• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. satu atau lebih aktiva yang diharapkan akan memberi keuntungan di masa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. satu atau lebih aktiva yang diharapkan akan memberi keuntungan di masa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Investasi merupakan pengalokasian dana berupa penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang diharapkan akan memberi keuntungan di masa mendatang. Budaya untuk berinvestasi semakin digalakkan oleh pemerintah, seperti penyelenggaran Investor Summit and Capital Market Expo yang diadakan oleh Bursa Efek Indonesia, yang diadakan agar masyarakat tidak hanya berinvestasi semata namun menjadikan pasar modal sebagai gaya hidup yang menandai sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya, sehingga diharapkan budaya gemar menabung dapat beralih menjadi gemar berinvestasi khususnya di pasar modal Indonesia (BEI 2014).

Menurut Hariyani dan Purnomo (2010:1), pasar modal (capital market) merupakan salah satu elemen penting dan tolok ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Pasar modal juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengundang masuknya investor asing dan dana-dana asing guna membantu kemajuan perekonomian negara. Fungsi pasar modal ada dua, pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi pemilik usaha untuk menghimpun dana dari masyarakat atau investor. Kedua, pasar modal digunakan masyarakat sebagai sarana berinvestasi melalui instrumen keuangan yang ada, seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain

(2)

Intan Rahayu (2015) menjelaskan bahwa masyarakat dapat menempatkan dana yang dimiliki sesuai dengan karakteristik keuntungan dan resiko masing-masing instrumen keuangan. Harga saham di bursa tidak selamanya tetap, ada kalanya meningkat dan dapat pula menurun, tergantung pada permintaan dan penawaran. Di pasar modal, terjadinya fluktuasi harga saham tersebut menjadikan bursa efek menarik bagi beberapa kalangan pemodal (investor). Di sisi lain, kenaikan dan penurunan harga saham dapat terjadi karena faktor fundamental, psikologis maupun eksternal.

Pada pertengahan tahun 2013, kondisi perekonomian di Indonesia kembali tidak stabil. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing melemah, khususnya terhadap Dollar Amerika. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun anjlok. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa IHSG terus mengalami penurunan yang cukup drastis mulai dari Juni 2013 sampai dengan September 2013. Salah satu penyebab turunnya IHSG adalah penarikan dana asing dari pasar saham secara besar-besaran. The Federal Reserve berencana untuk mengurangi jumlah quantitative easing. Quantitative easing merupakan kebijakan stimulus berupa pembelian obligasi negara sebesar US$ 85 milyar per bulan untuk memulihkan perekonomian Amerika Serikat. Rencana pengurangan stimulus tersebut membuat investor khawatir terhadap kemungkinan terjadinya penurunan likuiditas di negara berkembang sehingga membuat investor asing lebih memilih untuk berinvestasi pada instrumen berbasis Dolar AS. (Kontan, 2013)

(3)

Gambar 1.1

Grafik IHSG Periode Januari 2012 – Desember 2013 Sumber: Bursa Efek Indonesia

Tabel 1.1

Data Historis IHSG Januari 2012 - Desember 2013 Sumber: Yahoo Finance

Date Open Close

31-01-12 3941.783 3985.21 29-02-12 3985.03 4121.551 31-03-12 4121.82 4180.732 30-04-12 4181.091 3832.824 31-05-12 3820.381 3955.577 30-06-12 3976.712 4142.337 31-07-12 4129.815 4060.331 31-08-12 4052.886 4262.561 30-09-12 4249.685 4350.291 31-10-12 4331.749 4276.141 30-11-12 4277.187 4316.687 31-12-12 4322.582 4453.703 31-01-13 4458.598 4795.789 28-02-13 4798.49 4940.986 31-03-13 4927.124 5034.071 30-04-13 5020.196 5068.628 31-05-13 5053.545 4818.895 30-06-13 4757.182 4610.377 31-07-13 4618.964 4195.089 31-08-13 4196.721 4316.176 30-09-13 4314.961 4510.631 31-10-13 4473.73 4256.436 30-11-13 4269.077 4274.177

Indonesia Stock Exchange

(4)

Hal tersebut di atas sebagai data dalam penulisan di mana ketika menjelang penutupan kebijakan stimulus dari Amerika Serikat yaitu Quantitative Easing menyebabkan harga saham dan juga nilai tukar melemah. Dikuatkan oleh penelitian dari Nugroho (2013) yang menyatakan adanya keterkaitan adanya kebijakan Quantitative Easing mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tirtakamandanu (2014) menjelaskan bahwa Quantitative Easing adalah kebalikan dari salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral suatu negara guna meningkatkan jumlah uang beredar (Money Supply) di pasar. Pada dasarnya dengan kebijakan QE (singkatan Quantitative Easing), bank sentral akan meningkatkan jumlah uang beredar dengan melakukan pembelian berbagai aset investasi termasuk surat-surat berharga dan saham guna manambah pasar keuangan dengan uang cash, hingga meningkatkan likuiditas mata uang negara tersebut.

Menurut Surbakti (2013), perubahan nilai tukar akan mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan. Ketika nilai tukar dolar Amerika mengalami penguatan maka bisa dipastikan investor akan berbondong-bondong menarik uangnya dari investasi saham ke dollar untuk kemudian diinvestasikan ke tempat lain sebagai tabungan. Sehingga permintaan terhadap saham menurun dan otomatis harga saham pun mengalami penurunan yang diikuti oleh penurunan IHSG.

(5)

Tingkat inflasi yang tinggi juga menggambarkan kondisi perekonomian suatu negara yang kurang stabil. Menurut Latumaerissa (2015:172) Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Untuk mengukur laju inflasi di Indonesia, salah satu indikator yang sering digunakan yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). IHK mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

Dikutip dari Yusup (2012), mengemukakan ada dua pendapat mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan harga saham. Pendapat pertama menyatakan bahwa ada korelasi positif antara inflasi dengan harga saham (demand pull inflation) yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kelebihan permintaan atas jumlah barang yang tersedia. Pada keadaan ini perusahaan dapat membebankan peningkatan biaya kepada konsumen dengan proporsi yang lebih besar sehingga keuntungan perusahaan meningkat. Dengan demikian, akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan akan memberikan penilaian positif pada harga saham. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi, dengan adanya kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja, sementara perekonomian dalam keadaan inflasi maka produsen tidak mempunyai keberanian untuk menaikkan

(6)

harga produknya. Hal ini mengakibatkan keuntungan perusahaan untuk membayar deviden menurun yang akan berdampak pada penilaian harga saham yang negatif.

Raharjo (2007) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga (BI Rate) merupakan salah satu daya tarik bagi investor menanamkan investasinya dalam bentuk deposito atau SBI sehingga investasi dalam bentuk saham akan tersaingi. Terdapat dua penjelasan kenaikan suku bunga (BI Rate) dapat mendorong harga saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta hasil investasi. Kedua, kenaikan suku bunga akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan dua cara. Kenaikan suku bunga (BI Rate) akan meningkatkan beban bunga emiten, sehingga labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga (BI Rate) tinggi, biaya produksi akan meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen mungkin akan menunda pernbeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibatnya penjualan perusahaan menurun dan hal ini akan menyebabkan penurunan laba sehingga akan menekan harga saham. Suku bunga (BI Rate) yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga (BI Rate) yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat.

Salah satu indeks yang sering diperhatikan investor ketika berinvestasi di BEI adalah IHSG. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. IHSG merefleksikan kinerja pasar saham di BEI. IHSG yang tinggi mengindikasikan kinerja saham yang baik, demikian juga sebaliknya.

(7)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IHSG dengan judul “Pengaruh Nilai Kurs Rupiah Dibandingkan Dollar, Tingkat Inflasi dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2018”. Peneliti berharap dapat menemukan kesimpulan yang berbeda dari penelitian terdahulu dan dapat menemukan pokok permasalahan yang lebih akurat untuk penelitian selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Seberapa besar Nilai Kurs Rupiah Dibandingkan Dollar berpengaruh

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018

2. Seberapa besat Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018

3. Seberapa besar BI Rate berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018

(8)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah Nilai Kurs Rupiah Dibandingkan Dollar berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018.

2. Untuk mengetahui apakah Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018.

3. Untuk mengetahui apakah BI Rate berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018. 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Untuk memahami dan memastikan kebenaran teori yang sudah ada mengenai pengaruh dari nilai tukar Rupiah Dibandingkan Dollar, Tingkat Inflasi dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan beberapa manfaat praktis bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini, di antaranya:

(9)

a. Bagi Investor

Investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih baik setelah mereka mengetahui informasi mengenai berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian mengenai berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi dari struktur aktiva adalah sebagai berikut: Struktur aktiva :  Aktiva Total Tetap  Aktiva Total (Syamsudin 2001:9) Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang

Setiap awal pelajaran, guru mewajibkan siswa untuk membaca terlebih dahulu tentang materi yang akan diajarkan pada saat itu. Kegiatan tersebut diwajibkan oleh guru agar siswa

Bentuk reduplikasi utuh menyatakan banyak atau bermacam-macam, sifat/ keadaan, hal/ tentang, kesamaan waktu, pekerjaan berulang-ulang, sesuatu yang dikenal karena

Pada aplikasi calendar event ini pengujian dilakukan dengan melihat fungsi sistem telah berjalan sesuai dengan fungsi yang didefinisikan yaitu aplikasi berhasil menampilkan

Film indie merupakan film yang di buat oleh studio-studio film yang kecil, oleh karena itu film-film ini disebut film indie/independent yang berarti film yang

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu 1) Interaksi perlakuan pendangiran dan sistem penanaman berpengaruh nyata terhadap

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa dalam Peta Desa Beran yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi terdapat beberapa parameter yang belum

adalah elevasi dasar saluran tidak beraturan, banyaknya cekungan di tengah saluran, terjadi penumpukan sampah di saluran, kapasitas saluran yang sudah tidak mampu