• Tidak ada hasil yang ditemukan

Loan to Deposit Ratio (LDR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Terhadap Profitabilitas di Sektor Perbankan menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Loan to Deposit Ratio (LDR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Terhadap Profitabilitas di Sektor Perbankan menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.Pendahuluan

Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997 atau 1998 merupakan masa tersulit yang dialami Indonesia. Kejadian itu berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia sehingga sebagian sektor ekonomi mengalami kemunduran, baik pada usaha yang dimiliki oleh pemerintah maupun yang dimiliki oleh swasta termasuk pada usaha perbankan juga merasakan dampaknya. Hal itu terlihat dari nilai tukar rupiah yang merosot dengan cepat dan tajam dari rata-rata Rp 2.450 per dollar AS Juni 1997 menjadi Rp 13.513 akhir Januari 1998, namun kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar Rp 8.000 awal Mei 1999 (Tarmidi, 1999). Indeks harga saham juga mulai merosot menembus angka 400 poin dengan beberapa kali naik sedikit (Suruji, 1998) .

Dampak lain terlihat dengan adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan (masyarakat cenderung tidak percaya untuk menyimpan uangnya di bank). Selain itu Letter of credit (L/C) dari Indonesia tidak lagi diterima semua pihak di luar negeri, serta pihak peminjam dari luar negeri mendesak para penerima pinjaman di dalam negeri agar segera membayar utangnya. Puluhan, bahkan ratusan perusahaan mulai dari skala kecil hingga konglemerat bangkrut (Suruji, 1998). Kebangkrutan yang dialami mengakibatkan modal yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR)

cenderung 0% bahkan bisa negatif. Oleh karena itu, pengelolaan modal yang baik sangatlah dibutuhkan.

Modal merupakan salah satu faktor pendukung bagi kemajuan suatu bank selain sumber daya manusia. Fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary (Susilo,2000). Sehingga bila sebuah bank mengalami kegagalan, maka akan berdampak luas dan akan mempengaruhi nasabah serta perbankan khususnya, karena hal itu peranan bank perlu diatur secara baik dan benar. Salah satu peraturan yang perlu dibuat untuk mengatur perbankan adalah peraturan mengenai permodalan bank yang berfungsi sebagai

(2)

2

penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian, maka pada tahun 1988 muncul suatu konsep kerangka permodalan yang dikenal dengan the 1988

accord (Basel I). Sistem ini dibuat sebagai penerapan kerangka pengukuran

bagi risiko kredit, dengan mensyaratkan standar modal minimum adalah 8% (Bank Indonesia, 2006).

Adanya perkembangan produk-produk di dunia perbankan,

mengakibatkan munculnya konsep permodalan baru yang di kenal dengan

Basel II. Basel II merupakan penyempurnaan kerangka permodalan Basel I

yang dibuat berdasarkan struktur dasar the 1988 accord yang memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap risiko (risk

sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas penerapan

manajemen risiko di bank (Bank Indonesia, 2006).

Sumber : Bank Indonesia (2006)

Dengan modal yang kuat akan mampu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan, sehingga masyarakat percaya untuk menghimpun dana pada bank tersebut, dana yang terhimpun tersebut kemudian disalurkan kembali oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam bentuk kredit inilah dapat mendorong pendapatan sehingga dapat menghasilkan bunga, bunga itulah bank akan mendapatkan laba. Dengan laba tersebut bank dapat meningkatkan struktur permodalan yang kuat sehingga dapat membentuk kondisi keuangan yang sehat (Astuti, 2008). Sehingga semakin besar modal yang dimiliki oleh suatu bank maka akan berpengaruh terhadap laba yang diperoleh oleh bank tersebut.

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan (Kartika, 2008) dengan judul “Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR),

(3)

3

Loan to Deposit Ratio (LDR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Terhadap

Profitabilitas di Sektor Perbankan’’ menunjukkan bahwa Non Performing Loan

(NPL) tahun 2003-2007 cenderung menurun, Capital Adequacy Ratio (CAR) 2003-2007 mengalami trend yang naik, sedangkan Loan to Deposit Ratio

(LDR) mengalami trend naik sedangkan pada Aktiva Produktif (KAP)

mengalami penurunan. Sehingga dari pengujian tersebut dapat diketahui bahwa

Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap profitabilitas disektor perbankan. Sedangkan dari pengujian hipotesis diketahui bahwa variabel Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas di sektor perbankan, variabel

Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

profitabilitas di sektor perbankan, variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas di sektor perbankan serta variabel, Kualitas Aktiva Produktif (KAP) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas di sektor perbankan.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah penelitian sekarang lebih berfokus melihat kepada kemampuan perbankan

dalam memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum (CAR), serta

menambahkan satu variabel untuk mengukur profitabilitas yaitu Return On

Equity (ROE).

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan permasalahan penelitian adalah bagaimana perkembangan rasio CAR, ROE, dan ROA pasca krisis serta seberapa besar pengaruh tingkat pemenuhan modal (CAR) terhadap tingkat imbal hasil (profitabilitas yang diukur dengan ROE dan ROA) pada bank pemerintah maupun bank swasta.

Bank milik negara adalah bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula, contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Sedangkan bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh

(4)

4

swasta nasional. Hal ini dapat diketahui dari akte pendiriannya yang didirikan oleh swasta sepenuhnya begitu pula dengan pembagian keuntungannya dimiliki untuk swasta pula (Vetty, 2010).

2.Kajian Teoritis dan Empiris a. Modal Perbankan

Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan

sekurang kurangnya tentang permodalan (Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 7). Pilar 1 menetapkan persyaratan modal minimum yang terkait dengan risiko kredit, pasar dan operasional. Dalam Basel II, bank harus menjaga sekurang -kurangnya delapan persen dari modalnya terhadap aset tertimbang menurut risiko. Dalam konteks ini (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2006) membagi modal menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:

1.Modal Tier 1 yang merupakan modal dasar yaitu saham ditambah saham utama Non kumulatif ditambah cadangan-cadangan dikurangi goodwill. 2.Modal Tier 2 terdiri dari nilai revaluasi aset dan cadangan umum maupun

instrument modal hybrid dan hutang subordinasi.

3.Modal Tier 3, ditambahkan dalam Amandemen Capital Accord tahun 1996 tetapi hanya digunakan untuk memenuhi proporsi persyaratan modal bank untuk risiko pasar. Kategori tersebut terdiri dari instrumen hutang subordinasi jangka pendek dengan karakteristik khusus. Modal dasar harus memenuhi sekurang-kurangnya 50 persen dari permodalan bank.Diikuti dengan modal Tier 2 yang tidak boleh melebihi 50% dari permodalan.

Perhitungan Kebutuhan Modal menurut Basel II (Bank Indonesia) mempersyaratkan bahwa bank harus menyediakan modal sebesar 8% terhadap aset tertimbang menurut risiko, dihitung sesuai dengan rumusan sebagai berikut:

(5)

5

Modal

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

Sesuai ketentuan Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas perbankan nasional melalui API telah merekomendasikan bank umum (baik konvensional maupun syariah) untuk memiliki modal minimum sebesar Rp100 miliar selambat-lambatnya sampai akhir tahun 2010, sehingga pada tanggal 1 Januari 2011 semua bank umum yang beroperasi telah memiliki modal minimum Rp100 miliar. Batasan modal minimum Rp100 miliar yang direkomendasikan di dalam API tersebut adalah modal bank dalam bentuk modal tier-1 dan tier-2. Sementara itu, ketentuan modal sebesar Rp3 triliun untuk mendirikan bank baru masih tetap berlaku sampai dengan tahun 2011(Sugiarto, 2004). Modal sebesar Rp3 triliun tersebut adalah modal yang disetor.

Mengingat pentingnya modal dalam memproteksi resiko maka Bank Indonesia menetapkan kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan oleh setiap bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri bank, disamping memperoleh dana–dana dari sumber– sumber diluar bank seperti, dana masyarakat, pinjaman (utang) dll (Lukman Dendawijaya, 2000:122 dalam Oktavina, 2008). Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko.

Sesuai dengan Surat Edaran BI Nomor: 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 9%, tetapi karena kondisi perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk yang ditandai dengan banyaknya bank yang dilikuidasi, maka sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Klasifikasi bank sejak 1998 sampai 2007 dikelompokkan dalam: (1) Bank sehat dengan klasifikasi A,

(6)

6

jika memiliki CAR lebih dari 8%, (2) Bank take over (BTO) atau dalam penyehatan oleh BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dengan klasifikasi B, jika bank tersebut memiliki memiliki CAR antara –25% sampai dengan < dari 8%, (3) Bank Beku Operasi (BBO) dengan klasifikasi C, jika memiliki CAR kurang dari –25%. Bank dengan klasifikasi C inilah yang dilikuidasi (Muljono, 1999 dalam Nusantara, 2009).

b. Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham, 2006:107), sedangkan menurut (Sartono, 2001:119 dalam Syamrilaode) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini. Profitabilitas biasanya dapat dilihat dari rasio Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) yang dimiliki oleh bank.

ROA adalah rasio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Ratio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana yang dimilikinya (D. Dwi, 2008) dan menurut (Dendawijaya, 2003: 120 dalam Rinati, 2009) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.

ROE adalah rasio yang mengkaji sejauh mana suatu perusahaan

mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas (Ilham,2011). Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini akan semakin besar (Sartono, 2001).

(7)

7 c. Pengaruh CAR Terhadap Profitabilitas

Dengan modal yang besar akan membuat CAR menjadi ikut besar pula. Semakin tinggi CAR maka akan semakin kuat kemampuan suatu bank dalam menanggung resiko dari setiap kredit macet, sehingga kinerja bank akan semakin baik dan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan, sehingga masyarakat percaya untuk menghimpun dana pada bank tersebut, dana yang terhimpun tersebut kemudian disalurkan kembali oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam bentuk kredit inilah dapat mendorong pendapatan sehingga dapat menghasilkan bunga, bunga itulah bank akan mendatangkan laba. Dengan laba tersebut bank dapat meningkatkan struktur permodalan yang kuat sehingga dapat membentuk kondisi keuangan yang sehat (Astuti, 2008). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan (Kartika, 2008) memperlihatkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas di sektor

perbankan

Maka hipotesisnya adalah :

Ha : Kecukupan modal (CAR) berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

3.Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk melihat perkembangan Capital

Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA) Dan Return On Equity (ROE)

adalah metode deskriptif. Menurut (Nazir, 2005;89 dalam Kartika, 2008) metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dan interprestasi yang tepat, dimana termasuk di dalamnya termasuk studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan induvidu, serta studi untuk menentukan frekuensi terjadi suatu keadaan untuk meminimalkan bias dan memaksimumkan rentabilitas.

Sedangkan untuk mengetahui pengaruh modal terhadap profitabilitas menggunakan metode verifikatif. Metode verifikatif (Kartika, 2008) adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar

(8)

8

variabel melalui suatu pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis diterima atau ditolak.

Hipotesis

Semakin tinggi CAR maka akan semakin kuat kemampuan bank dalam menanggung resiko yang dihadapinya, hal itu mengakibatkan kinerja bank tersebut menjadi semakin baik dan kepercayaan masyarakat akan bank tersebut menjadi meningkat sehingga mengakibatkan laba juga ikut meningkat. Pada umumnya CAR Bank Umum Milik Negara cenderung lebih besar dibandingkan dengan CAR Bank Umum Milik Swasta. Dengan CAR Bank Umum Milik Negara yang cenderung lebih besar dari CAR Bank Umum Milik Swasta mengakibatkan profitabilitas (yang diukur ROA maupun ROE) pada Bank Umum Milik Negara lebih baik daripada profitabilitas yang dimiliki Bank Umum Milik Swasta. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : β = 0 Tingkat kecukupan modal (CAR) tidak berpengaruh positif terhadap

profitabilitas (ROA dan ROE).

Ha: β > 0 Tingkat kecukupan modal (CAR) berpengaruh positif terhadap

profitabilitas (ROA dan ROE).

Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yang diperoleh dari Direktori Perbankan Indonesia. Sumber data penelitian tersebut adalah laporan keuangan perusahaan perbankan yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan perbankan selama sepuluh tahun berturut-turut dari tahun 2001 sampai dengan 2010.

(9)

9 Populasi dan Cuplikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank di Indonesia yang telah go public dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2001 sampai 2010. Sampel penelitian yang diambil yaitu:

1. Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan selama sepuluh tahun berturut-turut,yaitu tahun 2001 sampai dengan 2010.

2. Masih beroperasi selama tahun tersebut.

3. Perusahaan yang terpilih sebagai sampel adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik Bank Umum Milik Negara maupun Bank Umum Milik Swasta.Yang mana dari ke 15 bank yang diteliti, 3 bank merupakan bank yang mayoritas kepemilikannya adalah pemerintah, sedangkan 12 bank lainnya merupakan bank swasta.

4. Khusus untuk bank Permata (BNLI) laporan keuangannya mulai dari tahun 2002 sampai 2010 dikarenakan bank Permata adalah merger dari 5 bank yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot (Kartika Cindy).

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel a. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini modal perbankan. Modal perbankan sendiri diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri bank, disamping memperoleh dana–dana dari sumber–sumber diluar bank seperti, dana masyarakat, pinjaman (utang) dll (Lukman Dendawijaya, 2000:122 dalam Oktavina, 2008).

menurut Kartika, 2008 :

(10)

10 Modal inti + modal pelengkap

CAR = x100%

Aset Tertimbang Menurut Resiko

b. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Profitabilitas sendiri diukur dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Return On Assets (ROA) menunjukkan efektivitas pengelolaan aktiva sedangkan Return On Equity (ROE) menunjukkan kemampuan

manajemen dalam mengelola earning assets (Suharjono, 2006). Net Profit

ROA =

Total Assets Profits After tax ROE =

Total Stockholders Equity

Prosedur Pengumpulan Data

Adapun Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu:

1. Persiapan Pengumpulan Data

Pada tahap persiapan pengumpulan data, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data laporan keuangan dari tahun 2001-2010 yang telah go

public dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2001 sampai

2010.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah mengelompokan data dari masing-masing bank kemudian setelah datanya mencukupi barukah penulis mengolah data dan membuat kesimpulan serta saran.

(11)

11 Teknik Analisis

Dalam penelitian kali ini analisis data yang akan digunakan adalah menggunakan uji Asumsi Klasik dimana menguji menggunakan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable dependen dan variable independen mempunyai distribusi normal atau tidak (Wijaya, 2010). Pada penelitian ini menggunakan P-P Plot jika titik-titik data mendekati garis normal berarti data normal.

Dalam menguji hipotesis, penelitian ini menggunakan alat uji analisis regresi sederhana yaitu: .

Pr= a+b CAR+ e

Dimana :

Pr : Profitabilitas (ROA, ROE)

a : Konstanta

b : Koefisien regresi CAR : CAR perbankan

e : Error

Untuk menguji apakah masing-masing variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen maka digunakan uji statistik t. Uji statistik t dilakukan pada tingkat signifikansi (α = 0.05). Pengujian diterima maupun ditolak :

Jika nilai signifikansi t < 0,05 maka hipotesis diterima. Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak.

4.Analisis Dan Pembahasan

a. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA) Dan Return On Equity (ROE)

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Data penelitian berupa rasio kecukupan modal (CAR) diperoleh dari laporan keungan dalam bentuk rasio keuangan masing-masing bank pada tahun

(12)

12

2001-2010. Untuk melakukan perhitungan CAR sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu perbandingan antara total modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Berikut tabel besarnya CAR.

TABEL 1

Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) BUMN Dan BUMS TAHUN 2001-2010 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 RATA2 BUMN BBNI 14,2% 15,9% 18,2% 17,1% 16,0% 15,9% 15,7% 13,5% 13,8% 18,6% 15,9% BBRI 13,3% 12,6% 20,9% 17,9% 15,3% 18,8% 15,8% 13,2% 13,2% 13,8% 15,5% BMRI 26,4% 23,4% 27,7% 25,3% 23,7% 25,3% 21,1% 15,7% 15,6% 14,7% 21,9% RATA2 18,0% 17,3% 22,3% 20,1% 18,3% 20,0% 17,5% 14,1% 14,2% 15,7% 17,8% BUMS BBCA 32,6% 32,2% 28,0% 24,0% 21,5% 22,1% 19,2% 15,8% 15,3% 13,5% 22,4% BBNP 23,7% 19,9% 13,7% 12,9% 10,8% 16,6% 17,0% 14,0% 12,6% 12,9% 15,4% BDMN 35,5% 25,3% 26,8% 27,0% 23,5% 20,4% 20,3% 15,4% 20,7% 16,0% 23,1% BEKS 8,7% 10,0% 10,4% 14,7% 9,7% 9,4% 11,9% 9,3% 8,0% 41,4% 13,4% BNII -47,4% 33,2% 23,4% 20,9% 22,4% 24,1% 21,4% 19,9% 14,8% 12,2% 14,5% BNLI TA 10,4% 10,8% 11,4% 9,8% 13,5% 13,3% 10,8% 12,2% 14,1% 11,8% BSWD 30,3% 29,4% 26,7% 26,0% 24,1% 26,6% 20,7% 33,3% 32,9% 26,9% 27,7% BUMI 12,8% 12,9% 9,9% 10,2% 10,7% 12,9% 11,9% 11,8% 11,2% 12,6% 11,7% MAYA 12,2% 10,9% 13,7% 14,4% 14,2% 13,8% 30,0% 22,8% 17,1% 20,0% 16,9% MEGA 9,7% 13,2% 14,0% 13,5% 11,1% 15,9% 14,2% 16,2% 18,1% 15,0% 14,1% NISP 9,0% 12,6% 13,8% 15,1% 19,7% 17,1% 16,2% 17,0% 18,0% 16,0% 15,4% PNLF 36,1% 32,9% 42,4% 37,4% 28,7% 29,5% 21,6% 20,3% 21,8% 16,6% 28,7% RATA2 14,8% 20,2% 19,5% 19,0% 17,2% 18,5% 18,1% 17,2% 16,9% 18,1% 17,9%

Sumber : Laporan keuangan perbankan tahun 2001-2010 Keterangan : TA = tidak ada data

Tabel diatas menunjukkan secara rata-rata perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank milik umum secara umum pada kondisi yang baik yaitu diatas 8%, sedangkan pada bank milik swasta secara umum rata-rata juga baik yaitu diatas 8% namun jika dilihat satu per satu pada bank milik swasta terlihat adanya fluktuasi. Salah satunya terlihat pada Bank Internasional Indonesia(BNII) pada tahun 2001 yang memiliki nilai CAR -47,4% dan mengalami kenaikan pada tahun 2002 yang nilai CAR nya mencapai 33,2%. Nilai CAR -47,4% disebabkan bank tersebut mengalami kerugian (lampiran 2).

(13)

13

Grafik 1

Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) BUMN Dan BUMS

Tahun 2001-2010

Sumber : data sekunder yang diolah tahun 2012

Dari grafik diatas terlihat rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) baik pada bank milik negara maupun pada bank milik swasta pada tahun 2001-2010 berada pada standart yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 8%. Rata-rata Capital Adequacy Ratio paling tinggi ada di bank milik negara sebesar 22.3% pada tahun 2003, sedangkan rata-rata Capital Adequacy Ratio paling rendah juga berada di bank milik negara sebesar 14.1% pada tahun 2008 .

2. Return On Assets (ROA)

Semakin besar Return On Assets (ROA) semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan assets (Kartika, 2008). Berikut tabel besarnya ROA.

(14)

14 TABEL 2

Perkembangan Return On Assets (ROA) BUMN Dan BUMS TAHUN 2001-2010 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 RATA2 BUMN BBNI 1,4% 2,0% 0,8% 2,4% 1,6% 1,9% 0,9% 1,1% 1,7% 2,5% 1,6% BBRI 1,6% 1,8% 4,0% 5,8% 5,0% 4,4% 4,6% 4,2% 3,7% 4,8% 4,0% BMRI 1,5% 2,3% 2,8% 3,1% 0,5% 1,1% 2,3% 2,5% 3,0% 3,4% 2,2% RATA2 1,5% 2,0% 2,5% 3,8% 2,4% 2,4% 2,6% 2,6% 2,8% 3,6% 2,6% BUMS BBCA 3,4% 3,2% 2,6% 3,2% 3,4% 3,8% 3,3% 3,4% 3,4% 3,5% 3,3% BBNP 1,8% 1,7% 1,8% 2,0% 1,6% 1,4% 1,3% 1,2% 1,0% 1,4% 1,5% BDMN 1,3% 2,0% 3,3% 4,5% 3,1% 1,8% 2,4% 2,4% 2,0% 2,8% 2,6% BEKS -1,1% 1,3% 3,2% 1,1% -3,0% -1,0% 0,1% -2,0% -7,9% -12,9% -2,2% BNII -12,1% 0,4% 0,9% 2,3% 1,7% 1,2% 0,8% 0,9% -0,8% 1,0% -0,4% BNLI TA -4,8% 1,9% 2,3% 1,2% 1,2% 1,9% 1,7% 1,4% 1,9% 1,0% BSWD 4,8% 3,5% 2,5% 2,3% 2,1% 1,3% 1,2% 2,5% 3,5% 2,9% 2,7% BUMI 0,7% 1,3% 1,4% 1,3% -1,2% 0,3% 0,6% 0,1% 0,2% 0,2% 0,5% MAYA 2,3% 0,5% 0,9% 2,1% 0,8% 1,6% 1,5% 1,3% 0,9% 1,2% 1,3% MEGA 0,4% 2,3% 2,3% 3,0% 1,3% 0,9% 2,3% 1,9% 1,8% 2,5% 1,9% NISP 1,5% 1,5% 1,7% 2,5% 1,5% 1,6% 1,3% 1,5% 1,8% 1,1% 1,6% PNLF 0,7% 0,7% 2,9% 5,6% 2,3% 2,8% 3,1% 1,8% 1,8% 1,9% 2,3% RATA2 0,33% 1,13% 2,12% 2,68% 1,23% 1,40% 1,65% 1,39% 0,76% 0,63% 1,34%

Sumber : Laporan keuangan perbankan tahun 2001-2010 Keterangan : TA = tidak ada data

Krisis moneter tahun 1998 secara umum tidak terlalu berpengaruh terhadap ROA. Hal itu dapat terlihat dari tabel diatas bahwa secara umum ROA bank milik pemerintah lebih baik daripada ROA bank milik swasta. Hal itu terlihat pada tahun 2001 ROA bank milik swasta cenderung memiliki ROA yang kurang baik bahkan ada yang nilainya negatif. Bank - bank tersebut antara lain Bank Internasional Indonesia(BNII) sebesar -12.1%, PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk.(BEKS) sebesar -1.1%, sedangkan pada tahun 2002 tingkat ROA terendah adalah Bank Permata (BNLI) sebesar -4,8%.

Pada tahun 2003 sampai 2004 ROA pada bank milik pemerintah maupun bank milik swasta cenderung baik (nilainya positif), namun pada tahun 2005-2006 ROA PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk.(BEKS) kembali negatif serta pada tahun 2005 ROA Bank Bumiputera juga negatif.

(15)

15

Pada tahun 2008 sampai dengan 2010 ROA PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk.(BEKS) bernilai negatif. Hal itu terjadi karena terkena dampak dari adanya krisis keuangan global yang secara tidak langsung mempengaruhi tingkat ROA bank tersebut. Selain itu dampak krisis keuangan global juga dirasakan pada Bank Internasional Indonesia (BNII) pada tahun 2009 yang memiliki tingkat ROA negatif.

Grafik 2

Perkembangan Return On Assets (ROA) BUMN dan BUMS

TAHUN 2001-2010

Sumber : data sekunder yang diolah tahun 2012

Dari grafik tersebut terlihat rata-rata Return On Assets (ROA) pada bank milik pemerintah lebih baik daripada bank milik swasta. Rata-rata Return On Assets paling tinggi ada di bank milik negara sebesar 3.8% pada tahun 2004, sedangkan rata-rata Return On Assets paling rendah juga berada di bank milik swasta sebesar 0.3% pada tahun 2001.

3. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) adalah ukuran keberhasilan dari pencapaian

(16)

16 TABEL 3

Perkembangan Return On Equity (ROE) BUMN Dan BUMS TAHUN 2001-2010 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 RATA2 BUMN BBNI 32,4% 41,9% 11,9% 29,6% 12,6% 22,6% 8,0% 9,0% 16,3% 24,7% 20,9% BBRI 30,4% 38,8% 44,7% 42,2% 38,0% 33,8% 31,6% 34,5% 35,2% 43,8% 37,3% BMRI 21,5% 26,2% 23,6% 22,8% 2,5% 10,0% 15,8% 18,1% 22,1% 24,4% 18,7% RATA2 28,1% 35,6% 26,8% 31,5% 17,7% 22,1% 18,5% 20,5% 24,5% 31,0% 25,6% BUMS BBCA 66,8% 33,5% 23,9% 28,3% 29,1% 29,1% 26,7% 30,2% 31,8% 33,3% 33,3% BBNP 20,6% 18,4% 19,2% 21,8% 19,2% 18,4% 11,1% 9,0% 8,5% 11,7% 15,8% BDMN 16,6% 22,3% 30,5% 38,6% 24,2% 15,6% 22,9% 14,6% 11,2% 18,5% 21,5% BEKS -13,9% 12,8% 36,2% 7,5% -40,6% -16,3% 1,0% -37,9% -167,5% 84,4% -13,4% BNII -5,9% 4,5% 9,7% 21,7% 16,3% 12,7% 7,6% 9,4% -0,8% 7,2% 8,2% BNLI TA -153,5% 66,2% 42,7% 14,3% 13,1% 18,1% 12,4% 13,3% 21,5% 5,3% BSWD 22,7% 16,6% 11,4% 12,1% 11,7% 7,8% 7,4% 10,5% 13,4% 11,7% 12,5% BUMI 6,7% 9,9% 12,4% 11,2% -16,5% 1,6% 4,1% 0,4% 1,0% 2,3% 3,3% MAYA -19,9% 4,9% 2,1% 13,1% 5,3% 10,7% 5,8% 4,4% 4,3% 7,3% 3,8% MEGA 9,1% 30,4% 32,5% 31,6% 15,1% 9,1% 25,2% 20,5% 18,7% 27,2% 21,9% NISP 16,7% 14,9% 18,0% 26,9% 14,8% 11,0% 8,7% 9,2% 11,9% 7,7% 14,0% PNLF 1,1% 5,4% 15,7% 28,2% 14,1% 14,3% 14,0% 10,2% 11,0% 12,8% 12,7% RATA2 11,0% 1,7% 23,1% 23,6% 8,9% 10,6% 12,7% 7,7% -3,6% 20,5% 11,6%

Sumber : Laporan keuangan perbankan tahun 2001-2010 Keterangan : TA = tidak ada data

Dari tabel tersebut terlihat bahwa efek krisis moneter tahun 1998 tidak berpengaruh pada Return On Equity (ROE) bank milik pemerintah mulai dari tahun 2001 sampai tahun 2006. Return On Equity (ROE) bank milik pemerintah mulai dari tahun 2001 sampai tahun 2007cenderung nilanya besar (bernilai positif) dibandingkan dengan kondisi bank milik swasta.

Efek krisis moneter tahun 1998 masih terasa pada bank milik swasta. Hal itu terlihat dari Return On Equity (ROE) bank milik swasta yang cenderung bernilai negatif. Pada tahun 2001 antara lain pada Bank Internasional Indonesia(BNII), PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk.(BEKS) dan PT. Bank Mayapada Tbk.(MAYA), serta pada Bank Permata (BNLI) pada tahun 2002 .

(17)

17

Pada tahun 2003 sampai 2004 Return On Equity (ROE) cenderung baik walaupun ada sedikit penurunan Return On Equity (ROE) di bank swasta tetapi tidak sampai bernilai negatif.

Pada tahun 2005 sampai 2006 Return On Equity (ROE) pada PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk.(BEKS) mengalami penurunan sampai negatif. Sedangkan pada tahun 2005 Bank Bumiputera juga mengalami penurunan bahkan sampai negatif. Tetapi pada tahun 2006 Return On Equity

(ROE) pada Bank Bumiputera mulai membaik.

Efek krisis global yang terjadi di Amerika juga dirasakan pada bank di Indonesia baik pada bank pemerintah maupun pada bank swasta. Efek krisis global tersebut ada yang berdampak langsung ada juga yang tidak. Dampak langsungnya dapat dilihat dari penurunan Return On Equity (ROE) pada bank milik pemerintah yaitu Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dari tahun 2007 sampai 2008, sedangkan pada tahun 2009 Return On Equity (ROE) Bank Negara Indonesia kembali mengalami kenaikan. Selain itu juga berdampak langsung pada bank swasta antara lain pada PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. (BBNP), Bank Internasional Indonesia(BNII), PT. Bank Mayapada Tbk.(MAYA), Bank Bumiputera, Bank OCBC NISP (NISP), PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk.(BEKS) pada tahun 2008. Pada 2009 efeknya masih terasa pada PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. (BBNP), Bank Internasional Indonesia(BNII), Bank Bumiputera, PT. Bank Mayapada Tbk.(MAYA), dan PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk.(BEKS).

Pada tahun 2010 kondisi Return On Equity (ROE) cenderung membaik baik pada bank milik pemerintah maupun bank swasta.

(18)

18

Grafik 3

Perkembangan Return On Equity (ROE) BUMN Dan BUMS

TAHUN 2001-2010

Sumber : data sekunder yang diolah tahun 2012

Dari grafik diatas terlihat rata-rata Return On Equity (ROE) pada bank milik swasta lebih jelek daripada bank milik pemerintah. Hal itu berarti bahwa selama tahun 2001-2010 bank milik swasta memiliki ROE yang lebih rendah kualitasnya dibanding dengan bank milik negara, karena semakin tinggi nilai ROE maka semakin bagus kualitasnya. Rata-rata Return On Equity paling tinggi ada di bank milik negara sebesar 35.6% pada tahun 2002, sedangkan rata-rata Return On Assets paling rendah juga berada di bank milik swasta sebesar -3.6% pada tahun 2009.

b. Pengaruh CAR Terhadap Profitabilitas

1. Uji Normalitas

Berdasarkan normal p-plot of regression standardized residual ROA dan ROE pada bank milik pemerintah (lampiran 3, gambar 1) menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah uji normalitas. Sedangkan berdasarkan normal p-plot of regression standardized residual (lampiran 3, gambar 2) memperlihatkan bahwa data mendekati dari garis diagonal maka model regresi juga memenuhi asumsi normalitas.

(19)

19

Berdasarkan normal p-plot of regression standardized residual ROA dan ROE pada bank milik swasta (lampiran 3, gambar 3 dan gambar 4) menunjukkan tidak terdapat masalah uji normalitas.

2. Analisis Regresi Sederhana

Tabel 4

Pengaruh CAR Terhadap ROA BUMN

Coefficientsa ,035 ,011 3,257 ,003 -,050 ,059 -,159 -,853 ,401 (Constant) CAR Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: ROA a.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut:

Pr= 0.035 - 0.050 CAR

Dari persamaan diatas variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki koefisien bertanda (-) sebesar -0.050. Hal itu berarti bila koefisien variabel bebas lainnya tetap maka perubahan variabel CAR sebesar 1% akan menurunkan profitabilitas sebesar 5%. Hipotesis menyatakan bahwa tingkat kecukupan modal (CAR) tidak berpengaruh positif terhadap profitabilitas

(ROA dan ROE) (searah) tetapi kenyataannya nilai koefisien regresinya

negatif (kebalikan arah). Hal itu menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR akan membuat ROA semakin menurun meskipun dampaknya tidak signifikan, hal ini disebabkan karena meskipun rasio kecukupan modal perbankan BUMN meningkat tetapi jika modal ini tidak digunakan untuk menghasilkan laba tetapi digunakan untuk hal lain seperti misalnya melakukan ekspansi usaha sehingga justru akan menurunkan ROAnya.

(20)

20

Hasil koefisien determinasi adalah 2,5%. Hal itu berarti bahwa besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA) sebesar 0,025 sedangkan sisanya 97,5% dipengaruhi faktor lain (Lampiran 4 tabel 8).

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat pada nilai signifikansi t dengan nilai 0,401 > 0,05 dan berada di daerah Ho diterima. Artinya CAR BUMN tidak berpengaruh terhadap ROA BUMN. Hal ini menunjukkan bahwa nilai CAR atau rasio kecukupan modal bank tidak berpengaruh terhadap profitabilitas yang dimiliki oleh bank pemerintah.

Tabel 5

Pengaruh CAR Terhadap ROE BUMN

Coefficientsa ,394 ,087 4,546 ,000 -,776 ,474 -,295 -1,636 ,113 (Constant) CAR Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: ROE a.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut:

Pr= 0.394 - 0.776CAR

Dari persamaan diatas variabel Capital Adequacy Ratio

(CAR)memiliki koefisien bertanda (-) sebesar -0.776. Hal itu berarti bila koefisien variabel bebas lainnya tetap maka perubahan variabel CAR sebesar 1% akan menurunkan profitabilitas sebesar 77.6%. Hipotesis menyatakan bahwa tingkat kecukupan modal (CAR) tidak berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) (searah) tetapi kenyataannya nilai koefisien regresinya negatif (kebalikan arah). Hal itu dilihat dari nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR akan membuat ROE semakin menurun meskipun dampaknya tidak

(21)

21

signifikan, hal ini disebabkan karena meskipun rasio kecukupan modal perbankan BUMN meningkat tetapi jika modal ini tidak digunakan untuk menghasilkan laba tetapi digunakan untuk hal lain seperti misalnya melakukan ekspansi usaha sehingga justru akan menurunkan ROEnya.

Hasil koefisien determinasi adalah 8,7%. Hal itu berarti bahwa besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Equity (ROE) sebesar 0,087 sedangkan sisanya 91,3% dipengaruhi faktor lain (Lampiran 4 tabel 9).

Pengujian dilakukan dengan melihat pada nilai signifikansi t sebesar 0,113 > 0,05 sehingga Ho diterima. Artinya CAR BUMN tidak berpengaruh terhadap ROE BUMN. Jadi rasio kecukupan modal atau CAR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas yang diperoleh bank pemerintah (ROE nya).

Tabel 6

Pengaruh CAR Terhadap ROA BUMS

Coefficientsa -,006 ,004 -1,349 ,180 ,106 ,021 ,429 5,130 ,000 (Constant) CAR Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: ROA a.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut:

Pr= -0.006 + 0.106 CAR

Dari persamaan diatas variabel Capital Adequacy Ratio

(CAR)memiliki koefisien bertanda (+) sebesar 0.106. Hal itu berarti bila koefisien variabel bebas lainnya tetap maka penambahan variabel CAR sebesar 1% akan meningkatkan profitabilitas sebesar 10.6%. Hipotesis menyatakan bahwa tingkat kecukupan modal (CAR) tidak berpengaruh

(22)

22

positif terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) (searah) tetapi kenyataannya nilai koefisien regresinya positif (searah). Hal itu dilihat dari nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR akan membuat ROE semakin tinggi pula sehingga dampaknya signifikan, hal ini disebabkan karena rasio kecukupan modal perbankan BUMS meningkat dan jika modal ini digunakan untuk menghasilkan laba maka akan meningkatkan ROAnya.

Hasil koefisien determinasi adalah 18,4%. Hal itu berarti bahwa besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA) sebesar 0,184 sedangkan sisanya 81,6% dipengaruhi faktor lain (Lampiran 4 tabel 10).

Pengujian dilakukan dengan melihat pada nilai signifikansi t sebesar 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak. Artinya CAR BUMS berpengaruh positif

terhadap ROA BUMS. Semakin tinggi rasio CAR menunjukkan kinerjanya semakin baik sehingga akan meningkatkan profitabilitas (ROA) bank milik swasta.

Tabel 7

Pengaruh CAR Terhadap ROE BUMS

Coefficientsa -,022 ,051 -,439 ,661 ,771 ,249 ,275 3,099 ,002 (Constant) CAR Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: ROE a.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut:

(23)

23

Dari persamaan diatas variabel Capital Adequacy Ratio

(CAR)memiliki koefisien bertanda (+) sebesar 0.771. Hal itu berarti bila koefisien variabel bebas lainnya tetap maka penambahan variabel CAR sebesar 1% akan meningkatkan profitabilitas sebesar 77.1%. Hipotesis menyatakan bahwa tingkat kecukupan modal (CAR) tidak berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) (searah) tetapi kenyataannya nilai koefisien regresinya positif (searah). Hal itu dilihat dari nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR akan membuat ROE semakin tinggi pula sehingga dampaknya signifikan, hal ini disebabkan karena rasio kecukupan modal perbankan BUMS meningkat dan jika modal ini digunakan untuk menghasilkan laba maka akan meningkatkan ROEnya.

Hasil koefisien determinasi adalah 7,6%. Hal itu berarti bahwa besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Equity (ROE) sebesar 0,076 sedangkan sisanya 92,4% dipengaruhi faktor lain (Lampiran 4 tabel 11).

Pengujian dilakukan dengan melihat pada nilai signifikansi t sebesar 0,02 < 0,05 sehingga H0 ditolak. Artinya CAR BUMS berpengaruh positif

terhadap ROE BUMS. Semakin tinggi rasio CAR menunjukkan kinerjanya semakin baik sehingga akan meningkatkan profitabilitas (ROE) bank milik swasta.

5.Penutup a.Kesimpulan

1. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) baik pada bank milik negara maupun pada bank swasta pada tahun 2001-2010 berada diatas standart Bank Indonesia, sedangkan perkembangan Return On Assets (ROA) pada bank milik negara tahun 2001-2010 cenderung meningkat dibandingkan pada bank milik swasta yang cenderung menurun selain itu perkembangan Return On Equity

(24)

24

(ROE) pada bank milik negara tahun 2001-2010 cenderung meningkat dibandingkan pada bank milik swasta yang cenderung menurun.

2. Berdasarkan dari hasil pengujian diketahui bahwa pada bank milik negara Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) sebaliknya pada bank milik swasta Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE).

b.Saran

1. Bank pemerintah sebaiknya lebih meningkatkan pengelolaan modalnya, misalnya meningkatkan dalam pemberian kredit.

2. Bagi pihak-pihak yang ingin meneliti lebih dalam masalah ini maka dimungkinkan untuk menambah variabel independen yang lain dan dimungkinkan untuk menambah jumlah bank yang tidak hanya go public dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .

c.Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatsan antara lain:

1. Keterbatasan dalam pemilihan jumlah sempel bank, karena tidak semua bank yang go public dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki CAR, ROA dan ROE yang lengkap .

2. Penelitian kali ini hanya melihat dari tingkat kecukupan modalnya saja

Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap profitabilitas. Oleh karena itu,

pada penelitian yang akan datang diharapkan bisa menggunakan rasio yang lain untuk melihat pengaruhnya terhadap profitabilitas.

(25)

25

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Fitria, 2008, Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal (CAR) Dan

Likuiditas(LDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada Bank, Universitas

Widyatama, Bandung.

Bank Indonesia. 2006. Sekilas Implementasi Basel II. www.bi.go.id/

NR/rdonlyres/.../ Penerapan BaselIIwebversion1.pdf, Diunduh 10

Oktober2011.

Bank Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7. www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030.../uu_bi_1099.pdf. Diunduh 5 Juni 2012.

Brigham Eugene, F dan Joel F, Hoston, 2006, Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

D.Dwi, Prastowo, 2008, Analisis Laporan Keuangan Konsep Dan Aplikasi, Sekolah T inggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. 2006. Implementasi Basel II di

Indonesia.

www.bi.go.id/NR/rdonlyres/.../ImplementasiBaselIIdiIndonesia.pdf. Diunduh 10 Oktober 2011.

Ilham, Irham, 2011, Analisis Laporan Keuangan, Alfabeta, Bandung.

Kartika Cindy, Ayu dkk. Proses Merger dan Akuisisi Bank Permata. ml.scribd.com/doc/57056175/Merger-Bank-Permata. Diunduh 20 September 2012.

Kartika, Rika, 2008, Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit

Ratio (LDR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Terhadap Profitabilitas di Sektor Perbankan, Universitas Widyatama, Bandung.

Nusantara, A.B, 2009, Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO

(26)

26

Oktavina, D.N, 2008, Pengaruh Modal Bank Yang Diiukur Dengan Capital

Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Profitabilitas Yang Diukur Dengan Net Interest Margin (NIM) Pada PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk,

Universitas Widyatama, Bandung.

Rinati Ina dan Budiman, 2009, Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On

Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercantum Dalam Indeks LQ45, Universitas

Gunadarma, Jakarta.

Sartono, R.Agus, Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta.

Sugiarto Agus, 2004, “Mengapa Modal Minimum Bank Harus Rp100 Miliar”, Kompas, Hal 1, 11 Oktober 2011.

Suharjono, Indra Bastian, 2006, Akuntansi Perbankan, Salemba Empat, Jakarta. Suruji, Andi dkk, 1998, “Krisis Ekonomi 1998 Tragedi tak Terlupakan”

Kompas, 21 Desember.

Susilo,Y. Sri dkk, 2000, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta.

Syamrilaode. Pengertian profitabilitas. http://id.shvoong.com. Diunduh 9 September 2011.

Tarmidi, Lepi T, 1999, “KRISIS MONETER INDONESIA: SEBAB,

DAMPAK, PERAN IMF DAN SARAN”, Buletin Ekonomi Moneter dan

Perbankan, Maret.

Vetty Jettira. 2010. Jenis-Jenis Bank.

http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2010/03/ 04/jenis-jenis-bank/ . Diunduh 17 April 2011.

Wijaya Dharaka,Wisnu, 2010, Analisis Pengaruh Rasio CAR, NPL dan LDR

Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Indonesia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009. Skripsi Program S1 Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).

Referensi

Dokumen terkait

Power supply dengan keluaran 5 volt adalah suatu rangkaian atau komponen yang berfungsi sebagai pengubah tegangan bolak-balik dari AC menjadi DC murni, yang pada outputnya

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W5, 2015 Underwater 3D Recording and Modeling, 16–17 April 2015, Piano

Sama halnya dengan CAR, suatu perusahaan memiliki kinerja yang baik jika kepemilikan institusional tinggi maka akan meningkatkan nilai CAR.. Akan tetapi hasil pengujian

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ ANALISIS FAKTOR YANG

Untuk menghindari penelitian yang tidak terarah serta pembahasan yang panjang lebar, sesuai dengan judul skripsi ini adalah analisis tokoh utama dalam novel Pearl Of China

Membawa Dokumen Penawaran Asli dan Foto copy sesuai dengan yang telah di unggah. dalam

Peneliti menggunakan metode analisis semiotika yang dikembangkan oleh Charles Sander Peirce, yaitu dengan menggunakan segitiga makna yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol

[r]