• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI : Studi Deskriptif Terhadap Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI : Studi Deskriptif Terhadap Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

(Studi Deskriptif Terhadap Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

IHSAN MURSALIN 0606941

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Profil Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Sekolah Menengah Atas Negeri

(Studi Deskriptif terhadap Guru Bimbingan dan Konseling

Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh Ihsan Mursalin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ihsan Mursalin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Ihsan Mursalin (2013). Profil Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas Negeri (Studi Deskriptif Terhadap Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)

Penelitian dilatarbelakangi oleh fenomena kinerja guru bimbingan dan konseling. Kinerja guru bimbingan dan konseling masih belum menunjukan kinerja bimbingan dan konseling terutama dalam aspek perencanaan layanan bimbingan dan konseling, pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, dan aspek evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling. Pendekatan yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini yaitu guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Cimahi. Subjek penelitian adalah enam guru bimbingan dan konseling yang terbaik menurut hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) bimbingan dan konseling tahun 2012 dari sekolah masing-masing. Instrumen peneliti berpedoman pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dikembangkan secara khusus oleh Pusbang Tendik, Badan PSDMPK dan PMP yang terdiri dari intrumen Evaluasi Diri dan instrumen Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru bimbingan dan konseling SMA Negeri di Kota Cimahi tahun ajaran 2012/2013, menurut pengawas umumnya berada pada kategori baik, satu responden masuk kepada kategori amat baik (91.6%), tiga responden masuk kepada kategori baik (82%, 82%, 79.1%), satu reponden kedalam kategori cukup (72%), dan satu responden masuk kepada kategori sedang (58%). Hasil penilaian kinerja guru menurut koordinator bimbingan dan konseling masing-masing sekolahnya guru bimbingan dan konseling semua berkategori amat baik. Artinya semua guru bimbingan dan konseling SMA Negeri di Kota Cimahi berkategori baik.

(5)

DAFTAR ISI

BAB II KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ... 11

A. Konsep Dasar Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling ... 11

B. Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling ... 18

C. Ciri-ciri Guru Bimbingan dan Konselin Profesional ... 23

D. Naskah Ilmiah Penilaian Kinerja Guru 2012 ... 29

E. Rubrik Peneliaian Kinerja Guru bimbingan dan Konseling ... 32

F. Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

B. Metode Penelitian ... 45

C. Definisi Operasional ... 46

D.Teknik dan Instrumen Penelitian ... 46

E. Prosedur Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Rekomendasi ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan

Konseling ... 49 3.3 Jadwal Wawancara ... 59 3.4 Kriteria Konveri Skor Penilaian Kinerja Guru ... 60 4.1 Gambaran Umum Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

SMA Negeri di Kota Cimahi ... 62 4.2 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 1 Menurut Pengawas ... 65 4.3 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 1 Menurut Koordinator Bimbingan dan Konseling ... 67 4.4 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 2 Menurut Pengawas ... 70 4.5 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 2 Menurut Koordinator Bimbingan dan Konseling ... 71 4.6 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 3 Menurut Pengawas ... 74 4.7 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 3 Menurut Koordinator Bimbingan dan Konseling ... 76 4.8 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 4 Menurut Pengawas ... 79 4.9 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 4 Menurut Koordinator Bimbingan dan Konseling ... 80 4.10 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 5 Menurut Pengawas ... 82 4.11 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 5 Menurut Koordinator Bimbingan dan Konseling ... 84 4.12 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 6 Menurut Pengawas ... 87 4.13 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Responden 6 Menurut Koordinator Bimbingan dan Konseling ... 88 4.14 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Menurut pengawas ... 90 4.14 Hasil Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Administrasi Penelitian 2 Instrumen Penelitian 3 Rubrik Penilaian

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan dan konseling di Indonesia, secara legal tercantum dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa konselor sebagai salah satu kualifikasi pendidik. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 171 pada ayat 1 dan 2. Pada ayat 1 menyatakan bahwa Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, yang berpartisipas dalamenyelenggarakan pendidikan. Pada ayat 2 konselor yang sebagai kualifikasi pendidik mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik professional yang memberikan pelayanan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

(11)

Pengembangan diri memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat setiap konseli sesuai dengan konsdisi sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstra kulikuler. menegaskan bahwa bimbingan dan konseling tetap sebagai bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan (khususnya jalur pendidikan formal). Pelayanan pengembangan diri yang terkandung dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) merupakan bagian dari kurikulum. Sebagian dari pengembangan diri dilaksanakan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian pengembangan diri hanya merupakan sebagian dari aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Posisi bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dapat terlukiskan pada gambar 1.1.

Gambar 1.1

Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal

(Depdiknas, 2008)

(12)

Mengacu kepada Standar Akademik dan Profesional Konselor, Gysbers dan Henderson, (Depdiknas, 2006: 40) untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan seorang konselor harus mampu: (1) merancang kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling; (2) mengimplementasikan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling; (3) menilai proses dan hasil kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling serta melakukan penyesuaian-penyesuaian sambil jalan (mid-course adjustments) berdasarkan keputusan transaksional selama rentang proses bimbingan dan konseling dalam rangka memandirikan konseli (mind competence).

Penelitian Muqodas (2011: 2) posisi layanan bimbingan dan konseling yang kurang menguntungkan ini bila dibiarkan akan membuat layanan bimbingan dan konseling terus terpuruk. Di satu sisi, eksistensi bimbingan dan konseling memiliki legalitas yang telah diakui secara formal, siswa memerlukan layanan bimbingan dan konseling untuk perencanaan masa depannya. Namun di sisi lain, secara nyata pengakuan seluruh lapisan masyarakat pendidikan dan pemanfaatan layanan oleh siswa belum dimanfaatkan seoptimal mungkin. Pernyataan temuan ini diperkuat oleh hasil penelitian Ilfiandra, et al (2006: 22) terhadap konselor, siswa, guru, dan kepala sekolah. Menunjukkan bahwa umumnya kinerja konselor pada sekolah belum memuaskan, di Kabupaten Bandung Sebagian besar (64,28%) kinerja konselor masuk pada kategori tidak memuaskan, sebagian kecil (35,71%) masuk pada kategori memuaskan, dan tidak ada konselor yang menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan. Urutan aspek kinerja yang tidak memuaskan yang ditampilkan oleh konselor menyangkut pengetahuan tentang keterampilan memberikan layanan BK (36,74%), kepribadian konselor (29,85%), dan pengetahuan tentang layanan BK (21,28%).

(13)

kategori kurang sebanyak 8 orang (10,83%). Artinya, sebagian besar guru bimbingan dan konseling SMA Negeri di Kota Bandung tahun ajaran 2011/2012 mampu berkinerja dengan baik.

Ningsih (2009: 127) mengungkap penelitian terhadap kompetensi konselor SMA di Kabupaten Cirebon. Data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap konselor SMA di kabupaten Cirebon dalam menjalankan tugas pokok sebagai konselor, kompetensi Pedagogik ditemukan yang menjawab tidak menguasai 0,00%, kurang

menguasai, 21,11%, menguasai 65,33%, sedangkan yang sangat menguasai sebanyak 13,56%. Kompetensi Kepribadian, ditemukan yang menjawab tidak menguasai 0,00%, kurang menguasai, 8,71%, menguasai 71,76%, sedangkan yang sangat menguasai sebanyak 19,53 %. Kompetensi Sosial, ditemukan pada yang menjawab tidak menguasai 1,23%, kurang menguasai 22,23%, menguasai 62,46%, sedangkan yang sangat menguasai sebanyak 13,85%. Kompetensi Profesional ditemukan yang menjawab tidak menguasai 1,67%, kurang menguasai, 19,91%, menguasai 63,72%, sedangkan yang sangat menguasai sebanyak 14,70%.

(14)

Profesi guru bimbingan dan konseling perlu tumbuh dan berkembang agar dapat memberikan layanan konseling dengan baik dalam perencanaan layanan bimbingan dan konseling, pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, dan evaluasi, tindak lanjut dan pelaporan layanan bimbingan dan konseling. Setiap guru bimbingan dan konseling perlu meningkatkan dan mengembangkan kompetensi yang merupakan suatu keharusan untuk kinerja dan layanan bimbingan dan konseling yang berkualitas. Bedasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, diperlukan adanya penelitian yang dapat mengungkap kualitas kinerja guru bimbingan dan konseling,

sehingga peneliti mengambil judul “Profil Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling

Sekolah Menengah Atas Negeri”. Melalui hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian

ini diharapkan dapat dilakukan intervensi lebih lanjut guna meningkatkan kinerja guru bimbingan dan konseling secara utuh.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Gambaran umum kompetensi bedasarkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas Kota Cimahi tahun 2012 yang sudah tersertifikasi diantaranya hanya tiga orang (14.28%) berada pada kategori baik. Adapun guru bimbingan dan konseling yang termasuk pada kategori cukup sebanyak sembilan guru bimbingan dan konseling (42.86%) dan pada kategori kurang sebanyak sembilan guru bimbingan dan konseling (42.86%). Artinya, guru bimbingan dan konseling di Kota Cimahi Kompetensi Profesionalnya kurang baik.

(15)

ompetensi profesional (professional competence) menyangkut kemampuan (ability) untuk berfungsi secara efektif di dalam tugas-tugas yang dianggap esensial di dalam suatu profesi. Ada dua domain yang luas dalam kompetensi profesional. Pertama adanya kecakapan-kecakapan (proficiencies) spesifik untuk suatu profesi

atau disiplin, meliputi: (1) disiplin-spesifik berbasis pengetahuan; (2) keterampilan teknis yang dianggap esensial di dalam profesi; dan (3) kemampuan untuk memecahkan tipe-tipe permasalahan yang dihadapi di dalam profesi. Kedua, konsep kompetensi profesional merepresentasikan karakteristik umum (general characteristics) individu yang memfasilitasi perkembangan dan pemeliharaan

kompetensi profesional: kemampuan intelektual, ciri-ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap dan nilai-nilai.

Faiver, Eisengart, dan Colonna, 2004 (Depdiknas, 2008: 51), penguasaan kompetensi profesional konselor terbentuk melalui latihan dalam menerapkan kompetensi akademik dalam bimbingan dan konseling yang telah dikuasai itu dalam konteks otentik di sekolah atau arena terapan layanan ahli lain yang relevan melalui program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) berupa Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang sistematis dan sungguh-sungguh (rigorous). Program ini terentang mulai dari observasi dalam rangka pengenalan lapangan, latihan ketrampilan dasar penyelenggaraan konseling, latihan terbimbing (supervised practice) yang kemudian terus meningkat menjadi latihan melalui penugasan terstruktur (self-managed practice) sampai dengan latihan mandiri (self-initiated practice) dalam program

pemagangan, kesemuanya di bawah pengawasan dosen BK/Konselor dan konselor pamong.

(16)

memilih instrumen, menganalisis data, mengaplikasikan dan mengadministrasikan, serta menggunakan hasil asesmen; (3) Guru bimbingan dan konseling dapat merancang program bimbingan dan konseling;

Aspek pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling: (4) Guru bimbingan dan konseling dapat mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL); (5) Guru bimbingan dan konseling dapat mengimplementasikan RPL (Satlan/Satkung) dalam pelayanan bimbingan dan konseling; (6) Guru bimbingan dan konseling dapat mengimplementasikan prinsip pendidikan dan dimensi pembelajaran dalam pelayanan bimbingan dan konseling.; (7) Guru bimbingan dan konseling dapat mengaplikasikan tujuan, prinsip, azas, dan fungsi dalam pelayanan bimbingan dan konseling; (8) Guru bimbingan dan konseling dapat memfasilitasi pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karir; (9) Guru bimbingan dan konseling dapat memfasilitasi perolehan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis; (10) Guru bimbingan dan konseling dapar memfasilitasi pengembangan sikap, perilaku dan kebiasaan belajar; (11) Guru bimbingan dan konseling dapat menerapkan pendekatan/model konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling; (12) Guru bimbingan dan konseling dapat melaksanakan pendekatan kolaboratif dengan pihak terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling; (13) Guru bimbingan dan konseling dapat mengelola sarana dan biaya pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling; (14) Guru bimbingan dan konseling dapat melakukan penilaian proses dan hasil pelayanan bimbingan dan konseling.

(17)

merancang, melaksanakan, dan memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan penelitian difokuskan kepada salah satu guru bimbingan dan konseling yang terbaik di sekolahnya dalam hasil Uji Kompetensi Guru Bimbingan dan konseling tahun 2012 untuk mengetahui gambaran kinerja guru bimbingan dan konseling Sekolah Menegeah Atas Negeri di Kota Cimahi lebih rinci dijabarkan dalam pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana gambaran umum kinerja guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi menurut evaluasi diri guru bimbingan dan konseling?

2. Bagaimana gambaran umum kinerja guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi menurut pengawas?

3. Bagaimana gambaran umum kinerja Guru Bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi menurut koordinator bimbingan dan konseling?

4. Apakah terdapat perbedaan kinerja guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi menurut penialaian pengawas dan koordinator bimbingan dan konseling?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum kinerja guru bimbingan dan konseling. Adapaun tujuan khusus penelitian adalah untuk

mengungkap:

1. Gambaran umum kinerja Guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi menurut evaluasi diri guru bimbingan dan konseling.

(18)

3. Gambaran umum kinerja Guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi menurut koordinator bimbingan dan konseling. 4. Gambaran umum kinerja Guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah

Atas Negeri di Kota Cimahi menurut perbedaan penialaian pengawas dan koordinator bimbingan dan konseling.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, hasil penelitian ini memiliki kegunaan, sebagai berikut :

1. Guru bimbingan dan konseling di sekolah, dapat meningkatkan kinerja guru bimbingan dan konseling.

2. Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi menjadikan bahan pertimbangan untuk program peningkatan kinerja guru bimbingan dan konseling.

3. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, untuk memperbanyak pelatihan-pelatihan, seminar dan workshop untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kinerja guru bimbingan dan konseling.

4. Kepada peneliti selanjutnya, untuk memberikan masukan mengenai permasalahan tentang profil kinerja guru bimbingan dan konseling yang signifikan untuk dikaji.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Pada Bab I dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

(19)

Pada Bab III dibahas mengenai lokasi dan sampel penelitian, langkah-langkah penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen dan pengumpulan data.

Pada Bab IV disajikan deskripsi dan hasil temuan penelitian yang mencakup hasil penelitian, analisis dan pembahasan hasil penelitian.

(20)

Ihsan Mursalin, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di seluruh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) kota Cimahi pada tahun ajaran 2012/2013.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 57). Populasi penelitian ini yaitu 36 guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Cimahi. Sampel penelitian adalah enam guru bimbingan dan konseling yang terbaik menurut pengawas, koordinator dan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) bimbingan dan konseling tahun 2012 dari sekolah masing-masing. Dengan demikian yang menjadi sampel penelitian adalah satu guru bimbingan dan konseling terbaik di sekolahnya.

(21)

Ihsan Mursalin, 2013

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu suatu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data secara nyata dan menggambarkan kondisi apa adanya dalam hasil penelitian mengenai profil kinerja kompetensi guru bimbingan dan konseling. Deskripsi data hasil penelitian tentang kinerja guru bimbingan dan konseling menjadi acuan kinerja kompetensi di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Cimahi.

Peneliti perpedoman kepada instrumen dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dikembangkan secara khusus oleh Pusbang Tendik, Badan PSDMPK dan PMP yang terdiri dari intrumen Evaluasi Diri dan instrument Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling. Intrumen penilaian kinerja guru tersebut digunakan oleh pengawas sekolah dan koordinator bimbingan dan konseling untuk mendapatkan data dan instrument evaluasi diri digunakan oleh guru Bimbingan dan konseling yang bersangkutan untuk memperoleh data yang nantinya dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti untuk memperoleh gambaran kinerja guru bimbingan dan konseling SMAN di kota Cimahi.

(22)

Ihsan Mursalin, 2013

kegiatan pembimbingan dapat dilakukan selama proses pembimbingan baik yang dilakukan dalam kelas maupun di luar kelas, baik pada saat pembimbingan individu maupun kelompok. Sama halnya dengan penilaian kinerja guru kelas/mata pelajaran, penilaian kinerja guru bimbingan dan konseling juga dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis dokumen perencanaan maupun dokumen pendukung lainnya serta catatan hasil pengamatan maupun hasil wawancara dengan peserta didik, orang tua dan teman guru tersebut dengan rubrik penilaian yang telah tersedia dalam paket instrumen penilaian kienerja.

C. Definisi Operasional Variabel

Guru bimbingan dan konseling adalah pendidik yang mempunyai kinerja dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling meliputi perencanaan layanan Bimbingan dan Konseling, persiapan layanan bimbingan dan konseling, pelakasanaan layanan bimbingan dan konseling, penilaian keberhasilan layanan bimbingan dan konseling, dan evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling.

Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan dan penerapan kompetensinya, seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, khususnya pada penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Penguasaan dan penerapan kompetensi tersebut sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran, pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan yang sesuai dengan fungsi sekolah/madrasah (Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, 2012: 5).

D. Teknik dan Instrumen Penelitian

(23)

Ihsan Mursalin, 2013

menggunakan hasil data penilaian kinerja guru bimbingan dan konseling yang diperoleh dari penilai (Pengawas dan Koordinator Bimbingan dan Konseling) dan mewawancarai penilai untuk mendapatkan hasil yang objektif, akurat, tepat, valid, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Instrumen dan pedoman wawancara yang dibuat adalah untuk mengungkap kinerja kompetensi guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Cimahi. Instrumen ini dikonstruksikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dikembangkan secara khusus oleh Pusbang Tendik, Badan PSDMPK dan PMP. Sistem penilaian kinerja guru adalah sebuah sistem penilaian kinerja berbasis bukti (evidence-based appraisal) yang didesain untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara individu dalam melaksanakan tugas utamanya sebagai guru profesional. Instrumen terdiri dari evaluasi diri guru bimbingan dan konseling, penilaian kinerja guru bimbingan dan konseling oleh pengawas dan koordinator bimbingan dan konseling, yang bertujuan untuk menganalisis gambaran umum kinerja guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Cimahi. Pedoman wawancara adalah untuk mengungkap kinerja guru bimbingan dan konseling secara rinci setelah dilakukan penilaian oleh pengawas dan koordinator bimbingan dan konseling sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.

1. Kisi-Kisi Instrumen

(24)

Ihsan Mursalin, 2013

(Pengawas dan Koordinator bimbingan dan konseling) pada saat melakukan pengamatan.

Kisi-kisi instrumen evaluasi diri yang digunakan oleh guru bimbingan dan konseling yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut.

Table 3.1

Kisi-Kisi Evaluasi Diri Guru Bimbingan dan Konseling

Dimensi Tugas Utama/Indikator Kinerja Evaluasi diri terhadap

Indikator Kinerja

A PERENCANAAN LAYANAN BK

1. Guru bimbingan dan konseling dapat menunjukkan landasan

keilmuan dan esensi layanan BK pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan dalam perencanaan layanan BK.

2. Guru bimbingan dan konseling dapat menyusun atau memilih

instrumen, menganalisis data, mengaplikasikan dan mengadministrasikan, serta menggunakan hasil asesmen.

3. Guru bimbingan dan konseling dapat merancang program BK.

B PELAKSANAAN LAYANAN BK

Persiapan Layanan BK

4. Guru bimbingan dan konseling dapat mengaplikasikan

dasar-dasar pelayanan BK dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL)

Pelaksanaan Layanan BK

5. Guru bimbingan dan konseling dapat mengimplementasikan

RPL (Satlan/Satkung) dalam pelayanan BK.

6. Guru bimbingan dan konseling dapat mengimplementasikan

prinsip pendidikan dan dimensi pembelajaran dalam pelayanan BK.

7. Guru bimbingan dan konseling dapat mengaplikasikan tujuan,

prinsip, azas, dan fungsi dalam pelayanan BK.

8. Guru bimbingan dan konseling dapat memfasilitasi

pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karir.

9. Guru bimbingan dan konseling dapat memfasilitasi perolehan

pelayanan BK sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.

10. Guru bimbingan dan konseling dapar memfasilitasi

pengembangan sikap, perilaku dan kebiasaan belajar.

11 Guru bimbingan dan konseling dapat menerapkan

(25)

Ihsan Mursalin, 2013

Dimensi Tugas Utama/Indikator Kinerja Evaluasi diri terhadap

Indikator Kinerja

12. Guru bimbingan dan konseling dapat melaksanakan

pendekatan kolaboratif dengan pihak terkait dalam pelayanan BK.

13 Guru bimbingan dan konseling dapat mengelola sarana dan

biaya pelaksanaan pelayanan BK.

Penilaian Keberhasilan Layanan BK

14 Guru bimbingan dan konseling dapat melakukan penilaian

proses dan hasil pelayanan BK.

C EVALUASI, PELAPORAN DAN TINDAK LANJUT LAYANAN BK

15. Guru bimbingan dan konseling dapat mengevaluasi program

BK.

16. Guru bimbingan dan konseling dapat menyusun laporan

pelaksanaan program (Lapelprog) berdasarkan hasil evaluasi program BK.

17. Guru bimbingan dan konseling dapat menentukan arah profesi

(peran dan fungsi guru bimbingan dan konseling).

18. Guru bimbingan dan konseling dapat merancang,

melaksanakan, dan memanfaatkan hasil penelitian dalam BK.

Kisi-kisi instrumen penilaian kinerja guru bimbingan dan konseling yang digunakan oleh pengawas dan koordinator bimbingan dan konseling dilihat pada`tabel berikut.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling untuk Pengawas dan Koordinator Bimbingan Dan Konseling

Variabel Dimensi Tugas Utama

a. Guru bimbingan dan konseling

dapat menunjukkan landasan keilmuan dan esensi layanan BK pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan dalam perencanaan layanan BK.

1,2,3,4 4

b. Guru bimbingan dan konseling

dapat menyusun atau memilih instrumen, menganalisis data, mengaplikasikan dan

mengadministrasikan, serta

(26)

Ihsan Mursalin, 2013

Variabel Dimensi Tugas Utama

c. Guru bimbingan dan konseling

dapat merancang program BK

a. Guru bimbingan dan konseling

dapat mengaplikasikan teori dan

b. Guru bimbingan dan konseling

dapat mengimplementasikan

c. Guru bimbingan dan konseling

dapat mengimplementasikan

d. Guru bimbingan dan konseling

dapat mengaplikasikan tujuan, prinsip, azas, dan fungsi dalam pelayanan BK.

28,29, 30,31

4

e. Guru bimbingan dan konseling

dapat memfasilitasi pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karir.

32,33,34 3

f. Guru bimbingan dan konseling

dapat memfasilitasi perolehan pelayanan BK sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.

35,36,37 3

g. Guru bimbingan dan konseling

dapar memfasilitasi

h. Guru bimbingan dan konseling

dapat menerapkan

i. Guru bimbingan dan konseling

dapat melaksanakan pendekatan kolaboratif dengan pihak terkait dalam pelayanan BK.

46,47,48 3

j. Guru bimbingan dan konseling

dapat mengelola sarana dan biaya

(27)

Ihsan Mursalin, 2013

Variabel Dimensi Tugas Utama

k. Guru bimbingan dan konseling

dapat melakukan penilaian proses

a. Guru bimbingan dan konseling

dapat mengevaluasi program BK.

56,57, 58,60

4

b. Guru bimbingan dan konseling

dapat menyusun laporan pelaksanaan program

(Lapelprog) berdasarkan hasil evaluasi program BK.

61,62,63 3

c. Guru bimbingan dan konseling

dapat menentukan arah profesi

d. Guru bimbingan dan konseling

dapat merancang, melaksanakan,

(28)

Ihsan Mursalin, 2013

Pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dimaksudkan untuk menganalisis data atau informasi mengenai kinerja guru bimbingan dan konseling tersertifikasi di SMA Negeri di Kota Cimahi?

1) Apakah Program BK yang disusun responden memuat landasan keilmuan pendidikan (yuridis, filosofis, psikologis, sosial-budaya, religius)?

2) Apakah responden menyusun program BK yang mengidentifikasikan pelayanan BK pada jalur pendidikan formal (misal : program dibuat pada awal tahun pelajaran, program diperuntukkan bagi semua peserta didik, kegiatan diberikan di dalam dan di luar kelas, pelaksana kegiatan dilakukan oleh responden)?

3) Apakah responden menyusun program BK yang disesuaikan dengan karakteristik jenis pendidikan di SMA?

4) Apakah responden menyusun program BK yang didasarkan upaya membantu peserta didik untuk mencapai tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangan di sekolah?

5) Apakah responden menyusun atau memilih instrumen asesmen yang telah tersedia (ITP, AUM, DCM, dll) dan mengolah hasil analisis data asesmen dan hasil analisis data digunakan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik terhadap layanan BK?

6) Apakah responden mengunakan hasil analisis data untuk mengungkap kondisi nyata kebutuhan peserta didik/konseli dan hasil analisis data digunakan untuk menentukan materi bidang pelayanan BK?

7) Apakah Responden mengadminisitrasikan hasil asesmen secara rapi dan mudah digunakan?

(29)

Ihsan Mursalin, 2013

9) Apakah responden menyusun program BK (tahunan, semester, bulanan, mingguan dan harian) yang memuat materi, bidang, kegiatan layanan, kegiatan pendukung, sarana, biaya, dan jadwal kegiatan?

10)Apakah responden menentukan materi layanan BK berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik terhadap layanan BK?

11)Apakah responden menentukan kegiatan layanan BK berdasarkan materi dan tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan BK?

12)Apakah responden menentukan kegiatan pendukung berdasarkan urgensi kegiatan pendukung dalam mendukung ketercapaian tujuan pelayanan BK?

13)Apakah responden merencanakan sarana dan/atau biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program BK secara rasional?

14)Apakah responden menyusun jadwal kegiatan pelayanan BK berdasarkan pertimbangan isi materi, jenis kegiatan layanan, dan kalender pendidikan? 15)Apakah responden menyusun RPL yang memuat tujuan, materi (topik atau

permasalahan), kegiatan, sumber bahan/alat, dan instrumen penilaian? 16)Apakah responden merumuskan tujuan dalam RPL secara operasional

sesuai materi dan kegiatan layanan yang diberikan?

17)Apakah responden menuliskan materi layanan dalam RPL berdasarkan sumber bahan (referensi) yang menjadi rujukan dalam penulisan materi layanan BK?

18)Apakah responden merumuskan kegiatan layanan dalam RPL sesuai dengan jenis kegiatan layanan BK yang diberikan?

19)Apakah responden menentukan jenis penilaian dan menyusun instrumen penilaian dalam RPL yang akan digunakan dalam kegiatan layanan BK? 20)Apakah responden melaksanakan pelayanan BK sesuai dengan kegiatan

(30)

Ihsan Mursalin, 2013

21)Apakah responden memberikan layanan BK mencakup seluruh materi yang direncanakan dalam RPL?

22)Apakah responden memberikan pelayanan BK dengan menggunakan berbagai pengembangan materi (seperti : permainan, gambar, suara, film atau cerita) dan metode yang bervariasi sehingga memotivasi peserta didik/konseli untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan BK?

23)Apakah responden menggunakan intrumen penilaian yang telah disusun secara tepat sesuai rencana dalam RPL?

24)Apakah responden menyusun Program BK, Daftar Siswa Asuh, Peta Siswa, Buku Perkembangan Pribadi, RPL (Satlan/ Satkung) mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan seperti pengembangan potensi peserta didik/konseli secara optimal?

25)Apakah responden menyusun Program BK, Daftar Siswa Asuh, Peta Siswa, Buku Perkembangan Pribadi, RPL (Satlan/ Satkung) dengan memperhatikan usia, tahap dan tugas perkembangan peserta didik?

26)Apakah responden memberikan pelayanan BK yang memfasilitasi pengembangan peserta didik untuk mengetahui, melakukan, hidup bersama dan percaya pada Tuhan YME?

27)Apakah responden memberikan pelayanan BK yang memperhatikan keunikan peserta didik, seperti latar belakang sosial, ekonomi dan budaya peserta didik/konseli?

28)Apakah responden menyusun RPL (Satlan/Satkung) yang memuat tujuan pelayanan BK yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik?

(31)

Ihsan Mursalin, 2013

sasaran layanan, permasalahan yang dialami peserta didik/konseli , program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan?

30)Apakah responden memberikan pelayanan BK yang memperhatikan asas-asas pelayanan BK diantaranya asas-asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus, dan tut wuri handayani?

31)Apakah responden memberikan pelayanan BK yang memenuhi fungsi pelayanan, diantaranya pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan, dan advokasi?

32)Apakah responden menyusun RPL (Satlan dan Satkung) memuat bidang layanan BK (pribadi, sosial, belajar dan/atau karir(?

33)Apakah responden mencatat perkembangan peserta didik/konseli pada Buku Perkembangan Pribadi dan/atau catatan kejadian (anekdot) yang mencakup empat bidang layanan BK (pribadi, sosial, belajar dan/atau karir)?

34)Apakah responden memberikan pelayanan BK yang memfasilitasi pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik/konseli 35)Apakah responden mengembangkan pribadi, sosial, belajar dan karir

peserta didik/konseli melalui kegiatan pelayanan BK?

36)Apakah responden menyusun RPL (Satlan atau satkung) dan laporan konseling yang memfasilitasi pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis peserta didik/konseli?

37)Apakah responden memberikan pelayanan BK yang memfasilitasi pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis peserta didik/konseli? 38)Apakah responden melaksanakan pelayanan BK yang memberikan

(32)

Ihsan Mursalin, 2013

39)RPL (Satlan dan Satkung) mengidentifikasikan Apakah responden pengembangan sikap, perilaku, dan kebiasaan belajar peserta didik/konseli?

40)Proses pelayanan BK mengembangkan sikap positif terhadap diri dan lingkungan individu peserta didik/konseli?

41)Proses pelayanan BK yang diberikan mengembangkan perilaku peserta didik/konseli sesuai nilai, norma dan aturan yang berlaku?

42)Proses pelayanan BK yang diberikan mengembangkan kebiasaan belajar 43)Apakah responden menyusun RPL yang memuat penerapan salah satu

pendekatan/model konseling, misal : behavioral, rational emotif terapi, gestalt, dll?

44)Apakah responden menyusun RPL yang memuat tahapan kegiatan konseling sesuai dengan pendekatan/model konseling yang digunakan? 45)Apakah responden memilih salah satu pendekatan/model konseling

dengan pertimbangan lebah pada upaya membantu peserta didik/konseling dalam menyelesaikan masalahnya?

46)Guru BK melaksanakan proses konseling sesuai dengan kegiatan yang direncanakan?

47)Apakah responden berkolaborasi dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, tata usaha dalam penyusunan dan pelaksanaan program BK?

48)Apakah responden berkoborasi dengan lembaga terkait, ahli lain, dunia usaha dalam pelayanan BK

49)Apakah responden dalam berkolaborasi dengan fihak-fihak terkait memperhatikan kaidah-kaidah pelayanan BK, misal : tetap menjaga asas kerahasiaan, dilakukan dengan prosedur yang benar, dll?

(33)

Ihsan Mursalin, 2013

51)Apakah responden menggunakan biaya pelaksanaan pelayanan BK sesuai dengan peruntukannya?

52)Apakah responden mempertanggungjawabkan penggunaan biaya pelaksanaan pelayanan BK dengan dibuktikan keterlaksanaan kegiatan? 53)Apakah responden melakukan penilaian proses pada saat pemberian

layanan BK?

54)Apakah responden melakukan penilaian hasil layanan BK (Laiseg) sebelum atau sesudah diakhirinya pelayanan BK?

55)Apakah responden dapat menunjukkan bukti penilaian proses berupa catatan keterlibatan peserta didik/konseli dan/atau pihak-pihak lain dalam pelayanan BK?

56)Apakah responden dapat menunujukkan bukti penilaian hasil berupa instrument dan analisis hasil penilaian yang digunakan dalam pelayanan BK?

57)Apakah responden mengevaluasi program BK mulai dari penyusun program, penyusunan RPL (Satlan/Satkung), pelaksanaan dan penilaian proses dan hasil layanan BK?

58)Hasil evaluasi ada pada laporan pelaksanaan program (lapelprog)

59)Apakah responden mengalisis hasil evaluasi program BK dan menentukan tindak lanjut dari kegiatan pelayanan BK yang dilakukan? Rumusan tindak lanjut ada pada laporan pelaksanaan program (lapelprog) 60)Apakah responden mensosilasisasikan hasil evaluasi program BK pada

pihak terkait?

61)Apakah responden menyusun laporan pelaksanaan program (lapelprog) berdasarkan hasil evaluasi program BK?

(34)

Ihsan Mursalin, 2013

63)Apakah responden mensosialisasikan laporan pelaksanaan program pada pihak-pihak terkait?

64)Apakah responden memberdayakan kekuatan pribadi dan keprofesionalannya pada berbagai kegiatan akademik di sekolah, seperti pendampingan siswa dalam lomba, pemilihan jurusan/sekolah lanjutan, dll)? 65)Guru BK/ Konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan

pengembangan diri melalui organisasi profesi MGBK, ABKIN, atau organisasi profesi sejenis lainnya?

66)Apakah responden menyelenggarakan pelayanan BK sesuai dengan kewenangan (misal : menangani individu normal, bukan masalah kriminal, bukan gangguan psikologis akut, dsb) dan kode etik profesional konselor? 67)Apakah responden lebih mementingkan peserta didik/konseli dari pada kepentingan pribadi (misal : berusaha menempati perjanjian waktu pelaksanaan konseling)?

68)Apakah responden membuat proposal penelitian dengan rumusan masalah yang didasarkan pada masalah yang ditemukan dalam proses pelayanan BK?

69)Apakah responden menyusun proposal berdasarkan kaidah-kaidah penulisan karya tulis ilmiah?

70)Apakah responden melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian, misal prosedur penelitian tindakan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dan minimal 2 siklus?

71)Apakah responden menyusun laporan penelitian berdasarkan kaidah-kaidah penulisan karya tulis ilmiah?

72)Apakah responden memanfaatkan hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel, jurnal, atau makalah ilmiah yang dipresentasikan dalam forum ilmiah?

(35)

Ihsan Mursalin, 2013

1. Penyusunan Proposal Penelitian

Pembuatan proposal penelitian merupakan pengembangan dari penentuan rumusan masalah , kajian teori dan menentukan instrumen penilaian kinerja guru dan evaluasi diri dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dikembangkan secara khusus oleh Pusbang Tendik, Badan PSDMPK dan PMP. 2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian dilakukan untuk memenuhi kelengkapan administrasi penelitian. Perizinan diawali dengan surat permohonan penelitian kepada Dekan FIP UPI melalui jurusan Bimbingan dan Konseling, kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi sebagai pengantar ke pengawas sebagai penilai ke sekolah yang diteliti.

3. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tangga l6 Mei-15 Juni 2013 dari pengawas sekolah yang setelah melakukan penilaian kinerja guru dan hasil evaluasi diri di SMAN kota Cimahi. Peneliti melakuakan wawancara kepada pengawas dengan 6 kali pertemuan secara berkala setelah pengawas selesai memberikan penilaian. Wawancara peneliti dengan pengawas bisa dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Jadwal Wawancara

Pertemuan Ke-

Tanggal Wawancara

Lokasi Wawancara

1 17 Mei Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

2 20 Mei Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

3 22 Mei Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

4 24 Mei Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

5 27 Mei Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

(36)

Ihsan Mursalin, 2013

7 3 Juni Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

8 5 Juni Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

9 10 Juni Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

10 11 Juni Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

11 12 Juni Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

12 14 Juni Kantor Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Setelah mendapatkan data peneliti menghitung data hasil peniaian kinerja guru bimbingan dan konseling menganalisis data penilaian kinerja guru dengan evaluasi guru bimbingan dan konseling mendeskripsikan hasil analisis.

F. Pengolahan Data dan Analisis Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul, maka data hasil penelitian diolah dan dianalisis. Gambaran umum kinerja Guru bimbingan dan konseling didapat dari distribusi skor dan hasil wawancara dari pengawas, koordinator bimbingan dan konseling dan evaluasi diri Guru bimbingan dan konseling. Teknik untuk mengolah data angket dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Berdasarkan jumlah pernyataan YA atau TIDAK tersebut, penilai menentukan nilai setiap indikator kinerja (4, 3, 2, atau 1) dengan terlebih dahulu menghitungnya dengan rumus berikut:

2. Konversikan nilai tersebut dari prosentase ke angka dengan mengacu kepada rentang prosentase sebagai berikut:

a. 75 % < X ≤ 100 % = 4; b. 50 % < X ≤ 75 % = 3; c. 25 % <X ≤ 50 % = 2; dan d. 0 % < X ≤ 25 % = 1.

(37)

Ihsan Mursalin, 2013

ini selanjutnya dikonversikan ke dalam skala nilai sesuai dengan Permennegpan dan RB No. 16 Tahun 2009;

4. Konversi Nilai Kinerja Hasil Penilaian Kinerja Guru kedalam kategori

Tabel 3.4

Kriteria Konveri Skor Penilaian Kinerja Guru (Permenneg PAN RAN RB No 16 Tahun 2009, Pasal 15)

Nilai Hasil Penilaian Kinerja Guru

Kategori

91 – 100 Amat baik

76 – 90 Baik

61 – 75 Cukup

51 – 60 Sedang

≤ 50 Kurang

(38)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

(39)

dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi menurut koordinator bimbingan dan konseling masing-masing sekolahnya responden semua berada pada kategori amat baik.

Gambaran umum kinerja Guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi dilihat pada perbedaan penilaian yang paling besar dalah perbedaan penilaian antara pengawas dan koordinator bimbingan dan konseling terlihat pada aspek perencanaan layanan bimbingan dan konseling adalah indikator yang masih dalam kategori rendah adalah guru bimbingan dan konseling dapat menyusun atau memilih instrumen, menganalisis data, mengaplikasikan dan mengadministrasikan, serta menggunakan hasil asesmen. Aspek pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah indikator guru bimbingan dan konseling dapat menerapkan pendekatan/model konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, direkomendasi kepada pihak sebagai berikut.

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling yang berkategori sedang dan cukup disarankan untuk secara terus menerus meningkatkan pengetahuan tentang instrumentasi, manajemen dan upaya pemberian bantuan kepada siswa dalam bimbingan dan konseling dengan membaca atau menelaah buku-buku atau jurnal-jurnal yang relevan dan menghadiri seminar dan diskusi yang terkait dengan profesi konseling.

2. Pengawas Dinas Pendidikan Kota Cimahi

(40)

Perlu lebih banyak mengadakan/mefasilitasi calon guru dan guru bimbingan dan konseling dengan seminar, workshop, pelatihan-pelatihan, observasi dan diskusi dengan mengundang/berkunjung pengawas bimbingan dan konseling atau pihak Dinas Pendidikan dan mengundang/berkunjung ke sekolah.

4. Penelitian Selanjutnya

a. Sampel guru bimbingan dan konseling yang diteliti saat ini baru berjumlah 6 dari 36 guru bimbingan dan konseling yang sudah disertifikasi di SMA Negeri Kota Cimahi. Untuk peneliti selanjutnya dapat menambahkan sampel/populasi guru bimbingan dan konseling yang sudah tersertifikasi.

b. Meneliti semua guru bimbingan dan konseling dengan latar belakang S1 Jurusan bimbingan dan konseling maupun bukan berlatar bimbingan dan konseling (mismatch), untuk yang sudah terserifikasi maupun yang belum tersertifikasi.

(41)

ABKIN. (2008). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Jakarta: pengurus Besar ABKIN

ASCA. 2003. National Model. A Framework for School Counseling Programs. ______.2005. National Model. A Framework for School Counseling Programs. ______.2012. National Model.A Framework for School Counseling Programs;

Third Edition.

Depdiknas (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung : ABKIN

Depdiknas. (2003). UU Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional., Jakarta : Depdiknas.

______. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Bandung: UPI.

______. 2007. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

Dini, A (2010) Profil Kualitas Pribadi Guru Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Bandung (Studi Deskriptif Terhadap Kualitas Pribadi Guru Bimbingan dan Konseling padaTahun Ajaran 2010/2011)

Eraut, Michael. (1994). Developing Professional Knowledge And Competence. Philadelphia : Routledge

Furqon, et al. (2001). “Peningkatan Kinerja Professional Guru Pembimbing Melalui tindakan Kolaboratif Guru-Dosen”. Bandung. Penelitian PPB FIP UPI.

Gysbers, N. C dan Henderson. P. (2006). Developing & Managing Your School Guidance & Counseling Program. (4th edition). Alexandria, VA:ACA. Hakim, Ibrahim Al (2011) Program Supervisi Untuk Meningkatkan Kinerja

Guru Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Studi Deskriptif ke Arah Pengembangan Program Supervisi pada Beberapa Sekolah di Kota Bandung). Bandung : Jurusan Bimbingan dan Konseling UPI.

Ilfiandra, et al. (2006) “Peningkatan Mutu Tata Kelola Layanan Bimbingan dan Konseling Pada Sekolah Menengah Atas Di Provinsi Jawa Barat”. Bandung. Penelitian PPB FIP UPI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Pembinaan Dan Pengembangan Profesi Guru (Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru):

Buku 2

Muqodas, (2011). Tesis. Efektivitas Model Service Quality Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Bimbingan Dan Konseling : (Penelitian Quasi Experiment di SMAN 18 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Bandung : Jurusan Bimbingan dan Konseling UPI.

(42)

National Centre for Guidance in Education (2004) Planning the School Guidance Programme.Dublin

Nilsson, Staffan. (2007) From higher Education to professional practice a comparative study of physicians and engineers learning and competence use . Linköping : Linköping University Department of Behavioural Sciences and Learning

Ningsih, Emin (2009) Peigembangan Prograrn Supervisi Bimbingan Konseling Untuk Meninskatkai Kompetensi Konselor (Studi Deskriptif terhadap Konselor SMA di kabupaten Cirebon). Bandung : Jurusan Bimbingan dan Konseling UPI.

Nova Scotia Teacher Union. (2007). Comprehensive Guidance and Counselling Program. Nova Scotia: crown

Nurihsan, Juntika. (2008). Kualitas Hubungan Guru Bimbingan dan konseling dengan Siswa dalam Konseling dan Hubungannya dengan Perilaku Efektif Siswa (Konsep Aplikasi Bimbingan dan Konseling). Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI

Panitia Sertifikasi Guru Rayon XII, (2008). Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Universitas Negeri Semarang

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (2008) : standar kualifikasi dan kompetensi konselor

_______. 2010. Nomor 35 : petunjuk teknis pelaksanaanjabatan fungsional guru dan angka kreditnya

Spencer, L.M., Spencer, S.M, (1993), Competence at Work: Model for Superior Performance. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Suherman, AS., U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung : Madani Karya

_______. (2008). Pengembangan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling. Makalah, disajikan dalam PLPG 2008, Bandung: Panitia Sertifikasi Guru dalam Jabatan Rayon 10 Jawa Barat.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Taufik, Agus. (2008). Desertasi. Kompetensi Profesional Konselor Dan Peningkatannya Melalui Supervisi Yang Efektif

The Idaho School Counseling Model. A Framework for Comprehensive

Programs. [online]. Tersedia di:

http://www.pte.idaho.gov/pdf/Career_Guidance/School_Counseling_Mo del/Professional_School_Counselor_Performance_Standards.pdf.

The South Carolina Department of Education. (2008) Comprehensive Developmental Guidance and Counseling Program Model. Columbia, South Carolina.

(43)

Gambar

  Tabel         2.1       Performance Standars for School Counselor In  the ASCA National
Gambar 1.1  Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Table 3.1 Kisi-Kisi Evaluasi Diri  Guru Bimbingan dan Konseling
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kinerja PMO dengan keteraturan berobat dan kepatuhan minum obat pasien TB paru menggunakan

3) Daftar pustaka disusun dengan gaya Vancouver sesuai urutan penampilan di dalam naskah. Tidak dibenarkan menuliskan daftar pustaka yang tidak disinggung sama

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa akad bai’ al wafa’ menurut BMT UGT Sidogiri Cabang Malang Kota adalah akad gabungan bai’ dan rahn yang diterapkan pada produk

Hal ini menunjukkan bahwa pemodelan status pemberian ASI di Kabupaten Sragen tahun 2014 menggunakan metode MARS dan algoritma C4.5 menghasilkan nilai

dengan metode tafsir al-Qur’an seperti ini, menurut Hanafi, seorang Mufasir yang ingin mendekati makna al-Qur’an tidak saja mendeduksi makna dari teks, tapi

Meningkatkan capacity building and quality management menuju daya saing yang tinggi melalui penerapan “ good governance ” pada tingkat fakultas maupun program studi,

Pendekatan lainnya, di samping storyboard, adalah melengkapi dengan flowchart game yang akan menunjukkan gambaran umum alur game. Secara umum game ini memiliki tiga.. tahap,

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU