• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh) dalam Proses Mitigasi Bencana Alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola Komunikasi BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh) dalam Proses Mitigasi Bencana Alam"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh

RISKA ANANDA NIM. 411307056

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH 1439 H / 2018 M

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Segala Puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pola Komunikasi BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh) Dalam Proses Mitigasi Bencana Alam”. Shalawat beserta salam kepada sang junjungan alam baginda Rasullullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang telah memperjuangkan agama islam.

Skripsi ini penulis ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Tugas akhir ini selesai berkat usaha dan kerja keras penulis serta doa dan semangat dari keluarga, dosen pembimbing dan sahabat. Penulis dengan hati yang tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Zakaria. G dan Ibunda Ermanusah yang telah membesarkan, mendidik dan mencintai dengan sepenuh hati serta mendoakan dan memotivasi untuk penyelesaian tugas akhir ini.

2. Dr. Kusmawati M.Pd selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. Jauhari Hasan, M.Si selaku Dekan I, Dr. Jasafat, M.A selaku Wakil Dekan II, Drs. Baharuddin, M.Si selaku Wakil Dekan III.

3. Bapak Dr. Hendra Syahputra M.M sebagai pembimbing pertama sekaligus selaku Ketua Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam (KPI) dan bapak Syahril Furqany S.I.Kom, M.I.Kom sebagai pembimbing kedua atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi.

(6)

ii

Semoga semua bimbingan, dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama ini menjadi keberkahan dan dihitung sebagai amal ibadah. Penulis tidak dapat membahas semua yang telah diberikan, hanya kepada Allah penulis memohon agar diberikan balasan yang berlipat ganda di dunia maupun akhirat. Amin

Penulis menyadari dalam penulisan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan baik pengolahan penyajian data. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di kemudian hari.

Banda Aceh, 16 November 2017

(7)

iii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II : LANDASAN TEORITIS ... 8

A. Definisi Komunikasi dan Organisasi ... 8

1. Komunikasi... 7

a. Pengertian Komunikasi... 7

b. Unsur atau Komponen Komunikasi... 8

c. Tujuan Komunikasi ... 9

d. Sifat Komunikasi ... 10

e. Fungsi Komunikasi ... 10

f. Model Proses Komunikasi ... 12

g. Elemen Komunikasi... 12 h. Teori Komunikasi ... 13 2. Organisasi ... 15 a. Pengertian Organisasi ... 15 b. Elemen Organisasi ... 16 c. Karakteristik Organisasi ... 20 d. Fungsi Organisasi ... 22 e. Struktur Organisasi ... 22 B. Komunikasi Organisasi... 23

1. Pengertian Komunikasi Organisasi... 23

2. Pola Komunikasi... 24

3. Macam-macam Pola Komunikasi Organisasi... 24

C. Penanggulangan Bencana ... 28

1. Manajemen Bencana ... 28

(8)

iv

D. Informan Data ... 36

E. Teknik Pengumpulan dan Pengelolaan Data ... 38

F. Teknik Analisi Data ... 39

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

1. Tugas,Wewenang dan Kewajiban BPBA ... 42

2. Sumber Daya Badan Penanggulangan Bencana Aceh... 45

3. Kinerja Pelayanan Lembaga BPBA... 47

4. Visi dan Misi... 48

B. Pola Komunikasi Lembaga BPBA... 48

1. Pola Komunikasi Bintang ... 48

2. Pola Komunikasi Rantai ... 50

3. Pola Komunikasi yang sering digunakan oleh Lembaga BPBA ... 51

C. Teknik Vertikal dan Horizontal ... 52

1. Komunikasi Atasan Kepada Bawahan... 52

2. Komunikasi Bawahan Kepada Atasan... 53

3. Komunikasi Horizontal... 55

D. Media Komunikasi Lembaga BPBA ... 56

E. Analisis dan Pembahasan... 60

BAB V : PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA... 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

v

Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Kepangkatan dan

(10)

vi

Gambar 2.3 Model Elemen Organisasi (Scott, 1981) ...17

Gambar 2.4 Pola Roda ...25

Gambar 2.5 Pola Rantai ...26

Gambar 2.6 Pola Lingkaran ...26

Gambar 2.7 Pola Bintang...27

Gambar 2.8 Siklus Manajemen Bencana ...29

Gambar 4. 1 Komunikasi Kebawah ...52

Gambar 4. 2 Komunikasi Keatas ...53

(11)

vii

Lampiran 2 : Surat Keputusan (SK) Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4 : Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran 5 : Dokumentasi Foto-Foto Penelitian Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup

(12)

viii

hambatan apa saja yang terdapat dalam proses komunikasi dari pemimpin dengan karyawannya dalam proses mitigasi bencana alam. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola komunikasi yang terdapat pada lembaga BPBA dalam mitigasi bencana alam dan untuk mengetahui hambatan apa saja yang terdapat dalam proses komunikasi dari pemimpin dengan karyawannya dalam proses mitigasi bencana alam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tehnik pengumpulan data, observasi, wawancara dan dokumentasi yang melibatkan responden yang telah ditetapkan peneliti yakni, pegawai di lembaga BPBA. Setelah melakukan analisis data, peneliti menyimpulkan bahwa lembaga BPBA telah melaksanakan tugas dengan baik yang meliputi mitigasi bencana yaitu pelatihan penguatan kapasitas, sosialisasi, desa tangguh, simulasi bencana yaitu membuat skenario dan rencana kontigensi di buat dalam bentuk buku dan dibagikan kepada peserta simulasi, tanggap darurat yaitu pencarian dan penyelamatan korban serta penanggulangan bencana yang terjadi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lembaga BPBA menggunakan pola komunikasi bintang dan pola komunikasi rantai, Pola komunikasi bintang digunakan untuk berkomunikasi secara umum, dimana atasan langsung berkomunikasi dengan bawahan dan bawahan langsung berkomunikasi kepada atasan tanpa perantara orang lain. Untuk pola rantai di Lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat pengumuman dari satu divisi kepada seluruh karyawan yang harus disampaikan melalui divisi SDM. Komunikasi dari atasan kepada bawahan yaitu berupa intruksi pekerjaan atau tugas. Komunikasi dari bawahan ke atasan adalah Komunikasi yang berupa laporan kerja, informasi tentang bencana dan saran. Adapun kendala atau hambatan yang dihadapi BPBA dalam melakukan simulasi bencana adalah waktu, sumber daya dan peralatan.

(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia, sejak ia dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah tanda komunikasi.1 Menurut Roger dan D Lawrence (1981) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.2

Dalam kehidupan sosial manusia harus berkomunikasi, artinya harus memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini menunjukkan proses komunikasi sebagai proses integrasi sosial antara individu dengan lainnya dan kelompok masyarakat. Proses integrasi melahirkan berbagai bentuk komponen individu, kelompok masyarakat dan lembaga dengan sistem kepemimpinan.

Dalam suatu kepemimpinan lembaga/ masyarakat, terdapat dua unsur penting yang harus diperhatikan yakni antara pemimpin dan yang dipimpin. Proses komunikasi yang baik antar keduanya menentukan keberlangsungan hidup suatu kelompok masyarakat/ lembaga. Di antara kedua belah pihak tersebut harus ada

two-1

H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 1

2Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 22

(14)

way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu di perlukan kerja sama dengan harapan untuk mencapai cita-cita, baik itu cita-cita pribadi, maupun kelompok guna mencapai tujuan suatu lembaga.

Proses komunikasi yang baik harus didukung oleh penggunaan pola komunikasi yang baik dan benar agar ide, gagasan, keinginan, harapan, permintaan, perintah yang disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain dapat dimengerti, dipahami, dihayati, dan dilaksanakan demi kepentingan bersama dalam kehidupan masyarakat/ lembaga.3Untuk melancarkan komunikasi yang baik dalam sebuah lembaga maka seorang pemimpin, manajer memerlukan pola komunikasi dan kerjasama yang baik, dimana interaksi diantara bagian yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis, dan pasti. Dengan begitu apa yang menjadi tujuan dalam sebuah lembaga akan tercapai secara efektif dan sesuai dengan yang direncanakan.

Komunikasi dalam lembaga (organisasi) tidak akan selamanya berjalan dengan mulus sesuai dengan yang diharapkan. Hambatan akan seringkali dijumpai dalam suatu lembaga (organisasi). Seperti terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi.4

3Muzawwir kholiq yang berjudul “Pola Komunikasi Organisasi (Studi Kasus antara Pimpinan dan Karyawan di Radio Kota Perak Yogyakarta), (Yogyakarta: Skripsi Universitas Sunan Kalijaga, 2010), (online), (http://diligib.uin-suka,ac.id. Pdf, di akses 11 Maret 2017)

4 Nunung Hurhayati yang Berjudul” Pola Komunikasi Badan Penyuluhan Pertanian Indramayu dalam Upaya Penyebaran Informasi Pertanian, (Bandung), (online), (http://elib.unikom.ac.id. Pdf, di akses 11 Maret 2017)

(15)

Pentingnya pola komunikasi dalam lembaga perlu dilakukan dengan sistem yang baik dan benar. Pola komunikasi juga disebut sebagai gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah atau suatu aktifitas. Pola komunikasi lembaga BPBA terlibat dalam proses penyampain pesan yang dilakukan oleh atasan ke bawahan yang terlibat dalam penanggulangan bencana.

Penyampaian pesan ini dimaksudkan sinergi komunikasi dengan kerjasama yang baik supaya tercapai tujuan yaitu penanggulangan bencana alam. Penyampaian pesan yang dimaksud adalah bagaimana arahan yang baik sebelum terjadinya bencana alam dan langkah-langkah yang diambil oleh kepala BPBA, lalu menyampaikan pesan kepada staf terkait untuk mencegah dan menanggulangi bencana alam.

Selain komunikasi antar sesama pegawai BPBA, pegawai BPBA juga perlu menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat, khususnya kepada masyarakat ditempat yang ingin dilakukan mitigasi bencana, simulasi bencana, maupun penanggulangan bencana. Dewasa ini masih banyak masyarakat yang ambigu dengan kehadiran BPBA, tugas dan fungsi BPBA maupun dengan kinerja BPBA, hal ini amat terlihat jelas ketika dilakukannya simulasi bencana, masih ada sebagian masyarakat yang tidak mau bekerjasama dalam melakukan simulasi, bahkan ada sebagian masyarakat yang sama sekali tidak mau berpartisipasi dalam hal apapun yang dilakukan oleh BPBA. Inilah salah satu tantangan terbesar BPBA, bagaimana cara mereka mengatasi keambiguan masyarakat dengan BPBA dan BPBA punya tugas yang besar untuk bisa meyakinkan masyarakat akan kehadiran mereka ditengah

(16)

masyarakat sebagai lembaga yang akan selalu mendampingi masyarakat dalam hal mitigasi bencana, simulasi bencana maupun penanggulangan bencana.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa perlu dan penting untuk melakukan penelitian dan mengangkat permasalahan ini dalam skripsi dengan judul “Pola Komunikasi Organisasi pada Badan Penanggulangan Bencana Aceh

(BPBA) ,”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola komunikasi pemimpin dengan karyawan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)?

2. Hambatan apa saja yang terdapat dalam proses komunikasi dari pemimpin dengan karyawannya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana pola komunikasi antara pemimpin dengan karyawan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA).

2. Mengetahui Hambatan apa saja yang terdapat dalam proses komunikasi dari pemimpin dengan karyawannya.

(17)

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentu memiliki manfaat bagi peneliti maupun pihak lain yang akan menggunakannya. Oleh karena itu, maka penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis, menambah wawasan khazanah intelektualitas dalam perkembangan ilmu komunikasi, serta dapat di jadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Secara praktis, dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pola komunikasi yang ada dalam suatu lembaga.

E. Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian “Pola Komunikasi Organisasi pada Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)” di pertegas maknanya sebagai berikut:

1. Pola Komunikasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk (Struktur) yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat di pahami; hubungan; kontak. Dengan demikian, pola komunikasi di sini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih

(18)

dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.5

Dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting dalam terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan lembaga.

2. Badan Penanggulang Bencana Aceh (BPBA)

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) adalah lembaga pemerintah Non-Departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/ Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang di tetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

5Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga (Sebuah

(19)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Definisi Komunikasi dan Organisasi

1. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang artinya memberitahukan. Kata tersebut kemudian berkembang dalam bahasa inggris communication yang artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan, perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih. Secara sederhana dapat dikemukakan pengertian komunikasi, ialah proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari seorang sumber atau komunikator kepada seorang penerima atau komunikan dengan tujuan tertentu.6

Menurut Edward Depari (1990) didalam buku Suranto Aw, komunikasi adalah proses penyampaian pesan, harapan, dan gagasan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, di lakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.7

Sedangkan menurut Everett M. Rogers (1995) didalam buku Suranto Aw, komunikasi adalah proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah perilakunya.8

6Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogjakarta : Graha Ilmu, 2010), hal. 2 7Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya.., hal. 3

(20)

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi ialah proses penyampaian pesan atau informasi yang mengandung arti dari komunikator kepada komunikan untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Unsur atau Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi dapat didefinisikan adalah sebagai berikut: 1) Komunikator

Komunikator ialah individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan tersebut di proses melalui pertimbangan dan perencanaan dalam pikiran. Proses mempertimbangkan dan merencanakan tersebut berlanjut kepada proses penciptaan pesan, dengan demikian seorang komunikanitor menciptakan pesan, untuk selanjutnya disampaikan kepada komunikan.9

2) Pesan

Pesan atau informasi, ada pula yang menyebut sebagai gagasan, ide, simbol, stimuli pada hakikatnya merupakan sebuah komponen yang menjadi isi komunikasi. Pesan ini dapat berupa pesan verbal maupun Non-Verbal.

3) Media

`Media ialah suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari seorang komunikator kepada komunikan. Ada berbagai macam media, meliputi media cetak, audio, dan audio-visual.

(21)

4) Komunikan

Komunikan atau penerima adalah pihak yang menerima pesan. Sebenarnya komunikan tidak sekedar menerima pesan, melainkan juga menganalisis sean menafsirkannya sehingga dapat memahami makna pesan tersebut.

5) Umpan balik (feedback)

Umpan balik atau feedback adalah respon atau tanggapan seorang komunikan setelah mendapatkan terpaan pesan. Dapat pula dikatakan sebagai reaksi yang timbul.

c. Tujuan Komunikasi

Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain:10

1) Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (Penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.

2) Memahami orang lain, kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan, jangan mereka menginginkan kemaunya.

3) Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasive bukan memaksakan kehendak.

4) Mengerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, mengerakkan

10H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2000), hal. 66

(22)

d. Sifat Komunikasi

Dilihat dari sifatnya, proses komunikasi dapat dibedakan menjadi:

1) Komunikasi tatap muka (Face-To-Face Communication), dalam hal ini pihak-pihak yang berkomunikasi saling bertemu dalm suatu tempat tertentu.11

2) Komunikasi bermedia (Mediated Communication), ialah komunikasi dengan menggunakan media, seperti telepon, surat, radio, dan sebagainya.

3) Komunikasi verbal, komunikasi dengan ciri bahwa pesan yang disampaikan berupa pesan verbal atau dalam bentuk ungkapan kalimat, baik secara lisan maupun tulisan.

4) Komunikasi Non-Verbal, komunikasi dengan ciri bahwa pesan yang di sampaikan berupa pesan non-verbal atau bahasa isyarat, baik isyarat badaniah ( Gestural) maupun isyarat gambar (Picture).

e. Fungsi komunikasi

Di dalam perusahaan objek komunikasi adalah seluruh fungsi manajemen yang meliputi POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controllimg) sedang subjek komunikasi adalah seluruh komponen yang ada dalam perusahaan, mulai dari top manajemen sampai dengan karyawan.12

11H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi.., hal. 14

(23)

Gambar 2.1 Hubungan Komunikasi dengan Fungsi Manajemen

Sumber: Wahjono, Sentot Imam , perilaku organisasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu , 2010), hal. 218

Komunikasi menjalankan empat fungsi utama dalam suatu kelompok/ organisasi yaitu:

1) Fungsi kendali (Kontrol/ Pengawasan): komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi agar mereka mematuhi semua aturan dan hirarki wewenang dalam organisasi.

2) Fungsi motivasi, yaitu dengan komunikasi dapat menjelaskan pada para anggota apa yang harus dikerjakan dan bagaimana dapat bekerja dengan baik.

3) Fungsi pengungkapan emosi, dengan komunikasi para anggota dapat mengungkapkan kekecewaan, atau rasa puas yang mereka rasakan. 4) Fungsi informasi, dengan komunikasi semua keputusan dapat diambil

dan dapat diteruskan pada semua anggota organisasi. Planning

Organizing Actuating Controlling

Komunikasi Top Middle

(24)

f. Model Proses Komunikasi

Model proses komunikasi terdiri dari tujuan bagian yaitu: sumber komunikasi, pengkodean, pesan, saluran, penerima, umpan balik.13

1) Sumber komunikasi mengawali suatu pesan dengan pengkodean suatu pikiran dengan empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan, dan sistem sosial budaya.

2) Pesan adalah suatu yang di komunikasikan.

3) Saluran adalah medium lewat mana pesan itu berjalan.

4) Pengkodean adalah simbol-simbol yang harus diterjemahkan ke dalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh penerima pesan.

5) Umpan balik merupakan pengecekan mengenai berapa suksesnya kita mentranfer pesan.

g. Elemen komunikasi

Hal-hal yang mendasar dalam komunikasi adalah : 1) Arah komunikasi

2) Jaringan komunikasi

Terdapat 2 arah komunikasi:

a. Vertikal yaitu atas bawah, contoh komunikasi atasan pada bawahan dan sebaliknya.

(25)

b. Lateral atau menyamping, misal komunikasi atau koordinasi dengan rekan kerja selevel.14

h. Teori Komunikasi

Menurut Shannon dan weaver (1949; weaver,1949B) didalam buku Fiske John, model dasar mereka tentang komunikasi menampilkan komunikasi sebagai proses linier yang sederhana. Kesederhanaan dari model ini membuat banyak orang tertarik untuk menjiplak, selain itu sifat linier yang berpusat pada proses juga telah menarik banyak kritikus.15

Model ini secara umum mudah di pahami pada pandangan pertama. Karakteristik sederhana dan searah sangat jelas terlihat.

Sinyal Sinyal

Gambar 2.2 Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Sumber: Fiske John, pengantar ilmu komunikasi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 10

Shannon dan Weaver mengidentifikasikan tiga tingkatan permasalahan di dalam ilmu komunikasi. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah:

14Wahjono, Sentot Imam , Perilaku Organisasi.., hal . 221

15Fiske John, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 10

Sumber Sumber gangguan Destinasi Penerima Pengirim

(26)

Tingkat A (permasalahan teknis) Tingkat B : (permasalahan semantik) Tingkat C : (permasalahan keefektifan)

seberapa akurat sebuah simbol dapat mentransmisikan komunikasi?

seberapa tepat simbol yang ditransmisikan menyampaikan makna yang diinginkan?

seberapa efektif makna yang diterima memengaruhi perilaku seperti yang diinginkan?

Permasalahan teknis pada tingkat A adalah yang paling mudah dipahami dan merupakan asal mula pengembangan model sebagai upaya menjelaskan proses komunikasi.

Permasalahan-permasalahan semantik mudah untuk dipahami, namun jauh lebih susah untuk dipecahkan, dan mencakup dari makna kata, sampai dengan makna dari foto di US Newreel bagi orang rusia. Shannon dan Weaver beranggapan bahwa makna itu berada di dalam pesan: oleh sebab itu memperbaiki pengiriman pesan akan meningkatkan akurasi semantik. Namun terdapat pula faktor-faktor budaya yang bekerja di sini yang tidak ditunjukkan oleh model: makna itu tidak hanya di dalam pesan, tetapi juga di dalam budaya.16

(27)

Permasalahan efektivitas pada awalnya seperti terlihat bahwa Shannon dan Weaver memandang komunikasi sebagai manipulasi atau propaganda: bahwa A dianggap telah melakukan komunikasi secara efektif dengan B ketika B memberikan respons seperti yang diinginkan oleh A. Shannon dan Weaver memang menempatkan diri mereka terbuka untuk mendapatkan kritik semacam ini, dan hampir tidak bisa menjawab kritik tersebut dengan memunculkan pernyataan bahwa respons terhadap karya seni adalah sebuah efek komunikasi.

Mereka menyatakan bahwa tiga tingkatan tersebut tidak benar-benar terpisah satu sama lain, namun saling berhubungan dan saling bergantung, dan model teoritis mereka, meskipun awal mulanya dari tingkat A, bekerja cukup baik pada semua tingkatan. Inti dari mempelajari komunikasi masing-masing dan ketiga tingkatan tersebut adalah untuk memahami bagaimana kita meningkatkan akurasi dan efisiensi dari proses komunikasi.

2. Organisasi

a. Pengertian organisasi

Menurut Schein (1982) didalam buku Muhammad Arni, mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab.17 Selanjutnya menurut Kochler (1976) mengatakan bahwa organisasi adalah system hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya menurut

(28)

Wright (1977) dia mengatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.18

Setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. Tanpa organisasi sulitlah organisasi itu berfungsi dengan baik. Suatu organisasi terbentuk apabila suatu usaha memerlukan usaha lebih dari orang untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu suatu organisasi dapat kecil seperti usaha dua orang individu atau dapat sangat besar yang melibatkan banyak orang dalam interaksi kerja sama.

b. Elemen Organisasi

Organisasi adalah sangat bervariasi ada yang sangat sederhana dan ada pula yang sangat komplek. Maka untuk membantu kita memahami organisasi tersebut perhatikanlah model berikut yang menggambarkan elemen dasar dari organisasi yang saling keterkaitan satu elemen dengan elemen lainnya.19

18Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi.., hal. 24 19Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi.., hal. 25

(29)

Lingkungan (Environment)

Gambar2.3 Model Elemen Organisasi (Scott, 1981).

1) Stuktur Sosial

Struktur sosial adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan di dalam suatu organisasi. Struktur sosial menurut Davis (Scott, 1981) dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu struktur normatif dan struktur tingkah laku.20

Struktur normatif mencakup nilai, norma dan peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria yang digunakan dalam memilih tujuan tingkah laku. Sedangkan norma adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengejar tujuan. Peranan yang diharapkan, digunakan sebagai standar penilaian tingkah laku karyawan yang sesuai dengan posisinya.

Struktur tingkah laku ini berfokus kepada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada resep bertingkah laku. Tingkah laku yang diperlihatkan manusia dalam organisasi ini mempunyai karakteristik umum yang merupakan pola atau jaringan

20Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi.., hal. 26

Organisasi struktur sosial

Teknologi Tujuan

(30)

tingkah laku. Misalnya dalam suatu organisasi akan dapat terlihat bahwa adanya partisipan yang suka mempengaruhi orang lain atau yang suka mengasingkan diri dari temannya atau ada yang membenci atau di benci oleh temannya dan sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa struktur normatif dan struktur tingkah laku tidaklah dapat dipisahkan. Kedua struktur ini saling berhubungan, yang mana tingkah laku membentuk norma dan sebagaimana halnya norma membentuk tingkah laku.

2) Partisipan

Partisipan organisasi adalah individu-individu yang memberikan kontribusi kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih daripada suatu organisasi dan keterlibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangat bervariasi.

Tingkat terampilan dan keahlian yang di bawa partisipan kedalam organisasi adalah sangat berbeda-beda. Oleh karena itu susunan struktural di dalam organisasi mestilah di rancang untuk di sesuaikan dengan tingkat keterampilan. Tingkat keterampilan ini hampir selalu diikuti oleh perbedaan kekuasaan (Power) dan tuntutan otonomi.

3) Tujuan

Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat controversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami organisasi; yang lainnya mempertanyakan apakah tujuan membentuk suatu fungsi lain daripada membenarkan tindakan yang lalu. Kemudian ahli tingkah laku menjelaskan bahwa hanya individu-individu yang mempunyai tujuan, organisasi tidak.

(31)

Bagi kebanyakan analisis, tujuan merupakan suatu titik sentral petunjuk dalam menganalisis organisasi. Tujuan dibatasi sebagai suatu konsepsi akhir yang diingini, atau kondisi yang partisipan usahakan mempengaruhinya, melalui penampilan aktivitas tugas-tugas mereka.21

4) Teknologi

Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan. Tiap-tiap organisasi mempunyai teknologi dalam melakukan pekerjaannya. Beberapa organisasi memproses materi input atau masukan dan membangun perlengkapan perangkat keras (Hard Ware). Organisasi lainnya memproses orang, hasil produksinya berisikan individu-individu yang berpengetahuan, yang terampil atau individu yang lebih sehat.

Semua organisasi mempunyai teknologi tetapi bervariasi dalam teknik atau kemanjuran dalam memproduksi hasil yang diinginkan. Beberapa teori yang sangat menarik dan kerja empiris akhir-akhir ini memusatkan pada saling hubungan antara karakteristik teknologi dan bentuk struktur organisasi.

5) Lingkungan

Tidak ada organisasi yang sanggup mencukupi kepentingan dirinya sendiri. Semuanya tergantung kepada lingkungan sistem yang lebih besar untuk dapat terus hidup. Pada mulanya ahli analisi organisasi cenderung tidak melihat atau mengira

(32)

kurang penting hubungan lingkungan organisasi. Tetapi pekerjaan sekarang menitik-beratkan kepada hubungan lingkungan ini.

Parson (Scott, 1981) didalam buku Muhammad Arni, telah memberikan perhatian terhadap pentingnya hubungan di antara tujuan organisasi dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Suatu organisasi mungkin mengharapkan dukungan sosial bagi aktivitasnya untuk merefleksikan nilai-nilai masyarakat pada fungsinya. Jika kesehatan menggambarkan nilai positif yang kuat bagi masyarakat kemudian organisasi yang mensuplai pemeliharaan kesehatan mungkin berusaha untuk mendapatkan dukungan dalam melaksanakan aktivitas mereka.22

c. Karakteristik Organisasi 1) Dinamis

Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungannya dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah tersebut.23

a) Sifat dimanis yang pertama disebabkan karena adanya perubahan ekonomi dalam lingkungannya. Semua organisasi memerlukan sumber keuangan untuk melakukan aktifitasnya. Oleh karena itu kondisi ekonomi mempengaruhi secara tajam pada kehidupan organisasi.

22Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi.., hal . 28 23Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi.., hal . 29

(33)

b) Sifat dinamis yang kedua disebabkan karena adanya perubahan pasaran. Kebanyak organisasi pasarannya adalah hasil produksi atau pelayanan. Karena pasaran itu tergantung kepada langganan yang menggunakannya maka organisasi harus sensitif terhadap perubahan sikap langganannya.

c) Sifat dinamis yang ketiga disebabkan karena adanya perubahan kondisi sosial. Karena semua organisasi tergantung kepada bakat dan inisiatif manusia maka organisasi mesti tetap dinamis untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi sosial.

d) Sifat dinamis yang keempat disebabkan karena adanya perubahan teknologi. Perubahan teknologi yang terjadi dalam masyarakat akan memberikan dampak pada organisasi.

2) Memerlukan Informasi

Semua organisasi memerlukan informasi untuk hidup. Tanpa informasi organisasi tidak dapat jalan. Dengan adanya informasi bahan mentah dapat diolah menjadi hasil produksi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk mendapatkan informasi adalah melalui proses komunikasi. Tanpa komunikasi tidak mungkin mendapat informasi. Oleh karena itu komunikasi memegang peranan penting dalam organisasi untuk mendapatkan informasi yang di butuhkan organisasi. Informasi yang dibutuhkan ini baik dari dalam organisasi sendiri maupun dari luar organisasi.24

(34)

3) Mempunyai Tujuan

Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan organisasi hendaknya dihayati oleh seluruh anggota organisasi sehingga setiap anggota dapat diharapkan mendukung pencapaian tujuan organisasi melalui partisipan mereka secara individual.

4) Terstruktur

Tiap organisasi mempunyai satu struktur. Beberapa dari organisasi mempunyai batas yang tajam dan struktur yang komplek sedangkan yang lainnya mempunyai batas yang agak longgar dan strukturnya sederhana.

Struktur menjadikan organisasi membakukan prosedur kerja dan mengkhususkan tugas yang berhubungan dengan proses produksi. Biasanya suatu organisasi mengembangkan suatu struktur yang membantu organisasi mengontrol dirinya sendiri.

d. Fungsi Organisasi

Organisasi mempunyai beberapa fungsi di antaranya adalah memenuhi kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab, memproduksi hasil produksi dan mempengaruhi orang.25

e. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah sistem atau jaringan kerja terhadap tugas-tugas, sistem pelaporan dan komunikasi yang menghubungkan secara bersama pekerjaan individual dengan kelompok.26

(35)

B. Komunikasi Organisasi

1. Pengertian Komunikasi Organisasi

Menurut Redding dan Sanborn di dalam buku Muhammad Arni, mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/ tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mengdengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.27

Menurut Katz dan Kahn di dalam buku Muhammad Arni, mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi lingkunganya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.28

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Dalam hal ini komunikasi organisasi yang di maksud yaitu: komunikasi dalam hubungan internal, hubungan eksternal, hubungan persatuan pengelola, komunikasi dari atasan kepada bawahan

26Wahjono, Sentot Imam , Perilaku Organisasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), hal. 16 27Muhammad Arni. Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), hal. 65. 28Muhammad Arni. Komunikasi Organisasi.., hal. 66

(36)

atau komunikasi kebawah, komunikasi ke atas atau komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/ tingkatnya dalam organisasi dan komunikasi evaluasi program.

2. Pola Komunikasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk (Struktur) yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat di pahami; hubungan; kontak. Dengan demikian, pola komunikasi di sini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.29

Dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat dalam hubungan antar organisasi ataupun antar manusia.

3. Macam-macam Pola Komunikasi Organisasi

Menurut Mudjito, ada empat pola komunikasi, yaitu komunikasi pola roda, pola rantai, pola lingkaran, dan pola bintang.30Keempat pola tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

29

Djamarah, Syaiful Bahri, M.Ag. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam), (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hal. 1

30H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT Rineka Cipta), 2000, hal. 102

(37)

a. Pola Roda

Pola roda disini ialah seseorang berkomunikasi pada banyak orang, yaitu: B, C, D dan E.

B

E A D

D

Gambar 2.4 Pola Roda

Sumber: H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hal. 103

Dapat disimpulkan bahwa pola roda ini memiliki pimpinan yang jelas, sehingga kekuatan pimpinan sangat berpengaruh dalam proses penyampaian pesan yang mana semua informasi yang berjalan harus terlebih dahulu disampaikan kepada pimpinan.

b. Pola Rantai

Pola rantai disini ialah seorang (A) berkomunikasi pada seseorang yang lain (B), dan seterusnya (C), ke (D), dan ke (E).

(38)

A B C D E Gambar 2.5 Pola Rantai

Sumber: H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hal. 103

Dapat disimpulkan bahwa pola rantai ini tidak memiliki pemimpin, namun yang diposisi tengah yang diutuskan sebagai pimpinan untuk menyampaikan informasi kepada seluruh karyawannya. Pola ini memiliki hubungan komunikasi garis langsung ke atas atau ke bawah tanpa terjadi suatu penyimpangan.

c. Pola Lingkaran

Pola lingkaran disini ialah hampir sama pada pola rantai, namun orang terakhir (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A).

A

E B

D C

Gambar 2.6 Pola Lingkaran

Sumber: H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hal. 103

(39)

Dapat disimpulkan bahwa pola lingkaran ini tidak memiliki pimpinan. Namun semua anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan yang lainnya, serta setiap anggota dapat berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.

d. Pola Bintang

Pola bintang disini ialah semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota.31

A

E B

D C

Gambar 2.7 Pola Bintang

Sumber: H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hal. 103

Dapat disimpulkan bahwa pola bintang ini memiliki kekuatan yang sama kuat untuk mempengaruhi anggota lainnya, dan tanpa melihat siapa yang memberi informasi.

31H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hal. 103

(40)

C. Penanggulangan Bencana

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bab I pasal 1 tentang ketentuan umum, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancama bencana.32

1. Manajemen Bencana

Menurut Carter (1992) di dalam buku Puturuhu Ferad, Manajemen Penanggulangan Bencana (Disaster Management) adalah an ipplied science wich seeks, by the systematic observation and analysis of disasters, to improve measures relating to prevention, mitigation, preparedness, emergency response and recovery (Suatu ilmu terapan yang berupa upaya yang meningkatkan usaha penanggulangan melalui pengamatan secara sistematis dan analisis berbagai macam bencana berupa tindakan pencegahan, mitigasi, kesiap-siagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi).33 Gambar 2.3 memperlihatkan siklus manajemen penanggulangan bencana.

32

Puturuhu Ferad, Mitigasi Bencana Dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2015), hal. 48

(41)

BENCANA

Peringatan Dampak

Kesiapsiagaan Tanggap darurat

Mitigasi Pemulihan

Prevensi bencana Rekontruksi

Perencanaan Pembangunan Gambar 2.8 Siklus Manajemen Bencana

Sumber: Puturuhu Ferad, Mitigasi Bencana Dan Penginderaan Jauh, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2015), hal. 128

Berdasarkan siklus manajemen penanggulangan bencana itu maka kegiatan penanggulangan bencana dapat dibagi menjadi 6 kelompok yaitu:

a. Pada saat terjadi bencana dan tindakan segera atau tanggap darurat (disaster impact-quick response),

b. Rehabilitasi (recovery), c. Rekontruksi (development), d. Pencegahan (prevention),

e. Mitigasi dan kesiapsiagaan (preparedness).

Siklus

(42)

1) Tahap Tanggap Darurat

Penanggulangan pada tahap tanggap darurat dilaksanakan pada saat terjadi bencana atau segera setelah bencana berlalu. Pelaksanaan penanggulangan bencana itu dilakukan oleh petugas SAR (Search and Resque), instansi lain yang berhubungan, organisasi sosial serta anggota masyarakat lainnya untuk menyelamatkan jiwa penduduk dan harta benda yang terlanda bencana.34 Usaha penanggulangan pada tahap tanggap darurat ini misalnya:

a. Mengangkut korban yang luka-luka ke puskesmas/ rumah sakit b. Mencari korban yang hilang

c. Menguburkan korban yang meninggal dunia

d. Menyelamatkan harta benda yang ditinggal mengungsi e. Membantu melakukan pengungsian

f. Menyediakan bahan makanan, bahan pakaian, barak pengungsian dan bantuan obat obatan

2) Tahap Rehabilitasi

Tahap rehabilitasi dilakukan setelah bencana benar-benar berlalu, yaitu membangun kembali secara darurat sarana dan prasarana, seperti jalan, pasar, barak-barak pengungsian, saluran air, tanggul-tanggul pengaman dan lain-lain agar kehidupan berangsur kembali normal.

(43)

3) Tahap Rekontruksi

Tahap berikutnya adalah Rekontruksi atau pengembangan yang berupa pembangunan sarana dan prasarana kehidupan yang permanen setelah melalui pertimbangan tata guna lahan serta usaha penanggulangan bencana di masa mendatang.

4) Tahap Pencengahan

Untuk mencegah terulangnya bencana serupa di waktu yang akan datang diperlukan usaha pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Usaha-usaha pananggulangan bencana pada tahap pencengahan antara lain:

a) Penyusunan peraturan tata guna lahan agar masyarakat tidak mengembangkan pemukiman di daerah rawan bencana.

5) Tahap Mitigasi Bencana

Tahap Mitigasi Bencana adalah tindakan untuk mengurangi dampak bencana pada masyarakat, seperti:

a) Penerapan bangunan standar (building codes), antara lain untuk mengantisipasi gempa bumi, hujan abu dan banjir.

b) Penerapan peraturan tata guna lahan.

c) Penerapan peraturan keamanan terhadap sistem transportasi, baik di darat, udara maupun di laut.

d) Pengembangan infrastruktur seperti pembuatan jalan raya baru yang menjauhi daerah rawan bencana.

(44)

6) Tahap Kesiapsiagaan

Tahap Kesiap-siagaan merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah, organisasi sosial, masyarakat dan perorangan mampu mengantisipasi sesegera mungkin dan seefektif mungkin terhadap situasi kejadian bencana. Kejadian ini misalnya:

a) Mensiap-siagakan peralatan penanggulangan bencana untuk dapat digunakan sewaktu-waktu diperlukan

b) Mensiap-siagakan pelaksanaan evakuasi/ pengungsian

c) Mensiap-siagakan system peringatan dini atau komunikasi darurat d) Melakukan latihan penanggulangan bencana

2. Model Manajemen Bencana

Manajemen bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari bencana baik dengan mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan.35Terdapat 5 Model Manajemen Bencana yaitu:

1) Disaster management continuum model

Model ini mungkin merupakan model yang paling popular karena terdiri dari tahap-tahap yang jelas sehingga lebih mudah diimplementasikan. Tahap-tahap manajemen bencana di dalam model ini meliputi emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan early warning

35Maarif, dkk., Isu Bencana Dalam Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 4

(45)

2) Pre-during-post disaster model

Model manajemen bencana ini membagi tahap kegiatan di sekitar bencana. Terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum bencana, selama bencana terjadi, dan setelah bencana. Model ini seringkali digabungkan dengan disaster management continuum model.

3) Contract-expand model

Model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-tahap yang ada pada manajemen bencana (Emergency, Relief, Rehabilitation, Reconstruction, Mitigation, Preparedness, dan Early Warning) semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang rawan bencana.

4) The crunch and release model

Manajemen bencana ini menekankan upaya mengurangi kerentanan untuk mengatasi bencana. Bila masyarakat tidak rentan maka bencana akan juga kecil kemungkinannya terjadi meski hazard tetap terjadi.

5) Disaster risk reduction framework

Model ini menekankan upaya manajemen bencana pada identifikasi resiko bencana baik dalam bentuk kerentanan maupun hazard dan mengembangkan kapasitas untuk mengurangi resiko tersebut.36

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Fokus dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian kualitatif (Qualitative Research) yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun secara kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif. Artinya, peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.37

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.38

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif. Metode ini digunakan berdasarkan beberapa pertimbangan: pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antar peneliti dan informan; ketiga,

37Ghony M. D junaidi & fauzan ALmanshur. Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2012) hal. 89

38Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1988), hal. 5.

(47)

metode kualitatif ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan latar penelitian dan mampu melakukan penajaman pola-pola nilai yang di hadapi peneliti.39Dalam penelitian ini, penulis akan turun langsung ke lapangan (field research) mencari data dan informasi di lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dengan permasalahan yang dibahas mengenai “ Pola Komunikasi Organisasi pada Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)”.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pola komunikasi di lembaga tersebut. Target atau sasaran penelitian adalah pimpinan dan karyawan di lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). Yang beralamat di jln. Teungku Daud Beureueh No. 18 Kuta Alam Kota Banda Aceh.

C. Sumber Data

Berdasarkan sumbernya data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama atau secara langsung diperoleh pada tempat penelitian di Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), baik secara lisan maupun secara tertulis dari para responden dan informan. Data tersebut meliputi data hasil observasi, wawancara dengan informan.

(48)

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari pihak pertama melainkan dari pihak-pihak tertentu terkait dengan penelitian ini. Data tersebut berupa dokumen atau arsip resmi.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.40 Dalam hal lain, informan boleh sedikit dan boleh juga banyak. Hal ini tergantung terhadap kebutuhan dalam sebuah penelitian. Umumnya terdapat tiga tahap dalam pemilihan sampel penelitian kualitatif, antara lain sebagai berikut:

1. Pemilihan sampel awal, apakah itu informan (untuk diwawancarai) atau suatu situasi sosial (untuk diobservasi) yang terkait dengan fokus penelitian.

2. Pemilihan sampel lanjutan guna memperluas deskripsi informasi dan merekam variasi informasi yang mungkin ada.

3. Menghentikan pemilihan sampel lanjutan bilamana dianggap sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi atau replikasi perolehan informasi.41 Untuk memilih teknik sampling yang tepat diperlukan pemahaman yang benar dan kejelian dalam membaca situasi dan kondisi lingkup penelitian. Ada pertimbangan tertentu yang mendasari pengambilan sampel penelitian kualitatif.

40

Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif, komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan Ilmu Sosial, (Jakarta: Kencana Predana Media Grub, 2011), hal.78.

41 Bungin Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 54

(49)

Biasanya, pertimbangan tersebut disesuaikan dengan latar belakang fenomena yang diangkat dan tujuan penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sangat umum digunakan ialah teknik purposeful sampling. Teknik ini mengharuskan penulis memilih subjek penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan yaitu untuk mempelajari atau memahami permasalahan pokok akan diteliti. purposeful sampling merupakan teknik dalam non-probability sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.42

Adapun kriteria yang dikenakan atau diberlakukan sebagai informan ini adalah sebagaimana terdapat dalam table berikut:

No Nama Informan Asal Lembaga Kategori

1. Bobby Syahputra,SE,M.si BPBA Kepala bagian pencengahan dan kesiapsiagaan

2. Derial Novriandri,SP.M.si BPBA Bagian Pencegahan

3. Murtadha, S.si BPBA Bagian Pencegahan

4. Rahmi Hayani, SE BPBA Bagian pencengahan dan kesiapsigaan 5. Cut Ulfa Yana, SE BPBA Bagian pencengahan dan kesiapsigaan

6. Mahdalena BPBA Bagian pencengahan dan kesiapsigaan

7. Nurasiah. M BPBA Bagian pencengahan dan kesiapsigaan

8. Hasanuddin, H. SE BPBA Bagian Kedaruratan dan Logistik 9. Aulia Yoediantriska,

S.Kom BPBA

Bagian Kedaruratan dan Logistik (pusdalops BPBA)

42Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hal, 9.

(50)

10. Balyan Budi P. BPBA Bagian Kedaruratan dan Logistik

11. Teuku Alkausar, ST.MT BPBA Kasi Rehabilitasi

12. Cut Dhiya Amalina, S.Psi BPBA Bidang Rekontruksi dan Rehabilitasi

13. Amri BPBA Bidang Rekontruksi dan Rehabilitasi

14. Maimun BPBA Bidang Rekontruksi dan Rehabilitasi

15. Fauzi BPBA Bidang Rekontruksi dan Rehabilitasi

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan teknik wawancara. Penelitian ini juga dilengkapi dengan dokumentasi foto-foto yang akan dilampirkan dilembaran penelitian.

1. Teknik Observasi. Melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Adapun objek observasi dalam penelitian ini adalah pola komunikasi yang terdapat didalam Lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA).

2. Wawancara. Pengumpulan data-data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya atau proses Tanya jawab dan tatap muka untuk menghasilkan berbagai keterangan. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pegawai di lingkungan Lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA).

3. Dokumentasi. Yang digunakan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian yang relevan dalam penelitian ini.

(51)

F. Teknik Analisi Data

Data yang diperoleh dari hasil pekerjaan wawancara, pengamatan dan catatan lapangan dianalisis menggunakan analisis kualitatif. Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah.43

Menurut Miles dan Huberman analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, tranformasi data kasar, yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi sudah tampak aktu penelitiannya memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian dan pendekatan pengumpulan data yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung terjadilah reduksi data selanjutnya berupa membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo

43Suprayogo Imam dan Tobroni M. Si, Metodelogi Penelitian Sosial-Budaya, ( Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 191

(52)

dan sebagainya. Reduksi data/ proses transformasi ini terus berlanjut sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir tersusun.44

Reduksi data merupakan bagian dari analisi. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif data disederhanakan dan ditranformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian yang singkat, menggolongkan dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Kadang kala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi peneliti ini tidak selalu bijaksana.

2. Penyajian Data

Miles dan Hubermen mengemukakan bahwa yang dimaksud penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.45Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya itu dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar

44Suprayogo Imam dan Tobroni M. Si, Metodelogi Penelitian Sosial-Budaya.., hal. 193. 45Suprayogo Imam dan Tobroni M. Si, Metodelogi Penelitian Sosial-Budaya.., hal. 194.

(53)

ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

3. Menyimpulkan Data

Penarikan kesimpulan menurut Miles dan Hubermen hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama kegiatan berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan menghabiskan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.

(54)

42

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Tugas, Wewenang Dan Kewajiban Badan Penanggulangan Bencana Aceh

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/ Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang di tetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Badan Penanggulangan Bencana Aceh sesuai dengan Qanun Nomor 5 Tahun 2010 tentang tugas pemerintah Aceh merumuskan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap Penanggulangan Bencana untuk skala Aceh.46

Badan Penanggulangan Bencana Aceh yang dipimpin oleh Kepala Dinas bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Aceh melalui Sekretariat Daerah. Sesuai dengan Qanun Nomor 5 Tahun 2010, badan Penanggulangan Bencana Aceh mempunyai tugas dan melaksanakan tugas umum pemerintahan di bidang penanggulangan bencana sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah Aceh dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, Badan Penanggulangan Bencana Aceh mempunyai kewenangan :

(55)

a. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan pembangunan Aceh;

b. Penetapan perencanaan pembangunan yang memasukan unsur-unsur kebijakan penanggulangan bencana;

c. Pengusulan status dan tingkatan bencana;

d. Penetapan status darurat bencana skala Aceh dengan memuat indikator yang meliputi:

1. Jumlah korban; 2. Kerugian harta benda;

3. Kerusakan sarana dan prasarana; 4. Cakupan luas yang terkena bencana

5. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan; dan 6. Gangguan terhadap fungsi pelayanan.

e. Penetapan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan Provinsi lain, lembaga atau badan di luar negeri atau pihak lainnya;

f. Penetapan kebijakan tentang pengguna teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;

g. Penetapan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan; dan

(56)

h. Pengendalian, pengumpulan, dan penyaluran uang atau barang yang berskala Aceh.

Pemerintah Aceh dalam melaksanakan kewenangan sebagai yang dimaksud pada ayat (1), mempunyai kewajiban :

a. Menetapkan rencana tata ruang Aceh yang menghindari bencana; b. Menetapkan pemetaan daerah rawan bencana;

c. Menetapkan daerah evakuasi korban bencana; d. Menyiapkan sarana dan prasarana penanggulangan; e. Menetapkan rambu-rambu di daerah rawan bencana; f. Menetapkan status darurat bencana skala Aceh; g. Menyiapkan personil penanggulangan bencana;

h. Menetapkan kebijakan koordinasi dengan instansi terkait dalam penanggulangan bencana; dan

i. Menetapkan anggaran untuk penanggulangan bencana.

Dalam mendukung pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi sesuai dengan Qanun Nomor 6 Tahun 2010 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana. Badan Penanggulangan Bencana Aceh memiliki susunan organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh yang terdiri dari : 1 (satu) orang Eselon II/a, 3 (tiga) orang Eselon II/b, 1 (satu) orang Eselon II/c, 1 (satu) orang Eselon II/d, 3 (tiga) orang Eselon III/a, 10(sepuluh) orang Eselon III/b, 6 (enam) orang Eselon III/c, 6 (enam) orang Eselon III/d, 8 (delapan) orang Eselon

(57)

IV/a, 4 (empat) orang Eselon IV/b, 1 (satu) orang Eselon IV/c dan 62 (enam puluh dua) orang honorer dengan susunan struktur organisasinya sebagai berikut :47

Tabel 4.1 Struktur Organisasi

No Nama Nip Jabatan

1. Ir. Yusmadi, MM 19610103 198601 1 005 Kepala Pelaksana 2. Drs. Lukfandi, MM 19611231 198503 1 036 Sekretariat 3. Miftah. M, SH 19680816 199103 1 005 Kepala Sub Bagian

Umum

4. Fadmi Ridwan, SP,MA 19680929 199303 1 006 Sub Bagian Program & Pelaporan 5. Wiwik Ariyati, SE, MM. 19760616 200112 1 003 Sub Bagian Keuangan

6. Bobby Syahputra, SE,M.Si 19741208 199703 1 004 Kepala Seksi Pencengahan 7. Mukhsin Syafii, ST, MT 19790504 199903 1 002 Kepala seksi Kesiapsiagaan 8. Ir. Muhammad Syahril,

MM 19680611 199803 1 003

Kepala bidang kedaruratan dan Logistik 9. Ibnu Sakdan, S.Pd 19601203 198309 1 001

Seksi Kedaruratan Kepala Seksi

Kedaruratan 10. Iskandar, S.TP 19761012 200212 1 004 Kepala Seksi Logistik 11. Said Ashim, SE 19670405 199303 1 009

Kepala bidang Rehabilitasi dan

Rekontruksi 12. Teuku Alkausar, ST, MT 19780209 200604 1 002 Kepala Seksi Rehabilitasi 13. Amarullah, SSTP, M.Ec.

Dev 19850925 200312 1 002

Kepala Seksi Rekontruksi

2. Sumber Daya Badan Penanggulangan Bencana Aceh

Dalam melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya Badan Penanggulangan Bencana Aceh memiliki personil/ pegawai, baik pegawai, maupun non pegawai yang

(58)

ditempatkan di Badan Penanggulangan Bencana Aceh dengan perincian berdasarkan jumlah dan jenis kelamin sebagaimana tersebut pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017

No Satuan Kerja/ Bidang Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Kepala Pelaksana 1 - 1

2. Sekretariat 26 18 44

3. Pencengahan dan kesiapsiagaan 7 9 16

4. Kedaruratan dan logistik 28 6 34

5. Rehabilitasi dan rekontruksi 10 2 12

Total 72 35 107

Tabel 4.3

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Kepangkatan dan Pendidikan Tahun 2017

Dilihat dari jenjang pendidikan pegawai di lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Aceh lebih banyak pegawai yang jenjang pendidikannya Strata 1 (S1) yaitu sebanyak 40 orang dari jumlah karyawan/ karyawati, kemudian pegawai yang jenjang

No Satuan Kerja/ Bidang

Laki-Laki Perempuan Jenjang Pendidikan D 3 S 1 S 2 1. Kepala Pelaksana 1 - 1 2. Sekretariat 26 18 2 20 9

3. Pencegahan dan Kesiapsiagaan 7 9 1 4 7

4. Kedaruratan dan Logistik 28 6 3 11 1

5. Rehabilitasi dan Rekontruksi 10 2 - 5 4

(59)

pendidikan Strata 2 (S2) sebanyak 22 orang, dan pegawai yang jenjang pendidikan Diploma 3 (D3) sebanyak 6 orang.48

3. Kinerja Pelayanan Badan Penanggulangan Bencana Aceh

Badan Penanggulangan Bencana Aceh dengan berbagai halangan dan tantangan telah berhasil melaksanakan simulasi bencana, mitigasi bencana, tanggap darurat, dan penanggulangan bencana melalui berbagai program dan kegiatan selama beberapa tahun terakhir dan telah mencapai tingkat memuaskan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari daya serap anggaran dan keterlibatan/ dukungan masyarakat serta stakeholder terkait lainnya dalam berbagai kegiatan Badan Penanggulangan Aceh dengan kategori positif.

Meskipun demikian, mengingat tantangan Badan Penanggulangan Bencana Aceh beberapa tahun ke depan yang semakin berat yang menyangkut dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mencegah terjadinya bencana dan ketidakpedulian sebagian masyarakat ataupun sebuah perusahaan akan dampak dari sebuah bencana yang dengan mudahnya membakar hutan demi kepentingan mereka tanpa memperhatikan akibatnya, maka dari itu diperlukan rencana dan pelaksanaan penyuluhan masyarakat tentang bencana alam agar masyarakat bisa lebih memahami akibat dari sebuah bencana.

48

(60)

4. Visi dan misi

 Visi

“ Tanggap dan Tangguh Menghadapi Bencana”  Misi

1. Membangun kelembagaan penanggulangan bencana yang handal. 2. Menyelenggarakan pelayanan penanggulangan bencana yang

terkoordinir dan professional.

B. Pola Komunikasi Lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)

Demi tercapainya keberhasilan dalam melakukan mitigasi bencana, simulasi bencana, penanggulangan bencana dan tanggap darurat, diperlukan pola komunikasi yang tepat, karena pola komunikasi merupakan suatu cara untuk mengatur pelaksanaan semua kegiatan mulai dari perencanaan untuk melakukan simulasi bencana, mitigasi bencana, penanggulangan bencana dan tanggap darurat.

1. Pola Komunikasi Bintang

Didalam Lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh, setiap anggota yang ingin berkomunikasi dengan anggota lainnya dapat langsung menyampaikan hal yang diperlukannya tanpa harus melalui orang lain, begitu juga ketika ingin berkomunikasi kepada pimpinan tidak perlu melalui perantara orang lain seperti melapor keatasan, seperti yang disampaikan oleh bapak Bobby Syahputra,

(61)

“ketika ingin komunikasi dengan divisi lain kita tidak perlu melapor keatasan, bahkan ketika ingin berkomunikasi dengan atasan kita bisa langsung.49

Komunikasi yang dilakukan di Lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh jika dilihat dari beberapa pola komunikasi organisasi yang ada, pola komunikasinya terlihat lebih condong ke pola bintang yang hampir sama dengan pola lingkaran. Kesamaan dengan pola lingkaran adalah semua anggota memiliki kekuatan yang sama dalam hal memengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur pola bintang setiap anggota dapat berkomunikasi dengan anggota lainnya tanpa batas, dan pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. Pola komunikasi di Badan Penanggulangan Bencana Aceh setiapa anggota dapat berkomunikasi dengan anggota lainnya seperti pada pola bintang, tidak terbatas pada dua anggota dikiri dan dikanan seperti pola lingkaran.

Pola bintang memiliki ciri tersendiri, yaitu komunikasi yang terjadi berjalan dua arah dan seluruh pihak yang ada terlibat. Yang dimaksud komunikasi dua arah adalah komunikasi yang terjadi bersifat informatif dan persuasif serta menghasilkan feedback.50

Para karyawan di Lembaga Badan Penanggulangan Bencana Aceh selalu berusaha agar komunikasi yang dilakukannya berjalan dua arah karena dengan

49

Wawancara dengan Kepala Bidang Pencengahan dan Kesiapsiagaan, Bobby Syahputra. Banda Aceh, Senin 21 Agustus 2017.

50H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), hal. 100

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Komunikasi dengan Fungsi Manajemen
Gambar 2.2 Model Komunikasi Shannon dan Weaver
Gambar 2.4 Pola Roda
Gambar 2.6 Pola Lingkaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari sini peneliti mengambil populasi yang siswa dalam pondok (sanci), dan dari populasi siswa dalam pondok (sanci) itu peneliti mengambil beberapa anak yang

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan kadar anti-HBs secara semi kuantitatif pada anak balita penerima imunisasi dasar yang lengkap, menggunakan rapid test dan

Untuk responden kasus hasilnya diperoleh SYDOXH yaitu 0,086 ( S YDOXH > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap

Berdasarkan pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor: 189/ULP-Pokja-I- JK/APBD-P/2015 tanggal 5 Oktober 2015, pekerjaan Penyusunan DED Kantor Dinas Perhubungan

Local existence and uniqueness theorem for the Initial Value Problem using Picard Iteration method will be desribed in next theorem.. We say is Lipschitz Continuous on J if

Sehubungan dengan telah ditetapkannya hasil evaluasi dokumen penawaran File I berdasarkan Surat. Penetapan Peringkat Nomor : 602.1/12.PEK.KS/BAPP tanggal 18 Juni

Sehubungan dengan Pengumuman Pelelangan Umum Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sumber.. dana DAK tahun Anggaran 2012 Nomor: 03-PAN/PPBJ/PEMKAB-AB/2012 tanggal 25 Juli

Kendati pun perjanjian Pihak Ketiga dengan perseroan yang bersifat ultra vires itu batal ( null and void ) dan tidak dapat diratifikasi, hal ini tidaklah