• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah yang bertujuan. mengembangkan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan ketrampilan selain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah yang bertujuan. mengembangkan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan ketrampilan selain"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah yang bertujuan mengembangkan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan ketrampilan selain pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia yang diberikan kepada setiap mahasiswa di perguruan tinggi. Secara yuridis hal ini tertera dalam UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 35 ayat 2 dan ayat 3. Pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 2 juga disebutkan pendidikan nasional harus berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Oleh sebab itu, pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil mahasiswa untuk program diploma maupun sarjana. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengertian kepada mahasiswa tentang Pancasila sebagai dasar negara dengan segala implikasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tujuan pendidikan Pancasila menurut Syahrial Syarbaini (2011) yaitu mengarah pada pembentukan moral yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari seperti perilaku iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat dengan berbagai agama, perilaku kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan

(2)

perorangan dan golongan. Dengan demikian perbedaan pemikiran, pendapat, atau kepentingan dapat diatasi melalui keadilan sosial yang diberikan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Pendidikan tinggi sebagai jenjang pendidikan tertinggi berusaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan Pancasila tersebut dengan memberikan mata kuliah pendidikan Pancasila kepada mahasiswa. Menurut Rukiyati dkk (2008) visi mata kuliah pendidikan Pancasila yang diberikan di Universitas Negeri Yogyakarta yaitu menjadi sumber nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi dalam mengembangkan kepribadian mahasiswanya. Sedangkan misi mata kuliah Pendidikan Pancasila di UNY bertujuan membantu mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai dasar Pancasila serta kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menerapkan ilmunya dengan penuh tanggung jawab kepada manusia maupun kepada Tuhan. Secara singkat misi pendidikan Pancasila yaitu membentuk mahasiswa yang berkepribadian Pancasila yang religius, humanis, nasionalis, demokratis, dan adil.

Rukiyati dkk (2008) menerangkan, kompetensi yang diharapkan setelah mahasiswa menerima mata kuliah pendidikan Pancasila yaitu mahasiswa dapat mengambil sikap tanggung jawab sebagai warga negara yang baik sesuai dengan hati nuraninya dan ajaran agamanya yang bersifat universal, mampu memaknai kebenaran ilmiah filsafati yang terdapat di dalam Pancasila, mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia dan memiliki pandangan yang visioner tentang kehidupan bangsa, mampu berfikir integral komprehensif tentang persoalan-persoalan dalam

(3)

kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berpedoman pada nilai-nilai Pancasila, mampu memecahkan persoaan sosial politik dalam perspektif yuridis kenegaraan dengan dilandasi nilai-nilai keadilan dan toleransi, mampu memecahkan persoalan sosial politik, perkembagan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan berparadigma pada Pancasila dengan dilandasi nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggung jawab dan peduli.

Manfaat yang diperoleh dalam mempelajari pendidikan Pancasila menurut Hamid Darmadi (2013), pertama untuk mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga negara yang akhirnya dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat, kewajiban apa yang harus dilakukan dan hak yang mesti didapatkan. Maka sebagai warga negara dapat menjalankannya dengan penuh tanggung jawab menurut perundangan yang berlaku serta menuntut hak-hak yang mungkin belum diperoleh sebagai warga negara. Kedua, dapat menjadi motivasi menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Artinya setelah mengetahui peran dan keadaan negara, seyogianya warga negara yang baik akan cinta tanah air dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Ketiga, nilai-nilai Pancasila juga dapat menjadi nilai-nilai luhur dalam kehidupan dan menjadi bekal nilai moral dalam berinteraksi dengan warga negara yang lain.

Adapun permasalahan yang sekarang dihadapi menurut Hamid Darmadi (2013), pertama pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan merupakan ilmu penting sebagai petunjuk arah setiap tindakan. Banyak mahasiswa yang tidak memahami ilmu ini, sehingga secara tidak sadar mereka melakukan tindakan yang salah dan pada akhirnya terjadi kekacauan di masyarakat. Pada sisi lain,

(4)

mahasiswa hanya mengetahui ilmu ini saja tanpa mengamalkannya. Hal ini terjadi karena mahasiswa menyepelekkan ilmu ini dan hanya menganggap angin lalu yang tidak bermanfaat. Dalam bahasa lain hanya menggugurkan kewajiban mata kuliah yang harus dipenuhi tanpa meresapi dan mengejawantahkannya dalam kehidupan.

Kedua, sekarang mahasiswa hidup di era globalisasi dan kebebasan mengakses informasi di era internet membuat pemikiran dan budaya luar masuk tanpa penghalang. Hal ini berdampak terjadinya proses akulturasi saling meniru dan saling memengaruhi. Hal yang patut dicermati dalam akulturasi ini menurut Hamid Darmadi (2013), yaitu semakin menonjolnya sikap individualis yang mengutamakan kepentingan pribadi di atas azas gotong royong. Selain itu semakin terlihat sikap materialis di masyarakat, yang berarti harkat dan martabat manusia diukur dari keberhasilan seseorang memperoleh kekayaan. Akibatnya bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak dipersoalkan lagi. Artinya etika dan moral mulai dikesampingkan. Akibatnya terjadilah banyak korupsi yang dilakukan pejabat di negeri ini. Pengaruh negatif ini membuat nilai Pancasila yang telah ada di masyarakat seperti kemanusiaan yang adil dan beradab, keadilan sosial, dan budaya gotong royong semakin tergerus dan memerlukan tanggapan yang serius.

Ketiga, selain faktor budaya, globalisasi juga membawa pemikiran dan ideologi yang bisa jadi bertentangan dengan ideologi Pancasila sebagai identitas nasional pemersatu bangsa. Isu yang sedang mengemuka seperti munculnya kembali ideologi komunisme sebuah ajaran yang menyandarkan pada kebendaan.

(5)

Sehingga komunisme tidak percaya pada tuhan dan agama dikatakan sebagai candu bagi masyarakat. Ajaran seperti ini jelas tidak sesuai dengan nilai Pancasila yaitu sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa dan dapat mengancam nasionalisme. Kasus lainnya yang berkaitan dengan ideologi adalah radikalisme berbasis agama yang banyak dilakukan pelaku terorisme di tanah air. Seorang pemikir keagamaan Zuhairi Misrawi (2010), menyatakan rangkaian terorisme dapat dilihat sebagai bentuk resistensi terhadap nasionalisme yang disebabkan kegagalan dalam memaknai falsafah kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila. Bagaimana mungkin seorang anak bangsa membunuh anak bangsa lainnya. Apakah kita tak lagi punya falsafah pengikat untuk hidup bersama dengan berketuhanan yang Maha Esa, mengedepankan kemanusiaan, mengukuhkan persatuan, mengedepankan nalar kolektif, dan menegakkan keadilan?

Gagalnya mahasiswa memahami wawasan Pancasila karena sekarang otak generasi muda telah terkontaminasi budaya dan faham yang dibawa gelombang globalisasi dan modernisasi. Akibatnya identitas diri dan kedaulatan sebuah bangsa tergilas gerakan transnasionalisme dan kapitalisme yang merupakan kekuatan antinasionalisme. Pengaruhnya yang sangat dirasakan adalah pandangan terhadap bangsa (the view of the nation) menjadi lemah dan klise karena tak kuasa menahan gempuran globalisme. Hal ini menjadi tantangan negara untuk menanamkan kembali wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila yang mulai pudar kepada setiap warga negara.

Secara khusus Tanudirjo (2010) menyatakan, sebenarnya sejarah membuktikan Indonesia mempunyai kemampuan yang baik untuk mengolah

(6)

pengaruh budaya asing tanpa harus kehilangan watak aslinya. Kemampuan itu diakui ilmuwan barat sebagai “local genius.” Namun kenyataannya sekarang budaya barat yang materialistik masuk begitu deras dan menggerus kepribadian bangsa, sehingga akar budaya Indonesia yang terkristalisasi dalam Pancasila ikut terpinggirkan. Maka generasi penerus yang sedang mencari identitas kepribadian baru sekarang sedang disuguhi pada tawaran-tawaran budaya global yang menggiurkan. Tanpa kepribadian kuat, dapat dipahami apabila pilihan mereka jatuh pada budaya luar.

Permasalahan keempat menurut Kansil (1990), adalah kurangnya penghayatan dan pengamalan Pancasila karena pengantian generasi yang berlangsung secara alami setiap tahunnya mempunyai arti khusus. Generasi baru yang tidak mengalami perjuangan kemerdekaan, pengalaman yang berlainan, tantangan dan jawaban terhadap masalah pokok pada realitas zaman dapat memunculkan tanggapan berbeda tentang cita-cita kemerdekaan dan nilai-nilai Pancasila. Memang mahasiswa sampai saat ini tetap masih bisa mencerna nilai-nilai Pancasila di jenjang pendidikan tinggi sebagai suatu wawasan, tapi bisa jadi tidak menangkap ruh perjuangan dan nilai luhurnya.

Kelima, di era orde baru ada kebijakan penataran P4 (Pendidikan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) tahun 1978 yang semula ditujukan untuk pegawai negeri sipil, diperluas bagi masyarakat umum. Pada waktu itu negara mempunyai kewenangan tafsir tunggal atas nilai-nilai Pancasila dan indoktrinasi dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat bawah. Sekarang dengan dicabutnya program P4 dan proses pembelajaran di perguruan tinggi berpusat

(7)

pada pada mahasiswa, membuat mahasiswa mempunyai kewenangan untuk mereaktualisasi nilai-nilai Pancasila secara egaliter dalam kehidupannya. Sejauh mana reaktualisasi dan partisipasi mengamalkan nilai-nilai Pancasila di kalangan mahasiswa, dengan zeitgeist (jiwa zaman) dan tantangan hidup yang berbeda dengan generasi ayahnya menjadi menarik untuk diketahui.

Mencermati permasalahan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila para generasi muda khususnya mahasiswa, menarik untuk diteliti bagaimana partisipasi mahasiswa dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila di kehidupan. Nilai-nilai Pancasila adalah sebagai “Das Sollen” atau nilai ideal yang harus direalisasikan dan masalah atau kasus di masyarakat adalah “Das Sein”. Oleh sebab itu, Pancasila adalah sumber nilai sebagai panduan dalam memecahkan masalah.

Pada penelitian ini, peneliti bermaksud mengambil objek penelitian pada jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum (PKH), Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. Jurusan PKH FIS UNY mempunyai visi menciptakan lulusan yang memiliki kecerdasan dan kearifan sosial yang berdimensi moralitas religius dalam menghadapi tuntutan dunia global. Adapun misi jurusan PKH FIS UNY terdiri dari tiga poin yaitu:

a. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau profesional dalam bidang keguruan.

b. Menumbuhkembangkan kemampuan meneliti bagi dosen untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan.

c. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan bagi kehidupan masyarakat.

Berikut ini adalah kurikulum pembelajaran mahasiswa PKH FIS UNY.

(8)

Tabel 1.1 Kurikulum Pembelajaran Mahasiswa PKH FIS UNY

Semester I Semester II

No. Mata kuliah Jumlah

SKS

No. Mata kuliah Jumlah

SKS

1. Pendidikan Agama Islam 3 1. Bahasa Indonesia 2

2. Ilmu Ilmiah Dasar 2 2. Ilmu Pendidikan 2

3. Bahasa Inggris 2 3. Pendidikan Pancasila 2

4. Dasar-dasar Ilmu Sosial 2 4. Statistik 2

5. Pengantar Ilmu Hukum 2 5. Ilmu Politik 2

6. Etika 2 6. Dasar-dasar Pendidikan

Moral

2

7. Dasar-dasar Ilmu Politik 2 7. Kebijakan Publik 2

8. Filsafat Ilmu 2 8. Ilmu Kewarganegaraan 2

9. Ilmu Negara 2 9. Pengantar Hukum

Indonesia

2

10. Pendidikan HAM 2 10. Teori dan Hukum

Konstitusi

2

Jumlah SKS 21 Jumlah SKS 20

Mata Kuliah Pilihan Mata Kuliah Pilihan

11. Dasar-dasar Geografi 2 11. Dasar-dasar Sosiologi 2

12. Dasar-dasar Ilmu Sejarah 2 12. Dasar-dasar Ilmu

Administrasi

2

13. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi 2 13. Moral Agama 2

Jumlah SKS Pilihan 6 Jumlah SKS Pilihan 6

Semester III Semester IV

No. Mata kuliah Jumlah

SKS

No. Mata kuliah Jumlah

SKS 1. Pendidikan Kewarganegaraan 2 1. Sosio-antropologi Pendidikan 2

2. Psikologi Pendidikan 2 2. Teknologi Informasi 2

3. KKL 1 Moral 1 3. Perencanaan Pemb. PKn 2

4. Pendidikan Karakter 2 4. Kewirausahaan 2

5. Hukum Pidana 2 5. Hukum Tata Negara 4

6. Hukum Adat 2 6. KKL 2 (Hukum) 1

7. Sistem Politik di Indonesia 2 7. Hukum Islam 2

8. Komunikasi Interpersonal 2 8. Politik Lokal 2

9. Hukum Perdata 2 9. Filsafat Pancasila 2

10. Sosiologi Politik 2 10. Hukum Dagang 2

11. Hukum Agraria 2 Jumlah SKS 21

Jumlah SKS 21

Mata Kuliah Pilihan Mata Kuliah Pilihan

12. Pendidikan Nilai 2 11. Kriminologi 2

12. PKLH 2 12. Pendidikan Multikultural 2

13. Metodologi Survei dan Polling

2 13. Kapita Selekta Nilai dan

Moral

2

Jumlah SKS Pilihan 6 Jumlah SKS Pilihan 6

(9)

Semester V Semester VI

No. Mata kuliah Jumlah

SKS

No. Mata kuliah Jumlah

SKS 1. Strategi Belajar Mengajar

PKn

2 1. Perkembangan Peserta

Didik

2

2. Pengkajian Kubuteks PKn 2 2. Pembelajaran Mikro 2

3. Hukum Internasional 2 3. KKL 3 (Politik) 1

4. Hukum Acara Pidana 2 4. Sosiologi Hukum 2

5. Hukum Acara Perdata 2 5. Pendidikan Demokrasi 2

6. Manajemen Pendidikan 2 6. Pendidikan

Kewarganegaraan 2 7. Evaluasi Pembelajaran PKn 2 7. Budaya Politik 2 8. Perbandingan Sistem Pemerintahan 2 8. Lembaga Internasional 2 9. Hukum Administrasi Negara 2 9. Metodologi Penelitian Pendidikan 2

10. Teori-Teori Politik 2 10. Filsafat Hukum 2

11. Etika Profesi Keguruan 2 Jumlah SKS 19

Jumlah SKS 22

Mata Kuliah Pilihan Mata Kuliah Pilihan

12. Legal Drafting 2 11. Hukum Ketenagakerjaan 2

12. Contract Drafting 2 12. Perbandingan PKn 2

13. Kapita Selekta Politik 2 13. Politik Hukum 2

Jumlah SKS Pilihan 6 Jumlah SKS Pilihan 6

Semester VII Semester VIII

No. Mata kuliah Jumlah

SKS

No. Mata kuliah Jumlah

SKS

1. Hukum Pajak 2 1. Tugas Akhir Skripsi 6

2. KKN 3 Jumlah SKS 6

3. PPL 3

Jumlah SKS 8

Mata Kuliah Pilihan

4. Perspektif Global 2

Jumlah SKS Pilihan 2

Sumber: website jurusan PKH FIS UNY. Pertimbangan peneliti dalam memilih jurusan PKH FIS UNY sebagai tempat penelitian adalah pertama, secara ruh pembelajaran dan lingkungan pembelajaran di jurusan ini mengajarkan mahasiswa untuk memahami Pancasila

(10)

dan mengajarkan bagaimana relasi antara negara dan warga negara. Hal ini dapat dilihat dari kurikulum pembelajaran di atas. Dilihat dari sejarahnya, dahulu saat jurusan ini dibuka secara institusional pertama kali pada tanggal 22 Mei 1963 bernama Civics Hukum (CH), tetapi di era orde baru pada tahun 1970 an di saat gencarnya semangat melaksanakan Pancasila, jurusan ini berubah nama menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Pada tahun 1980 an berubah lagi menjadi Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan (PMPK). Penambahan kata kewarganegaraan menunjukkan keinginan mengembangkan kajian keilmuan dalam rangka penguatan warga negara. Selanjutnya pada 1995 nama jurusan kembali diubah dengan menghapus kata moral, menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Akhirnya pada 2005 namanya berganti lagi menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, karena ingin mengikuti tren nama jurusan yang ada di berbagai negara dengan sebutan civic education, citizenship, dan citizenship education.

Pada proses pembelajaran di jurusan ini logikanya semakin lama mahasiswa menempuh semesternya harapannya akan semakin dalam pemahamannya pada nilai-nilai Pancasila. Pemahaman inilah yang nanti akan berpengaruh pada bentuk partisipasinya mengamalkan Pancasila. Pemahaman yang berbeda juga dapat membuat mahasiswa laki-laki dan perempuan berbeda juga dalam partisipasinya mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, mahasiswa aktivis dan mahasiswa non aktivis kemungkinan juga berbeda pula dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, pada penelitian ini

(11)

peneliti ingin mengetahui bagaimana partisipasi mahasiswa PKH FIS UNY dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan penelitian yang muncul adalah bagaimana tingkat partisipasi mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila berdasarkan angkatan.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila berdasarkan angkatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta khususnya, serta kepada publik mengenai partisipasi mahasiswanya dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila.

1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya dan memberikan kontribusi keilmuan untuk mengetahui pengamalan nilai-nilai Pancasila di perguruan tinggi di Indonesia.

Gambar

Tabel 1.1  Kurikulum Pembelajaran Mahasiswa PKH FIS UNY

Referensi

Dokumen terkait

16/ POKJA-PNT/BM tanggal 21 Agustus 2015 maka dengan ini kami umumkan pemenang untuk pekerjaan sebagai berikut:. Nama Paket : Peningkatan Jalan Bebedahan

Pada hari ini R a b u tanggal Dua puluh enam bulan Agustus tahun Dua ribu lima belas, kami selaku Kelompok Kerja Badan Layanan Pengadaan (BLP) Pekerjaan Konstruksi

dengan ini diumumkan Hasil Pelelangan Pascakualifikasi Secara Elektronik terhadap paket pekerjaan tersebut di atas dengan hasil sebagai berikut :..

We show that if the random walk kernel associated with the voter model has finite γth moment for some γ > 3, then the evolution of the interface boundaries converge weakly to

[r]

Asas kerahasian merupakan asas penting dalam layanan bimbingan kelompok. Apa yang dibicarakan dan terjadi dalam kelompok semua anggota kelompok harus menjaga

Individu yang dipersuasi secara verbal bahwa dirinya mampu dalam melakukan tugas akan menumbuhkan keyakinan dan usaha yang besar daripada individu yang diragukan dan

Untuk maksud perluasan daerah Kotamadya Medan tersebut, ditempuh dengan jalan memasukkan sebagian daerah yang dipisahkan dari Kabupaten Deli Serdang, yang meliputi Kecamatan