• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN UANG PARAGIAH JALANG DALAM ADAT PERKAWINAN PARIAMAN DI NAGARI SUNGAI SARIAK KECAMATAN VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN UANG PARAGIAH JALANG DALAM ADAT PERKAWINAN PARIAMAN DI NAGARI SUNGAI SARIAK KECAMATAN VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN UANG PARAGIAH JALANG DALAM ADAT PERKAWINAN

PARIAMAN DI NAGARI SUNGAI SARIAK KECAMATAN VII KOTO

KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ARTIKEL

EKA OKTAVIA

11070078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

Perubahan Uang Paragiah Jalang Dalam Adat Perkawinan Pariaman di Nagari Sungai Sariak Kecamatan VII Koto

Kabupaten Padang Pariaman

Eka Oktavia 1 Dr. Maihasni, M.Si 2 Dian Kurnia Anggreta, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

EKA OKTAVIA, 11070078, Money Pragiah Jalang Change Customary Married In Pariaman, Sungai Sariak region, VII Koto subdistrict, Padang Pariaman Regency. Thesis, Sosiologi Education Study Program STKIP PGRI of West Sumatera, Padang, 2015.

Tradition give money Paragiah jalang should have money that is given is higher than the

money pickup that has been accepted by the men, but the opposite happened. Paragiah jalang money that is given even a little of the money pickup that has been accepted by the male. The purpose of this study was to determine 1). Factors that cause changes in the value of money

paragiah jalang in customary marriages Pariaman especially in Sungai Sariak region VII Koto. 2).

Deskripton impact of changes in currency paragiah jalang customary marriage in Pariaman especially Sungai Sariak VII Koto, Padang Pariaman regency. The theory that used is the theory of social change by combination of Stompzka and Soejono Soekanto. Results of this research revealed that the factors causing the change of money paragiah jalang in Pariaman example customary marriade; 1). The level varietation comunity income, 2). the level of closeness and relationship factors genelogis, 3). Little respons community average how to money paragiah

jalang, 4). The follow a man giving money paragiah jalang, 5). Giving money paragiah jalang no

longer determine the social status of the male family. The impact that caused due to changes in the money paragiah jalang, 1). The women Pariaman star have again look a boys to Pariaman, 2) .The women opinion the man have in uang jemputan. 3). the got up down in make family new cople, 4). Changes in people's views.

Keyword: Change, Uang Paragiah Jalang, Factor, Effect.

1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2011 2. Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

PENDAHULUAN

Perkawinan adalah suatu peristiwa

yang amat penting dalam kehidupan

masyarakat kita, sebab masalah perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja tetapi juga kedua belah pihak dari orang tua, saudara-saudaranya bahkan keluarga mereka masing-masing. Karena perkawinan bukan saja menyangkut hubungan antara individu tapi yang terkait dengan urusan kekerabatan mulai dari pemilihan jodoh hingga masalah pasca perkawinan (Navis, 1984:83).

Pada dasarnya perkawinan dapat menjadi sebuah momen yang indah penuh kebahagiaan dengan segala keunikannya, sehingga menjadi sesuatu yang menarik dan menjadi sakral (Sjariefoedin, 2011:463-464).

Bahkan, karena unik dan

beragamnya, tidak jarang ditengah-tengah

kebahagiaan tersebut, pasangan harus

melewati ketentuan dan prosesi adat, yang kadang-kadang aneh dan irasional, serta sulit dipahami oleh masyarakat yang tidak termasuk dalam komunitasnya (Sjariefoedin, 2011:463-464).

Seperti adat perkawinan di

Pariaman yang diwujudkan ke dalam bentuk prosesi bajapuik. Yang menjadi persoalan dalam adat bajapuik ini adalah banyaknya ragam persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pihak perempuan waktu

manjapuik marapulai.

Menurut Sjariefoedin (2011: 477), adapun bentuk-bentuk persyaratan uang tersebut terdiri atas: 1). Uang jemputan, 2).

Uang hilang, 3). Uang tungkatan, 4). Uang selo, dan 5). Uang paragiah jalang. Di

antara banyaknya persyaratan uang yang harus dipenuhi uang paragiah jalang merupakan persyaratan uang yang muncul sebagai konsekuensi karena adanya uang

jemputan. Dengan kata lain uang paragiah jalang muncul sebagai balasan atas uang jemputan yang telah diberikan oleh pihak

perempuan kepada pihak laki-laki.

Uang paragiah jalang ini bisa

berbentuk benda berharga, uang atau benda bernilai ekonomis. Biasanya berupa emas, dan pakaian, seperti cincin, gelang, kalung, atau pakaian wanita dan lain-lainnya, tergantung dari kemauan pihak laki-laki. Kemudian setelah diterima oleh pihak perempuan, uang paragiah jalang menjadi

milik pihak perempuan sepenuhnya

(Sjariefoedin, 2011:484).

Jika sebelumnya, nilai uang

paragiah jalang melebihi uang japuik

(jemputan), maka dalam praktiknya

sekarang nilai uang paragiah jalang malah lebih rendah dari pada nilai uang japuik

(jemputan) (Sjariefoedin, 2011:485).

Padahal tujuan dari uang jemputan dan uang

paragiah jalang adalah untuk menghimpun

kekuatan kedua belah pihak dari kedua kaum untuk menegakkan sebuah rumah tangga salah seorang anggota kaum, sehingga dapat menjamin kelangsungan berumah tangga dengan modal dan pembekalan yang memadai untuk suami istri (Arifin, 1986:36). Terjadinya perubahan pada uang

paragiah jalang salah satu kasusnya terjadi

di Nagari Sungai Sariak Kecamatan VII

Koto, Kabupaten Padang Pariaman.

Perubahan terjadi pada nilai nominal uang

paragiah jalang yang diberikan oleh pihak

laki-laki terhadap pihak perempuan.

Melihat permasalahan inilah

peneliti tertarik untuk mengangkat

permasalahan uang paragiah jalang.

Apalagi jika dibandingkan dengan uang

jemputan, uang hilang, uang selo, dan uang tungkatan pergeseran yang terjadi pada nilai uang paragiah jalang memberikan dampak

serta konsekuensi yang tinggi terhadap perkawinan di Pariaman. Sebab diantara banyaknya persyaratan uang yang ada uang

paragiah jalang merupakan satu-satunya

uang yang diberikan pihak laki-laki terhadap pihak perempuan sebagai bentuk tindakan menghargai.

Adapun teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teori perubahan sosial. Teori perubahan sosial menjelaskan bahwa perubahan masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, terjadi dimana saja, dan merupakan ciri tidak terhindarkan dari realitas sosial. Perubahan masyarakat

dipandang sebagai perubahan yang

mengarah dan bergerak dari bentuk primitif ke bentuk yang berkembang, dari keadaan yang sederhana kekeadaan yang kompleks, dari tersebar ke terkumpul, dari homogen ke heterogen, dan dari keadaan yang kacau

kekeadaan yang teratur (Sztompka,

(5)

Menurut Soejono Soekanto Terjadinya perubahan dalam berbagai unsur kehidupan masyarakat karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan itu sendiri, diantaranya:

1. Kontak dengan kebudayaan lain. 2. Sistem pendidikan yang maju. 3. Sikap menghargai hasil karya

seseorang dengan keinginan untuk maju.

4. Toleransi terhadap

perbuatan-perbuatan menyimpang.

5. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka.

6. Penduduk yang heterogen.

7. Ketidakpuasan masyarakat

terhadap bidang-bidang

kehidupan tertentu. 8. Orientasi ke muka.

Nilai meningkatkan taraf hidup METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini mulai dilakukan sejak tanggal 18 Mei sampai 14 Juni 2015. Tempat penelitian ini, di Nagari Sungai Sariak Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Teknik pengambilan informan adalah purposive sampling. Jenis data yang digunakan berupa data primer. Dengan teknik mengumpulkan data wawancara mendalam dan observasi. Unit analisis yaitu kelompok. Dengan model analisis data interaktif (Milles dan Huberman).

HASIL PENELITIAN

Uang paragiah jalang merupakan

sejumlah uang yang diberikan oleh pihak mempelai laki-laki ke pada pihak perempuan pada saat anak daro pergi manjalang atau mengunjungi rumah mertua untuk pertama kalinya. Uang paragiah jalang ini muncul sebagai balasan atau konsekuensi karena adanya uang jemputan dalam perkawinan adat bajapuik. Jadi uang paragiah jalang merupakan salah satu ketentuan adat yang harus dipenuhi dalam perkawinan bajapuik

Seiring perkembangan zaman uang

paragiah jalang mulai mengalami

penurunan terutama dalam jumlah

nominalnya. Mulai terjadinya penurunan pada nilai nominal uang paragiah jalang yang diberikan disebabkan karena adanya beberapa faktor pendorang yang terdapat

dalam masyarakat itu sendiri. Beberapa

faktor yang menyebabkan terjadinya

perubahan pada pemberian nilai uang

paragiah jalang antaralain;

1. Tingkat Pendapatan Masyarakat yang Beragam. Perubahan uang paragiah

jalang disebabkan karena faktor pendapatan

masyarakat yang beragam menyebabkan tidak semua orang mampu memberikan

uang paragiah jalang dalam jumlah yang

besar. Akibatnya berpegaruh pada nilai tukar yang nantinya akan diterima atas pertukaran yang pernah diberikan sebelumnya.

2. Faktor tingkat kedekatan dan

hubungan genelogis maksudnya yaitu

tingkat hubungan kedekatan serta

kekerabatan. Sebab dalam perkawinan

keluarga dekat akan memberikan uang

paragiah jalang yang lebih besar dari pada

keluarga jauh, ataupun masyarakat lain yang hanya sekedar kenal dan akrab saja.

3. Berkurangnya kepedulian

masyarakat terhadap jumlah uang paragiah

jalang yang diberikan. Pemberian uang paragiah jalang diberitahukan kepada para

tamu yang hadir pada saat malam berhitung. Penginformasian ini bertujuan agar mereka

dapat mengetahui jumlah uang yang

diberikan. Akan tetapi kurang jelasnya penginformasian uang paragiah jalang menyebabkan masyarakat lebih tertarik pada jumlah pendapatan yang diperoleh setelah pesta. Sedangkan jumlah pendapatan agiah

jalang tidak lagi dihiraukan dan jarang

dijadikan pertanyaan.

4. Keterlibatan mempelai laki-laki

dalam pemenuhan uang jemputan. Ketika laki-laki terlibat dalam pemenuhan uang

jemputan maka pihak perempuanpun tidak

dapat lagi berharap jika uang paragiah

jalang yang akan diberikan dalam jumlah

yang tinggi. Sebab meskipun pihak keluarga laki tidak mengetahui bahwa laki-lakilah yang telah membantu perempuan dalam memenuhi uang jemputan tapi pihak

keluarga sudah terlebih dahulu

mempertimbngkan dan mensiasati segala kemungkinan tersebut.

5. Pemberian uang paragiah jalang tidak lagi menunjukan status sosial keluarga.

Hal ini terjadi setelah munculnya

kesepakatan dari pihak mempelai laki-laki itu sendiri serta didukung leh kesanggupan dari kerabat mempelai laki-laki secara ekonomi. Pemberian uang paragiah jalang

(6)

yang dibayarkan berdasarkan kesanggupan dari pihak mempelai laki-laki inilah yang menyebabkan uang paragiah jalang tidak mampu mencerminkan status dan martabat keluarga. Sebab uang paragiah jalang yang diberikan lebih berdasarkan kesanggupan dan basa-basi saja tanpa adanya hasrat untuk mencerminkan status keluarga. Meskipun

terdapat pertimbangan ekonomi dari

keluarga laki-laki, akan tetapi, pertimbangan tersebut tidak dapat lagi jadi acuan. Karena

terkadang orang yang memiliki

perekonomian yang tingipun dapat

memberikan dalam jumlah yang lebih kecil dari pada orang-orang yang memiliki

ekonomi yang biasa saja, begitupun

sebaliknya.

Beberapa faktor yang telah

diuraikan di atas memberikan dampak tersendiri terhadap perubahan uang paragiah

jalang dalam adat perkawinan, diantaranya:

1). Perempuan Pariaman mulai mencari laki-laki diluar Pariaman, maksudnya ada

perasaan dirugikan dan kurangnya

penghargaan dari laki-laki terhadap

perempuan. Salah satu bentuk kurangnya penghargaan laki-laki terhadap perempuan yakni uang jemputan yang makin tinggi dan

uang paragiah jalang yang makin rendah.

Fakta inilah yang menyebabkan perempuan Pariaman mulai melirik laki-laki di luar Pariaman.

2). Perempuan mengganggap laki-laki bertanggung jawab dalam pemenuhan uang

jemputan, maksudnya ketika uang paragiah jalang semakin menurun dan uang jemputan

semakin tinggi maka perempuanpun

memikirkan berbagai cara agar uang

jemputan tetap bisa dibayarkan tanpa adanya

rasa diberatkan. Salah satu cara yang

dilakukan adalah dengan memberikan

tanggung jawab kepada laki-laki dalam pemenuhan uang jemputan.

3). Berkurangnya pendapatan dalam membangun keluarga sebagai pasangan baru maksudnya rendahnya uang paragiah jalang yang diperoleh menyebabkan modal yang diperoleh untuk membangun keluarga baru pun menjadi sedikit. Sebab uang paragiah

jalang dan uang jemputan pada dasarnya

diberikan dengan tujuan sebagai bekal bagi kedua mempelai.

4). Perubahan pandangan masyarakat maksudnya, pada zaman dahulu pemberian

uang paragiah jalang merupakan sesuatu

tanggung jawab penting bagi pihak laki-laki sebab uang ini menyangkut gengsi dan nama baik dari keluarga laki-laki tersebut. Namun sekarang karena adanya anggapan bahwa

uang paragiah jalang hanya sebagai

pemberian biasa, sehingga dalam

pelaksanaanya yang penting uang tersebut ada meskipun jumlahnya sedikit karena, uang paragiah jalang tidak mampu lagi memberikan simbol atau status keluarga. KESIMPULAN

Setelah selesai melakukan

penelitian dan menganalisis berbagai

permasalahan yang dikaji pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa uang paragiah jalang merupakan sejumlah uang yang diberikan oleh pihak laki-laki ke pada pihak perempuan pada saat

anak daro pergi manjalang atau

mengunjungi rumah mertua untuk pertama kalinya.

Seiring perkembangan zaman uang

paragiah jalang mulai mengalami

penurunan terutama dalam jumlah

nominalnya. Beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya perubahan pada pemberian nilai uang paragiah jalang antaralain;

1. Tingkat Pendapatan Masyarakat yang Beragam

2. Faktor tingkat kedekatan dan hubungan genelogis.

3. Berkurangnya kepedulian masyarakat terhadap jumlah uang paragiah jalang yang di berikan.

4. Keterlibatan mempelai laki-laki dalam pemenuhan uang jemputan.

5. Pemberian uang paragiah jalang tidak lagi menunjukan status sosial keluarga.

Beberapa faktor di atas juga memberikan dampak terhadap perubahan

uang paragiah jalang, diantaranya: 1).

Perempuan Pariaman mulai mencari

laki-laki diluar Pariaman. 2). Perempuan

mengganggap laki-laki bertanggung jawab dalam pemenuhan uang jemputan, 3).

Berkurangnya pendapatan dalam

membangun keluarga sebagai pasangan

baru, 4). Berubahnya pandangan

(7)

DAFTAR PUSTAKA

A.A.Navis. 1984.Alam Takambang Jadi

Guru. Jakarta: PT Grafiti Pers.

Sjarifoedin, Amir. 2011. Minagkabau (Dari Dinasti Iskandar Zulkarnain Sampai Tuanku Imam Bonjol). Jakarta: Gria Media Prima

Soekanto, Soejono. 2010. Sosiologi Suatu

Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sztompka, Piort. 2010. Sosiologi Perubahan

Sosial.Jakarta: Prenada Media.

Yusuf, Muri. 2005. Metodologi penelitian. Padang: UNP press.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Simamora (2000: 423), indikator-indikator kinerja meliputi: 1) keputusan terhadap segala aturan yang ditetapkan organisasi; 2) dapat melaksanakan pekerjaan atau

Pada eksperimen ini dicari beberapa eksplorasi bentuk dari kombinasi pada teknik coiling dengan teknik lattice. Teknik lattice yaitu proses serut bambu untuk

“Proses penyelenggaraan pelayanan publik tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan, Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mimika menemui

4.3 kerugian kerusakan atau biaya yang disebabkan oleh tidak memadainya atau tidak sesuainya pembungkus atau penyiapan obyek yang diasuransikan (untuk keperluan Klausul 4.3 ini,

Simpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah: 1) Telah berhasil dibuat jam digital yang berbasiskan microcontroller. 2) Terdapat selisih pada

Selain itu, sebelumnya perusahaan diketahui belum pernah melakukan pengukuran waktu kerja dan tidak memiliki waktu baku yang dapat digunakan sebagai acuan, metode ini

Oleh karena itu tulisan ini akan membahas secara umum mengenai penyakit ablasio retina itu sendiri, sehingga nantinya dapat dipergunakan oleh tenaga kesehatan