• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Berdasarkan data yang diperoleh, data tersebut dianalisis atau diolah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 7 KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Berdasarkan data yang diperoleh, data tersebut dianalisis atau diolah."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 7

KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN KETERBATASAN PENELITIAN Pada Bab VII ini akan dideskripsikan kesimpulan akhir penelitian, rekomendasi yang dapat diberikan dalam rangka pemecahkan masalah penelitian, keterbatasan penelitian. Ketiga pokok pembicaraan itu, diuraikan pada bagian berikut.

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, data tersebut dianalisis atau diolah. Dari hasil analisis itu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Tahapan-tahapan SPMI di UKIPaulus belum seluruhnya dijalankan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Meskipun demikian, pada awal tahun 2016, UKIPaulus memperoleh nilai akreditasi B dari BANPT. Nilai akreditasi itu merupakan suatu pencapaian yang baik bagi institusi pendidikan tinggi. Perolehan nilai akreditasi B dapat disebabkan karena belum dijalankannya audit mutu internal, yang termasuk dalam tahap evaluasi standar pendidikan tinggi. Analisis lebih lanjut terhadap dokumen hasil penilaian akreditasi BANPT perlu dilakukan.

2. Standar-standar mutu yang ditetapkan pada tahun 2011 kurang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan universitas. Standar-standar tersebut belum dilengkapi dengan ukuran-ukuran mutu yang dapat digunakan dalam penilaian tercapai atau tidaknya visi, misi, dan tujuan universitas. Meskipun pada tahap monevin dijabarkan 97 indikator, untuk menilai pencapaian pelaksanaan standar, indikator-indikator tersebut hanya mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh

(2)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yaitu berdasarkan standar dan ukuran minimal, bukan berdasarkan pada visi, misi, dan tujuan UKIPaulus. Hal ini berpengaruh pada pelaksanaan audit mutu internal, untuk menilai pencapaian visi, misi, dan tujuan universitas. Sebab, ukuran mutu yang digunakan tidak selaras dengan visi, misi, dan tujuan tersebut.

3. Belum optimalnya pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal (SPMI) di Universitas Kristen Indonesia Paulus disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut. a. Seperti terlihat pada tabel 5.1, mekanisme penetapan standar SPMI belum

berjalan sepenuhnya, sesuai dengan pedoman Direktorat Pendidikan Tinggi, yaitu belum dilakukan uji coba dan pembahasan terhadap standar yang ditetapkan. Hal ini dapat memengaruhi proses pelaksanaan standar karena standar yang ditetapkan tidak disosialisasikan dengan baik kepada seluruh pihak yang berkepentingan, yaitu sivitas akademika UKIPaulus. Selain itu, standar yang telah ditetapkan belum diterjemahkan ke dalam ukuran mutu yang sesuai untuk menilai tercapai atau tidaknya visi, misi, dan tujuan universitas.

b. Kurangnya komitmen sumber daya manusia (SDM) dalam menjalankan standar-standar yang telah ditetapkan sehingga memengaruhi kelengkapan dokumen. Dengan demikian, tidak ada pemahaman yang cukup dari seluruh sivitas akademika tentang pentingnya implementasi SPMI. Karena tidak adanya pemahaman tersebut, beberapa dokumen yang sudah dibuat pada tahun 2011 tidak pernah dijadikan acuan dalam menjalankan sistem penjaminan mutu sehingga sampai saat ini pun belum ada revisi terkait

(3)

kesesuaian dokumen tersebut dengan tujuan yang ingin dicapai dan kenyataan yang terjadi di lapangan.

c. Dokumen yang belum lengkap menghambat jalannya proses implementasi SPMI di Universitas Kristen Indonesia Paulus. Untuk mengatasi hal ini, Universitas Kristen Indonesia Paulus melalui BPM harus melanjutkan usaha evaluasi terhadap kesesuaian dokumen, standar, maupun formulir yang telah ditetapkan sebelumnya dengan fakta yang terjadi di lapangan. Caranya ialah dengan mengadakan lokakarya atau sosialisasi SPMI kepada seluruh sivitas akademika.

d. Dokumen yang sudah dibuat pada periode sebelumnya tidak dijadikan acuan dalam pelaksanaan standar SPMI. Dengan demikian, sangat sulit untuk memperbaiki dokumen sesuai dengan kebutuhan internal Universitas Kristen Indonesia Paulus dan pedoman yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

e. Terjadi keterlambatan pengumpulan informasi dalam pelaksanaan tahap monevin karena pihak yang terlibat belum terbiasa melakukan evaluasi diri dan tidak terbangun komitmen yang baik dalam evaluasi tersebut.

f. Belum selesainya tahap evaluasi diri dan belum optimalnya tahap penetapan dan pelaksanaan standar menyebabkan belum dilaksanakannya langkah pengendalian dan peningkatan standar.

4. Penyebab belum terlaksananya audit mutu internal di Universitas Kristen Indonesia Paulus, antara lain, sebagai berikut.

(4)

a. Belum dibentuknya badan/unit audit internal, berarti tidak lengkapnya tahapan SPMI yang dijalankan, yaitu tidak ada audit mutu internal sebagai bagian dari tahapan evaluasi standar SPMI.

b. Terbatasnya SDM yang dapat mengaudit berpengaruh pada pelaksanaan audit internal.

5. Berdasarkan wawancara dengan ketua BPM dan rektor Universitas Kristen Indonesia Paulus dapat diketahui bahwa pihak Universitas Kristen Indonesia Paulus sedang mengupayakan terlaksananya SPMI sehingga terjadi peningkatan mutu universitas. Upaya tersebut dimulai dengan melengkapi dokumen-dokumen SPMI; melakukan evaluasi diri setiap unit, program studi, dan fakultas sehingga terjadi perbaikan penjaminan mutu universitas secara keseluruhan; mengadakan sosialiasi tentang pentingnya SPMI kepada seluruh sivitas akademika.

6. Langkah selanjutnya yang ingin dilaksanakan oleh pihak Universitas Kristen Indonesia Paulus, yaitu membentuk badan/unit audit internal sehingga audit mutu internal dan audit keuangan secara internal dapat dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan dokumen Rencana Strategis UKIPaulus. Selain itu, Universitas Kristen Indonesia Paulus akan terus melakukan peningkatan standar pendidikan tinggi secara berkelanjutan.

7.2 Rekomendasi

1. Sebaiknya dilakukan analisis lebih lanjut terhadap dokumen hasil penilaian akreditasi BANPT untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan terkait

(5)

implementasi tahap-tahap SPMI, sehingga dapat dijadikan acuan untuk menyempurnakan proses SPMI di UKIPaulus.

2. Penting untuk dilakukan penetapan standar dan ukuran mutu yang didasarkan pada visi, misi, dan tujuan suatu organisasi agar dengan melalui standar dan ukuran tersebut dapat dinilai sejauh mana pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Untuk itu, penulis menyarankan agar dilakukan pembenahan terhadap standar mutu yang telah ada, yaitu tidak hanya disusun berdasarkan pada standar minimal Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, tetapi juga berdasarkan pada visi, misi, dan tujuan Universitas Kristen Indonesia Paulus. Dalam hal ini, pimpinan/pejabat struktural Universitas Kristen Indonesia Paulus bersama dengan Badan Penjaminan Mutu sebaiknya merumuskan kembali standar dan ukuran mutu yang sesuai sehingga dapat memudahkan proses audit mutu internal dalam menilai tercapai atau tidaknya tujuan universitas.

3. Setelah dilakukan pembenahan terhadap standar dan ukuran mutu, sebaiknya dilakukan uji coba dan pembahasan standar kepada seluruh sivitas akademika Universitas Kristen Indonesia Paulus. Hal ini untuk meningkatkan komitmen seluruh sivitas akademika dalam menjalankan perannya dalam usaha peningkatan mutu universitas.

4. Dalam menjalankan proses penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan tinggi diperlukan komitmen dan inisiatif dari seluruh jajaran/anggota universitas. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengadakan sosialisasi dan pelatihan rutin kepada seluruh sivitas akademika Universitas Kristen Indonesia

(6)

Paulus sehingga tercipta pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya sistem penjaminan mutu. Pelatihan rutin juga sebaiknya diberikan kepada seluruh anggota badan penjaminan mutu, khususnya pelatihan tentang audit mutu internal (AMI). Pelatihan dapat diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atau dari institusi pendidikan tinggi lainnya, yang memiliki lembaga penjaminan mutu yang lebih berpengalaman.

5. Untuk membentuk komite/badan audit internal, dibutuhkan tenaga audit yang berpengalaman, baik dalam rangka audit mutu maupun audit keuangan. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar pihak Universitas Kristen Indonesia Paulus memberikan pelatihan dan pendidikan profesi auditor/akuntan kepada pihak yang dianggap mampu dan memiliki latar belakang yang sesuai dalam bidang audit. Dengan demikian, proses audit internal dapat dijalankan secara objektif dan mendukung peningkatan mutu universitas.

6. Pihak yayasan yang sebelumnya telah melakukan pemeriksaan keuangan (audit) secara berkala terhadap UKIPaulus, sebaiknya menyusun rencana audit kinerja dan audit bidang akademik. Hal ini penting dilakukan untuk semakin meningkatkan kinerja dan mutu akademik UKIPaulus, sehingga memengaruhi pelaksanaan SPMI dan SPME.

7.3 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini terbatas pada penilaian kesesuaian implementasi tahapan SPMI yang telah dijalankan di Universitas Kristen Indonesia Paulus, khususnya yang terkait dengan tahapan evaluasi berupa audit mutu internal, dengan pedoman pelaksanaan SPMI yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan

(7)

Tinggi; dan pemecahan masalah yang terkait dengan implementasi tahapan SPMI tersebut. Analisis terhadap biaya mutu untuk menilai efektivitas dan efisiensi tidak dilakukan karena tidak adanya data yang memadai, yaitu data berupa laporan penggunaan (pertanggungjawaban) biaya mutu yang sesuai dengan standar pembiayaan, yang ditetapkan tahun 2011. Hal ini karena standar tersebut masih belum diimplementasikan. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis biaya mutu, terutama setelah implementasi SPMI di Universitas Kristen Indonesia Paulus berjalan optimal, untuk menilai efektivitas dan efisiensi implementasi SPMI.

2. Analisis terhadap dokumen hasil penilaian akreditasi BANPT tidak dianalisis dalam penelitian ini, sehingga tidak ada pemaparan rinci terkait kelebihan dan kekurangan dalam implementasi SPMI UKIPaulus sesuai dengan hasil evaluasi BANPT. Penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis dokumen tersebut agar UKIPaulus dapat meningkatkan praktik positif yang telah terlaksana, dan memperbaiki kekurangan yang menghambat optimalisasi pelaksanaan SPMI. 3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan jumlah partisipan atau informan dalam

wawancara ditambah. Jawaban tambahan dari partisipan/informan baru dianggap sebagai bentuk konfirmasi, yang dapat memperkuat hasil penelitian yang terkait sistem penjaminan mutu internal (SPMI) di Universitas Kristen Indonesia Paulus.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Membentuk unit Pelaksana Kegiatan (Project Implementation unit ) Dalam Rangka Kegiatan Peningkatan Kapasitas Berkelanjutan untuk Desentralisasi (Sustainable Capacity

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengurangan telur dan penambahan gum xanthan masing-masing memberikan pengaruh nyata terhadap cohesiveness cake beras

Hal ini juga dapat dilihat pada F hitung interaksi > F tabel pada taraf signifikan 5% yaitu 0,921>2,508 artinya tidak ada interaksi antara media tanam limbah

Bahwa penderita cacat kejiwaan yang melakukan tindak pidana sesuai dengan Pasal 44 ayat (1) KUHP, tidaklah dipidana karena penderita cacat kejiwaan tidak mampu

pengolah buah sawit yang tidak tepat waktu Sangat Tinggi Ketahanan buah sawit yang mudah busuk Kurang Proses koordinasi pengiriman yang lama Cukup Harga standar buah sawit

Konsentrasi K+ dlm larutan tanah merupakan indeks ketersediaan kalium, karena difusi K+ ke arah permukaan akar berlangsung dalam larutan tanah dan kecepatan difusi tgt pada

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH UNTUK MEMPEROLEH KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM NASIONAL AGRARIA