• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Komplikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prevalensi Komplikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Angger Anugerah H, Ahmad Fakhroni Aziz, Tiana Nurfadila, Neni Kusuma Dewi, Alfita Farida Noviya. Prevalensi Komplikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 22 PREVALENSI KOMPLIKASI DIABETES MELITUS BERDASARKAN KARAKTERISTIK PASIEN DIABETES MELITUS

Angger Anugerah H Ahmad Fakhroni Aziz Tiana Nurfadila Neni Kusuma Dewi Alfita Farida Noviya

Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro ABSTRAK

Berbagai komplikasi dapat muncul pada penderita DM. Managemen DM yang kurang baik dalam jangka panjang dapat menimbulkan komplikasi baik akut maupun kronis. Komplikasi serius pada penderita DM meliputi microvascular complications dan macrovascular complications (Walker, Ralston, & Penman, 2013). Komplikasi yang paling sering dialami oleh penderita DM adalah neuropati perifer (Li, Chen, Wang, & Cai, 2015), retinopati (Ilyas, 2014), dan dermopati diabetic (Soebroto & Catherin, 2011).Beberapa karakteristik pasien diduga sebagai factor pencetus munculnya komplikasi DM. Penelitian terkait data komplikasi DM di Indonesia masih jarang dilakukan. Terlebih, masih banyak pasien yang tidak menyadari bahwa dia menderita komplikasi tertentu.

Penelitian ini menggunakan desain analitik corelasional dengan pendekatan cross

sectional. Analisis multivariate dengan pendekatan regresi linear dilakukan untuk menganalisis hubungan karakteristik responden dengan komplikasi DM.

Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah durasi DM dan usia responden. Mean usia pasien dalam penelitian ini adalah 58,6 tahun sedangkan durasi DM 7 tahun. Komplikasi DM pada penelitian ini adalah neuropati, retinopati, oklusi (berdasarkan ABI), dan dermopati. Hasil uji pearson correlation didapatkan hasil ρ value sig (2-tailed) 0.000 (<0,05)

yang artinya H1 diterima berarti ada hubungan antara karakteristik responden dengan komplikasi

DM pada Pasien Prolanis di puskesmas dander, Ngumpakdalem dan wisma Indah Bojonegoro. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, sebagian besar pasien DM yang mengikuti program prolanis memiliki komplikasi DM yang memperparah kondisi pasien. Diharapkan ada intervensi preventif untuk mencegah terjadinya komplikasi pada pasien DM.

Kata Kunci : DM, Komplikasi DM, Karakteristik Pasien DM

ABSTRACT

Various complications can occur in people with DM. Poor management of DM in the long term can cause both acute and chronic complications. Serious complications in DM patients include microvascular complications and macrovascular complications (Walker, Ralston, & Penman, 2013). The most common complications experienced by people with DM are peripheral neuropathy (Li, Chen, Wang, & Cai, 2015), retinopathy (Ilyas, 2014), and diabetic dermopathy (Soebroto & Catherin, 2011). Some characteristics of patients are thought to trigger complications of DM. Research related to DM complication data in Indonesia is still rare. Moreover, there are still many patients who do not realize that they suffer from certain complications.

The characteristics of the respondents used in this study were the duration of DM and the age of the respondent. The mean age of patients in this study was 58.6 years while the duration of DM was 7 years. DM complications in this study were neuropathy, retinopathy, occlusion (based on ABI), and dermopathy. The Pearson correlation test results obtained ρ value sig (2-tailed) 0.000 (<0.05) which means H1 is accepted means there is a relationship between the characteristics of respondents with DM complications in Prolanic Patients in Dander Public Health Center, Ngumpakdalem and Indah Bojonegoro guesthouse.

(2)

Angger Anugerah H, Ahmad Fakhroni Aziz, Tiana Nurfadila, Neni Kusuma Dewi, Alfita Farida Noviya. Prevalensi Komplikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 23 Based on the results of this study it was concluded that, most DM patients who take PROLANIS programs have DM complications that aggravate the patient's condition. It is expected that there will be preventive intervention to prevent complications in DM patients.

Keywords: DM, DM complications, DM patiens’ characteristics PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) merupakan

penyakit tidak menular yang jumlah

penderitanya di Indonesia sangat tinggi.

Indonesia merupakan negara yang

menempati urutan ke 7 dunia dengan jumlah penderita DM sebesar 8,5 juta jiwa (IDF, 2015). Berbagai komplikasi dapat muncul pada penderita DM. Managemen DM yang kurang baik dalam jangka panjang dapat menimbulkan komplikasi baik akut maupun kronis. Komplikasi serius pada penderita DM

meliputi microvascular complications dan

macrovascular complications (Walker, Ralston, & Penman, 2013). Komplikasi yang paling sering dialami oleh penderita DM adalah neuropati perifer (Li, Chen, Wang, & Cai, 2015), retinopati (Ilyas, 2014), dan dermopati diabetic (Soebroto & Catherin, 2011).

Beberapa faktor dapat

mengakibatkan timbulnya komplikasi DM baik itu faktor dari lingkungan maupun faktor dari personal. Faktor resiko komplikasi DM yaitu kontrol gula darah, kontrol tekanan darah, jenis kelamin, usia, kontrol lipid darah, kehamilan, merokok dan durasi waktu menderita DM (Bailey, 2012).

Komplikasi DM merupakan kasus yang sering muncul pada penderita DM bahkan hingga menimbulkan kematian.

Beberapa karakteristik pasien diduga

sebagai factor pencetus munculnya

komplikasi DM. Penelitian terkait data komplikasi DM di Indonesia masih jarang dilakukan. Terlebih, masih banyak pasien yang tidak menyadari bahwa dia menderita

komplikasi tertentu. Oleh karenanya,

penelitian prevalensi komplikasi diabetes melitus berdasarkan karakteristik pasien DM perlu dilakukan untuk menambah informasi terkait komplikasi dan dapat dijadikan

sumber reverensi bagi penelitian

selanjutnya.

METODE PENLITIAN

Penenelitian ini menggunakan

metode analisis korelasi dengan

pendekatan cross sectional yaitu mengambil data data satu kurun waktu. Pengambilan

data dilakukan dengan mengkaji

karakteristik pasien dan komplikasi yang dialaminya.

Pengkajian neuropati dilakukan

dengan menggunakan kuesioner

neuropathy symptom score (NSS) yang telah tervalidasi. Sementara pengambilan

data dermopati dilakukan dengan

menggunakan kuesioner tanda tanda

dermopati yang di kembangkan sendiri bedasarkan literature yang ada.

Pengkajian oklusi pada system peredaran darah perifer dengan cara menghitung nilai Ankle Brachial Index (ABI). Sementara pengukuran nilai retinopati dilakukan dengan cara melakukan tanda-tanda retinopati pada pasien sesuai dengan standar operasional prosedur.

HASIL PENELITIAN

Untuk menganalisa hasil pada penelitian ini dilakukan analisis multivariate. analisis multivariate merupakan metode

statistik yang memungkinkan kita

melakukan penelitian terhadap lebih dari dua variable secara bersamaan. Dalam

penelitian ini variable karakteristik

responden dihubungkan dengan data

komplikasi DM pada responden.

Analisis Multivariat dengan variable dependent neuropati

(3)

Angger Anugerah H, Ahmad Fakhroni Aziz, Tiana Nurfadila, Neni Kusuma Dewi, Alfita Farida Noviya. Prevalensi Komplikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 24

Data Analisis bivariate p-value Analisis Multivariate p-value Usia .16 .00 Durasi DM .00

*variable dependent neuropati

Bersadarkan table didapati

hubungan durasi DM dengan kejadian

neuropati significant (p = .00). Begitu pula

dengan hubungan kedua variable bebas yaitu usia dan durasi DM terhadap neuropati juga didapati sangat significant (p = .00). Analisis Multivariat dengan variable dependent retinopati Data Analisis bivariate p-value Analisis Multivariate p-value Usia .579 .003 Durasi DM .001

*variable dependent retinopati

Bersadarkan table didapati

hubungan usia dengan kejadian retinopati

adalah tidak significant (p = .579).

Sedagkan, hubungan kedua variable bebas yaitu usia dan durasi DM terhadap retinopati

didapati sangat significant denga p-value

0.00.

Analisis Multivariat dengan variable dependent ABI Data Analisis bivariate p-value Analisis Multivariate p-value Usia .147 .000 Durasi DM .000

*variable dependent retinopati

Bersadarkan table didapati

hubungan usia dengan kejadian oklusi yang ditunjukkan dengan nilai ABI adalah tidak significant (p = .147). Sedagkan, hubungan kedua variable bebas yaitu usia dan durasi DM terhadap ABI didapati sangat significant denga p-value 0.00.

Analisis Multivariat dengan variable dependent ABI Data Analisis bivariate p-value Analisis Multivariate p-value Usia .147 .000 Durasi DM .000

*variable dependent retinopati

Bersadarkan table didapati

hubungan usia dengan kejadian oklusi yang ditunjukkan dengan nilai ABI adalah tidak significant (p = .147). Sedangkan, hubungan kedua variable bebas yaitu usia dan durasi DM terhadap ABI didapati sangat significant denga p-value 0.00.

Analisis Multivariat dengan variable dependent Dermopati Data Analisis bivariate p-value Analisis Multivariate p-value Usia .478 .000 Durasi DM .000

*variable dependent retinopati

Bersadarkan table 5.7 didapati hubungan usia dengan kejadian dermopati

adalah tidak significant (p = .478).

Sedagkan, hubungan kedua variable bebas yaitu usia dan durasi DM terhadap kejadian

dermopati didapati sangat significant

dengan p-value 0.00. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian,

didapati ada hubungan yang sangat significant antara karakteristik responden yang meliputi usia dan durasi DM dengan kejadian neuropati. Menurut Genna, JG, (2003) dalam Maryunani (2015) Neuropati diabetik perifer adalah suatu komplikasi kronik dari DM dimana syaraf-syaraf telah mengalami kerusakan sehingga kaki pasien menjadi baal (tidak merasakan sensasi) dan

tidak merasakan adanya tekanan,

injuri/trauma, atau infeksi. Dari studi yang

telah dilakukan didapatkan dari 33

responden semuanya mempunyai tanda gejala neuropati diabetik perifer, dimana

(4)

Angger Anugerah H, Ahmad Fakhroni Aziz, Tiana Nurfadila, Neni Kusuma Dewi, Alfita Farida Noviya. Prevalensi Komplikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 25 paling banyak responden mengalami tanda

gejala neuropati diabetik perifer berat yaitu sebesar 18 responden (54,5%).

Menurut Dorsey et al (2009),

beberapa factor dapat menyebabkan

penderita DM mengalami komplikasi

meliputi bertambahnya usia, lamanya

mengidap DM, hipertensi, dislipidemia, merokok, dan konsumsi alkohol yang tinggi (Dorsey et al,. 2009). Akan tetapi, jika dilihat dari hasil analisa, didapati hasil hubungan

yang tidak significant (p = .16) antara usia

dengan kejadian neuropati. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang telah ada bahwa semakin tua usia pasien maka semakin mungkin terserang komplikasi DM (Dorsey et al,. 2009). Hal ini dapat terjadi karena beberapa factor yaitu pola diet pasien yang kurang baik.

Berdasarkan hasil penelitian,

sebanyak 8 responden (24,2%) yang telah

>9 tahun menderita DM mengalami

retinopati dikarenakan penderita DM kurang memahami pencegahan dari DM. Akan tetapi apabila durasi diabetes yang diderita diimbangi dengan pola hidup yang sehat maka akan menciptakan kualitas hidup yang baik, sehingga dapat mencegah atau

menunda komplikasi jangka panjang.

Sebanyak 7 responden (21,2%) yang mengalami DM >9 tahun juga mengalami retinopati berat. Hal ini disebabkan dalam jangka waktu yang cukup lama, kadar glukosa dalam darah dapat mengakibatkan

penumpukan glikoprotein dinding sel

sehingga muncul komplikasi mikrovaskuler antara lain adalah retinopati diabetik (Black & Hawks, 2009).

Berdasarkan hasil analisa data hubungan antara durasi DM dan usia terhadap kejadian retinopati menggunakan uji pearson correlation didapati hasil p value = 0,000, artinya nilai p value dalam penelitian ini lebih kecil dari α = 0,05 atau dibawah 0,05 maka H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara karakteristik responden dengan kejadian retinopati diabetik.

Berdasarkan hasil analisa

menggunakan uji pearson correlation

terhadap hubungan kedua variable bebas yaitu usia dan durasi DM terhadap ABI

didapati sangat significant denga p-value

0.00. Hal tersebut berarti ada pengaruh variable usia dan durasi DM terkait terjadinya komplikasi oklusi pada pasien DM. Oklusi pembuluh darah perifer pada penelitian ini ditunjukkan dengan nilai ABI. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa peningkatan kadar gula darah yang terjadi dalam waktu lama dan

tidak terkontrol akan menyebabkan

perubahan dan kerusakan pada jaringan pembuluh darah (Hasibuan & Wicaksono,

2016). Berdasarkan hasil penelitian,

responden yang mengalami DM selama 19 tahun memiliki hasil ABI dengan kategori oklusi parah, sedangkan pasien dengan durasi 3 tahun memiliki nilai oklusi minimal dan normal.

Terjadinya oklusi pada pasien DM juga dipengaruhi oleh karakteristik usia

pasien. Proses penuaan juga dapat

mengakibatkan perubahan dinding

pembuluh darah sehingga mempengaruhi transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan. Serabut di lapisan media mengalami kalsifikasi, tipis dan terpotong, serta kolagen yang menumpuk di lapisan inti dan media.

Perubahan tersebut menyebabkan

kekakuan pembuluh darah, yang

mengakibatkan peningkatan tekanan

pembuluh perifer, ganguan aliran darah, dan peningkatan kerja ventrikel kiri (Pratomo, 2014).

Berdasarkan hasil analisa data hubungan antara karakteristik responden dengan dermopati diabetik menggunakan uji pearson correlation didapatkan p value =

0,00 berarti ada hubungan antara

karakteristik responden dengan dermopati diabetik. Hal ini sejalan dengan penelitian

dari Kalsy et al., 2015 yang menyatakan

bahwa pasien lanjut usia atau mereka yang sudah menderita diabetes mellitus kurang

(5)

Angger Anugerah H, Ahmad Fakhroni Aziz, Tiana Nurfadila, Neni Kusuma Dewi, Alfita Farida Noviya. Prevalensi Komplikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 26 lebih 10 sampai 20 tahun berpotensi untuk

mengalami dermopati diabetik.

Mekanisme pada penyakit

dermopati diabetik dapat berhubungan dengan penurunan aliran darah yang menyebabkan degenerasi saraf subkutan lokal. Komplikasi dermopati diabetik sering dikaitkan dengan komplikasi mikrovaskuler dan penyakit pembuluh darah besar (Indrastiti, 2014).

5.5 Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam

penelitian ini dialami peneliti ketika proses pengambilan data. Pada pemeriksaan ABI kendala diantaranya penelitian dilakukkan tidak memposisikan klien untuk berbaring karena selain waktu yang terbatas dari pihak puskesmas tidak menyediakan tempat untuk

dilakukkannya pemeriksaan nilai ABI

sehingga penelitian dilakukan responden dalam posisi duduk. Selain itu peneliti hanya

menggunakan alat Spygmomanometer dan

stetoskop dengan frekuensi suara tidak terlalu besar seperti Doppler.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Karakteristik responden dalam

penelitian ini adalah durasi DM dan usia responden. Mean usia pasien dalam penelitian ini adalah 58,6 tahun sedangkan durasi DM 7 tahun.

2. Komplikasi DM pada penelitian ini

adalah neuropati, retinopati, oklusi (berdasarkan ABI), dan dermopati.

3. Hasil uji pearson correlation

didapatkan hasil ρ value sig

(2-tailed) 0.000 (<0,05) yang artinya H1

diterima berarti ada hubungan

antara karakteristik responden

dengan komplikasi DM pada Pasien Prolanis di puskesmas dander, Ngumpakdalem dan wisma Indah Bojonegoro.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2009). All

about blood glucose. Diabetes Pro,

15, 342-2383. Retrieved from

http://professional.diabetes.org/pel/all -about-blood-glucose-english

Bailey C, Chakravarthy U, Cohen S, Dodson P, Gibson J, Menon G, Dkk (2012).

Diabetic Retinopathy Guidelines.

Theroyal College Ofopthalmologists. Balitbang Kemenkes, R. I. (2013). Riset

Kesehatan Dasar;

RISKESDAS. Jakarta: Balitbang

Kemenkes RI.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Medical-surgical nursing: Clinical management for positive outcomes (Vol. 1). A. M. Keene (Ed.). Saunders.

Centers for Disease Control and Prevention.

(2015). 2014 National diabetes

statistics report. Retrieved from http://www.cdc.gov/diabetes/data/stat istics/2014statisticsreport.html Dorsey, R. R., Eberhardt, M. S., Gregg, E.

W., & Geiss, L. S. (2009). Peer reviewed: Control of risk factors

among people with diagnosed

diabetes, by lower extremity disease

status. Preventing chronic

disease, 6(4).

Fitria, Ana. 2009. Diabetes Tips

Pencegahan Preventif Dan

Penanganan. Yogyakarta: Venus. Hasibuan, P. J., & Wicaksono, A. Hubungan

antara Nilai Ankle Brachial Index dan Gangguan Fungsi Kognitif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Kota Pontianak.

Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata.

Edisi Ke-5. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; (2014).

Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata.

(6)

Angger Anugerah H, Ahmad Fakhroni Aziz, Tiana Nurfadila, Neni Kusuma Dewi, Alfita Farida Noviya. Prevalensi Komplikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 27 Kedokteran Universitas Indonesia;

(2014).

Indrastiti Pramitasari (2014). The British Journal Of Diabetes And Vascular Disease. Journal Reading. Vol.14, No 3.

International Diabetes Federation (IDF). 2015. Diabetes Evidence Demands Real Action From The UN Summit On

Non-Communicable Disease.

Diunduh dari

https://www.idf.org/membership/wp/in donesia

J Kalsy et al (2015). Insidensi Dermopati Diabetik. Departemen ilmu penyakit kulit.

Kumar KPS, Bhowmik D, Harish G, Duraivel S, Kumar BP. Diabetic Retinopathy Symptoms, Causes, Risk Factors And Treatment. The Pharma Innovation. (2012);4:4-15.

Lee, R., Wong, T. Y., & Sabanayagam, C. (2015). Epidemiology of diabetic retinopathy, diabetic macular edema and related vision loss. Eye and vision, 2(1), 17.

Li, L., Chen, J., Wang, J., & Cai, D. (2015). Prevalence and risk factors of diabetic peripheral neuropathy in type 2

diabetes mellitus patients with

overweight/obese in Guangdong

province, China. Primary care

diabetes, 9(3), 191-195.

Manullang, Y. R., Rares, L., & Sumual, V. (2016). Prevalensi Retinopati Diabetik Pada Penderita Diabetes Melitus Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (Bkmm) Propinsi Sulawesi Utara Periode Januari-Juli 2014. E-Clinic, 2016, 4(1).

Maryunani, A. (2015). Perawatan Luka Modrn (Modern Woundcare) Terkini Dan Terlengkap. Penerbit IN MEDIA.

Maryunani, A. (2015). Perawatan Luka

Modrn (Modern Woundcare) Terkini Dan Terlengkap. Penerbit IN MEDIA.

Mirhoseini, M., Saleh, N., Momeni, A., Deris, F., & Asadi-Samani, M. (2016). A study on the association of diabetic dermopathy with nephropathy and retinopathy in patients with type 2

diabetes mellitus. Journal of

nephropathology, 5(4), 139.

Novitasari, R. 2015. Diabetes Melitus.

Jakarta. FKUI.

Pandelaki K, (2009). Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam. Edisi Ke-5. Jakarta: Internal Publishing.

Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia

(2011). Neuropati diabetik menyerang lebih dari 50% penderita diabetes [Diabetic neuropathy attack more than 50 % of diabetes patients]. Retrieved from

http://www.pdpersi.co.id/content/new s.php?catid=23

PERKENI. (2015). Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia. Konsensus

Pengelolaan Dan Pencegahan

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015

Pratomo, imam. 2014. Gambaran Nilai

Ankle Brachial Index (ABI) Penderita DM Tipe 2 Di Puskesmas Kotabumi II Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara.

Sjamsuhidajat, R. (2016). De jong.

2010. Buku Ajar Ilmu BedahEdisi, 3.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G.

(2012). Brunner e Suddarth: tratado de enfermagem médico-cirúrgica. Todos os volumes. Guanabara Koogan.

(7)

Angger Anugerah H, Ahmad Fakhroni Aziz, Tiana Nurfadila, Neni Kusuma Dewi, Alfita Farida Noviya. Prevalensi Komplikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.8 No.1, Februari 2019 28 Soebroto, Catherin. (2011). manifestasi

dermatologis pada pasien diabetes

mellitus. Damianus Journal Of

Medicine, vol 10, No. 3.

Soebroto, Catherin. (2011). Manifestasi Dermatologis Pada Pasien Diabetes

Mellitus. Damianus Journal of

Medicine, vol 10, No. 3.

Subyianto. 2010. Self Nypnosis Bagi

Diabetes. Yogyakarta. FKUI.

Suri, M. H., & Sinulingga , S. (2015). Hubungan Karakteristik, Hiperglikemi,

dan Kerusakan Saraf Pasien

Neuropati Diabetik di RSMH

Palembang Periode 1 Januari 2013 Sampai Dengan 30 November 2014. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 2(3) 305-310.

Tapp R, Shaw J, Zimmet P. Complications Of Diabetes. Edisi Ke-2. Belgium: International Diabetes Federation; (2003): Halaman:72-112.

Tholib, Ali Maghfuri. 2016. Perawatan luka

diabetes mellitus. Jakarta: Salemba Medika

Walker, B. R., Colledge, N. R., Ralston, S. H., & Penman, I. (2013). Davidson's principles and practice of medicine. Philadelphia, PA: Elsevier.

http://professional.diabetes.org/pel/all-about-blood-glucose-english

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sebuah sistem yang mampu menerjemahkan suatu kalimat teks berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan aturan yang

Setelah mendengar penjelasan dan tujuan dari penelitian ini dari Saudari Neiliel Fitriana Anies, mahasiswi Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera

hal ini dikarenakan bahwa peristiwa stock split dianggap sebagai sinyal positif mengenai prospek kinerja keuangan perusahaan dan stock split tidak memiliki nilai

Abdoer RahemSitubondodengan hasil penelitian di dapatkan data bahwa lebih dari 50 % responden memiliki pemahanan kurang dalam yaitu sebanyak 9 responden (60%).Penanganan

Samudranesia Tour and Travel Pekanbaru karena, dengan promosi yang tepat seperti pada dimensi periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat yang memiliki skor

Hidrograf aliran pada pengamatan ketiga Dari ketiga gambar hidrograf aliran dengan metode Muskingum-Cunge tersebut tampak bahwa perbedaan nilai awal masukan

Temuan Data Pelaksanaan Metode Mentoring Dalam Membimbing Akhlak Remaja Pada Lembaga Rumah Zakat Indonesia Di ICD Medan Tembung .... Identifikasi

Hendro Gunawan, MA