• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Social Media Marketing Melalui Akun Instagram Starbucks Indonesia Terhadap Minat Pembelian Followers Akun Instagram Starbucks Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Social Media Marketing Melalui Akun Instagram Starbucks Indonesia Terhadap Minat Pembelian Followers Akun Instagram Starbucks Indonesia"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)  . 9  . BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. New Media New media merupakan sebuah sarana menyampaikan pesan pada khalayak menggunakan jaringan teknologi komunikasi dan informasi yang dalam hal ini adalah internet (Vera, 2016, h.88). Menurut Rozario (2013, h.59) new media masih terus berkembang dan hal ini menyebabkan tidak mungkin hanya ada satu definisi tegas tentang new media. Namun dengan alasan teknis new media dapat disimpulkan sebagi fitur digital, interaktif, hyper textual, dan virtual (Rozario, 2013, h.59). Dua definisi new media diatas dapat ditarik disimpulkan bahwa new media adalah sebuah fitur digital, interaktif, hyper textual, serta virtual yang digunakan untuk menyampaikan pesan pada khalayak dan harus terhubung dengan internet pada saat penggunaanya. Vera (2016, h.8) menjelaskan bahwa new media masuk kedalam tiga bagian klasifikasi media massa bersamaan dengan media cetak serta media elektronik. Sebagai bagian dari media massa, new media menjadi media yang paling dinamis dan pada umumnya dipandang sebagai sarana untuk mempercepat serta memperlancar suatu pengembagan jika diterapkan dengan benar (Salman, 2010, h.1). McQuail (2011, h.156-157) membagi new media menjadi lima kategori berdasarkan jenis penggunaan, konten, dan konteks dalam bukunya, yatu: a. Interpersonal Communication Media, secara umum bersifat pribadi dan mudah dihapus;. 9  .

(2)  . 10  . b. Interactive Play Media, berbasis komputer dan video game, serta peralatan realitas virtual; c. Information Search Media, internet/WWW dianggap sebagai perpustakaan dan sumber data yang ukuran, aktualitas, dan aksesibilitasnya belum ada sebelumnya; d. Collective Participatory Media, penggunaan internet untuk berbagi dan bertukar informasi, gagasan serta pengalaman. Situs jejaring sosial masuk kedalam kategori ini; e. Substitution of Broadcasting Media, menonton film dan acara televisi serta mendengarkan radio dan musik menjadi kegiatan utama dalam kategori ini. (McQuail, 2011, h.156-157).. Kehadiran new media sendiri tidak bisa dipisahkan dengan media lama atau media tradisional, hal ini karena media tradisional sekarang sangat bergantung pada teknologi new media. (Rozario, 2013, h.59). Menurut Jackson (dalam Rozario, 2013, h.44) teknologi new media (internet, mobile boardband, e-commerce, hiburan berbasis Internet, jejaring sosial, dsb) telah mengubah dunia serta cara orang untuk berinteraksi satu sama lain. Perbedaan teknis dari arus media lama biasanya sangat terpusat, memerlukan investasi dan sumber daya yang signifikan dan dapat sangat dipengaruhi oleh pemerintah melalui berbagai mekanisme dan bentuk kontrol (Banerjee dalam Salman et. al., 2011, h.3-4). Banerjee (dalam Salman et. al., 2011, h.3-4) meneruskan, sedangkan new media sangat.

(3)  . 11  . terdesentralisasi, membutuhkan investasi yang sangat rendah, memberikan interaktivitas dan partisipasi publik yang lebih besar dan lebih sulit dikendalikan. Saat berbicara tentang new media dan media lama tidak dapat terlepas dari kenyataan bahwa kita semakin hidup dalam era konvergensi media (Banerjee, dalam Salman et. al., 2011, h.9). Konvergensi menjadi salah satu aspek mendasar dari perkembangan new media (Vera, 2016, h.89). Budaya konvergensi terjadi ketika media lama dan baru saling bertabrakan, media kecil dan media besar saling tumpang tindih, serta dimana kekuatan produser dan konsumen dapat berinteraksi dengan cara yang tidak terduga (Jenkins, 2006, h.2). Konvergensi sendiri menurut McQuail (dalam Vera, 2016, h.89) merupakan sebuah penyatuan bentuk dan fungsi media baik dalam proses organisasi, distribusi, penerimaan, regulasi, maupun fungsi sumber informasi dan hiburan. Lawson-Borders (2003, h.92) juga menyampaikan hal serupa terkait konvergensi media yaitu perpaduan antara media lama (misalnya media tradisional seperti seperti majalah, surat kabar, televisi, kabel, dan radio) dengan new media (komputer dan internet) untuk menyampaikan informasi. Dalam dunia konvergensi media, setiap cerita penting akan diceritakan, setiap brand akan cepat terjual, dan setiap konsumen menyukai platform media yang berbeda beda (Jenkins, 2006, h.1). Konsekuensi dari ciri konvergensi menyebabkan new media terpecah dalam beberapa fitur, yaitu: online media, social media, chat room, e-mail, mailing list/news group, world wide web (www), dan sebagainya (Vera, 2016, h.89)..

(4)  . 12  . 2.1.1. Social Media Social media menurut penjelasan sebelumnya merupakan salah satu bagian dari new media. Social Media sendiri adalah aplikasi berbasis internet yang membantu konsumen berbagi pendapat, wawasan, pengalaman, dan perspektif (Kaplan & Haenlein dalam Khatih, 2016, h.42). Menurut Neti (2011, h.2) social media adalah media interaksi sosial, menggunakan teknik penerbitan yang sangat mudah diakses dan terukur. Dari dua penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa social media merupakan aplikasi berbasis internet sebagai media interaksi sosial yang membatu khalayak untuk berbagi pendapat, wawasan, pengalam, dan perspektif yang menggunakan teknik penerbitan ang sangat mudah diakses dan terukur. Hamzah (2013, h.4) menyebutkan bahwa Social media mendapatkan kepopuleran yang begitu pesat di kalangan masyarakat, hal ini dikarena social media sangat efektif dan efisien dalam penyebaran informasi dan meminimalkan salah paham dalam penyampaian pesan. Penyebaran informasi tidak lagi hanya melalui mulut ke mulut, namun juga lewat social media bahkan penyebaran informasi lewat social media memiliki dampak yang lebih besar karena cakupannya yang meliputi seluruh dunia yang terkoneksi lewat jaringan internet (Hamzah, 2013, h.4) Kaplan & Haenlein (dalam Khatih, 2016, h.42) menjelaskan bahwa media sosial bisa berupa collaborative projects, blogs, content communities, social networking sites, virtual social worlds, dan virtual game worlds. Juga meliputi blogs, picture-sharing, vlogs, wall-postings, e-mail, instant messaging, musicsharing, crowdsourcing dan voice over (Baruah, 2012, h.2). Chris Heurer (dalam.

(5)  . 13  . Solis, 2010, h.39) pendiri social media club dan inovator new media, membahas 4K dalam pengoperasian social media, yaitu: a. Konteks yaitu bagaimana membingkai cerita. Cara penyampaian pesan kepada khalayak dalam rangka menarik perhatian, informasi, promosi, dan sebagainya. Cara terbaik untuk mengatasi pesan secara efektif adalah dengan menggunakan multimedia. Menurut Hasan (2013, h.812), penggunaan multimedia (foto atau video) dapat mengubah sudut pandang buruk tentang prosedur penjualan dan memberi kesan ramah kepada perusahaan. b. Komunikasi yaitu bagaimana praktek berbagi cerita, sebagai pendengar, penjawab, dan menumbuhkan respon. Tindakan menyampaikan atau berbagi dan mendengarkan, merespons serta menguraikan pesan ke publik. Proses penyampaian pesan yang berlangsung, informasi yang disampaikan bisa memberikan pemahaman dan tanggapan atau umpan balik dalam komunikasi antara administrator social media dan pengguna. c. Kolaborasi yaitu berkerjasama untuk membuat segala hal lebih lebih efesien dan ekfetif. Social media mendorong kontribusi dan umpan balik. d. Koneksi yaitu hubungan yang dibangun antara komunikator dan komunikan.. Pemiliharaan. hubungan. yang. telah. dibangun. untuk. memberikan kenyamanan dalam hubungan yang telah dibangun.. Social media berbeda dengan media tradisional karena hanya di social media semua anggota dapat membuat, berkomentar dan mengupload informasinya.

(6)  . 14  . (Jucaityte & Mascinskiene, 2014, h.492). Jucaityte & Mascinskiene (2014, h.492) melanjutkan bahwa perbedaan penting yang membedakan social media dari media tradisional (surat kabar, majalah, televisi, radio, dll.) ditandai dengan meningkatnya. keterlibatan. konsumen:. merangsang. aktivitas. konsumen,. keterbukaan terhadap partisipasi, keterlibatan (memberikan suara, berkomentar dan berbagi informasi) komunikasi dua sisi antara pengirim informasi dan penerima, serta kemungkinan cepat terbentuknya komunitas dengan kepentingan yang sama. Menurut Taprial & Kanwar (2012, h.28-29) social media memiliki beberapa sifat yang melekat yang membuatnya jauh lebih kuat daripada media tradisional, yaitu: a. Accessibility: Mudah diakses dan mengambil minimal atau tidak ada biaya untuk saat digunakan. Mudah digunakan dan tidak memerlukan keahlian khusus, pengetahuan khusus untuk saat menggunakannya. Sangat sederhana dan mudah untuk terhubung dengan orang lain serta menjadi bagian dari masyarakat. Siapa pun dengan akses online dapat menggunakan social media untuk memulai atau berpartisipasi dalam percakapan; b. Speed: Konten yang di-posting seorang pengguna di social media bersifat terbuka untuk semua orang di jaringannya/forum/komunitas segera setelah pengguna. tersebut. mempublikasikannya.. Mereka. dapat. saling. berkomunikasi tanpa terpengaruh oleh faktor eksternal saat bertukar pesan. Tanggapan yang diterima dapat diterima seketika dan dengan demikian mereka dapat memiliki dialog, yang hampir secara real-time;.

(7)  . 15  . c. Interactivity: Social media memberi beberapa saluran komunikasi dua arah atau Pengguna dapat berinteraksi satu sama lain, mengajukan pertanyaan, mendiskusikan produk/jasa, dan berbagi pendapat; d. Longevity/Volatility: Konten social media tetap dapat diakses untuk waktu yang lama, mungkin untuk selamanya. Konten dalam social media dapat diedit dan diperbaharui kapan saja; e. Reach: Internet menawarkan jangkauan tak terbatas untuk semua konten yang tersedia. Siapapun dapat mengaksesnya dari mana saja dan siapa saja bisa mencapai atau berpotensi menjangkau semua orang. Social media menawarkan fasilitas yang sama untuk semua pengguna yang dapat berbagi apa pun dengan siapa pun yang mereka suka. (Taprial & Kanwar, 2012, h.28-29). Social media memungkinkan penggunannya untuk melakukan komunikasi dengan jutaan pengguna lainnya, serta merupakan sebuah potensi dan kesempatan yang sangat besar untuk digunakan sebagai salah satu alat komunikasi pemasaran (Moriansyah, 2015, h.188). Adapun keuntungan utama dari social media menurut (Baruah, 2012, h.8-9) adalah: Sebagai wadah untuk berbagi ide-ide; Sebagai alat komunikasi dan menjembatani kesenjangan komunikasi; Sebagai sumber informasi; Sebagai alat pemasaran yang penting dan alat interaksi dengan para pelanggan; Biaya yang dikeluarkan rendah atau lebih efektif; Tidak memakan waktu yang lama..

(8)  . 16  . Luders (dalam Lomborg, 2011, h.56) menyebutkan bahwa social media berkaitan dengan tujuan komunikasi yang kemudian kontras ke media massa, dalam arti social media jelas dimaksudkan untuk komunikasi interpersonal dan personal ekspresi para penggunanya. Social media didasarkan pada komunikasi interpersonal dan pembuatan konten interaktif yang biasanya ditujukan untuk kepentingan pribadi (Lomborg, 2011, h.56). Social media menawarkan tempat bagi pengguna online untuk menemukan orang lain yang berbagi minat yang sama dan membangun komunitas virtual berdasarkan pada kepentingan bersama, dengan ketersediaan teknologi media sosial dan layanan, berbagi konten dan interaksi pengguna telah menjadi relatif mudah dan efisien (Baruah, 2012, h.8). Moriansyah (2015, h.188) meneruskan bahwa pengguna social media dapat mengakses social media kapan saja dan dimana saja, hal tersebut yang memberikan peluang bagi para pemasar untuk dapat melakukan pemasaran. Munculnya social media menawarkan para pemasar cara murah untuk membuat dan melaksanakan kampanye pemasaran, para pemasar akan fokus pada pembuatan konten yang menghasilkan perhatian, serta insentif motivasi bagi khalayak untuk berbagi dengan jaringan sosial mereka (Khan & Maqsood, 2011, h.16). Social media dapat membantu sebagai sesuatu yang baru dan campuran dari elemen promosi yang memungkinkan perusahaan secara efektif mendorong kesadaran merek, mempromosikan produk, memanfaatkan CRM dan penjualan langsung, serta menyumbang paradigma komunikasi baru (Lucenko, 2012, h.47). Ketika sebuah perusahaan menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk membangun hubungan dengan konsumen menggunakan social media, konsumen.

(9)  . 17  . akan menyadari bahwa perusahaan tersebut mengambil risiko untuk berinvestasi dalam hubungan komersial, hal itu akan menghasilkan perubahan yang positif pada konsumen terkait niat pembelian (Sitto, 2015, h.85). Didukung oleh Naz (2014, h.3) dalam penelitiannya menyatakan bahwa social media berpengaruh terhadap pemasaran, hal itu terjadi karena social media memudahkan konsumen untuk dapat melihat komentar atau review dari orang lain.. 2.1.1.1. Instagram Instagram adalah aplikasi yang dirancang khusus untuk smartphone (dan yang lebih baru lagi, tablet) yang memungkinkan pengambilan foto, pengeditan, dan berbagi foto seluler, diluncurkan pada Oktober 2010 oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger, dibeli oleh Mark Zuckerberg (Facebook) pada tahun 2012 (Despard, 2015, h.4). Keberhasilan instagram dapat dikreditkan ke fakta bahwa ini lebih dari sekedar platform untuk berbagi fotografi dan pandangan ke dalam kehidupan sehari-hari pengguna (Goor, 2012, h.4). Akun instagram tidak hanya digunakan sebagai cara berkomunikasi dengan teman, tapi juga sebagai alat pemasaran, periklanan dan peningkatan kesadaran, atau sebagai galeri, portofolio atau jurnal visual untuk para profesional kreatif (Despard, 2015, h.4). Menurut Goor (2012, h.4) Instagram juga telah berhasil menyebabkan berbagai Brand berduyun-duyun memakai aplikasi ini untuk pemasaran. Sejumlah pengguna seperti General Electric dan Starbucks melihat potensi pemasaran Instagram, dan kekuatan gabungan untuk menyiapkan bisnis yang didedikasikan.

(10)  . 18  . untuk membantu Brand mengembangkan strategi pemasaran Instagram mereka dan menjangkau sejumlah besar pengguna (Goor, 2012, h.4).. 2.2. Social Media Marketing Social Media Marketing (SMM) terdiri dari upaya menggunakan social media (komunitas online, jaringan sosial, blog pemasaran) untuk membujuk konsumen bahwa produk atau jasa yang ditawarkan sebuah perusahaan bermanfaat bagi mereka (Neti, 2011, h.3). SMM juga dikenal sebagai pemasaran masyarakat, termasuk jenis model Internet Marketing, ditujukan untuk mencapai tujuan pemasaran dengan berpartisipasi dalam berbagai jaringan social media termasuk mikro blogging, blog, gambar, video dan sebagainya (Maoyan, Zhujunxuan, & Sangyang, 2014, h.93). Menurut Neti, (2011, h.6) keuntungan yang akan didapatkan perusahaan saat menerapkan SMM adalah: a. Membangkitkan paparan bisnis; b. Meningkatkan pelanggan; c. Membangun kemitraan bisnis baru; d. Kenaikan peringkat (perusahaan/produk) dalam engine rankings; e. Menghasilkan prospek lebih bermutu karena upaya memimpin generasi yang lebih baik; f. Menjual lebih banyak produk dan jasa; g. Pengurangan biaya pemasaran secara keseluruhan..

(11)  . 19  . Menurut Chary (dalam Karman, 2015, h.79) fokus dari SMM adalah sebagai perjuangan untuk menghadirkan konten yang menarik perhatian orang dan mendorong mereka untuk membagikannya pada jejaring sosial mereka. SMM dapat meningkatkan pengaruh, reputasi perusahaan dan merek dalam komunitas pelanggan potensial, pembaca atau pendukung (Neti, 2011, h.4). Biaya yang rendah saat menggunakan SMM serta jumlah pengguna dan informasi pengguna yang tersedia telah berkontribusi dalam menjadikan SMM bisnis yang besar dan menguntungkan (Khan & Maqsood, 2011, h.16). Menurut Alharbie (2015, h.878) dengan mengubah bisnis ke ranah dapat berinteraksi dengan konsumen menggunakan SMM, pemasaran beralih ke tahap yang lebih tinggi dan dapat mempengaruhi jutaan orang serta dapat mengembangkan merek lebih baik. Mengambil langkah menuju SMM membuka perusahaan maupun pelaku bisnis ke kancah global dan pada dasarnya mengharuskan perusahaan untuk melepaskan kendali dan membiarkan konsumen membentuk mereknya menurut pemikiran mereka sendiri (Alharbie, 2015, h.878). Kim & Ko (2010, h.168) menggunakan entertainment, customization, interaction, word of mouth, dan trend sebagai alat ukur dari SMM yang akan lebih dijelaskan sebagai berikut: 1. Entertainment pada SMM menurut Kim & Ko (2010, h.168) lebih mengarah pada kemenarikan konten berupa gambar, video, maupun teks yang dibagikan dan khalayak mendapatkan kesenangan dari hal tersebut. Bagaimana konsumen menikmati menggunakan social media dan mengumpulkan informasi untuk mengisi waktu luang mereka juga.

(12)  . 20  . termasuk kedalam bagian dari entertainment yang dapat dirasakan secara langsung oleh khalayak (Kim & Ko, 2010, h.168). Didukung oleh Vera (2016, h.19) yang menyatakan bahwa fungsi entertainment sendiri dalam komunikasi massa dimaksudkan bahwa media massa menyajikan sebuah hiburan untuk relaksasi, pengalihan perhatian, maupun merdakan ketegangan sosial. Entertainment dalam social media juga tidak jauh berbeda dengan fungsi entertainment dalam komunikasi massa. Menurut Heinonen (dalam Civico, 2014, h.21) menyatakan bahwa ada empat jenis kegiatan entertainment dalam social media: melarikan diri dari dunia nyata dan bersantai, mencari inspirasi dan dorongan, menikmati pengalaman di social media dan ekspresi diri yang mencakup artikulasi serta promosi diri. Entertainment meningkatkan keberhasilan social media karena memotivasi pengguna untuk berpartisipasi, mempromosikan kegembiraan mereka dan membuat mereka tetap kembali (Boujena et., al., n.d, h.5); 2. Pada indikator customization Kim & Ko (2010, h.168) menjelaskan bahwa selain tidak hanya harus memberikan informasi yang menarik, social media juga menyediakan wadah bagi para pengguna untuk dapat mencari informasi yang mereka butuhkan serta dapat secara bebas menyampaikan pemikiran mereka. Kim & Ko (2010, h.168) melanjutkan dengan menjelaskan bahwa social media juga mudah untuk digunakan dan dapat diakses kapan saja dan dimana saja selama terhubung oleh jaringan internet. Pendapat tersebut didukung oleh Taprial & Kanwar (2012, h.28-.

(13)  . 21  . 29) yang menyatakan social media mudah diakses dan membutuhkan biaya minimal atau tanpa biaya. Social media mudah digunakan dan tidak memerlukan keahlian khusus, pengetahuan untuk digunakan. Sangat mudah untuk terhubung dengan orang lain dan menjadi bagian dari komunitas. Oleh karena itu siapa saja yang memiliki akses online dapat menggunakan social media untuk memulai atau berpartisipasi dalam percakapan (Taprial & Kanwar, 2012, h.28-29). Teknologi costumized atau personalisasi memungkinkan pesan yang dipersonalisasi dikirimkan ke individu maupun kelompok serta memungkinkan untuk memilih jenis berita yang ingin dilihat terlebih dahulu dan kesempatan untuk mendapatkan pemberitahuan atau pengingat tentang event tertentu (Laudon, 2014, h.407-409). Analisa dari contoh kasus Nike yang diberikan Laudon (2014, h.127) menghasilkan bahwa bagaimana sebuah perusahaan memberikan nilai yang unik atau nilai tambah suatu produk sesuai keinginan pelanggan. Diperkuat oleh Kozinets, Hemetsberger, & Schau (dalam Scaraboto, Rossi, & Costa, 2012, h.248) yang menyatakan bahwa komunitas online yang terkait dengan jejaring sosial mempermudah konsumen untuk berkolaborasi dalam pengembangan produk baru; 3. Interaction. dalam. social media terjadi. ketika. pengguna. dapat. menyampaikan maupun bertukar pendapat dan informasi dengan mudah dengan pengguna lain dalam suatu komunitas online (Kim & Ko, 2010, h.168). Kemungkinan untuk melakukan interaksi dua arah langsung antara pengguna dengan penyedia layanan juga sangat besar (Kim & Ko, 2010,.

(14)  . 22  . h.168). Diperkuat dengan pendapat Maoyan, Zhujunxuan, & Sangyang (2014, h.94) yang menyatakan bahwa interaction pada SMM tidak hanya terjadi dari klien ke klien atau klien ke perusahaan, namun perusahaan juga dapat dengan cepat menanggapi pertanyaan yang diberikan konsumen. Situs jejaring sosial memungkinkan terjadinya interaction yang lebih besar dengan komunitas online melalui siaran up-to-date, konsumen mendapatkan informasi yang relevan (Fischer & Reuber, dalam As’ad & Anas, 2014, h.336). Seseorang pengguna dapat terhubung, berbagi, dan berkomunikasi atau mengirim pesan dengan pengguna lain secara realtime (Taprial & Kanwar, 2012, h.37). Kim & Ko (2010, h.166) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa sebagai sarana untuk memberi nilai kepada pelanggan dengan segala cara, brand-brand terkenal kini beralih ke media sosial, hal itu terjadi karena mereka dapat melakukan komunikasi dua arah yang memungkinkan pengguna berinteraksi satu sama lain secara online untuk berbagi informasi dan opini. Menurut Viviek (dalam Kristiadi et. al., 2014, h.352) Semakin tinggi tingkat keterlibatan pelanggan dalam sebuah brand, maka pelanggan akan semakin tertarik untuk bertukar pengalaman, pikiran dan perasaan dengan pelanggan lainnya terkait brand tersebut; 4. Word of Mouth (WOM) merupakan penerusan penyebaran informasi yang didapatkan oleh seseorang maupun penyebaran informasi yang berupa sebuah pendapat dari penyebar informasi itu sendiri (Kim & Ko, 2010, h.168). Kim & Ko (2010, h.168) melanjutkan bahwa media yang dipakai.

(15)  . 23  . pun bisa bermacam-macam untuk menyebarkan informasi, termasuk menggunkan social media. Didukung oleh sebuah penelitian yang menyatakan teknologi komunikasi yang paling mendukung perkembangan WOM adalah situs jejaring sosial di World Wide Web, yang bisa ditemukan dalam bentuk blog, forum, dan halaman pribadi seperti facebook ataupun myspace (Naz, 2014, h.2). Hennig et. al., dalam Naz (2014, h.1) mendefinisikan WOM sebagai pernyataan positif atau negatif yang dibuat oleh pelanggan berdasarkan pengalaman mereka tentang produk atau perusahaan, dan tersedia bagi banyak orang serta institusi yang menggunakan internet. Kata positif dari mulut ke mulut jika dikelola dan difasilitasi dengan baik akan sangat efektif untuk mempengaruhi pelanggan karena mereka merasakan hubungan yang lebih pribadi (Kotler & Keller, 2012, h.546). Konsumen menggunakan kata dari mulut ke mulut untuk membicarakan lusinan merek setiap hari. Attia et. al., dalam Naz (2014, h.1) menjelaskan bahwa konsumen mengumpulkan informasi dan opini tentang produk dari orang lain sebagai reverensi sebelum mereka membeli. Tseng, Kuo & Chen (dalam Balakrishnan, Dahnil & Yi, 2014, h.179) dalam penelitiannya menemukan bahwa WOM memainkan peran yang sangat penting dalam minat pembelian serta memiliki efek lebih besar pada minat pembelian daripada iklan. 5. Trend menurut Kim & Ko (2010, h.168) mengarah pada ketika seseorang merasa telah berpartisipasi atau ikut menjadi bagian terhadap sesuatu kebaruan kegiatan atau budaya baru yang sedang terjadi. Selain itu trend.

(16)  . 24  . juga termasuk disaat social media memberikan berita yang bersifat up-todate (Kim & Ko, 2010, h.168). Didukung oleh sebuah pendapat yang menyatakan trend merupakan penyebaran informasi terbaru dan trend itu sendiri dalam menggunakan social media (Boujena et., al., n.d., h.3). Sebuah brand yang sukses memperbarui situs Facebook mereka tiga kali sehari dan terus melakukan tweeting di Twitter (Kim & Ko, 2012).. Social media tidak bisa dipisahkan oleh keberadaan internet yang menawarkan komunikasi bersifat interaktif media (Ouwersloot & Duncan, 2008, h.225). Ouwersloot & Duncan (2008, h.225) juga menjelaskan interaktif media sangat bernilai untuk membangun hubungan dan kepercayaan antara brand dan konsumen yang nantinya akan berpengaruh pada ketertarikan konsumen terhadap brand itu sendiri. Kotler & Keller (2012, h.477) menjelaskan bahwa marketing communication telah berkembang di hampir setiap media dan bentuk. Penggunaan jejaring sosial (social media) sebagai alat marketing communication masih berada pada tahap awal, namun sudah dapat dipastikan bahwa jejaring sosial adalah fakta dari aktivitas online (Shimp, 2014, h.424). Menurut Pelsmacker, Geuens, & Bergh (2005, h.234) tahap selanjutnya dalam evolusi ini adalah kecenderungan terhadap interaktivitas yang nyata, contohnya yaitu baik pemasar maupun konsumen dapat saling berinteraksi, merespon, serta bertukar pesan satu sama lain. Meskipun beberapa teknik komunikasi direct marketing. (bagian. dari. Integrated. Marketing. Communications). juga. memungkinkan tingkat interaktivitas tertentu, meningkatnya penetrasi internet.

(17)  . 25  . dan telepon seluler dan kebangkitan media interaktif baru seperti televisi interaktif pasti akan mengubah sifat interaktivitas komunikasi pemasaran (Pelsmacker, Geuens, & Bergh 2005, h.234).. 2.4. Minat Pembelian Konsumen. memiliki. proses. yang. panjang. yang. pada. akhirnya. memutuskan untuk membeli produk. Menurut Kotler dan Keller (2012, h.181) proses membeli adalah pengalaman para konsumen dalam memahami, memilih, menggunakan, atau bahkan membuang produk. Minat beli merupakan bentuk pemikiran nyata dari refleksi rencana konsumen untuk membeli beberapa barang dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman & Kanuk 2000, h.206). Minat pembelian juga dapat diartikan sebagai konsumen lebih suka membeli produk atau sebuah layanan karena mereka merasa membutuhkan produk atau layanan tertentu, atau bahkan sikap terhadap produk dan persepsi produk (Madahi & Sukati, 2012, h.153). Dengan kata lain, minat membeli berarti konsumen akan membeli produk setelah dia mengevaluasi suatu produk dan mengetahui bahwa produk tersebut layak dibeli. Minat beli juga diartikan sebagai sebuah rencana yang muncul ketika seseorang melakukan aktivitas kognitif yang berorientasi ke masa depan seperti mencoba produk sebelum membeli, berpikir untuk memutuskan kapan membeli, serta merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain (Soderlund & Ohman, 2003, h.54-55). Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat pembelian merupakan sebuah rencana pembelian yang muncul ketika konsumen.

(18)  . 26  . merasa membutuhkan produk atau layanan tertentu dan merekomendasikan produk atau layanan tersebut kepada orang lain saat konsumen itu merasa puas. Minat Beli mengarah kepada individu yang memiliki kemauan untuk membeli, serta dapat dijadikan sebagai tolak ukur keinginan seseorang dalam membeli (Setiawan & Ihwan, 2004, h.29). Menurut Sertoglu & Catli (2014, h.73) minat pembelian dapat diukur dengan Intention, Willingness, dan Recommendation. Intention merupakan ketertarikan mencoba yang dirasakan oleh konsumen; Willingness merupakan keinginan untuk membeli yang dirasakan oleh konsumen; Recommendation merupakan keinginan merekomendasikan kepada orang lain yang dilakukan oleh konsumen (Sertoglu & Catli dalam Dyah, 2014, h.53).. 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu atau penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain, menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian ini. Acuan tersebut bisa berdasarkan persamaan maupun perbedaan yang ada antara penelitian sebelumnya tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaan dan perbedaan ini mengacu pada beberapa hal, seperti teori atau konsep, metode penelitian, rumusan masalah, maupun tujuan penelitian yang digunakan..

(19)  . 27  . Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu PENULIS. Angella Jiyoung Kim & Eunju Ko (2010). Radityo Kusumo Santoso (2012). JUDUL. Impacts of Luxury Fashion Brand’s Social Media Marketing on Customer Relationship and Purchase Intention. Pengaruh Media Sosial Terhadap Customer Retention. RUMUSAN MASALAH. Apakah social media marketing berpengaruh pada hubungan pelanggan dan minat pembelian, dan apakah ada hubungan antara customer relationship serta minat pembelian?. TEORI. Menggunakan Konsep Social Media Marketing. Menggunakan konsep Integrated Marketing Communication (IMC). METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa social media marketing memiliki pengaruh yang positif pada hubungan pelanggan maupun minat pembelian. Serta terdapat hubungan yang posirif antara customer relationship dan minat pembelian.. Hasil penelitian ini menunjukkan diketahui variabel social media mempunyai pengaruh terhadap variabel loyalitas konsumen yang berarti social media mempunyai pengaruh terhadap customer retention. berdasarkan dimensinya, dari empat dimensi variabel social media yang diteliti oleh. HASIL PENELITIAN. Apakah terdapat pengaruh media sosial terhadap customer retention? Faktorfaktor media sosial apa saja yang mempengaruhi customer retention?. Melissa Anastasia Karman (2015) The Impact of Social Media Marketing on Brand Equity Toward the Purchase Intention of Starbucks Indonesia. Akhtar, Tahir, & Asghar (2016) Impact of Social Media Marketing on Consumer Purchase Intention. Sejauh mana social media marketing mempengaruhi ekuitas merek dan minat beli konsumen?. Apakah social media marketing meningkatkan minat pembelian?. Menggunakan Konsep Social Media Marketing. Menggunakan Konsep Social Media Marketing. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa social media marketing memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap ekuitas merek Starbucks Indonesia. Tidak hanya pada ekuitas merek, namun pemasaran social media Starbucks Indonesia juga memiliki dampak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara SMM dan minat pembelian. Seiring dengan perusahaan meningkatkan pengeluaran mereka untuk pemasaran di social media, profitabilitas perusahaan juga meningkat. Ini memberikan keuntungan bagi.

(20)  . 28  . peneliti hanya dimensi media richness, dan self presentation yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel loyalitas konsumen. RELEVANSI PENELITIAN. Penelitian ini menjadi acuan peneliti menggunakan social media marketing dalam strategi pemasaran yang mempengaruhi minat pembelian. Serta pemakaian kesamaan pada indikator social media marketing yang dipakai. Perbedaannya terletak pada tidak digunakannya variabel customer relationship dalam penelitian yang dilakukan penulis.. Penelitian ini menjadi acuan peneliti menghubungkan konsep Integrated Marketing Communication (IMC) dengan Social Media Marketing yang merupakan salah satu strategi pemasaran yang mempengaruhi minat pembelian. Perbedaannya terletak pada variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan self presence, media richness, self presentation dan self disclosure. Variabel self presence, media richness, self presentation dan self disclosure lebih mengarah untuk menguji online communities secara tertutup.. langsung yang signifikan terhadap niat beli. Sedangkan untuk dimensi pemasaran social media komunitas online, interaksi, dan pembagian konten terbukti memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap niat beli.. perusahaan dalam jangka panjang dengan meningkatkan penjualan dan keuntungan. SMM membantu perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dan meningkatkan profitabilitas perusahaan.. Penelitian ini menjadi acuan peneliti menggunakan social media marketing dalam strategi pemasaran yang mempengaruhi minat pembelian. Perbedaannya terletak pada indikator social media marketing yang digunakan serta fokus penelitian pada penelitian ini adalah Social Media Marketing yang dilakukan di Facebook dan Twitter, sedangkan peneliti fokus terhadap Instagram. Serta peneliti tidak menguji SMM terhadap ekuitas merek, hanya SMM terhadap Minat Pembelian.. Penelitian ini menjadi acuan peneliti menggunakan social media marketing dalam strategi pemasaran yang mempengaruhi minat pembelian. Perbedaannya terletak pada indikator social media marketing yang digunakan serta fokus penelitian pada penelitian ini adalah Social Media Marketing yang dilakukan di Facebook dan Twitter, sedangkan peneliti fokus terhadap Instagram.. Sumber: Data Diolah Peneliti..  .

(21)  . 29  . 2.7. Kerangka Pemikiran. Social  Media   Marketing  (X)     • Entertainment   • Customization   • Interaction   • Word  of  Mouth   • Trend     (Kim & Ko, 2010, h.168)  . Minat Pembelian (Y) • Minat • Keinginan • Rekomendasi (Sertoglu & Catli, 2014, h.73)  . Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Sumber: Data Diolah Peneliti 2.8. Hipotesis Hipotesis merupakan sebuah pernyataan merupakan dugaan atau terkadan masih lemah kebenarannya tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya, sehingga perlu dibuktikan melalui penelitian (Nasution, 2007 h.39). Untuk penelitian ini, penulis menggunakan hipotesis sebagai acuan untuk menganalisis data yang diperoleh nantinya. Berdasarkan kerangka pemikiran dan tinjauan pustaka yang telah dilakukan sebelumnya, penulis membuat hipotesis penelitian ini sebagai berikut:. Ha =. Social Media Marketing (X) dalam Instagram memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Minat Pembelian (Y).. H0 =. Social Media Marketing (X) dalam Instagram tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Minat Pembelian (Y)..

(22)

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran  Sumber: Data Diolah Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kelompok siswa yang diajar menggunakan pendekatan pembelajaran Konvensional, hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang diberi bentuk tes uraian lebih kecil

Selain itu, perbankan Indonesia juga perlu didorong untuk konsisten melakukan pengembangan program keuangan inklusif melalui peningkatan penggunaan uang elektronik, antara

1) Tidak berwenangnya pejabat umum yang bersangkutan; 2) Tidak mampunya pejabat umum yang bersangkutan; 3) Cacat dalam bentuknya. Akta ini tetap memiliki kekuatan pembuktian

Guru Besar Ilmu Kimia Universitas Airlangga yang juga salah satu peneliti, Pratiwi Pudjiastuti, mengatakan, rumput laut sebagai bahan baku cangkang kapsul memiliki senyawa

Adapun yang dimaksud dengan perbuatan menggugurkan kandungan adalah melakukan perbuatan bagaimanapun wujud dan caranya terhadap kandungan seorang perempuan yang

Dalam klasifikasi seperti ini memungkinkan juga satu kelompok tanaman sayur terdiri dan berbagai familia dan kemungkinan pula organ yang dimanfaatkan sebagai

Setiap orang yang mendirikan suatu usaha pastilah menginginkan usaha usaha tersebut berhasil, untuk mencapai keberhasilan usaha banyak faktor faktor yang