 5) mengalami beban ekonomi, dan 6) pentingnya dukungan. Hasil penelitian ini menyarankan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada ibu yang mendampingi anak kemoterapi pertama kali seperti memberikan intervensi terkait masalah emosional, fisik, dan spiritual. Juga memberikan informasi sedini mungkin kepada ibu tentang kemoterapi.

(3)

viii

Phenomenological study: The First Mother’s Experience in Assisting Children Acute Limfoblastic Leukemia that is Undergoing Chemotherapy

the Induction Phase in RSUP Dr. M Djamil Padang 2014

ABSTRACT

Acute Limfoblastic Leukemia (ALL) is a malignant diseasewhich mostlyfound in children. The main treatment ALL patients is chemotherapy for a long time, it affect their mother life as the primary caretaker. This research aims for exploring, understanding, and give the meaning of mother’s first experience in assisting children ALL that is undergoing chemotherapy the induction phase. This research is a kind of qualitative research by using the phenomenological. Six participants were taken by using purposive sampling that participates in interview. In-depth-interviews and field note were used to collect data. The result of the interview was transcribed verbatimly and analyzedby Collaizi method (1978).There were six main themes that found in this research including:1) undergoing emotionalresponse, 2) undergoing physical impaired, 3) seeking information, 4) undergoing a spiritualexperience, 5) undergoing an economic burden, and 6) the importanceof support. The result of this research suggest nurses to provide nursing care to mother that assisting the children in chemotherapy at the first time like giving intervention concerned emotional problem, physical, and spiritual. It also givesearlier information for mother about chemotherapy.

(4)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya

akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah (Hoffbrand,

Pettit & Moss, 2005). Leukemia merupakan kanker pada jaringan

pembuluh darah yang paling umum ditemukan pada anak (Wong,

Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer

Society, 2009). Leukemia yang terjadi pada umumnya leukemia akut, yaitu

Acute Limfoblastic Leukemia (ALL) dan Acute Mieloblastic Leukemia

(AML). Lebih kurang 80% leukemia akut pada anak adalah ALL dan

sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007).

Yayasan Ongkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa menurut

data dari World Health Organization (WHO), setiap tahun jumlah

penderita kanker anak terus meningkat. Jumlahnya mencapai 110 sampai

130 kasus per satu juta anak per tahun. Di Indonesia, setiap tahun ada

kira-kira 11.000 kejadian kanker anak, dan 650 kasus kanker anak di Jakarta.

Jenis kanker anak yang paling sering ditemukan di Indonesia adalah

leukemia dan retinoblastoma. Di kota Padang, khususnya RSUP Dr. M.

Djamil ditemukan bahwa ALL merupakan kasus terbanyak yang dirawat

dibandingkan dengan retinoblastoma dan AML, disepanjang tahun 2013

(5)

2

serta terdapat 40 orang anak dengan retinoblastoma (Data rekam medik

pasien instalansi rawat inap RSUP Dr. M. Djamil, 2013).

Pengobatan utama leukemia yang digunakan adalah kemoterapi

karena sel leukemik dari penderita leukemia biasanya cukup sensitif

terhadap kemoterapi pada saat diagnosis (Rudolph, 2007). Kemoterapi

adalah perawatan berulang dan teratur yang diberikan secara kombinasi,

dengan lama pengobatan selama dua sampai tiga tahun bagi pasien ALL

(Davey, 2005 dikutip dari Gamayanti, Rakhmawati, Mardhiyah & Yuyun,

2012). Mekanisme kerja kemoterapi yang bersifat tidak selektif dan terapi

kombinasi menyebabkan toksisitas obat meningkat. Toksisitas kemoterapi

secara umum dapat dibagi dua yaitu bersifat akut dan jangka panjang.

Toksisitas akut terjadi segera setelah pemberian kemoterapi (jam–minggu)

dan bersifat sementara, sedangkan toksisitas jangka panjang bersifat

permanen. Toksisitas akut antara lain depresi sumsum tulang, mual,

muntah, alopesia, mukositis orointestinal, alergi, kelainan fungsi hati dan

ginjal. Beberapa obat kemoterapi bersifat unik oleh karena toksisitas obat

bersifat spesifik terhadap organ atau jaringan tertentu permanen (Vassal,

2005).

Menurut Rudolph (2007), ada strategi dasar untuk pengobatan

ALL yang terdiri atas: fase induksi, pengobatan sistem saraf pusat

presimtomatis, fase konsolidasi, dan fase rumatan (maintenance). Pada

kemoterapi pertama yang diberikan pada anak penderita leukemia yakni

(6)

serius dan mengancam jiwa (American Cancer Society, 2013). Menurut

penelitian Ariawati, Windiastuti, dan Gatot (2007), yang mendapatkan

hasil bahwa pemberian kemoterapi ALL pada fase induksi dan fase

profilaksis SSP memperlihatkan berbagai toksisitas akut, seperti gejala

mual dan muntah yang terjadi paling banyak setelah pemberian MTX

dosis 1 g/m2 kemudian setelah pemberian MTX intratekal. Dampak

lainnya yang terjadi seperti neuropati setelah pemberian vinkristin dan

setelah pemberian MTX 1 g/m2, selanjutnya juga dijumpai adanya yang

mengalami Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) dengan hasil kultur

Staphillococcus epidermidis dan penurunan hemoglobin, leukosit,

trombosit pada minggu pertama dan kedua fase induksi kemungkinan

disebabkan oleh pendesakkan blas dalam sumsum tulang.

Nency (2011), juga menyebutkan bahwa fase induksi bertujuan

untuk mencapai remisi, untuk itu digunakan vincristin, glukokortikoid

ditambah L-asparaginase dan antrasiklin untuk dapat mencapai angka

remisi 95%. Pemakaian empat obat dalam fase induksi selain dapat

meningkatkan durasi remisi, namun juga dapat menimbulkan banyak

komplikasi karena mielosupresi. Mielosupresi pada ALL disebabkan oleh

invasi sel ganas pada sumsum tulang maupun karena pemberian

kemoterapi yang intensif. Hal ini akan menyebabkan kondisi anemia dan

trombositopenia. Kehilangan darah akibat trombositopenia juga akan

memperberat kondisi anemia dan tidak jarang berakhir pada kematian,

(7)

4

perdarahan adalah penyebab kematian utama pada ALL. Penggunaan

profilaksis trombosit dan dukungan transfusi darah sangat bermakna

menurunkan angka perdarahan. Transfusi sel darah merah juga sangat

sering digunakan dalam terapi anemia pada leukemia.

Berdasarkan kondisi di atas dapat dilihat bahwa anak pada

kemoterapi fase induksi sangat membutuhkan perawatan di rumah sakit

untuk mencapai remisi sedangkan untuk pemeliharaan kemoterapi dapat

diberikan pada pasien rawat jalan (Engram, 1999; American Cancer

Society,2013). Perawatan di rumah sakit sering kali menyebabkan stressor

primer pada anak, seperti cemas akan perpisahan dengan orang tua, cedera

tubuh dan nyeri (Wong et al, 2008). Dalam penelitiannya Umiati,

Rakhmawati, Simangunsong, Lukitowati, Fauzi dan Tehuteru (2010) juga

menyebutkan bahwa anak-anak penderita kanker menerima prosedur

pengobatan yang lama dan efek samping dari pengobatan. Hal tersebut

memberikan pengalaman pada anak dan menempatkan mereka pada

ketidaknyamanan kemoterapi dan nyeri berhubungan dengan prosedur

pengobatan. Oleh karena itu, anak-anak penderita leukemia yang

menjalani kemoterapi perlu didampingi oleh orang tua sebagaipengasuh

utama untuk mendapatkan dukungan dan perawatan dalam mencegah

dampak pengobatan yang diberikan.

Peran pengasuh utama ini biasanya didominasi oleh seorang ibu

karena tanggung jawabnya sebagai penyedia perawatan anak (Gamayanti

(8)

agar dapat menjalankan perannya sebagai perawat utama bagi anaknya

(Elcigil & Conk, 2010). Rendahnya kualitas hidup anak akibat penyakit

dan kemoterapi dapat menimbulkan stres bagi keluarga (Tamayo, 2010).

Stressor primer yang mempengaruhi kualitas hidup ibu yang memiliki

anak penderita kanker diantaranya penyakit, proses pengobatan, tuntutan

pengasuhan, kelemahan pasien, durasi dan kekambuhan penyakit (Sloper,

2000; Frank, Brown, Blount & Bunke, 2001 dikutip dari Bayat, Erdem &

Kuzucu, 2008).

Bjork, Wiebe dan Hallstrom (2005) melakukan penelitian kualitatif

dengan wawancara mendalam terhadap 17 keluarga tentang pengalaman

kehidupan keluarga saat anak didiagnosa kanker dan temuan dari

penelitian tersebut menghasilkan dua tema yakni kehidupan yang

berantakan dan berjuang untuk bertahan hidup. Ketika anak terdiagnosa

kanker akan mempengaruhi kehidupan keluarga dalam waktu yang lama.

Kehidupan keluarga yang aman digantikan oleh rasa takut, kekacauan, dan

kesepian. Selanjutnya Bjork et al., (2009) melakukan penelitian lagi

mengenai pengalaman keluarga selama pengobatan kanker pada anak.

Hasil penelitiannya mendapatkan enam tema, yaitu merasa lelah,

mengganggu kehidupan keluarga, perasaan terpenjara dan terisolasi,

mempertahankan keadaan normal, menjadi ahli dan mengubah perspektif

normal. Berikutnya, penelitian yang dilakukan oleh Elcigil dan Conk

(2010) yang lebih spesifik untuk menentukan beban ibu dengan anak yang

(9)

6

tema, yaitu beban sosial, emosional, fisik dan ekonomi dengan

menjelaskan strategi koping dari masing-masing tema.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengalaman keluarga yang memiliki anak dengan kanker tidak selamanya

negatif namun juga terdapat pengalaman yang positif seperti berjuang

untuk bertahan hidup, usaha mempertahankan keadaan normal, menjadi

ahli sehingga keluarga banyak dapat pelajaran dan mengetahui kenapa

tindakan tertentu harus dilakukan dan juga mengubah perspektif menjadi

normal dimana keluarga mencoba untuk selalu memikirkan hal positif.

Penelitian di atas juga membuktikan bahwa telah terdapat penelitian

tentang keluarga dan orang tua dengan anak penderita kanker, tetapi belum

ada peneliti temukan penelitian tentang pengalaman pertama orang tua

dengan anak penderita leukemia yang menjalani kemoterapi fase induksi

khususnya di Indonesia.

Pada studi pendahuluan tanggal 6-7 April 2014 di Ruang IRNA

Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil, Padang, peneliti telah

melakukan wawancara kepada tiga orang ibu yang sedang mendampingi

anaknya kemoterapi, dari hasil wawancara tersebut dua orang mengatakan

cemas saat anaknya akan dikemoterapi namun saat melihat anak lainnya

yang dikemoterapi rasa cemas mulai menurun, salah seorang ibu

mengatakan tidak tega melihat prosedur pengobatan yang dilakukan, dan

mereka mengatakan mengalami masalah ekonomi untuk pengobatan anak,

(10)

kepada suaminya karena anaknya yang belum kunjung sembuh serta ibu

mengatakan sangat merindukan anak lainnya yang sedang dititipkan

kepada keluarga di rumah.

RSUP Dr. M. Djamil Padang, saaat ini menggunakan protokol

pengobatan kanker Indonesia 2006 untuk menangani pasien dengan

leukemia terdiri dari 2 tipe, yaitu protokol kemoterapi resiko standar dan

protokol kemoterapi resiko tinggi. Pada protokol kemoterapi resiko tinggi

terdapat fase reinduksi, sedangkan pada protokol kemoterapi resiko

standar terdiri dari fase induksi, konsolidasi dan maintenance saja.

Protokol kemoterapi resiko tinggi berlangsung selama 17 minggu sebelum

masuk fase maintenance, dan resiko standar 12 minggu. Pada kedua

protokol, untuk fase induksi berlangsung selama 6 minggu.

Pengalaman pertama ibu yang mendampingi anak menjalani

kemoterapi dapat mempengaruhi kualitas hidup dari ibu, Hal ini sesuai

dengan penelitian Klassen et al., (2008) yang mengatakan bahwa orang tua

yang memiliki anak dengan kanker menunjukkan kualitas hidup yang

rendah. Berbeda dengan penelitian Gamayanti et al., (2012) bahwa ibu

dengan anak penderita leukemia yang menjalani kemoterapi memiliki

kualitas hidup tinggi. Kualitas hidup keluarga tinggi karena keluarga telah

beradaptasi dengan tanggung jawab perawatan sejak anak mengalami sakit.

Hal ini membuktikan bahwa keluarga khususnya ibu yang mendampingi

anak menjalani kemoterapi dapat beresiko untuk menjadi maladapftif

(11)

8

maladaptif yang terlalu lama pada ibu maka peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana pengalaman pertama ibu mendampingi anak penderita acute

limfoblastic leukemiamenjalani kemoterapi fase induksi.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana

pengalaman ibu dalam mendampingi anak penderita acute limfoblastic

leukemia menjalani kemoterapi pertama fase induksi. Dengan informasi

tersebut, maka diharapkan perawat anak dan pihak-pihak yang terkait

dalam perawatan anak penderita leukemia yang menjalani kemoterapi

dapat termotivasi dan segera memberikan tindakan keperawatan

berdasarkan masalah yang dirasakan oleh ibu selama mendampingi anak

kemoterapi fase induksi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah apakah makna dan arti pengalaman pertama ibu

dalam mendampingi anak penderita acute limfoblastic leukemiamenjalani

kemoterapi fase induksi di Ruang IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.

(12)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai

pengalaman pertama ibu mendampingi anak penderita acute

limfoblastic leukemia menjalani kemoterapi fase induksi di Ruang

IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui pengalaman pertama ibu dalam mendampingi anak

penderita acute limfoblastic leukemia menjalani kemoterapi fase

induksi di Ruang IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.

Djamil Padang tahun 2014.

b) Mengetahui pengalaman pertama ibu mengenai emosi dalam

mendampingi anak penderita acute limfoblastic leukemia menjalani

kemoterapi fase induksi di Ruang IRNA Kebidanan dan Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014.

c) Mengetahui pengalaman pertama ibu mengenai dampak terhadap

fisik dalam mendampingi anak penderita acute limfoblastic

leukemia menjalani kemoterapi fase induksi di Ruang IRNA

Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014.

d) Mengetahui pengalaman pertama ibu mengenai spiritual dalam

mendampingi anak penderita acute limfoblastic leukemia menjalani

kemoterapi fase induksi di Ruang IRNA Kebidanan dan Anak

(13)

10

e) Mengetahui pengalaman pertama ibu mengenai hambatan dalam

mendampingi anak penderita acute limfoblastic leukemia menjalani

kemoterapi fase induksi di Ruang IRNA Kebidanan dan Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014.

f) Mengetahui pengalaman pertama ibu mengenai dukungan dalam

mendampingi anak penderita acute limfoblastic leukemia menjalani

kemoterapi fase induksi di Ruang IRNA Kebidanan dan Anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pelayanan

Dengan hasil penelitian ini diharapkan, institusi pelayanan

kesehatan mampu menjawab kebutuhan pasien dan memberikan

tindakan keperawatan kepada ibu terkait masalah yang dialami saat

pertama kali mendampingi anak penderita acute limfoblastic leukemia

menjalani kemoterapi fase induksi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

untuk profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

terhadap klien dengan masalah fisik, psikologis, dan sosial sebagai

dampak dalam mendampingi anak penderita acute limfoblastic

(14)

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar,

pembanding dan sebagai landasan untuk peneliti selanjutnya dengan

ruang lingkup yang sama ataupun merubah variabel dan tempat

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembagian bentuk aljabar, jika pembagi merupakan suku satu maka hasil pembagian dapat ditentukan dengan cara seperti pembagian pada bilangan bulat, tetapi jika pembagi lebih

Another friend, a CPA, insists that the company should be using absorption costing rather than variable costing and argues that if absorption costing had been used the company

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI

decharge) kepada semua anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan atas tindakan pengurusan dan tindakan pengawasan yang telah mereka lakukan selama tahun buku 2016,

Secara khususnya, kajian akan melibatkan aspek-aspek kehidupan sosiobudaya Orang Kuala Rengit, Minyak Beku dan Kota Masai Johor, bahasa dan dialek, kegiatan ekonomi,

Suatu penangkapan seorang pelaku kejahatan penggunaan senjata api juga mempertimbangkan status sosial pelaku dimasyarakat. Status pelaku di masyarakat sangat mempengaruhi

Kata Derawan, Maratua, Kakaban, dan Sangalaki merupakan kata yang berasal dari bahasa Bajau, yang memiliki kemiripan dari segi makna dalam bahasa Indonesia dengan proses

After two years involved restructuring the operation to drive costs down and a fleet modernisation programme to replace a Boeing fleet with an all Airbus fleet, Warwick Brady