• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN PENGELUARAN KONSUMSI PER KAPITA RUMAH TANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN PENGELUARAN KONSUMSI PER KAPITA RUMAH TANGGA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN

PENGELUARAN KONSUMSI PER KAPITA RUMAH TANGGA

Rini Setyastuti

Fakultas Ekonomi

Universitas Atma Jaya Yogyakarta rsetyastuti@gmail.com

ABSTRACT

Generally, social capital is the productive value of a set of social institutions and norms, including group trust, expected cooperative behaviours with predictable punishments for deviations, and a shared history of successful collective action, that raises expectations for participation in future cooperative behavior. These value and norms are believed and done by majority of society members in the daily livelihood. Moreover, they directly impact on quality of individual life and sustainability of their communities.

Robert Putnam (1993) defines social capital as a mutual trust value within society members and between society members and their leader. The social capital is said as a social institution that involve network, norms and social belief that encourages a social collaboration to achieve their goal.

This paper analyzes the effect the social capital on per capita expenditure. The paper uses data from Indonesia Family Life Survey, in particular, from the third an forth waves (IFLS3 and IFLS4) and the household as the unit of analysis. We test whether formal or informal social participation (as a measure of social capital) increase the probability of families to attract their consumption expenditure. Employing Ordinary Least Square method, the empirical results seem to support those hypotheses. To sum up, we can conclude that sosial capital has a positive impact on per capita household expenditure.

Key word : social capital, per capita expenditure, IFLS, household

PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (sustenance),(2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom for servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia (Todaro dan Smith,2009). Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa definisi pembangunan ekonomi menjadi sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana meningkatkan pendapatan nasional (Gross national Product/GNP) per tahun saja. Pembangunan ekonomi bersifat multidimensi, sehingga dapatlah dikatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah setiap kegiatan yang dilakukan suatu negara dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dari sini dapat digarisbawahi bahwa secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Chenery dan Syrquin (1975) (dalam Arsyad,2010:13) menyatakan bahwa pembangunan dapat dipandang sebagai suatu proses transisi multidimensi yang mencerminkan hubungan antar berbagai

(2)

proses perubahan di suatu negara. Proses perubahan multidimensional tersebut ditandai oleh proses transformasi struktural, yang dikelompokkan ke dalam empat proses utama yaitu proses akumulasi, proses alokasi, proses distribusi dan proses demografis. Dalam proses akumulasi ada tiga jenis modal yang dibutuhkan, yaitu modal fiskal (capital stock), modal insani (human capital) dan modal sosial (social capital). Berbeda dengan dua model lainnya yang lebih dulu populer dalam bidang ilmu sosial, yakni modal fiskal dan modal insani, modal sosial baru eksis bila telah berinteraksi dengan struktur sosial. Ini jelas berbeda dengan kedua modal sebelumnya, dengan modal fiskal dan modal insani yang dimiliki seseorang atau perusahaan bisa melakukan kegiatan ekonomi tanpa harus terpengaruh dengan struktur sosial. Coleman (1988) mendefinisikan modal sosial berdasarkan fungsinya. Coleman menyatakan bahwa modal sosial bukanlah entitas tunggal, tetapi entitas majemuk yang mengandung dua elemen, yaitu modal sosial mencakup beberapa aspek dari struktur sosial dan modal sosial memfasilitasi tindakan dari pelaku –baik individu maupun perusahaan- di dalam struktur tersebut. Dari pandangan ini, seperti modal lainnya, modal sosial juga bersifat produktif, yaitu membuat pencapaian tujuan tertentu yang tidak mungkin diraih bila keberadaannya tidak eksis.

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari modal sosial yang dimiliki rumah tangga terhadap tingkat konsumsi per kapitanya. Dalam hal ini akan diuji modal sosial yang diterjemahkan ke dalam partisipasi anggota rumah tangga baik formal maupun informal dalam menjamin pengeluaran konsumsi mereka. Ada beberapa mekanisme untuk melihat bagaimana modal sosial mempengaruhi hasil. Pertama, pengawasan kinerja pemerintah difasilitasi oleh modal kapital yang lebih besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kedua, peranan kelompok ataupun komunitas dalam memecahkan masalah dengan elemen ”common property” lokal mempunyai potensi yang sangatlah penting. Modal sosial mungkin dapat memfasilitasi kerjasama yang lebih besar yang secara langsung bermanfaat bagi anggota komunitas. Ketiga, penyebaran inovasi dapat difasilitasi dengan hubungan antar individu. Keempat, aktivitas perkumpulan yang lebih besar dimungkinkan akan meminimumkan informasi yang tidak sempurna, sehingga biaya transaksi menjadi lebih rendah dan semakin memperluas transaksi di pasar output, kredit, tanah dan tenaga kerja yang berdampak pada pendapatan yang lebih tinggi. Yang terakhir, pembagian risiko rumah tangga dan asuransi informal mungkin mengakibatkan rumah tangga untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi tetapi dengan aktivitas resiko dan teknik produksi yang lebih besar (Narayan dan Lant,1999:872-873).

RUMUSAN MASALAH

Modal sosial merupakan salah satu dari jenis modal yang dipandang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Ada banyak kajian mengenai modal sosial yang telah dilakukan selama tiga dekade terakhir baik oleh ahli ekonomi, ahli politik dan sosiologi, tetapi kajian secara empiris relatif masih sedikit termasuk penggunaan data mikro. Dengan menggunakan data mikro, semakin dipahami bagaimana modal sosial yang dimiliki masyarakat dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan atau peningkatan pengeluaran per kapita rumah tangga mereka.

(3)

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan kebijakan pemerintah dalam mendorong akumulasi modal sosial, dengan demikian peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Secara umum modal sosial menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan komunitas masyarakat. Robert Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust (kepercayaan) antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Modal sosial didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan atau network, norma-norma dan kepercayaan sosial yang mendorong sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama. Diperlukan adanya suatu social network (ikatan/jaringan sosial) yang ada dalam masyarakat dan norma yang mendorong produktifitas komunitas. Putnam melonggarkan pemaknaan asosiasi horizontal, tidak hanya memberikan desirable outcome (hasil pendapatan yang diharapkan) melainkan juga yang tidak diharapkan.

Pierre Bourdieu (1970) mendefinisikan modal sosial sebagai “ sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta berlangsung terus menerus dalam bentuk pengakuan dan pengenalan timbal balik, atau keanggotaan dalam kelompok sosial yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif. Dalam pengertian ini modal sosial menekankan pentingnya transformasi dari hubungan sosial jangka pendek yang rapuh, seperti pertentangan, pertemanan atau kekeluargaan, menjadi hubungan yang bersifat jangka panjang yang diwarnai oleh perasaan kewajiban terhadap orang lain.

Menurut Bourdieu(1970) modal sosial merupakan sesuatu yang berhubungan satu dengan yang lain, baik ekonomi, budaya, maupun bentuk-bentuk sosial kapital (modal sosial) berupa institusi lokal maupun kekayaan sumber daya alamnya. Modal sosial mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam masyarakat melalui keanggotannya dalam entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok arisan, asosiasi tertentu). Sedangkan menurut James Coleman (1988), modal sosial sebagai “sesuatu yang memiliki dua ciri, yaitu merupakan aspek dari struktur sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial tersebut. Bentuk-bentuk modal sosial berupa kewajiban dan harapan, potensi informasi, norma dan sanksi yang efektif, hubungan otoritas , serta organisasi sosial yang bisa digunakan secara tepat dan melahirkan kontrak sosial.

Hasil konferensi yang dilakukan oleh Michigan State University Amerika Serikat, dijelaskan bahwa modal sosial adalah “simpati atau rasa kewajiban yang dimiliki seseorang atau kelompok terhdap orang lain atau kelompok lain yang mungkin bisa menghasilkan potensi keuntungan dan tindakan prefensial, di mana potensi dan prefensial itu tidak bisa muncul dalam hubungan sosial yang bersifat egois.

Definisi modal sosial menurut Bardhan(1995) dipahami pula sebagai serangkaian norma, jaringan dan organisasi di mana masyarakat mendapat akses pada kekuasaan dan sumberdaya, serta di mana pembuat keputusan dan kebijakan dilakukan. North (1990) dan Olson(1982) menekankan pada lingkungan sosial politik sebagai modal sosial. Faktor lingkungan berpengaruh pada peluang bagi

(4)

norma untuk mengembangkan dan membentuk struktur sosial. Jika pandangan Putnam dan Coleman hanya menekankan pada asosiasi horizontal dan vertikal, North dan Olson menambahkan peran struktur dan hubungan institusional yang lebih formal, seperti pemerintah, rejim politik, hukum, sistem peradilan, serta kebebasan sipil dan politik. Sedangkan Narayan dan Lant (1999) mendefinisikan modal sosial sebagai kualitas dan kuantitas kehidupan yang berkelompok dan norma-norma sosial yang berhubungan.

Menurut para ekonom, modal sosial mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi (Dasgupta dan Serageldin,2000, dalam Arsyad, 2010 : 14 ). Pada tingkat mikroekonomi, para ekonom menganggap bahwa modal sosial dapat memperbaiki bekerjanya pasar. Pada tingkat makroekonomi, para ekonom memperhatikan bagaimana institusi, kerangka hukum, dan peranan pemerintah dalam mengorganisir produksi mempengaruhi kinerja ekonomi makro. Para ekonom tersebut menganggap bahwa perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar negara tidak dapat dijelaskan oleh distribusi sumberdaya produktif per kapita tetapi juga oleh institusi dan bentuk-bentuk lain dari modal sosial seperti rasa saling percaya (trust), kerjasama (cooperativeness) dan jejaring sosial (social network). Pengaruh modal sosial ini terhadap kinerja perekonomian dapat melalui beberapa mekanisme, antara lain :

(1) Tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi dapat mengurangi biaya transaksi.

(2) Jejaring sosial (social networks) dapat menjadi alat berbagi resiko (risk sharing)

sehingga resiko dapat ditanggung secara bersama tidak hanya ditanggung oleh satu

kelompok atau individu saja.

(3) Modal sosial yang efektif dapat membantu terjadinya proses penyebaran informasi

(information spillover) di antara para anggotanya sehingga dapat mengurangi adanya

ketimpangan informasi.

(4) Jejaring modal sosial mampu menstimulasi anggotanya untuk dapat memecahkan

masalah-masalah kolektif dengan lebih mudah.

Hal lain yang perlu dipahami berkaitan dengan modal sosial ini adalah bahwa modal sosial ini bukanlah satu warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi dan jika modal tersebut hilang, maka tidak dapat diciptakan kembali. Sebaliknya, modal sosial adalah sesuatu yang terus menerus dapat dikembangkan secara spontan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga terakumulasi dengan baik.

Modal sosial merupakan modal yang dapat dibangun dari bawah ke atas (bottom up

phenomenon). Modal sosial berasal dari koneksi sosial dan jejaring (networking) yang berasaskan

prinsip kepercayaan, resiprositas sosial (hubungan timbal balik yang saling menguntungkan) dan norma-norma serta peraturan dalam bertingkah laku. Modal sosial dapat berperan sebagai “perekat sosial” yang menentukan hubungan dan kualitas hidup dalam suatu masyarakat.

(5)

STUDI EMPIRIS TERKAIT

Robert Putnam dengan hasil penelitiannya di Italy menemukan bahwa masyarakat suatu daerah yang cenderung menyukai bergabung dengan klub sepakbola dan kelompok koor gereja ternyata dapat membuat pemerintah lebih cepat dalam menyelesaikan penggantian klaim kesehatan (dalam Narayan dan Lant, 1999:872).

Elinor Ostrom(1990) menyatakan bahwa kemampuan kelompok lokal dalam melakukan kerjasama memberikan peranan yang signifikan. Modal sosial mungkin memfasilitasi kerjasama yang lebih besar dalam penyediaan jasa yang menguntungkan seluruh anggota dalam komunitas.

Gomez, et.al.(1999) menggunakan data Indonesian family Life Survey (IFLS) tahun 1997 dan 2000 untuk melihat dampak krisis ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan menggunakan variabel instrumen untuk mengatasi kaisalitas timbal balik dan masalah bias variabel yang diabaikan, menemukan bahwa tidak ada dampak yang signifikan partisipasi komunitas terhadap kemampuan rumah tangga dalammempengruhi pengeluarannya dan menstabilkan konsumsinya.

Narayan dan Lant(1999) menggunakan data Social Capital and Poverty (SCPS) dan data dari survey yang berbeda untuk menganalisis apakah ada hubungan antara modal sosial dengan pendapatan rumah tangga di pedesaan Tanzania. Narayan dan Lant menggunakan tiga dimensi dari modal sosial, yaitu : keanggotaan dalam kelompok, karakteristik kelompok (group) dan nilai-nilai individu dan sikap. Dari hasil studinya ditemukan bahwa modal sosial berdampak secara signifikan terhadap besarnya pendapatan rumah tangga pedesaan di Tanzania.

Everett Rogers dalam studinya menyatakan bahwa “partisipasi sosial”, “interkoneksi dengan sistem sosial” ,”keterbukaan jalur komunikasi interpersonal” dan”rasa kepemilikan terhadap sistem yang saling berhubungan” adalah berhubungan positif dalam permulaan pengadopsian inovasi.

Hipotesis

Dari uraian di atas, maka tulisan ini akan menguji hipotesis yang menyatakan bahwa modal sosial mempunyai dampak positif terhadap kenaikan pengeluaran konsumsi per kapita rumah tanga. Semakin tinggi kepemilikan modal sosial dalam masyarakat, semakin besar pula peningkatan kesejahteraannya.

METODA PENELITIAN Sampel dan Data Penelitian

Data yang digunakan adalah data Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2000 dan 2007 (IFLS3 dan IFLS4). Data IFLS merupakan data yang terlengkap dan representatif dari studi longitudinal yang mencakup 13 dari 27 propinsi di Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa IFLS merupakan sumber data yang sangat komplit.

Variabel Independen

Variabel modal sosial sebagai variabel independen dalam penelitian ini diwakili oleh data partisipasi masyarakat. Ada dua jenis partisipasi, yaitu aktivitas formal dan informal. Aktivitas formal

(6)

diartikan sebagai aktivitas yang diadakan oleh organisasi atau hirarki yang jelas seperti pemerintah desa, lembaga desa (LKMD), rukun tetangga (RT/RW), perkumpulan ibu-ibu (PKK). Juga termasuk beberapa aktivitas lain seperti keamanan (siskamling), gotong royong, sistem pembuangan sampah kolektif dan posyandu.

Aktivitas informal dimisalkan seperti arisan (dalam hal ini lebih ditekankan pada kebersamaan rutin, mengembangkan dan penguatan modal sosial dan jaringan). Data partisipasi yang digunakan adalah data jumlah partisipasi formal maupun informal dalam setiap rumah tangga. Data dalam bentuk

first different (perubahan dari tahun 2000 ke 2007), di samping jumlah partisipasinya, dalam analisis

juga memasukkan berapa jumlah uang yang dikeluarkan responden dalam kegiatan tersebut. Variabel Dependen

Variabel yang digunakan adalah perubahan pengeluaran riil rumah tangga perkapita rata-rata per bulan antara tahun 2000 dan 2007 yang direpresetasikan dalam bentuk logaritma.

Variabel Penjelas (Variabel Kontrol lainnya)

Selain variabel independen modal sosial, dalam estimasi persamaan juga digunakan variabel independen lain sebagai variabel kontrol. Variabel yang digunakan adalah variabel kondisi rumah tangga seperti besarnya aset pada tahun 2000 (dalam bentuk logaritma), jumlah anak di bawah 5 tahun, jumlah anak yang berumur antara 5 sampai dengan 10 tahun, partisipasi mula-mula di tahun 2000 baik partisipasi formal maupun informal, jumlah anggota rumah tangga menurut pendidikannya. Variabel dummy untuk daerah perkotaan atau pedesaan dan variabel dummy provinsi digunakan sebagai kontrol untuk mengatasi heterogenitas daerah. Ini sangat penting karena penduduk Indonesia tidak terdistribusi secara merata. Sekitar 70 persen dari penduduk tinggal di Pulau Jawa,yang merupakan hanya 7 persen dari luas daratan Indonesia. Sebagai akibatnya, tahap pertumbuhan sangat bervariasi antar daerah (Lanjouw et.al.,2001).

Deskripsi Data

Data yang digunakan adalah data dari IFLS3 dan IFLS4, berikut ini adalah diskripsi data yang digunakan dalam penelitian ini. Data pengeluaran per kapita dihitung berdasarkan pengeluaran rumah tangga baik makanan maupun non makanan, dan dirata-rata sesuai dengan jumlah anggota keluarga. Dapat dilihat di tabel 1, dalam tabel ini ditunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran per kapita meningkat dari tahun 2000 ke 2007. Untuk 20% responden termiskin (kuantil 1) peningkatannya lebih dari dua kali lipat pengeluaran di tahun 2000, demikian juga untuk kuantil yang lainnya.

Tabel 1

Rata-rata Pengeluaran Riil per Kapita Rumah Tangga dan Karakteristik RumahTangga

Variabel Tahun 2000 Tahun 2007

Pengeluaran per kapita Rata-rata (Rupiah)

Standar error Rata-rata (Rupiah)

Standar error

(7)

Kuantil 2 466.510,5 53.545,13 1.045.918 113.024

Kuantil 3 673.752,4 69.931,16 1.483.466 142.720

Kuantil 4 1.007.650 135.989,1 2.154.090 269.820

Kuantil 5 2.172.531 896.751,8 4.603.050 2.489.382

Karakteristik Rumah Tangga Pendidikan Kepala Rumah Tangga (dalam tahun)

6,577 4,651 7,381 4,515

Umur Kepala Rumah Tangga 45,346 14,900 44,283 15,358

Jumlah Anggota Rumah Tangga

5,408 2,678 6,383 2,897

Jumlah Anak 1,826 1,810 1,578 1,768

Sumber : Hasil Perhitungan, tidak dilampirkan

Dari data karakteristik rumah tangga, ditunjukkan bahwa rata-rata pendidikan kepala rumah tangga juga meningkat meskipun peningkatannya tidak terlalu besar yaitu dari 6 tahun menjadi 7 tahun. Demikian juga untuk jumlah anggota keluarga.

Tabel 2 menggambarkan kondisi partisipasi masyarakat. Partisipasi Formal dihitung dari jumlah partisipasi anggota keluarga dalam aktivitas yang diadakan oleh organisasi atau hirarki yang jelas seperti pemerintah desa, lembaga desa (LKMD), rukun tetangga (RT/RW), perkumpulan ibu-ibu (PKK). Juga termasuk beberapa aktivitas lain seperti keamanan (siskamling), gotong royong, sistem pembuangan sampah kolektif dan posyandu.

Partisipasi kegiatan informal dihitung berdasarkan kegiatan arisan yang diikuti oleh anggota keluarga. Dapat dilihat dari tabel 2 adanya peningkatan rata-rata partisipasi kegiatan formal dari tahun 2000 ke tahun 2007, namun jika dilihat dari rata-rata uang yang dikeluarkan untuk kegiatan ini pada tahun 2007 mengalami penurunan. Tidak seperti rata-rata kegiatan formal, untuk kegiatan informal (arisan), di tahun 2007 mengalami penurunan, tetapi untuk jumlah nominal uang yang dikeluarkan mengalami peningkatan, bahkan lebih dari empat kali lipat dibanding tahun 2000.

Tabel 2

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Tahun 2000 Tahun 2007

Rata-rata Rata-rata

Jumlah Partisipasi Formal per Rumah Tangga 7,2279 8,0275 Jumlah Partisipasi Informal per Rumah Tangga 8,808 1,8594

(8)

Jumlah Uang yang dikeluarkan dalam Partisipasi Formal (dalam rupiah)

33.414,4 29.240

Jumlah Uang yang dikeluarkan dalam Partisipasi Informal (dalam rupiah)

84.698 420.504

Sumber : Hasil Perhitungan, tidak dilampirkan

Salah satu variabel kontrol yang digunakan adalah besarnya aset yang dimiliki oleh rumah tangga. Pada tabel 3 di bawah ini ditunjukkan bahwa untuk 20% responden dengan aset terendah memiliki rata-rata kepemilikan aset sebesar Rp. 838.830,00, namun jika dilihat nilai standar error-nya yang relatif besar, dapat dikatakan bahwa distribusi data dalam kuantil 1 sangatlah timpang. Hal ini menunjukkan data kepemilikan aset yang dimiliki oleh responden di kuantil 1 sangatlah bervariasi. Jika dibandingkan dengan data responden pada kuantil di atasnya menjadi sangat jelas bahwa variasi data kepemilikan aset sangatlah lebar.

Tabel 3

Deskripsi Aset yang Dimiliki Tahun 2000

Variabel Tahun 2000

Aset yang dimiliki Rata-rata

(Rupiah) Standar error Kuantil 1 (terendah) 838.860,4 664.224,1 Kuantil 2 4.636.427 1.534.861 Kuantil 3 11.800.000 2.677.261 Kuantil 4 28.200.000 7.713.456 Kuantil 5 144.000.000 45.500.000

Sumber : Hasil Perhitungan, tidak dilampirkan

Strategi Empirik

Hipotesis yang menyatakan bahwa modal sosial yang ditunjukkan oleh besarnya partisipasi akan menciptakan jaminan informal atau risk sharing. Dengan demikian, diperkirakan bahwa orang dengan modal sosial yang lebih tinggi akan mengalami goncangan pengeluaran yang lebih rendah, dan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi untuk melakukan consumption smoothing. Dengan modal sosial yang lebih tinggi orang dapat mempertahankan pengeluaran konsumsinya dan dalam jangka panjang peningkatan pengeluaran konsumsi tetap dapat terjaga.

Model yang digunakan dalam paper ini sebagian mengadopsi model dari Gomez, et al.(2006) dengan melakukan perubahan-perubahan, seperti penambahan set variabel kontrol jumlah balita (di bawah 5 tahun) dan jumlah anak antara 5 sampai 10 tahun, dan penggunaan variabel independen dalam bentuk first different . Dengan demikian persamaan yang akan diestimasi menjadi :

(9)

∆𝐻𝐻𝐸𝑋𝑃𝑖 = 𝛽𝑜 + 𝛽𝑖𝛥𝑃𝐴𝑅𝑇𝐼𝐶𝑖+ 𝛽𝑖𝛥𝐻𝐻𝐼𝑁𝐶𝑖+ 𝛽𝑖𝐴𝑁𝑌𝑃𝐴𝑅𝑇𝐼𝐶𝑖∗ 𝛥𝐼𝑁𝐶𝑖+ ∑𝑛𝑖=1𝛾𝑖 𝑋𝑖+ 𝜀i Di mana :

ΔHHEXPi : perubahan pengeluaran riil per kapita (dalam log)

ΔPARTICi : perubahan jumlah partisipasi yang diikuti (baik formal maupun informal ataupun total pertisipasi)

ΔHHINCi : perubahan pendapatan rumah tangga (dalam rupiah)

ΔANYPARTICi*ΔINCi: Dummy variabel partisipasi dikalikan dengan selisih pendapatan Xi : set variabel kontrol

εi : error term

Persamaan di atas dianalisis menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary Least Square), dengan demikian parameter untuk masing-masing variabel dapat diestimasi.

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan estimasi persamaan regresi didapatkan hasil seperti dalam tabel 4 berikut ini. Dari hasil estimasi dapat dilihat bahwa nilai F satistik dari seluruh persamaan yang diestimasi menunjukkan nilai yang relatif besar. Nilai probabilitas value dari nilai F statistik mengindikasikan bahwa model regresi yang diestimasi dapat dikatakan baik karena terbukti bahwa variabel dependen yang digunakan (perubahan pengeluaran per kapita) dapat dijelaskan oleh variabel independennya (perubahan partisipasi, perubahan pendapatan dan set variabel kontrol lainnya).

Dari tabel 4 juga dapat dilihat bahwa , persamaan 1, 2,3 dan 4 menunjukan bahwa perubahan modal sosial, yaitu dalam bentuk perubahan jumlah partisipasi masyarakat berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya perubahan pengeluaran per kapita masyarakat (dengan tingkat signifikansi 1 persen). Koefisien regresi menunjukkan nilai yang positif, berarti sesuai dengan hipotesis yang telah disusun dalam tulisan ini. Dengan kata lain ada pengaruh positif besarnya modal sosial yang dimiliki masyarakat terhadap kenaikan pengeluaran perkapita masyarakat. Meningkatnya partisipasi masyarakat berdampak pada peningkatan perubahan pengeluaran per kapita masyarakat. Perubahan modal sosial yang ditunjukkan dengan perubahan partisipasi masyarakat dalam aktivitas formal maupun informal dan partisipasi total menunjukkan hasil yang konsisten. Meningkatnya perubahan partisipasi kegiatan formal masyarakat sebesar satu kegiatan, akan meningkatkan perubahan pengeluaran per kapita masyarakat sebesar 2,1 persen. Demikian pula jika ada peningkatan kegiatan arisan sebesar 1 kegiatan maka akan meningkatkan perubahan pengeluaran per kapita sebesar 4,5 persen, dengan asumsi ceteris paribus. Secara keseluruhan jika terjadi kenaikan perubahan partisipasi baik formal maupun informal, maka akan berdampak pada peningkatan pengeluaran per kapita sebesar 1,9 persen sampai dengan 4,5 persen.

Dalam persamaan juga dapat ditunjukkan bahwa meningkatnya pendapatan dalam rumah tangga juga merupakan salah satu sumber dari peningkatan pengeluaran per kapita masyarakat. Secara teoritis dapat dijelaskan bahwa pendapatan berpengaruh pada besarnya pengeluaran masyarakat.

(10)

Peningkatan perubahan pendapatan dapat meningkatkan perubahan pengeluaran perkapita masyarakat berkisar 19-20 persen (dapat dilihat dari persamaan 1,2,3 dan 4).

Tabel 4

Hasil Estimasi Persamaan Regresi

Variabel Dependen : perubahan log pengeluaran per kapita rumah tangga tahun 2000-2007 Variabel

Independen

Hasil estimasi Persamaan dengan OLS

1 2 3 4 5 6 7 8 Perubahan Jumlah Partisipasi Formal 0.0211 (0.001) 0.01966 (0.001) 0.0216 (0.001) 0.0205 (0.001) Partisipasi Formal 2000 0.0111 (0.001) 0.00897 (0.001) 0.01266 (0.002) 0.0108 (0.002) Perubahan uang yang dikeluarkan 5.0e-09 (4.9e-09) -2.6e-09 (4.9e-09) -5.3e-09 (4.9e-09) -4.8e-09 (4.9e-09) Uang yang dikeluarkan 2000 3.5e-09 (2.1e-08) -5.1e-09 (2.1e-08) 4.0e-09 (2.0e-08) 2.9e-09 (2.0e-08) Perubahan Partisipasi Informal 0.0458 (0.006) 0.02362 (0.006) 0.0412 (0.006) 0.0167 (0.006) Partisipasi Informal 2000 0.0450 (0.005) 0.02322 (0.006) 0.0405 (0.006) 0.0163 (0.006) Perubahan uang arisan 2.2e-08 (6.2e-09) 2.1e-08 (3.7e-09) 2.4e-08 (3.7e-09) 2.7e-08 (3.7e-09) Uang arisan 2000 2.3e-08

(3.8e-09) 2.5e-08 (6.1e-09) 2.2e-08 (6.1e-09) 2.5e-08 (6.0e-09) Perubahan Partisipasi 0.0195 (0.001) 0.0198 (0.001) Total partisipasi 0.0158 (0.001) 0.0164 (0.001)

(11)

Perubahan pendapatan 0.1973 (0.025) 0.2020 (0.024) 0.2028 (0.216) 0.1940 (0.233) 0.1780 (0.233) 0.1837 (0.235) 0.1811 (0.215) 0.1757 (0.232) Pendapatan 2000 0.2399 (0.008) 0.2356 (0.008) 0.2429 (0.008) 0.232 (0.008) 0.2143 (0.008) 0.692 (0.008) 0.2174 (0.008) 0.208 (0.008) Perubahan pendapatan * Dummy partisipasi formal -0.020 (0.023) -0.018 (0.023) -0.0274 (0.021) -0.0172 (0.023) -0.0125 (0.023) -0.011 (0.023) -0.0169 (0.021) -0.0107 (0.023) Perubahan pendapatan * Dummy partisipasi informal 0.0116 (0.008) 0.0025 (0.008) 0.0133 (0.008) 0.0021 (0.008) 0.0085 (0.008) 0.0008 (0.009) 0.0098 (0.008) 0.0006 (0.008) Variabel Kontrol Pengeluaran tahun 2000 -0.688 (0.011) -0.688 (0.012) -0.693 (0.011) -0.692 (0.012) -0.7045 (0.012) -0.701 (0.012) -0.707 (0.012) -0.707 (0.012) Log asset 2000 0.0283 (0.005) 0.0296 (0.005) 0.0247 (0.005) 0.0269 (0.005) 0.0245 (0.005) 0.0275 (0.005) 0.0214 (0.005) 0.0234 (0.005) Urban 0.1302 (0.0138) 0.1234 (0.0141) 0.1237 (0.0139) 0.1281 (0.0138) 0.1081 (0.014) 0.1060 (0.0142) 0.1024 (0.0139) 0.1082 (0.0139) Jumlah anak di bawah 5 tahun -0.0063 (0.044) -0.0218 (0.044) -0.0135 (0.043) -0.0053 (0.044) 0.0516 (0.047) 0.0656 (0.048) 0.0473 (0.046) 0.0539 (0.047) Jumlah anak umur

5-10 tahun -0.0724 (0.0352) -0.0615 (0.0357) -0.0769 (0.034) -0.0662 (0.035) 0.0307 (0.042) 0.0650 (0.043) 0.0245 (0.040) 0.0346 (0.042)

Pendidikan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya

Propinsi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Agama Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Constanta 5.692 (0.136) 5.816 (0.139) 5.7343 (0.136) 5.8666 (0.139) 6.372 (0.149) 6.396 (0.152) 6.397 (0.149) 6.511 (0.149) R2 0.4096 0.3938 0.4095 0.4176 0.4205 0.4012 0.4201 0.4277 F 324.45 302.30 385.99 256.72 245.40 226.54 277.56 206.92 Observasi 6063 6063 6063 6063 6063 6063 6063 6063

(12)

Keterangan : angka di dalam kurung menunjukkan besarnya standar error, **signifikan pada α 1%, dan * signifikan pada α5%.

Dengan menambahkan variabel kontrol pendidikan, hasil estimasi persamaan yang didapatkan dapat dikatakan konsisten. Nilai F satistik tetap berada pada daerah penolakan hipotesis nul (nilai probabilitas value lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu 1 persen). Hal ini berarti bahwa model yang diestimasi benar dan hasilnya dapat diinterpretasikan. Perubahan partisipasi baik formal maupun informal tetap konsisten berpengaruh terhadap perubahan besarnya pengeluaran per kapita. Nilai koefisien regresi menunjukkan arah positif yang berarti semakin besar modal sosial yang diterjemahkan dalam banyaknya partisipasi, semakin besar pula peningkatan pengeluaran masyarakat. Dari persamaan di atas (persamaan 5,6,7 dan 8) ditunjukkan bahwa perubahan pengeluaran masyarakat yang diakibatkan oleh peningkatan modal sosial ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi yang berkisar antara 1,9 sampai dengan 4,1 persen .

Dengan menambahkan variabel kontrol propinsi pada persamaan 9,10,11, dan 12 ternyata hasil yang didapatkan tetap sama, dalam arti perubahan modal sosial tetap berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perubahan pengeluaran per kapita. Besarnya koefisien tidak berbeda secara signifikan, yaitu berkisar antara 2 persen sampai dengan 6,5 persen . Variabel kontrol dari setiap propinsi (12 dummy propinsi, dengan base variable Propinsi DKI) menunjukkan nilai koefisien yang signifikan, hal ini mengindikasikan bahwa di masing-masing propinsi mempunyai pola perubahan pengeluaran yang bervariasi, sehingga internalisasi dummy propinsi ke dalam model merupakan hal yang sangat bermanfaat.

Persamaan 13, 14, 15 dan 16 memasukkan variabel kontrol agama yaitu agama Islam, Katolik, Kristen dan Hindu (Agama Budha sebagai base variable). Dalam estimasi persamaan didapatkan keempat variabel dummy agama ini tidak dapat menjadi variabel dummy yang tepat mengingat mayoritas masyarakat (sekitar 90 persen) menganut agama Islam, sehingga hasil yang didapatkan tidak optimal. Secara teknis ini dapat dimengerti karena kurang dari 10 persen data terbagi dalam 3 variabel dummy, sehingga terlalu banyak nilai dummy sama dengan nul dan membuat koefisien tidak dapat diestimasi. Jalan keluar yang digunakan adalah hanya menggunakan satu variabel dummy agama, yaitu agama Islam (Islam=1 dan Non Islam=0).

Dari hasil estimasi regresi didapat bahwa hasil estimasi tidak jauh berbeda dengan hasil estimasi sebelumnya. Rata-rata dampak modal sosial terhadap perubahan pengeluaran per kapita masyarakat tetap berada pada kisaran angka 2 - 4,5 persen . Ini menunjukkan bahwa model yang digunakan robust, karena menunjukkan hasil yang konsisten.

Tabel 5

Hasil Estimasi Persamaan Regresi (lanjutan)

Variabel Dependen : perubahan log pengeluaran per kapita rumah tangga tahun 2000-2007 Variabel

Independen

(13)

9 10 11 12 13 14 15 16 Perubahan Jumlah Partisipasi Formal 0.0227 (0.001) 0.0204 (0.001) 0.0211 (0.001) 0.01957 (0.001) Partisipasi Formal 2000 0.0159 (0.001) 0.0126 (0.001) 0.0119 (0.001) 0.0095 (0.001) Perubahan uang yang dikeluarkan -4.6e-09 (4.9e-09) -4.0e-09 (4.9e-09) -5.4e-09 (5.0e-09) -4.9e-09 (4.9e-09) Uang yang dikeluarkan 2000 -5.7e-09 (2.0e-08) 3.5e-09 (2.1e-08) 5.7e-09 (2.1e-08) 4.3e-09 (2.0e-08) Perubahan Partisipasi Informal 0.0652 (0.006) 0.0423 (0.006) 0.0462 (0.006) 0.0239 (0.006) Partisipasi Informal 2000 0.0659 (0.006) 0.0431 (0.006) 0.0458 (0.006) 0.02383 (0.006) Perubahan uang arisan 1.8e-08 (3.7e-09) 2.0e-08 (3.7e-09) 2.3e-08 (3.7e-09) 2.6e-08 (3.7e-09) Uang arisan 2000 1.7e-08 (3.7e-09) 1.9e-08 (6.0e-09) 2.3e-08 (6.2e-09) 2.5e-08 (6.0e-09) Perubahan Partisipasi 0.0217 (0.001) 0.0195 (0.001) Total partisipasi 0.0201 (0.001) 0.0162 (0.001) Perubahan pendapatan 0.1866 (0.023) 0.1833 (0.232) 0.1933 (0.211) 0.1805 (0.022) 0.1925 (0.234) 0.196 0.1995 (0.216) 0.1890 (0.232)

(14)

(0.0235 ) Pendapatan 2000 0.229 (0.008) 0.220 (0.008) 0.2285 (0.008) 0.2175 (0.008) 0.240 (0.008) -0.236 (0.008) 0.2433 (0.008) 0.232 (0.008) Perubahan pendapatan * Dummy partisipasi formal -0.0184 (0.023) -0.0102 (0.023) -0.0268 (0.021) -0.0135 (0.023) -0.0167 (0.023) -0.0133 (0.023) -0.0251 (0.0213 ) -0.0133 (0.023) Perubahan pendapatan * Dummy partisipasi informal 0.0140 (0.008) 0.0010 (0.008) 0.0110 (0.008) 0.0006 (0.008) 0.0136 (0.008) 0.0038 (0.008) 0.0142 (0.008) 0.0033 (0.008) Variabel Kontrol Pengeluaran tahun 2000 -0.720 (0.012) -0.720 (0.012) -0.727 (0.012) -0.727 (0.012) -0.693 (0.012) -0.693 (0.011) -0.698 (0.012) -0.697 (0.012) Log asset 0.0374 (0.005) 0.0390 (0.005) 0.0345 (0.004) 0.0360 (0.005) 0.0264 (0.005) 0.0278 (0.005) 0.0227 (0.005) 0.0247 (0.005) Urban 0.1144 (0.0143 ) 0.1090 (0.0145 ) 0.1087 (0.0142 ) 0.1100 (0.0142 ) 0.132 (0.0138 ) 0.1253 (0.0140 ) 0.1253 (0.0138 ) 0.1297 (0.0138 ) Jumlah anak di bawah 5 tahun 0.0044 (0.043) -0.0170 (0.044) -0.0007 (0.042) 0.0033 (0.043) -0.0017 (0.044) -0.0171 (0.044) -0.0088 (0.043) -0.0008 (0.044) Jumlah anak umur 5-10 tahun -0.0666 (0.034) -0.0502 (0.035) -0.0658 (0.033) -0.0575 (0.034) -0.071 (0.035) -0.0601 (0.035) -0.0749 (0.034) -0.0649 (0.035)

Pendidikan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Propinsi Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Agama Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya

Constanta 6.2383 (0.1699 ) 6.4163 (0.173) 6.383 (0.169) 6.535 (0.171) 5.9108 (0.139) 6.050 (0.141) 5.9639 (0.139) 5.8666 (0.135) R2 0.4369 0.4215 0.4394 0.4471 0.4142 0.3979 0.4145 0.4226

(15)

F 175.18 164.62 192.47 159.10 307.22 287.09 361.27 247.53

Observasi 6063 6063 6063 6063 6063 6063 6063 6063

Sumber : Hasil Estimasi, tidak dilampirkan

Keterangan : angka di dalam kurung menunjukkan besarnya standar error, **signifikan pada α 1%, dan * signifikan pada α5%.

Hasil estimasi dengan menggunakan semua variabel kontrol dapat dillihat dari tabel 6 berikut ini. Terlihat bahwa besarnya perubahan modal sosial akan berdampak pada perubahan pengeluaran per kapita penduduk. Koefisien regresi tetap berada pada kisaran antara 2-4 persen , ini berarti meningkatnya 1 satuan perubahan modal sosial akan meningkatkan pengeluaran per kapita antara 2-4 persen .

Tabel 6

Hasil Estimasi Persamaan Regresi (lanjutan)

Variabel Dependen : perubahan log pengeluaran per kapita rumah tangga tahun 2000-2007 Variabel Independen Hasil estimasi Persamaan dengan OLS

17 18 19 20

Perubahan Jumlah Partisipasi Formal 0.02376 (0.00119) 0.02172 (0.00122) Partisipasi Formal 2000 0.01813 (0.00160) 0.01500 (0.00166) Perubahan uang yang dikeluarkan -4.42e-09

(4.85e-09)

-3.84e-09 (4.81e-09) Uang yang dikeluarkan 2000 6.63e-09

(2.00e-08)

4.67e-09 (1.99e-08)

Perubahan Partisipasi Informal 0.06027

(0.0061) 0.03477 (0.00613) Partisipasi Informal 2000 0.06143 (0.0059) 0.03593 (0.00598)

Perubahan uang arisan 1.82e-08

(3.7e-09)

2.04e-08 (3.61e-09)

Uang arisan 2000 1.62e-08

(6.04e-09)

1.82e-08 (5.89e-09)

(16)

Perubahan Partisipasi 0.02246 (0.00109) Total partisipasi 0.02135 (0.00115) Perubahan pendapatan 0.16273 (0.02286) 0.16299 (0.02313) 0.16876 (0.02104) 0.15879 (0.02268) Pendapatan 2000 0.20191 (0.00855) 0.19854 (0.00875) 0.20029 (0.00850) 0.19192 (0.00854) Perubahan pendapatan * Dummy partisipasi

formal -0.07824 (0.02258) -0.00049 (0.02283) -0.01461 (0.02076) -0.00386 (0.02243) Perubahan pendapatan * Dummy partisipasi

informal 0.01178 (0.00803) -0.00061 (0.00867) 0.07715 (0.00835) -0.00093 (0.00845) Variabel Kontrol Pengeluaran tahun 2000 -0.7392 (0.01178) -0.7337 (0.01188) -0.74532 (0.01173) -0.74438 (0.01172) Log asset 2000 0.03295 (0.00472) 0.03616 (0.00477) 0.03038 (0.00469) 0.03189 (0.00469) Urban 0.09348 (0.01434) 0.09316 (0.01461) 0.08834 (0.01425) 0.09150 (0.01425) Jumlah anak di bawah 5 tahun 0.04421

(0.04615) 0.05250 (0.04699) 0.04025 (0.04484) 0.04241 (0.04581) Jumlah anak umur 5-10 tahun 0.01536

(0.0412) 0.05541 (0.04190) 0.01516 (0.03927) 0.01938 (0.04091) Pendidikan Ya Ya Ya Ya Propinsi Ya Ya Ya Ya Agama Ya Ya Ya Ya Constanta 7.0493 (0.1815) 7.04233 (0.1849) 7.17922 (0.1805) 7.44387 (0.1172) R2 0.4503 0.4305 0.4525 0.4588 F 151.46 139.86 163.79 139.90

(17)

Observasi 6063 6063 6063 6063 Sumber : Hasil Estimasi, tidak dilampirkan

Keterangan : angka di dalam kurung menunjukkan besarnya standar error, **signifikan pada α 1%, dan * signifikan pada α5%.

Besarnya koefisien determinasi dari estimasi persamaan regresi yang berkisar sebesaar 40 persen menunjukkan bahwa besarnya perubahan pengeluaran per kapita masyarakat dapat dijelaskan oleh variabel perubahan modal sosial beserta variabel kontrol lainnya sebesar kurang lebih 40 persen.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Simpulan

Dari hasil analisis estimasi persamaan regresi dengan menggunakan metode OLS (Ordinary

Least Square) dapat ditunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara besarnya perubahan

modal sosial terhadap perubahan pengeluaran per kapita masyarakat. Modal sosial yang dihitung sebagai bentuk partisipasi masyarakat baik formal maupun informal masing-masing memberikan hasil estimasi yang konsisten. Penggunaan variabel kontrol semakin memperkaya hasil estimasi yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan konsumsi per kapita masyarakat maka modal kapital ini dapat menjadi salah satu prioritas yang harus diperhatikan baik masyarakat maupun pemerintah.

Keterbatasan dan Saran

Ada beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan dalam tulisan ini, terutama dalam penyusunan model maupun dalam pendefinisian variabel yang dipakai, yaitu antara lain:

1. Dalam penelitian ini hanya dilihat hubungan satu arah yaitu pengaruh modal sosial

terhaap pengeluaran konsumsi. Padahal dimungkinkan juga bahwa pengeluaran

konsumsi mempunyai hubungan timbal balik .

2. Masalah endogenitas kemungkinan dapat timbul, karena ada kemungkinan bahwa

partisipasi (modal sosial) dapat dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan ke

dalam sehingga akan tertangkap ke dalam error.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 2010, Ekonomi Pembangunan, Edisi 5, UPP STIM YKPN

Bardhan, Pranab, 1989, “Alternative Approachs to the Theory on Institutions in Economic Development”, dalam Pranab Bardhan. (ed.), The Economic Theory of Agrarian Institution, Clarendon press, Oxford

Coleman, James. S., 1988, “Social Capital in the Creation of Human Capital”, American Journal of

Sociology, Vol 94 Supplement S95-S120 diakses dari www.jstor.org

Dinda, S., 2008, “Social Capital in the Creation of Human Capital and Economic Growth: A Productive Consumption Approach”, Journal for Socio-Economics, 37(5), pp. 2020-2033

Gomez, Tania Begago, Alan Fuchs, dan Ari Perdana, 2006, “Better Together-or not? Community Participation, Consumption smoothing and Household Head Employment in Indonesia”, CSIS

Working Paper

Lanjouw,P.,Pradhan, M. Saadah F., Sayed, H., Sparrow R., 2001, Poverty, Education and Health in Indonesia : Who Benefit from public Spening?, Policy Research Working Paper 2739, World Bank Narayan, Deepa dan lant Pritchett, 1999, “ Cents and Sociability: Household Income and Social Capital in Rural Tanzania” Economic Development and Culture Change, Vol.47. No.4, July 1999 diakses dari www.jstor.org

North, Douglash C., 1990, “Institutions and Transaction-cost Theory of Exchange”, dalam James E. Alt and Kenneth A. Shepsle, Perspectives on Positive Political Economy, Cambridge University Press, Cambridge

Olson, Mancur, 2001,(19th Printing), The Logic of Collective Action : Public Goods and the Theory of

Groups, Harvard University Press, USA

Todaro, Michael P. And Stephen C. Smith, 2009, Economic Development, ninth edition, Pearson Wallis, Joe, Paul Killerby, and Brian Dollery, 20004, “Social Economics and Social Capital”,

International Journal of Social Economics, Vol. 21, No.3, pp 239-258

Gambar

Tabel  2  menggambarkan  kondisi  partisipasi  masyarakat.  Partisipasi  Formal  dihitung  dari  jumlah partisipasi anggota keluarga dalam aktivitas yang diadakan oleh organisasi atau hirarki yang  jelas seperti pemerintah desa, lembaga desa (LKMD), rukun

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, tercapailah tujuan awal peneliti untuk mendesain ulang batik Cimahi dengan cara mengolah motif dalam lembaran tekstil dengan menggunakan teknik

Historia, Volume 10 Februari 2016 Page 79 Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu

Video dokumenter ini menggunakan jenis potret dengan pendekatan ekspositori yang menekankan pada penyampaian informasi dengan memaparkan / menjelaskan serangkaian

Traffic menerima FI(Formulir Iklan), FE(Formulir Event), BT(Bukti Transfer) dari Marketing untuk dibuatkan BPIK(Bukti Penerimaam Iklan), BPIV(Bukti Penerimaan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, yang artinya secara simultan perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan

[r]

Dalam melakukan observasi dan interpelasi tindakan I peneliti berkolaborasi dengan guru yang bersangkutan sebagai pengelola kelas, adapun pelaksanaan tindakan I, yakni :

Dalam penilitian ini ada dua kelas yang diberikan perlakuan berbeda yaitu kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Process Oriented Guided