• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. EFISIENSI PRODUKSI DAN PERILAKU RISIKO PRODUKTIVITAS PETANI PADA USAHATANI CABAI MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI. EFISIENSI PRODUKSI DAN PERILAKU RISIKO PRODUKTIVITAS PETANI PADA USAHATANI CABAI MERAH"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PETANI PADA USAHATANI CABAI MERAH

6.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Cabai Merah dan Nilai Elastisitas Input terhadap Produktivitas

6.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error Heteroskedastik pada Produksi Cabai Merah Besar

Hasil estimasi dengan fungsi produktivitas translog (di mana input-output

dibuat perhektar) pendekatan stochastic production frontier (SPF) dengan struktur

heterokedatisitas pada usahatani cabai merah besar di Provinsi Jawa Tengah

diperoleh beberapa gambaran pokok baik tanda (sign), besaran (magnitude), dan

tingkat signifikansi (significance level) dari parameter yang diestimasi (Tabel 27

dan Lampiran 1). Terdapat 5 (lima) faktor produksi yang berpengaruh secara

nyata (pada selang kepercayaan 95-99 %) terhadap produktivitas cabai merah

besar yaitu variabel pupuk N, pupuk P2O5, pestisida/fungisida, pupuk organik dan

tenaga kerja luar keluarga/TKLK (Tabel 27). Dua variabel berpengaruh secara

positif dan nyata, yaitu variabel pupuk N dan pestisida/fungisida. Artinya

penambahan penggunaan input-input produksi tersebut berdampak meningkatkan

produktivitas cabai merah besar. Sementara itu, variabel pupuk P2O5, pupuk

organik dan tenaga kerja keluarga berpengaruh secara negatif dan nyata. Hal ini

mengandung arti bahwa penambahan input-input produksi tersebut berdampak

menurunkan produktivitas cabai merah besar. Namun demikian, karena bentuk

fungsi prduktivitas adalah translog, maka parameter estimasi belum

(2)

169

Terdapat 11 variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh

secara nyata (pada selang kepercayaan 90-99 %), yaitu : interaksi antara benih

dengan benih, kapur dengan kapur, tenaga kerja luar keluarga/TKLK dengan

TKLK, pupuk N dengan PPC/ZPT, pupuk P2O5 dengan pupuk organik, pupuk

P2O5 dengan pestisida, pupuk organik dengan kapur, pupuk organik dengan

pestisida/fungisida, pupuk organik dengan TKLK, kapur dengan pestisida, dan

pestisida dengan TKLK.

Dari 11 variabel interaksi antar faktor produksi, terdapat 6 (enam) variabel

interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif dan nyata, yaitu

interaksi antara TKLK dengan TKLK, pupuk N dengan PPC/ZPT, pupuk P2O5

dengan pupuk organik, pupuk organik dengan kapur, kapur dengan pestisida, dan

pestisida dengan TKLK. Artinya interaksi antar faktor-faktor produksi tersebut

berpengaruh secara positif dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai

merah besar.

Interaksi antar TKLK dengan TKLK berpengaruh positif dan nyata

terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan TKLK pada

umumnya memiliki keterampilan teknis budidaya cabai merah besar secara lebih

baik dibandingkan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), sehingga penambahan

penggunaan TKLK dapat meningkatkan produktivitas cabai merah besar.

Kombinasi interaksi antara pupuk N dengan PPC/ZPT berpengaruh secara

positif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan

adanya kombinasi yang bersifat saling melengkapi antara unsur hara makro (N)

(3)

interaksi antara keduanya berdampak meningkatkan produktivitas cabai merah

besar.

Interaksi antara pupuk P2O5 dengan pupuk organik juga berdampak positif

dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Kombinasi antara pupuk

organik yang berperan penting dalam memperbaiki struktur dan tekstur tanah

dengan pupuk P2O5 yang berfungsi sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan akan

meningkatkan efektivitas penyerapan unsur hara (P2O5). Di samping itu, pupuk

organik juga mengandung unsur hara baik makro maupun mikro meskipun dalam

jumlah yang terbatas. Sehingga kombinasinya interaksi antara pupuk organik

dengan pupuk P2O5berdampak meningkatkan produktivitas cabai merah besar.

Kombinasi interaksi antara faktor produksi pupuk organik dengan kapur

berpengaruh positif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini

disebabkan pupuk organik berfungsi dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan

biologi tanah; sedangkan kapur berperan penting sebagai unsur pembenah tanah.

Interaksi antara keduanya berpengaruh secara positif terhadap peningkatan

produktivitas cabai merah besar.

Interaksi antara faktor produksi kapur dengan pestisida/fungisida

berpengaruh secara positif dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai

merah besar. Hal ini disebabkan kapur berfungsi sebagai unsur pembenah tanah,

memperbaiki pH tanah, dan dapat menekan pertumbuhan fungi; sedangkan

pestisida/fungisida yang berfungsi menekan serangan hama dan penyakit tanaman.

(4)

171

untuk pertumbuhan tanaman serta menekan serangan hama dan penyakit tanaman,

sehingga berdampak meningkatkan produktivitas cabai merah besar.

Terakhir interaksi antara pestisida/fungisida dengan TKLK berpengaruh

secara positif dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai merah besar.

Secara empiris ditunjukkan bahwa pengendalian hama dan penyakit tanaman

memerlukan TKLK yang memiliki keterampilan teknis secara memadai.

Sehingga interaksi antara pestisida/fungisida dan TKLK berdampak meningkatkan

produktivitas cabai merah besar.

Terdapat 4 (empat) faktor produksi yang berpengaruh secara positif, tetapi

tidak nyata, yaitu benih, pupuk K2O, PPC/ZPT, serta TKDK. Artinya bahwa

faktor-faktor produksi tersebut secara sendiri-sendiri kurang berpengaruh terhadap

produktivitas cabai merah besar. Sementara itu, interaksi antar faktor-faktor

produksi yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata secara keseluruhan

dapat dilihat pada Tabel 27 dan Lampiran 1.

Terdapat 5 (lima) variabel interaksi antar faktor produksi yang

berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar,

yaitu : interaksi antara benih dengan benih, kapur dengan kapur, pupuk P2O5

dengan pestisida, pupuk organik dengan pestisida/fungisida, pupuk organik

dengan TKLK. Interaksi antara benih dengan benih berpengaruh secara negatif

terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan terjadinya

penanaman cabai merah besar dengan varietas yang berbeda dalam petakan lahan

yang sama dapat mengakibatkan kemurnian varietas tidak terjaga, sehingga

(5)

Kombinasi interaksi antara kapur dengan kapur berpengaruh negatif dan

nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Hal ini disebabkan penggunaan

antar berbagai kapur, misalnya antara dolomit dan kalsit pada lahan sawah dengan

pH yang sudah netral (pH=7) dapat menyebabkan pH terlalu tinggi, sehingga

dapat menurunkan produktivitas cabai merah besar.

Interaksi antara pupuk P2O5 dengan pestisida/fungisida berpengaruh secara

negatif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah besar. Penggunaan pupuk

P2O5yang tidak tepat dosis serta fenomena pengoplosan pestisida/fungisida secara

simultan dapat menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan dan efektivitas

pengendalian hama dan penyakit tanaman. Interaksi antar keduanya berdampak

menurunkan produktivitas cabai merah besar.

Kombinasi interaksi antara penggunaan pupuk organik dan

pestisida/fungisida yang berpengaruh negatif dan nyata terhadap produktivitas

cabai merah besar. Hal ini disebabkan penggunaan pupuk organik yang belum

matang dan tidak terstandarisasi dalam jangka pendek bisa menimbulkan efek

beracun bagi tanaman. Sementara itu, penggunaan pestisida/fungisida yang tidak

tepat dosis dan dengan cara yang tidak tepat berdampak menurunkan

produktivitas cabai merah besar. Interaksi antar keduanya berdampak menurunkan

produktivitas cabai merah besar.

Interaksi antara penggunaan pupuk organik dan TKLK secara negatif dan

nyata menurunkan produktivitas cabai merah besar. Penggunaan pupuk organik

yang belum matang dalam jangka pendek bisa menciptakan efek beracun bagi

(6)

173

pada pekerjaan cepat selesai. Interaksi antara keduanya dapat berdampak negatif

terhadap produktivitas cabai merah besar.

Tabel 27. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009

Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi Intersep 3.6177 0.3203 11.30 <.0001 Lnx1 Benih 0.0072 0.0259 0.28 0.7808 Lnx2 Pupuk N 1.5322 0.5312 2.88 0.0045* Lnx3 Pupuk P2O5 -0.1005 0.0416 -2.41 0.0167** Lnx4 Pupuk K2O 0.0210 0.0438 0.48 0.6313 Lnx5 PPC/ZPT 0.0162 0.0611 0.26 0.7917 Lnx6 Pupuk organik -0.2167 0.0476 -4.55 <.0001* Lnx7 Kapur -0.0728 0.0497 -1.46 0.1450 Lnx8 Pestisida/fungisida 0.1435 0.0446 3.21 0.0015*

Lnx9 Tenaga kerja Dalam Keluarga 0.0162 0.0274 0.59 0.5556

Ln10 Tenaga Kerja Luar Keluarga -0.2144 0.0618 -3.47 0.0007*

Lnx1Lnx1 Interaksi antara benih dengan benih -0.0227 0.0094 -2.42 0.0163**

Lnx2Lnx2 Interaksi pupuk N dengan pupuk N 0.0077 0.0284 0.27 0.7869

Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dengan P2O5 -0.0057 0.0154 -0.37 0.7094

Lnx4Lnx4 Interaksi pupuk K2O dengan K2O 0.0096 0.0173 0.56 0.5792

Lnx5Lnx5 Interaksi PPC/ZPT dengan PPC/ZPT -0.0289 0.0248 -1.17 0.2452

Lnx6Lnx6 Interaksi pupuk organik dg ppk organik 0.0035 0.0046 0.76 0.4482

Lnx7Lnx7 Interaksi kapur dengan kapur -0.0267 0.0104 -2.56 0.0112**

Lnx8Lnx8 Interaksi pestisida dengan pestisida -0.0077 0.0258 -0.30 0.7649

Lnx9Lnx9 Interaksi TKDK dengan TKDK 0.0010 0.0031 0.33 0.7411

Lnx10Lnx10 Interaksi TKLK dengan TKLK 0.0586 0.0173 3.38 0.0009*

Lnx1Lnx2 Interaksi benih dengan N 0.0116 0.0208 0.55 0.5797

Lnx1Lnx3 Interaksi benih dengan P2O5 0.0172 0.0152 1.13 0.2614

Lnx1Lnx4 Interaksi benih dengan K2O -0.0059 0.012694 -0.47 0.6411

Lnx1Lnx5 Interaksi benih dengan PPC/ZPT 0.0255 0.024647 1.04 0.3015

Lnx1Lnx6 Interaksi benih dengan pupuk organik 0.0027 0.0165 0.17 0.8688

Lnx1Lnx7 Interaksi benih dengan kapur -0.0040 0.0201 -0.20 0.8429

Lnx1Lnx8 Interaksi benih dengan pestisida -0.0180 0.0183 -0.98 0.3275

Lnx1Lnx9 Interaksi benih dengan TKDK -0.0046 0.0114 -0.40 0.6892

Lnx1Lnx10 Interaksi benih dengan TKLK 0.0206 0.0226 0.91 0.3631

Lnx2Lnx3 Interaksi pupuk N dengan P2O5 0.0183 0.0242 0.76 0.4509

Lnx2Ln4 Interaksi pupuk N dengan K2O -0.0067 0.0152 -0.44 0.6604

Lnx2Lnx5 Interaksi pupuk N dengan PPC/ZPT 0.0979 0.0356 2.75 0.0065*

Lnx2Lnx6 Interaksi pupuk N dg pupuk organik -0.0219 0.0275 -0.79 0.4284

Lnx2Lnx7 Interaksi pupuk N dengan kapur -0.0009 0.0325 -0.03 0.9772

Lnx2Lnx8 Interaksi pupuk N dengan pestisida -0.0116 0.0353 -0.33 0.7423

Lnx2Lnx9 Interaksi pupuk N dengan TKDK -0.0239 0.0182 -1.31 0.1906

Lnx2Lnx10 Interaksi pupuk N dengan TKLK -0.0079 0.0280 -0.28 0.7795

Lnx3Lnx4 Interaksi pupuk P2O5 dengan K2O -0.0201 0.0208 -0.97 0.3348

Lnx3Lnx5 Interaksi pupuk P2O5 dengan PPC/ZPT -0.0166 0.0295 -0.56 0.5750

Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dg pupuk organik 0.0607 0.0214 2.84 0.0050*

Lnx3Lnx7 Interaksi pupuk P2O5 dengan kapur -0.0324 0.0281 -1.15 0.2497

Lnx3Lnx8 Interaksi pupuk P2O5 dengan pestisida -0.0453 0.0173 -2.62 0.0095*

Lnx3Lnx9 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKDK -0.0201 0.0168 -1.20 0.2322

Ln3Lnx10 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKLK 0.0011 0.0279 0.04 0.9677

Lnx4Lnx5 Interaksi pupuk K2O dengan PPC/ZPT -0.0271 0.0322 -0.84 0.4005

Lnx4Lnx6 Interaksi pupuk K2O dg pupuk organik 0.0267 0.0227 1.18 0.2408

(7)

Lanjutan Tabel 27.

Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi

Lnx4Lnx8 Interaksi pupuk K2O dengan pestisida -0.0019 0.0215 -0.09 0.9312

Lnx4Lnx9 Interaksi pupuk K2O dengan TKDK 0.0111 0.0152 0.73 0.4675

Lnx4Lnx10 Interaksi pupuk K2O dengan TKLK -0.0151 0.0224 -0.67 0.5030

Lnx5Lnx6 Interaksi PPC/ZPT dg pupuk organik -0.0069 0.0303 -0.23 0.8201

Lnx5Lnx7 Interaksi PPC/ZPT dengan kapur -0.0372 0.0291 -1.28 0.2031

Lnx5Lnx8 Interaksi PPC/ZPT dengan pestisida -0.0224 0.0239 -0.94 0.3492

Lnx5Lnx9 Interaksi PPC/ZPT dengan TKDK 0.0106 0.0224 0.47 0.6379

Lnx5Lnx10 Interaksi PPC/ZPT dengan TKLK -0.0011 0.0309 -0.03 0.9722

Lnx6Lnx7 Interaksi pupuk organik dengan kapur 0.0565 0.0179 3.16 0.0018*

Lnx6Lnx8 Interaksi pupuk organik dg pestisida -0.0650 0.0256 -2.54 0.0117*

Lnx6Lnx9 Interaksi pupuk organik dengan TKDK -0.0036 0.0143 -0.25 0.8009

Lnx6Lnx10 Interaksi pupuk organik dengan TKLK -0.0532 0.0207 -2.57 0.0108**

Lnx7Lnx8 Interaksi kapur dengan pestisida 0.0855 0.0296 2.89 0.0043*

Lnx7Lnx9 Interaksi kapur dengan TKDK 0.0031 0.0108 0.29 0.7725

Lnx7Lnx10 Interaksi kapur dengan TKLK -0.0076 0.0249 -0.31 0.7595

Lnx8Lnx9 Interaksi pestisida dengan TKDK 0.0187 0.0188 1.00 0.3203

Lnx8Lnx10 Interaksi pestisida dengan TKLK 0.0341 0.0167 2.04 0.0426**

Lnx9Lnx10 Interaksi TKDK dengan TKLK 0.0222 0.0223 1.00 0.3204

d1 Dummy musim (1=MK; 0=MH) 0.0567 0.0421 1.35 0.1791

d2 Dummy agroekosistem (1=lahan sawah

dataran rendah; 2= lahan kering dataran tinggi)

-0.0206 0.0272 -0.76 0.4489

d3 Dummy benih hibrida (1=benih hibrida;

2=benih lokal/hibrida turunan)

0.16363 0.1273 1.29 0.1990

Root MSE 0.16028 R-Square 0.98186 Dependent Mean 1.93374 Adj R-Sq 0.97530 Coeff Var 8.28856

*) : nyata pada 0.01

**) : nyata pada 0.05

***) : nyata pada 0.10

Terdapat satu faktor produksi yang berpengaruh secara negatif, tetapi tidak

nyata, yaitu kapur. Artinya penggunaan kapur kurang berbeparuh nyata terhadap

produktivitas cabai merah besar. Sementara itu, interaksi antar faktor produksi

yang berpengaruh secara negatif, tetapi tidak nyata dapat dilihat pada Tabel 27

dan Lampiran 1.

Variabel dummy musim berpengaruh secara positif terhadap produktivitas

cabai merah besar, tetapi tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

produktivitas cabai merah besar lebih tinggi dicapai pada MK dibandingkan pada

(8)

175

merah besar pada MK, dengan pertimbangan waktu MH menanam padi dan untuk

menghindarkan dari kerusakan tanaman akibat kelebihan air.

Variabel dummy agroekosistem berpengaruh secara negatif terhadap

produktivitas cabai merah besar, meskipun tidak nyata. Tingkat produktivitas

cabai merah besar lebih tinggi pada agroekosistem lahan kering dataran tinggi

dibandingkan lahan sawah dataran rendah. Hal ini disebabkan keseimbangan

biodiversitas alami pada lahan kering dataran tinggi lebih baik dibandingkan lahan

sawah dataran rendah.

Variabel dummy benih hibrida berpengaruh secara positif terhadap

produktivitas cabai merah besar, meskipun tidak nyata. Namun apabila selang

kepercayaan diperlonggar hingga (80 %), variabel benih hibrida berpengaruh

secara positif dan nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas cabai

merah besar lebih tinggi dengan menggunakan varietas benih hibrida

dibandingkan benih lokal. Secara genetis varietas benih hibrida memiliki potensi

produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan benih varietas lokal. Secara

empiris di lapang terjadi pergeseran penggunaan dari benih lokal ke penggunaan

benih hibrida pada usahatani cabai merah besar.

Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas cabai merah

besar dengan menggunakan fungsi produksi translog dapat diformulasikan sebagai

(9)

d 0.1636 d 0.021 d 0.057 ln ln 0.022 ln ln 0.034 ln ln 0.019 ln ln 0.008 ln ln 0.003 ln ln 0.086 ln ln 0.053 ln ln 0.004 ln ln 0.065 ln ln 0.057 ln ln 0.001 ln ln 0.011 ln ln .022 0 ln ln 0.037 ln ln 0.007 ln ln 0.015 ln ln 0.011 ln ln 0.002 ln ln 0.009 ln ln 0.027 ln ln 0.027 ln ln 0.001 ln ln 0.020 ln ln 0.045 ln ln 0.032 ln ln 0.061 ln ln 0.017 ln ln 0.020 ln ln 0.008 ln ln 0.024 ln ln 0.012 ln ln .001 0 ln ln 0.022 ln ln 0.098 ln ln .007 0 ln ln 0.018 ln ln 0.021 ln ln 0.005 ln ln 0.018 ln ln 0.004 ln ln 0.003 ln ln 0.026 ln ln 0.006 ln ln 0.017 ln ln 0.012 ln ln 0.059 ln ln 0.001 ln ln 0.008 ln ln 0.027 ln ln 0.004 ln ln 0.029 ln ln 0.010 ln ln 0.006 ln ln 0.008 ln ln 0.023 ln 0.214 ln 0.016 ln 0.144 ln 0.073 ln 0.217 ln 0.016 ln 0.021 ln 0.101 ln 532 . 1 ln 0.007 3.618 ln ln 3 2 1 10 9 10 8 9 8 10 7 9 7 8 7 10 6 9 6 8 6 7 6 10 5 9 5 8 5 7 5 6 5 10 4 9 4 8 4 7 4 6 4 5 4 10 3 9 3 8 3 7 3 6 3 5 3 4 3 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 10 1 9 1 8 1 7 1 6 1 5 1 4 1 3 1 2 1 10 10 9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1                                                                      x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x yi

6.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error Heteroskedastik pada Produksi Cabai Merah Keriting

Dengan cara yang sama dilakukan analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas cabai merah keriting di Provinsi Jawa Tengah. Hasil

estimasi dengan fungsi produktivitas translog pendekatan SPF kondisi struktur

heterokedastisitas pada usahatani cabai merah keriting diperoleh beberapa temuan

pokok baik tanda (sign), besaran (magnitude), dan tingkat signifikansi

(significance level) dari parameter yang diestimasi (Tabel 28 dan Lampiran 2).

Terdapat 3 (tiga) faktor produksi yang berpengaruh secara nyata (pada

selang kepercayaan 95-99 %) terhadap produktivitas cabai merah keriting yaitu

benih, pestisida/fungisida dan tenaga kerja luar keluarga/TKLK (Tabel 28). Dari

tiga variabel tersebut terdapat dua faktor produksi yang berpengaruh secara positif

(10)

177

yang berpengaruh secara negatif dan nyata pada selang kepercayaan (90 %), yaitu

benih cabai merah keriting.

Penambahan penggunaan pestisida/fungisida berdampak positif dan nyata

terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Peningkatan

penggunaan pestisida/fungisida yang berfungsi untuk mengendalikan hama dan

penyakit tanaman dapat menekan serangan hama dan penyakit tanaman.

Penggunaan pestisida/fungisida dapat menjaga stabilitas produktivitas cabai

merah keriting, sehingga secara tidak langsung berdampak positif terhadap

produktivitas cabai merah keriting.

Penambahan penggunaan TKLK berpengaruh secara positif dan nyata

terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Hal ini menunjukkan

bahwa usahatani cabai merah keriting bersifat intensif terhadap tenaga kerja.

Penambahan TKLK yang pada umumnya memiliki keterampilan teknis yang lebih

baik dibandingkan TKDK akan meningkatkan produktivitas cabai merah keriting.

Penambahan benih cabai merah keriting ternyata berdampak negatif dan

nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting. Hasil ini tidak sesuai dengan

yang dihipotesakan. Hal ini disebabkan penggunaan benih cabai merah keriting

yang cenderung berlebih dan cenderung menggunakan jarak tanam rapat

menyebabkan persaingan dalam penyerapan unsur hara dari tanah dan penyinaran

matahari, sehingga berdampak negatif terhadap peningkatan produktivitas.

Secara keseluruhan terdapat 12 variabel interaksi antar faktor produksi

yang berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting, yaitu :

(11)

K2O, benih dengan N, benih dengan K2O, benih dengan pestisida, benih dengan

TKLK, pupuk N dengan pestisida, pupuk P2O5 dengan K2O, pupuk K2O dengan

pupuk organik, K2O dengan TKDK, dan interaksi antara pestisida dengan TKLK.

Terdapat 6 (enam) variabel interaksi antar faktor produksi yang

berpengaruh secara positif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting,

yaitu: interaksi penggunaan antara pupuk K2O dengan pupuk K2O, benih dengan

pupuk N, benih dengan dan K2O, benih dengan TKLK, pupuk N dengan

pestisida/fungisida, dan interaksi pupuk K2O dengan TKDK. Kombinasi

penggunaan pupuk K2O dengan K2O yang bersumber dari beberapa jenis pupuk,

seperti pupuk KCL, KNO3 serta PONSKA dan NPK berpengaruh meningkatkan

produktivitas cabai merah keriting. Hal ini disebabkan beberapa jenis pupuk

seperti KNO3 serta PONSKA dan NPK juga mengandung unsur hara makro N dan

P2O5, sehingga kombinasi antar unsur hara makro berdampak meningkatkan

produktivitas cabai merah keriting.

Kombinasi interaksi antara benih dan pupuk N berpengaruh secara positif

dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Hal ini

disebabkan pada awal pertumbuhan tanam cabai merah keriting memerlukan

pemupukan awal dengan pupuk N. Interaksi antar benih dan pupuk berpengaruh

secara positif dan nyata terhadap tingkat produktivitas cabai merah keriting.

Interaksi antara benih dengan pupuk K2O berpengaruh secara positif dan

nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting. Pada awal

pertumbuhan tanaman cabai merah keriting juga memerlukan pupuk awal K2O

(12)

179

susulan. Sehingga kombinasi interaksi antara keduanya berdampak meningkatkan

produktivitas cabai merah keriting.

Kombinasi interaksi antara benih dan TKLK berpengaruh secara positif

dan nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting. Kondisi ini disebabkan

bahwa penanaman cabai merah keriting perlu dilakukan oleh TKLK yang pada

umumnya memiliki keterampilan teknis dalam kegiatan menanam secara lebih

baik dibandingkan TKDK. Sehingga interaksi antara keduanya berdampak

meningkatkan produktivitas cabai merah keriting.

Interaksi antara pupuk N dengan pestisida/fungisida berdampak positif

dan nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting. Hal ini disebabkan pupuk

N sebagai unsur hara makro berperan dalam pertumbuhan vegatatif maupun

generatif, sedangkan pestisida/fungisida berfungsi dalam mengendalikan hama

dan penyakit tanaman. Interaksi antara keduanya berdampak meningkatkan

produktivitas cabai merah keriting.

Kombinasi interaksi antara pestisida/fungisida dengan TKLK berpengaruh

secara positif dan nyata terhadap peningkatan produktivitas cabai merah keriting.

Hal ini disebabkan pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai merah keriting

memerlukan keterampilan teknis yang memadai, sementara itu TKLK yang pada

umumnya memiliki keterampilan teknis dalam penyemprotan hama dan penyakit.

Sehingga interaksi antar keduanya berdampak meningkatkan produktivitas cabai

merah keriting.

Faktor-faktor produksi lain yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak

nyata mencakup 7 (tujuh) variabel yaitu pupuk N, pupuk P2O5, pupuk K2O,

(13)

parameter estimasi tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Sementara itu,

variabel interaksi antar faktor produksi yang berpengaruh secara positif, tetapi

tidak nyata secara terperinci dapat di simak pada Tabel 28 dan Lampiran 2.

Tabel 28. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Usahatani Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009

Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi Intersep -7.7075 13.6582 -0.56 0.5770 Lnx1 Benih -2.7159 1.3998 -1.94 0.0625** Lnx2 Pupuk N 0.0041 0.9099 0.00 0.9964 Lnx3 Pupuk P2O5 0.7656 0.9641 0.79 0.4338 Lnx4 Pupuk K2O 0.0146 0.9430 0.02 0.9877 Lnx5 PPC/ZPT 2.4225 2.0009 1.21 0.2361 Lnx6 Pupuk organik 0.0442 0.8150 0.05 0.9571 Lnx7 Kapur 1.3717 2.0271 0.68 0.5041 Lnx8 Pestisida/fungisida 2.4521 1.0491 2.34 0.0268**

Lnx9 Tenaga kerja Dalam Keluarga 0.2973 1.3410 0.22 0.8262

Lnx10 Tenaga Kerja Luar Keluarga 2.3909 0.6405 3.73 0.0006*

Lnx1Lnx1 Interaksi antara benih dengan benih -0.0147 0.0882 -0.17 0.8691

Lnx2Lnx2 Interaksi pupuk N dengan pupuk N -0.1295 0.0441 -2.93 0.0066*

Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dengan P2O5 -0.0775 0.0338 -2.30 0.0294**

Lnx4Lnx4 Interaksi pupuk K2O dengan K2O 0.1680 0.0611 2.75 0.0104**

Lnx5Lnx5 Interaksi PPC/ZPT dengan PPC/ZPT -0.0556 0.1015 -0.55 0.5883

Lnx6Lnx6 Interaksi pupuk organik dg ppk organik -0.0034 0.0053 -0.63 0.5334

Lnx7Lnx7 Interaksi kapur dengan kapur -0.0321 0.0550 -0.58 0.5645

Lnx8Lnx8 Interaksi pestisida dengan pestisida -0.0709 0.0887 -0.80 0.4310

Lnx9Lnx9 Interaksi TKDK dengan TKDK 0.0326 0.0432 0.75 0.4571

Lnx10Lnx10 Interaksi TKLK dengan TKLK -0.0923 0.0890 -1.04 0.3090

Lnx1Lnx2 Interaksi benih dengan N 0.2069 0.0777 2.66 0.0127**

Lnx1Lnx3 Interaksi benih dengan P2O5 0.1094 0.0853 1.28 0.2098

Lnx1Lnx4 Interaksi benih dengan K2O 0.0405 0.0349 2.75 0.0089*

Lnx1Lnx5 Interaksi benih dengan PPC/ZPT 0.1137 0.1847 0.62 0.5432

Lnx1Lnx6 Interaksi benih dengan pupuk organik 0.0989 0.1168 0.85 0.4040

Lnx1Lnx7 Interaksi benih dengan kapur 0.1936 0.1381 1.40 0.1718

Lnx1Lnx8 Interaksi benih dengan pestisida -0.2895 0.1146 -2.53 0.0175**

Lnx1Lnx9 Interaksi benih dengan TKDK -0.0087 0.1241 -0.07 0.9445

Lnx1Lnx10 Interaksi benih dengan TKLK 0.3291 0.1445 2.28 0.0280**

Lnx2Lnx3 Interaksi pupuk N dengan P2O5 -0.0351 0.0429 -0.82 0.4204

Lnx2Ln4 Interaksi pupuk N dengan K2O -0.0719 0.0487 -1.47 0.1515

Lnx2Lnx5 Interaksi pupuk N dengan PPC/ZPT 0.0645 0.0993 0.65 0.5212

Lnx2Lnx6 Interaksi pupuk N dg pupuk organik -0.0055 0.0707 -0.08 0.9384

Lnx2Lnx7 Interaksi pupuk N dengan kapur -0.0799 0.1060 -0.75 0.4571

Lnx2Lnx8 Interaksi pupuk N dengan pestisida 0.1060 0.0355 2.98 0.0048*

Lnx2Lnx9 Interaksi pupuk N dengan TKDK 0.0197 0.0784 0.25 0.8034

Lnx2Lnx10 Interaksi pupuk N dengan TKLK 0.1268 0.0783 1.62 0.1165

Lnx3Lnx4 Interaksi pupuk P2O5 dengan K2O -0.0808 0.0459 -1.76 0.0895**

Lnx3Lnx5 Interaksi pupuk P2O5 dengan PPC/ZPT 0.0204 0.0886 0.23 0.8197

Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dg pupuk organik 0.0320 0.0624 0.51 0.6120

Lnx3Lnx7 Interaksi pupuk P2O5 dengan kapur -0.0219 0.0571 -0.38 0.7042

Lnx3Lnx8 Interaksi pupuk P2O5 dengan pestisida -0.0188 0.0770 -0.24 0.8088

Lnx3Lnx9 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKDK -0.1075 0.0730 -1.47 0.1521

Ln3Lnx10 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKLK 0.0647 0.0512 1.26 0.2165

Lnx4Lnx5 Interaksi pupuk K2O dengan PPC/ZPT -0.1786 0.1104 -1.62 0.1169

Lnx4Lnx6 Interaksi pupuk K2O dg pupuk organik -0.1419 0.0748 -1.90 0.0682**

Lnx4Lnx7 Interaksi pupuk K2O dengan kapur -0.0172 0.0763 -0.23 0.8234

(14)

181

Tabel 28. Lanjutan

Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi

Lnx4Lnx9 Interaksi pupuk K2O dengan TKDK 0.1521 0.0678 2.24 0.0329**

Lnx4Lnx10 Interaksi pupuk K2O dengan TKLK 0.0986 0.0657 1.50 0.1443

Lnx5Lnx6 Interaksi PPC/ZPT dg pupuk organik -0.0227 0.0771 -0.29 0.7706

Lnx5Lnx7 Interaksi PPC/ZPT dengan kapur -0.1422 0.1514 -0.94 0.3555

Lnx5Lnx8 Interaksi PPC/ZPT dengan pestisida 0.1588 0.1302 1.22 0.2329

Lnx5Lnx9 Interaksi PPC/ZPT dengan TKDK -0.0569 0.1318 -0.43 0.6691

Lnx5Lnx10 Interaksi PPC/ZPT dengan TKLK -0.2260 0.1334 -1.69 0.1015

Lnx6Lnx7 Interaksi pupuk organik dengan kapur -0.0492 0.0845 -0.58 0.5647

Lnx6Lnx8 Interaksi pupuk organik dg pestisida 0.0185 0.0821 0.23 0.8231

Lnx6Lnx9 Interaksi pupuk organik dengan TKDK 0.0873 0.0822 1.06 0.2975

Lnx6Lnx10 Interaksi pupuk organik dengan TKLK -0.0009 0.0718 -0.01 0.9902

Lnx7Lnx8 Interaksi kapur dengan pestisida -0.0416 0.0775 -0.54 0.5958

Lnx7Lnx9 Interaksi kapur dengan TKDK -0.1281 0.1204 -1.06 0.2963

Lnx7Lnx10 Interaksi kapur dengan TKLK 0.0491 0.1500 0.33 0.7458

Lnx8Lnx9 Interaksi pestisida dengan TKDK -0.0205 0.0815 -0.25 0.8030

Lnx8Lnx10 Interaksi pestisida dengan TKLK -0.1400 0.0841 -1.66 0.1072***

Lnx9Lnx10 Interaksi TKDK dengan TKLK -0.1000 0.1208 -0.83 0.4147

d1 Dummy musim tanam (1=MK; 0=MH) 0.0144 0.0518 0.28 0.7835

d2 Dummy benih hibrida (1=benih hibrida;

0=benih lokal/hibrida turunan)

0.1225 0.1439 0.85 0.4019

Root MSE 0.09934 R-Square 0.92522 Dependent Mean 3.39642 Adj R-Sq 0.74628 Coeff Var 2.92487

*) : nyata pada 0.01

**) : nyata pada 0.05

***) : nyata pada 0.10

Terdapat 6 (enam) variabel interaksi antar input produksi yang

berpengaruh secara negatif dan nyata (pada selang kepercayaan 90-99 %) yaitu

interaksi antara pupuk N dengan pupuk N, P2O5 dengan P2O5, benih dengan

pestisida, pupuk P2O5 dan pupuk K2O, pupuk K2O dengan pupuk organik, dan

interaksi antara pestisida/fungisida dan TKLK. Kombinasi interaksi penggunaan

pupuk N dengan pupuk N berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap

produktivitas cabai merah keriting. Secara empiris petani menggunakan pupuk N

berasal dari pupuk Urea, ZA, NPK dan PONSKA. Penggunaan pupuk N dari

(15)

menciptakan amoniak yang beracun. Sehingga interaksi antar pupuk N dapat

berpengaruh menurunkan produktivitas cabai merah keriting.

Kombinasi interaksi penggunaan pupuk P2O5 dengan pupuk P2O5

berpengaruh secara negatif dan nyata terhadap produktivitas cabai merah keriting.

Secara empiris petani menggunakan pupuk P2O5 berasal dari pupuk TSP, SP-36,

SP-27, SP-18, NPK dan PONSKA. Penggunaan pupuk P2O5 dari berbagai jenis

pupuk yang tidak tepat (baik dosis, cara dan waktu pemberian) dapat berpengaruh

menurunkan produktivitas cabai merah keriting.

Kombinasi interaksi penggunaan benih dengan pestisida berpengaruh

secara negatif dan nyata. Secara empiris di lapang petani cabai merah keriting

menggunakan benih lokal dan hibrida, sedangkan pada sisi lain terjadi fenomena

pengoplosan antar berbagai jenis pestisida/fungisida. Penggunaan benih cabai

merah keriting lokal dan pengolosan antar berbagai jenis pestisida/fungisida dapat

berdampak negatif terhadap produktivitas cabai merah keriting.

Kombinasi interaksi antara pupuk P2O5 dengan pupuk K2O ternyata

berpengaruh secara negatif dan nyata. Hal ini tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Secara empiris sumber pupuk P2O5 berasal dari

SP-36/TSP/SP-27/SP-18, NPK dan PONSKA, sedangkan sumber pupuk K2O bersumber dari

KCL, KNO3, serta NPK dan PONSKA. Kedua unsur tersebut merupakan unsur

hara makro yang diperlukan tanaman. Diperkirakan kombinasi antar jenis pupuk

serta komposisi dosis yang tidak tepat diduga menyebabkan pengaruh negatif

(16)

183

Interaksi antara pupuk K2O dengan pupuk organik juga berdampak negatif

dan nyata terhadap produktivitas. Pada satu sisi petani menggunakan K2O

bersumber dari pupuk KCL, KNO3, NPK dan PONSKA, sedangkan pada sisi lain

petani menggunakan pupuk organik dalam bentuk pupuk kandang yang belum

matang yang tidak terstandarisasi. Kombinasi antara keduanya ternyata dapat

memberikan dampak negatif terhadap peningkatan produktivitas cabai merah

keriting.

Interaksi penggunaan antara pestisida/fungisida dan TKLK berpengaruh

secara negatif dan nyata. Hasil ini tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Penggunaan pestisida/fungisida yang dilakukan dengan cara tidak tepat dosis dan

fenomena pengoplosan antar berbagai jenis pestisida/fungisida tanpa

memperhatikan kandungan bahan aktifnya, serta adanya perilaku moral hazard

dari TKLK dalam melakukan kegiatan penyemprotan agar pekerjaan cepat selesai

berdampak negatif terhadap produktivitas cabai merah keriting.

Tidak ditemukan adanya varabel input produksi yang berpengaruh secara

negatif dan bersifat tidak nyata. Selanjutnya, variabel interaksi antar faktor

produksi yang berpengaruh secara negatif, tetapi tidak nyata terhadap

produktivitas cabai merah keriting secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 28

dan Lampiran 2.

Variabel dummy musim berpengaruh secara positif terhadap produktivitas

cabai merah keriting, walaupun tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

produktivitas cabai merah keriting lebih tinggi dicapai pada MK dibandingkan

(17)

cabai merah keriting pada MK, dengan pertimbangan waktu MH menanam

komoditas padi dan komoditas lain yang tahan terhadap kelebihan air, serta untuk

menghindarkan dari kerusakan tanaman akibat kelebihan air terutama pada saat

pembungaan.

Variabel dummy benih hibrida berpengaruh secara positif terhadap

produktivitas cabai merah besar, meskipun tidak nyata. Hal ini merefleksikan

bahwa tingkat produktivitas cabai merah besar lebih tinggi dengan menggunakan

varietas benih hibrida dibandingkan benih lokal, seperti varietas tampar. Secara

empiris di lapang terjadi pergeseran penggunaan dari benih lokal ke penggunaan

benih hibrida pada usahatani cabai merah keriting.

Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas cabai merah

keriting dengan menggunakan fungsi produksi translog dapat diformulasikan

sebagai berikut: 2 1 10 9 10 8 9 8 10 7 9 7 8 7 10 6 9 6 8 6 7 6 10 5 9 5 8 5 7 5 6 5 10 4 9 4 8 4 7 4 6 4 5 4 10 3 9 3 8 3 7 3 6 3 5 3 4 3 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 10 1 9 1 8 1 7 1 6 1 5 1 4 1 3 1 2 1 10 10 9 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0.123d d 0.014 ln ln 0.100 ln ln .140 0 ln ln 0.021 ln ln 0.049 ln ln 0.128 ln ln 0.042 ln ln 0.001 ln ln 0.087 ln ln 0.019 ln ln .049 0 ln ln 0.226 ln ln 0.057 ln ln 0.159 ln ln 0.142 ln ln 0.023 ln ln 0.099 ln ln 0.152 ln ln 0.020 ln ln 0.017 ln ln .142 0 ln ln 0.179 ln ln 0.065 ln ln 0.108 ln ln 0.019 ln ln 0.022 ln ln 0.032 ln ln 0.020 ln ln 0.081 ln ln 0.127 ln ln 0.020 ln ln 0.106 ln ln 0.080 ln ln 0.006 ln ln 0.065 ln ln 0.072 ln ln 0.035 ln ln 0.329 ln ln 0.009 ln ln 0.290 ln ln 0.194 ln ln 0.099 ln ln 0.114 ln ln 0.041 ln ln 0.109 ln ln 0.207 ln ln 0.092 ln ln 0.033 ln ln 0.071 ln ln 0.032 ln ln 0.003 ln ln 0.056 ln ln 0.168 ln ln 0.078 ln ln 0.130 ln ln 0.015 ln 0.866 ln 0.297 ln 2.452 ln 1.372 ln 0.044 ln 2.423 ln 0.015 ln 0.766 ln 0.004 ln 2.716 7.7075 -ln ln                                                                     x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x yi

(18)

185

6.1.3. Nilai Estimasi Elastisitas Produktivitas Terhadap Input pada Produksi Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting

Koefisien parameter pada fungsi produksi translog belum menggambarkan

nilai elastisitas produktivitas dari masing-masing faktor produksi yang digunakan,

sehingga perlu dihitung nilai elastisitasnya. Hasil estimasi nilai elastisitas

masing-masing faktor produksi terhadap produktivitas usahatani cabai merah besar di

Provinsi Jawa Tengah ditunjukkan pada (Tabel 29).

Beberapa variabel input produksi yang berpengaruh secara positif terhadap

produktivitas cabai merah besar adalah : variabel benih (x1), pupuk N (x2), pupuk

P2O5 (x3), PPC/ZPT (x5), Kapur (x7) serta tenaga kerja dalam keluarga (x9) dan

tenaga kerja luar keluarga (x10) masing-masing diperoleh nilai elastisitas 0.1192,

0.5391, 0.1968, 0.2354, 0.3652 serta 0.1658 dan 0.2137. Artinya peningkatan

penggunaan input produksi tersebut masing-masing (1 %) dapat meningkatkan

produktivitas cabai merah besar masing-masing sebesar (0.1192 %, 0.5391 %,

0.1968 %, 0.2354 %, 0.3652 % serta 0.1658 % dan 0.2137 %). Hasil estimasi

nilai elastisitas penggunaan masing-masing input produksi terhadap produktivitas

cabai merah besar sesuai dengan yang dihipotesakan. Artinya penambahan

masing-masing input produksi tersebut ceteris paribus, akan meningkatkan

produktivitas cabai merah besar. Implikasinya adalah upaya peningkatan

produksi melalui peningkatan produktivitas cabai merah besar pada teknologi

yang tersedia dapat dilakukan dengan menambah input-input produksi tersebut.

Untuk kasus benih cabai merah besar di samping peningkatan jumlah,

sesungguhnya yang lebih penting adalah peningkatan kualitas benih, yaitu dari

(19)

penggunaan pupuk N dan P2O5 dapat dilakukan dengan meningkatkan

ketersediaan dan aksessibilitas petani terhadap sumber pupuk N dan P2O5, yaitu

pupuk Urea atau ZA dan TSP atau SP-36. Untuk meningkatkan ketersediaan

pupuk maka masalah kelangkaan pupuk harus dapat diatasi dengan baik,

sedangkan untuk meningkatkan akses terhadap pupuk maka program subsidi

pupuk perlu dilanjutkan dan perlu diperluas jangkauan jenis pupuknya. Untuk

meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk N ke depan perlu diproduksi jenis

pupuk N (Urea atau ZA) yang dapat tertambat lama di dalam tanah (misalnya

dalam bentuk Urea dan ZA tablet), sehingga dapat diserap oleh tanaman secara

bertahap sesuai pertumbuhan dan kebutuhan tanaman.

Perlunya penambahan penggunaan PPC/ZPT untuk usahatani cabai merah

besar menunjukkan bahwa lahan-lahan di daerah sentra produksi cabai merah

besar perlu masukan unsur-unsur hara mikro, sehingga dapat menghindari

terjadinya degradasi sumberdaya lahan. Penambahan tenaga kerja baik TKDK

maupun TKLK yang diikuti oleh peningkatan keterampilan teknis dapat

meningkatkan peningkatan produktivitas cabai merah besar.

Kapur yang berfungsi meningkatkan pH tanah dan sebagai unsur

pembenah tanah berdampak meningkatkan produktivitas cabai merah besar.

Pemberian kapur akan meningkatkan efektivitas penyerapan unsur hara makro

maupun mikro. Di samping itu, secara empiris pemberian kapur diyakini petani

dapat menekan serangan penyakit jamur pada cabai merah besar.

Beberapa variabel input produksi yang berpengaruh secara negatif adalah

penggunaan pupuk K2O, pestisida/fungisida, dan pupuk organik masing-masing

(20)

187

penggunaan input-input produksi tersebut masing-masing sebesar (1 %) maka

akan menurunkan produktivitas cabai merah besar masing-masing sebesar

(-0.1326 %, -0.0631 % dan -0.3204 %). Hasil tersebut tidak sesuai dengan yang

dihipotesakan. Fenomena di lapang, petani selain menggunakan jenis pupuk

tunggal KCL dan KNO3juga menggunakan pupuk komposit NPK dan PONSKA.

Di samping itu, penanaman cabai merah besar yang dilakukan setelah tanaman

padi akan meningkatkan ketersediaan K2O dalam tanah dari jerami padi dan

sisa-sisa pupuk sebelumnya.

Untuk penggunaan pupuk organik yang berfungsi memperbaiki struktur

dan tekstur tanah berdampak menurunkan produktivitas cabai merah besar. Hal

ini disebabkan penggunaan pupuk organik dari berbagai jenis kotoran hewan

dalam kondisi belum matang dan tidak terstandarisasi dalam jangka pendek dapat

menimbulkan efek beracun bagi tanaman. Penambahan penggunaan pupuk

organik yang belum matang dan tidak terstandarisasi berdampak menurunkan

produktivitas cabai merah besar.

Penggunaan pestisida pada usahatani cabai merah besar menunjukkan

bahwa penggunaan jenis input-input produksi ini pada teknologi yang tersedia

telah melebihi kebutuhan tanaman. Hal ini terkait dengan tujuan atau orientasi

petani dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman yang tidak hanya bersifat

pembasmian (kuratif) tetapi lebih bersifat pencegahan (preventif). Artinya petani

tetap melakukan penyemprotan pestisida/fungisida baik ada maupun tidak ada

serangan hama dan penyakit tanaman. Di samping itu, terdapat kecenderungan

petani menggunakan pestisida/fungisida yang keras (bersifat paten) dalam

(21)

sehari-hari melakukan pengoplosan terhadap berbagai pestisida/fungisida yang

digunakan, tindakan ini tanpa memperhatikan kandungan bahan aktif dapat

berdampak negatif terhadap produktivitas cabai merah besar.

Tabel 29. Nilai Estimasi Elastisitas Produktivitas terhadap Input dengan Fungsi Produksi Stokastik Translog, pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009

No. Jenis input Cabai Merah Besar Cabai Merah Keriting

1 Benih/bibit (x1) 0.1192 0.5620 2 Pupuk N (x2) 0.5391 0.3171 3 Pupuk P2O5 (x3) 0.1968 0.1054 4 Pupuk K2O (x54 -0.1326 -0.0956 5 PPC/ZPT (x5) 0.2354 0.2453 6 Pupuk Organik (x6) -0.0631 0.0717 7 Kapur (x7) 0.3652 -0.4248 8 Pestisida/Fungisida (x8) -0.3204 -0.1561 9 TKDK (x9) 0.1658 0.3040 10 TKLK (x10) 0.2137 0.7785

Dengan cara yang sama dilakukan analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas cabai merah keriting di Provinsi Jawa Tengah. Hasil

estimasi nilai elastisitas masing-masing input produksi terhadap produktivitas

dengan fungsi produktivitas translog pendekatan SPF struktur heterokedastisitas

pada usahatani cabai merah keriting ditunjukkan pada (Tabel 29). Beberapa

faktor produksi yang berpengaruh secara positif terhadap produktivitas cabai

merah keriting adalah : penggunaan benih, pupuk N, pupuk P2O5, PPC/ZPT,

pupuk organik, serta penggunaan TKDK dan TKLK masing-masing dengan nilai

elastisitas sebesar (0.5602, 0.3171, 0.1054, 0.2453, 0.0717, serta 0.3040 dan

0.7785). Artinya penambahan penggunaan masing-masing input produksi sebesar

(22)

189

0.1054 %, 0.2453 %, 0.0717 %, serta 0.3040 % dan 0.7785 %). Hasil analisis ini

sesuai dengan yang dihipotesakan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan

input-input produksi tersebut pada usahatani cabai merah keriting pada teknologi

yang tersedia di lokasi penelitian masih di bawah kebutuhan tanaman. Artinya

peningkatan masing-masing input produksi tersebut ceteris paribus berdampak

meningkatkan produktivitas cabai merah keriting. Implikasinya adalah perlunya

peningkatan penggunaan benih, pupuk N, pupuk P2O5, PPC/ZPT, pupuk organik

serta penggunaan TKDK dan TKLK guna meningkatkan produktivitas cabai

merah keriting. Peningkatan penggunaan faktor-faktor produksi tersebut secara

tepat baik dosis, cara, dan waktu pemberiannya dapat meningkatkan produktivitas

cabai merah keriting.

Sementara itu, input produksi yang berpengaruh secara negatif terhadap

produktivitas cabai merah keriting adalah pupuk K2O, kapur dan

pestisida/fungisida masingmasing dengan nilai elastisitas sebesar (0.0956,

-0.4248, dan -0.1561). Artinya peningkatan penggunaan pupuk K2O, kapur, dan

pestisida sebesar (1 %) akan berdampak pada penurunan produktivitas sebesar

(-0.0956 %, -0.4248 %, dan -0.1561 %). Hasil analisis ini tidak sesuai dengan

yang dihipotesakan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan input-input

produksi tersebut untuk usahatani cabai merah keriting pada teknologi yang

tersedia sudah melebihi kebutuhan tanaman.

Secara empiris petani menggunakan pupuk K2O bersumber dari berbagai

jenis pupuk, yaitu : KCL, KNO3, serta PONSKA dan NPK. Untuk penggunaan

kapur pada usahatani cabai merah keriting juga menunjukkan indikasi berlebih.

(23)

Penggunaannya yang berlebih disebabkan adanya harapan yang berlebihan

terhadap manfaat penggunaan kapur. Di samping sebagai unsur pembenah tanah

yang berperan memperbaiki pH tanah, juga diyakini dapat menekan serangan

penyakit khususnya dari jenis jamur. Sementara itu penggunaan pestisida sudah

menunjukkan adanya indikasi berlebih. Berdasarkan kajian kualitatif, di samping

adanya fenomena penggunaan pestisida/fungisida yang berlebih juga terjadi

penggunaan pestisida/fungisida dengan cara dioplos, sehingga berdampak

menurunkan tingkat efektivitas penggunaan dan berdampak menurunkan tingkat

produktivitasnya.

6.2. Analisis Tingkat Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Usahatani Cabai Merah

6.2.1. Analisis Efisiensi Teknis Fungsi Produksi Translog Struktur Heterokedastisitas pada Usahatani Cabai Merah Besar

Petani menyadari bahwa produksi cabai merah besar yang dihasilkan

tergantung pada banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Rata-rata

tingkat efisiensi teknis (technical efficiency/TE) pada usahatani cabai merah besar

dengan fungsi produktivitas translog pendekatan SPF dengan struktur

heterokedastisitas diperoleh rata-rata nilai TE sebesar 0.84 (Tabel 30 dan

Lampiran 3). Hasil estimasi TE pada usahatani cabai merah besar dengan fungsi

produksi translog menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas yang dicapai adalah

sekitar (84 %) dari produktivitas batas (frontier).

Hasil kajian menunjukkan bahwa dari seluruh contoh yang diteliti,

(24)

191

sekitar (5.50 %). Proporsi petani cabai merah besar yang berada pada kelompok

TE 0.86-0.90 (29.50 %). Proporsi petani cabai merah besar terbesar berada pada

kelompok TE 0.81-0.85 (46.00 %). Sementara itu, kelompok petani cabai merah

besar dengan nilai TE di bawah 0.80 relatif kecil hanya sekitar (19.00 %).

Tabel 30. Distribusi Nilai Efisiensi Teknis (TE) menurut Kelompok TE pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009

Kelompok

Kelompok

Nilai TE Jumlah Petani Persentase (%)

Kelompok 1 <=0.70 4 2.00 Kelompok 2 0.71-0.75 8 4.00 Kelompok 3 0.76-0.80 26 13.00 Kelompok 4 0.81-0.85 92 46.00 Kelompok 5 0.86-0.90 59 29.50 Kelompok 6 >=0.91 11 5.50 Rata-rata 0.84 200 100.00

Tingkat pencapaian TE usahatani cabai merah besar dengan fungsi

produksi translog dengan struktur heterokedastisitas tergolong tinggi. Penguasaan

dan adopsi teknologi budidaya pada teknologi yang tersedia oleh petani cabai

merah besar sudah berada pada level yang sangat memuaskan. Efisiensi

penggunaan input-input produksi masih dapat ditingkatkan untuk mencapai

frontier tetapi dalam peningkatan yang relatif terbatas (16%). Terdapat peluang untuk memperbaiki efisiensi teknik pada usahatani individu dengan TE moderat

melalui pendidikan petani dan kinerja penyuluhan pertanian. Secara terperinci

distribusi nilai TE pada usahatani cabai merah besar dapat dilihat pada Tabel 30

(25)

Gambar 8. Sebaran Petani Menurut Efisisensi Teknis Cabai Merah Besar

6.2.2. Analisis Efisiensi Teknis dari Pendekatan Produksi Translog Cabai Merah Keriting

Rata-rata tingkat TE usahatani cabai merah keriting fungsi produktivitas

translog dengan struktur heterokedastisitas yang dicapai petani di lokasi penelitian

Provinsi Jawa Tengah adalah tergolong tinggi yaitu sebesar 0.93 (Tabel 31 dan

Lampiran 4). Hasil estimasi nilai TE sebesar 0.93 mengandung arti bahwa

rata-rata tingkat produktivitas yang dicapai petani cabai merah keriting adalah sekitar

(93 %) dari produktivitas batas (frontier).

Tingkat TE usahatani cabai keriting melalui pendekatan fungsi

produktivitas translog pada usahatani cabai merah keriting dalam kondisi

heterokedastik dapat digolongkan dalam kategori tinggi. Hasil kajian

menunjukkan bahwa dari seluruh contoh yang diteliti, sebagian petani cabai

(26)

193

merah keriting terbesar terkonsentrasi pada kelompok TE 0.926-0.950 (76.04 %).

Kemudian proporsi petani cabai merah keriting yang berada pada kelompok TE

0.910-0.925 (12.50 %). Selanjutnya proporsi petani cabai merah keriting pada

kelompok TE < 0.90 (8.33 %). Nampak bahwa nilai TE petani cabai merah

keriting terkonsentrasi pada kelompok TE tinggi hingga sangat tinggi yang

menunjukkan bahwa sebagian petani cabai merah keriting telah menguasai

teknologi budidaya dengan baik dan bersifat masal. Efisiensi penggunaan input

produksi masih dapat ditingkatkan untuk mencapai frontier tetapi dalam

peningkatan yang tidak begitu berarti (kurang dari 7 %). Secara terperinci

distribusi nilai TE menurut kelompok dapat dilihat pada Tabel 31 dan Gambar 9

berikut.

Tabel 31. Distribusi Nilai Efisiensi Teknis (TE) menurut Kelompok TE pada Usahatani Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009

Kelompok Kelompok Nilai TE Jumlah Petani Persentase (%)

Kelompok 1 <=0.875 1 1.04 Kelompok 2 0.876-0.900 7 7.29 Kelompok 3 0.910-0.925 12 12.50 Kelompok 4 0.926-0.950 73 76.04 Kelompok 5 >=0.950 3 3.13 Rata-rata 0.934 96 100.00

Dari keseluruhan hasil penelitian pada cabai merah keriting dengan fungsi

produktivitas translog struktur heterokedastisitas dapat ditarik beberapa implikasi

(27)

sangat tinggi. Hal ini menunjukkan peluang peningkatan produktivitas melalui

peningkatan efisiensi teknis pada teknologi yang tersedia sudah sangat terbatas,

hanya tinggal (7 %). Kebijakan operasional peningkatan produktivitas melalui

peningkatan efisiensi teknis harus dilakukan pada kelompok sasaran tertentu

melalui sistem penyuluhan secara partisipatif.

Gambar 9. Sebaran Petani Menurut Efisisensi Teknis Cabai Merah Keriting

6.2.3. Analisis Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomi

Efisiensi alokatif (AE) adalah kemampuan petani cabai merah untuk

menggunakan input pada proporsi yang optimal pada harga-harga faktor produksi

dan teknologi produksi yang tetap (given). Dapat juga didefinisikan sebagai

kemampuan petani cabai merah untuk memilih tingkat penggunaan input

(28)

195

ringkas dapat dikatakan bahwa AE menjelaskan kemampuan petani cabai merah

dalam menghasilkan sejumlah output pada kondisi minimisasi rasio biaya input.

Beberapa penulis lebih memilih menggunakan terminologi efisiensi harga untuk

menjelaskan efisiensi alokatif tersebut. Secara alokatif dikatakan efisien jika pada

tingkat harga-harga masukan dan keluaran tertentu, proporsi penggunaan masukan

sudah optimum. Ini terjadi karena penerimaan produk marginal (marginal revenue

product) sama dengan biaya marginal (marginal cost) masukan yang digunakan. Prosedur perhitungan efisiensi alokatif dapat dilihat pada Lampiran 7.

6.2.3.1. Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Cabai Merah Besar

Secara teoritis, untuk mempelajari efisiensi dibutuhkan dua informasi

penting. Pertama, upaya memaksimumkan output dengan menggunakan input

tertentu yakni yang dikenal dengan efisiensi teknis. Kedua, pertimbangan yang

dikaitkan dengan harga relatif input-output atau dimensi efisiensi alokatif.

Hasil estimasi efisiensi alokatif (AE) usahatani cabai merah besar di lokasi

penelitian Provinsi Jawa Tengah pada teknologi yang tersedia dan harga-harga

faktor produksi yang berlaku diperoleh nilai rata-rata AE sebesar 0.61. Tingkat

AE sebesar itu, tergolong moderat. Distribusi petani menurut kelompok nilai AE

pada usahatani cabai merah besar terkonsentrasi pada kelompok AE 0.61-0.70

(49.50 %), kemudian menyusul kelompok AE 0.51-0.60 (39.00 %), menyusul

kelompok AE <= 0.50 (6.00 %), dan terakhir pada kelompok AE 0.71-0.80 (5.50

%). Informasi secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 32 dan Gambar 10, serta

(29)

Tabel 32. Distribusi Nilai Efisiensi Alokatif (AE) menurut Kelompok AE pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009

Deskripsi Nilai AE Jumlah Petani Prosentase (%)

Kelompok 1 <=0.50 12 6.00 kelompok 2 0.51-0.60 78 39.00 Kelompok 3 0.61-0.70 99 49.50 Kelompok 4 0.71-0.80 11 5.50 Rata-rata 0.61 Jumlah 200 100.00

Kondisi ini menunjukkan ruang untuk meningkatkan produktivitas cabai

merah besar melalui peningkatan efisiensi alokatif masih cukup terbuka. Dengan

asusmsi bahwa petani cabai merah besar resposif terhadap perubahan harga, maka

kebijakan harga input dan output, seperti skema kredit lunak, subsidi pupuk, serta

stabilisasi harga output dapat meningkatkan alokasi penggunaan input produksi.

Gambar 10. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Alokatif Usahatani Cabai Merah Besar

(30)

197

Untuk meningkatkan efisiensi alokatif usahatani cabai merah besar dapat

dilakukan dengan meningkatkan akses petani terhadap pasar input dan output,

serta kebijakan pendukung. Beberapa kebijakan pendukung yang dapat dilakukan

adalah : (1) Meningkatkan ketersediaan input produksi khususnya benih dan

pupuk melalui perbaikan infrastruktur fisik (jalan dan pasar) di daerah-daerah

sentra produksi cabai merah besar; (2) Kebijakan subsidi pemerintah perlu terus

dilakukan dan diperluas untuk seluruh jenis pupuk kimia (Urea, ZA, SP-36, NPK,

PONSKA, KCL, KNO3) dan pupuk organik; (3) Meningkakan kinerja pasar

tenaga kerja di perdesaan; serta (4) Meningkatkan ketersediaan infrastruktur

pemasaran di daerah-daerah sentra produksi, seperti pasar induk cabai merah, Sub

Terminal Agribisnis (STA), dan revitalisasi pasar tradisional.

Gabungan efisiensi teknis (TE) dan efisiensi alokatif (AE) disebut efisiensi

ekonomi (EE) atau disebut juga efisiensi total, artinya bahwa produk yang

dihasilkan baik secara teknis maupun secara alokatif adalah efisien. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa tercapainya salah satu kondisi efisiensi teknis

maupun alokatif adalah syarat keharusan tetapi bukan syarat kecukupan yang

menjamin tercapainya efisiensi ekonomi. Secara ringkas dapat dikatakan EE

sebagai kemampuan yang dimiliki oleh petani cabai merah besar dalam

berproduksi untuk menghasilkan produksi cabai merah besar yang telah

ditentukan sebelumnya (predetermined quantity of output). Secara ekonomik

efisien bahwa kombinasi input-output akan berada pada fungsi frontir dan jalur

pengembangan usaha (expantion path). Jalur pengembangan usaha merupakan

garis yang menghubungkan titik kombinasi optimum pada berbagai tingkat output

(31)

Hasil analisis diperoleh besaran nilai efisiensi ekonomi (EE) usahatani

cabai merah besar sebesar 0.51. Distribusi petani menurut kelompok nilai EE

pada usahatani cabai merah besar terkonsentrasi pada kelompok EE 0.51-0.60

(51.50 %), kemudian menyusul kelompok EE 0.41-0.50 (39.00 %), kelompok EE

< 0.40 (5.00 %), dan terakhir kelempok EE > 0.61 (4.50 %). Informasi secara

keseluruhan tentang distribusi petani menurut kelompok nilai EE pada usahatani

cabai merah besar di lokasi penelitian dapat disimak pada Tabel 33 dan Gambar

11, serta Lampiran 3.

Tabel 33. Distribusi Nilai Efisiensi Ekonomi (EE) menurut Kelompok EE pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009

Deskripsi Nilai EE Jumlah Petani Prosentase (%)

Kelompok 1 <=0.40 10 5.00 Kelompok 2 0.41-0.50 78 39.00 kelompok 3 0.51-0.60 103 51.50 Kelompok 4 >=0.61 9 4.50 Rata-rata 0.51 Jumlah 200 100.00

Hal analisis tersebut merefleksikan bahwa secara ekonomi petani cabai

merah besar di lokasi penelitian Jawa Tengah memiliki tingkat EE pada level

yang moderat. Sumbangan terbesar dari inefisiensi ekonomis ini berasal dari

inefisiensi alokatif dan sisanya dari inefisiensi teknis. Peningkatan efisiensi

ekonomi dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi teknis dan aefiaiensi

(32)

199

Gambar 11. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Ekonomi Usahatani Cabai Merah Besar

6.2.3.2. Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Cabai Merah Keriting

Hasil estimasi efisiensi alokatif (AE) usahatani cabai merah keriting di

lokasi penelitian Provinsi Jawa Tengah pada teknologi yang tersedia dan

harga-harga faktor produksi yang berlaku diperoleh nilai rata-rata AE sebesar 0.61.

Besaran nilai AE tersebut tergolong moderat. Distribusi petani menurut

kelompok nilai AE pada usahatani cabai merah keriting di Jawa Tengah sangat

terkonsentrasi pada kelompok TE AE 0.61-0.70 (51.04 %), kemudian menyusul

kelompok AE 0.51-0.60 (36.46 %), selanjutnya kelompok AE <=0.50 dan AE

>=0.71 masing (6.35 %). Informasi secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 34

(33)

Tabel 34. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai AE Usahatani Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009

Deskripsi Nilai AE Jumlah Petani Prosentase (%)

Kelompok 1 <=0.50 6 6.25 kelompok 2 0.51-0.60 35 36.46 Kelompok 3 0.61-0.70 49 51.04 Kelompok 4 0.71-0.80 6 6.25 Rata-rata 0.61 Jumlah 96 100.00

Hasil analisis merefleksikan bahwa pada teknlogi dan harga faktor-faktor

produksi bersifat tetap, dapat dikatakan masih terdapat ruang untuk meningkatkan

produktivitas cabai merah keriting melalui efisieni alokatif. Dengan asusmsi

bahwa petani cabai merah keriting responsif terhadap perubahan harga, maka

kebijakan harga input dan output dapat digunakan sebagai instrumen untuk

meningkatkan alokasi penggunaan input produksi secara lebih efisien.

Dalam operasionalisasinya dapat dilakukan melalui kebijakan subsidi

benih, subsidi pupuk, skim kredit dengan bunga lunak, kebijakan stabilisasi harga

cabai merah keriting, meningkatkan konsolidasi kelompok tani, serta

meningkatkan aksessibilitas petani terhadap pasar input dan output. Kebijakan

subsidi input dari pemerintah perlu terus dilakukan dan diperluas untuk seluruh

jenis pupuk termasuk untuk pupuk KCL, pupuk komposit, dan pupuk organik.

Kebijakan skema kredit lunak yang selama ini masih terkosentrasi pada

daerah-daerah sentra produksi padi perlu diperluas ke daerah-daerah-daerah-daerah sentra produksi

cabai merah. Upaya peningkatan aksessibilitas terhadap pasar output dapat

(34)

201

Gambar 12. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai AE Usahatani Cabai Merah Keriting

Perbedaan antara efisiensi teknis dan alokatif memberikan empat alternatif

yang dapat digunakan untuk menjelaskan keberhasilan petani cabai merah dalam

mencapai tingkat efisiensi tertentu, yaitu : (1) Usahatani cabai merah keriting

berada pada inefisiensi teknis dan alokatif, (2) Usahatani cabai merah keriting

mencapai efisiensi alokatif tetapi tidak efisien secara teknis, (3) Usahatani cabai

merah keriting efisiensi secara teknis tetapi tidak mencapai efisiensi alokatif, dan

(4) Usahatani cabai merah keriting telah mencapai efisiensi teknis dan sekaligus

efisiensi alokatif.

Hasil analisis diperoleh besaran nilai efisiensi ekonomi (EE) sebesar 0.57.

Nilai EE yang diperoleh menunjukkan bahwa secara ekonomi petani cabai merah

keriting di lokasi penetian Jawa Tengah pada level moderat. Sumbangan

(35)

alokatif dan sebagian berasal dari inefisiensi teknis. Hasil analisis menunjukkan

bahwa inefisiensi teknis relatif kecil, sedangkan inefisiensi alokatif relatif besar.

Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan produktivitas melalui

penurunan inefisiensi teknis pada teknologi yang tersedia sudah relatif terbatas.

Namun penurunan inefisiensi alokatif masih cukup terbuka.

Tabel 35. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai EE Usahatani Cabai Merah Keriting di Jawa Tengah, Tahun 2009

Deskripsi Nilai EE Jumlah Petani Prosentase (%)

Kelompok 1 <=0.50 18 18.75

Kelompok 2 0.51-0.60 38 39.58

kelompok 3 0.61-0.70 37 38.54

Kelompok 4 >=0.71 3 3.13

Rata-rata 0.57

Kebijakan untuk meningkatkan efisiensi alokatif usahatani cabai merah

keriting dapat dilakukan dengan : (1) Meningkatkan akses petani terhadap pasar

input; (2) Meningkatkan akses petani terhadap pasar output; (3) Meningkatkan

ketersediaan input produksi utama (benih hibrida, pupuk kimia dan pupuk

organik); (4) Melanjutkan kebijakan subsidi pupuk, dengan jangkauan seluruh

jenis pupuk termasuk pupuk organik; (5) Kebijakan pengembangan skema kredit

untuk sektor pertanian dengan bunga lunak dan mekanisme yang mudah diakses

oleh petani; (6) Stabilisasi harga output dengan memperluas tujuan pasar dan

pengembangan produk berbahan baku cabai merah; serta (7 Menyediakan dan

memperbaiki infrastruktur pedesaan, terutama jalan usahatani, pasar (kios/toko

(36)

203

lelang, serta pasar petani). Informasi secara lebih terperinci dapat disimak pada

Tabel 35 dan Gambar 13, serta Lampiran 4.

Gambar 13. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Alokatif Usahatani Cabai Merah Besar

6.3. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error

Heteroskedastik pada Produksi Cabai Merah

6.3.1. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis pada Produksi Cabai Merah Besar

Berdasarkan hasil analisis ditunjukkan terdapat 3 (tiga) input produksi

yang berpengaruh secara nyata (pada selang kepercayaan 90-99 %) terhadap

inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar di lokasi penelitian, yaitu : benih,

PPC/ZPT, dan TKLK (Tabel 36 dan Lampiran 5). Terdapat satu faktor produksi

(37)

Hal ini disebabkan sebagian petani masih menggunakan benih dengan varietas

lokal (TIT Randu dan TIT Segitiga) dan kecenderungan petani menanam dengan

jarak tanam rapat hingga sedang. Penambahan benih atau jumlah bibit akan

meningkatkan persaingan antar tanaman cabai merah besar dalam menyerap unsur

hara dan penyinaran matahari, sehingga berdampak meningkatkan inefisiensi

teknis.

Faktor produksi lain yang berpengaruh secara positif, tetapi tidak nyata

terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar adalah : pupuk N, pupuk P2O5,

kapur, pestisida/fungisida dan TKDK. Penggunaan pupuk N yang bersumber

utama dari Urea dan ZA serta pupuk P2O5yang bersumber utama dari SP-36 dan

TSP dilakukan secara tidak tepat (baik dosis, waktu, dan cara pemberiannya).

Meskipun demikian, karena bentuk fungsi adalah fungsi translog maka perlu

dilakukan penghitungan terhadap nilai elastisitasnya.

Variabel pestisida/fungisida berpengaruh meningkatkan inefisiensi teknis

usahatani cabai merah besar. Hal ini disebabkan penggunaannya yang tidak

sesuai dosis dan terjadinya pengoplosan antar pestisida/fungisida, sehingga

berdampak meningkatkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar.

Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) berpengaruh meningkatkan

inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Hal ini lebih disebabkan oleh

rendahnya keterampilan teknis dan kapabilitas manajerial TKDK dalam usahatani

cabai merah besar. Secara empiris dalam usahatani cabai merah besar melibatkan

(38)

205

Terdapat 2 (dua) faktor produksi yang berpengaruh secara negatif dan

nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar, yaitu : PPC/ZPT dan TKLK.

Artinya peningkatan PPC/ZPT dan TKLK akan berpengaruh terhadap penurunan

inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar. Tanda dari hasil estimasi ini sesuai

dengan yang diharapkan. Penambahan PPC/ZPT yang berfungsi sebagai penyedia

unsur hara mikro dan berperan merangsang pertumbuhan, pembungaan dan

pembuahaan tanaman cabai merah besar jelas akan dapat menurunkan inefisiensi

teknis. Di samping itu, penambahan PPC/ZPT yang mengandung berbagai unsur

hara mikro juga dapat menghindari degradasi sumberdaya lahan.

Penambahan TKLK berdampak menurunkan inefisiensi teknis usahatani

cabai merah besar. Pada satu sisi, TKLK yang merupakan tenaga kerja upahan

secara umum memiliki keterampilan teknis lebih baik dibandingkan TKDK dalam

berbagai kegiatan usahatani cabai merah besar. Pada sisi lain usahatani cabai

merah besar memerlukan keterampilan teknis yang tinggi, sehingga penambahan

TKLK berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis.

Secara keseluruhan terdapat 18 variabel interaksi antar faktor produksi

yang berpengaruh secara nyata terhadap inefisiensi teknis cabai merah besar,

yaitu: interaksi antara benih dengan benih, interaksi pupuk N dengan pupuk N,

pupuk P2O5 dengan P2O5, pupuk K2O dengan K2O, benih dengan pupuk N, benih

dengan pupuk K2O, benih dengan pupuk organik, benih dengan TKLK, pupuk N

dengan K2O, pupuk N dengan kapur, pupuk N dengan pestisida/fungisida, pupuk

(39)

dengan TKDK, pupuk P2O5 dengan TKLK, pupuk K2O dengan pupuk organik,

pupuk K2O dengan TKLK, serta TKDK dengan TKLK.

Tabel 36. Hasil Estimasi Fungsi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah Besar di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009

Parameter Koefisien Standar Error T value P>|t| Fungsi Produksi Intersep -2.0983 5.9456 -0.35 0.7244 Lnx1 Benih 0.6353 0.3902 1.63 0.1045*** Lnx2 Pupuk N 1.2862 0.9295 1.38 0.1674 Lnx3 Pupuk P2O5 0.1585 0.7356 0.22 0.8296 Lnx4 Pupuk K2O -0.4812 0.6293 -0.76 0.4451 Lnx5 PPC/ZPT -0.0044 0.0027 -1.65 0.1011*** Lnx6 Pupuk organik -0.8890 0.7377 -1.21 0.2290 Lnx7 Kapur 0.3871 0.7852 0.49 0.6223 Lnx8 Pestisida/fungisida 0.6466 0.7190 0.90 0.3692

Lnx9 Tenaga kerja Dalam Keluarga 0.2162 0.4165 0.52 0.6040

Ln10 Tenaga Kerja Luar Keluarga -0.0356 0.0106 -3.37 0.0009*

Lnx1Lnx1 Interaksi antara benih dengan benih -0.0656 0.0138 -4.75 <.0001*

Lnx2Lnx2 Interaksi pupuk N dengan pupuk N -0.2460 0.0735 -3.35 0.0009*

Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dengan P2O5 0.0593 0.0278 2.13 0.0337**

Lnx4Lnx4 Interaksi pupuk K2O dengan K2O -0.0523 0.0302 -1.73 0.0843***

Lnx5Lnx5 Interaksi PPC/ZPT dengan PPC/ZPT 0.0083 0.0624 0.13 0.8939

Lnx6Lnx6 Interaksi pupuk organik dg ppk organik -0.0142 0.0106 -1.34 0.1803

Lnx7Lnx7 Interaksi kapur dengan kapur -0.0073 0.0472 -0.15 0.8777

Lnx8Lnx8 Interaksi pestisida dengan pestisida -0.0636 0.0543 -1.17 0.2421

Lnx9Lnx9 Interaksi TKDK dengan TKDK -0.0088 0.0057 -1.56 0.1209

Lnx10Lnx10 Interaksi TKLK dengan TKLK 0.0019 0.0640 0.03 0.9759

Lnx1Lnx2 Interaksi benih dengan N 0.1169 0.0380 3.08 0.0022*

Lnx1Lnx3 Interaksi benih dengan P2O5 0.0191 0.0240 0.79 0.4279

Lnx1Lnx4 Interaksi benih dengan K2O -0.0862 0.0243 -3.55 0.0004*

Lnx1Lnx5 Interaksi benih dengan PPC/ZPT 0.0761 0.0487 1.56 0.1193

Lnx1Lnx6 Interaksi benih dengan pupuk organik -0.0675 0.0380 -1.77 0.0770***

Lnx1Lnx7 Interaksi benih dengan kapur -0.0309 0.0377 -0.82 0.4132

Lnx1Lnx8 Interaksi benih dengan pestisida -0.0378 0.0340 -1.11 0.2664

Lnx1Lnx9 Interaksi benih dengan TKDK -0.0182 0.0205 -0.89 0.3759

Lnx1Lnx10 Interaksi benih dengan TKLK 0.1168 0.0487 2.40 0.0170**

Lnx2Lnx3 Interaksi pupuk N dengan P2O5 0.0344 0.0580 0.59 0.5532

Lnx2Ln4 Interaksi pupuk N dengan K2O 0.2196 0.0655 3.35 0.0009*

Lnx2Lnx5 Interaksi pupuk N dengan PPC/ZPT -0.0510 0.0928 -0.55 0.5831

Lnx2Lnx6 Interaksi pupuk N dg pupuk organik 0.1093 0.0756 1.45 0.1493

Lnx2Lnx7 Interaksi pupuk N dengan kapur -0.1751 0.0802 -2.18 0.0297**

Lnx2Lnx8 Interaksi pupuk N dengan

pestisida/fungisida

0.1946 0.0734 2.65 0.0084*

Lnx2Lnx9 Interaksi pupuk N dengan TKDK 0.0349 0.0413 0.84 0.3990

Lnx2Lnx10 Interaksi pupuk N dengan TKLK -0.1912 0.1176 -1.63 0.1050

Lnx3Lnx4 Interaksi pupuk P2O5 dengan K2O -0.0467 0.0358 -1.31 0.1927

Lnx3Lnx5 Interaksi pupuk P2O5 dengan PPC/ZPT 0.0815 0.0718 1.13 0.2574

Lnx3Lnx3 Interaksi pupuk P2O5 dg pupuk organik 0.1355 0.0492 2.76 0.0062*

Lnx3Lnx7 Interaksi pupuk P2O5 dengan kapur -0.0403 0.0515 -0.78 0.4344

Lnx3Lnx8 Interaksi pupuk P2O5 dengan

pestisida/fungisida

-0.1177 0.0475 -2.48 0.0136**

Lnx3Lnx9 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKDK -0.0945 0.0325 -2.91 0.0039*

Ln3Lnx10 Interaksi pupuk P2O5 dengan TKLK -0.1790 0.0821 -2.18 0.0300**

Lnx4Lnx5 Interaksi pupuk K2O dengan PPC/ZPT 0.0700 0.0782 0.90 0.3711

Lnx4Lnx6 Interaksi pupuk K2O dg pupuk organik -0.0950 0.0556 -1.71 0.0883***

Lnx4Lnx7 Interaksi pupuk K2O dengan kapur 0.0263 0.0527 0.50 0.6181

Gambar

Tabel 27.  Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Usahatani Cabai                  Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Tabel 28.  Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Usahatani Cabai                  Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009
Gambar 8. Sebaran Petani Menurut Efisisensi Teknis Cabai Merah Besar
Tabel 32. Distribusi Nilai Efisiensi Alokatif (AE) menurut Kelompok AE pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 Deskripsi Nilai AE Jumlah Petani Prosentase (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Moreover, with new developments in computer technology and geographic information systems (GIS), and the concomitant development of simu- lation models, it is now possible to

The objectives of this study were to evaluate: (1) how the impact of soil fertility replenishment varies with initial soil conditions and the resource endowment level and

5 Sarjiyo Keyongan, Sabdodadi, Bantul Bangunan di atas saluran irigasi belum memiliki ijin V 6 Tukiran Keyongan, Sabdodadi, Bantul Bangunan di atas saluran irigasi belum memiliki ijin

Secara umum variasi kandungan unsur hara (N, P dan Si) yang Karakteristik usia masyarakat yang banyak memanfaatkan Pantai Bali tertinggi pada usia 20-29 tahun yaitu

10 ini akan diuji pipa bawah laut yang berada pada lintasan gempa dan diteliti resiko yang terjadi akibat pengaruh tanah dan juga magnitude gempa yang terjadi di

Pemakaian kemasan yang baru yang tampak lebih menarik dan mudah diingat oleh pembeli untuk menyarankan teman lain untuk membeli juga lebih mudah, dengan

Sistem konversi data analog ke digital telah selesai dibuat dan hasil pengukuran data radiasi dapat ditampilkan pada layar monitor secara on- line.Posisi

Dari program aplikasi pemesanan pizza online ini konsumen dapat menghemat waktu untuk memesan, melihat atau mencari suatu produk makanan di dalam hal pencarian produk tersebut