PETANI PADA USAHATANI CABAI MERAH
6.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Cabai Merah dan Nilai Elastisitas Input terhadap Produktivitas
6.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error Heteroskedastik pada Produksi Cabai Merah Besar
Hasil estimasi dengan fungsi produktivitas translog (di mana input-output
dibuat perhektar) pendekatan stochastic production frontier (SPF) dengan struktur
heterokedatisitas pada usahatani cabai merah besar di Provinsi Jawa Tengah
diperoleh beberapa gambaran pokok baik tanda (sign), besaran (magnitude), dan
tingkat signifikansi (significance level) dari parameter yang diestimasi (Tabel 27
dan Lampiran 1). Terdapat 5 (lima) faktor produksi yang berpengaruh secara
nyata (pada selang kepercayaan 95-99 %) terhadap produktivitas cabai merah
besar yaitu variabel pupuk N, pupuk P2O5, pestisida/fungisida, pupuk organik dan
tenaga kerja luar keluarga/TKLK (Tabel 27). Dua variabel berpengaruh secara
positif dan nyata, yaitu variabel pupuk N dan pestisida/fungisida. Artinya
penambahan penggunaan input-input produksi tersebut berdampak meningkatkan
produktivitas cabai merah besar. Sementara itu, variabel pupuk P2O5, pupuk
organik dan tenaga kerja keluarga berpengaruh secara negatif dan nyata. Hal ini
mengandung arti bahwa penambahan input-input produksi tersebut berdampak
menurunkan produktivitas cabai merah besar. Namun demikian, karena bentuk
fungsi prduktivitas adalah translog, maka parameter estimasi belum
169
Terdapat 11 variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh
secara nyata (pada selang kepercayaan 90-99 %), yaitu : interaksi antara benih
dengan benih, kapur dengan kapur, tenaga kerja luar keluarga/TKLK dengan
TKLK, pupuk N dengan PPC/ZPT, pupuk P2O5 dengan pupuk organik, pupuk
P2O5 dengan pestisida, pupuk organik dengan kapur, pupuk organik dengan
pestisida/fungisida, pupuk organik dengan TKLK, kapur dengan pestisida, dan
pestisida dengan TKLK.
Dari 11 variabel interaksi antar faktor produksi, terdapat 6 (enam) variabel
interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif dan nyata, yaitu
interaksi antara TKLK dengan TKLK, pupuk N dengan PPC/ZPT, pupuk P2O5
dengan pupuk organik, pupuk organik dengan kapur, kapur dengan pestisida, dan
pestisida dengan TKLK. Artinya interaksi antar faktor-faktor produksi tersebut
berpengaruh secara positif dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai
merah besar.
Interaksi antar TKLK dengan TKLK berpengaruh positif dan nyata
terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan TKLK pada
umumnya memiliki keterampilan teknis budidaya cabai merah besar secara lebih
baik dibandingkan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), sehingga penambahan
penggunaan TKLK dapat meningkatkan produktivitas cabai merah besar.
Kombinasi interaksi antara pupuk N dengan PPC/ZPT berpengaruh secara
positif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan
adanya kombinasi yang bersifat saling melengkapi antara unsur hara makro (N)
interaksi antara keduanya berdampak meningkatkan produktivitas cabai merah
besar.
Interaksi antara pupuk P2O5 dengan pupuk organik juga berdampak positif
dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Kombinasi antara pupuk
organik yang berperan penting dalam memperbaiki struktur dan tekstur tanah
dengan pupuk P2O5 yang berfungsi sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan akan
meningkatkan efektivitas penyerapan unsur hara (P2O5). Di samping itu, pupuk
organik juga mengandung unsur hara baik makro maupun mikro meskipun dalam
jumlah yang terbatas. Sehingga kombinasinya interaksi antara pupuk organik
dengan pupuk P2O5berdampak meningkatkan produktivitas cabai merah besar.
Kombinasi interaksi antara faktor produksi pupuk organik dengan kapur
berpengaruh positif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini
disebabkan pupuk organik berfungsi dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah; sedangkan kapur berperan penting sebagai unsur pembenah tanah.
Interaksi antara keduanya berpengaruh secara positif terhadap peningkatan
produktivitas cabai merah besar.
Interaksi antara faktor produksi kapur dengan pestisida/fungisida
berpengaruh secara positif dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai
merah besar. Hal ini disebabkan kapur berfungsi sebagai unsur pembenah tanah,
memperbaiki pH tanah, dan dapat menekan pertumbuhan fungi; sedangkan
pestisida/fungisida yang berfungsi menekan serangan hama dan penyakit tanaman.
171
untuk pertumbuhan tanaman serta menekan serangan hama dan penyakit tanaman,
sehingga berdampak meningkatkan produktivitas cabai merah besar.
Terakhir interaksi antara pestisida/fungisida dengan TKLK berpengaruh
secara positif dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai merah besar.
Secara empiris ditunjukkan bahwa pengendalian hama dan penyakit tanaman
memerlukan TKLK yang memiliki keterampilan teknis secara memadai.
Sehingga interaksi antara pestisida/fungisida dan TKLK berdampak meningkatkan
produktivitas cabai merah besar.
Terdapat 4 (empat) faktor produksi yang berpengaruh secara positif, tetapi
tidak nyata, yaitu benih, pupuk K2O, PPC/ZPT, serta TKDK. Artinya bahwa
faktor-faktor produksi tersebut secara sendiri-sendiri kurang berpengaruh terhadap
produktivitas cabai merah besar. Sementara itu, interaksi antar faktor-faktor
produksi yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata secara keseluruhan
dapat dilihat pada Tabel 27 dan Lampiran 1.
Terdapat 5 (lima) variabel interaksi antar faktor produksi yang
berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar,
yaitu : interaksi antara benih dengan benih, kapur dengan kapur, pupuk P2O5
dengan pestisida, pupuk organik dengan pestisida/fungisida, pupuk organik
dengan TKLK. Interaksi antara benih dengan benih berpengaruh secara negatif
terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan terjadinya
penanaman cabai merah besar dengan varietas yang berbeda dalam petakan lahan
yang sama dapat mengakibatkan kemurnian varietas tidak terjaga, sehingga
Kombinasi interaksi antara kapur dengan kapur berpengaruh negatif dan
nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan penggunaan
antar berbagai kapur, misalnya antara dolomit dan kalsit pada lahan sawah dengan
pH yang sudah netral (pH=7) dapat menyebabkan pH terlalu tinggi, sehingga
dapat menurunkan produktivitas cabai merah besar.
Interaksi antara pupuk P2O5 dengan pestisida/fungisida berpengaruh secara
negatif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Penggunaan pupuk
P2O5yang tidak tepat dosis serta fenomena pengoplosan pestisida/fungisida secara
simultan dapat menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan dan efektivitas
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Interaksi antar keduanya berdampak
menurunkan produktivitas cabai merah besar.
Kombinasi interaksi antara penggunaan pupuk organik dan
pestisida/fungisida yang berpengaruh negatif dan nyata terhadap produktivitas
cabai merah besar. Hal ini disebabkan penggunaan pupuk organik yang belum
matang dan tidak terstandarisasi dalam jangka pendek bisa menimbulkan efek
beracun bagi tanaman. Sementara itu, penggunaan pestisida/fungisida yang tidak
tepat dosis dan dengan cara yang tidak tepat berdampak menurunkan
produktivitas cabai merah besar. Interaksi antar keduanya berdampak menurunkan
produktivitas cabai merah besar.
Interaksi antara penggunaan pupuk organik dan TKLK secara negatif dan
nyata menurunkan produktivitas cabai merah besar. Penggunaan pupuk organik
yang belum matang dalam jangka pendek bisa menciptakan efek beracun bagi
173
pada pekerjaan cepat selesai. Interaksi antara keduanya dapat berdampak negatif
terhadap produktivitas cabai merah besar.
Tabel 27. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi Intersep 3.6177 0.3203 11.30 <.0001 Lnx1 Benih 0.0072 0.0259 0.28 0.7808 Lnx2 Pupuk N 1.5322 0.5312 2.88 0.0045* Lnx3 Pupuk P2O5 -0.1005 0.0416 -2.41 0.0167** Lnx4 Pupuk K2O 0.0210 0.0438 0.48 0.6313 Lnx5 PPC/ZPT 0.0162 0.0611 0.26 0.7917 Lnx6 Pupuk organik -0.2167 0.0476 -4.55 <.0001* Lnx7 Kapur -0.0728 0.0497 -1.46 0.1450 Lnx8 Pestisida/fungisida 0.1435 0.0446 3.21 0.0015*
Lnx9 Tenaga kerja Dalam Keluarga 0.0162 0.0274 0.59 0.5556
Ln10 Tenaga Kerja Luar Keluarga -0.2144 0.0618 -3.47 0.0007*
Lnx1Lnx1 Interaksi antara benih dengan benih -0.0227 0.0094 -2.42 0.0163**
Lnx2Lnx2 Interaksi pupuk N dengan pupuk N 0.0077 0.0284 0.27 0.7869
Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dengan P2O5 -0.0057 0.0154 -0.37 0.7094
Lnx4Lnx4 Interaksi pupuk K2O dengan K2O 0.0096 0.0173 0.56 0.5792
Lnx5Lnx5 Interaksi PPC/ZPT dengan PPC/ZPT -0.0289 0.0248 -1.17 0.2452
Lnx6Lnx6 Interaksi pupuk organik dg ppk organik 0.0035 0.0046 0.76 0.4482
Lnx7Lnx7 Interaksi kapur dengan kapur -0.0267 0.0104 -2.56 0.0112**
Lnx8Lnx8 Interaksi pestisida dengan pestisida -0.0077 0.0258 -0.30 0.7649
Lnx9Lnx9 Interaksi TKDK dengan TKDK 0.0010 0.0031 0.33 0.7411
Lnx10Lnx10 Interaksi TKLK dengan TKLK 0.0586 0.0173 3.38 0.0009*
Lnx1Lnx2 Interaksi benih dengan N 0.0116 0.0208 0.55 0.5797
Lnx1Lnx3 Interaksi benih dengan P2O5 0.0172 0.0152 1.13 0.2614
Lnx1Lnx4 Interaksi benih dengan K2O -0.0059 0.012694 -0.47 0.6411
Lnx1Lnx5 Interaksi benih dengan PPC/ZPT 0.0255 0.024647 1.04 0.3015
Lnx1Lnx6 Interaksi benih dengan pupuk organik 0.0027 0.0165 0.17 0.8688
Lnx1Lnx7 Interaksi benih dengan kapur -0.0040 0.0201 -0.20 0.8429
Lnx1Lnx8 Interaksi benih dengan pestisida -0.0180 0.0183 -0.98 0.3275
Lnx1Lnx9 Interaksi benih dengan TKDK -0.0046 0.0114 -0.40 0.6892
Lnx1Lnx10 Interaksi benih dengan TKLK 0.0206 0.0226 0.91 0.3631
Lnx2Lnx3 Interaksi pupuk N dengan P2O5 0.0183 0.0242 0.76 0.4509
Lnx2Ln4 Interaksi pupuk N dengan K2O -0.0067 0.0152 -0.44 0.6604
Lnx2Lnx5 Interaksi pupuk N dengan PPC/ZPT 0.0979 0.0356 2.75 0.0065*
Lnx2Lnx6 Interaksi pupuk N dg pupuk organik -0.0219 0.0275 -0.79 0.4284
Lnx2Lnx7 Interaksi pupuk N dengan kapur -0.0009 0.0325 -0.03 0.9772
Lnx2Lnx8 Interaksi pupuk N dengan pestisida -0.0116 0.0353 -0.33 0.7423
Lnx2Lnx9 Interaksi pupuk N dengan TKDK -0.0239 0.0182 -1.31 0.1906
Lnx2Lnx10 Interaksi pupuk N dengan TKLK -0.0079 0.0280 -0.28 0.7795
Lnx3Lnx4 Interaksi pupuk P2O5 dengan K2O -0.0201 0.0208 -0.97 0.3348
Lnx3Lnx5 Interaksi pupuk P2O5 dengan PPC/ZPT -0.0166 0.0295 -0.56 0.5750
Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dg pupuk organik 0.0607 0.0214 2.84 0.0050*
Lnx3Lnx7 Interaksi pupuk P2O5 dengan kapur -0.0324 0.0281 -1.15 0.2497
Lnx3Lnx8 Interaksi pupuk P2O5 dengan pestisida -0.0453 0.0173 -2.62 0.0095*
Lnx3Lnx9 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKDK -0.0201 0.0168 -1.20 0.2322
Ln3Lnx10 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKLK 0.0011 0.0279 0.04 0.9677
Lnx4Lnx5 Interaksi pupuk K2O dengan PPC/ZPT -0.0271 0.0322 -0.84 0.4005
Lnx4Lnx6 Interaksi pupuk K2O dg pupuk organik 0.0267 0.0227 1.18 0.2408
Lanjutan Tabel 27.
Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi
Lnx4Lnx8 Interaksi pupuk K2O dengan pestisida -0.0019 0.0215 -0.09 0.9312
Lnx4Lnx9 Interaksi pupuk K2O dengan TKDK 0.0111 0.0152 0.73 0.4675
Lnx4Lnx10 Interaksi pupuk K2O dengan TKLK -0.0151 0.0224 -0.67 0.5030
Lnx5Lnx6 Interaksi PPC/ZPT dg pupuk organik -0.0069 0.0303 -0.23 0.8201
Lnx5Lnx7 Interaksi PPC/ZPT dengan kapur -0.0372 0.0291 -1.28 0.2031
Lnx5Lnx8 Interaksi PPC/ZPT dengan pestisida -0.0224 0.0239 -0.94 0.3492
Lnx5Lnx9 Interaksi PPC/ZPT dengan TKDK 0.0106 0.0224 0.47 0.6379
Lnx5Lnx10 Interaksi PPC/ZPT dengan TKLK -0.0011 0.0309 -0.03 0.9722
Lnx6Lnx7 Interaksi pupuk organik dengan kapur 0.0565 0.0179 3.16 0.0018*
Lnx6Lnx8 Interaksi pupuk organik dg pestisida -0.0650 0.0256 -2.54 0.0117*
Lnx6Lnx9 Interaksi pupuk organik dengan TKDK -0.0036 0.0143 -0.25 0.8009
Lnx6Lnx10 Interaksi pupuk organik dengan TKLK -0.0532 0.0207 -2.57 0.0108**
Lnx7Lnx8 Interaksi kapur dengan pestisida 0.0855 0.0296 2.89 0.0043*
Lnx7Lnx9 Interaksi kapur dengan TKDK 0.0031 0.0108 0.29 0.7725
Lnx7Lnx10 Interaksi kapur dengan TKLK -0.0076 0.0249 -0.31 0.7595
Lnx8Lnx9 Interaksi pestisida dengan TKDK 0.0187 0.0188 1.00 0.3203
Lnx8Lnx10 Interaksi pestisida dengan TKLK 0.0341 0.0167 2.04 0.0426**
Lnx9Lnx10 Interaksi TKDK dengan TKLK 0.0222 0.0223 1.00 0.3204
d1 Dummy musim (1=MK; 0=MH) 0.0567 0.0421 1.35 0.1791
d2 Dummy agroekosistem (1=lahan sawah
dataran rendah; 2= lahan kering dataran tinggi)
-0.0206 0.0272 -0.76 0.4489
d3 Dummy benih hibrida (1=benih hibrida;
2=benih lokal/hibrida turunan)
0.16363 0.1273 1.29 0.1990
Root MSE 0.16028 R-Square 0.98186 Dependent Mean 1.93374 Adj R-Sq 0.97530 Coeff Var 8.28856
*) : nyata pada 0.01
**) : nyata pada 0.05
***) : nyata pada 0.10
Terdapat satu faktor produksi yang berpengaruh secara negatif, tetapi tidak
nyata, yaitu kapur. Artinya penggunaan kapur kurang berbeparuh nyata terhadap
produktivitas cabai merah besar. Sementara itu, interaksi antar faktor produksi
yang berpengaruh secara negatif, tetapi tidak nyata dapat dilihat pada Tabel 27
dan Lampiran 1.
Variabel dummy musim berpengaruh secara positif terhadap produktivitas
cabai merah besar, tetapi tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
produktivitas cabai merah besar lebih tinggi dicapai pada MK dibandingkan pada
175
merah besar pada MK, dengan pertimbangan waktu MH menanam padi dan untuk
menghindarkan dari kerusakan tanaman akibat kelebihan air.
Variabel dummy agroekosistem berpengaruh secara negatif terhadap
produktivitas cabai merah besar, meskipun tidak nyata. Tingkat produktivitas
cabai merah besar lebih tinggi pada agroekosistem lahan kering dataran tinggi
dibandingkan lahan sawah dataran rendah. Hal ini disebabkan keseimbangan
biodiversitas alami pada lahan kering dataran tinggi lebih baik dibandingkan lahan
sawah dataran rendah.
Variabel dummy benih hibrida berpengaruh secara positif terhadap
produktivitas cabai merah besar, meskipun tidak nyata. Namun apabila selang
kepercayaan diperlonggar hingga (80 %), variabel benih hibrida berpengaruh
secara positif dan nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas cabai
merah besar lebih tinggi dengan menggunakan varietas benih hibrida
dibandingkan benih lokal. Secara genetis varietas benih hibrida memiliki potensi
produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan benih varietas lokal. Secara
empiris di lapang terjadi pergeseran penggunaan dari benih lokal ke penggunaan
benih hibrida pada usahatani cabai merah besar.
Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas cabai merah
besar dengan menggunakan fungsi produksi translog dapat diformulasikan sebagai
d 0.1636 d 0.021 d 0.057 ln ln 0.022 ln ln 0.034 ln ln 0.019 ln ln 0.008 ln ln 0.003 ln ln 0.086 ln ln 0.053 ln ln 0.004 ln ln 0.065 ln ln 0.057 ln ln 0.001 ln ln 0.011 ln ln .022 0 ln ln 0.037 ln ln 0.007 ln ln 0.015 ln ln 0.011 ln ln 0.002 ln ln 0.009 ln ln 0.027 ln ln 0.027 ln ln 0.001 ln ln 0.020 ln ln 0.045 ln ln 0.032 ln ln 0.061 ln ln 0.017 ln ln 0.020 ln ln 0.008 ln ln 0.024 ln ln 0.012 ln ln .001 0 ln ln 0.022 ln ln 0.098 ln ln .007 0 ln ln 0.018 ln ln 0.021 ln ln 0.005 ln ln 0.018 ln ln 0.004 ln ln 0.003 ln ln 0.026 ln ln 0.006 ln ln 0.017 ln ln 0.012 ln ln 0.059 ln ln 0.001 ln ln 0.008 ln ln 0.027 ln ln 0.004 ln ln 0.029 ln ln 0.010 ln ln 0.006 ln ln 0.008 ln ln 0.023 ln 0.214 ln 0.016 ln 0.144 ln 0.073 ln 0.217 ln 0.016 ln 0.021 ln 0.101 ln 532 . 1 ln 0.007 3.618 ln ln 3 2 1 10 9 10 8 9 8 10 7 9 7 8 7 10 6 9 6 8 6 7 6 10 5 9 5 8 5 7 5 6 5 10 4 9 4 8 4 7 4 6 4 5 4 10 3 9 3 8 3 7 3 6 3 5 3 4 3 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 10 1 9 1 8 1 7 1 6 1 5 1 4 1 3 1 2 1 10 10 9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x yi
6.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error Heteroskedastik pada Produksi Cabai Merah Keriting
Dengan cara yang sama dilakukan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas cabai merah keriting di Provinsi Jawa Tengah. Hasil
estimasi dengan fungsi produktivitas translog pendekatan SPF kondisi struktur
heterokedastisitas pada usahatani cabai merah keriting diperoleh beberapa temuan
pokok baik tanda (sign), besaran (magnitude), dan tingkat signifikansi
(significance level) dari parameter yang diestimasi (Tabel 28 dan Lampiran 2).
Terdapat 3 (tiga) faktor produksi yang berpengaruh secara nyata (pada
selang kepercayaan 95-99 %) terhadap produktivitas cabai merah keriting yaitu
benih, pestisida/fungisida dan tenaga kerja luar keluarga/TKLK (Tabel 28). Dari
tiga variabel tersebut terdapat dua faktor produksi yang berpengaruh secara positif
177
yang berpengaruh secara negatif dan nyata pada selang kepercayaan (90 %), yaitu
benih cabai merah keriting.
Penambahan penggunaan pestisida/fungisida berdampak positif dan nyata
terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Peningkatan
penggunaan pestisida/fungisida yang berfungsi untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman dapat menekan serangan hama dan penyakit tanaman.
Penggunaan pestisida/fungisida dapat menjaga stabilitas produktivitas cabai
merah keriting, sehingga secara tidak langsung berdampak positif terhadap
produktivitas cabai merah keriting.
Penambahan penggunaan TKLK berpengaruh secara positif dan nyata
terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Hal ini menunjukkan
bahwa usahatani cabai merah keriting bersifat intensif terhadap tenaga kerja.
Penambahan TKLK yang pada umumnya memiliki keterampilan teknis yang lebih
baik dibandingkan TKDK akan meningkatkan produktivitas cabai merah keriting.
Penambahan benih cabai merah keriting ternyata berdampak negatif dan
nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting. Hasil ini tidak sesuai dengan
yang dihipotesakan. Hal ini disebabkan penggunaan benih cabai merah keriting
yang cenderung berlebih dan cenderung menggunakan jarak tanam rapat
menyebabkan persaingan dalam penyerapan unsur hara dari tanah dan penyinaran
matahari, sehingga berdampak negatif terhadap peningkatan produktivitas.
Secara keseluruhan terdapat 12 variabel interaksi antar faktor produksi
yang berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting, yaitu :
K2O, benih dengan N, benih dengan K2O, benih dengan pestisida, benih dengan
TKLK, pupuk N dengan pestisida, pupuk P2O5 dengan K2O, pupuk K2O dengan
pupuk organik, K2O dengan TKDK, dan interaksi antara pestisida dengan TKLK.
Terdapat 6 (enam) variabel interaksi antar faktor produksi yang
berpengaruh secara positif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting,
yaitu: interaksi penggunaan antara pupuk K2O dengan pupuk K2O, benih dengan
pupuk N, benih dengan dan K2O, benih dengan TKLK, pupuk N dengan
pestisida/fungisida, dan interaksi pupuk K2O dengan TKDK. Kombinasi
penggunaan pupuk K2O dengan K2O yang bersumber dari beberapa jenis pupuk,
seperti pupuk KCL, KNO3 serta PONSKA dan NPK berpengaruh meningkatkan
produktivitas cabai merah keriting. Hal ini disebabkan beberapa jenis pupuk
seperti KNO3 serta PONSKA dan NPK juga mengandung unsur hara makro N dan
P2O5, sehingga kombinasi antar unsur hara makro berdampak meningkatkan
produktivitas cabai merah keriting.
Kombinasi interaksi antara benih dan pupuk N berpengaruh secara positif
dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Hal ini
disebabkan pada awal pertumbuhan tanam cabai merah keriting memerlukan
pemupukan awal dengan pupuk N. Interaksi antar benih dan pupuk berpengaruh
secara positif dan nyata terhadap tingkat produktivitas cabai merah keriting.
Interaksi antara benih dengan pupuk K2O berpengaruh secara positif dan
nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Pada awal
pertumbuhan tanaman cabai merah keriting juga memerlukan pupuk awal K2O
179
susulan. Sehingga kombinasi interaksi antara keduanya berdampak meningkatkan
produktivitas cabai merah keriting.
Kombinasi interaksi antara benih dan TKLK berpengaruh secara positif
dan nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting. Kondisi ini disebabkan
bahwa penanaman cabai merah keriting perlu dilakukan oleh TKLK yang pada
umumnya memiliki keterampilan teknis dalam kegiatan menanam secara lebih
baik dibandingkan TKDK. Sehingga interaksi antara keduanya berdampak
meningkatkan produktivitas cabai merah keriting.
Interaksi antara pupuk N dengan pestisida/fungisida berdampak positif
dan nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting. Hal ini disebabkan pupuk
N sebagai unsur hara makro berperan dalam pertumbuhan vegatatif maupun
generatif, sedangkan pestisida/fungisida berfungsi dalam mengendalikan hama
dan penyakit tanaman. Interaksi antara keduanya berdampak meningkatkan
produktivitas cabai merah keriting.
Kombinasi interaksi antara pestisida/fungisida dengan TKLK berpengaruh
secara positif dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting.
Hal ini disebabkan pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai merah keriting
memerlukan keterampilan teknis yang memadai, sementara itu TKLK yang pada
umumnya memiliki keterampilan teknis dalam penyemprotan hama dan penyakit.
Sehingga interaksi antar keduanya berdampak meningkatkan produktivitas cabai
merah keriting.
Faktor-faktor produksi lain yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak
nyata mencakup 7 (tujuh) variabel yaitu pupuk N, pupuk P2O5, pupuk K2O,
parameter estimasi tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Sementara itu,
variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif, tetapi
tidak nyata secara terperinci dapat di simak pada Tabel 28 dan Lampiran 2.
Tabel 28. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Usahatani Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi Intersep -7.7075 13.6582 -0.56 0.5770 Lnx1 Benih -2.7159 1.3998 -1.94 0.0625** Lnx2 Pupuk N 0.0041 0.9099 0.00 0.9964 Lnx3 Pupuk P2O5 0.7656 0.9641 0.79 0.4338 Lnx4 Pupuk K2O 0.0146 0.9430 0.02 0.9877 Lnx5 PPC/ZPT 2.4225 2.0009 1.21 0.2361 Lnx6 Pupuk organik 0.0442 0.8150 0.05 0.9571 Lnx7 Kapur 1.3717 2.0271 0.68 0.5041 Lnx8 Pestisida/fungisida 2.4521 1.0491 2.34 0.0268**
Lnx9 Tenaga kerja Dalam Keluarga 0.2973 1.3410 0.22 0.8262
Lnx10 Tenaga Kerja Luar Keluarga 2.3909 0.6405 3.73 0.0006*
Lnx1Lnx1 Interaksi antara benih dengan benih -0.0147 0.0882 -0.17 0.8691
Lnx2Lnx2 Interaksi pupuk N dengan pupuk N -0.1295 0.0441 -2.93 0.0066*
Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dengan P2O5 -0.0775 0.0338 -2.30 0.0294**
Lnx4Lnx4 Interaksi pupuk K2O dengan K2O 0.1680 0.0611 2.75 0.0104**
Lnx5Lnx5 Interaksi PPC/ZPT dengan PPC/ZPT -0.0556 0.1015 -0.55 0.5883
Lnx6Lnx6 Interaksi pupuk organik dg ppk organik -0.0034 0.0053 -0.63 0.5334
Lnx7Lnx7 Interaksi kapur dengan kapur -0.0321 0.0550 -0.58 0.5645
Lnx8Lnx8 Interaksi pestisida dengan pestisida -0.0709 0.0887 -0.80 0.4310
Lnx9Lnx9 Interaksi TKDK dengan TKDK 0.0326 0.0432 0.75 0.4571
Lnx10Lnx10 Interaksi TKLK dengan TKLK -0.0923 0.0890 -1.04 0.3090
Lnx1Lnx2 Interaksi benih dengan N 0.2069 0.0777 2.66 0.0127**
Lnx1Lnx3 Interaksi benih dengan P2O5 0.1094 0.0853 1.28 0.2098
Lnx1Lnx4 Interaksi benih dengan K2O 0.0405 0.0349 2.75 0.0089*
Lnx1Lnx5 Interaksi benih dengan PPC/ZPT 0.1137 0.1847 0.62 0.5432
Lnx1Lnx6 Interaksi benih dengan pupuk organik 0.0989 0.1168 0.85 0.4040
Lnx1Lnx7 Interaksi benih dengan kapur 0.1936 0.1381 1.40 0.1718
Lnx1Lnx8 Interaksi benih dengan pestisida -0.2895 0.1146 -2.53 0.0175**
Lnx1Lnx9 Interaksi benih dengan TKDK -0.0087 0.1241 -0.07 0.9445
Lnx1Lnx10 Interaksi benih dengan TKLK 0.3291 0.1445 2.28 0.0280**
Lnx2Lnx3 Interaksi pupuk N dengan P2O5 -0.0351 0.0429 -0.82 0.4204
Lnx2Ln4 Interaksi pupuk N dengan K2O -0.0719 0.0487 -1.47 0.1515
Lnx2Lnx5 Interaksi pupuk N dengan PPC/ZPT 0.0645 0.0993 0.65 0.5212
Lnx2Lnx6 Interaksi pupuk N dg pupuk organik -0.0055 0.0707 -0.08 0.9384
Lnx2Lnx7 Interaksi pupuk N dengan kapur -0.0799 0.1060 -0.75 0.4571
Lnx2Lnx8 Interaksi pupuk N dengan pestisida 0.1060 0.0355 2.98 0.0048*
Lnx2Lnx9 Interaksi pupuk N dengan TKDK 0.0197 0.0784 0.25 0.8034
Lnx2Lnx10 Interaksi pupuk N dengan TKLK 0.1268 0.0783 1.62 0.1165
Lnx3Lnx4 Interaksi pupuk P2O5 dengan K2O -0.0808 0.0459 -1.76 0.0895**
Lnx3Lnx5 Interaksi pupuk P2O5 dengan PPC/ZPT 0.0204 0.0886 0.23 0.8197
Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dg pupuk organik 0.0320 0.0624 0.51 0.6120
Lnx3Lnx7 Interaksi pupuk P2O5 dengan kapur -0.0219 0.0571 -0.38 0.7042
Lnx3Lnx8 Interaksi pupuk P2O5 dengan pestisida -0.0188 0.0770 -0.24 0.8088
Lnx3Lnx9 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKDK -0.1075 0.0730 -1.47 0.1521
Ln3Lnx10 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKLK 0.0647 0.0512 1.26 0.2165
Lnx4Lnx5 Interaksi pupuk K2O dengan PPC/ZPT -0.1786 0.1104 -1.62 0.1169
Lnx4Lnx6 Interaksi pupuk K2O dg pupuk organik -0.1419 0.0748 -1.90 0.0682**
Lnx4Lnx7 Interaksi pupuk K2O dengan kapur -0.0172 0.0763 -0.23 0.8234
181
Tabel 28. Lanjutan
Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi
Lnx4Lnx9 Interaksi pupuk K2O dengan TKDK 0.1521 0.0678 2.24 0.0329**
Lnx4Lnx10 Interaksi pupuk K2O dengan TKLK 0.0986 0.0657 1.50 0.1443
Lnx5Lnx6 Interaksi PPC/ZPT dg pupuk organik -0.0227 0.0771 -0.29 0.7706
Lnx5Lnx7 Interaksi PPC/ZPT dengan kapur -0.1422 0.1514 -0.94 0.3555
Lnx5Lnx8 Interaksi PPC/ZPT dengan pestisida 0.1588 0.1302 1.22 0.2329
Lnx5Lnx9 Interaksi PPC/ZPT dengan TKDK -0.0569 0.1318 -0.43 0.6691
Lnx5Lnx10 Interaksi PPC/ZPT dengan TKLK -0.2260 0.1334 -1.69 0.1015
Lnx6Lnx7 Interaksi pupuk organik dengan kapur -0.0492 0.0845 -0.58 0.5647
Lnx6Lnx8 Interaksi pupuk organik dg pestisida 0.0185 0.0821 0.23 0.8231
Lnx6Lnx9 Interaksi pupuk organik dengan TKDK 0.0873 0.0822 1.06 0.2975
Lnx6Lnx10 Interaksi pupuk organik dengan TKLK -0.0009 0.0718 -0.01 0.9902
Lnx7Lnx8 Interaksi kapur dengan pestisida -0.0416 0.0775 -0.54 0.5958
Lnx7Lnx9 Interaksi kapur dengan TKDK -0.1281 0.1204 -1.06 0.2963
Lnx7Lnx10 Interaksi kapur dengan TKLK 0.0491 0.1500 0.33 0.7458
Lnx8Lnx9 Interaksi pestisida dengan TKDK -0.0205 0.0815 -0.25 0.8030
Lnx8Lnx10 Interaksi pestisida dengan TKLK -0.1400 0.0841 -1.66 0.1072***
Lnx9Lnx10 Interaksi TKDK dengan TKLK -0.1000 0.1208 -0.83 0.4147
d1 Dummy musim tanam (1=MK; 0=MH) 0.0144 0.0518 0.28 0.7835
d2 Dummy benih hibrida (1=benih hibrida;
0=benih lokal/hibrida turunan)
0.1225 0.1439 0.85 0.4019
Root MSE 0.09934 R-Square 0.92522 Dependent Mean 3.39642 Adj R-Sq 0.74628 Coeff Var 2.92487
*) : nyata pada 0.01
**) : nyata pada 0.05
***) : nyata pada 0.10
Terdapat 6 (enam) variabel interaksi antar input produksi yang
berpengaruh secara negatif dan nyata (pada selang kepercayaan 90-99 %) yaitu
interaksi antara pupuk N dengan pupuk N, P2O5 dengan P2O5, benih dengan
pestisida, pupuk P2O5 dan pupuk K2O, pupuk K2O dengan pupuk organik, dan
interaksi antara pestisida/fungisida dan TKLK. Kombinasi interaksi penggunaan
pupuk N dengan pupuk N berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap
produktivitas cabai merah keriting. Secara empiris petani menggunakan pupuk N
berasal dari pupuk Urea, ZA, NPK dan PONSKA. Penggunaan pupuk N dari
menciptakan amoniak yang beracun. Sehingga interaksi antar pupuk N dapat
berpengaruh menurunkan produktivitas cabai merah keriting.
Kombinasi interaksi penggunaan pupuk P2O5 dengan pupuk P2O5
berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting.
Secara empiris petani menggunakan pupuk P2O5 berasal dari pupuk TSP, SP-36,
SP-27, SP-18, NPK dan PONSKA. Penggunaan pupuk P2O5 dari berbagai jenis
pupuk yang tidak tepat (baik dosis, cara dan waktu pemberian) dapat berpengaruh
menurunkan produktivitas cabai merah keriting.
Kombinasi interaksi penggunaan benih dengan pestisida berpengaruh
secara negatif dan nyata. Secara empiris di lapang petani cabai merah keriting
menggunakan benih lokal dan hibrida, sedangkan pada sisi lain terjadi fenomena
pengoplosan antar berbagai jenis pestisida/fungisida. Penggunaan benih cabai
merah keriting lokal dan pengolosan antar berbagai jenis pestisida/fungisida dapat
berdampak negatif terhadap produktivitas cabai merah keriting.
Kombinasi interaksi antara pupuk P2O5 dengan pupuk K2O ternyata
berpengaruh secara negatif dan nyata. Hal ini tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Secara empiris sumber pupuk P2O5 berasal dari
SP-36/TSP/SP-27/SP-18, NPK dan PONSKA, sedangkan sumber pupuk K2O bersumber dari
KCL, KNO3, serta NPK dan PONSKA. Kedua unsur tersebut merupakan unsur
hara makro yang diperlukan tanaman. Diperkirakan kombinasi antar jenis pupuk
serta komposisi dosis yang tidak tepat diduga menyebabkan pengaruh negatif
183
Interaksi antara pupuk K2O dengan pupuk organik juga berdampak negatif
dan nyata terhadap produktivitas. Pada satu sisi petani menggunakan K2O
bersumber dari pupuk KCL, KNO3, NPK dan PONSKA, sedangkan pada sisi lain
petani menggunakan pupuk organik dalam bentuk pupuk kandang yang belum
matang yang tidak terstandarisasi. Kombinasi antara keduanya ternyata dapat
memberikan dampak negatif terhadap peningkatan produktivitas cabai merah
keriting.
Interaksi penggunaan antara pestisida/fungisida dan TKLK berpengaruh
secara negatif dan nyata. Hasil ini tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Penggunaan pestisida/fungisida yang dilakukan dengan cara tidak tepat dosis dan
fenomena pengoplosan antar berbagai jenis pestisida/fungisida tanpa
memperhatikan kandungan bahan aktifnya, serta adanya perilaku moral hazard
dari TKLK dalam melakukan kegiatan penyemprotan agar pekerjaan cepat selesai
berdampak negatif terhadap produktivitas cabai merah keriting.
Tidak ditemukan adanya varabel input produksi yang berpengaruh secara
negatif dan bersifat tidak nyata. Selanjutnya, variabel interaksi antar faktor
produksi yang berpengaruh secara negatif, tetapi tidak nyata terhadap
produktivitas cabai merah keriting secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 28
dan Lampiran 2.
Variabel dummy musim berpengaruh secara positif terhadap produktivitas
cabai merah keriting, walaupun tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
produktivitas cabai merah keriting lebih tinggi dicapai pada MK dibandingkan
cabai merah keriting pada MK, dengan pertimbangan waktu MH menanam
komoditas padi dan komoditas lain yang tahan terhadap kelebihan air, serta untuk
menghindarkan dari kerusakan tanaman akibat kelebihan air terutama pada saat
pembungaan.
Variabel dummy benih hibrida berpengaruh secara positif terhadap
produktivitas cabai merah besar, meskipun tidak nyata. Hal ini merefleksikan
bahwa tingkat produktivitas cabai merah besar lebih tinggi dengan menggunakan
varietas benih hibrida dibandingkan benih lokal, seperti varietas tampar. Secara
empiris di lapang terjadi pergeseran penggunaan dari benih lokal ke penggunaan
benih hibrida pada usahatani cabai merah keriting.
Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas cabai merah
keriting dengan menggunakan fungsi produksi translog dapat diformulasikan
sebagai berikut: 2 1 10 9 10 8 9 8 10 7 9 7 8 7 10 6 9 6 8 6 7 6 10 5 9 5 8 5 7 5 6 5 10 4 9 4 8 4 7 4 6 4 5 4 10 3 9 3 8 3 7 3 6 3 5 3 4 3 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 10 1 9 1 8 1 7 1 6 1 5 1 4 1 3 1 2 1 10 10 9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0.123d d 0.014 ln ln 0.100 ln ln .140 0 ln ln 0.021 ln ln 0.049 ln ln 0.128 ln ln 0.042 ln ln 0.001 ln ln 0.087 ln ln 0.019 ln ln .049 0 ln ln 0.226 ln ln 0.057 ln ln 0.159 ln ln 0.142 ln ln 0.023 ln ln 0.099 ln ln 0.152 ln ln 0.020 ln ln 0.017 ln ln .142 0 ln ln 0.179 ln ln 0.065 ln ln 0.108 ln ln 0.019 ln ln 0.022 ln ln 0.032 ln ln 0.020 ln ln 0.081 ln ln 0.127 ln ln 0.020 ln ln 0.106 ln ln 0.080 ln ln 0.006 ln ln 0.065 ln ln 0.072 ln ln 0.035 ln ln 0.329 ln ln 0.009 ln ln 0.290 ln ln 0.194 ln ln 0.099 ln ln 0.114 ln ln 0.041 ln ln 0.109 ln ln 0.207 ln ln 0.092 ln ln 0.033 ln ln 0.071 ln ln 0.032 ln ln 0.003 ln ln 0.056 ln ln 0.168 ln ln 0.078 ln ln 0.130 ln ln 0.015 ln 0.866 ln 0.297 ln 2.452 ln 1.372 ln 0.044 ln 2.423 ln 0.015 ln 0.766 ln 0.004 ln 2.716 7.7075 -ln ln x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x yi
185
6.1.3. Nilai Estimasi Elastisitas Produktivitas Terhadap Input pada Produksi Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting
Koefisien parameter pada fungsi produksi translog belum menggambarkan
nilai elastisitas produktivitas dari masing-masing faktor produksi yang digunakan,
sehingga perlu dihitung nilai elastisitasnya. Hasil estimasi nilai elastisitas
masing-masing faktor produksi terhadap produktivitas usahatani cabai merah besar di
Provinsi Jawa Tengah ditunjukkan pada (Tabel 29).
Beberapa variabel input produksi yang berpengaruh secara positif terhadap
produktivitas cabai merah besar adalah : variabel benih (x1), pupuk N (x2), pupuk
P2O5 (x3), PPC/ZPT (x5), Kapur (x7) serta tenaga kerja dalam keluarga (x9) dan
tenaga kerja luar keluarga (x10) masing-masing diperoleh nilai elastisitas 0.1192,
0.5391, 0.1968, 0.2354, 0.3652 serta 0.1658 dan 0.2137. Artinya peningkatan
penggunaan input produksi tersebut masing-masing (1 %) dapat meningkatkan
produktivitas cabai merah besar masing-masing sebesar (0.1192 %, 0.5391 %,
0.1968 %, 0.2354 %, 0.3652 % serta 0.1658 % dan 0.2137 %). Hasil estimasi
nilai elastisitas penggunaan masing-masing input produksi terhadap produktivitas
cabai merah besar sesuai dengan yang dihipotesakan. Artinya penambahan
masing-masing input produksi tersebut ceteris paribus, akan meningkatkan
produktivitas cabai merah besar. Implikasinya adalah upaya peningkatan
produksi melalui peningkatan produktivitas cabai merah besar pada teknologi
yang tersedia dapat dilakukan dengan menambah input-input produksi tersebut.
Untuk kasus benih cabai merah besar di samping peningkatan jumlah,
sesungguhnya yang lebih penting adalah peningkatan kualitas benih, yaitu dari
penggunaan pupuk N dan P2O5 dapat dilakukan dengan meningkatkan
ketersediaan dan aksessibilitas petani terhadap sumber pupuk N dan P2O5, yaitu
pupuk Urea atau ZA dan TSP atau SP-36. Untuk meningkatkan ketersediaan
pupuk maka masalah kelangkaan pupuk harus dapat diatasi dengan baik,
sedangkan untuk meningkatkan akses terhadap pupuk maka program subsidi
pupuk perlu dilanjutkan dan perlu diperluas jangkauan jenis pupuknya. Untuk
meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk N ke depan perlu diproduksi jenis
pupuk N (Urea atau ZA) yang dapat tertambat lama di dalam tanah (misalnya
dalam bentuk Urea dan ZA tablet), sehingga dapat diserap oleh tanaman secara
bertahap sesuai pertumbuhan dan kebutuhan tanaman.
Perlunya penambahan penggunaan PPC/ZPT untuk usahatani cabai merah
besar menunjukkan bahwa lahan-lahan di daerah sentra produksi cabai merah
besar perlu masukan unsur-unsur hara mikro, sehingga dapat menghindari
terjadinya degradasi sumberdaya lahan. Penambahan tenaga kerja baik TKDK
maupun TKLK yang diikuti oleh peningkatan keterampilan teknis dapat
meningkatkan peningkatan produktivitas cabai merah besar.
Kapur yang berfungsi meningkatkan pH tanah dan sebagai unsur
pembenah tanah berdampak meningkatkan produktivitas cabai merah besar.
Pemberian kapur akan meningkatkan efektivitas penyerapan unsur hara makro
maupun mikro. Di samping itu, secara empiris pemberian kapur diyakini petani
dapat menekan serangan penyakit jamur pada cabai merah besar.
Beberapa variabel input produksi yang berpengaruh secara negatif adalah
penggunaan pupuk K2O, pestisida/fungisida, dan pupuk organik masing-masing
187
penggunaan input-input produksi tersebut masing-masing sebesar (1 %) maka
akan menurunkan produktivitas cabai merah besar masing-masing sebesar
(-0.1326 %, -0.0631 % dan -0.3204 %). Hasil tersebut tidak sesuai dengan yang
dihipotesakan. Fenomena di lapang, petani selain menggunakan jenis pupuk
tunggal KCL dan KNO3juga menggunakan pupuk komposit NPK dan PONSKA.
Di samping itu, penanaman cabai merah besar yang dilakukan setelah tanaman
padi akan meningkatkan ketersediaan K2O dalam tanah dari jerami padi dan
sisa-sisa pupuk sebelumnya.
Untuk penggunaan pupuk organik yang berfungsi memperbaiki struktur
dan tekstur tanah berdampak menurunkan produktivitas cabai merah besar. Hal
ini disebabkan penggunaan pupuk organik dari berbagai jenis kotoran hewan
dalam kondisi belum matang dan tidak terstandarisasi dalam jangka pendek dapat
menimbulkan efek beracun bagi tanaman. Penambahan penggunaan pupuk
organik yang belum matang dan tidak terstandarisasi berdampak menurunkan
produktivitas cabai merah besar.
Penggunaan pestisida pada usahatani cabai merah besar menunjukkan
bahwa penggunaan jenis input-input produksi ini pada teknologi yang tersedia
telah melebihi kebutuhan tanaman. Hal ini terkait dengan tujuan atau orientasi
petani dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman yang tidak hanya bersifat
pembasmian (kuratif) tetapi lebih bersifat pencegahan (preventif). Artinya petani
tetap melakukan penyemprotan pestisida/fungisida baik ada maupun tidak ada
serangan hama dan penyakit tanaman. Di samping itu, terdapat kecenderungan
petani menggunakan pestisida/fungisida yang keras (bersifat paten) dalam
sehari-hari melakukan pengoplosan terhadap berbagai pestisida/fungisida yang
digunakan, tindakan ini tanpa memperhatikan kandungan bahan aktif dapat
berdampak negatif terhadap produktivitas cabai merah besar.
Tabel 29. Nilai Estimasi Elastisitas Produktivitas terhadap Input dengan Fungsi Produksi Stokastik Translog, pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
No. Jenis input Cabai Merah Besar Cabai Merah Keriting
1 Benih/bibit (x1) 0.1192 0.5620 2 Pupuk N (x2) 0.5391 0.3171 3 Pupuk P2O5 (x3) 0.1968 0.1054 4 Pupuk K2O (x54 -0.1326 -0.0956 5 PPC/ZPT (x5) 0.2354 0.2453 6 Pupuk Organik (x6) -0.0631 0.0717 7 Kapur (x7) 0.3652 -0.4248 8 Pestisida/Fungisida (x8) -0.3204 -0.1561 9 TKDK (x9) 0.1658 0.3040 10 TKLK (x10) 0.2137 0.7785
Dengan cara yang sama dilakukan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas cabai merah keriting di Provinsi Jawa Tengah. Hasil
estimasi nilai elastisitas masing-masing input produksi terhadap produktivitas
dengan fungsi produktivitas translog pendekatan SPF struktur heterokedastisitas
pada usahatani cabai merah keriting ditunjukkan pada (Tabel 29). Beberapa
faktor produksi yang berpengaruh secara positif terhadap produktivitas cabai
merah keriting adalah : penggunaan benih, pupuk N, pupuk P2O5, PPC/ZPT,
pupuk organik, serta penggunaan TKDK dan TKLK masing-masing dengan nilai
elastisitas sebesar (0.5602, 0.3171, 0.1054, 0.2453, 0.0717, serta 0.3040 dan
0.7785). Artinya penambahan penggunaan masing-masing input produksi sebesar
189
0.1054 %, 0.2453 %, 0.0717 %, serta 0.3040 % dan 0.7785 %). Hasil analisis ini
sesuai dengan yang dihipotesakan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
input-input produksi tersebut pada usahatani cabai merah keriting pada teknologi
yang tersedia di lokasi penelitian masih di bawah kebutuhan tanaman. Artinya
peningkatan masing-masing input produksi tersebut ceteris paribus berdampak
meningkatkan produktivitas cabai merah keriting. Implikasinya adalah perlunya
peningkatan penggunaan benih, pupuk N, pupuk P2O5, PPC/ZPT, pupuk organik
serta penggunaan TKDK dan TKLK guna meningkatkan produktivitas cabai
merah keriting. Peningkatan penggunaan faktor-faktor produksi tersebut secara
tepat baik dosis, cara, dan waktu pemberiannya dapat meningkatkan produktivitas
cabai merah keriting.
Sementara itu, input produksi yang berpengaruh secara negatif terhadap
produktivitas cabai merah keriting adalah pupuk K2O, kapur dan
pestisida/fungisida masingmasing dengan nilai elastisitas sebesar (0.0956,
-0.4248, dan -0.1561). Artinya peningkatan penggunaan pupuk K2O, kapur, dan
pestisida sebesar (1 %) akan berdampak pada penurunan produktivitas sebesar
(-0.0956 %, -0.4248 %, dan -0.1561 %). Hasil analisis ini tidak sesuai dengan
yang dihipotesakan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan input-input
produksi tersebut untuk usahatani cabai merah keriting pada teknologi yang
tersedia sudah melebihi kebutuhan tanaman.
Secara empiris petani menggunakan pupuk K2O bersumber dari berbagai
jenis pupuk, yaitu : KCL, KNO3, serta PONSKA dan NPK. Untuk penggunaan
kapur pada usahatani cabai merah keriting juga menunjukkan indikasi berlebih.
Penggunaannya yang berlebih disebabkan adanya harapan yang berlebihan
terhadap manfaat penggunaan kapur. Di samping sebagai unsur pembenah tanah
yang berperan memperbaiki pH tanah, juga diyakini dapat menekan serangan
penyakit khususnya dari jenis jamur. Sementara itu penggunaan pestisida sudah
menunjukkan adanya indikasi berlebih. Berdasarkan kajian kualitatif, di samping
adanya fenomena penggunaan pestisida/fungisida yang berlebih juga terjadi
penggunaan pestisida/fungisida dengan cara dioplos, sehingga berdampak
menurunkan tingkat efektivitas penggunaan dan berdampak menurunkan tingkat
produktivitasnya.
6.2. Analisis Tingkat Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Usahatani Cabai Merah
6.2.1. Analisis Efisiensi Teknis Fungsi Produksi Translog Struktur Heterokedastisitas pada Usahatani Cabai Merah Besar
Petani menyadari bahwa produksi cabai merah besar yang dihasilkan
tergantung pada banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Rata-rata
tingkat efisiensi teknis (technical efficiency/TE) pada usahatani cabai merah besar
dengan fungsi produktivitas translog pendekatan SPF dengan struktur
heterokedastisitas diperoleh rata-rata nilai TE sebesar 0.84 (Tabel 30 dan
Lampiran 3). Hasil estimasi TE pada usahatani cabai merah besar dengan fungsi
produksi translog menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas yang dicapai adalah
sekitar (84 %) dari produktivitas batas (frontier).
Hasil kajian menunjukkan bahwa dari seluruh contoh yang diteliti,
191
sekitar (5.50 %). Proporsi petani cabai merah besar yang berada pada kelompok
TE 0.86-0.90 (29.50 %). Proporsi petani cabai merah besar terbesar berada pada
kelompok TE 0.81-0.85 (46.00 %). Sementara itu, kelompok petani cabai merah
besar dengan nilai TE di bawah 0.80 relatif kecil hanya sekitar (19.00 %).
Tabel 30. Distribusi Nilai Efisiensi Teknis (TE) menurut Kelompok TE pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Kelompok
Kelompok
Nilai TE Jumlah Petani Persentase (%)
Kelompok 1 <=0.70 4 2.00 Kelompok 2 0.71-0.75 8 4.00 Kelompok 3 0.76-0.80 26 13.00 Kelompok 4 0.81-0.85 92 46.00 Kelompok 5 0.86-0.90 59 29.50 Kelompok 6 >=0.91 11 5.50 Rata-rata 0.84 200 100.00
Tingkat pencapaian TE usahatani cabai merah besar dengan fungsi
produksi translog dengan struktur heterokedastisitas tergolong tinggi. Penguasaan
dan adopsi teknologi budidaya pada teknologi yang tersedia oleh petani cabai
merah besar sudah berada pada level yang sangat memuaskan. Efisiensi
penggunaan input-input produksi masih dapat ditingkatkan untuk mencapai
frontier tetapi dalam peningkatan yang relatif terbatas (16%). Terdapat peluang untuk memperbaiki efisiensi teknik pada usahatani individu dengan TE moderat
melalui pendidikan petani dan kinerja penyuluhan pertanian. Secara terperinci
distribusi nilai TE pada usahatani cabai merah besar dapat dilihat pada Tabel 30
Gambar 8. Sebaran Petani Menurut Efisisensi Teknis Cabai Merah Besar
6.2.2. Analisis Efisiensi Teknis dari Pendekatan Produksi Translog Cabai Merah Keriting
Rata-rata tingkat TE usahatani cabai merah keriting fungsi produktivitas
translog dengan struktur heterokedastisitas yang dicapai petani di lokasi penelitian
Provinsi Jawa Tengah adalah tergolong tinggi yaitu sebesar 0.93 (Tabel 31 dan
Lampiran 4). Hasil estimasi nilai TE sebesar 0.93 mengandung arti bahwa
rata-rata tingkat produktivitas yang dicapai petani cabai merah keriting adalah sekitar
(93 %) dari produktivitas batas (frontier).
Tingkat TE usahatani cabai keriting melalui pendekatan fungsi
produktivitas translog pada usahatani cabai merah keriting dalam kondisi
heterokedastik dapat digolongkan dalam kategori tinggi. Hasil kajian
menunjukkan bahwa dari seluruh contoh yang diteliti, sebagian petani cabai
193
merah keriting terbesar terkonsentrasi pada kelompok TE 0.926-0.950 (76.04 %).
Kemudian proporsi petani cabai merah keriting yang berada pada kelompok TE
0.910-0.925 (12.50 %). Selanjutnya proporsi petani cabai merah keriting pada
kelompok TE < 0.90 (8.33 %). Nampak bahwa nilai TE petani cabai merah
keriting terkonsentrasi pada kelompok TE tinggi hingga sangat tinggi yang
menunjukkan bahwa sebagian petani cabai merah keriting telah menguasai
teknologi budidaya dengan baik dan bersifat masal. Efisiensi penggunaan input
produksi masih dapat ditingkatkan untuk mencapai frontier tetapi dalam
peningkatan yang tidak begitu berarti (kurang dari 7 %). Secara terperinci
distribusi nilai TE menurut kelompok dapat dilihat pada Tabel 31 dan Gambar 9
berikut.
Tabel 31. Distribusi Nilai Efisiensi Teknis (TE) menurut Kelompok TE pada Usahatani Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Kelompok Kelompok Nilai TE Jumlah Petani Persentase (%)
Kelompok 1 <=0.875 1 1.04 Kelompok 2 0.876-0.900 7 7.29 Kelompok 3 0.910-0.925 12 12.50 Kelompok 4 0.926-0.950 73 76.04 Kelompok 5 >=0.950 3 3.13 Rata-rata 0.934 96 100.00
Dari keseluruhan hasil penelitian pada cabai merah keriting dengan fungsi
produktivitas translog struktur heterokedastisitas dapat ditarik beberapa implikasi
sangat tinggi. Hal ini menunjukkan peluang peningkatan produktivitas melalui
peningkatan efisiensi teknis pada teknologi yang tersedia sudah sangat terbatas,
hanya tinggal (7 %). Kebijakan operasional peningkatan produktivitas melalui
peningkatan efisiensi teknis harus dilakukan pada kelompok sasaran tertentu
melalui sistem penyuluhan secara partisipatif.
Gambar 9. Sebaran Petani Menurut Efisisensi Teknis Cabai Merah Keriting
6.2.3. Analisis Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomi
Efisiensi alokatif (AE) adalah kemampuan petani cabai merah untuk
menggunakan input pada proporsi yang optimal pada harga-harga faktor produksi
dan teknologi produksi yang tetap (given). Dapat juga didefinisikan sebagai
kemampuan petani cabai merah untuk memilih tingkat penggunaan input
195
ringkas dapat dikatakan bahwa AE menjelaskan kemampuan petani cabai merah
dalam menghasilkan sejumlah output pada kondisi minimisasi rasio biaya input.
Beberapa penulis lebih memilih menggunakan terminologi efisiensi harga untuk
menjelaskan efisiensi alokatif tersebut. Secara alokatif dikatakan efisien jika pada
tingkat harga-harga masukan dan keluaran tertentu, proporsi penggunaan masukan
sudah optimum. Ini terjadi karena penerimaan produk marginal (marginal revenue
product) sama dengan biaya marginal (marginal cost) masukan yang digunakan. Prosedur perhitungan efisiensi alokatif dapat dilihat pada Lampiran 7.
6.2.3.1. Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Cabai Merah Besar
Secara teoritis, untuk mempelajari efisiensi dibutuhkan dua informasi
penting. Pertama, upaya memaksimumkan output dengan menggunakan input
tertentu yakni yang dikenal dengan efisiensi teknis. Kedua, pertimbangan yang
dikaitkan dengan harga relatif input-output atau dimensi efisiensi alokatif.
Hasil estimasi efisiensi alokatif (AE) usahatani cabai merah besar di lokasi
penelitian Provinsi Jawa Tengah pada teknologi yang tersedia dan harga-harga
faktor produksi yang berlaku diperoleh nilai rata-rata AE sebesar 0.61. Tingkat
AE sebesar itu, tergolong moderat. Distribusi petani menurut kelompok nilai AE
pada usahatani cabai merah besar terkonsentrasi pada kelompok AE 0.61-0.70
(49.50 %), kemudian menyusul kelompok AE 0.51-0.60 (39.00 %), menyusul
kelompok AE <= 0.50 (6.00 %), dan terakhir pada kelompok AE 0.71-0.80 (5.50
%). Informasi secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 32 dan Gambar 10, serta
Tabel 32. Distribusi Nilai Efisiensi Alokatif (AE) menurut Kelompok AE pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Deskripsi Nilai AE Jumlah Petani Prosentase (%)
Kelompok 1 <=0.50 12 6.00 kelompok 2 0.51-0.60 78 39.00 Kelompok 3 0.61-0.70 99 49.50 Kelompok 4 0.71-0.80 11 5.50 Rata-rata 0.61 Jumlah 200 100.00
Kondisi ini menunjukkan ruang untuk meningkatkan produktivitas cabai
merah besar melalui peningkatan efisiensi alokatif masih cukup terbuka. Dengan
asusmsi bahwa petani cabai merah besar resposif terhadap perubahan harga, maka
kebijakan harga input dan output, seperti skema kredit lunak, subsidi pupuk, serta
stabilisasi harga output dapat meningkatkan alokasi penggunaan input produksi.
Gambar 10. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Alokatif Usahatani Cabai Merah Besar
197
Untuk meningkatkan efisiensi alokatif usahatani cabai merah besar dapat
dilakukan dengan meningkatkan akses petani terhadap pasar input dan output,
serta kebijakan pendukung. Beberapa kebijakan pendukung yang dapat dilakukan
adalah : (1) Meningkatkan ketersediaan input produksi khususnya benih dan
pupuk melalui perbaikan infrastruktur fisik (jalan dan pasar) di daerah-daerah
sentra produksi cabai merah besar; (2) Kebijakan subsidi pemerintah perlu terus
dilakukan dan diperluas untuk seluruh jenis pupuk kimia (Urea, ZA, SP-36, NPK,
PONSKA, KCL, KNO3) dan pupuk organik; (3) Meningkakan kinerja pasar
tenaga kerja di perdesaan; serta (4) Meningkatkan ketersediaan infrastruktur
pemasaran di daerah-daerah sentra produksi, seperti pasar induk cabai merah, Sub
Terminal Agribisnis (STA), dan revitalisasi pasar tradisional.
Gabungan efisiensi teknis (TE) dan efisiensi alokatif (AE) disebut efisiensi
ekonomi (EE) atau disebut juga efisiensi total, artinya bahwa produk yang
dihasilkan baik secara teknis maupun secara alokatif adalah efisien. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa tercapainya salah satu kondisi efisiensi teknis
maupun alokatif adalah syarat keharusan tetapi bukan syarat kecukupan yang
menjamin tercapainya efisiensi ekonomi. Secara ringkas dapat dikatakan EE
sebagai kemampuan yang dimiliki oleh petani cabai merah besar dalam
berproduksi untuk menghasilkan produksi cabai merah besar yang telah
ditentukan sebelumnya (predetermined quantity of output). Secara ekonomik
efisien bahwa kombinasi input-output akan berada pada fungsi frontir dan jalur
pengembangan usaha (expantion path). Jalur pengembangan usaha merupakan
garis yang menghubungkan titik kombinasi optimum pada berbagai tingkat output
Hasil analisis diperoleh besaran nilai efisiensi ekonomi (EE) usahatani
cabai merah besar sebesar 0.51. Distribusi petani menurut kelompok nilai EE
pada usahatani cabai merah besar terkonsentrasi pada kelompok EE 0.51-0.60
(51.50 %), kemudian menyusul kelompok EE 0.41-0.50 (39.00 %), kelompok EE
< 0.40 (5.00 %), dan terakhir kelempok EE > 0.61 (4.50 %). Informasi secara
keseluruhan tentang distribusi petani menurut kelompok nilai EE pada usahatani
cabai merah besar di lokasi penelitian dapat disimak pada Tabel 33 dan Gambar
11, serta Lampiran 3.
Tabel 33. Distribusi Nilai Efisiensi Ekonomi (EE) menurut Kelompok EE pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Deskripsi Nilai EE Jumlah Petani Prosentase (%)
Kelompok 1 <=0.40 10 5.00 Kelompok 2 0.41-0.50 78 39.00 kelompok 3 0.51-0.60 103 51.50 Kelompok 4 >=0.61 9 4.50 Rata-rata 0.51 Jumlah 200 100.00
Hal analisis tersebut merefleksikan bahwa secara ekonomi petani cabai
merah besar di lokasi penelitian Jawa Tengah memiliki tingkat EE pada level
yang moderat. Sumbangan terbesar dari inefisiensi ekonomis ini berasal dari
inefisiensi alokatif dan sisanya dari inefisiensi teknis. Peningkatan efisiensi
ekonomi dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi teknis dan aefiaiensi
199
Gambar 11. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Ekonomi Usahatani Cabai Merah Besar
6.2.3.2. Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Cabai Merah Keriting
Hasil estimasi efisiensi alokatif (AE) usahatani cabai merah keriting di
lokasi penelitian Provinsi Jawa Tengah pada teknologi yang tersedia dan
harga-harga faktor produksi yang berlaku diperoleh nilai rata-rata AE sebesar 0.61.
Besaran nilai AE tersebut tergolong moderat. Distribusi petani menurut
kelompok nilai AE pada usahatani cabai merah keriting di Jawa Tengah sangat
terkonsentrasi pada kelompok TE AE 0.61-0.70 (51.04 %), kemudian menyusul
kelompok AE 0.51-0.60 (36.46 %), selanjutnya kelompok AE <=0.50 dan AE
>=0.71 masing (6.35 %). Informasi secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 34
Tabel 34. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai AE Usahatani Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Deskripsi Nilai AE Jumlah Petani Prosentase (%)
Kelompok 1 <=0.50 6 6.25 kelompok 2 0.51-0.60 35 36.46 Kelompok 3 0.61-0.70 49 51.04 Kelompok 4 0.71-0.80 6 6.25 Rata-rata 0.61 Jumlah 96 100.00
Hasil analisis merefleksikan bahwa pada teknlogi dan harga faktor-faktor
produksi bersifat tetap, dapat dikatakan masih terdapat ruang untuk meningkatkan
produktivitas cabai merah keriting melalui efisieni alokatif. Dengan asusmsi
bahwa petani cabai merah keriting responsif terhadap perubahan harga, maka
kebijakan harga input dan output dapat digunakan sebagai instrumen untuk
meningkatkan alokasi penggunaan input produksi secara lebih efisien.
Dalam operasionalisasinya dapat dilakukan melalui kebijakan subsidi
benih, subsidi pupuk, skim kredit dengan bunga lunak, kebijakan stabilisasi harga
cabai merah keriting, meningkatkan konsolidasi kelompok tani, serta
meningkatkan aksessibilitas petani terhadap pasar input dan output. Kebijakan
subsidi input dari pemerintah perlu terus dilakukan dan diperluas untuk seluruh
jenis pupuk termasuk untuk pupuk KCL, pupuk komposit, dan pupuk organik.
Kebijakan skema kredit lunak yang selama ini masih terkosentrasi pada
daerah-daerah sentra produksi padi perlu diperluas ke daerah-daerah-daerah-daerah sentra produksi
cabai merah. Upaya peningkatan aksessibilitas terhadap pasar output dapat
201
Gambar 12. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai AE Usahatani Cabai Merah Keriting
Perbedaan antara efisiensi teknis dan alokatif memberikan empat alternatif
yang dapat digunakan untuk menjelaskan keberhasilan petani cabai merah dalam
mencapai tingkat efisiensi tertentu, yaitu : (1) Usahatani cabai merah keriting
berada pada inefisiensi teknis dan alokatif, (2) Usahatani cabai merah keriting
mencapai efisiensi alokatif tetapi tidak efisien secara teknis, (3) Usahatani cabai
merah keriting efisiensi secara teknis tetapi tidak mencapai efisiensi alokatif, dan
(4) Usahatani cabai merah keriting telah mencapai efisiensi teknis dan sekaligus
efisiensi alokatif.
Hasil analisis diperoleh besaran nilai efisiensi ekonomi (EE) sebesar 0.57.
Nilai EE yang diperoleh menunjukkan bahwa secara ekonomi petani cabai merah
keriting di lokasi penetian Jawa Tengah pada level moderat. Sumbangan
alokatif dan sebagian berasal dari inefisiensi teknis. Hasil analisis menunjukkan
bahwa inefisiensi teknis relatif kecil, sedangkan inefisiensi alokatif relatif besar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan produktivitas melalui
penurunan inefisiensi teknis pada teknologi yang tersedia sudah relatif terbatas.
Namun penurunan inefisiensi alokatif masih cukup terbuka.
Tabel 35. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai EE Usahatani Cabai Merah Keriting di Jawa Tengah, Tahun 2009
Deskripsi Nilai EE Jumlah Petani Prosentase (%)
Kelompok 1 <=0.50 18 18.75
Kelompok 2 0.51-0.60 38 39.58
kelompok 3 0.61-0.70 37 38.54
Kelompok 4 >=0.71 3 3.13
Rata-rata 0.57
Kebijakan untuk meningkatkan efisiensi alokatif usahatani cabai merah
keriting dapat dilakukan dengan : (1) Meningkatkan akses petani terhadap pasar
input; (2) Meningkatkan akses petani terhadap pasar output; (3) Meningkatkan
ketersediaan input produksi utama (benih hibrida, pupuk kimia dan pupuk
organik); (4) Melanjutkan kebijakan subsidi pupuk, dengan jangkauan seluruh
jenis pupuk termasuk pupuk organik; (5) Kebijakan pengembangan skema kredit
untuk sektor pertanian dengan bunga lunak dan mekanisme yang mudah diakses
oleh petani; (6) Stabilisasi harga output dengan memperluas tujuan pasar dan
pengembangan produk berbahan baku cabai merah; serta (7 Menyediakan dan
memperbaiki infrastruktur pedesaan, terutama jalan usahatani, pasar (kios/toko
203
lelang, serta pasar petani). Informasi secara lebih terperinci dapat disimak pada
Tabel 35 dan Gambar 13, serta Lampiran 4.
Gambar 13. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Alokatif Usahatani Cabai Merah Besar
6.3. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error
Heteroskedastik pada Produksi Cabai Merah
6.3.1. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis pada Produksi Cabai Merah Besar
Berdasarkan hasil analisis ditunjukkan terdapat 3 (tiga) input produksi
yang berpengaruh secara nyata (pada selang kepercayaan 90-99 %) terhadap
inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar di lokasi penelitian, yaitu : benih,
PPC/ZPT, dan TKLK (Tabel 36 dan Lampiran 5). Terdapat satu faktor produksi
Hal ini disebabkan sebagian petani masih menggunakan benih dengan varietas
lokal (TIT Randu dan TIT Segitiga) dan kecenderungan petani menanam dengan
jarak tanam rapat hingga sedang. Penambahan benih atau jumlah bibit akan
meningkatkan persaingan antar tanaman cabai merah besar dalam menyerap unsur
hara dan penyinaran matahari, sehingga berdampak meningkatkan inefisiensi
teknis.
Faktor produksi lain yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata
terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar adalah : pupuk N, pupuk P2O5,
kapur, pestisida/fungisida dan TKDK. Penggunaan pupuk N yang bersumber
utama dari Urea dan ZA serta pupuk P2O5yang bersumber utama dari SP-36 dan
TSP dilakukan secara tidak tepat (baik dosis, waktu, dan cara pemberiannya).
Meskipun demikian, karena bentuk fungsi adalah fungsi translog maka perlu
dilakukan penghitungan terhadap nilai elastisitasnya.
Variabel pestisida/fungisida berpengaruh meningkatkan inefisiensi teknis
usahatani cabai merah besar. Hal ini disebabkan penggunaannya yang tidak
sesuai dosis dan terjadinya pengoplosan antar pestisida/fungisida, sehingga
berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar.
Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) berpengaruh meningkatkan
inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Hal ini lebih disebabkan oleh
rendahnya keterampilan teknis dan kapabilitas manajerial TKDK dalam usahatani
cabai merah besar. Secara empiris dalam usahatani cabai merah besar melibatkan
205
Terdapat 2 (dua) faktor produksi yang berpengaruh secara negatif dan
nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar, yaitu : PPC/ZPT dan TKLK.
Artinya peningkatan PPC/ZPT dan TKLK akan berpengaruh terhadap penurunan
inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Tanda dari hasil estimasi ini sesuai
dengan yang diharapkan. Penambahan PPC/ZPT yang berfungsi sebagai penyedia
unsur hara mikro dan berperan merangsang pertumbuhan, pembungaan dan
pembuahaan tanaman cabai merah besar jelas akan dapat menurunkan inefisiensi
teknis. Di samping itu, penambahan PPC/ZPT yang mengandung berbagai unsur
hara mikro juga dapat menghindari degradasi sumberdaya lahan.
Penambahan TKLK berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani
cabai merah besar. Pada satu sisi, TKLK yang merupakan tenaga kerja upahan
secara umum memiliki keterampilan teknis lebih baik dibandingkan TKDK dalam
berbagai kegiatan usahatani cabai merah besar. Pada sisi lain usahatani cabai
merah besar memerlukan keterampilan teknis yang tinggi, sehingga penambahan
TKLK berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis.
Secara keseluruhan terdapat 18 variabel interaksi antar faktor produksi
yang berpengaruh secara nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar,
yaitu: interaksi antara benih dengan benih, interaksi pupuk N dengan pupuk N,
pupuk P2O5 dengan P2O5, pupuk K2O dengan K2O, benih dengan pupuk N, benih
dengan pupuk K2O, benih dengan pupuk organik, benih dengan TKLK, pupuk N
dengan K2O, pupuk N dengan kapur, pupuk N dengan pestisida/fungisida, pupuk
dengan TKDK, pupuk P2O5 dengan TKLK, pupuk K2O dengan pupuk organik,
pupuk K2O dengan TKLK, serta TKDK dengan TKLK.
Tabel 36. Hasil Estimasi Fungsi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah Besar di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi Intersep -2.0983 5.9456 -0.35 0.7244 Lnx1 Benih 0.6353 0.3902 1.63 0.1045*** Lnx2 Pupuk N 1.2862 0.9295 1.38 0.1674 Lnx3 Pupuk P2O5 0.1585 0.7356 0.22 0.8296 Lnx4 Pupuk K2O -0.4812 0.6293 -0.76 0.4451 Lnx5 PPC/ZPT -0.0044 0.0027 -1.65 0.1011*** Lnx6 Pupuk organik -0.8890 0.7377 -1.21 0.2290 Lnx7 Kapur 0.3871 0.7852 0.49 0.6223 Lnx8 Pestisida/fungisida 0.6466 0.7190 0.90 0.3692
Lnx9 Tenaga kerja Dalam Keluarga 0.2162 0.4165 0.52 0.6040
Ln10 Tenaga Kerja Luar Keluarga -0.0356 0.0106 -3.37 0.0009*
Lnx1Lnx1 Interaksi antara benih dengan benih -0.0656 0.0138 -4.75 <.0001*
Lnx2Lnx2 Interaksi pupuk N dengan pupuk N -0.2460 0.0735 -3.35 0.0009*
Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dengan P2O5 0.0593 0.0278 2.13 0.0337**
Lnx4Lnx4 Interaksi pupuk K2O dengan K2O -0.0523 0.0302 -1.73 0.0843***
Lnx5Lnx5 Interaksi PPC/ZPT dengan PPC/ZPT 0.0083 0.0624 0.13 0.8939
Lnx6Lnx6 Interaksi pupuk organik dg ppk organik -0.0142 0.0106 -1.34 0.1803
Lnx7Lnx7 Interaksi kapur dengan kapur -0.0073 0.0472 -0.15 0.8777
Lnx8Lnx8 Interaksi pestisida dengan pestisida -0.0636 0.0543 -1.17 0.2421
Lnx9Lnx9 Interaksi TKDK dengan TKDK -0.0088 0.0057 -1.56 0.1209
Lnx10Lnx10 Interaksi TKLK dengan TKLK 0.0019 0.0640 0.03 0.9759
Lnx1Lnx2 Interaksi benih dengan N 0.1169 0.0380 3.08 0.0022*
Lnx1Lnx3 Interaksi benih dengan P2O5 0.0191 0.0240 0.79 0.4279
Lnx1Lnx4 Interaksi benih dengan K2O -0.0862 0.0243 -3.55 0.0004*
Lnx1Lnx5 Interaksi benih dengan PPC/ZPT 0.0761 0.0487 1.56 0.1193
Lnx1Lnx6 Interaksi benih dengan pupuk organik -0.0675 0.0380 -1.77 0.0770***
Lnx1Lnx7 Interaksi benih dengan kapur -0.0309 0.0377 -0.82 0.4132
Lnx1Lnx8 Interaksi benih dengan pestisida -0.0378 0.0340 -1.11 0.2664
Lnx1Lnx9 Interaksi benih dengan TKDK -0.0182 0.0205 -0.89 0.3759
Lnx1Lnx10 Interaksi benih dengan TKLK 0.1168 0.0487 2.40 0.0170**
Lnx2Lnx3 Interaksi pupuk N dengan P2O5 0.0344 0.0580 0.59 0.5532
Lnx2Ln4 Interaksi pupuk N dengan K2O 0.2196 0.0655 3.35 0.0009*
Lnx2Lnx5 Interaksi pupuk N dengan PPC/ZPT -0.0510 0.0928 -0.55 0.5831
Lnx2Lnx6 Interaksi pupuk N dg pupuk organik 0.1093 0.0756 1.45 0.1493
Lnx2Lnx7 Interaksi pupuk N dengan kapur -0.1751 0.0802 -2.18 0.0297**
Lnx2Lnx8 Interaksi pupuk N dengan
pestisida/fungisida
0.1946 0.0734 2.65 0.0084*
Lnx2Lnx9 Interaksi pupuk N dengan TKDK 0.0349 0.0413 0.84 0.3990
Lnx2Lnx10 Interaksi pupuk N dengan TKLK -0.1912 0.1176 -1.63 0.1050
Lnx3Lnx4 Interaksi pupuk P2O5 dengan K2O -0.0467 0.0358 -1.31 0.1927
Lnx3Lnx5 Interaksi pupuk P2O5 dengan PPC/ZPT 0.0815 0.0718 1.13 0.2574
Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dg pupuk organik 0.1355 0.0492 2.76 0.0062*
Lnx3Lnx7 Interaksi pupuk P2O5 dengan kapur -0.0403 0.0515 -0.78 0.4344
Lnx3Lnx8 Interaksi pupuk P2O5 dengan
pestisida/fungisida
-0.1177 0.0475 -2.48 0.0136**
Lnx3Lnx9 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKDK -0.0945 0.0325 -2.91 0.0039*
Ln3Lnx10 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKLK -0.1790 0.0821 -2.18 0.0300**
Lnx4Lnx5 Interaksi pupuk K2O dengan PPC/ZPT 0.0700 0.0782 0.90 0.3711
Lnx4Lnx6 Interaksi pupuk K2O dg pupuk organik -0.0950 0.0556 -1.71 0.0883***
Lnx4Lnx7 Interaksi pupuk K2O dengan kapur 0.0263 0.0527 0.50 0.6181