• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PENYULUH PETERNAKAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEBERLANJUTAN USAHA KOPERASI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN PENYULUH PETERNAKAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEBERLANJUTAN USAHA KOPERASI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PENYULUH PETERNAKAN DALAM

MEMPERTAHANKAN KEBERLANJUTAN USAHA KOPERASI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

(Kasus Koperasi Cemula di Kecamatan Pengandonan) Oleh :

Komala Sari

Dosen PNSD dpk Fak. Pertanian UIBA Palembang.

Abstrak

Tulisan ini mengamati masih kurangnya Koperasi Unit Desa (KUD) yang ada di Kabupaten OKU yang menitikberatkan bidang peternakan sebagai usaha pokoknya. Meskipun pemerintah telah banyak memberikan bantuan ternak baik berupa ternak besar seperti sapi potong dan ternak unggas seperti itik, akan tetapi KUD yang telah diberikan bantuan tidak mampu mempertahankan keberlanjutan usahanya, sesuai dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan peternak anggota koperasi. Mencermati hal ini, maka diperlukan peranan penyuluh peternakan dalam upaya meningkatkan kemampuan peternak, memfasilitasi peternak untuk dapat memperoleh kesempatan berusaha yang merata melalui organisasi koperasi sehingga diperoleh para peternak yang “mandiri” yang senantiasa berorientasi pada pasar, disiplin, bekerja keras, mampu menghadapi resiko usaha, mampu bekerjasama bahkan berkompetisi, serta percaya pada kemampuan sendiri. Belum adanya pelaksanaan kepemimpinan penyuluh peternakan, kemampuan anggota koperasi untuk mempertahankan keberlanjutan usaha, dan peranan kepemimpinan penyuluhan peternakan adalah salah satu faktor penghambat anggota koperasi mempertahankan keberlanjutan usaha anggota koperasi.

Kata Kunci: Peranan penyuluh, kepemimpinan, keberlanjutan usaha dan koperasi ternak

PENDAHULUAN

Usaha ternak yang dikelola secara profesional diyakini mampu memberikan keuntungan bagi peternak, koperasi dan pemerintah. Perkembangan usaha ternak terutama sapi potong dan itik di Kabupaten OKU belum mampu memberikan kontribusi yang baik bagi perkembangan peternakan didaerah ini. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya produksi dan populasi ternak tersebut, untuk populasi ternak sapi tahun 2009 sebesar 21677 ekor merupakan populasi sapi bibit. Sehingga untuk kebutuhan daging sapi di kabupaten OKU masih diimpor dari Provinsi Lampung. Sedangkan populasi itik tahun 2009 hanya 32223 ekor atau hanya sekitar

11,99% dari total populasi Unggas di Kabupaten OKU (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten OKU, 2009). Upaya pemerintah untuk mengembangkan usaha peternakan sapi potong dan unggas telah dilaksanakan melalui pengadaan bantuan ternak kepada beberapa koperasi unit desa yang ada di beberapa kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan usahanya melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten OKU.

Permasalahan yang dihadapi peternak khususnya di Kabupaten OKU secara internal menyangkut masalah teknis, masih rendahnya sumber daya peternak, sedangkan variabel eksternal

(2)

berupa kebijakan pemerintah dan organisasi institusional yang belum menjamin hasil produksi dan ketersediaan pasar. Masalah teknis ancaman penyakit ternak yang tinggi, kualitas genetik ternak dan pakan masih rendah, tata laksana pemeliharaan masih bersifat tradisional, rataan pemilikan rendah (2 ekor per peternak), dan sarana ternak masih kurang seperti kandang, padang pengembalaan dan pasar hewan.

Usaha peternakan rakyat secara absolut telah memberikan perbaikan pendapatan kepada peternak namun kurang berarti, karena laju peningkatan pendapatan yang bukan peternak jauh lebih cepat dari laju pertumbuhan pendapatan peternak rakyat sehingga sampai saat ini peternak rakyat berada pada golongan yang masih rendah pendapatannya Saragih, (2001) dalam Nurlina (2005). Relatif rendahnya laju pertumbuhan pendapatan ini disebabkan karena dari dahulu hingga sekarang hanya menguasai kegiatan ekonomi yang memberikan nilai tambah (added value) terendah. Dalam suatu sistem agribisnis peternakan, nilai tambah yang terbesar berada pada sistem agribisnis hulu (industri pakan dan perdagangannya) dan industri hilir (industri pengolahan hasil ternak dan perdagangannya).

Dalam upaya mengantar para peternak rakyat untuk tetap eksis dan mampu bersaing pada era pasar bebas diperlukan strategi pengembangan yang mencerminkan perubahan keunggulan komparatif ke kompetitif berdasarkan kaidah kaidah efisiensi usaha. Untuk mencapai keunggulan komparatif, pengembangan peternakan sapi potong dan itik harus digerakkan oleh inovasi (innovation driven) dengan sumber daya manusia yang terdidik terutama di

tingkat koperasi melalui kegiatan penyuluhan peternakan.

Pelayanan kegiatan penyuluhan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan peternak dan menunjang perbaikan usaha ternak melalui upayanya untuk mengubah perilaku peternak ke arah usaha beternak yang lebih baik (better farming), berusaha ternak lebih baik (better business), kesejahteraan hidup yang lebih baik (better living), dapat menjaga lingkungan hidup dengan lebih baik (better environtment), mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik (better community). Kondisi tersebut dapat dicapai apabila penyuluh peternakan difasilitasi oleh pengurus koperasi untuk mengidentifikasi kebutuhan peternak, melakukan percontohan, mendorong kerja sama di antara peternak, mendorong minat peternak untuk memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia (tenaga kerja) secara optimal serta menuntut peternak untuk mencapai produksi dan kualitas produksi yang dapat mencapai tujuan organisasi koperasi dan lembaga penyuluhan yaitu kesejahteraan peternak. Kepemimpinan penyuluh peternakan terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi peternak agar dapat mengadopsi berbagai inovasi sapi potong dan unggas. Bagi peternak anggota koperasi sapi potong dan ataupun itik, keberlanjutan usaha berhubungan dengan kemampuan peternak dalam hal pengambilan keputusan (sebagai manajer), kemampuan sebagai pekerja/teknis beternak, sikap inovatif, mampu bekerja sama dan menghadapi resiko, melakukan evaluasi usaha, dan adanya kemampuan untuk meningkatkan

(3)

skala pemilikan sebagai salah satu upaya pencapaian tingkat produksi yang menguntungkan. Demikian pula dengan peran koperasi dalam memberikan pelayanan sesuai kebutuhan anggota serta adanya kesempatan usaha yang sama (merata) bagi setiap peternak baik untuk peternak anggota pria maupun peternak anggota wanita (aspek gender).

Oleh sebab itu dalam upaya mempertahankan keberlanjutan usaha anggota, maka penting kiranya untuk mengetahui seperti apa peranan kepemimpinan penyuluh peternakan yang diperlukan oleh koperasi yang telah mendapatkan bantuan ternak di Kabupaten OKU. Hal ini mengingat koperasi sangat susah berkembang sehingga permasalahan keberlanjutan usaha anggota merupakan hal yang dapat mengancam keberlangsungan usaha koperasi beserta anggotanya.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi peranan kepemimpinan penyuluh peternakan dalam keberlanjutan usaha koperasi peternak. Tulisan ini merupakan review literatur berbagai bahan tulisan yang berkenaan dengan kegiatan kepemimpinan penyuluh peternakan.

`

KERANGKA PEMIKIRAN

Penyuluhan pada dasarnya adalah pendidikan dimana target/sasarannya yaitu para petani/peternak harus mengalami perubahan perilaku, dari mulai aspek yang bersifat kognitif, afektif dan akhirnya psikomotorik. Tentang hal ini, diakui bahwa, penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan akan memakan waktu lebih

lama, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal (Alim, 2010). Sedangkan Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang (pemimpin/leader) untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.

Kelsey and Hearne (1955), Singh (1961) dalam Mardikanto (1993), menyatakan bahwa peran kepemimpinan penyuluh terletak pada kemampuan mendorong dan melatih petani-peternak sasaran. Selain itu berusaha untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang memuaskan sasaran dari pelayanan yang diberikannya. Untuk itu seorang penyuluh perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diandalkan serta motivasi yang tinggi. Menurut Soewardi (1996) dalam Nurlina (2005), keperilakuan seorang penyuluh dalam upaya meningkatkan pembangunan pertanian adalah : pelaksanaan kewajiban yang lurus, daya juang (Achievement motivation), dan keterampilan harus tinggi. Selanjutnya dikatakan bahwa kompetensi standar penyuluh pertanian di masa sekarang dan yang akan datang seyogyanya meliputi empat ranah sebagai berikut : 1) kemampuan kognisi yakni

kemampuan mengetahui, menjelaskan, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi konsep pemberdayaan masyarakat dan pendekatan partisipatif sesuai dengan content dan conteks pembangunan pertanian; 2) kemampuan afeksi, yakni kemampuan menerima, meminati, menyukai, mencintai, berpartisipasi, berintegrasi, mengorganisasikan nilai

(4)

dan berkarakter dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian yang partisipatif 3) kemampuan psikomotorik, yakni

kemampuan/keterampilan untuk menerapkan teknik-teknik kepemanduan partisipasif secara terampil dan taat azas.

4) kemampuan konasi dan spiritual, yakni kemampuan untuk memiliki semangat, etos kerja, keyakinan, jiwa kejuangan, keimanan, ketawakalan dan pengabdian yang tulus terhadap pekerjaan, tugas dan fungsinya.

Koperasi sapi potong maupun koperasi unggas sebagai suatu sistem agribisnis membutuhkan sistem dan usaha yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, berkeadilan, dan terdesentralisasi, karena koperasi tersebut memiliki nilai-nilai yang beriorientasi pada kepentingan anggota, dan dihadapkan pada persaingan yang ketat dalam segi kualitas untuk merebut pasar. Atas dasar pemikiran tersebut, pemberdayaan kepada peternak perlu mendasarkan pada bagaimana peternak anggota koperasi dapat berinovasi, bekerja sama, berintegrasi, dan berprestasi di dalam wadah kelompok dan koperasi, sehingga pada akhirnya memiliki kompetensi baik secara teknis, ekonomis, maupun sosial. Dengan demikian keberlanjutan usaha ternak tersebut dapat terus dikembangkan. Hal ini sependapat dengan Rogers (1983), yang menekankan pada sifat keinovatifan individu maupun kelompok (organisasi) dalam upaya mengadaptasikan diri terhadap perubahan, sehingga seseorang dapat menjadi ‘agen perubah” bagi orang lain maupun dirinya sendiri.

Keberlanjutan usaha sebagai terjemahan dari “sustainable livelihood” dapat didefinisikan sebagai upaya seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keberlanjutan hidupnya dengan memanfaatkan segala kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta kekayaan yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi, berkompetisi, agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai perubahan dan tercapai suatu pemerataan (Chambers dan Conway, 1992).

Konsep di atas sejalan dengan konsep Ndraha (1990) dalam Nurlina (2005), bahwa pembangunan sebagai peningkatan kemampuan untuk mengendalikan masa depan, mengandung beberapa implikasi, yaitu : (1) kemampuan (capacity) baik secara fisik, mental, spiritual harus mengalami perubahan; (2) pemerataan (equity) ; (3) kekuasaan (empowerment/ pemberdayaan), berarti pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk secara bebas memilih berbagai alternatif sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan, dan keinginan mereka, dan memberi kesempatan untuk belajar, baik dari keberhasilan maupun dari kegagalan mereka dalam memberi respon terhadap perubahan; (4) ketahanan/ kemandirian/sustainability, berarti kemampuan untuk mengelola sumber daya hayati yang ada sehingga mampu berkembang secara mandiri dan sanggup merebut kesuksesan pada periode berikutnya; dan (5) kesalingtergantungan (interdependence) diantara berbagai pihak yang secara terpadu menghasilkan suatu produk atau jasa layanan.

(5)

Tabel 1. Daftar Koperasi Unit Desa yang telah mendapatkan bantuan ternak di Kabupaten OKU selama 2003-2010

Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perindustrian Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten OKU 2009

Memasuki era globalisasi berbagai kemudahan seperti subsidi, proteksi dan berbagai bentuk kemudahan lainnya makin dikurangi dan pada akhirnya ditiadakan. Pada saat itu organisasi ekonomi petani-peternak yakni koperasi dituntut untuk melakukan perubahan baik dari aspek kepemimpinan maupun penerapan aturan koperasi yang bersifat adaptif terhadap perubahan. Untuk itu, kemampuan petani (peternak) dalam mengakomodasikan sifat-sifat baik manusia, yang ditampilkan dalam sikap dan perilakunya perlu dilaksanakan dengan tepat berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapinya, yaitu dalam rangka menuju kemandirian petani (peternak). Hanya petani yang memiliki kemampuan untuk meraih berbagai peluang dan kesempatan berusaha secara mandirilah yang mampu bersaing dan bertahan dalam mengusahakan pertaniannya secara menguntungkan. Rogers (1983), menyatakan bahwa keinovatifan pengorganisasian ditentukan oleh variabel karakteristik kepemimpinan, karakteristik internal struktur pengorganisasian, dan karakteristik eksternal dari organisasi tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan dan Kondisi Koperasi

Dari tujuh koperasi/KUD yang telah mendapatkan bantuan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, seperti tercantum pada Tabel 1, tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Peninjauan, Lubuk Batang, Semidang Aji dan Pengandonan. KUD yang mendapatkan bantuan ternak itik berada di Kecamatan Peninjauan yaitu KUD Sinar Kepayang di Desa Kepayang jumlah anggota 20 orang, dengan jumlah ternak itik 3540 ekor. Di Kecamatan Lubuk Batang yaitu KUD Mupakat di desa Lubuk Batang Baru 40 orang dengan jumlah ternak itik 8000 ekor, di Kecamatan Semidang Aji yaitu KUD Usaha Bersama di Desa Ulak Pandan jumlah anggota 20 orang dengan jumlah ternak itik 4000 ekor.

Bantuan ternak itik sebanyak 2000 ekor pada tahun 2005 juga diberikan oleh pemerintah Kabupaten OKU melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM kepada KUD Cempaka Muara Laham (CEMULA) di Kecamatan Pengandonan yang meliputi lima desa yaitu Tangsi Lontar, Lontar, Kemala Jaya,

No. Nama KUD Desa Jenis ternak Jumlah

(ekor) Tahun 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KUD Cemula KUD Sinar Kepayang KUD Mupakat KUD Usaha Bersama KUD Gotong Royong KUD Marga Mulya KUD Cinta Mulya

Desa Tangsi Lontar Desa Kepayang Desa Lubuk Batang Desa Ulak Pandan Desa Tubohan Unit XV Batumarta Unit VIII Batumarta

Itik Itik Itik Itik Sapi Potong Sapi Potong Sapi Potong 2000 3540 8000 4000 100 100 100 2005 2003 2003 2003 2003 2003 2003

(6)

Belambangan dan Desa Tanjung Sari, dengan anggota sebanyak 20 orang.Sedangkan untuk sapi potong tersebar pada tiga KUD di dua kecamatan yaitu Kecamatan Peninjauan KUD Cinta Mulya. di Unit VIII Batumarta, KUD Marga Mulya di Unit XV Batumarta dan KUD Gotong Royong Kecamatan Semidang Aji masing-masing KUD ini mendapat bantuan sapi potong sebanyak 100 ekor.

Kondisi dari masing-masing KUD ini memang sangat memprihatinkan. Untuk KUD yang mendapat bantuan ternak itik dan sapi potong pada tahun 2003 semuanya sudah tidak dapat melanjutkan usahanya dan bangkrut. Sementara untuk KUD Cemula usahanya masih berjalan, meskipun dalam kondisi yang sulit. Dalam pembahasan ini, penekanan dititikberatkan kepada KUD Cemula yang masih mampu mempertahankan keberlanjutan usahanya.

1. Struktur Kelembagaan dan Bidang Usaha Koperasi

Secara kelembagaan KUD Cemula memiliki subsistem interaksi sosial dalam bentuk kerjasama diantara anggotanya. Struktur formalnya merupakan koperasi primer, sedangkan struktur informalnya adalah kelompok-kelompok peternak dan petani. Pada dasarnya KUD Cemula memiliki unsur-unsur perangkat organisasi berupa : (1) unsur alat-alat kelengkapan organisasi koperasi yang terdiri dari Rapat Anggota, Pengurus, Badan Pengawas; (2) Badan Pembina; dan (3) Pelaksana seperti Sekretariat, Humas dan penyuluhan, Administrasi dan Keuangan. Kriteria keanggotaan di KUD Cemula menurut statusnya, yaitu anggota penuh dan calon anggota.

Anggota penuh adalah mereka yang secara resmi menjadi anggota koperasi dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh koperasi, yakni telah membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan aktif sebagai pemilik maupun sebagai pelanggan lebih dari tiga bulan. Sedangkan calon anggota adalah mereka yang baru mendaftarkan menjadi anggota koperasi dengan membayar simpanan pokok, simpanan wajib dengan masa percobaan selama tiga bulan, artinya calon anggota menjadi anggota penuh, jika aktif membayar simpanan wajib dan simpanan sukarela, serta memenuhi persyaratan yang ditentukan pihak KUD.

Unit-unit usaha yang ada di KUD Cemula meliputi : unit usaha peternakan Itik, unit simpan pinjam, unit listrik, unit waserda (warung serba ada) dan unit usaha meuble. Unit peternakan itik terdiri dari sub unit pembinaan kelembagaan dan penyuluhan, sub unit produksi telur, dan sub unit penyaluran sarana produksi. Struktur organisasi pada KUD Cemula seperti terlihat pada Gambar 1.

2. Permasalahan KUD CEMULA 2.1. Secara Internal

Secara internal menyangkut masalah teknis. Seperti dikemukakan terdahulu, bahwa rendahnya kualitas pakan, pemeliharaan ternak itik yang masih bersifat tradisional, kualitas genetik itik yang rendah, penyakit yang sulit diatasi dan sarana perkandangan yang kurang, serta rendahnya sumber daya peternak menjadi masalah yang mendasar pada KUD Cemula. Kondisi yang semacam ini membuat ternak itik yang dipelihara hanya mampu untuk

(7)

bertahan hidup dan belum dapat berproduksi untuk menutupi biaya pengeluaran peternak.

Gambar.1. Struktur Organisasi KUD Cemula

Keterangan :

Garis Perintah

Garis pertanggung jawaban keatas

2.2. Secara External

Kebijakan pemeritah berupa pemberian bantuan ternak lebih banyak bersifat keproyekan yang tidak berkesinambungan. Sehingga bantuan yang telah diberikan sudah dianggap selesai apabila sudah sampai kepada sasaran yaitu penerima bantuan. Tidak adanya monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan proyek ini menyebabkan

tidak terkemukanya permasalahan yang dihadapi peternak. Minimnya pembinaan oleh penyuluh karena kurang tegasnya pemerintah daerah dalam mengapresiasi kegiatan penyuluhan sebagai akibat dari kebijakan otonomi daerah yang kurang memperhatikan aspek penyuluhan yang tidak secara langsung memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah. RAPAT ANGGOTA PENGURUS MANAGER PENGAWAS TU/SEKRETARIS PENGURUS UNIT USAHA SIMPAN PINJAM UNIT USAHA TERNAK ITIK UNIT USAHA WASERDA UNIT USAHA MEUBLE SUB UNIT PEMBINAAN KELEMBAGAAN DAN PENYULUHAN SUB UNIT PRODUKSI TELUR SUB UNIT PENYALURANSAPRODI

(8)

B. Pelaksanaan Kepemimpinan Penyuluh Peternakan

Peran penyuluh sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh peternak karena penyuluh akan menjadi pemimpin bagi peternak dalam mengembangkan usaha ternaknya. Pelaksanaan kepemimpinan penyuluh peternakan didasarkan pada pendapat Singh (1961) dalam Mardikanto (1993). Ia menyatakan bahwa kepemimpinan penyuluh harus memenuhi persyaratan : memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diandalkan, serta memiliki kemauan untuk menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilannya itu kepada semua warga masyarakat sasarannya.

Menurut Nurlina (2005), dalam melaksanakan kepemimpinanya penyuluh peternakan harus melaksanakan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan peternak 2. Melakukan percontohan

3. Kerjasama kelompok

4. Pemanfaatan sumber daya lokal 5. Menuntut peternak berprestasi Kepemimpinan penyuluh pada KUD dinilai tinggi dalam hal mendorong peternak untuk memanfaatkan sumber daya lokal terutama pakan. Peran kepemimpinan penyuluh peternakan dalam mengidentifikasi masalah lebih fokus pada aspek teknis beternak.

Peran penyuluh peternakan dari Dinas Peternakan yang ditempatkan diwilayah koperasi bersifat ganda, yaitu sebagai penyuluh, inseminator dan petugas kesehatan hewan. Multiperan inilah yang dipercaya peternak, mengingat mereka lebih percaya pada sesuatu yang bersifat keterampilan

dibanding hanya berbicara saja. Pelaksanaan kepemimpinan penyuluh berdasarkan indikatornya secara rinci diuraikan sebagai berikut :

1. Membantu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah peternak

Kapasitas penyuluh mampu memenuhi kebutuhan peternak akan alternatif pembuatan konsentrat yang memenuhi kebutuhan ternak dengan harga terjangkau. Apabila bantuan pakan dari pemerintah telah habis, sementara koperasi tidak mampu menyediakanya karena keterbatasan modal. Penyuluh dapat memfasilitasi kerjasama koperasi dengan pihak luar atau stakeholder serta membantu KUD dalam penyebaran ternak jika sudah berkembang, karena memang tujuan bantuan ternak ini bersifat revolving.

2. Melakukan percontohan

Pada kenyataannya, penyuluh peternakan yang diperbantukan di KUD harus mampu melakukan percontohan mengenai pengawetan hijauan, proses pengawetan telur serta pentingnya menjaga kebersihan peralatan kandang.

3. Menggerakkan kerjasama

kelompok

Penyuluh mempunyai peran dalam menggerakkan kerjasama kelompok, hal ini dapat dilakukan oleh penyuluh dalam hal gerakan masal pengobatan ternak. Juga Bekerjasama dalam hal pemasaran hasil produksi dan pengadaan sarana produksi dengan pihak ketiga.

(9)

4. Pemanfaatan sumberdaya lokal

Sifat ketergantungan peternak pada bahan baku pabrik terutama pakan, akan membuat peningkatan biaya produksi. Pemanfaatan bahan baku pakan lokal yang ada disekitar lokasi usaha, akan menurunkan biaya produksi. Inisiatif semacam ini dapat dilakukan oleh penyuluh yang dapat memanfaatkan peluang yang belum tergali oleh peternak.

5. Menuntut peternak berprestasi

Dalam usaha peternakan mempertahan puncak produksi selama mungkin adalah prestasi bagi peternak. Hal ini dapat dicapai apabila mempunyai kemampuan teknis yang tinggi. Pendampingan yang dilakukan secara intensif oleh penyuluh peternakan merupakan kesempatan bagi peternak untuk meraih kemampuan tersebut.

C. Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi

Keberlanjutan usaha merupakan upaya seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan segala kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta kekayaan yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi, berkompetisi agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai perubahan (Chambers dan Conway,1992).

Tingkat keberlanjutan usaha anggota tidak hanya ditentukan oleh tingkat pembinaan, pengarahan dan pelayanan koperasi tetapi oleh kemampuan permodalan dan kelayakan usaha anggota, ketersediaan tenaga kerja

untuk mengurus ternak, serta motivasi peternak dalam mengembangkan usahanya, apakah cenderung berorientasi pada produksi atau konsumsi terlebih dahulu, sehingga menentukan skala pemilikan ternak yang dapat dicapai (Nurlina,2005). Untuk koperasi yang baru berkembang, kemampuan anggota koperasi/KUD dalam mencapai keberlanjutan usaha baru dalam taraf mempertahankan belum mampu mengembangkan usahanya secara profesional. Pelaksanaan kepemimpinan berhubungan positif dengan keberlanjutan usaha anggota Koperasi/KUD.

KESIMPULAN

1. Untuk mengembangkan koperasi/ KUD ternak agar tetap dapat menjalankan usahanya, diperlukan penyuluhan oleh petugas penyuluh peternakan.

2. Dalam melaksanakan kepemimpinanya penyuluh peternakan harus melaksanakan aspek-aspek sebagai berikut: identifikasi kebutuhan peternak, melakukan percontohan, kerjasama kelompok, pemanfaatan sumber daya lokal dan menuntut peternak berprestasi

3. Tingkat keberlanjutan usaha anggota tidak hanya ditentukan oleh tingkat pembinaan, pengarahan dan pelayanan koperasi tetapi oleh kemampuan permodalan dan kelayakan usaha anggota, ketersediaan tenaga kerja untuk mengurus ternak, serta motivasi peternak dalam mengembangkan usahanya

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Alim, Syahirul. 2010. Bahan Ajar Penyuluhan Pertanian (Peternakan). Laboratorium Sosiologi dan Penyuluhan. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung.

Chambers, R. & G.R., Conway. (1992). Sustainable Livelihood : Practical Concept for the 21 St Century. Institute of Development Studies (Discussion Paper, 296 At The University of Sussex). England. Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

Koperasi dan UKM Kabupaten OKU.2009. Laporan Tahunan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten OKU.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten OKU. 2009. Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten OKU. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten OKU.

Mardikanto, T. (1993). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Nurlina, Lilis. (2005) Laporan Penelitian Peranan Kepemimpinan Penyuluh Peternakan Dalam Upaya Mempertahankan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi (Kasus Di Koperasi Unit Desa Sapi Perah Cipta Sari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung). Jurusan Sosek Fakultas Peternakan, Jatinangor 45363, Sumedang

Rogers, E.M. (1983). Diffusion of Innovation. New York : The Free Press.

Referensi

Dokumen terkait

Varibel utama yang dikaji se- bagai data penelitian adalah variabel endogen kapasitas pembudidaya ikan dalam pengelolaan usaha (Y1), meliputi kapasitas dalam mengelola

Namun, terlepas dari kondisi ketersediaan bahan baku yang menurun pada saat ini, fluktuasi dan diskontinu kegiatan usaha merupakan karak- teristik yang spesifik dari jenis usaha

 Introduction to Algorithm and Java Programming  Data Type, Wrapper Class and Input/ Output  Arithmetic, Logic and Relational Operations  Selection Statement.. 

Kesimpulan pada pemaknaan lirik lagu “Mobil Bergoyang” yang dinyanyikan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi ini adalah makna tentang pornografi yang mengarah pada hubungan

Sehubungan dengan acara Rapat Kerja Organisasi Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Surabaya. Kami membutuhkan air mineral sebanyak 5 dus untuk 80 peserta selama

Ikan adalah salah satu biota air yang dapat digunakan sebagai bioindikator tingkat pencemaran air sungai dengan menentukan kandungan logam berat di dalam tubuh ikan.. Jika di

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Dalam Siklus Pembeliaan Dan Siklus Penjualan

Abstract: This research is aimed to find out whether there is a significant effect of using pictures in teaching writing descriptive text of the second year students of