Definisi
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit
Tujuan
Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
Definisi
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit
Tujuan
Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
Macam kekebalan : (cara timbul)
1.Aktif
-Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen, mis: imunisasi aktif,
terpajan secara alamiah.
-Berlangsung lama ok memori imunologi
2.Pasif
-Diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat individu itu sendiri, mis: kekebalan janin yang diperoleh dari ibu, imunisasi pasif. -Tidak berlangsung lama
Macam kekebalan : (cara timbul)
1.Aktif
-Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen, mis: imunisasi aktif,
terpajan secara alamiah.
-Berlangsung lama ok memori imunologi
2.Pasif
-Diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat individu itu sendiri, mis: kekebalan janin yang diperoleh dari ibu, imunisasi pasif. -Tidak berlangsung lama
1. PRIMER
Terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen
Terbentuk antibodi Ig M
2. SEKUNDER
Terjadi setelah terpajan ulang dengan antigen yang sama
Terbentuk antibodi Ig G
1. PRIMER
Terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen
Terbentuk antibodi Ig M
2. SEKUNDER
Terjadi setelah terpajan ulang dengan antigen yang sama
Status imun penjamu Faktor genetik penjamu
Kualitas dan kuantitas vaksin
Cara pemberian dosis pemberian
frekuensi pemberian ajuvan yang digunakan jenis vaksin : vaksin hidup
Status imun penjamu Faktor genetik penjamu
Kualitas dan kuantitas vaksin
Cara pemberian dosis pemberian
frekuensi pemberian ajuvan yang digunakan jenis vaksin : vaksin hidup
Definisi: pemberian antigen pada inang untuk
menginduksi pembentukan antibodi dan imunitas seluler.
Tujuan: menginduksi perlindungan terhadap
berbagai bahan infeksius
Definisi: pemberian antigen pada inang untuk
menginduksi pembentukan antibodi dan imunitas seluler.
Tujuan: menginduksi perlindungan terhadap
Bahan: materi yang diinaktivasi (mati) atau
bahan hidup yang dilemahkan
Lebih disukai karena:
a. kadar antibodi tinggi dipertahankan
dalam jangka lebih lama
b. frekuensi pemberian lebih jarang
c. secara beriringan membentuk imunitas
seluler
Bahan: materi yang diinaktivasi (mati) atau
bahan hidup yang dilemahkan
Lebih disukai karena:
a. kadar antibodi tinggi dipertahankan
dalam jangka lebih lama
b. frekuensi pemberian lebih jarang
c. secara beriringan membentuk imunitas
Definisi: pemindahan imunitas pada inang
menggunakan produk imunologis yang sudah terbentuk
Tujuan: memberikan perlindungan terhadap
antigen
Bahan: Imunoglobulin
Definisi: pemindahan imunitas pada inang
menggunakan produk imunologis yang sudah terbentuk
Tujuan: memberikan perlindungan terhadap
antigen
Sasaran :
• Individu yang tidak mampu membentuk
antibodi (agammaglobulinemia kongenital)
• Pencegahan penyakit ketika waktu tidak
memungkinkan imunisasi aktif (misal: pasca paparan)
• Terapi penyakit tertentu yang secara normal
dicegah dengan imunisasi (misal: tetanus)
• Terapi dalam kondisi imunisasi aktif tidak
tersedia atau tidak dapat dilaksanakan (misal: tergigit ular)
Sasaran :
• Individu yang tidak mampu membentuk
antibodi (agammaglobulinemia kongenital)
• Pencegahan penyakit ketika waktu tidak
memungkinkan imunisasi aktif (misal: pasca paparan)
• Terapi penyakit tertentu yang secara normal
dicegah dengan imunisasi (misal: tetanus)
• Terapi dalam kondisi imunisasi aktif tidak
tersedia atau tidak dapat dilaksanakan (misal: tergigit ular)
1. Vaksin Hidup Attenuated
bakteri atau virus hidup yang dilemahkan dengan cara pembiakan berulang-ulang
harus dpt berkembang biak respon imun respon imun = infeksi alamiah
bersifat labil, rusak oleh panas & cahaya
contoh: campak, mumps, rubela, polio (virus) BCG, demam tifoid oral (bakteri)
1. Vaksin Hidup Attenuated
bakteri atau virus hidup yang dilemahkan dengan cara pembiakan berulang-ulang
harus dpt berkembang biak respon imun respon imun = infeksi alamiah
bersifat labil, rusak oleh panas & cahaya
contoh: campak, mumps, rubela, polio (virus) BCG, demam tifoid oral (bakteri)
2. Vaksin Inactivated
bakteri, virus/ komponennya yg dibuat tidak aktif dgn pemanasan atau bahan kimia
tidak dapat replikasi seluruh dosis ag tidak dapat menyebabkan penyakit
tidak dipengaruhi oleh ab yg beredar selalu membutuhkan dosis ganda
sedikit atau tidak menimbulkan respon seluler contoh: difteri, tetanus (toksoid)
haemophilus influenza(polisakarida) 2. Vaksin Inactivated
bakteri, virus/ komponennya yg dibuat tidak aktif dgn pemanasan atau bahan kimia
tidak dapat replikasi seluruh dosis ag tidak dapat menyebabkan penyakit
tidak dipengaruhi oleh ab yg beredar selalu membutuhkan dosis ganda
sedikit atau tidak menimbulkan respon seluler contoh: difteri, tetanus (toksoid)
Sebelum melakukan imunisasi
• memberitahu risiko vaksinasi dan tdk imunisasi • persiapan bila terjadi reaksi ikutan
• baca dgn teliti informasi produk • tinjau apakah ada kontraindikasi
• periksa pasien dan beri antipiretik bila perlu • periksa kondisi vaksin (warna, kadaluarsa) • pemberian sesuai jadwal
• berikan vaksin dengan tehnik yang benar Sebelum melakukan imunisasi
• memberitahu risiko vaksinasi dan tdk imunisasi • persiapan bila terjadi reaksi ikutan
• baca dgn teliti informasi produk • tinjau apakah ada kontraindikasi
• periksa pasien dan beri antipiretik bila perlu • periksa kondisi vaksin (warna, kadaluarsa) • pemberian sesuai jadwal
Setelah pemberian imunisasi
• berilah petunjuk kpd pengasuh/ortu apa yg
harus dikerjakan dalam kejadian reaksi biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat
• catat imunisasi dalam rekam medis • laporkan hasil imunisasi ke Dinkes
• periksa status imunisasi keluarga yg lain Setelah pemberian imunisasi
• berilah petunjuk kpd pengasuh/ortu apa yg
harus dikerjakan dalam kejadian reaksi biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat
• catat imunisasi dalam rekam medis • laporkan hasil imunisasi ke Dinkes
Aturan umum: sebagian besar
harus didinginkan pada suhu 2-8o C
DPT, Hib, hepatitis B, hepatitis A (tdk beku) OPV, Yellow fever (dapat dalam kead. beku)
Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan Dengan pelarut khusus
Digunakan dalam periode waktu tertentu, mis
vaksin campak yg telah diencerkan cepat berubah warna pada suhu kamar.
Aturan umum: sebagian besar
harus didinginkan pada suhu 2-8o C
DPT, Hib, hepatitis B, hepatitis A (tdk beku) OPV, Yellow fever (dapat dalam kead. beku)
Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan Dengan pelarut khusus
Digunakan dalam periode waktu tertentu, mis
vaksin campak yg telah diencerkan cepat berubah warna pada suhu kamar.
Tempat suntikan harus dibersiihkan (antiseptik)
Pemberian suntikan
Sebagian besar secara IM atau SK dalam kecuali OPV per oral dan BCG scr intradermal
Petugas harus menguasai teknik dasar
Tempat suntikan harus dibersiihkan (antiseptik)
Pemberian suntikan
Sebagian besar secara IM atau SK dalam kecuali OPV per oral dan BCG scr intradermal
Pernah mengalami kejadian ikutan yg berat Alergi terhadap bahan dalam vaksin
Sedang terapi steroid, radioterapi/kemotx Menderita sakit yg menurunkan imunitas
Tinggal serumah dg org lain yg imunitasnya
turun atau dalm terapi yg menurunkan imun
Bulan lalu mendapat vaksin virus hidup
(campak, poliomielitis, rubela)
Pada 3 bln lalu mendpt imunoglobulin/ transfusi
darah
Pernah mengalami kejadian ikutan yg berat Alergi terhadap bahan dalam vaksin
Sedang terapi steroid, radioterapi/kemotx Menderita sakit yg menurunkan imunitas
Tinggal serumah dg org lain yg imunitasnya
turun atau dalm terapi yg menurunkan imun
Bulan lalu mendapat vaksin virus hidup
(campak, poliomielitis, rubela)
Pada 3 bln lalu mendpt imunoglobulin/ transfusi
Mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi Dosis 15 mg/kgbb kepada bayi/anak, 3-4 X/hr
Reaksi KIPI
Reaksi lokal di tempat suntikan atau reaksi umum Derajat ringan selama 1-2 hari
Lokal: kemerahan, gatal, nyeri kompres hangat
teraba benjolan kecil agak keras beberapa minggu atau lebih tidak perlu tindakan
Mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi Dosis 15 mg/kgbb kepada bayi/anak, 3-4 X/hr
Reaksi KIPI
Reaksi lokal di tempat suntikan atau reaksi umum Derajat ringan selama 1-2 hari
Lokal: kemerahan, gatal, nyeri kompres hangat
teraba benjolan kecil agak keras beberapa minggu atau lebih tidak perlu tindakan
BCG
• 2-6 mgg dapat timbul papulasemakin besar
ulserasi selama 2-4 bln sembuh perlahan dgn menimbulkan jaringan parut.
• Bila ulkus keluar cairan kompres antiseptik
• Bila cairan tambah banyak, koreng semakin besar
ditambah pembesaran kelenjar regional (aksila) dibawa ke dokter
BCG
• 2-6 mgg dapat timbul papulasemakin besar
ulserasi selama 2-4 bln sembuh perlahan dgn menimbulkan jaringan parut.
• Bila ulkus keluar cairan kompres antiseptik
• Bila cairan tambah banyak, koreng semakin besar
ditambah pembesaran kelenjar regional (aksila) dibawa ke dokter
Hepatitis B
jarang terjadi, demam yg agak tinggi
lokal seperti pada umumnya (sementara)
DPT
demam tinggi, rewel
lokal seperti pada umumnya
DT
lokal seperti pada umumnya
Hepatitis B
jarang terjadi, demam yg agak tinggi
lokal seperti pada umumnya (sementara)
DPT
demam tinggi, rewel
lokal seperti pada umumnya
DT
Polio oral
sangat jarang terjadi reaksi KIPI
Campak dan MMR
lokal: rasa tidak nyaman
5-12 hr setelah imunisasi dapat timbul :
demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus yg berlangsung kurang dari 48 jam
3 mgg pasca imunisasi dapat timbul:
pembengkakan KGB di belakang telinga
Polio oral
sangat jarang terjadi reaksi KIPI
Campak dan MMR
lokal: rasa tidak nyaman
5-12 hr setelah imunisasi dapat timbul :
demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus yg berlangsung kurang dari 48 jam
3 mgg pasca imunisasi dapat timbul:
BCG adlh vaksin hidup dari M. bovis yang
dibiakkan berulang selama 1-3 tahun basil yg tidak virulen tapi masih punya imunogenitas
Menimbulkan sensitivitas terhdp tuberkulin Vaksin BCG Biofarma Bandung
Tidak mencegah infeksi TB tapi mengurangi risiko
TB berat seperti meningitis TB, TB milier
Efek proteksi 8-12 mgg pasca imunisasi,
bervariasi antara 0-80% tergantung vaksin,
lingkungan dengan M.atipik dan faktor penjamu (umur, gizi dll)
BCG adlh vaksin hidup dari M. bovis yang
dibiakkan berulang selama 1-3 tahun basil yg tidak virulen tapi masih punya imunogenitas
Menimbulkan sensitivitas terhdp tuberkulin Vaksin BCG Biofarma Bandung
Tidak mencegah infeksi TB tapi mengurangi risiko
TB berat seperti meningitis TB, TB milier
Efek proteksi 8-12 mgg pasca imunisasi,
bervariasi antara 0-80% tergantung vaksin,
lingkungan dengan M.atipik dan faktor penjamu (umur, gizi dll)
Diberikan scr intradermal 0,10 ml (anak)
0,05 ml (bayi baru lahir)
Sebaiknya pada deltoid kanan (bila ada
limfadenitis (aksila) lebih mudah terdeteksi.
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari,
harus disimpan pada 2-8o C, tidak boleh beku,
yang telah diencerkan hrs dibuang dlm 8 jam.
Diberikan pada umur kurang atau tepat 2 bulan. Sebaiknya diberikan pada anak dengan uji
Mantoux (tuberkulin) negatif.
Diberikan scr intradermal 0,10 ml (anak)
0,05 ml (bayi baru lahir)
Sebaiknya pada deltoid kanan (bila ada
limfadenitis (aksila) lebih mudah terdeteksi.
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari,
harus disimpan pada 2-8o C, tidak boleh beku,
yang telah diencerkan hrs dibuang dlm 8 jam.
Diberikan pada umur kurang atau tepat 2 bulan. Sebaiknya diberikan pada anak dengan uji
Penyuntikan BCG yang benar menimbulkan ulkus
lokal yg superfisial. Ulkus yg biasanya tertutup krusta sembuh dlm 2-3 bln meninggalkan parut bulat dgn diameter 4-8 mm.
Apabila dosis terlalu tinggi ulkus yang timbul lebih
besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam parut yg terjadi tertarik ke dalam
Limfadenitis supuratif kadang dijumpai (aksila/ leher) sembuh sendiri.
Penyuntikan BCG yang benar menimbulkan ulkus
lokal yg superfisial. Ulkus yg biasanya tertutup krusta sembuh dlm 2-3 bln meninggalkan parut bulat dgn diameter 4-8 mm.
Apabila dosis terlalu tinggi ulkus yang timbul lebih
besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam parut yg terjadi tertarik ke dalam
Limfadenitis supuratif kadang dijumpai (aksila/ leher) sembuh sendiri.
Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
Sedang menderita HIV, imunokompromise Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi Menderita infeksi kulit yang luas Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
Sedang menderita HIV, imunokompromise Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi Menderita infeksi kulit yang luas Pernah sakit tuberkulosis
BCG diberikan pada bayi <= 2 bulan
Pada bayi yg kontak erat dgn px TB dg BTA(+3)
sebaiknya diberikan INH profilaksis dulu, kalau kontaknya sudah tenang dapat diberi BCG
BCG jangan diberikan pada bayi atau anak
dengan imunodefisiensi, mis HIV, gizi buruk dan lain-lain
BCG diberikan pada bayi <= 2 bulan
Pada bayi yg kontak erat dgn px TB dg BTA(+3)
sebaiknya diberikan INH profilaksis dulu, kalau kontaknya sudah tenang dapat diberi BCG
BCG jangan diberikan pada bayi atau anak
dengan imunodefisiensi, mis HIV, gizi buruk dan lain-lain
Imunisasi Pasif
Pemberian imunoglobulin (sebelum/sesudah)
Misal: IG/ISG (Immune Serum Globulin) atau HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)
Indikasi utama:
-Paparan darah yg mgandung HbsAg
-Paparan seksual dgn pengidap HbsAg (+) -Paparan perinatal, ibu HbsAg(+), <48 jam
Imunisasi Pasif
Pemberian imunoglobulin (sebelum/sesudah)
Misal: IG/ISG (Immune Serum Globulin) atau HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)
Indikasi utama:
-Paparan darah yg mgandung HbsAg
-Paparan seksual dgn pengidap HbsAg (+) -Paparan perinatal, ibu HbsAg(+), <48 jam
Dosis:
• Kecelakaan jarum suntik: 0,06ml/kg,maks 5 ml, IM,
harus diberikan dlm jangka 24 jam, diulang 1 bulan kemudian.
• Paparan seksual: dosis tunggal 0,06 ml/kg,
IM, harus diberikan dalam jangka waktu 2 mgg, maks 5 ml.
• Paparan perinatal: 0,5 ml IM Dosis:
• Kecelakaan jarum suntik: 0,06ml/kg,maks 5 ml, IM,
harus diberikan dlm jangka 24 jam, diulang 1 bulan kemudian.
• Paparan seksual: dosis tunggal 0,06 ml/kg,
IM, harus diberikan dalam jangka waktu 2 mgg, maks 5 ml.
Pemberian partikel HbsAg yang tidak infeksius 3 jenis :
-Berasal dari plasma
-Dibuat dengan tehnik rekombinan (rek.genetik) -Polipeptida
Pemberian partikel HbsAg yang tidak infeksius 3 jenis :
-Berasal dari plasma
-Dibuat dengan tehnik rekombinan (rek.genetik) -Polipeptida
Vaksin yang beredar beserta dosis: • Hevac-B (Aventis Pasteur), dws 5 ug,
anak 2,5 ug, pada ibu HbeAg (+) dosis 2 X
• Hepaccine (Cheil Sugar), dws: 3 ug,
anak 1,5 ug.
• B-Hepavac II (MSD), dws: 10 ug, anak 5 ug.
• Hepa-B (Korean green Cross), dws; 20 ug, anak 10
ug.
• Engerix-B (GSK), dws 20 ug, anak 10 ug.
Penyuntikan scr IM pada deltoid/paha anterolat
Vaksin yang beredar beserta dosis: • Hevac-B (Aventis Pasteur), dws 5 ug,
anak 2,5 ug, pada ibu HbeAg (+) dosis 2 X
• Hepaccine (Cheil Sugar), dws: 3 ug,
anak 1,5 ug.
• B-Hepavac II (MSD), dws: 10 ug, anak 5 ug.
• Hepa-B (Korean green Cross), dws; 20 ug, anak 10
ug.
• Engerix-B (GSK), dws 20 ug, anak 10 ug.
Vaksinasi awal (primer) 3 X
Jarak antara suntikan I dan ke II 1-2 bln,
suntikan ke III diberikan 6 bln dari yang ke I.
Pemberian booster 5 tahun kemudian masih
belum ada kesepakatan.
Pemeriksaan Anti-HBs pasca imunisasi setelah
3 bulan dari suntikan terakhir
Skrining pravaksinasi (pada praktek swasta
perorangan)
Vaksinasi awal (primer) 3 X
Jarak antara suntikan I dan ke II 1-2 bln,
suntikan ke III diberikan 6 bln dari yang ke I.
Pemberian booster 5 tahun kemudian masih
belum ada kesepakatan.
Pemeriksaan Anti-HBs pasca imunisasi setelah
3 bulan dari suntikan terakhir
Skrining pravaksinasi (pada praktek swasta
Umumnya ringan, nyeri, bengkak, panas mual,
nyeri sendi & otot
Kontra Indikasi Belum ada, terkecuali ibu hamil
Tanggap kebal rendah dapat ok:
Usia tua, pemberian di bokong, anak gemuk, pasien hemodialisis/ transplantasi, obat
imunosupresif, lekemia/ keganasan, DM tipe I, HIV, peminum alkohol.
Umumnya ringan, nyeri, bengkak, panas mual,
nyeri sendi & otot
Kontra Indikasi Belum ada, terkecuali ibu hamil
Tanggap kebal rendah dapat ok:
Usia tua, pemberian di bokong, anak gemuk, pasien hemodialisis/ transplantasi, obat
imunosupresif, lekemia/ keganasan, DM tipe I, HIV, peminum alkohol.
Toksoid Difteria, vaksin aseluler, toksoid
tetanus
Kadar antibodi protektif setelah DTP 3 kali
mencapai 0,01 IU atau lebih
Reaksi lokal: merah, bengkak, nyeri
Reaksi umum: demam ringan, jarang hiperpireksia, kejang.
Toksoid Difteria, vaksin aseluler, toksoid
tetanus
Kadar antibodi protektif setelah DTP 3 kali
mencapai 0,01 IU atau lebih
Reaksi lokal: merah, bengkak, nyeri
Reaksi umum: demam ringan, jarang hiperpireksia, kejang.
DPT dasar diberikan 3X sejak umur 2 bln dg
interval 4-6 mgg, ulangan (DPT 4) diberikan 1 thn setelah DPT3.
DPT 5 pada umur 5-7 tahun DPT 6 pada umur 12 tahun
Dosis DPT/DT 0,5 ml, IM baik untuk imunisasi
dasar dan ulangan.
DPT dasar diberikan 3X sejak umur 2 bln dg
interval 4-6 mgg, ulangan (DPT 4) diberikan 1 thn setelah DPT3.
DPT 5 pada umur 5-7 tahun DPT 6 pada umur 12 tahun
Dosis DPT/DT 0,5 ml, IM baik untuk imunisasi
Virus hidup tetapi sudah dilemahkan. Virus polio tipe 1, 2, 3
Digunakan scr rutin sjk bayi lahir dg dosis 2 tts
per oral.
Virus ini menempatkan diri di usus dan memacu
pembentukan antibodi dlm darah, maupun epitel usus sebagai pertahanan lokal.
Penerima vaksin terlindungi setelah dosis
tunggal pertama, tiga dosis berikutnya
memberikan imunitas jangka lama (3 tipe)
Virus hidup tetapi sudah dilemahkan. Virus polio tipe 1, 2, 3
Digunakan scr rutin sjk bayi lahir dg dosis 2 tts
per oral.
Virus ini menempatkan diri di usus dan memacu
pembentukan antibodi dlm darah, maupun epitel usus sebagai pertahanan lokal.
Penerima vaksin terlindungi setelah dosis
tunggal pertama, tiga dosis berikutnya
harus disimpan tertutup pada suhu 2-8o C
Vaksin sangat stabil, akan kehilangan potensi
bila dibuka krn perubahan PH setelah terpapar dengan udara.
Dapat disimpan pada 20o C. Dicairkan dg cara
ditempatkan antara dua telapak tgn, dijaga agar tidak berubah warna (merah
muda-oranye muda) sbg indikator PH
harus disimpan tertutup pada suhu 2-8o C
Vaksin sangat stabil, akan kehilangan potensi
bila dibuka krn perubahan PH setelah terpapar dengan udara.
Dapat disimpan pada 20o C. Dicairkan dg cara
ditempatkan antara dua telapak tgn, dijaga agar tidak berubah warna (merah
Imunisasi dasar (polio 0, 1, 2, 3) diberikan 2
tetes per oral dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.
Polio 0 diberikan saat bayi baru pulang dari
rumah sakit.
Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah
polio 4, selanjutnya saat 5-6 tahun
Imunisasi dasar (polio 0, 1, 2, 3) diberikan 2
tetes per oral dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.
Polio 0 diberikan saat bayi baru pulang dari
rumah sakit.
Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah
KIPI
dapat berupa pusing, diare ringan, sakit otot, jarang sekali poliomielitis (tapi tetap waspada)
Indikasi kontra
Penyakit akut/demam > 38,5oC, muntah/ diare
Terapi KS, imunosupresif, radiasi, keganasan ibu hamil < 4 bln, bersama vaksin tifoid oral, Pada penderita imunosupresi beri IPV
KIPI
dapat berupa pusing, diare ringan, sakit otot, jarang sekali poliomielitis (tapi tetap waspada)
Indikasi kontra
Penyakit akut/demam > 38,5oC, muntah/ diare
Terapi KS, imunosupresif, radiasi, keganasan ibu hamil < 4 bln, bersama vaksin tifoid oral, Pada penderita imunosupresi beri IPV
2 Jenis :
- virus hidup dan dilemahkan - virus yang dimatikan
Reaksi KIPI :
Biasanya terjadi pada imunisasi ulangan.
Dapat berupa demam >39,5 oC pada hari ke 5-6
berlangsung 2 hari.
Ruam pada hari ke 7-10, berlangsung 2-4 hari
2 Jenis :
- virus hidup dan dilemahkan - virus yang dimatikan
Reaksi KIPI :
Biasanya terjadi pada imunisasi ulangan.
Dapat berupa demam >39,5 oC pada hari ke 5-6
berlangsung 2 hari.
Campak diberikan pada umur 9 bln, dgn dosis 0,5
ml SK dalam/ IM. Diulang usia 5-7 tahun.
Diulang juga, bila:
-imunisasinya pada usia < 1 thn
-terjadi KLB (diberikan pada SD, SMP, SMA) -imunisasinya vaksin inaktif, imunoglobulin -catatan imunisasi tidak ada
Kontra indikasi: demam tinggi, tx imunosupresi, hamil, alergi, tx imunoglobulin
Campak diberikan pada umur 9 bln, dgn dosis 0,5
ml SK dalam/ IM. Diulang usia 5-7 tahun.
Diulang juga, bila:
-imunisasinya pada usia < 1 thn
-terjadi KLB (diberikan pada SD, SMP, SMA) -imunisasinya vaksin inaktif, imunoglobulin -catatan imunisasi tidak ada
Kontra indikasi: demam tinggi, tx imunosupresi, hamil, alergi, tx imunoglobulin
Haemophilus Influenzae tipe b Measles, Mumps, Rubella (MMR) Varisela
Demam tifoid Hepatitis A
Influenza
Pneumokokos
Haemophilus Influenzae tipe b Measles, Mumps, Rubella (MMR) Varisela
Demam tifoid Hepatitis A
Influenza