• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR ACAROLOGI. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Biologi Acarina, kepentingan medik dan lingkungan secara umum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR ACAROLOGI. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Biologi Acarina, kepentingan medik dan lingkungan secara umum."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Gadjah Mada 1 BAB I

PENGANTAR ACAROLOGI

Tujuan Instruksional Khusus

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Biologi Acarina , kepentingan medik dan lingkungan secara umum.

Subpokok Bahasan 1: Klasifikasi Acarina

Pendahuluan

Acarologi adalah ilmu yang mempelajari tentang organisme tick dan mite, atau sering disebut tungau. Awal mula disiplin ilmu Acarologi dimulai pada abad ke 18 di Eropa, namun sesungguhnya perhatian terhadap anggotanya telah dimulai jauh sebelum abad tersebut. Hal itu didasarkan munculnya penyakit “demam tick / tick fever” pada orang Mesir pada 1550 sebelum Masehi; penyakit tick “Ulysses” pada anjing di tahun 850 sebelum Masehi, dan Aristoteles yang pernah mendiskusikan tentang parasit mite pada belalang sekitar 500 tahun yang lalu.

Di tahun 1735, Linnaeus menggunakan nama genus Acarus pada edisi pertama Systema Nature yang beliau susun. Pada edisi yang ke sepuluh beliau menyebutkan sekitar 30 jenis mite yang kesemuanya memberikan ciri yang sama seperti genus Acarus.

Perkembangan ilmu ini mulai maju pesat pada decade abad 19 dan awal abad ke 20. Dengan variasi distribusi dan habitatnya baik dari bentuk, ukuran, struktur, maupun perilaku dapat dikenal lebih dari 30 000 jenis Acari, baik tick maupun mite (tungau). Namun diperkirakan bahwa Iebih dari setengah juta spesies hidup di bumi, sehingga masih banyak yang belum diketahui dan hal ini masih menjadi tantangan bagi ilmuwan.

Kebanyakan anggota Acarii hidup di darat / tanah, baik di dalam (dengan kedaIaman tertentu) maupun di permukaan tanah, namun banyak juga yang anggotanya mempunyai kepentingan medik bagi manusia dan ternak, juga mempunyai nilai penting di bidang pertanian. Selanjutnya perlu diwaspadai untuk mites (tungau) yang langsung bertindak sebagai parasit atau bahkan dari tungau yang hidup bebas yang kemudian dapat menjadi parasit.

(2)

Universitas Gadjah Mada 2 Klasifikasi

Berdasarkan Krantz (1978) , Acari adalah salah satu dari sebelas subKelas dari Kelas Arachnida (kelompok laba-laba / spider), Filum Arthropoda. Ke tiga Ordo anggota Acari adalah ordo: Parasitiformes, Opilioacariformes dan Acariformes, yang dari ke tiganya terbagi menjadi 7 subordo. Berikut adalah bagan pembagiannya:

Diagram lengkap sampai ke tingkat Superfamili dapat terlihat pada Gambar I. 1 dan Gambar I.2. Pada Gambar I.1 ditunjukkan dendrogram pembagian takson-taksoh dari Ordo Parasitiformes, pembagiannya ke Subordo, kemudian Supercohort dan Cohort, selanjutnya sampai ke tingkat takson Superfamili; sedangkan gambar I.2 menunjukkan dendrogam hubungan antara Kelas Acari dengan ordo Acariformes, kemudian ke tingkat takson Subordo dan secara lengkap diikuti tingkat-tingkat kategori takson hingga sampai ke Superfamili.

Hanya 4 subordo anggota Acari yang diketahui hidup sebagai parasit, yaitu Mesostigmata, Metastigmata, Prostigmata, dan Astigmata. Penyebaran ke empat subordo ini sangat luas dengan tipe dan sifat parasit yang bervariasi, dan hampir dari seluruh yang bersifat parasit telah dapat diketahui jenisnya.

(3)
(4)
(5)

Universitas Gadjah Mada 5 Subpokok Bahasan 2: Morfologi Acarina

Pendahuluan

Seperti halnya anggota Filum Arthropoda lainnya, kelas Arachnida (“spider”) dicirikan dengan bentuk tubuh bulat atau membulat yang dilengkapi dengan alat gerak (“appendages”) yang berbuku-buku / bersegmen. Ciri morfologi sangat penting dalam identifikasi. Salah satunya adalah ada dan tidaknya stigma serta letak stigma itu sendiri.

Secara umum tubuh Acari dapat dibedakan dengan nyata antara bagian anterior (depan) dan bagian posteriornya (belakang). Pada bagian anterior yang disebut gnathosoma (bagian mulut) dan bagian posterior disebut “body” atau idiosoma.

Morfologi Umum

Pada Gambar I.3 dan Gambar I.4 ditunjukkan bagian-bagian secara struktural dari sisi dorsal serta sisi ventral salah satu anggota Acari, dari Ordo Mesostigmata. Dari sisi dorsal maupun ventral tampak bahwa tubuh tersusun oleh 2 bagian, yaitu gnathosoma dan Idiosoma. Otak dan mata terdapat dibagian gnathosoma, sedangkan organ-organ untuk gerak, saraf / sensori, pernafasan dan kopulasi terdapat di bagian posterior (idiosoma).

Gnathosoma

Pada daerah gnathosoma (kepala-mulut), seperti halnya pada serangga secara umum hanya terdapat epistoma (mulut) yang dilengkapi dengan chelicera dan palpus (palpi-jamak). Mata terdapat di bagian dorsal atau dorsolateral dan propodosoma. Gnathosoma dapat diartikan sebagai bangunan seperti tabung kecil yang padanya menjadi tempat makanan lewat menuju ke esophagus.

Palpus juga bersegmen, mempunyai struktur yang sederhana dan dilengkapi dengan rambut-rambut sensoris yang membantu mites dalam meletakkan / menemukan makanannya. Pada beberapa jenis palpus ada yang termodifikasi menjadi organ pemotong / “piercing” ataupun organ “grasping” yang menunjukkan kesamaan dengan fungsi mandibula pada serangga-serangga predator. Segmentasi pada palpus bervariasi, dari 1 sampai dengan 5 tergantung dari jenisnya.

Struktur chelicera berbeda dengan palpus. Chelicera hanya tersusun oleh 2 - 3 segmen saja. Pada chelicera yang tersusun oleh 3 segmen, segmen yang ke-3 akan bermodifikasi dan berfungsi untuk membantu pergerakan. Struktur chelicera dapat memendek, membulat atau memanjang pada acari yang parasit, hal ini untuk membantu organ pemotong. Pada beberapa kelompok mites, chelicera yang dapat digerakkan

(6)

Universitas Gadjah Mada 6 bergerak/“movable” ini termodifikasi menjadi organ yang berfungsi untuk mentransfer sperma ke mites betina.

Gambar I.3. Struktur bagian dorsal Acarina (Ordo : Mesostigmata)

Idiosoma

Bagian posterior (idiosoma) diasumsikan berfungsi secara parallel seperti halnya pada serangga umumnya, yaitu fungsi abdomen, thoraks, dan sebagian fungsi dari kepala. Di bagian ini merupakan bagian yang keras dari tubuhnya, artinya mempunyai selubung yang mengandung keratin („sclerotized‟) yang tebal sehingga menjadi lapisan pelindung yang baik. Bentuk, ukuran dan ornamen / gambaran dari bagian idiosoma ini sangat bervariasi, dan ini menjadi ciri yang penting dalam identifikasi.

(7)

Universitas Gadjah Mada 7 Gambar I.4. Struktur bagian ventral Acarina (Ord0 : Mesostigmata)

Idiosoma dibagi menjadi bagian podosoma di bagian anterior dan histerosoma di bagian posterior. Bagian podosoma anterior adalah bagian yang padanya terdapat alat gerak („appendages” / kaki) sebanyak 2 pasang yang akan tampak jelas secara ventral, sedangkan pasangan kaki ke III dan IV terletak di bagian histerosoma. Di bagian histerosoma di samping coxa kaki ke III dan ke IV adalah bagian opistosoma, yang pada bagian ini terdapat anus.

Selubung atau „platelets‟ umumnya menutupi bagian idiosoma, terkadang hanya 1 (satu) selubung menutupi seluruh bagian idiosoma. Secara ventral di idiosoma terdapat alat

(8)

Universitas Gadjah Mada 8 genital dan lubang anal yang tersusun satu set dalam selubung yang keras (tersklerotisasi). Telah disebutkan bahwa dibagian idiosoma ini terdapat organ gerak, respirasi, kopulasi dan saraf/ sensor.

Alat gerak / lokomosi Acari adalah kaki yang beruas-ruas (berbuku-buku). Pada stadium nimfa dan dewasa kaki berjumlah 4 pasang, sedangkan jumlah kaki pada stadium larva adalah 3 pasang. Pasangan kaki terakhir (bagian posterior) muncul pada saat stadium nimfa instar pertama. Kaki umumnya terbagi dalam 7 segmen: coxa, trochanter, femur, genu, tibia, tarsus dan apotele. Di bagian apotele terdapat bagian yang kompleks, yaitu adanya 1 pasang cakar / claw dan cakar yang menyerupai empodium. Kaki pertama biasanya berfungsi sebagai „ambulatory‟, yang dicirikan memanjang dan membentuk seperti antenna yang berfungsi sebagai organ sensoris. Pada beberapa kelompok mites/ tungau pasangan kaki pertama bermodifikasi sebagai penangkap mangsa. Pada kaki biasanya dilengkapi rambut sensoris atau setae dan ciri ini sangat penting dalam identifikasi sampai ke tingkat jenis.

Subpokok Bahasan 3: Sistim Respirasi Pendahuluan

Pada hewan tingkat rendah seperti halnya anggota Arthropoda lainnya, Acari juga telah dilengkapi dengan sistim respirasi, meskipun masih sangat sederhana. Perpindahan atau pergerakan oksigen dan karbondioksida pada Acari ini dapat melalui beberapa cara. Keberadaan lubang spiraculum / „spiracular opening‟ dan posisinya akan menentukan dalam identifikasi, terutama dalam pembagian menuju kategori takson subordo mites dan Ordo Acari. Spiraculum disebut juga stigma (satu, stigmata-jamak). Stigmata terletak di lateromedian pada idiosoma pada subordo Mesostigmata. Lubang stigmata pada Prostigmata terletak di basis chelicera atau diantara ke 2 chelicera. Selanjutnya pada Metastigmata, stigmata / spiraculum terletak dibelakang coxa ke IV, sedangkan pada Astigmata tidak memiliki stigmata luar.

Sistim Respirasi

Stigmata dapat dikelilingi oleh lempengan-lempengan stigmal atau masing-masing berhubungan Iangsung dengan saluran (yang masih belum diketahui dengan jelas fungsinya) yang disebut peritreme. Namun dimungkinkan bahwa peritreme ini merupakan

(9)

Universitas Gadjah Mada 9 bentuk pemanjangan dari stigmata ke arah dalam, dalam fungsinya apabila tertutup pada bagian ini ternyata tidak mempengaruhi proses respirasinya.

Pada acari yang dilengkapi stigmata, ada hubungan ke arah dalam yang membuka yang menuju sistim trakeal, sistim ini „tersebar ke seluruh tubuh dan menuju ke berbagai sistim organ. Pada Astigmata yang tidak memiliki stigmata, perpindahan atau pergerakan oksigen dan karbondioksida dapat dilakukan Iangsung melalui kulitnya.

Subpokok Bahasan 4: Sistim Reproduksi dan Embriogenesis Pendahuluan

Seperti halnya anggota Arthropoda lainnya, Kelas Arachnida juga telah dilengkapi alat kopulasi sebagai bagian dari sistim reproduksinya. Karena telah dapat dibedakan antar individu jantan dan betina secara baik, perkawinan dapat terjadi dengan berbagai cara terutama bagaimana sperma ditransfer ke individu atau induk betina. Pembuahan terjadi secara interna, sehingga disebut fertilisasi interna, meskipun dalam perkembangannya terdapat telur-telur yang tidak dibuahi oleh sperma.

Sistim Reproduksi

Reproduksi pada Acari secara umum mengikuti pola fertilisasi klasik, dan untuk produksi hewan jantan dan hewan betina secara progeni, dan parthenogenesis fakultatif. Arrhenotoky adalah produksi jantan haploid dari telur yang tidak dibuahi, seperti yang terjadi pada Gamasida dan Actinedida, sedangkan produksi hewan betina dan telur-telur yang tidak dibuahi disebut thelytoky. Selain pada Gamasida dan Actinedida thelytoky dapat pula dijumpai pada tick dari famili Ixodidae dan beberapa anggota Oribatidae. Amphoterotoky, adalah istilah yang diberikan untuk telur-telur yang tidak dibuahi yang berkembang menjadi individu jantan-betina.

Pada kelompok mites / tungau dimana jantan mempunyai organ seperti halnya penis atau „aedeagus‟ , transfer sperma dapat terjadi secara langsung ke hewan betina melalui „genital opening‟ / lubang genital, atau melalui suatu bangunan khusus pada hewan betina yang secara internal berhubungan dengan sistim reproduksi pada hewan betina. Pada kelompok mites yang lainnya, sperma ditransfer oleh hewan jantan dari lubang genital jantan ke organ transfer sperma / „sperm transfer organ‟ pada hewan betina, yang terdapat di chelicera yang selanjutnya di transfer ke „female bursa‟ (semacam kantong penampung sperma). Cara lain untuk transfer sperma dari kantong sperma jantan ke lubang genital

(10)

Universitas Gadjah Mada 10 betina, apabila pada hewan betina tidak memiliki baik bangunan serupa penis ataupun chelicera.

Sistim reproduksi hewan jantan dan betina biasanya tersusun secara seri dan berpasangan, berfragmentasi / bersegmen atau berupa elemen yang mengalami fusi. Organ reproduksi hewan jantan adalah: testes (dapat tunggal atau sepasang), dengan saluran keluar vas deferens, selanjutnya ke saluran ejakulatori (ejaculatory duct). Selain itu masih dilengkapi organ asesoris, yaitu semacam glandula yang terdapat antara saluran dan vas deferens, yang disebut vesikula seminalis / „seminal vesicle‟. Sistiin reproduksi pada hewan betina terdiri atas organ-organ: ovari (dapat tunggal, ganda atau banyak dan tersusun kluster), yang berlanjut menjadi oviduk Kebanyakan Acari memiliki sepasang uterus. Pada Gamasida dan Actinedida dapat ditemukan uterus tunggal. Uterus akan berlanjut sebagai lubang uterus / vagina, yang terletak di tengah atau di posterior pada sisi ventral idiosoma. Pada individu yang memiliki bursa kopulatrik, organ tersebut akan berlanjut dan membuka di reseptakulum seminalis / „seminal receptacle‟ yang berhubungan dengan ovari.

Embriogenesis

Oviposisi khas terdapat pada sebagian besar anggota Acari, namun pada beberapa kelompok mites mengalami ovovivipar baik saat pembentukan embrio maupun setelah pembentukan embrio („postembryonic‟). Oviposisi secara lengkap terjadi dalam beberapa hari. Telur berbentuk bulat atau bulat telur (oval) yang diletakkan oleh induk betina baik satu ataupun dalam bentuk kelompok / kluster. Tick meletakkan ribuan telurnya secara bersamaan, sementara itu mite anggota Trombiculidae meletakkan telurnya satu persatu, dan sekitar 400 butir telur akan diletakkan selama kurun waktu 6 bulan.

Telur yang diletakkan bervariasi warnanya, dari putih sampai ke kuning bahkan oranye. Telur biasanya terlindungi oleh lapisan lilin sehingga tahan air juga menghindari telur kehilangan air, hal tersebut terdapat terutama pada telur-telur yang baru saja diletakkan. Pada kebanyakan mite parasit adalah larviparous, tetapi mereka memilih jaringan hospes untuk oviposisinya. Beberapa mite meletakkan telur pada suatu tempat pada hospes dimana larva mite tersebut nantinya langsung akan menjadi parasit pada hospes tersebut. Pada mite yang hidup di perairan akan menggunakan ovipositor untuk memasukkan telur yang akan diletakkannya ke dalam tanaman air.

Perkembangan secara embrionik telur-telur Acari sesungguhnya masih perlu banyak dikaji. Sitasi dari literature yang ada juga sangat sedikit, hanya pada tahun 1972, van de Hammen, melaporkan bahwa telur mengalami pembelahan secara total, tanpa melalui pemisahan sitoplasma / „primordial sitoplasmic‟. Inti rnembelah dalam sitoplasma,

(11)

Universitas Gadjah Mada 11 selanjutnya akan bergerak menuju permukaan , atau migrasi / pergerakan inti dapat terjadi sebelum membelah. Selanjutnya Inti akan terus membelah dan akan membentuk semacam bungkus / kantong yang disebut blastoderm, kantong tersebut sebagai tempat deposit / penyimpanan cadangan makanan / „yolk‟.

Kromosom pada Acarina biasanya hanya sedikit. Kromosom diploid terbanyak adalah 36 ditemukan pada Acari oleh Oliver (1967), dan dinyatakan oleh Hansel et.al. (1964) adanya kromosom yang 2 - 4 kali lebih sering muncul dibandingkan yang lainnya.

Subpokok Bahasan 5: Sistim Saraf Pendahuluan

Sistim saraf pada Acari serupa dengan sistim pada serangga umumnya. Organ-organ saraf terutama terletak di bagian idiosoma, terutama adalah seta / setae, yang biasanya berfungsi sensitive terhadap sentuhan.

Sistim Saraf

Sensor reseptor pada Acari berupa setae yang terdapat di bagian idiosoma. Adanya sentuhan akan mengakivasi sel-sel saraf yang terletak di bagian basal masing-masing setae. Setae pada Acari memiliki bentuk yang bervariasi, yaitu dari bentuk bulat memanjang sampai ke bentuk seperti daun. Seta yang berbentuk daun ini biasanya terletak di bagian dorsal tubuh, dan organ-organ sensorinya disebut dengan trichobothria atau organ pseudostigmatid. Pada organ sensori tersebut terdapat sel-sel saraf protoplasmic yang memanjang ke arah setae.

Pada umumnya reseptor setae, tersusun oleh satu atau sepasang mata sederhana yang ditemukan di bagian lateral di propodosoma. Hanya pada subordo Mesostigmata tidak memiliki mata ini. Larva dari berbagai anggota subordo (Prostigmata, Astigmata, Cryptostigmata) memiliki sepasang urstigma yang terletak dibagian ventral antara coxa I dan III, dan organ ini diketahul berfungsi sebagai sensor terhadap kelembaban. Nimfa dan dewasa anggota Acari pada kelompok tersebut memiliki diskus / cekungan genital yang kemungkinan juga berfungsi sama dengan ogan sensor di atas.

Setae sensori juga terdapat di bagian kaki anggota Acari yang juga memiliki berbagai bentuk. Pada Metastigmata atau tick memiliki organ sensor / saraf yang kompleks yang disebut sebagai „Haller‟s organ‟, yang mempunyai 4 macam tipe seta sensori yang berbeda.

(12)

Universitas Gadjah Mada 12 Subpokok Bahasan 6: Daur Hidup

Pendahuluan

Daur hidup Acari sangat bervariasi, ada yang melalui 3 stadium perkembangan, namun ada yang melalui sampai 6 stadium perkembangan. Stadium-stadium perkembangan tersebut adalah: telur — larva — protonimph — deutonimph — tritonimph — dewasa. Berbagai macam siklus hidup anggota Acari akan dibahas pada subpokok bahasan ini.

Daur hidup

Pada anggota Acari yang melalui 6 stadium dalam daur hidupnya ( telur — larva — protonimph - deutonimph - tritonimph - dewasa), stadium yang aktif adalah stadium larva, deutonimph (nimfa) dan stadium dewasa. Sedangkan stadium protonimph dan tritonimph biasanya dianggap sebagai stadium „moulting‟ atau pergantian kulit. Namun terkadang daur hidup lebih kompleks pada tick terutama anggota famili Argasidae, yaitu pada stadium nimfa mengalami serangkaian „moulting‟ sebelum menjadi dewasa, dimungkinkan sampai 8 instar pada stadium larva. Untuk tick jantan ciri akan muncul pada saat perkembangan larva instar 4 atau instar 5, sedangkan ciri untuk yang betina muncul pada perkembangan larva instar 6 atau instar 6.

Pada umumnya perkembangan dari telur sampai menjadi individu dewasa memerlukan waktu antara 4-5 hari, namun biasanya memerlukan waktu sampai beberapa minggu bahkan bulan. Sebagai contoh mite penyebab gatal / „itch mite‟, Sarcoptes scabiei memerlukan waktu untuk perkembangan lengkap selama 10 hari, namun untuk anggota famili Macrochelidae (Gamasida) hanya memerlukan waktu sekitar 60 jam saja untuk perkembangan dari telur sampai dewasa. Siklus hidup antara 5 bulan sampai 1 tahun telah dilaporkan terjadi pada berbagai anggota Oribatida dan Actinedida. Larva Dermacentor andersoni yang menetas terlambat pada musim dingin mampu berkembang menjadi dewasa sampai dua tahun lamanya, bahkan perkembangan telur sampai dewasa pada Ixodes uriae memerlukan waktu antara 4-5 tahun pada iklim yang dingin.

Suhu, kelembaban, dan ketersediaan makanan mempunyai pengaruh yang positif terhadap lama waktu perkembangan Acari. Pada stadium larva, Acari mempunyai 6 kaki / heksapod dengan sebagian atau tidak tersklerotisasi, dan belum memiliki ciri genital secara eksternal. Identifikasi pada stadium ini sukar dilakukan, karena belum adanya tanda karakteristik / struktur yang khas yang dimiliki individu tersebut. Pada stadium nimfa biasanya melalui beberapa kali „moulting‟ / pergantian kulit, dan bentuknya menyerupai stadium dewasa namun masih berukuran kecil, namun pada anggota tick keras (Ixodida) dan

(13)

Universitas Gadjah Mada 13 beberapa anggota Actinedida hanya mengalami 1 kali stadium nimfa, sedangkan pada tick lunak (Argasida) terdapat 8 instar perkembangan dari larva ke dewasa.

Nimfa stadium pertama / instar pertama disebut protonimph biasanya merupakan nimfa yang aktif. Pada stadium deutonimph (nimfa instar dua) berbeda dengan stadium dewasa adalah pada nimfa instar dua belum dilengkapi alat genital. Larva tritonimph adalah larva yang aktif. Stadium ini hanya dimiliki oleh sebagian kecil Acari, sehingga bentuk dewasa umumnya dijumpai setelah nimfa instar dua.

(14)

Universitas Gadjah Mada 14 Subpokok Bahasan 7: Habits dan Habitat Acarina

Pendahuluan

Banyaknya variasi dan diversitas pada morfologi anggota Acari tentunya akan menunjukkan keanekaragaman karakteristik perilaku. Spesialisasi habitat Acari biasanya akan diikuti oleh spesialisasi bentuknya. Mengetahui kebiasaan dan tempat hidup Acari sangat penting. Berdasarkan habits dan habitatnya, Acari dibagi menjadi 2 grup / kelompok, yaitu kelompok yang hidup bebas dan kelompok yang hidup sebagai parasit. Dari ke 2 kelompok tersebut masih dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok / kategori.

Habits dan Habitat

Pada anggota Acari yang hidup bebas dibagi menjadi 5 (lima) kategori, yaitu: 1. mites predator

2. mites pada tanaman

3. mites yang bersifat „fungivorous‟ 4. mites yang bersifat coprophageus

5. mites yang bersifat saprofagous dan phoretic

Pada mites yang sifat hidupnya parasit dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu: mites ektoparasit, yang hidup pada hewan-hewan Invertebrata dan Vertebrata; dan mites yang bersifat endoparasit,juga pada hewan-hewan Invertebrata maupun Vertebrata.

Berdasarkan tujuan epidemiologis, Acari parasit secara ekologis dapat di klasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu: „host-dwelling „nest-dwelling‟, dan „field-dwelling‟. Parasit yang bersifat host dwelling adalah parasit yang selama hidupnya berada pada tubuh hospes, misalnya tungau Sarcoptes scabiei pada manusia dan tick pada sapi yaitu Boophilus micropilus, serta beberapa genera penyebab penyakit kulit pada anjing, kucing, babi dan hewan peliharaan lainnya. Parasit yang bersifat nest-dwelling adalah parasit yang menyelesaikan daur hidupnya di tempat yang terlindung di Iuar tubuh inang, dan hanya pada waktu serta saat tertentu (mencari makan) saja berada pada tubuh hospes. Selanjutnya pada parasit yang bersifat field dwelling adalah parasit yang secara kontinyu berada pada tubuh hospes untuk makan, namun pada jangka waktu yang pendek yaitu antara 1 hari sampai 2-3 mingga. Namun setelah kenyang parasit akan melepaskan diri dari tubuh hospes dan kembali ke tanah untuk meneruskan daur hidupnya. Sebagai contoh adalah tick kelompok Ixodid, dari genuera Dermacentor, Haemaphysalis, Amblyoma, dan beberapa jenis „chiggers‟ dari famili Trombiculidae.

(15)

Universitas Gadjah Mada 15 Subpokok Bahasan 8: Distribusi Umum

Pendahuluan

Secara umum penyebaran tick dan mite adalah meluas pada hampir semua habitat, baik daratan maupun perairan (tawar maupun laut), disamping itu berbagai jenis diketahui bersifat parasit baik endoparasit maupun ektoparasit pada berbagai hewan termasuk manusia, juga pada tanaman pertanian.

Distribusi

Penyebaran anggota Acari sangat berhubungan dengan cara memperoleh makanannya dan cara hidupnya, apakah bersifat hidup bebas atau bersifat parasit. Pada anggota Acari yang hidup bebas dan bersifat predator, mite dapat dijumpai di „ground‟/ tanah, yaitu lapisan atas/permukaan tanah, permukaan humus. Mite pada daerah ini biasanya bergerak sangat aktif dan juga dilengkapi chelicera yang kuat , juga memiliki pola warna yang terang, merah, kuning atau hijau. Mite yang mempunyai sifat ini adalah famili dari Gamasida dan Actinedida. Untuk yang hidup di laut mite dapat dijumpai di daerah intertidal — litoral. Mite yang hidup di daenah ini juga bersifat predator terutama terhadap arthropoda kecil atau invertebrata lainnya. Keberadaannya dipicu oleh akumulasi bahan-bahan organic di daerah tidal.

Pada jenis yang bersifat akuatik / hidup di air tawar biasanya juga bersifat predator. Pola warnanya terang, yaitu merah, oranye, hijau atau biru. Pada mite yang bersifat fitofagus, mikofagus, saprofagus, dan mikrofitofagus, biasanya adalah jenis-jenis yang hidup di permukaan tanah. Pada jenis yang bersifat phoretik, biasanya bersifat parasit pada kumbang dan serangga lainnya.

Subpokok Bahasan 9: Kepentingan Medik dan Lingkungan Pendahuluan

Telah diketahui ke dua sifat hidup anggota Acari, yaitu yang hidup bebas maupun parasit. Untuk acari yang hidup bebas biasanya bersifat predator atau pemakan bahan organic di permukaan tanah, pemakan jamur, juga pemakan tanaman. Pada Acari yang bersifat parasit mapun sebagai vektor tentunya akan memberikan nilai penting terutama untuk kesehatan hewan tennasuk manusia dan bagi lingkungan terutama adalah di area pertanian.

(16)

Universitas Gadjah Mada 16 Kepentingan Medik

Berbagai jenis mite diketahui penyebab penyakit pada manusia maupun hewan, terutama adalah alergi, selain berbagai jenis yang diketahui menjadi vektor berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.

Sebagai contoh adalah mite penyebab alergi ,„house dus mites‟ atau tungau debu rumah (Dermatophagoides spp.) yang ditengarai sebagai pencetus penyakit asma. Tungau debu ini mampu memproduksi allergen yang pada orang rentan dapat menimbulkan reaksi alergi yang hebat, selain asma adalah „perennial rhinitis‟ dan eksim. Jenis yang lain adalah Sarcoptes scabiei, yaitu tungau yang menyerang baik pada anak maupun pada orang dewasa karena tidak menjaga kebersihan dengan baik. Infestasi oleh tungau ini tinggi terutama pada penderita kusta. Tungau akan membuat terowongan untuk mendapatkan tempat tinggalnya sambil mengeluarkan secret / kotoran yang bersifat alegen pula. Jika pada anak-anak maka mereka akan segera menggaruk sehingga menimbulkan luka terbuka, dan menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. Selain karena tungaunya sendiri, juga karena fungsi mite sebagai vektor, misalnya penyakit „scrub thypus‟ yang disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi melalui gigitannya. Mite yang menjadi vektor adalah dari genus Leptotrombidium. dan 7 jenis diantaranya telah terbukti sebagai vector penyakit ini.

Penutup

Ilmu yang mempelajari Acari memang berkembang lebih lambat dibandingkan cabang ilmu yang lainnya, namun setelah diketahuinya beberapa penyakit alergi termasuk juga meningkatnya penderita asma menyebabkan cabang ilmu ini banyak diminati. Terlebih dengan bervariasinya respon imun yang muncul dari para penderita alergi. Berkembangnya ilmu yang didukung berbagai penelitian serta pembagian yang jelas menyebabkan cabang ilmu ini lebih mudah untuk dimengerti dan dipraktikkan baik dibidang kesehatan hewan, manusia maupun di bidang pertanian. Perkembangan yang baru saat ini adalah dengan ditemukannya berbagai jenis tungau pada lebah madu yang berbeda pada satu negara dengan negara lainnya. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah tungau tersebut hidup sebagai parasit (ektoparasit) atau sebagai predator. Semoga bagian ini memberi kejelasan secara umum tentang ilmu Acarologi.

(17)

Universitas Gadjah Mada 17 Tes Formatif

Petunjuk :

Soal Tipe I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Soal Tipe II. Pilihlah A. bila pernyataan 1,2, dan 3 benar

B. bila pernyataan 1 dan 3 benar C. bila pemyataan 2 dan 4 benar D. Bila hanya pernyataan 4 yang benar E. bila semua pernyataan benar

Soal Tipe Ill. Berilah uraian jawaban dengan jelas dan ringkas.

Soal Tipe I.

1. Berikut adalah subordo anggota Ordo Acariformes:

A. Mesostigmata B. Metastigmata C. Notostigmata D. Astigmata E. Tetrastigmata

2. Penyakit scrub thypus disebabkan oleh gigitan:

A. Boophilus B. Leptotrombidium C. Sarcoptes D. Ornithodoros E. Rhipicephalus

3. Pada perkembangan Acari yang melalui 6 fase, setelah fase protonimph adalah:

A. Deutonimph B. Larva C. Telur

D. Tritonimph E. Dewasa

Soal Tipe II.

1. Berdasarkan tujuan epidemiologis maka Acari parasit dapat dikategorikan menjadi: 1. host-dwelling 3. Field-dwelling

2. Nest-dwelling 4. Fungivorous mites

2. Berikut adalah daur hidup anggota Acari subordo Metastigmata:

1. telur 3. Nimfa

(18)

Universitas Gadjah Mada 18 3. Pada mites embrionasi dapat terjadi secara:

1. ovovivipar 3. larvivarous 2. ovipar 4. ovipositor

4. Cara reproduksi pada anggota Acari adalah: 1. parthenogenesis 3. arrhenotoky 2.thelytoky 4. amphothelotoky

Soal Tipe III.

1. Sebutkan bagian-bagian kaki Acari

2. Sebutkan pembagian tubuh Acari secara umum, dan berikan keterangannya 3. Bagaimanakah sistim pernafasan pada Acari ? (pada masing-masing subordo).

Umpan Balik

Untuk menilai hasil kerja mahasiswa pada soal tes formatif tersebut, beberapa hal yang menjadi pedoman meliputi:

1. mahasiswa harus mampu menjawab soal tersebut karena berhubungan dengan cirri morfologi yang sangat umum, dan dimiliki oleh anggota Arthropoda lainnya.

2. mahasiswa harus mampu menjelaskan dan membedakan tanda karakteristik umum dari anggota Acari dengan bagian secara lengkap; karena hal tersebut penting untuk membedakan antara anggota subordo yang satu dengan lainnya.

3. Hal-hal yang menjadi pokok dalam evaluasi ini adalah tingkat penguasaan mahasiswa akan materi yang diberikan dengan menjawab secara sistematis dan rinci.

Kunci Jawaban Tes Formatif

Soal Tipe l. 1. D 2. B 3. A

(19)

Universitas Gadjah Mada 19 Soal Tipe II.

1. A 2. E 3. B 4. E

Soal Tipe III.

1. Bagian-bagian kaki adalah: coax, trochanter, femur, genu, tibia, dan tarsus yang dilengkapi dengan claw / cakar pada individu tertentu.

2. Pembagian tubuh secara umum:

 dari sisi dorsal: Bagian anterior disebut gnathosoma, yang padanya terdapat kepala dengan alat mulut, dan bagian posterior disebut idiosoma.

 Pada sisi ventral akan nampak lubang genital, anus

 jumlah kaki 4 pasang pada yang dewasa, sedang stadium nimfa hanya 3 pasang. Pasangan kaki I terdapat di bagian Idiosoma anterior dan pasangan kaki ke III dan IV terdapat di bagian idiosoma posterior.

3. Sistim pernafasan pada Acari masih sederhana. Alat pernafasan luar adalah stigma (satu), stigmata (jamak). Ada dan tidaknya stigma menjadi ciri karakteristik untuk pembagian takson menuju subordo. Pada subordo Metastigmata, stigma berada pada sisi luar ventral coxa ke IV, pada Mesostigmata terdapat di antara pasangan kaki ke III dan ke IV, sedang pada subordo Prostigmata, stigmata terletak di chelicera, sedangkan pada Astigmata tidak memiliki stigma. Masing-masing stigma ke arah dalam akan dihubungkan dengan organ internal menuju sistim trakeal. Sistim trakeal menyebar di seluruh tubuh dan menuju ke berbagai sistim organ.

Daftar Referensi

Belding DL., 1965. Text Book of Parasitology. 3rd ed. Appleton Century Crofts. New York.

Cable RM. 1977. An Illustrated Laboratory of Parasitology. Fifth edition. Burges Publication Co. Minnesota. Pp: 151-152; 209-219

Hammer L. van de. 1972. Reflexion sur Ia valeur des donnes embryologyques pour la morphologie, Acarologia. 14 (4): 520-523 (Dalam: A Manual of Acarology, Krantz, 1978).

(20)

Universitas Gadjah Mada 20 Hansell R.I.C., M. Mollison and W.L. Putman. 1964. A cytological demonstration of

arrhenotoky in three mites of the family Phytoseiidae. Chomosoma 15: 562-567 (Dalam: A Manual of Acarology, Krantz, 1978).

Ho CM., 1991. Notes on General Acarology. Lecture Note. Diploma in Applied Parasitology and Entomology, bahagian Acarology Institute for Medical Research, Malaysia Pp: 8.

Krantz, G.W. 1978. A Manual of Acarology. 2nd ed. Oregon State University Book Store Inc. Corvalis, pp: 48, 65, 66, 101, 102, 374, 395, 396, 443

Oliver J.H.Jr. 1967. Cytogenetics of Acarines. In Genetics of insect Vector of Disease. J.Wright and R.pal, eds. Elseiver Publication Co., Amsterdam: 417-439 (Dalam: A Manual of Acarology, Krantz, 1978)

Simangunsong BR. 1996. Parasitologi. Universitas Terbuka. 6 (30 hal)

Senarai (Glossary)

Host-dwelling = mite parasit yang tinggal selama hidupnya pada hospes

Field dwelling = mite parasit yang hidup hanya sementara di hospes, hanya saat makan berada di tubuh hospes, selain itu di tanah

Nest dwelling = mite parasit yang siklus hidupnya berada di luar tubuh hospes, hanya saat makan saja

Phoretic mite = mite parasit yang memiliki perilaku untuk tujuan transportasi / artinya mengikuti hospes yang aktif terbang, misalnya kumbang

Predaceus mite = mite predator Oviposisi = pelatakan telur

Gambar

Diagram lengkap sampai ke tingkat Superfamili dapat terlihat pada Gambar I. 1 dan  Gambar I.2
Gambar I.3. Struktur bagian dorsal Acarina (Ordo : Mesostigmata)

Referensi

Dokumen terkait