• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN METODA KOMUNIKASI SBAR PADA HANDOVER KEPERAWATAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG TRIAGE IGD RSUP SANGLAH DENPASAR.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN METODA KOMUNIKASI SBAR PADA HANDOVER KEPERAWATAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG TRIAGE IGD RSUP SANGLAH DENPASAR.docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN METODA

KOMUNIKASI SBAR PADA

HANDOVER KEPERAWATAN

DENGAN KINERJA PERAWAT DI

RUANG TRIAGE IGD RSUP

SANGLAH DENPASAR, PROVINSI

BALI

Anik Suprapta PSIK B Unud Dps

ABSTRAK

Ani Suprapta, Made. 2012. Hubungan metoda komunikasi SBAR pada handover keperawatan dengan kinerja perawat di Ruang Triage IGD RSUP Sanglah Denpasar, Provinsi Bali. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu eperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar.

Pembimbing (1) Ns. A A Istri Putra Kusumawati, S.Kep, M.Ng. (2) Ns. Luh Putu Ninik astriani, S.Kep

Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal dan kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi adalah saat serah terima tugas (handover). ). Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien seperti kepanjangan SBAR yaitu Situation, Background, Assessment, Recommendation. Kinerja merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang menurut

ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Penilaian kinerja perawat adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan proses keperawatan seperti pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat dicapai kebutuhan pasien yang komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Metoda Komunikasi SBAR Pada Handover Keperawatan Dengan Kinerja Perawat di Ruang Triage IGD RSUP Sanglah Denpasar. Jenis penelitian ini adalah Deskripsi korelasi dengan pendekatan

(2)

dengan teknik sampel yang digunakan total sampling dengan jumlah sampel 43 orang perawat diluar kepala ruangan dan inventaris. Datanya tidak berdistribusi normal maka digunakan uji korelasi Kendal Tau Test. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan check list lembar observasi metoda komunikasi SBAR dan kinerja perawat menurut guttmen. Berdasarkan 43 jumlah perawat di ruang triage didapatkan bahwa yang menggunakan metoda komunikasi SBAR pada handover keperawatan lebih sering memiliki kinerja perawat dalam melaksanakan proses keperawatan yang lebih baik. (86,1%). Perawat yang hanya cukup menggunakan metoda komunikasi SBAR pada handover keperawatan lebih sering memiliki kinerja perawat dalam melaksanakan proses keperawatan yang baik (0 %). Melaksanakan metoda komunikasi SBAR yang baik teapi hasilnya cukup hanya 13,9%. Berdasarkan analisis korelasi Kendal Tau Test adanya korelasi yang signifikan antara metoda komunikasi SBAR pada handover keperawatan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan proses keperawatan dengan tingkat kemaknaan p=0.000 dan nilai koefesien korelasi (r) = 0,485. Berdasarkan hasil temuan diatas disarankan kepada perawat untuk menggunakan komunikasi SBAR pada waktu handover keperawatan.

Kata kunci: Komunikasi SBAR, handover, kinerja perawat

ABSTRACT

Ani Suprapta, Made. 2012. Correlations Between SBAR communication method in the nursing handover with the nurse’s performance in the Triage Emergency Sanglah Hospital in Denpasar, Bali Province. Minithesis, Program Study of Nursing Science, Faculty of Medical, Udayana University. Supervisor (1) Ns. A A Istri Putra Kusumawati, S. Kep, M.Ng. (2) Ns. Luh Putu Ninik Astriani, S. Kep

Communication in professional nursing practice is a main element for the nurse in carry out nursing care in achieving optimal outcomes and nursing activities that require communication is at the time of job handover. SBAR communication os frame of communication technique provided for health workers in submit of patient conditions such as abreviation of SBAR is Situation, Background, Assessment, Recommendation. Performance is the result achieved by a person under the applied size for the job. Assestment of nurse performance is a something that done based on the nursing process such as assessment, diagnosis, planning, implementation, evaluation conducted on an ongoing basis so that it can be achieved the comprehensive needs of the patient. This study aims to find out the correlations between of SBAR Communication Method in the nursing handover with the nurse performance in Triage Emergency Sanglah Hospital in Denpasar. This type of research is correlation description with cross sectional. Sampling technique in this study is a non probability sampling with total sampling method by number of sample

(3)

were 43 nurses in the triage room obtained they who were often used SBAR communication on nursing handover have better performance (86.1%). The one who were used just enough the SBAR communication method in nursing handover have good nursing performance (0%). Implements of good SBAR communication method but enough result of 13.9%. Based on correlation analysis of Kendal Tau Test obtained there are significant correlation between SBAR communication method in nursing handover with nurse performance in carry out nursing process with p value = 0.000 and the correlation coefficient (r) = 0.485. Based on the above findings can be suggested to the nurse in order to use the SBAR communication at the time of nursing handover.

Keywords: SBAR communication, handover, the nurse performance

RINGKASAN PENELITIAN

Hubungan Metoda Komunikasi SBAR Pada Handover Keperawatan Dengan Kinerja Perawat di Ruang Triage IGD RSUP Sanglah Denpasar, Provinsi Bali Tahun 2012

Oleh: MADE ANI SUPRAPTA (NIM : 1102115012)

Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Tjiptono,2001). Menurur Walker, Evan dan Robbson (2003), komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan

(4)

keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal dan kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi adalah saat serah terima tugas (handover).

Pada saat handover antar perawat diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan serta respon yang terjadi pada pasien (Tappen, 2005). Menurut Swansburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu kerja dipakai untuk komunikasi, 16% untuk membaca dan 4% untuk menulis sehingga peran komunikasi sangat penting.

Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di RSUP Sanglah Denpasar adalah komunikasi SBAR, metoda komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan

handover ke pasien (Tim KP-RS RSUP Sanglah, 2011). Komunikasi SBAR adalah

kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien seperti kepanjangan SBAR yaitu Situation,

Background, Assessment, Recommendation (Permanente, K. 2011).

Kinerja merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan (Swansburg, 2000). Penilaian kinerja perawat adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan proses keperawatan seperti pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat dicapai kebutuhan pasien yang komprehensif (Guttman, 2003).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Metoda Komunikasi SBAR Pada Handover Keperawatan Dengan Kinerja Perawat di Ruang Triage IGD RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pedoman dan penguat terhadap teori keperawatan tentang manajemen keperawatan terutama berkaitan dengan pelaksanaan komunikasi SBAR pada handover keperawatan dan kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan.

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah perawat Ruang Triage RSUP Sanglah Denpasar melaksanakan handover keperawatan dengan menggunakan metoda komunikasi SBAR, kemudian dilakukan observasi evaluasi/penilaian dengan

(5)

kinerja perawat dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada memakai lembar observasi menurut Guttman yang sudah dimodifikasi oleh peneliti. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Triage IGD RSUP Sanglah Denpasar dan dimulai pada tanggal 1 Oktober 2012 sampai 1 November 2012. Jenis penelitian ini adalah Deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling pada penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik sampel yang digunakan

total sampling dengan jumlah sampel 43 orang diluar kepala ruangan dan inventaris.

Datanya tidak berdistribusi normal maka digunakan uji korelasi Kendal Tau Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang menggunakan metoda komunikasi SBAR pada handover keperawatan akan memiliki kinerja perawat dalam melaksanakan proses keperawatan yang lebih baik. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses komunikasi pada waktu handover keperawatan diantaranya usia, pendidikan dan pengalaman kerja.

Ada korelasi yang signifikan antara metoda komunikasi SBAR pada handover keperawatan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan proses keperawatan dan hasil Analisis Korelasi Kendal-tau test ditemukan nilai p = 0.000 dan nilai koefesien korelasi (r) = 0,485 Berdasarkan 43 jumlah perawat di ruang triage didapatkan bahwa yang menggunakan metoda komunikasi SBAR pada handover keperawatan lebih sering memiliki kinerja perawat dalam melaksanakan proses keperawatan yang lebih baik. (86,1%). Perawat yang hanya cukup menggunakan metoda komunikasi SBAR pada handover keperawatan lebih sering memiliki kinerja perawat dalam melaksanakan proses keperawatan yang baik (0 %). Melaksanakan metoda komunikasi SBAR yang baik teapi hasilnya cukup hanya 13,9%.

Mengingat demikian eratnya hubungan antara metoda komunikasi SBAR pada

handover keperawatan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan proses

keperawatan maka penulis menyarankan kepada semua perawat untuk menggunakan metoda komunikasi SBAR pada handover keperawatan

(6)

TIMBANG TERIMA

A. Pengertian Timbang Terima

Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan saat itu Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna

B. Tujuan Umum:

Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting. C. Tujuan Khusus:

 Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)

 Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien

 Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya  Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

D. Manfaat bagi perawat :

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

2. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat 3. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna

4. Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien 5. Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan 6. Menimbulkan rasa aman

7. Meningkatkan percaya diri/bangga

E. Manfaat bagi pasien:

Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap F. Manfaat bagi Rumah sakit:

Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif G. Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan

(7)

Menurut Lardner et.all (1996, dalam http://ckjnersmanajer.blogspot.com, 2009), operan memiliki 3 tahapanyaitu:

1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.

2. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkin adanya komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang dating.

3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien langsung. H. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan pergantian shift atau operan

jaga, diantaranya (Nursalam, 2002):

1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan

3. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :

a. Kondisi atau keadaan klien secara umum

b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

4. Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru 5. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara

langsung melihat keadaan klien.

I. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur operan jaga (Nursalam, 2002), meliputi:

1. Persiapan

a. Kedua kelompok dalam keadaan siap

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

2. Pelaksanaan

Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung jawab: a. Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan

b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana

(8)

tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya

d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah : 1) Identitas klien dan diagnosa medic

2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul 3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan 4) Intervensi kolaborasi dan dependen

5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.

e. Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaan pada saat timbang terima secara singkat dan jelas

f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.

g. Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat.

Operan jaga (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.

Dalam http://ckjnersmanajer.blogspot.com (2009), operan jaga memiliki beberapa bentuk pelaksanaan diantaranya:

1. Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way communication

2. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken. Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.

3. Menggunakan komunikasi tertulis-written. Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis lain. Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.

(9)

J. Efek Shift Kerja atau Operan

Shif kerja atau operan memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan (http://httpyasirblogsotcom.blogspot.com , 2009) adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologis

Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

2. Efek Psikososial

Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, Efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat

(10)

kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

K. Dokumentasi Dalam Operan

Identitas klien

Diagnosa medis klien Dokter yang menangani Kondisi saat klien ini Masalah Keperawatan

Intervensi yang sudah dilakukan Intervensi yang belum dilakukan Tindakan kolaborasi

Rencana umum dan persiapan lain Tanda tangan dan nama terang Contoh Dokumentasi Operan Operan Tim A

NO / NAMA / UMUR / NO.REG / DX / DR / LAPORAN KEGIATAN i. Ny. Tholhah (42 thn)

(5870049) Ca.Mammae post mastektomi / Dr.Nindi KU: baik, komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: nyeri pada luka lengan atas sebelah kanan dengan skala 7. Masalah keperawatan: Nyeri, Resti infeksi dan gangguan integritas kulit. Rencana yg sudah dilakukan: monitor TTV, Relaksasi & distraksi, ganti balut, Injeksi Tramadol 1 ampul, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yg belum dilakukan: Kaji tanda-tanda infeksi, Kaji luka dan kaji nyeri. Terapi: Tramadol 3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg, Infus NaCl 20 tts/mnt. Persiapan lain tidak ada.

ii. Ny. Musayadah (47 thn) (5873281) Ca Recti / Dr. Nindi KU : lemah, komposmentis, pucat, anemis. TD: 100/60, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri diarea anal, skala 7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri. Rencana yang sudah dilakukan: monitor TTV dan distraksi dan relaksasi. Rencana yang belum dilakukan : pemberian asam mefenamat 500 mg peroral.

Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B kompleks 3 x 1 tablet. Persiapan lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi, Konsul ke Internis, Persiapan kolon in loop.

(11)

Operan Tim B

NO / NAMA / UMUR / NO.REG / DX / DR / LAPORAN KEGIATAN 1. Ny. Dewi (41 thn)

(5874031) Ca.Mammae / Dr. Samsul KU: baik, komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: takut kalau mau dioperasi. Masalah keperawatan: Ansietas. Rencana yg sudah dilakukan: monitor TTV, Motivasi individu. Rencana yg belum dilakukan: Relaksasi, Pendidikan klien. Terapi: Vitamin C 3 x 500 mg, Vitamin B kompleks 3 x 1 tablet peroral. Persiapan lain : Cek darah rutin.

2. Ny. Masamah (67 thn) (5870051) Tumor kulit / Dr. Joko KU : baik, komposmentis. TD: 150/80, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri skala 7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri. Resikio tinggi infeksi, gangguan integritas kulit. Rencana yang sudah dilakukan: monitor TTV dan distraksi dan relaksasi, ganti balut, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yang belum dilakukan : pemberian asam mefenamat 500 mg peroral, Monitor TTV. Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Cefotaxim 2 x 500 mg. Persiapan lain: Program operasi ditunda besok pagi.

(12)

PENUTUP

Kesimpulan

Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien.

Tujuan :

a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien

b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Langkah-langkah :

a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan

c. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :

1. Kondisi atau keadaan klien secara umum

2. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan 3. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

d. Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru e. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara

langsung melihat keadaan kien. Saran

Ke depan: Timbang terima yang benar harus bisa dilaksanakan di semua pelayanan Rumah Sakit, tidak hanya di rawat inap, tetapi juga IRD dan Kamar Operasi yang pelayanannya 24 jam dan ada alur timbang terima yang sudah baku.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

http://ckjnersmanajer.blogspot.com/2009 http://ckjnersmanajer.blogspot.com/2009 http://httpyasirblogsotcom.blogspot.com/2009 http://rofinursemanager.blogspot.com/2010

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika

PROSEDUR OPERAN JAGA 2 Votes

Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi : 1. Persiapan

a. Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan 2. Pelaksanaan

Dalam penerapan system MPKP: operan dilaksanaan oleh perawat jaga sebelumnya kepada perawat yang mengganti jaga pada shift berikutnya :

a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift/jaga

b. Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan dengan masalah keperawatan pasien, rencana kegiatan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lain yang perlu dilimpahkan.

c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan yang memerlukan rincian yang lengkap, sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat jaga berikutnya.

d. Hal-hal yang perlu disampaikan saat operan jaga adalah: • Identitas pasien dan diagnose medis

(14)

• Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan • Intervensi kolaboratif dan dependensi

• Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan penunjang, dll.

e. Perawat yang melakukan operan saat melakukan klarifikasi,tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dioperkan dan berhak menanyakan hal-hal yang belum jelas.

f. Penyampaian pada saat operan secara singkat dan jelas.

g. Lama operan pada setiap pasien tidak boleh lebih dari lima menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci

h. Laporan untuk operan dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat primer.

ALUR OPERAN JAGA (Jaga malam ke jaga pagi) SESI I: DI NURSE STATION

1. PA malam menyiapkan status pasien yang menjadi tanggung jawabnya 2. PP membuka operan jaga dengan do’a

3. PP mempersilahkan PA jaga malam untuk melaporkan pasien kepada PA jaga pagi 4. PA melaporkan pasien yang menjadi tanggungjawabnya terkait:

a. Identitas Identitas pasien dan diagnose medis b. Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul

c. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan d. Intervensi kolaboratif dan dependensi

e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan penunjang, dll.

5. PA jaga pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan PA jaga malam 6. PP mengajak PA malam dan PA pagi yang bertanggungjawab untuk mengklarifikasi pasien

SESI II: DI KAMAR/BED PASIEN

1. Yang masuk kedalam kamar hanya PP, PA malam, dan PA jaga pagi yang bertanggung jawab pada pasien tersebut.

2. PA malam mengucapkan salam dan menyapa pasien

3. PA malam menanyakan masalah keperawatan yang dilakukan tindakan 4. PA malam menyampaikan bahwa tugasnya telah selesai dan diganti tim pagi 5. PA memperkenalkan/menanyakan apakah masih mengingat nama PP

6. PP menjelaskan tentang perawatan pagi dan PA yang bertanggung jawab kepada pasien tersebut selama shift pagi

7. PP memperkenalkan PA yang bertanggung jawab

8. PA yang bertsanggung jawab menyapa dan memastikan bahwa dia yang akan merawat

9. PP member kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya 10. PP menutup pertemuan dan menyampaikan selamat istirahat SESI III: DI NURSE STATION

1. PP member kesempatan untuk mendiskusikan pasien yang dilihatnya

2. PP meminta PA jaga malam untuk melaporkan inventarisasi obat dan fasilitas lain (jumlah alat, laken, dll)

(15)

3. PP memberi pujian pada PA jaga malam 4. PP menutup operan dengan do’a

Check list Serah Terima Tugas Jaga (Operan Jaga ) No Prosedur

1. Semua perawat jaga shift pagi dan malam kumpul bersama 2. Didahului dengan do’a bersama

3. Komunikasi antar pemberi dan penerima tanggung jawab dilakukan dictation dengan suara perlahan/tidak rebut

4. Menyebutkan identitas pasien,Dx medis,Dx keperawatan,tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaanya

5. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum dilakukan

6. Menyebutkan perkembanganpasien yang ada selama shift

7. Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada) 8. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

9. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang dilakukan selama shift

10. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift 11. Memeberikan salam kepada pasien,keluarga, sereta mengobservasi dan

menginsfeksi keadaan pasien ,menanyakan keluhan-keluhan pasien ( dalam rangka klarifikasi)

12. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas

13. Memberikesempatan pada shift jaga berikutya mengklarifikasi semua masalah yang ada termasuk daftar alat-alat dan obat

14. Menutup operan jaga PRE-CONFERENCE LANGKAH-LANGKAH

• Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah pergantian dinas pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas PP

• Conference dilakukan oleh PP dan PA dalam timnya masing-masing

• Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi :

a. Keadaan umum klien b. Keluhan klien

c. Tanda-tanda vital dan kesadaran

d. Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostic terbaru d. Masalah keperawatan

e. Rencana keperawatan hari ini f. Perubahan terapi medis g. Rencana medis

(16)

No. Prosedur Tugas PN

1. Pre conference dilakukan setiap hari, segera setelah dilakukan operan jaga. 2. Menyiapakan ruangan/ tempat dan rekam medic pasien yang menjadi tanggung jawabnya

3. Menjelaskun masalah keperawatan yang dilakukannya pre conference 4. Berdo’a dan memandu pelaksanaan pre conference

5. Menjelaskan masalah keperawatan pasien, dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya

6. Membagikan tugas kepada AN sesuai kemempuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja

7. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/tindakan

8. Motivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan

9. Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya

10 Memberikan reinforcement positif pada AN

11. Dihadiri oleh PN dan AN dalam timnya masing-masing

12. Memberikan kesempatan AN untuk memberikan klarifikasi dan menyimpulkan hasil pre conference

13. Menutup pertemuan dengan do’a

PANDUAN ORIENTASI BAGI KLIEN/KELUARGA

Setiap ada pasien baru, pasien dan keluarga pasien (yang menunggu) berhak

memperoleh informasi atau orientasi dari Perawat Primer (PP/PN), jika tidak ada PP, dapat dilakukan oleh Perawat Asosiet (PA/AN).

Orientasi dapat dilakukan mulai dari kamar pasien.Berikut contoh penyampaiannya: “Assalamu’alaikum Bp/ibu……, Selamat datang di Ruangan kami.Ruangan ini bernama ruang …., anda menempati ruang kamar no…,Selama Anda dirawat disini,Bpk/ibu …akan dirawat oleh tim perawat kami.Selama 24 jam tim kami akan secara bergantian merawat bpk/ibu.Perkenalakan, saya Ns A yang paling

bertanggung jawab terhadap perawatan bpk/ibu…., saya adalah perawat primer disini. Tim kami terdiri dari beberapa perawat pelaksana, yang bernama Ns B,Ns C,..,…,….masing-masing anggota tim kami akan memperkenalkan diri ke bpk/ibu…pada waktu melakukan perawatan pertama kali nanti.

Dokter yang akan mengobati bapak/ibu… bernama dokter….,dan obat yang diresepkan tidak perlu membeli sendiri, karena akan dilayani langsung oleh rumah sakit.

Selama dirawat, pasien dapat ditunggu oleh keluarga yang memegang kartu tunggu. Kartu tunggu dapat diperoleh di pos satpam dengan membawa surat pengantar dari kami (sambil menyerahkan blangko pengantar pembuatan kartu tunggu). Waktu berkunjung pada pagi hari pukul 10.00 s/d 12.00,sedang sore hari pukul 16.30 s/d 18.00.

Ini saya bawakan paket mandi untuk bpk/ibu…yang di dalamnya berisi handuk, sabun, sikat gigi, pasta gigi dan shampo.Jika bapak/ibu hendak ke kamar mandi, letaknya di sebelah sana (sambil menunjukkan lokasinya). Jika memerlukan dapur letaknya di (tunjukkan lokasinya), dan jika keluarga membutuhkan keperluan lain

(17)

seperti makanan dan keperluan sehari-hari , Rumah sakit menyediakan minimarket dan kantin yang melayani selama 24 jam, dan terletak di (tunjukkan lokasinya) . Jika bapak/ibu memerlukan kami, kami berada di Nurse Station yang terletak di (sebutkan lokasi Nurse station),silahkan menekan bel yang ada di atas tempat tidur bapak.ibu…,kami akan segera datang.

Bagaimana, apakah ada yang perlu ditanyakan?Jika tidak, silahkan bapak/ibu… istirahat dulu, dan saya persilahkan salah satu keluarga yang bertanggung jawab dalam perawatan ini, untuk ke Nurse station guna menandatangani lembar persetujuan mondok/opname

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis penelitian adalah terdapat pengaruh taraf penambahan limbah kubis terfermentasi terhadap kenaikan populasi bakteri, kenaikan keberadaan bakteri gram

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove di dalam guludan adalah unsur hara N-total, P, Mg, Ca, Na, komposisi tekstur liat, KTK, salinitas tanah,

Stadia sungai dan stadia daerah pada satuan geomorfologi ini adalah stadia dewasa hingga tua (Nugroho, 2004) yang dicirikan dengan tidak adanya

Jika laporan keuangan juga disusun dalam bahasa lain selain bahasa Indonesia, maka laporan keuangan dalam bahasa lain tersebut harus memuat informasi dan waktu

Untuk itu program pengabdian masyarakat yang berjudul GAME MONOPOLI SEBAGAI MODEL EDUKASI TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN

Periode kedua ( 677-034 M) Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir panglima atau Gubernur yang memasuki Spanyol tahun ( 351 H/677 M ) dan diberi

Parameter pengamatan yang digunakan adalah pengukuran jarak tempuh, pegukuran nilai viskositas dan aliran fluida pada tiap bahan berupa saos sambal merk dagang lokal

Oleh sebab itu pemerintah mengadakan Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) yaitu suatu usaha pemerintah dengan suatu subsidi untuk melakukan pendaftaran tanah secara