• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian ekspor menurut para ahli, yaitu:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian ekspor menurut para ahli, yaitu:"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI A. Ekspor

1. Pengertian Ekspor

Ada beberapa pengertian ekspor menurut para ahli, yaitu:

a. Menurut Tanjung Marolop (2011:63) “Ekspor adalah pengeluaran barang dari daerah pabean Indonesia untuk dikirim ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku terutama mengenai peraturan kepabeanan”.

b. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean, dan barang yang telah diangkut atau akan dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari daerah pabean dianggap telah ekspor.

c. Menurut Amir M.S (2003:01) “Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing”.

Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing.

(2)

commit to user

Ada beberapa tujuan dari kegiatan ekspor, diantaranya adalah (Amir M.S, 2003:100):

a. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untukmemperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba). b. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar

domestic. Dengan demikian komoditi yang diproduksi mempunyai pasar yang luas, tidak lagi sekadar pasar dalam negeri, tapi juga mampu melayani konsumen di mancanegara.

c. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity),

sehingga tercapai kapasitas optimum dalam berproduksi, yang dapat menekan biaya umum perusahaan (overhead cost).

d. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatihdalam persaingan yang ketat dan terhindar dari sebutan “jagokandang”. Apalagi menghadapi globalisasi dan liberalisasi saat ini.

(3)

commit to user B. Problem Ekspor

Dalam melakukan ekspor, pada dasarnya para eksportir menghadapi beberapa masalah yang menghambat kelancaran ekspor, masalah tersebut dapat digolongkan menjadi (Amir M.S, 2003, 75:87) :

1. Masalah Produksi

Ada beberapa hal yang memerlukan perhatian khusus dalam masalah produksi, antara lain :

a. Desain

Desain, tipe, atau model dari komoditi yang akan di ekspor harus sesuai dengan perkiraan “selera” calon pembeli.

b. Kapasitas Produksi

Banyak pesanan atau order telah ditempatkan kepada eksportir kita, tetapi ternyata mereka tidak mampu memenuhi pesanan itu karena kapasitas produksinya terlalu kecil ketimbang pesanan yang diterima.

c. Mutu Produksi

Standarisasi mutu adalah hal lain yang sangat penting pula diperhatikan, teristimewa komoditi hasil kerajinan rakyat dan industri kecil. Seringkali eksportir kita mengirimkan barang contoh

(commercial sample) dengan mutu yang lumayan, namun setelah

pesanan diterima, barang yang dikirim tidak sesuai dengan mutu barang contoh yang menjadi landasan transaksi itu.Akibatnya timbullah masalah tuntutan ganti rugi (claim) yang membawa akibat sangat buruk.

(4)

commit to user 2. Masalah Pemasaran

Kunci keberhasilan ekspor tergantung pada pemasaran. Produksi yang berlimpah tidak akanada artinya kalau tidak ada pembeli. Tetapi menemukan pembeli juga bukanlah pekerjaan yang mudah. Kita dihadapkan pada dua hal pokok yang harus dicarikan jalan keluarnya : a. Menentukan pasar atau menemukan calon pembeli

Kita dapat menawarkan barang secara membabi buta ke mana saja. Namun cara demikian tidaklah efektif dan tidak efisien. Cara yang lazim adalah sebagai berikut:

1) Melakukan penelitian sederhana

Penelitian ini meneliti tentang keadaan penduduk, budayamasyarakat, tradisi penduduk, keadaan iklim suatu negara, danselera pembeli.

2) Saingan potensial dari suatu komoditi

Dengan meneliti negara-negara yang memiliki komoditi sejenis dan merek-merek dagang yang menjadi saingan di pasar.

3) Mutu komoditi

Meneliti apakah komoditi tersebut termasuk komoditi bermutu netral, adaptasi, ataukah bermutu khusus.Serta memerlukan pengepakan baru yang cocok untuk ekspor (seaworthy export

(5)

commit to user

4) Menentukan sistem promosi yang tepat

Seperti melalui media massa dengan perantara iklan di radio, TV, majalah, surat kabar, atau membuat brosur. Menyediakan benda-benda promosi seperti kalender, dan merchandise. 5) Menentukan kebijakan harga

Kebijakan harga ekspor dapat ditentukan dengan salah satu pilihan berikut:

a) Biaya produksi ditambah presentase keuntungan(Cost Plus

Mark-up).

b) Disesuaikan dengan harga pasar yang berlaku di tempat tujuan di negeri pembeli(Current Market Price).

c) Harga dumping.

d) Harga subsidi dan fasilitas negara pembeli seperti GSP(Subsidized Price).

b. Menentukan saluran pemasaran (marketing channel)

Pemasaran barang ke luar negeri dapat kita lakukan sendiri.Cara ini disebut “pemasaran langsung”. Tetapi ekspor dapat pula dilakukan melalui “perantara” atau melalui perusahaan lain. Ada berbagai jenis badan usaha yang bergerak dalam perdagangan ekspor, yaitu:

1) Confirming House

Merupakan perusahaan setempat yang didirikan berdasarkan hukum setempat, tetapi bekerja atas perintah dan untuk kepentingan kantor induknya yang berada di luar negeri.

(6)

commit to user

2) Export Merchant

Export Merchant atau pedagang ekspor adalah badan usaha

yang diberi izin oleh pemerintah dalam bentuk surat pengakuan eksportir dan diberi kartu Angka Pengenal Ekspor (APE) serta diperkenankan melaksanakan ekspor komoditi yang dicantumkan dalam surat pengakuan itu.

3) Export Agent

Export Agen adalah agen ekspor, yang merupakan badan usaha

yang membuat suatu ikatan perjanjian dengan produsen suatu komoditi tertentu untuk melaksanakan ekspor komoditi itu untuk dan atas nama produsen.

4) Trading House

Trading House atau Wisma Dagang merupakan perusahaan

dagang besar ekspor-impor.

5) Producer Exporter

Istilah ini hanya popular di Indonesia, karena fasilitas yang diberikan kepada para produsen Indonesia, khususnya produsen industri untuk ekspor.

6) Joint Marketing Board

Joint Marketing Board atau Badan Pemasaran Bersama adalah

suatu organisasi yang didirikan oleh eksportir sejenis dengan tujuan bersama-sama menentukan kebijakan ekspor komoditi tertentu, baik mengenai kebijakan harga, penentuan kuota, pembagian pasar, serta kebijakan lain untuk memperkuat

(7)

tawar-commit to user

menawar (bargaining position) selaku eksportir di pasar internasional.

7) Joint Venture Company

Joint Venture Company atau perusahaan patungan didirikan oleh

pengusaha nasional dengan bekerja sama dengan pengusaha asing yang bertujuan untuk memproduksi barang-barang untuk ekspor.

8) Counter Trade

Counter Trade adalah transaski imbal beli, yaitu suatu suatu

system perdagangan imbal balik antara dua negara. Suatu negara yang menjual komoditi tertentu kepada negara lain diharuskan membeli pula komoditi dari negara tersebut.

c. Masalah Penanganan Ekspor

Tujuan akhir dari upaya pemasaran adalah menemukan pembeli. Kalau pembeli telah ditemukan, desain telah sesuai dengan selera pembeli, harga dan mutu telah sama-sama disepakati, waktu pengiriman barang telah direncanakan, kontrak telah ditandatangani, dan Letter of Credit sebagai sarana pembayara telah diterima pula, masih ada lagi hal-hal yang perlu diurus. Hal-hal itu antara lain:

1) Barang-barang yang harus dipersiapkan untuk “Ready

forExport” atau siap untuk diekspor.

2) Pengepakan harus sesuai dengan pengepakan layak laut atauseaworthy packing.

(8)

commit to user

3) Kubikasinya harus sesuai dengan ukuran standar peti kemas supaya ongkos angkutnya rendah.

4) Perusahaan pelayaran harus dihubungi untuk membukukan muatan (cargo booking) supaya disediakan kapal tepat pada waktunya.

5) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) harus dipersiapkan dengan bank devisa dan Bea Cukai untuk memperoleh izin muat.

6) Dokumen pengapalan atau shipping documents harus dipersiapkan satu demi satu sesuai dengan ketentuan kontrakdan ketentuan dari Letter of Credit.

7) Masalah Fasilitas Ekspor

Daya saing suatu komoditi ditentukan oleh faktorlangsung dan faktor tidak langsung.Faktor langsung di antaranya adalah mutu komoditi, harga, waktu penyerahan, intensitas promosi, saluran pemasaran, dan layanan purna jual.Sedangkan faktor tidak langsung misalnya fasilitas ekspor dan subsidi pemerintah. 8) Masalah Kendala Ekspor

Yang dimaksud dengan kendala ekspor adalah semua hal yang menghalangi kelancaran ekspor, baik yang bersumber dari dalam negeri sendiri maupun yang sengaja diadakan oleh negara pengimpor.

(9)

commit to user

Kendala yang berasal dari dalam negeri sendiri:

1) Birokrasi yang bertele-tele sehingga menghambat kelancaran perijinan.

2) Pungutan liar (pungli) yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang melemahkan daya saing.

3) Rendahnya disiplin nasional yang menghancurkan produktivitas, integritas, dan bonafiditas eksportir nasional. Kendala yang berasal sengaja diadakan oleh negara pengimpor:

1) Common External Tariff atau tariff bea masuk yang terlalu tinggi.

2) British Commonwealth Preference yaitu tarif bea masuk imporyang khusus diberikan inggris kepada negara-negara bekas dominion inggris.

3) Adanya kuota sistem yang ditetapkan untuk impor hasilpertanian dan industri.

4) Keharusan sertifikasi dan prosedur impor yang mempersulit impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dengan FDA (Food Drug Administration).

(10)

commit to user C. Produksi

1. Pengertian Produksi

Produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada (Bruce R. Beattie – C. Robert Taylor, 1996:3). Menurut Amir M.S (2003:75) produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk).

Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan atau nilai pada suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. 2. Jenis Proses Produksi

Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses terus-menerus

(continous processes) dan proses terputus-putus (intermittent processes). Perusahaan menggunakan proses produksi terus-menerus

apabila di dalam perusahaan terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai proses produksi akhir. Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat urutan atau pola yang pasti dari bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu

(11)

commit to user

berubah (Agus Ahyari, 1995:219). Kedua proses produksi tersebut yaitu:

a. Proses Produksi Terus-menerus

Merupakan proses produksi barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan di suatu titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karateristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.

b. Proses Produksi Terputus-putus

Merupakan proses dimana produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses.

3. Kelebihan dan Kekurangan Proses Produksi a. Proses Produksi Terus-menerus

1) Kelebihan:

a) Biaya per-unit rendah bila produk dalam volume yang besar dan distandarisasi.

b) Pemborosan dapat diperkecil, karena menggunakan tenaga mesin.

(12)

commit to user

d) Biaya pemindahan bahan di pabrik rendah karena jaraknya dekat.

2) Kekurangan:

a) Terdapat kesulitan dalam perubahan produk. b) Proses produksi mudah terhenti.

c) Terdapat kesulitan menghadapi perubahan tingkat permintaan.

b. Proses Produksi Terputus-putus 1) Kelebihan:

a) Flexibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk yang berhubungan dengan:

- Process lay out.

- Mesin bersifat umum (general purpose machines). - Sistem pemindahan menggunakan tenaga manusia.

b) Diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin yang bersifat umum.

c) Proses produksi tidak mudak terhenti, walaupun ada kerusakan di salah satu mesin.

2) Kekurangan:

a) Dibutuhkan scheduling, routing yang banyak karena produk berbeda.

b) Persediaan barang mentah dan bahan dalam proses cukup besar.

(13)

commit to user 4. Ciri-ciri Proses Produksi

Untuk menentukan jenis proses produksi dari suatu perusahaan, maka perlu dilihat atau diketahui cirri-ciri proses produksi sebagai berikut: a. Proses Produksi Terus-menerus

1) Produksi dalam jumlah banyak (produksi massa).

2) Menggunakan product lay out (departementation by product).

3) Mesin bersifat khusus (special purpose machines).

4) Operator tidak mempunyai keahlian/skill yang tinggi.

5) Salah satu mesin/peralatan rusak atau terhenti, maka pekerjaan terhenti pula.

6) Tenaga kerja sedikit

7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses kecil.

8) Dibutuhkan maintenance specialist yang berpengalaman banyak.

9) Pemindahan bahan dengan peralatan handling yang fixed.

b. Proses Produksi Terputus-putus

1) Produk yang dihasilkan dalam jumlah kecil, variasi sangat besar dan berdasarkan pesanan.

2) Menggunakan process lay out (department by equipment). 3) Menggunakan mesin-mesin bersifat umum (general purpose

machines) dan kurang otomatis.

4) Operator mempunyai keahlian yang tinggi.

5) Proses produksi tidak mudah berhenti walaupun terjadi kerusakan di salah satu mesin.

(14)

commit to user

6) Menimbulkan pengawasan yang lebih sukar. 7) Persediaan barang mentah tinggi.

8) Pemindahan bahan dengan peralatan handling yang flexible (varied path equipment) menggunakan tenaga manusia seperti

kereta dorong (forklift).

9) Membutuhkan tempat yang besar.

D. Kualitas Produk

1. Pengertian Kualitas/Mutu

Adanya kelebihan yang melekat pada suatu komoditi yang dihasilkan suatu negara dibandingkan dengan komoditi serupa yang diproduksi di negara lain (Amir M.S, 2003:89).Sedangkan untuk menjaga kualitas produk, diperlukan adanya pengawasan kualitas.

Pengawasan kualitas (Quality Control) adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu dapat tercermin dalam produk akhir. Dengan kata lain pengawasan kualitas merupakan usaha untuk mempertahankan kualitas/mutu dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan.

Ada beberapa faktor yang dapat menjadika suatu komoditi mempunyai keunggulan kualitas, yaitu :

(15)

commit to user a. Faktor Alam

Letak geografis suatu negara, kandungan alam, dan keindahan alam dapat menjadi sebab terciptanya keunggulan tertentu bagi suatu komoditi.

b. Faktor Biaya Produksi

Dalam hal ini, biasanya produsen selalu bertindak secara efisien.Ada baiknya kita mengetahui bahwa sebenarnya untuk meningkatkan kualitas atau mutu suatu produk diperlukan biaya yang lebih juga. Oleh karena itu pengusaha harus mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan dan hasil serta keuntungan apa yang dapat diharapkan. Biaya-biaya yang dimaksud adalah:

1) Biaya Pencegahan

Biaya yang dibutuhkan dalam melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu kualitas/mutu tertentu agar tidak terjadi produk yang gagal atau cacat.

2) Biaya Penaksiran

Biaya penaksiran adalah biaya yang diperlukan dalam melakukan penilaian atas kualitas barang-barang hasil produksi. 3) Biaya Kegagalan

Biaya yang disebabkan oleh faktor internal, seperti biaya yang dikeluarkan perusahaan saat pengolahan atau produksi.Disamping itu terdapat pula biaya eksternal atau kegagalan eksternal, seperti ganti rugi.

(16)

commit to user c. Faktor Teknologi

Teknologi yang dipakai dalam produksi menentukan antara lain tingkat kapasitas produksi suatu komoditi. Yang dimaksut dengan tingkat kapasitas produksi adalah perbandingan jumlah unit produksi yang dihasilkan oleh dua jenis alat produksi yang dipakai dalam memproduksi suatu komoditi yang serupa, diukur dalam jangka waktu tertentu.

2. Maksud dan Tujuan Pengawasan Kualitas/Mutu

Seperti dijelaskan diatas, bahwa pengawasan kualitas bertujuan agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam barang hasil produksi suatu perusahaan.

Tujuan pengawasan kualitas/mutu adalah:

a. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi seminimal mungkin.

b. Mengusahakan agar biaya produksi menjadi serendah mungkin. c. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas/mutu

yang telah ditetapkan.

(17)

commit to user 3. Ruang Lingkup Pengawasan Mutu

Pengawasan kualitas/mutu yang dapat dilakukan atas proses produksi tergantung pada faktor-faktor:

a. Pengawasan selama proses pengolahan

Pengawasan terhadap proses ini adalah pengawasan atas bahan-bahan yang digunakan untuk proses produksi, mulai dari bahan-bahan baku sampai dengan finishing.

b. Pengawasan barang jadi

Walaupun telah diadakan pengawasan mutu dalam tingkat proses, hal ini tidak dapat menjadi jaminan bahwa tidak ada barang atau hasil produksi yang rusak atau cacat. Untuk menjaga agar produk yang dihasilkan cukup baik dan memperkecil resiko kerusakan terhadap barang hasil produksi maka diperlukan pengawasan atas barang jadi/hasil akhir.

4. Hal-hal yang Mempengaruhi Pengawasan Kualitas/Mutu a. Kemampuan Proses

Batas-batas yang ingin dicapai harus sesuai dengan kemampuan proses yang ada.

b. Spesifikasi yang berlaku

Spesifikasi dari hasil yang dicapai harus dapat diberlakukan bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen yang diharapkan dari produk tersebut.

(18)

commit to user c. Apkiran/Scrap yang dapat diterima

Tujuan untuk mengawasi suatu proses adalah untuk dapat mengurangi bahan-bahan yang di bawah standar, maupun bahan yang terbuang agar seminim mungkin.

d. Ekonomisnya Kegiatan Produksi

Ekonomis atau efisiennya suatu kegiatan produksi tergantung pada seluruh proses yang ada di dalamnya suatu barang yang sama dapat dihasilkan dengan bermacam-macam proses dengan biaya produksi yang berbeda dan dengan jumlah barang yang terbuang/apkiran yang berbeda.

5. Peraturan dan Aturan yang Mempengaruhi Kualitas/Mutu

Kayu gergajian dan Kayu Olahan (KGKO) merupakan produk industri kehutanan yang menjadi salah satu komoditas penghasil devisa negara nonmigas, maka untuk melancarkan kegiatan ekspornya diperlukan pengaturan yang jelas mengenai ketentuan ekspor produk industri kehutanan ini (Tanjung, 2011, 277:281). Kayu Gergajian dan Kayu Olahan(KGKO) diatur dalam keputusan Menteri Perdagangan No. 119/KP/V/87, No. 196/KP/VII/87, No. 187/KP/VI/92, dan No. 331/KP/XII/87 dengan petunjuk pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri No. 098/DAGLU/VII/87. Ekspor kayu gergajian dan kayu olahan hanya dapat dilakukan oleh Eksportir Terdaftar Produk Imdustri Kehutanan (ETPIK).

(19)

commit to user a. Pengertian ETPIK

ETPIK adalah perusahaan atau badan usaha industri kehutanan yang telah memiliki ijin usaha industri yang diterbitkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mendapat pengajuan sebagai ETPIK dari irektur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan.Untuk mendapatkan pengakuan sebagai ETPIK, Perusahaan Industri Kehutanan mengajukan permohonan tertulis kepada Direktorat Jenderal Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan. Permohonan sebagaimana yang dimaksud di atas harus dilengkapi dokumen sebagai berikut:

1) Berita acara pemeriksaan fisik industri dan rekomendasi dari instansi teknis di daerah yang membina industri kehutanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Fotokopi Izin Usaha Industri (IUI) atau Tanda Daftar Industri (TDI).

3) Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP). 4) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

5) Fotokopi Akte Notaris Pendirian Perusahaan beserta perubahannya sesuai peraturan yang berlaku.

Persetujuan atau penolakan permohonan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima.

(20)

commit to user b. Tujuan ETPIK

Untuk lebih memacu peningkatan ekspor barang jadi khususnya produk kayu olahan serta untuk memanfaatkan potensi hutan secara optimal tanpa harus mengganggu konservasi alam, pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan.Salah satunya adalah dengan adanya ETPIK. Tujuan yang diharapkan pemerintah dengan adanya kebijakan tersebut antara lain:

1) Memanfaatkan secara optimal potensi hutan tanpa mengganggu konservasi alam.

2) Mengurangi/mencegah pencurian kayu baik dalam areal Hak Pengusaha Hutan (HPH) maupun areal non-HPH.

3) Mendorong pengembangan industri hilir perkayuan di dalam negeri.

4) Mengurangi persaingan tidak sehat antara pengusaha kayu gergajian dan kayu olahan (KGKO).

c. Kewajiban ETPIK

Perusahaan Industri Kehutanan yang telah diakui sebagai ETPIK wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri,bDepartemen Perdagangan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian, Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan dan BRIK tentang:

1) Rencana dan realisasi produksi tahunan, dan 2) Rencana ekspor tahunan.

(21)

commit to user d. Sanksi

Sanksi yang diperoleh oleh perusahaan industry diantaranya:

1) Pengakuan sebagai ETPIK dibekukan, apabila perusahaan industri pemegang ETPIK dan/atau pengurus/direksi perusahaan industri pemegang ETPIK:

a) Tidak melakukan kegiatan produksi dan ekspor dalam jangka waktu satu tahun

b) Tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud pada kewajiban ETPIK dalam jangka waktu satu tahun.

c) Tidak menyampaikan data atau dokumen yang benar pada saat mengajukan permohonan ETPIK.

2) Pengakuan sebagai ETPIK yang telah dibekukan dapat diaktifkan apabila:

a) Kembali melakukan kegiatan produksi dan akan melaksanakan ekspor, dan

b) Dalam waktu kurang dari 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pembekuan telah melaksanakan kewajibannya.

c) Pengakuan sebagai ETPIK dicaut, apabila perusahaan industry pemegang ETPIK dan/atau pengurus/direksi perusahaan pemegang ETPIK:

- Tidak melaksanakan kewajibannya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pembekuan.

(22)

commit to user

- Telah dilakukan pembekuan ETPIK sebanyak 2 (dua) kali dan memenuhialasan untuk pembekuan kembali.

- Dinyatakan bersalah oleh pengadilan atas tindak pidana yang berkaitan dengan penyalah gunaan ETPIK dan/atau pelanggaran ketentuan bidang ekspor oleh keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

- Dari hasil verifikasi terbukti tidak sesuai dengan perizinan yang dimiliki

- Tidak mengajukan pengaktifan kembali terhadap ETPIK yang telah dibekukan dalam jangka waktu satu tahun.

Referensi

Dokumen terkait

Diferensiasi sel punca, dengan kemampuan ini maka sel punca yang telah sampai pada lokasi kerusakan sel dalam jaringan tubuh akan mampu berdiferensiasi menjadi sel somatik

Dari hasil tumpangsusun kemudian diperoleh data analisis berupa penggunaan lahan yang sesuai dan tidak sesuai dengan kemampuan lahan.Data penggunaan lahan diperoleh dari survei/cek

Pengajian ini menjadi salah satu bentuk dakwah yang paling sering dilakukan pada masyarakat di Simpang Yul. Dikarenakan dakwah dengan cara ini dirasa paling mudah dilakukan dan

Keberterimaan bahan ajar menggali informasi dari teks narasi sejarah untuk menanamkan karakter bagi peserta didik kelas V SD diketahui dari beberapa hasil angket,

Baik para pendatang BBM maupun Madura menerapkan prinsip menguasai kebudayaan yang berlaku setempat dan memantapkan patokan-patokan aturan main sesuai dengan kebudayaan mereka

 Asas Hak Untuk Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Berkembang, yaitu asa yang menekankan bahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang dengan

Ini adalah port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector, dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

Perawat pelaksana terbanyak umur < 30 tahun, pendidikan terbanyak Akper, pada umumnya belum kawin, dan lama kerja terbanyak ≤ 6 tahun, dan hampir seluruh perawat pelaksana