KOTA-KOTA AWAL DI ASIA TENGGARA DAN INDONESIA
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Univ. Pancasila Cynthia Puspitasari
Kota Kuno masa seribu tahun ketiga SM
Kota Klasik abad 8 SM
Kota Abad Pertengahan abad 5 M Kota Neoklasik abad 14 M
Kota Kolonial abad 16 M – abad 17 M
Kota Revolusi Industri abad 18 – awal abad 19 Perkembangan kota setelah revolusi industri
Asia Tenggara terletak di wilayah yang
strategis, berada di jalur lalu lintas
perdagangan dunia tempat pemasaran produk, transit, dan sumber bahan mentah.
Pada umumnya kerajaan kuno di Asia
Tenggara mendapat pengaruh dari India baik dalam bidang politik maupun sosial budaya.
Sebelumnya kehidupan politik di Asia Tenggara
ditandai dengan kelompok-kelompok suku yang hidup terpisah satu dengan lainnya.
Seiring dengan masuknya pengaruh India, di
kawasan tersebut kemudian berkembanglah kerajaan kuno seperti Angkor, Ayuthya,
Champa, Majapahit, dan lain sebagainya. Mereka menganut agama Hindu atau Budha sehingga kebudayaan yang berkembang
identik dengan budaya Hindu-Budha Sumber: (Prosiding Workshop Mengajar dan Meneliti Asia Tenggara UGM, 2012)
Canton Tali Ava Pagan Hanoi Chiangmai Srikshetra Indrapura Vijaya Sukothai Ayuthia Angkor Mergui Tavoy Viyaddhapura Chaiya Ligor Takola Singora Malacca Tumasik Melayu Palembang Banjarmasin Makassar Mataram Borobudur Majapahit Singasari Kediri
Sejak abad XI di Asia Tenggara berkembang
paham yang biasa disebut dewa raja, yaitu suatu paham yang menganggap raja atau penguasa sebagai dewa
Raja dianggap sebagai titisan dari dewa
tertentu sehingga kekuasaan yang dimilikinya berasal dari Tuhan dan bersifat ilahiah
Paham ini berkembang luas di Asia
Tenggara: terutama di Kamboja, Indonesia, Thailand dan Myanmar raja
mendapatkan kepatuhan dan loyalitas
dari rakyatnya; perintah dan larangan raja diidentikkan dengan perintah dan
larangan dewa
Di kawasan Asia Tenggara terdapat
sejumlah warisan budaya yang telah
ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia, karena memiliki nilai keluarbiasaan yang
bersifat universal (outstanding universal
Warisan budaya tersebut antara lain: Angkor
dan candi Preah Vihear (Kamboja), Borobudur, Prambanan, situs Sangiran (Indonesia), Vat Phou dan pemukiman kuno di Champasak Cultural
Park (Laos), Malaka dan George Town
(Malaysia), teras sawah Cordilleras (Filipina), situs Ban Chiang, Kota Ayutthaya, dan Kota
bersejarah Sukhothai (Thailand), serta Kota tua Hoi An (Vietnam) (Hitchcock, M. Victor, T. King and Michael Parnwell, 2010: 8-9 dalam Ardika)
Kamboja merupakan sebuah wilayah yang
cukup subur karena aliran sungai Mekong membuat daerah tersebut selalu
mendapat pengairan yang cukup sepanjang tahun lumbung padi
Pendiri kerajaan Angkor adalah
Jayawarman II. Pemerintahan berlangsung sekitar tahun 802-850
Untuk kepentingan upacara
keagamaanJayawarman II membangun
lingga yang merupakan sumber kekuasaan dan tempat tinggal jiwa sang raja
Karakteristik dari implementasi konsep
dewa raja adalah usaha pendirian
bangunan suci kolosal yang membutuhkan tenaga, dan biaya yang sangat banyak
Angkor Wat yang megah dibangun pada masa
pemerintahan Suryawarman II pada tahun 1113-1150
Monumen-monumen kolosal: Angkor Wat,
Angkor Thom dan Bayon merupakan
implementasi konsep dewa raja di Kamboja yang membawa kemasyuran dan keemasan peradaban bangsa Khmer di Kamboja
Jayawarman VII (1181-1219) mendirikan
kota baru Angkor Thom untuk keamanan
Kota dikelilingi parit yang lebar dan
dibentengi dengan kuat. Di tengah-tengahnya terdapat stupa Bayon
Malacca ditemukan pada tahun 1390 oleh
Pameswara, Pangeran dari Sumatera
Perdagangan di Selat Malaka
menumbuhkan pelabuhan yang besar di sekitar wilayah tersebut
Islam diperkenalkan sehingga Malacca
menjadi pusat studi Agama Islam
Pada tahun 1511 Portugis menaklukkan
Kota Mallaca, lalu dibangun gereja dan istana untuk gubernur&pastor; ada 5
gereja, 2 rumah sakit, kampus, dan bangunan umum lainnya
http://hi-storyonline.blogspot.com
• Urbanisasi di Indonesia sudah ada sebelum
pengaruh kolonial dari Eropa mulai
berkembang.
• Dua jenis kota umumnya dibedakan, yaitu
kota-kota pesisir dan pedalaman
• Kota-kota pesisir memiliki jumlah pedagang
asing lebih besar dan biasanya menampilkan suasana sosial lain yang lebih menguntungkan daripada kota-kota pedalaman yang lebih terikat dengan kegiatan tradisional.
Sriwijaya (Pertengahan Abad 7)
• Lokasi antara selatan Selat Malaka dan kota
Kedah di utara, Semenanjung Malaya
• Ibukota Sriwijaya sebagai ibu kota pemerintahan,
perdagangan, dan pusat kebudayaan
• Sekitar tahun 671 M, I-Tsing belajar Bahasa
Sriwijaya (Pertengahan Abad 7)
• Permukiman bersifat desa rumah-rumah dibangun dengan bahan
kayu dan bambu berupa rumah panggung atau rumah terapung karena lokasi permukiman berada di tepian Sungai Musi terkadang meluap
• Dataran di wilayah Palembang pada masa silam juga banyak berupa
rawa. Hanya bangunan keagamaan yang dibangun oleh Sriwijaya dengan bahan bata merah, karena lokasinya berada di tempat yang tinggi (http://nationalgeographic.co.id)
• Abad 14 penyerangan oleh kerajaan di Jawa dan sebagian besar
penduduknya ikut ke Jawa (menjadi tawanan) dan sebagian besar tidak kembali ke asalnya melainkan merubah nasib di Jawa.
www.twcenter.net
http://nationalgeographic.co.id
Majapahit (1293 - +1520)
• Kota Majapahit mencapai kemakmuran pada abad keempat
belas dan merupakan kota yang terbesar dari seluruh kota-kota tua di Jawa
• Keraton Majapahit disebut pura oleh Prapanca, inti dari keraton
puri, dan ibukota (kraton termasuk lingkungan) disebut negara
• Majapahit terletak di sebelah barat kini Mojokerto di sungai
Brantas, Jawa Timur
• Majapahit mempunyai tiga kategori ruang a) ruang yang
terletak di luar kanal; b) pusat kota metropolitan yang berada di sepanjang jaringan kanal; c) permukiman
Majapahit (1293 - +1520)
• Ibu kota sebagai pusat pemerintahan dan tempat
kedudukan raja serta para pejabat kerajaan, juga merupakan pusat magis bagi seluruh kerajaan.
• Secara kosmologi, wujud ibu kota Majapahit dianggap
sebagai perwujudan jagad raya, sedangkan raja identik dengan dewa tertinggi yang bersemayam di puncak
Gunung Mahameru (Semeru)
• Kota Majapahit memiliki tiga unsur, yaitu:
1. unsur gunung (replikanya dibentuk candi) 2. unsur sungai (replikanya dibentuk kanal) 3. unsur laut (replikanya dibentuk waduk)
Majapahit (1293 - +1520)
• Permukiman masa Majapahit itu seperti kaveling yang
terdiri atas kelompok rumah-rumah dalam satu tembok keliling
• Terdapat pengelompokkan rumah besar, rumah sedang,
• Ibukota kerajaan Majapahit meliputi Kecamatan Sooko, Trowulan dan
Jatirejo di Kabupaten Mojokerto dan kecamatan Mojoagung, Mojowarno serta Sumobito di Kabupaten
Jombang.
• Pusat kota berada di dalam kawasan ibukota dan lokasinya kini berada di Trowulan. Situs-situs yang memperkuat antara lain Candi Muteran, Candi
Gentong, Candi Tengah, tempat kediaman Gajah Mada, kediaman kerabat kaum raja dan tempat
pemandian para putri kerajaan.
http://nationalgeographic.co.id
Rumah Majapahit
Rumah yang dikelilingi selokan kecil dan halaman
menggunakan kerakal (batu kerikil agak besar) berpembatas batu bata, supaya air segera meresap ke dalam tanah
Banten (Abad 15)
• Kota terletak di dataran rendah sepanjang pantai • Kota diperintah oleh raja struktur desentralisasi
• Transportasi air dan perdagangan dikontrol oleh Syahbandar
dari India dan China.
• Kota dibagi menjadi berbagai perkampungan; setiap
bangsawan bertanggungjawab dalam setiap kampung
• Setiap kampung dikelilingi oleh pagar kayu/bambu sebagai
pertahanan bila terjadi kerusuhan di kota
A – Kraton B – Alun-alun
C – Pintu gerbang barat D – Pintu gerbang bukit E – Pintu gerbang sungai F – Barikade jalan
G – Menara jaga H - Mesjid
I/J – Kampung Cina
K – Perahu armada Sultan L – Tempat tinggal Pangeran Gebang
M – Sungai Cipete
N – Tempat tinggal Syahbandar O - Tempat tinggal Laksamana P – Tempat tinggal Ceti Maluku Q – Tempat tinggal bangsawan R - Tempat tinggal kepala pasukan Banten
S - Tempat tinggal Ngabehi Panjang Jiwa
T – Pasar Cina
V – Tempat tinggal Andemoin W – Pasar Karang Hantu
X – Pergudangan
Y – Kampung orang Gujarat Z – Gudang Senjata
Permukiman dalam Tembok
Secara geografis kota Jawa dapat dibagi menjadi dua
bagian kota ‘Pedalaman’ dan kota ‘Pesisir’
Kota Pesisir mempunyai struktur yang berbeda dengan
kota Pedalaman kota Pesisir lebih banyak berinteraksi dengan orang asing dari ‘seberang’ sebagai akibat
kemajuan dalam bidang pelayaran, sehingga penduduk kota pesisir lebih heterogen jika
dibandingkan dengan penduduk kota pedalaman
Prinsip keselarasan geomantis ajaran
mengenai hubungan harmonis antara dunia manusia dan dunia natural (China, Korea, Jepang)
Ajaran geomansi kota adalah tiruan mikro
dan semesta, harus dibangun sesuai keseimbangan alam
Permukiman harus dibangun sesuai struktur
hubungan dengan alam semesta (Santoso, 2006)
Arah Dewa Warna Unsur Utama Karakter
Selatan Ananta Hitam Bumi Sabar, lembut/pemaaf Timur Waruna Biru Air Kesetaraan,
kebersamaan
Barat Brahmana Merah Api Penghancur, penentang hukum kosmis
Utara Surya Kuning Matahari Sumber kehidupan di bumi
Tenggara Trengana Biru tua Bintang Kepahlawanan,
pengaruh dalam gelap dan kebingungan Timur Laut Soma Hijau Bulan Sumber pengetahuan
dan intelegensia Barat Laut Indra Oranye Udara Ketidakterbatasan Barat Daya Bayu Lila (ungu muda) Angin Keadilan
Prinsip dualistis diterapkan dalam penyusunan
kota dua pendopo di bagian depan
kraton, dua pohon beringin di tengah alun-alun
Simetris wujud keinginan untuk mencapai
http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/
Lingkaran Inti (a) Sang Raja. “Sultan adalah satu-satunya sumber semua kekuatan dan kekuasan, dan semua yang di dalam negara adalah kepunyaan dia, sehingga dirinya adalah identik dengan Negara.” (Selosoemardjan dalam Santoso, 2006). Ruang yang mewakili keberadaan Sultan: Kraton
Lingkaran Kedua (b) Negara dan meliputi seluruh
wilayah kerjaan atau ibukota, pusat administrasi, tempat tinggal pangeran, pedagang kaya, dan penglima perang; pusat ekonomi di utara kota
Lingkaran Ketiga (c) Negara Agung meliputi seluruh wilayah utama kerajaan yang langsung berada di bawah kekuasaan Raja. Wilayah ini dikepalai oleh Mahapatih; sub-sub wilayah dipegang oleh Patih
Lingkaran Keempat (d) Mancanegara. Masing-masing wilayah dikepalai oleh Bupati yang ditunjuk Sultan
Contoh: Kota Yogyakarta pada Masa Sultan Hamengku Buwono I
A – Alun-alun Lor (Utara) B – Keraton Sultan
C – Alun-alun Kidul (Selatan) D – Para Pangeran
E – Kampung Pengikut Sultan F – Istana Air Taman Sari
G – Mesjid dengan tempat tinggal para ulama H - Tumenggung Secodiningrat
I – Rumah Perwakilan Belanda K – Benteng Vredeburg
L – Perumahan orang Belanda M – Pasar
N – Pecinan dan toko-toko O - Kepatihan P – Kejaksaan Q – Paku Alam T - Tugu A B C D E E F D G H M N O P L Q T
Sumber: Diolah dari Santoso, 2006
Buku
Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara (terjemahan). Surabaya:
Usaha Nasional, 1988. Internet
Ardika, I Wayan. Warisan Budaya Bersama Bangsa-bangsa Di
Asia Tenggara. Situs diakses 31 Maret 2014.
Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 33, No. 1, Juli 2005: 3. Situs diakses 31
Maret 2014.
http://whc.unesco.org/en/list/1223. Melaka and George Town,
Historic Cities of the Straits of Malacca. Situs diakses 31 Maret 2014.
Prosiding Workshop Mengajar dan Meneliti Asia Tenggara UGM,
TUGAS MINGGU DEPAN:
1.Mencari 'Branding'/merk sebuah Kota atau sub kota/wilayah
2.Difoto dengan teknik yang menarik dan harus menyertai mahasiswa ybs. di dalam foto tsb.