KRITIS SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN SLEMAN
YOGYAKARTA PADA MATERI “SISTEM PENCERNAAN MANUSIA”
MELALUI METODE PQ4R
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh: Yani NIM : 091434013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KRITIS SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN SLEMAN
YOGYAKARTA PADA MATERI “SISTEM PENCERNAAN MANUSIA”
MELALUI METODE PQ4R
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh: Yani NIM : 091434013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
MtrTIINGKATKAIY HASIL BELAJAR DAIY KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS
VIII B
SMP KAIYISIUS KALASAI\I SLEMAN YOGYAKARTA PAI}AMATE*I
OSISTEM PENCERNAAI\T MAhIUSIA''MELAL{ilMETODE
PglR
Telah disetuiui olch:
Pembimbing
u
SKRIPSI
MEI\III{GKATKAI\I HASIL BELAJAR I}AI\I KEMAMPUAN BERPIKIR
KRIfiS
SISWA KELASYIII
B SMP KA}ISTUS KALASAIY SLEMAN YOGYAKARTA PADA MATERI *SISTEIT,I PENCERNAAilI MAI\TUSIA"MELALUI METODE P84R
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
Dipersiapkan dan dihrlis oleh
Yani
NIM:091434013
Telah
di depan Panitia PengujiPada tanggal 6 Februari 2013
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
: Drs. Aufridus Atmadi, M.Si.
Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.Sc. Luisa Diana Handoyo, S.Si., M.Si.
Drs- Soetardhi Sumartodwiatmodjo, M.Pd.
Dr. h. P. lViryono Priyotarntarn4 S.J.
Yogyakarta" 6 Februari 2013
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
ll1
tr
Tanda-tansan
,
ff^,|
,
*ffi,
(...-&...[:.-.:.(....
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Pencipta Pengetahuan dan Hikmat
Adik-adik angkatanku tercinta
Prodiku tercinta
Pembaca skripsi ini
Keluargaku tercinta
v
M OTTO
Diri kita yang menjadikan kita lemah
ataukah kuat
viii
ABSTRAK
Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIIIB SMP Kanisius Kalasan Sleman Yogyakarta Pada Materi “Sistem
Pencernaan Manusia” Melalui Metode PQ4R
Yani, 2013, Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan manusia.
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII B, SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Ajaran 2012-2013. Komponen pengumpulan data yang digunakan berasal dari hasil penilaian pre-test, post-test, lembar observasi, dan LKS.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas model Sanford dan Kemmis yang terdiri atas tindakan berulang dimulai dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, disimpulkan metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar dan kekritisan siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil belajar siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan yang telah memenuhi batas indikator penelitian, dimana 60% siswa dapat tuntas dengan KKM 70. Hasil belajar pada aspek kognitif menunjukkan peningkatan persentase kelulusan siswa dimana pada siklus II 67,57% siswa berhasil mencapai nilai KKM 70, nilai ini lebih tinggi dari dari nilai pre-test (29,72%) dan post-test I (5,41%). Hasil belajar pada aspek afektif secara klasikal pada siklus II mencapai 76,67%, naik 15% dari penilaian afektif pada siklus I. Pada aspek psikomotorik siklus II menunjukkan perkembangan dimana sebanyak 73% siswa telah aktif dikelas. Pembelajaran dengan metode PQ4R juga menunjukkan perkembangan kekritisan siswa dimana ketuntasan belajar mencapai 67,57% pada siklus II meningkat 32,43% dari nilai kekritisan pada pre-test.
ix
ABSTRACT
Increasing the Learning Performance and the Ability to Think Critically of the Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School Students Grade VIII B
through PQ4R Method in the Chapter “Human Digestion Systems”
Yani, 2013, Sanata Dharma University
The purpose of this research is to know how far the PQ4R method, increases the student’s learning performance and their ability to think critically on human digestion systems subject.
The research chooses as its target group the student of Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School grade VIII B, 2012-2013 periods. The data were collected from the evaluation of pre-test, post-test, observation sheet, and student worksheet.
This research used Sanford and Kemmis method consisting of stages: planning, action, observation, evaluation, and reflection that was applied repeatedly until reaching the desired result and quality.
Based on the result of this research, it can be concluded that PQ4R method could increase the student’s learning performance and the ability to think critically. The student’s learning performance of the Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School student grade VIII B has reached the research indicator. It showed that 60% of the student got score over 70, the standard score. The learning performance of the cognitive aspect showed the percentage increase of students who performed over the passing grade. In the second cycle (cycle two), 67,57% of the students reached the standard score. This percentage is higher than pre-test (29,72 %) and post-test (5,41 %) percentage. Affective aspect of learning performance in the second cycle classically has reached 76,67 %, which is higher 15% than the first cycle. In the second cycle, the psycomototric aspect of learning performance showed the improvement which is show by 73% of the students who had been actively participating in the class. Method PQ4R also showed improvement of student’s criticism since the student learning performance reached 67,57% in the second cycle which means 32, 43% increase from the pre-test.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya
yang limpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN SLEMAN
YOGYAKARTA PADA MATERI “SISTEM PENCERNAAN MANUSIA”
MELALUI METODE PQ4R”.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi. Penulis
menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi yang telah memberikan ijin dalam melaksanakan penelitian dan yang
telah membari saran dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan memberikan waktu untuk memberikan pengarahan dan dengan
sabar membimbing penulisan skripsi.
3. Segenap dosen Pendidikan Biologi dan staf Sekretariat Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang
telah mendukung penulis secara tidak langsung.
4. Bapak Yusup Indrianto P., S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
5. Ibu Ch. Heffi Widyaningrum, S.Pd. Si., selaku guru IPA yang telah
membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan
penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
6. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun ajaran
2012-2013 yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.
7. Seluruh keluargaku yang selalu mengingatkan dan memberi dorongan pada
penulis untuk segera menyelesaikan studi.
8. Kakak-kakak angkatan Pendidikan Biologi 2008 yang selalu mendukung
9. Teman-teman yang telah membantu dalam observasi dan membantu dalam
menyemangati penulis Ina, Yuni, Vero, Cici, Eti, Lana, dan Kintan.
10. Teman-teman angkatan 2009 tercinta yang memberikan pengalaman luar
biasa bagi penulis sehingga ini menjadi kenangan pembelajaran yang
istimewa.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Manusia jauh dari kesempurnaan, demikian pula dalam penulisan skripsi.
Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini
dapat menjadi inspirasi dan alat bantu bagi pendidik yang membacanya dan
menerapkannya.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
HALAMAN MOTO...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii
ABSTRAK...viii ABTRACT...ix KATA PENGANTAR...x DAFTAR ISI...xii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR GAMBAR...xv DAFTAR LAMPIRAN...xvi
BAB I PENDAHULUAN...1
A.Latar Belakang...1
B.Rumusan Masalah...4
C.Batasan Masalah...4
D.Tujuan Penelitian...5
E.Manfaat Penelitian...5
BAB II DASAR TEORI...7
A.Hasil Belajar...7
B.Berpikir Kritis...15
C.Konstruktivisme...18
D.Strategi Elaborasi...19
E.Metode PQ4R...21
F. Hasil Penelitian dengan Metode PQ4R yang Relavan...25
G.Materi Sistem Pencernaan...28
H.Kerangka Berpikir………...35
I. Hipotesis………...36
BAB III METODOLOGI...37
A.Jenis Penelitian...37
B.Setting Penelitian...37
1. Sampel penelitian...37
C.Desain Penelitian...38
D.Teknik Pengumpulan Data...43
E.Instrumen Penelitian...49
F. Indikator Pencapaian...49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan...50
B. Hasil Penelitian...52
1. Siklus I...53
2. Siklus II...58
C. Hasil dan Pembahasan Penelitian...62
1. Penilaian Kognitif Siswa-siswi...62
2. Penilaian Afektif-Psikomotorik Siswa-siswi Secara Klasikal...67
3. Penilaian Tingkat Kekritisan Siswa-siswi...70
4. Penilaian Lembar Angket………...72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...74
A. Kesimpulan...74
B. Saran...75
DAFTAR PUSTAKA...76
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Domain Psikomotorik...12
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pemodelan Pembelajaran dengan Penerapan Metode PQ4R (Trianto, 2009)...23
Tabel 4.1 Pencapaian Nilai Kognitif dan Kekritisan Pre-test...51
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Tindakan dengan Metode PQ4R...52
Tabel 4.3 Tingkat Pencapaian Kognitif Siswa-siswi...63
Tabel 4.4 Pencapaian Tingkat Afektif dan Psikomotorik Siswa Kelas VIII B...67
Tabel 4.5 Tingkat Pencapaian Kekritisan Siswa...70
Tabel 4.6 Persentase Perkembangan Penyusunan Tipe Soal Pada Pengerjaan LKS...72
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bangan Hubungan Strategi/Metode dengan
Kompetesi/Hasil Belajar, Materi/Bahan dan Interaksi...19
Gambar 3.1 Model Gabungan Sanford dan Kemmis Adaptasi Depdiknas, 1999...39
Gambar 4.1 Grafik Nilai Pre-test dan Post-test Siklus I...63
Gambar 4.2 Grafik Nilai Pre-test dan Post-test Siklus II...66
Gambar 4.3 Diagram Hasil Sintesis Lembar Observasi untuk Tingkat Afektif...68
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus………...79
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………...82
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)………..93
4. Kisi-kisi………...102
5. Soal Pre-Test dan Post-test………..………...105
6. Rubrik Penilaian LKS………...………..111
7. Lembar Observasi Kelas……….112
8. Lembar Angket Penilaian Metode PQ4R Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis………...113
9. Angket Observasi………115
10. Surat Ijin Penelitian………118
a. Surat Ijin Observasi………118
b. Surat Ijin Penelitian Kepada Bappeda…...………119
c. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda……….………...…….120
11. Dokumen Proses Pembelajaran………...122
a. Foto Kegiatan Pembelajaran………...122
b. Nilai………125
12. Data Kegiatan Belajar Siswa………..132
a. Pre-test terendah……….132
b. Pre-test tertinggi……….134
c. Post-test I terendah……….136
d. Post-test I tertinggi……….137
e. Post-test II terendah………..……….138
f. Post-test II tertinggi………...……….139
g. LKS I………..………...……….140
h. LKS II……..……..………...……….143
i. LKS III….………..………...……….146
j. Lembar Observasi………...………..……….154
k. Angket….………..………...……….…….158
l. Latihan Membuat Pertanyaan Mandiri………..159
m.Review….………..………...……….160
n. Refleksi….………..………...………161
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan
perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan
ialah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi peserta didik. Untuk
mengembangkan potensi peserta didik maka diperlukan usaha-usaha dari
komponen pendidikan terutama dalam hal ini pendidik sebagai motor pemaju
pendidikan bangsa. Salah satu usaha yang sangat penting ialah perbaikan
strategi dan metode mengajar yang efektif dalam proses pembelajaran
(Trianto, 2009).
Penerapan strategi dan metode pembelajaran yang efektif tentu akan
menghasilkan pembelajar yang tidak hanya tahu tapi juga memahami. Salah
satu petunjuk kesuksesan belajar ialah adanya perkembangan hasil belajar
yang menuju ke-angka yang lebih baik dan adanya proses perkembangan
pemikiran siswa yang kritis terhadap ilmu pengetahuan yang diterima. Dalam
meningkatkan hasil belajar dan juga tingkat kemampuan berpikir kritis siswa,
diperlukan adanya pengetahuan dasar yang dibangun. Pengetahuan dasar
diperoleh dari guru dan terutama sumber-sumber informasi tertulis. Untuk itu
diperlukan alat bantu seperti strategi belajar dan metode belajar. Salah satu
strategi belajar yang dikembangkan ialah strategi elaborasi melalui metode
PQ4R.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ross dan Divesta
(1976) serta Dansereau (1985), diketahui bahwa pembelajaran dengan strategi
elaborasi melalui metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite,
dan Review), memperlihatkan pembelajaran sebagai proses penambahan
rincian pada skema yang telah ada di otak untuk membuat informasi baru
agar mudah diingat atau dipelajari, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih
bermakna. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan Hanclosky dalam
Sulhan (2006) menyimpulkan bahwa penggunaan metode PQ4R secara
sistematis dapat membantu siswa mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi apa yang mereka baca. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Reder dan Anderson (1980: 3), juga
memberikan dukungan terhadap besarnya manfaat dari strategi elaborasi
melalui metode PQ4R dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi kelas dan observasi tertulis yang dilakukan
peneliti di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta kelas VII-VIII, siswa-siswi
SMP Kanisius Kalasan memiliki kemampuan kognitif yang baik. Hal ini
ditunjukkan saat siswa diberikan pertanyaan siswa mampu menjawab
pertanyaan dari guru. Kemampuan psikomorik setiap siswa sangat beragam,
seperti kelas VII B ada beberapa siswa yang aktif bertanya, namun di kelas
tertulis kegiatan membaca siswa dan bertanya siswa kelas VII, peneliti
memperoleh tingkat ketertarikan siswa-siswi terhadap kegiatan membaca dan
bertanya mengenai materi IPA-Biologi termasuk dalam kategori rendah
karena “alasan kesenangan siswa-siswi terhadap Biologi karena bacaan
Biologi menarik”, mencapai 9 %. Tingkat intensitas bertanya mencapai 73%
untuk kategori siswa-siswi yang sangat sering mengajukan pertanyaan dari
keseluruhan enam kelas yang diberi angket (3 kelas VIII dan 3 kelas VII).
Dari jumlah ini sebesar 3% berasal dari siswa-siswi kelas VII B. Berdasarkan
hasil ini dapat disimpulkan siswa-siswi masih kurang aktif dalam
mengajukan pertanyaan atas apa yang mereka baca.
Melihat tingkat jarangnya siswa membaca dan mengajukan pertanyaan
ini peneliti tertarik untuk menerapkan strategi eraborasi melalui metode
PQ4R, dalam membantu siswa memiliki hasil belajar lebih dan belajar lebih
mendalam sehingga dapat berpikir kritis, dan strategi ini diterapkan di kelas
VIII B (dari kelas VII B) karena kelas ini memiliki tingkat membaca dan
bertanya terendah. Melalui strategi PQ4R diharapkan siswa-siswi dapat
meningkatkan minat dan intensitas membaca siswa yang akan berefek pada
hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang ditunjukkan tingginya
tingkat dalam mengajukan pertanyaan dalam suatu bacaan.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bab sistem
pencernaan manusia kelas VIII semester I. Materi ini dipilih berdasarkan data
observasi kelas VIII sebanyak 70 siswa-siswi yang telah menempuh pelajaran
ini. Berdasarkan data disimpulkan materi yang sulit bagi siswa-siswi SMP
kelas VIII ialah materi sistem pencernaan sebanyak 21% dari kelima materi
2,071 dari nilai KKM (73) dan nilai terendah diperoleh dari kelas VIII B,
yaitu 68,167 (kelas VIII A: 74,12 dan VIII C: 70,51). Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk
mengangkat penelitian berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan
Sleman Yogyakarta Pada Materi “Sistem Pencernaan Manusia” Melalui
Metode PQ4R.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan manusia?
2. Apakah metode PQ4R dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan
manusia?
C. Batasan Masalah
1. Hasil Belajar
Hasil belajar yang dimaksud meliputi:
a. Domain kognitif terkait enam jenjang kemampuan yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Domain afektif terkait reciving/attending (siswa bersifat terbuka terhadap ilmu pengetahuan yang diterima), organisasi (siswa mampu
bekerja sama satu dengan lainnya), dan karakteristik (siswa menghargai
setiap pendapat yang diajukan dalam proses pembelajaran).
c. Domain psikomotorik terkait perception (siswa mampu memilih
pertanyaan), guided response (siswa membuat pertanyaan-jawaban),
telah dibuat, complex overt response (siswa memperbaiki
pertanyaan-jawaban yang dibuat), dan origination (siswa menyusun kesimpulan-refleksi pembelajaran).
2. Kemampuan berpikir kritis terkait dengan tingginya kuantitas pertanyaan
atau pernyataan dari suatu bahan bacaan dan juga kualitas pertanyaan atau
pernyataan yang lebih bersifat pemahaman, analisis, sintesis, aplikasi dan
evaluasi.
3. Objek : Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.
4. Subjek : Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
5. Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan
manusia.
6. Kompetensi Dasar : 1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada
manusia danhubungannya dengan kesehatan.
D. Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana metode PQ4R dapat meningkatkan hasil
belajar siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem
pencernaan manusia.
2. Untuk mengetahui sejauh mana metode PQ4R dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada
materi sistem pencernaan manusia.
E. Manfaat Penelitian
1. Siswa
a. Siswa dapat memahami materi sistem pencernaan manusia lebih
b. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar-mengajar dan
mengembangkan kemampuan berkomunikasi (bertanya) lebih baik
dalam proses belajar-mengajar.
c. Siswa dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berpikir
kritis.
2. Guru
Guru dapat memperoleh variasi strategi dan metode pengajaran yang
efektif dalam mengajar sistem pencernaan manusia.
3. Sekolah
Hasil penelitian diharapkan mampu menambah informasi strategi dan
motode pengajaran yang cocok sesuai materi pembelajaran yang diberikan
khususnya dalam pembelajaran Biologi.
4. Peneliti
a. Peneliti dapat mengetahui tingkat keefektifan metode PQ4R dalam
membantu proses belajar-mengajar.
b. Peneliti dapat menggunakan variasi metode mengajar yang tepat dalam
7
BAB II
DASAR TEORI
A. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku
setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes
hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Walaupun
demikian, tes dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar di
bidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2009).
Tujuan penilaian hasil belajar adalah (Arifin, 2009);
1. untuk mengetahui tingkatan penguasaan peserta didik terhadap materi
yang telah diberikan;
2. mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik
terhadap program pembelajaran;
3. untuk mengetahui tingkatan kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta
didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan;
4. mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan acuan
untuk memberikan bantuan dan bimbingan;
5. untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai
6. menentukan kenaikan kelas;
7. menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Menurut Shabri (2005), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang datang
dari diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar
(intelegensi), motivasi belajar, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, faktor fisik dan psikis. Aini (2001) berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu faktor di luar diri siswa dan faktor pada diri siswa. Faktor pada diri
siswa ini diantaranya faktor emosi dan mood. Siswa yang mengalami hambatan pemenuhan kebutuhan emosi, maka ia dapat mengalami
“kecemasan“ sebagai gejala utama yang dirasakan (Ardiyati, 2011).
Clark mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Artinya, selain faktor dari diri siswa sendiri, masih ada faktor-faktor di luar
dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang
dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi
hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran juga
dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain
(Ardiyati, 2011);
1. ukuran kelas (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang
belajar. Ukuran yang biasanya digunakan adalah 1:40, artinya, seorang
guru melayani 40 orang siswa. Diduga makin besar jumlah siswa yang
harus dilayani guru dalam satu kelas maka makin rendah kualitas
2. suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang
mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana yang
kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas yang ada pada guru. Dalam
suasana belajar demokratis ada kebebasan siswa belajar, mengajukan
pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan lain-lain;
3. fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Kelas harus diusahakan sebagai
laboratorium belajar bagi siswa. Artinya, kelas harus menyediakan
sumber-sumber belajar seperti buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain.
Dari informasi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu;
1. faktor pada diri siswa diantaranya intelegensi, kecemasan (emosi),
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, dan faktor fisik dan psikis;
2. faktor di luar diri siswa, seperti ukuran kelas, suasana belajar (termasuk di
dalamnya guru), fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.
Menurut Benyamin S. Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat
dikelompokkan ke dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal
yang mudah sampai dengan hal yang kompleks, ketiga domain tersebut ialah
(Arifin, 2009):
1. Domain kognitif. Memiliki enam jenjang kemampuan yaitu;
a. pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta
atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata
memberikan, mengidentifikasikan, memberi nama, menyusun daftar,
mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan
kembali, memilih, dan menyatakan;
b. pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang
disampaikan guru dan dapat memanfaatkan tanpa harus
menghubungkan dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi
menjadi tiga, yakni menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekspolasi.
Kata operasional yang digunakan ialah mengubah, mempertahankan,
membedakan, memprakirakan, menyimpulkan, memberi contoh,
meramalkan, menulis kembali, dan meningkatkan;
c. aplikasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
mengunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan
teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata kerja operasional yang
digunakan ialah mengubah, menghitung, mengerjakan teliti,
menghubungkan, mendemonstrasikan, memecahkan, dan memanipulasi;
d. analisis, jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur
pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga yaitu
analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang
terorganisasi. Kata kerja operasionalnya adalah menguraikan, membuat
diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat
garis besar, menghubungkan, dan merincikan;
e. sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau
mekanisme. Kata kerja operasional sintesis meliputi menggolongkan,
menghimpun, membangkitkan, memodifikasi, menciptakan,
merencanakan, merevisi, menyimpulkan, dan menceritakan;
f. evaluasi, merupakan jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep
berdasarkan kriteria tertentu. Kata kerja operasional meliputi menilai,
membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan,
mempertimbangkan kebenaran, dan menafsirkan.
2. Domain afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Domain
afektif dikelompokkan menjadi lima jenis dari tingkat yang sederhana
sampai tingkat kompoleks, yaitu sebagai berikut (Sudjana, 2010);
a. receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah
situasi, dan gejala;
b. responding, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar;
c. valuing, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk kesediaan dalam menerima
d. organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan
dan prioritas nilai yang dimiliki;
e. karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.
3. Domain psikomotorik, berorientasi pada keterampilan motorik fisik yaitu
keterampilan yang berhubungan dengan anggota badan yang memerlukan
koordinasi syaraf dan otot yang didukung oleh perasaan dan mental. Kata
kerja operasional untuk domain psikomotorik adalah (Munthe, 2009):
Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Domain Psikomotorik
Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional
Perception
(Persepsi)
- Menafsirkan
rangsangan
- Peka terhadap
rangsangan
- Mendiskriminasi
- Memilih
- Membedakan
- Mempersiapkan
- Menyisihkan
- Menunjukkan
- Mengidentifikasi
Set (Kesiapan) - Berkonsentrasi
- Menyiapkan diri
(fisik)
- Memulai
- Mengawali
- Bereaksi
- Mempersiapkan
- Menanggapi
Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional
Guided
response
(Gerakan
terbimbing)
- Meniru contoh - Mempraktekkan
- Memainkan
- Mengikuti
- Mengerjakan
- Membuat
- Mencoba
- Memperlihatkan
- Memasang
- Membongkar
Mechanism
(Gerakan
Mekanis
terbiasa)
- Berketerampilan
- Berpegang pada pola
- Mengoperasikan
- Membangun
- Memasang
- Membongkar
- Memperbaiki
- Melaksanakan
- Mengerjakan
- Menyusun
- Menggunakan
- Mengatur
- Mendemonstrasikan
- Memainkan
- Menangani
Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional
response
(Gerakan
respon
kompleks)
(secara lancar, luwes,
supel, gesit, dan
lincah) - Membangun - Memasang - Membongkar - Memperbaiki - Melaksanakan - Menyusun - Menggunakan - Mengatur - Mendemonstrasikan - Memainkan - Menangani Adaptation (Penyesuaian pada gerakan)
- Menyesuaikan diri
- Bervariasi
- Mengubah
- Mengadaptasikan
- Mengatur kembali
- Membuat variasi
Orgination
(Kreativitas)
- Menciptakan sesuatu
B. Berpikir Kritis
Berpikir melibatkan kegiatan memanipulasi dan mentransformasi
informasi dalam memori. Berpikir membantu dalam membentuk konsep,
menalar, berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan
memecahkan masalah. Konsepsi berpikir kritis berasal dari dua kata dasar
dalam bahasa Latin yakni “kriticos” yang berarti penilaian yang cerdas
(discerning judgment) dan “criterion” yang berarti standar. Kata kritis juga
ditandai dengan analisis cermat untuk mencapai penilaian yang objektif
terhadap sesuatu. Jadi, berpikir kritis berarti berpikir untuk menghasilkan
penilaian, pendapat atau evaluasi yang objektif dengan menggunakan standar
evaluasi yang tepat untuk menentukan kebaikan, dan manfaat serta nilai
sesuatu (Emelia, 2007).
Berpikir kritis merupakan kemampuan mengambil keputusan rasional
tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang diyakini. Kemampuan
berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual yang
sangat penting bagi setiap orang, selain itu menurut Penner kemampuan ini
merupakan bagian yang fundamental dalam kematangan manusia. Menurut
Hassoubah (2002) berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
dan dilakukan. Berpikir kritis merupakan kegiatan menganalisis ide atau
gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan secara tajam, memilih,
mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih
sempurna. Proses mental menganalisis ide dan informasi yang diperoleh dari
hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi (Dwijananti,
Konsepsi berpikir kritis dapat dipandang dari dua cara, yakni konsepsi
umum dan konsepsi subjek-spesifik. Konsepsi umum memandang sebagai
satu set kemampuan dan disposisi yang bisa digeneralisasi dan dapat
diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi dan berbagai domain
pengetahuan. Sementara itu, konsepsi subjek-spesifik menganggap kekritisan
sebagai satu bentuk berpikir yang spesifik dalam kerangka kognitif tertentu,
tergantung pada dan ditentukan oleh pengetahuan yang luas mengenai
masalah yang dipikirkannya (Emelia, 2007).
Tujuan mengajarkan pemikiran kritis ialah menciptakan semangat kritis,
yang mendorong siswa dalam mempertanyakan apa yang mereka dengar dan
memeriksa pemikiran mereka sendiri untuk menemukan ketidakkonsistenan
atau kekeliruan logika (Slavin, 2009). Berpikir kritis meliputi berpikir secara
reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti. Satu cara untuk mendorong
murid agar berpikir secara kritis adalah memberikan mereka topik atau artikel
kontroversial yang menghadirkan dua sisi permasalahan untuk didiskusikan.
Sebuah pemikiran kritis dapat ditingkatkan ketika murid menemui argumen
dan perdebatan yang berada dalam konflik, yang dapat memotivasi mereka
untuk menyelidiki sebuah masalah. Guru dapat merangsang kemampuan
murid untuk berpikir kritis dengan menggunakan lebih banyak tugas yang
membutuhkan kemampuan murid untuk terfokus pada sebuah masalah dan
sebuah pertanyaan daripada mengulangi fakta-fakta (Santrock, 2009).
Beyer (1988) dalam Slavin (2009) mengidentifikasi 10 kemampuan
berpikir kritis yang dapat digunakan siswa dalam menilai keabsahan atau
argumen, kesepuluh kemampuan itu yaitu;
2. membedakan informasi, pernyataan, atau alasan yang releven dari yang
tidak relavan;
3. menentukan ketepatan fakta pernyataan;
4. menentukan kredibilitas sumber;
5. mengidentifikasi pernyataan atau argumen yang ambigu;
6. mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan;
7. mendeteksi prasangka;
8. mengidentifikasi kekeliruan logika;
9. mengenali ketidakkonsistenan logika garis pemikiran;
10. menentukan kekuatan argumen atau pernyataan.
Beyer mencatat bahwa hal-hal ini bukanlah urutan tahap-tahap melainkan
daftar kemungkinan cara yang dapat digunakan siswa untuk mendekati
informasi guna mengevaluasi apakah hal itu benar atau masuk akal atau tidak
(Slavin, 2009).
Rath et al. (1966) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi
antara pengajar dan siswa. Peserta didik memerlukan suasana akademik yang
memberikan kebebasan dan rasa aman untuk mengekspresikan pendapat dan
keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu
komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah ketrampilan
intelektual. Ketrampilan intelektual merupakan seperangkat ketrampilan yang
mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai jenis
ketrampilan dapat dimasukkan sebagai ketrampilan intelektual yang menjadi
kompetensi yang akan dicapai pada pogram pengajaran. Ketrampilan tersebut
dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran
(Sudaryanto, 2010).
C. Konstruktivisme
Metode PQ4R merupakan rangkaian inovasi dari pendekatan
konstruktivisme dalam belajar. Siswa diminta untuk mengeksplorasi
kemampuannya membuat struktur berpikir sebelum membaca dengan
menyusun pertanyaan-pertanyaan yang menjadi acuan bagi siswa untuk
menggali informasi yang dibutuhkan dari teks bacaan. Kemudian siswa
secara mandiri membaca teks dan mencari jawaban dari pertanyaan yang
telah dibuatnya.
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual
yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas (sempit). Teori
konstruktivisme adalah ide dimana siswa harus menemukan dan
menstransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila
dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka (Kunandar, 2007).
Implikasi dari teori konstruktivisme terhadap proses pembelajaran
adalah sebagai berikut (Hanafiah, 2009);
1. pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak
diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat
pengetahuan yang dimilikinya;
2. pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya;
3. untuk mengambil keputusan (menilai), peserta didik harus bekerja sama
4. guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur
pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya, seperti
bahasa, matematika, musik dan lain-lain.
D. Strategi Elaborasi
Kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk
mencapai tujuan tertentu. Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran
sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran
tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit
tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak berlangsung
efektif dan efisien. Maka dari itu dalam dunia pendidikan terdapat strategi
pembelajaran yang berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber
[image:36.595.100.509.289.657.2]belajar dalam upaya membelajarkan siswa (Wena, 2009).
Salah satu strategi pembelajaran yang membantu dalam menata dan
mengorganisasikan isi pembelajaran yaitu strategi eraborasi. Strategi
elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi pembelajaran
tingkat makro. Teori elaborasi mendeskripsikan cara-cara pengorganisasian
isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci. Pengurutan isi
pembelajaran dari yang bersifat umum kerinci dilakukan dengan;
1. menampilkan epitome (studi yang dipelajari);
2. mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci.
Secara umum prinsip-prinsip yang mendasari model elaborasi adalah
sebagai berikut (Degeng, 1989 dalam Wena, 2009);
1. prinsip pertama adalah penyajian kerangka isi. Dalam teori elaborasi,
penyajian kerangka isi ditempatkan pada fase yang paling awal dari
keseluruhan proses pembelajaran;
2. prinsip kedua berkaitan dengan tahapan dalam melakukan elaborasi isi
pembelajaran. Elaborasi tahap pertama akan mengelaborasi bagian-bagian
yang tercakup dalam elaborasi tahap pertama dan begitu seterusnya;
3. prinsip ketiga berkaitan dengan penekanan bahwa bagian yang
terpentinglah yang harus disajikan pertama kali. Guna menentukan penting
atau tidaknya suatu bagian ditentukan oleh sumbangannya untuk
memahami keseluruhan isi bidang studi;
4. prinsip keempat berkaitan dengan tingkat kedalaman dan keluasan
elaborasi. Setiap elaborasi hendaknya dilakukan cukup singkat agar
konstruk (fakta, konsep, prinsip, atau prosedur) dapat diterima dengan baik
oleh siswa. Namun demikian, elaborasi juga perlu dilakukan dengan cukup
5. prinsip kelima berhubungan dengan penyajian pensintesis. Penyajian
pensintesis dilakukan secara bertahap, yaitu setelah setiap kali melakukan
elaborasi, secara khusus dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan
diantara konstruk-konstruk yang lebih rinci yang baru diajarkan, dan untuk
menunjukkan konteks elaborasi dalam epitome;
6. prinsip keenam berhubungan dengan penyajian jenis pensintesis.
Pensintesis yang fungsinya sebagai pengait satuan-satuan konsep, prosedur,
atau prinsip hendaknya disesuaikan dengan tipe isi bidang studi;
7. prinsip ketujuh, pemberian rangkuman. Rangkuman yang dimaksudkan
untuk mengadakan tinjauan ulang mengenai isi bidang studi yang sudah
dipelajari, dan hendaknya diberikan sebelum penyajian pensintesis.
E. Metode PQ4R
Metode PQ4R merupakan rangkaian inovasi dari pendekatan
konstruktivisme dalam belajar. Siswa diminta untuk mengeksplorasi
kemampuannya membuat struktur berpikir sebelum membaca dengan
menyusun pertanyaan-pertanyaan yang menjadi acuan bagi siswa untuk
menggali informasi yang dibutuhkan dari teks bacaan. Kemudian siswa
secara mandiri membaca teks sambil mencari jawaban dari pertanyaan yang
telah dibuatnya (Novriansyah, 2009).
Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang
mereka baca. P merupakan singkatan dari preview (membaca selintas dengan
cepat), Q merupakan singkatan dari questioning (bertanya), 4R singkatan dari
read, reflecty, recite, dan review. Melakukan preview dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca mengaktifkan pengetahuan awal
yang telah diketahui. Mempelajari judul-judul atau topik-topik utama
membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut dengan
apa yang diketahui. Mempelajari judul-judul atau topik-topik utama
membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut,
sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang. Resitasi informasi dasar, khususnya bila disertai
dengan beberapa bentuk elaborasi, kemungkinan sekali akan memperkaya
pengkodean (Trianto, 2009).
Preview adalah mensurvei materi pelajaran secara cepat untuk
mendapatkan suatu ide tentang pengorganisasian umum dan topik-topik dan
sub topik utama. Question adalah pengajuan pertanyaan-pertanyaan tentang
materi yang dipelajari pada saat membaca. Pertanyaan-pertanyaan yang
diawali dengan kata “apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan dimana.” Read
adalah membaca materi sambil menjawab pertanyaan yang diajukan. Reflect
adalah refleksi materi, mencoba memahami informasi dengan cara;
1. menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah diketahui;
2. mengaitkan sub topik-sub topik di dalam teks dengan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip utama;
3. mencoba untuk memecahkan kontradiksi di dalam informasi yang
disajikan;
4. mencoba untuk menggunakan materi itu untuk memecahkan
masalah-masalah yang disimulasikan dari materi tersebut.
Recite adalah latihan mengingat-ingat informasi dengan menyatakan
butir-butir penting dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditimbulkan.
pada pertanyaan-pertanyaan dan membaca ulang materi dengan berbagai
[image:40.595.99.542.156.766.2]sumber yang relevan (Hamzah, 2011).
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pemodelan Pembelajaran dengan Penerapan Metode PQ4R (Trianto, 2009)
Langkah-langkah
Tingkah Laku Guru Aktivitas Siswa
Langkah-1
preview
a. Memberikan bahan bacaan
kepada siswa untuk dibaca.
b. Menginformasikan kepada
siswa bagaimana menemukan
ide pokok/tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
Membaca selintas dengan
cepat untuk menemukan
ide pokok dan tujuan
pembelajaran yang hendak
dicapai.
Langkah ke-2
question
a. Menginformasikan kepada
siswa agar memerhatikan makna
dari bacaan.
b. Memberikan tugas kepada siswa
untuk membuat pertanyaan dari
ide pokok yang ditemukan
dengan menggunakan kata-kata
apa, mengapa, siapa, dan
bagaimana.
a. Memperhatikan
penjelasan guru.
b. Membuat pertanyaan
yang dari bacaan.
Langkah ke-3
read
Memberikan tugas kepada siswa
untuk membaca dan
menanggapi/menjawab pertanyaan
yang telah disusun sebelumnya.
Membaca secara aktif
sambil memberikan
tanggapan terhadap apa
Langkah-langkah
Tingkah Laku Guru Aktivitas Siswa
menjawab pertanyaan
yang dibuat.
Langkah ke-4
reflect
Menstimulasikan/menginformasika
n materi yang ada pada bahan
bacaan.
Siswa mencoba
memecahkan masalah dari
informasi yang diberikan
oleh guru dengan
pengetahuan yang telah
diketahui melalui bahan
bacaan.
Langkah ke-5
recite
Meminta siswa membuat inti sari
dari seluruh pembahasan pelajaran
yang dipelajari hari ini.
a. Melihat catatan-catatan
yang telah dibuat
sebelumnya.
b. Membuat inti sari dari
seluruh pembahasan.
Langkah ke-6
review
a. Menugaskan siswa membaca
inti sari yang dibuatnya dari
rincian ide pokok yang ada
dalam benaknya.
b. Meminta siswa membaca
kembali bahan bacaan, jika
masih belum yakin dengan
jawabannya.
a. Membaca inti yang
telah dibuatnya.
b. Membaca kembali
bahan bacaan jika
masih belum yakin
akan jawaban yang
Berdasarkan kajian di atas model pembelajaran dengan metode PQ4R
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut (Ali,
2009) :
1. Kelebihan
a. Sangat tepat untuk pengajaran pengetahuan yang bersifat deklaratif
berupa konsep-konsep, definisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah untuk
menghafal konsep-konsep pelajaran.
c. Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan.
d. Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses
bertanya dan mengkomunikasikan pengetahuannya.
e. Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas.
2. Kelemahan
a. Tidak tepat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat
prosedural seperti pengetahuan keterampilan.
b. Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket)
tidak tersedia di sekolah.
c. Tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah yang terlalu
besar karena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam
merumuskan pertanyaan.
F. Hasil Penelitian dengan Metode PQ4R yang Relevan
Metode PQ4R merupakan metode belajar yang telah lama
dikembangkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa penelitian
Divesta (1976) serta Dansereau (1985) diketahui bahwa pembelajaran dengan
penggunaan strategi elaborasi melalui metode PQ4R (Preview, Question,
Read, Reflect, Recite, dan Review), memperlihatkan pembelajaran sebagai
proses penambahan rincian pada skema yang telah ada di otak untuk
membuat informasi baru agar mudah diingat atau dipelajari, sehingga
pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.
Selain hasil penelitian di atas Ahmad Sulhan salah satu dosen tetap
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa dengan Menggunakan Strategi Elaborasi Melalui Metode PQ4R Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri 15
Mataram”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Strategi Elaborasi
melalui Metode PQ4R, untuk mengetahui apakah subyek mengalami
peningkatan prestasi belajar terutama peningkatan pada fokus yang harus
dicapai. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus dimana hasilnya ialah
sebagai berikut (Sulhan, 2006):
1. Siklus I
Hasil tes tindakan 1 menunjukkan: (1) delapan subyek
berkemampuan tinggi mengalami peningkatan dengan kisaran 86-95; (2)
delapan subyek berkemampuan sedang mengalami peningkatan dengan
kisaran 75-85; dan (3) empat subyek berkemampuan rendah mengalami
peningkatan dengan kisaran 54-68. Berdasarkan hasil tes tindakan 1 di
atas, dapat diidentifikasi peningkatan prestasi belajar subyek terutama
pada fokus peningkatan yang harus dicapai subyek sebagaimana yang
terdapat peningkatan skor rata-rata subyek dari 71,75 pada tes prasyarat,
meningkat menjadi 79,99 pada tes tindakan 1. Semua subyek mengalami
peningkatan pada tindakan 1 dari kisaran peningkatan 2 hingga 20 poin,
kecuali hanya 1 subyek (DACN) yang tidak mengalami peningkatan sama
sekali.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil tes tindakan 2 di atas, dapat diidentifikasi bahwa
peningkatan prestasi belajar subyek terutama pada fokus peningkatan yang
harus dicapai subyek sebagaimana yang telah ditetapkan. Bahwa skor
rata-rata subyek dari 79,99 pada tes tindakan1, meningkat menjadi 83,15 pada
tes tindakan 2. Semua subyek mengalami peningkatan pada tindakan 2 dari
kisaran peningkatan 1 hingga 11 poin, kecuali 1 subyek (DW) yang tidak
mengalami peningkatan.
3. Siklus III
Setelah pemberian tindakan 3, maka diberikan tes tindakan 3 untuk
mengetahui subyek mencapai peningkatan prestasi belajar terutama pada
fokus peningkatan yang telah ditetapkan, yaitu: (1) lima belas subyek
berkemampuan tinggi mengalami peningkatan dengan kisaran 86-97; (2)
lima subyek berkemampuan sedang mengalami peningkatan dengan
kisaran 72-82 ; dan (3) tidak terdapat subyek yang berkemampuan rendah.
Berdasarkan hasil tes tindakan 3 di atas, dapat diidentifikasi bahwa
peningkatan prestasi belajar subyek terutama pada fokus peningkatan yang
harus dicapai subyek sebagaimana yang telah ditetapkan. Bahwa skor
rata-rata subyek dari 83,15 pada tes tindakan 2, meningkat menjadi 87,2 pada
kisaran peningkatan 1 hingga 9 poin. Semua subyek mengalami
peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan
menggunakan Strategi Elaborasi melalui Metode PQ4R pada siklus ini
dengan skor rata-rata 87,2 (berkemampuan tinggi). Maka diputuskan
pemberian tindakan tidak dilanjutkan ke tindakan berikutnya.
Berdasarkan analisis dan refleksi terhadap hasil tes prasyarat,
tindakan 1, tindakan 2, dan tindakan 3, dapat disimpulkan bahwa: skor
rata-rata subyek mengalami peningkatan yang berarti, mulai dari 71,75
(kategori kemampuan sedang) pada kemampuan prasyarat, meningkat
menjadi 79,99 (berprestasi sedang) pada tindakan 1, meningkat lagi
menjadi 83,15 (berprestasi sedang) pada tindakan 2, dan meningkat lagi
menjadi 87,2 (berprestasi tinggi) pada tindakan 3. Hal ini berarti bahwa
setelah tindakan 3, semua subyek (tanpa terkecuali) mengalami
peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan
menggunakan Strategi Elaborasi melalui Metode PQ4R dengan skor
rata-rata 87,2 (berkemampuan tinggi).
G. Materi Sistem Pencernaan Manusia
Karakteristik dari materi sistem pencernaan manusia ialah sebagai
berikut:
1. Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam
kehidupan manusia.
2. Kompetensi Dasar : 1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada
manusia dan hubungannya dengan
3. Indikator :
a. Kognitif :
1) Kognitif Produk
a) Mengklasifikasikan dan menjelaskan makanan berdasarkan
fungsinya.
b) Mendeskripsikan proses pencernaan dalam tubuh manusia.
c) Menjelaskan kaitan hubungan antara kerusakan organ pencernaan
dengan penyakit yang diakibatkan.
2) Kognitif Proses
a) Mendiskusikan penyusunan pertanyaan terkait sistem pencernaan.
b) Mengidentifikasi jawaban yang tepat atas pertanyaan yang telah
disusun.
c) Mengkomunikasikan informasi yang dicari terkait sistem
pencernaan.
b. Afektif :
1) Afektif Karakter
a) Keseriusan dalam berdiskusi, menyusun, dan menjawab
pertanyaan.
b) Kemandirian dalam menyusun pertanyaan dan mencari informasi
belajar terkait sistem pencernaan.
2) Afektif Sosial
a) Menghargai dalam memberikan pendapat, pertanyaan, dan
berdiskusi.
c) Terbuka pada satu dengan lainnya dalam memberikan pertanyaan
dan jawaban.
c. Psikomotorik
1) Aktif dalam mengajukan pertanyaan tertulis dan lisan.
2) Aktif dalam mengobservasi bacaan terkait sistem pencernaan.
3) Aktif dalam menjawab pertanyaan yang telah disusun.
4) Aktif dalam melakukan refleksi mandiri dan terbimbing.
5) Aktif dalam menyusun kesimpulan belajar.
6) Aktif dalam diskusi kelompok.
4. Tujuan :
a. Kognitif :
1) Kognitif Produk
a) Siswa mampu mengklasifikasikan dan menjelaskan makanan
berdasarkan fungsinya.
b) Siswa mampu mendeskripsikan proses pencernaan dalam tubuh
manusia.
c) Siswa mampu menjelaskan kaitan hubungan antara kerusakan
organ pencernaan dengan penyakit yang diakibatkan.
2) Kognitif Proses
a) Melalui diskusi yang dirancang guru siswa mampu menyusun
pertanyaan terkait sistem pencernaan.
b) Melalui sumber belajar seperti buku dan LKS siswa mampu
mengidentifikasi jawaban yang tepat atas pertanyaan yang telah
c) Melalui kelompok siswa mampu mencari sumber informasi
tertulis terkait sistem pencernaan dan mengkomunikasikannya.
b. Afektif :
1) Afektif Karakter
a) Siswa mampu serius dalam berdiskusi, menyusun, dan menjawab
pertanyaan.
b) Siswa mampu mandiri dalam menyusun pertanyaan dan mencari
informasi belajar terkait sistem pencernaan Siswa mampu bekerja
sama dalam berdiskusi dan mengerjakan tugas.
2) Afektif Sosial
a) Siswa mampu menghargai dalam memberikan pendapat,
pertanyaan, dan berdiskusi.
b) Siswa mampu bekerja sama dalam berdiskusi dan mengerjakan
tugas.
c) Siswa mampu terbuka pada satu dengan lainnya dalam
memberikan pertanyaan dan jawaban.
c. Psikomotorik
1) Siswa mampu aktif dalam mengajukan pertanyaan tertulis dan lisan.
2) Siswa mampu aktif dalam mengobservasi bacaan terkait sistem
pencernaan.
3) Siswa mampu aktif dalam menjawab pertanyaan yang telah disusun.
4) Siswa mampu aktif dalam melakukan refleksi mandiri dan
terbimbing.
5) Siswa mampu aktif dalam menyusun kesimpulan belajar.
5. Materi sistem pencernaan
Materi sistem pencernaan manusia dikelompokkan dalam tiga
subbab yaitu:
a. Makanan dan fungsinya
b. Organ-organ pencernaan
c. Gangguan pada sistem pencernaan
Pada dasarnya sistem pencernaan merupakan proses yang melibatkan
perubahan struktur makanan dari yang berukuran besar dan kompleks
menjadi suatu unsur yang lebih sederhana dan berukuran kecil sehingga
dapat difungsikan oleh sel dalam tubuh untuk melakukan metabolisme
tubuh. Berdasarkan proses ini maka seperti subbab di atas dapat dikatakan
bahwa pencernaan melibatkan suatu komponen besar yang dikenal sebagai
makanan. Berdasarkan fungsinya makanan dapat dibagi menjadi makanan
yang berkarbohidrat, berlemak, berprotein, dan bervitamin-bermineral.
Makanan yang berkarbohidrat memiliki fungsi utama sebagai sumber
energi utama, makanan yang berlemak berfungsi sebagai sumber energi
sampai penyusun membran sel, protein berperan dalam membangun sel
dalam tubuh, vitamin berperan dalam membantu kelancaran proses-proses
di dalam tubuh, dan mineral berperan dalam pembentukan struktur tubuh
(Karim, 2008).
Makanan yang telah diketahui fungsinya ini kemudian dicerna dalam
sistem organ tubuh manusia yang dikenal dengan sistem pencernaan.
Sistem pencernaan meliputi beberapa organ pencernaan seperti (Campbell,
a. mulut, yang berperan sebagai organ pertama pencernaan dalam
membantu proses pencernaan secara kimiawi dan mekanik;
b. kerongkongan, berfungsi sebagai saluran pencernaan yang
menghubungkan mulut dan lambung. Organ ini mengalami gerakkan
peristaltik untuk mendorong makanan (bolus) ke lambung;
c. lambung, bolus atau makanan yang telah halus ini kemudian mengalami
pencernaan secara mekanik dan kimiawi yang melibatkan berbagai
enzim dalam mengubah makanan yang mengandung protein dan lemak
menjadi bagian yang lebih sederhana;
d. usus halus, merupakan tempat dimana sari-sari makanan mulai diserap
tubuh untuk memperoleh manfaat dari makanan tersebut;
e. usus besar, merupakan organ yang berperan dalam mengatur
penyerapan air pada feses (hasil akhir pencernaan) disini juga terdapat
bakteri E.coli yang berperan dalam membusukan feses sehingga feses yang dihasilkan lebih mudah dikeluarkan;
f. rektum, merupakan organ pembuangan terakhir;
g. kelenjar pencernaan lain meliputi pankreas yang berperan dalam
menghasilkan enzim pencernaan dan hati berperan dalam menghasilkan
cairan empedu yang mengandung garam empedu (berperan sebagai
deterjen dalam membantu pencernaan dan penyerapan lemak) dan
pigmen (bilirubin dan biliverdin) yang dikeluarkan bersama feses.
Melalui organ-organ tersebut di atas makanan dicerna, diserap tubuh
dan menghasilkan energi. Dalam menjalankan tugasnya sistem organ
pencernaan dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan timbulnya
manusia dalam menjaga kesehatan organ pencernaan maupun karena
ketidaksengajaan seperti keracunan. Penyakit-penyakit dalam sistem
pencernaan ialah sebagai berikut (Krisno, 2008);
a. maag merupakan penyakit yang menyerang organ pencernaan, yaitu
lambung. Produksi asam lambung berlebih disertai keluarnya gas pada
reaksi pencernaan menyebabkan rasa mual, perih, dan kembung. Maag
dipicu oleh pola makan yang kurang teratur, faktor keturunan, dan
faktor psikologis;
b. diare disebabkan oleh bakteri yang menyerang saluran cerna. Bakteri
tersebut menyebabkan perdarahan pada saluran cerna disertai feses
yang cair;
c. muntaber disebabkan oleh kuman patogen, misalnya Vibrio cholerae. Kuman tersebut menimbulkan muntah serta berak yang berlebih dan
tidak teratur. Feses yang cair disebabkan oleh sistem penyerapan air
pada usus besar kurang sempurna akibat infeksi, sehingga air ikut
keluar bersama feses;
d. kholik usus, pada kondisi tertentu usus dapat mengalami kejang,
akibatnya perut terasa mulas sekali dan kejang. Sering pula terjadi pada
bayi. Penyebabnya beragam, ada yang disebabkan karena menangis
tiada henti, faktor keturunan, dan hawa dingin yang menyengat;
e. konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem
pencernaan di mana seorang manusia mengalami pengerasan tinja yang
berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat
cukup hebat disebut juga dengan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
Adapun penyakit yang terkait dengan pola makan antara lain sebagai
berikut (Krisno, 2008);
a. asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya
tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh,
karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat.
Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak
mengandung purin. Tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk
kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan
hanya sekitar 15%. Asam urat merupakan hasil metabolisme makanan
yang mengandung purin, contohnya emping, kacang-kacangan, jeroan,
ikan, kopi, dan cokelat. Pencegahannya adalah dengan diet rendah purin;
b. hiperkolesterolemia berarti kadar kolesterol terlalu tinggi dalam darah.
Hiperkolesterolemia dapat diatasi dengan diet rendah kolesterol.
Kolesterol banyak terdapat pada daging, ikan, telur, dan jeroan.
H. Kerangka Berpikir
Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII B SMP
Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan dapat ditingkatkan dengan
bantuan strategi elaborasi melalui metode PQ4R. Penerapan strategi elaborasi
melalui metode PQ4R sesuai pada materi sistem pencernaan dikarenakan
standar kompetensi yang ingin dicapai pada pembahasan materi ini adalah
“Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia” sedangkan,
kompetensi dasar yang diharapkan dari pengajaran materi ini ialah
kesehatan”. Berdasarkan SK dan KD yang dituntut pada materi ini dapat
disimpulkan materi sistem pencernaan merupakan materi yang bersifat
deklaratif yang berupa konsep-konsep, definisi, dan pengetahuan yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk melengkapi dan meningkatkan pemahaman dari materi sistem
pencernaan dibutuhkan peningkatan kemampuan daya ingat siswa kelas VIII
B SMP Kanisius Kalasan yang jarang membaca dan bertanya. Berdasarkan
kesamaan antara tuntutan yang diharapkan dalam pembelajaran pada materi
sistem pencernaan untuk kelas VIII dengan kelebihan dari penerapan metode
PQ4R dapat maka metode PQ4R cocok untuk diterapkan dalam membantu
siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan untuk belajar.
I. Hipotesis
Metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem
37
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian berdasarkan fungsinya yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Partisipan, dimana peneliti akan
terlibat dalam penelitian sejak awal. Peneliti mendiagnosis keadaan dan
melihat kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan,
kemudian peneliti akan merumuskan rencana tindakan dan melibatkan diri
secara penuh dalam melaksanakan rencana tersebut. Peneliti juga akan
memantau dan melaporkan hasil penelitiannya.
B. Setting Penelitian
1. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII B yang
mempunyai jumlah siswa 37 anak yang terdiri dari 24 siswa putra dan 13
siswa putri. Dimana kelas VIII B ini memiliki karakteristik;
a. siswa yang memiliki nilai keaktifan rata-rata cukup baik;
b. memiliki tingkat ketertarikan terhadap kegiatan untuk membaca
mengenai materi IPA-Biologi yang rendah berdasarkan hasil analisis
angket observasi yang menunjukkan alasan “kesenangan siswa-siswi
terhadap Biologi karena bacaan Biologi menarik” hanya mencapai 9 %
dan ini merupakan data yang berasal dari kelas VII B (sebanyak 6
c. berdasarkan taraf intensitas membaca materi biologi siswa-siswi Kelas
VII SMP Kanisius Kalasan memiliki keaktifan membaca yang baik
karena tingkat sering membaca mencapai 53%, walaupun tingkat sangat
sering hanya 0%. Tingkat membaca terendah (Pernah tapi jarang)
terdapat pada kelas VII B dengan total 17 orang dan “sering” 9 orang;
d. memiliki tingkat intensitas bertanya yang kurang, hal ini tampak dari
tingkat intensitas sering bertanya mencapai 73% dan 3% dari data ini
berasal dari siswa-siswi kelas VII B.
2. Tempat dan waktu penelitian
a. Tempat Penelitian
SMP Kanisius Kalasan, Sleman, Yogyakarta
b. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 5 bulan dengan rincian
sebagai berikut;