• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM MASYARAKAT JAWA PADA PERAYAAN HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PURWOSARI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DALAM MASYARAKAT JAWA PADA PERAYAAN HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PURWOSARI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

489 TRADISI KENDURI DALAM MASYARAKAT JAWA PADA PERAYAAN HARI RAYA

GALUNGAN DI DESA PURWOSARI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

(Kajian Teologi Hindu) Oleh

Rina Dewi Susanti

Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar rinadewi_95@yahoo.co.id

Abstract

Purwoasri is one of the villages in Banyuwangi Regency. Most of the people are Hindus, but not a few adherents of Islam. Javanese culture has existed since prehistoric times, the arrival of Hinduism on the island of Java gave birth to the Javanese Hindu culture that every activity can not be separated with the tradition of Kenduri. Kenduri is basically a tradition of praying together that is attended by neighbors and led by traditional leaders, who follow the tradition of kenduri inipun also not only people who are Hindus, but religious other than Hindupun also included in pelaksaannya, but harmony is very awake in society This purwoasri though they are different religions but very respect for each other. Based on the background of existing problems, then in this study presents three formulation of the problem as follows (1) How the process of kenduri tradition in Javanese society at the celebration of galungan holiday in Purwoasri Village, Tegaldlimo Sub-district, Banyuwangi Regency, (2) What is the function of kenduri tradition in Javanese society at the ceremony of the galungan holiday in Purwoasri Village, Tegaldlimo Sub-district, Banyuwangi Regency, (3) What theological meaning is contained in the tradition of kenduri in Javanese society at the celebration of Galungan Festival in Purwoasri Village, Tegaldlimo Sub-district, Banyuwangi Regency. The purpose of this research is to know (1) The implementation of the tradition of kenduri (2) The function contained in the tradition of kenduri (3) The theological meaning contained in the tradition of kenduri. Theory used to analyze the problem formulation is the theory (1) Religious theory to dissect deep discussion on Javanese religious beliefs (2) structural functional theory to dissect the quality of beliefs of society or aspects of sradha and devotion in the field of religion (3) Theory of symbol to analyze the theological value contained in the tradition of kenduri. With the descriptive analysis, the results of the research (1) The process of implementing the kenduri tradition, which includes: the preparation stage of kenduri tradition begins with the making of offerings, kenduri tradition which begins with the prayer readings by the village elders then followed by the participants of the kenduri then continued with the blessing or banten (2) The function of tradition of kenduri namely social function and religious function (3) The meaning of traditional theology of kenduri includes the meaning of ethics and the meaning of balance.

(2)

490 I. PENDAHULUAN

Purwoasri adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten Banyuwangi, yang masyarakatnya sebagian besar adalah penganut agama Hindu, namun tidak sedikit pula masyarakat di sekitar Desa Purwoasri juga penganut agama Islam. Akan tetapi masyarakat Purwoasri sangatlah rukun dengan masyarakat sekitar, meskipun mereka berbeda agama. Kebudayaan jawa telah ada sejak zaman prasejarah, datangnya Hindu dengan kebudayaan di Pulau Jawa melahirkan kebudayaan Hindu Jawa yang setiap kegiatannya tidak lepas dari tradisi selamatan.

Kenduri pada dasarnya adalah tradisi selamatan yakni berdoa bersama yang

dihadiri para tetangga dan dipimpin oleh pemuka adat atau tokoh yang dituakan di satu lingkungan. Biasanya dalam melakukan upacara kenduri disajikan pula tumpeng lengkap dengan lauk pauknya yang nantinya akan dibagikan kepada semua yang hadir dalam tradisi kenduri itu juga tidak lupa disiapkan banten sederhana untuk para dewa (Surjono, 1999:4).

1994:25).

Menurut Harustato (1987:98) sejarah perkembangan religi orang jawa telah dimulai dari sejak zaman dahulu ciri khas orang jawa lainnya yaitu berkaitan dengan cara berpikir yang terobsesi oleh nilai-nilai budaya jawa seperti budi luhur, lembah

manah, dan tepa selira. Kenduri juga terlahir dari ketiga hal tersebut, Kenduri adalah

sebuah tradisi berkumpul yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang, pada umumnya dilakukan oleh pihak laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas sesuatu yang akan dilaksanakan oleh sang penyelenggara dan juga mengucapkan rasa syukur atas apa yang telah didapatkannya. Karena masyarakat percaya bahwa setiap apa yang kita dapat itu berkat usaha serta anugerah dari Tuhan. Sehingga kita harus selalu bersyukur kepada Tuhan, dengan cara melaksanakan tradisi kenduri ini.

Perkembangan agama Hindu di Jawa ada sekitar tahun 1966, dari sejarah, orang Jawa mengetahui bahwa agama Hindu menguasai seluruh tanah Jawa (jaman majapahit) dan ketika terdesak oleh agama Islam sebagian pindah ke Tengger dan sebagian pindah ke Bali untuk menyelamatkannya (Suripto, 2006: 86,87). Eksistensi budaya Jawa yang telah mengkristal dalam setiap kehidupan masyarakat Jawa melahirkan sebuah Tradisi yang sampai saat ini tetap dilestarikan. Dalam kenduri tiap orang menjadi “kita’’ meskipun itu kepala desa, pejabat, apapun agama dan aliran politiknya, mereka semua akan menjadi satu yaitu “kita’’. Dalam tradisi kenduri juga sangat baik untuk dilaksanakan karena dalam upacara ini kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa untuk tidak membeda-bedakan seseorang. Kesatuan sikap dan cita-cita diteguhkan kembali. Bila ada keretakan kecil antara hati dengan hati, maka melalui kenduri persatuan itu dipererat kembali. Kenduri juga merupakan mekanisme sosial untuk merawat keutuhan, dengan cara memulihkan keretakan, kenduri sebagai intitusi sosial menampung banyak kepentingan. Semua orang yang mengikuti tradisi ini akan menemukan rasa aman, karena dalam pelaksanaannya tak ada pihak yang kalah atau dikalahkan. Disana semua pihak terhormat. Tiap orang sama tidak dibeda-bedakan sehingga semua orang yang mengikuti pelaksanaan tradisi ini merasa bahagia.

(3)

491

Tujuan diadakannya kenduri ini adalah meminta doa kepada semua orang yang mengikuti tradisi ini agar cita-cita yang diinginkannya dapat terkabul. Upacara

kenduri ini dilaksanakan pada saat perayaan Hari Raya Galungan juga bertujuan

untuk untuk menurunkan dan mengundang leluhur yang sudah tiada untuk didoakan dan diberi jamuan sesaji, dan sebelum kenduri biasanya didahului dengan nyekar ke makam leluhur dari masing-masing keluarga, dan dalam melaksanakan ritual nyekar ini pada umumnya dilaksanakan oleh pihak laki-laki. Sedangkan pihak perempuan melaksanakan persiapan di rumah untuk nanti menyambut tradisi kenduri itu, dengan menyiapkan jamuan-jamuan untuk orang yang akan menghadiri tradisi itu, juga menyiapkan sesaji untuk para leluhur (Supardi, Wawancara 12 September 2016).

2. PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini memilih tempat di Desa Purwoasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Terkait dengan gambaran umum objek penelitian, diuraikan beberapa hal, antara lain: (1) sejarah Desa Purwoasri; (2) letak Geografis; (3) kependudukan; (4) struktur mata pencaharian penduduk; (5) pendidikan; (6) agama; (7) sarana dan prasarana. Adapun uraiannya sebagai berikut :

2.1.1 Sejarah Desa Purwoasri

Konon dahulu kala di wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian selatan, tepatnya di dekat Pura Alas Purwa terdapat tempat yang dipergunakan untuk beristirahat sementara yang dikenal dengan sebutan Purwa. Tempat Purwa tersebut akhirnya kini menjadi sebuah desa yang definitive dan diberi nama desa Purwoasri. Masyarakat Desa purwoasri sejak zaman dahulu hingga sekarang hidup sangat rukun antara satu sama lain meskipun mereka memiliki sejarah keturunan, jabatan dan agama yang berbeda. Karena itulah tradisi yang telah ada sejak zaman dahulu masih terjaga hingga saat ini (Sono, wawancara 25 Mei 2017).

Desa Purwoasri bentuknya membujur ke utara yang wilayahnya termasuk sampai dengan wilayah Desa Purwoagung. Di wilayah Desa Purwoagung inilah batas Desa Purwoasri. Pada awal berdirinya Desa Purwoasri, yang ditunjuk sebagai pejabat kepala Desa Purwoasri adalah Bapak Ngatemen pada awal kemerdekaan RI sampai dengan beberapa tahun, kemudian digantikan oleh Bapak Bonari yang menjabat sampai dengan 1952.

Pada tahun 1952-1979 Kepala Desa Purwoasri dijabat oleh Bapak Subagio, kemudian terhitung mulai tahun 1979-2000 Kepala Desa Purwoasri dijabat oleh Bapak Darminto dan pada tahun 2000 digantikan oleh Bapak Bonadi Tahun 2011- 2015, dan pada tahun 2016 digantikan oleh Bapak Santoso sampai sekarang.

Adapun wilayah Desa Purwoasri pada saat ini meliputi empat dusun, sebagai berikut : 1 Dusun Kalisari, 2. Dusun Kaliagung, 3. Dusun Kaliwungu, 4. Dusun Purwoagung.

(4)

492 III. SIMPULAN

Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian serta penyajian akhir setelah melalui beberapa analisi melalui metode yang ada, maka tentang Makna Teologi Tradisi Kenduri dalam Masyarakat Jawa Pada Perayaan Hari Raya Galungan Di Desa Purwoasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Proses pelaksanaan tradisi Kenduri dalam masyarakat Jawa pada perayaan hari raya galungan di Desa Purwoari Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi. Tahap persiapan dimana sang pemilik yang akan menyelenggarakan Tradisi kenduri mempersiapkan segala keperluan yang diperlukan untuk melaksanakan tradisi

kenduri tersebut. Tahap pelaksanaan tradisi kenduri yang diawali dengan pembacaan

doa oleh sesepuh yang memimpin tradisi kenduri tersebut, dan diikuti oleh peserta yang mengikuti tradisi tersebut pada saat pelaksanaan terlihat sekali hubungan yang sangat harmonis satu sama lain, meskipun mereka menganut agama yang berbeda namun tidak terlihat perbedaan pada saat mengikuti tradisi tersebut. Fungsi tradisi

kenduri Dalam Masyarakat Jawa Pada Perayaan Hari Raya Galungan Di Desa

Purwoasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi yaitu : Fungsi sosial yaitu mengembangkan rasa kekeluargaan dan persaudaraan antar masyarakat tanpa membedakan status sosial dan kepercayaan sesama umat manusia. Fungsi Religius yaitu dengan pelaksanaan tradisi kenduri dapat menumbuhkan keyakinan masyarakat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sehingga diharapkan tradisi ini tetap dipertahankan. Makna teologis pada tradisi kenduri Di Desa Puwoasri Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi :

Membahas nilai teologi dalam tradisi kenduri ini terlebih dahulu akan diketengahkan tentang upakara atau banten yang dipakai dalam upacara, karena dalam banten ini banyak tersimpan nilai teologi. Berikut akan diuraikan nilai-nilai teologi dalam tradisi kenduri, diantaranya terdapat dalam sarana upacara(banten)

Selamatan, selain nilai teologi yang terdapat pada banten ini juga membahas nilai

teologi beretika dalam pelaksanaan tradisi kenduri, serta memiliki makna keseimbangan yaitu seperti yang terlihat dalam Tri Hita Karana, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan mausia dan hubungan manusia dengan alam.

DAFTAR PUSTAKA

At Madja, Wasita.2008. Penuntun ILMU Kosmetik Medik, UMV. Indnesia: Jakarta. Bungin, Burhan, 2001. Metode Penelitian Sosial. Surabaya : Airlangga Unjiversitas

Press.

Dawi, Ni Ketut. 2010. ‘’Ngambeng Pada Upacara Dewa Yadnya di Pura Samuantiga, Desa Bedahulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar’’. Denpasar : UNHI.

D.E, Relin.2011. Pemertahanan Tradisi Ruwatan Dalam Era Modernisasi Pada

Masyarakat Jawa, Di Desa Kumendung, Muncar, banyuwangi, Jawa Timur.

(5)

493

Departemen Pendidikan Nasional.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Donder, I Ketut, 2006. Brahmavidya : Teologi Kasih Semesta. Surabaya : Paramita. Donder, I Ketut. 2011. Teologi sosial : Persoalan Agama dan Kemanusiaan

Perspektif Hindu. Surabaya : Paramita.

Geertz, Clifford. 1969. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Giri, Wahyana Mc.2009.Sajen dan Ritual Orang Jawa. Jakarta : PT. Suka Buku. Gulo W. 2002. Metode Logi Penelitian. Jakarta : PT Grasindo.

Harustato, Budiono.2001. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta : Hanindita. Iqbal, Hasan, 2002. Pokok-Pokok Penelitian dan Aplikasinya. Bandung : Ghalia

Indah.

Kadjeng, I Nyoman, dkk. 2003. Sarasamuccaya. Surabaya : Paramita.

Kaplan, David dan Manners, Alber A. 2000. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kembarawan. I Ketut. 2005. “ Upacara Piodalan di Pura Sawe Rangsasa Kelurahan Dauh Waru Kecamatan Negare Kabupaten Jembrane”. Denpasar. IHDN Denpasar.

Keramas, Dewa Made Tntera. 2007. Metode Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Agama

dan Kebudayaan. Surabaya: Paramita.

Kirk, J and M.L.Miller. 1986. Reliability Validity In Qualitative Research. Beverly Hills : SAGE Pubication.

Koentjaraningrat, 1997. Antropologi Budaya, Jakarta :Dian Rakyat.

Koentjaraningrat. 1994. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Rakyat. Koentjaraningrat, 2010. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT.Gramedia.

Maulana, Achmad dkk., 2003. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta : Absolud. Nasikun, 1995. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta : Grafindo Persada.

Pudja, Gede, 1984. Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Mayasari

Pudja, Gede, 1999. Theologi Hindu (Brahma Widya). Surabaya : Paramita. ---.1992. Agama Hindu Untuk SLTA. Jakarta:Mayasari.

Putra, I Ketut Yoga, 2012. ‘’Bentuk Komunikasi Dalam Tradisi Ngambeng Di Pura Samuantiga sebagai sarana untuk membina sradha dan bhakti generasi muda di Desa Bedahulu Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar’’. Denpasar : IHDN.

Rangkuti,- Hasibun, Sofia,’’ Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia’’, Dian Rakyat , Jakarta,2002.

Redana, I Made, 2006. Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah dan Proposal Riset. Denpasar : IHDN Denpasar.

Sarjono, Agus R. 1999. Pembebasan Budaya-Budaya kita. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

(6)

494

Simuh, 2003. Islam dan Permulaan Budaya Jawa. Jakarta : Teraju. Sugiono, 1992. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alpabeta. Suhardana, K,M Drs 2006. Etika Dan Moralitas Hindu. Paramita, Surabaya.

Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan

Mutu, (2016), 44-53.

Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.

Sudarsana, I. K. (2017). Interpretation Meaning of Ngaben for Krama Dadia Arya Kubontubuh Tirtha Sari Ulakan Village Karangasem District (Hindu Religious Education Perspective). Vidyottama Sanatana: International

Journal of Hindu Science and Religious Studies, 1(1), 1-13.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung : Alfabeta. Sholikhin, A Muhamad. 2009. Kanjeng Ratu Kidul dalam Perspektif Islam Jawa.

Yogyakarta : Narasi.

Suka Yasa, I Wayan, 2010. Agama dan Religiusutas Pemahaman Konsep Spirit

Hindu di Indonesia. Dalam Sukarman, I Wayan dan I Wayan Budi Utama

( Penyuntingan). Canang Sari Dharmasmrti Mengenang Bhakti Prof. Nala.

Denpasar : Widya Dharma.

Sulistyo – Basuki, 2010. Metode Penelitian. Jakarta : Penaku.

Sumarmi. 2012. “Makna Filosofis Tradisi Satu Sura Dalam Masyarakat Jawa Di Pantai Lampon Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi’’. Denpasar: IHDN Denpasar

Suripto, Adi. 2006. Nilai-Nilai Hindu Dalam Budaya Jawa. Bekasi: Media Hindu. Sutrisno, Hadi, 2000. Metodology Research. Yogyakarta.

Srinardi, 2007. “ Tradisi Ngrebeg Serangkaian Hari Raya Kuningan di Desa Munggu Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Denpasar. IHDN Denpasar.

Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Tim Penyusun. 2006. Panca Yadnya. Milik Pemerintah propinsi Bali.

Tim Penyusun. 2012. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Tim Penyusun. KBBI. edisi 1. 1991. Jakarta: BalaiPustaka

Titip, I Made. 2003. Veda Sabda Suci (pedoman praktis kehidupan). Paramita, Surabaya.

Wiana, 1997. Cara Belajar Agama Hindu yang Baik. Penerbit Yayasan Dharma Narada, Denpasar.

Wiana , I Ketut. 2002. Makna Upacara Yadnya dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita

Winagun, Y. W. Wartajaya. 1990. Masyarakat Beba Struktur., Liminatas dan

(7)

495

Yoga, I Ketut. 2014. “Tradisi Ngambeng di Pura Samuantiga Desa Bedahulu Kecamatn Blahbatuh Kabupaten Gianyar (Kajian Teologi Hindu)”. Denpasar. IHDN Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

Menarik bahwa faktor-faktor yang erat kaitannya dengan komunikasi merek seperti Brand Awareness, Word of Mouth, dan Innovation memiliki nilai muatan yang besar atau memiliki

Apakah variabel-variabel independen Nilai Tukar Rupiah/US Dollar dan Tingkat Suku Bunga SBI secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

2 | Telaah Kohort dalam MTPTRO Presentasi / diskusi kasus sulit oleh tim ahli klinis Tinjauan Kohort Pembahasan per pasien untuk mengetahui hasil pengobatan

Sama halnya dengan aquades, titik didih larutan diketahui dengan mengukur suhu setiap setengah menit, dimana pada menit ke-52 hingga seterusnya suhu tetap pada 90..

Melakukan penyusunan instrumen hukum Mahkamah Agung yang berfungsi untuk memberi petunjuk bagi hakim pengadilan tingkat pertama dan banding tentang penanganan perkara

(2002) spesies asing invasif adalah spesies flora ataupun fauna, termasuk mikroorganisme yang hidup di luar habitat alaminya, tumbuh dengan pesat karena tidak memiliki musuh

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Speaker Identification Dengan Menggunakan

Ketika akan membuka pintu portal, terdapat motor servo yang yang bekerja untuk membuka atau menutup yang dihbungkan pada arduino, kemudian dengan proses