• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENDUKUNG GURU PNDIDIKAN JASMANI SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM PEMBELAJARAN SOFTBALL DI KOTA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR PENDUKUNG GURU PNDIDIKAN JASMANI SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM PEMBELAJARAN SOFTBALL DI KOTA YOGYAKARTA."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR PENDUKUNG GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH

MENENGAH ATAS DALAM PEMBELAJARAN SOFTBALL DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jasmani

Oleh:

Hardhika Ari Wibawa 08601244123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

(4)
(5)

v MOTTO

Keberhasilan tidak selalu diukur dengan seberapa lama waktu yang di tempuh, melainkan seberapa besar kita bermanfaat bagi orang banyak.

(Hardhika Ari Wibawa)

Hidup mampu menumbangkan kita, namun kita bisa memilih bangkit atau tidak untuk hidup.

(Karate Kids)

Sekecil apapun usaha dan kebaikan yang dilakukan, berjuta nikmat yang akan diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi.

Dengan kerendahan hati, Skripsi ini saya persembahkan kepada

1. Kedua orang tua saya Bapak Turiyono dan Ibu Sunarmi yang telah memberikan semua hal dalam hidup ini.

2. Orang yang telah menyayangi saya sampai saat ini dan seterusnya.

(7)

vii

FAKTOR PENDUKUNG GURU PNDIDIKAN JASMANI SEKOLAH

MENENGAH ATAS DALAM PEMBELAJARAN SOFTBALL DI KOTA YOGYAKARTA

Oleh:

Hardhika Ari Wibawa Abstrak

Pembelajaran softball di SMA guru pendidikan jasmani berupaya memberikan materi dan praktik pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telahada. Pihak sekolah dengan guru olah raga telah berupaya untuk memberikan sarana dan prasarana, seperti lapangan, glove, stick, dan bola dengan meminta dukungan kepada Pemerintah untuk memberikan sumbangan dana membeli perlengkapan softball, agar proses belajar mengajar permainan olahraga softball yang telah tercantum dalam kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik. Apabila dari pihak Pemerintah tidak dapat membantu anggaran dana untuk membeli perlengkapanolah raga softball, maka guru olah raga mampu memodifikasi pembelajaran softball dengan peralatan yang lain agar proses belajar mengajar khususnya softball mampu diperkenalkan kepada peserta didik.

Desain dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Subyek dari penelitian ini adalah guru SMA sebanyak 35 guru dari 25 SMA yang ada di Kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan metode angket atau kuisioner. Angket yang digunakan secara gabungan antara tertutup dan terbuka, terdiri dari 22 butir pertanyaan. Analisis data yang digunakan adalah persentase atau disebut procentage correction.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru pendidikan jasmani pada SMA atau yang sederajat di Kota Yogyakarta mengetahui olahraga softball sebesar 100%, memahami olahraga softball sebesar 82,9%. Guru yang telah mengetahui softball dalam kurikulum pembelajaran sebesar 94,3%, dan yang telah menerapkan dalam proses belajar mengajar 31,4%. Sekolah yang memiliki sarana dan prasaranadi Kota Yogyakarta 14,3%, dan yang memiliki peralatan hanya 11,4% sekolah. Yang terakhir yaitu guru menumbuhkan keinginan, motivasidan rasa senang terhadap peserta didik sebesar 37,1%. Di samping itu, telah terpetakan factor pendukung guru pendidikan jasmani pada sekolah menengah atas atau sederajat dalam pembelajaran softball di Kota Yogyakarta.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana olahraga pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S., Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta atas pengesahan penelitian ini.

2. Bapak Drs. Amat Komari, M.Si., Ketua Jurusan POR Fakultas Ilmu Keolahragaan atas persetujuannya dalam penelitian ini.

3. Bapak Drs. Amat Komari, M.Si., Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan serta nasihat sejak pertama masuk kuliah hingga lulus kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Bapak Agus Susworo D.M., S,Pd., M.Pd., Pembimbing tugas akhir yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dorongan, dan nasehat hingga terselesaikannya penelitianini.

(9)

ix

6. Bapak atau Ibu Kepala Sekolah Menengah Atas yang telah memberikan ijin penelitian.

7. BapakatauIbu Guru Pendidikan Jasmani yang telah bersedia sebagai subyek penelitian.

8. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu tidak bisa kami sebut satu-persatu. Semoga amal baik dari berbagai pihak tersebut mendapat balasan yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Sangat di sadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

Yogyakarta, Mei 2015. Penulis

(10)

x

(11)

xi

B. Penelitian Relevan ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

C. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

D. Subyek Penelitian ... 27

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DeskripsiHasil Penelitian ... 33

1. Latar Belakang Guru Pendidikan Jasmani ... 33

2. Pengetahuan Terhadap Olahraga Softball ... 40

3. Pembelajaran Olahraga Softball ... 43

4. Sarana dan Prasarana Olahraga Softball ... 46

5. Keinginan, Motivasi, dan Rasa Senang ... 49

B. Pembahasan………... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 53

B. Keterbatasan Penelitian ... 54

C.Implikasi Hasil Penelitian ... 54

D.Saran ... 55

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 29

Tabel 2. Jenis Kelamin ... 34

Tabel 3. Jenjang Pendidikan ... 35

Tabel 4. Fakultas/Jurusan ... 37

Tabel 5. Perguruan Tinggi/Pendidikan Terakhir ... 39

Tabel 6. Pengetahuan Terhadap Olahraga Softball ... 40

Tabel 7. Pemahaman Terhadap Olahraga Softball ... 42

Tabel 8. Olahraga Softball Dalam Kurikulum ... 43

Tabel 9. Olahraga Softball Dalam Pembelajaran di Sekolah ... 45

Tabel 10. Sarana dan Prasarana ... 47

Tabel 11. Peralatan Softball ... 48

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar1. Teknik Melempar ... 9

Gambar 2. Teknik Menangkap ... 9

Gambar 3. Teknik Memukul ... 10

Gambar 4. Teknik Berlari Menuju Base ... 11

Gambar 5. Teknik Sliding ... 11

Gambar 6. Diagram Jenis Kelamin ... 34

Gambar 7. Diagram Jenjang Pendidikan ... 36

Gambar 8. Diagram Fakultas/Jurusan ... .... 38

Gambar9. Perguruan Tinggi/Pendidikan Terakhir ... 40

Gambar 10. Pengetahuan TerhadapO lahraga Softball ... 41

Gambar 11. Pemahaman Olahraga Softball ... 43

Gambar 12. Pembelajaran Softball Dalam Kurikulum ... 44

Gambar 13. Olahraga Softball Dalam Pembelajaran di Sekolah ... 46

Gambar 14. Sarana dan Prasarana ... 47

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 58

Lampiran2. Angket Penelitian ... 63

Lampiran 3. Rekapitulasi Data Penelitian ... 68

Lampiran 4. Rangkuman Jawaban Angket ... 70

Lampiran 5. Surat Keterangan Expert Judgment ... 88

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Negara Indonesia semakin maju ditandai dengan meningkatnya mutu pendidikan diberbagai penjuru Indonesia. Proses belajar mengajar merupakan suatu yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antar guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi disini diartikan sebagai hubungan yang terjadi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Abdul Majid (2005:111) mengatakan bahwa proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran merupakan satu kesatuan dimana pembelajaran itu terjadi interaksi atau hubungan antara pendidik yaitu guru dengan peserta didik kemudian dengan sumber belajar yang terjadi di dalam lingkungan pembelajaran baik secara formal maupun informal. Seperti yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik (2008: 53).

(16)

2

mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid, mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat, mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan, perkembangan jasmani, mental sosial, dan emosional yang selaras, serasi serta seimbang.

Tujuan pendidikan nasional mempunyai sasaran seluruh aspek pribadi manusia yaitu jasmani, rohani, sosial dan sebagai manusia yang berketuhanan. Tujuan pendidikan nasional tersebut dicapai melalui suatu pendidikan bermutu yang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya dan lingkungan belajar yang mendukung. Syarifudin dan Sudrajat Wiradiharja (2014:1) menyatakan bahwa:

(17)

3

mengenal permainan dan olahraga tradisional yang berakar dari budaya suku bangsa Indonesia dan dapat memberi sumbangan pada pembentukan karakter.

Praktek pembelajaran softball di SMA guru pendidikan jasmani berupaya memberikan materi dan praktik pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ada. Pihak sekolah dengan guru olah raga telah berupaya untuk memberikan sarana dan prasarana, seperti lapangan,glove, stick, dan bola dengan meminta dukungan kepada Pemerintah untuk memberikan sumbangan dana membeli perlengkapan softball, agar proses belajar mengajar permainan olahraga softball yang telah tercantum dalam kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik. Apabila dari pihak Pemerintah tidak dapat membantu anggaran dana untuk membeli perlengkapan olah raga softball, maka guru olah raga mampu memodifikasi pembelajaran softball dengan peralatan yang lain agar proses belajar mengajar khususnya softball mampu diperkenalkan kepada peserta didik.

Menurut Tim Penyusun Silabus Puskurbuk Kemdikbud RI (2014:13), pembelajaran olahraga softball telah tercantum dalam silabus SMA, dengan kompetensi dasar sebagai berikut :

3.2Menganalisis dan mengkategorikan keterampilan gerak salah satu permainan bola kecil serta menyusun rencana perbaikan.

4.2Mempraktikkan perbaikan keterampilan salah satu permainan bola kecil sesuai hasil analisis dan kategorisasi.

(18)

4

tentang “Faktor Pendukung Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas dalam Pelaksanaan Pembelajaran Softball di Kota Yogyakarta”.

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Upaya guru pendidikan jasmani untuk memberikan pembelajaran softball seperti yang tercantum dalam kurikulum.

2. Teridentifikasinya upaya sekolah memberikan fasilitas sarana dan prasarana pembelajaran softball dalam menunjang proses belajar mengajar.

3. Dukungan dari pemerintah untuk memberi dana kepada sekolah dalam menunjang proses belajar mengajar softball seperti yang tercantum dalam kurikulum.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini tidak membahas semua permasalahan yang teridentifikasi, berdasarkan latar belakang yang ada, penelitian ini hanya membahas tentang faktor pendukung guru pendidikan jasmani sekolah menengah atas dalam pembelajaran softball di Kota Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

(19)

5

jasmani sekolah menengah atas dalam pembelajaran softball di Kota Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar faktor pendukung yang dirasakan guru pendidikan jasmani sekolah menengah atas dalam pelaksanaan pembelajaran softball di Kota Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya pendidikan jasmani yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pembelajaran Pendidikan Jasmani yang berkualitas khususnya untuk SMA

c. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pendidikan jasmani.

2. Secara praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dan instansi terkait untuk mengadakan perbaikan dan pembenahan yang dirasa perlu agar tujuan pembelajaran Pendidikan jasmani dapat tercapai.

(20)

6

(21)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Olahraga Softball

Softball merupakan cabang olahraga permainan yang dimainkan oleh sembilan orang pemain dengan kedudukan dan kemampuan yang tidak sama (Sridadi, 2007:2005). Permainan ini dimainkan dengan sistem inning di mana setiap tim mempunyai kesempatan yang sama dalam posisi yang berbeda. Sedangkan dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia (PERBASASI, 2003, http://id.wikipedia.org/wiki/Sofbol), menyatakan bahwa Softballadalah “Olahraga beregu yang terdiri dari 2 tim. Permainan softball lahir di Amerika Serikat, diciptakan oleh George Hancock di kotaChicago pada tahun 1887.Softball merupakan perkembangan dari olahraga sejenis yaitu baseball.Bola dilempar oleh seorang pelempar bola (pitcher) dan menjadi sasaran pemain lawan yang memukul (batter) dengan menggunakan tongkat pemukul (bat). Terdapat sebuah regu yang berjaga (defense) dan tim yang memukul (offense). Tiap tim berlomba mengumpulkan angka (run) dengan cara memutari tiga seri marka (base) pelari hingga menyentuh marka akhir yaitu home plate.

Sukintaka (1979: 43) mengemukakan bahwa permainan softball juga disebut indoor-baseball, mushball, kitten-ball, recreatio-ball, diamond-ball, night-ball, atau sissy-ball yang termasuk dalam kelompok permainan bola pukul. Sedangkan Bethel (1993: 5) menyatakan bahwa softball merupakan permainan gerak cepat yang menyenangkan. Olahraga ini mengutamakan kecepatan, ketangkasan, dan tentunya kesehatan juga.

(22)

8

jaga. Regu pemukul menjadi regu jaga apabila telah terjadi 3 kali mati, sehingga regu jaga menjadi regu pemukul. Dan nilai didapat apabila pemukul baik pada pukulanya sendiri maupun temanya telah melalui dan menyentuh base pertama, kedua, ketiga, dan home base dengan selamat. Nilai yang diperoleh oleh pemain yang selamat masuk home base tersebut adalah satu(Parno, 1992 : 13).

Dalam permainan softball ada beberapa keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh pemainya. Keterampilan itu adalah melempar (throwing), menangkap (catching), memukul (batting), lari base (base running), meluncur (sliding). Seorang pemain softball harus bisa melakukan keterampilan tersebut diatas. (Parno, 1992 : 15).

a. Melempar (throwing)

(23)

9

Gambar 1.Macam-macam teknik melempar. http://pesmanitra.blogspot.com/p/senam-uji-diri.html b. Menangkap (catching)

Menangkap bola merupakan suatu usaha yang dilakukan pemain untuk dapat menguasai bola dengan tangan yang memakai glove, dari hasil pukulan lawan atau lemparan teman. Menangkap bola pada dasarnya ada tiga jenis yang dapat dilakukan sesuai dengan situasi bola yang dihadapi. Ketiga jenis yang dimaksud adalah :

1) Menangkap bola lurus (strike ball ) 2) Menangkap bola lambung (fly ball)

3) Menangkap bola bawah (Parno, 1992 : 49).

(24)

10 c. Memukul (batting)

Memukul merupakan salah satu teknik dalam softball yang dilakukan oleh regu penyerang dengan melakukan pukulan terhadap bola yang dilemparkan oleh pitcher. Tujuan memukul bola untuk memperoleh nilai dan menyelamatkan dirinya atau membantu pelari lain (base runner) mencapai base berikutnya (Parno, 1992 :54). Memukul bola dalam permainan softball ada dua macam yaitu : 1) memukul bola dengan ayunan, 2) Memukul bola tanpa ayunan (bunt).

Gambar 3.Macam-macam teknik memukul. http://pesmanitra.blogspot.com/p/senam-uji-diri.html d. Lari Base (base running)

(25)

11

Gambar 4.Berlari menuju base.

http://pesmanitra.blogspot.com/p/senam-uji-diri.html e. Meluncur (sliding)

Sliding adalah suatu gerakan meluncur badan untuk mencapai base yang dituju. Dalam pelaksanaan pelari boleh mengurangi kecepatan lari. Penggunaan teknik ini mempunyai dua tujuan yaitu: untuk mengurangi kecepatan laju lari agar dapat tepat berhenti pada base bukan terlanjur melewatinya, serta untuk menghindari sentuhan ketikan bola dari lawan sehingga dapat selamat mencapai base yang dituju. Dengan selamat dari sentuhan dari lawan jika sudah di base tiga menuju ke home base maka akan mendapatkan poin dan akan menguntungkan dari team (Parno, 1992 :66).

(26)

12

Dalam ruang lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Jasmani untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA pada aspek permainan

dan olahraga, terdapat permainan bola pukul, meliputi kasti, rounders,

kippers, softball, dan baseball (Departemen Pendidikan Nasional, 2003;

10). Permainan tersebut harus diberikan dari jenjang SD kelas IV sampai

SMA kelas XII. Sub materi kasti, rounders, dan kippers hanya diberikan

sampai jenjang SMP kelas IX. Dengan demikian khusus untuk SMA

difokuskan pada sub materi permainan softball atau baseball.

Sub materi softball tercantum dalam ruang lingkup materi yang

harus disampaikan dalam pelajaran pendidikan jasmani dari jenjang SD

kelas IV sampai SMA kelas XII. Keberadaan guru pendidikan jasmani

pada tingkat SMA harus memberikan sub materi pelajaran tersebut.

Sejalan dengan konsep hubungan pendidikan jasmani dan olahraga, maka

materi di jenjang sekolah bukan merupakan bagian yang parsial dalam

pembinaan olahraga secara umum, untuk itu maka guru pendidikan

jasmani seharusnya dapat berpartisipasi dalam pembinaan olahraga,

khususnya softball.

2. Guru Pendidikan Jasmani

(27)

13

mendominasi dalam pelaksanaan pendidikan jasmani, karena bagi siswa guru pendidikan jasmani sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identitas diri. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus menguasai dan menerapkan pengetahuan pendidikan jasmani dengan baik. Disamping itu guru pendidikan jasmani sebaiknya mempunyai perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengambangkan siswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya guru pendidikan jasmani harus menguasai berbagai hal sebagai kompetisi yang dimiliki.

Menurut Agus S Suryobroto (2001: 71) mengatakan bahwa guru penjas yang baik dalam proses pembelajaran penjas harus:

a. Menyiapkan diri dalam hal fisik dan mental.

b. Menyiapkan materi pelajaran sesuai dengan GBPP dan membuat satuan pelajaran.

c. Menyiapkan alat, perkakas dan fasilitas agar terhindar dari bahaya atau kecelakaan.

d. Mengatur formasi siswa sesuai dengan tujuan materi, sarana dan prasarana, metode dan jumlah siswa.

e. Mengkoreksi siswa secara individual dan klasikal. f. Mengevaluasi secara formatif.

(28)

14

pendidikan yang utuh. Jadi tidak hanya aspek fisik yang diberikan oleh guru penjas melainkan semua ranah harus tersampaikan, diantaranya yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Profesi guru pendidikan jasmani secara umum sama dengan guru mata pelajaran yang lain pada umumnya, namun secara khusus ada letak perbedaan yang prinsip dan ini merupakan ciri khas tersendiri. Kebutuhan guru pendidikan jasmani yang profesional sangat tinggi, dalam rangka menanggapi tantangan zaman modern. Seiring dengan itu banyak dinyatakan beberapa praktisi bahwa guru pendidikan jasmani secara umum belum menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan beberapa contoh yaitu: guru mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa di biarkan latihan sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius.

(29)

15 a. Karakteristik siswa SMA

Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang memerlukan bagian dari pendidikan keseluruahan yang dlam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani. Dalam pendidkan jasmani juga terdapat suatu proses tujuan yang disebut keterampilan. Keterampilan gerak ini dapat berarti gerak bukan olahraga dan gerak untuk olahraga.

Anak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal. Pada umumnya ketika usia SMA adalah masa remaja awal setelah mereka melalui masa-masa pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Remaja awal ini berkisar antara umur 15-18 tahun. Masa remaja awal atau masa puber adalah periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan. Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis.

b. Pengetahuan guru penjas

(30)

16

sekolah dan memberikan motivasi serta rasa senang kepada siswa agar tidak memberi rasa bosan kepada peserta didik.

3. Pembelajaran Penjas

Mengajar tidak mungkin mengenal anak, sehingga sebagai seorang tenaga pengajar atau guru diharuskan mengenal anak baik secara psikologis maupun secara fisik. Dalam belajar efektif baru akan terwujud bila anak-anak itu sendiri turut aktif dalam merumuskan serta memecahkan masalah. Jadi peserta didik juga menjadi penentu dalam aktivitas belajar.

Menurut Oemar Hamalik (2008: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran.Sedangkan pembelajaran menurut E. Mulyasa (2002: 100) adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik.

Kegiatan pembelajaran diarahkan guna memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai semua kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri.

(31)

17

Pengelolaan pembelajaran merupakan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, realitas, system dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pembelajaran penjas dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Menurut Agus S Suryobroto (2001: 32), sistematika yang biasa dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran penjas adalah sebagai berikut:

a. Latihan Pendahuluan (latihan A)

1. Membariskan, menghitung, memimpin doa dan member salam. 2. Memberikan apersepsi (supaya tidak ada perbedaan persepsi) 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

4. Memimpin pemanasan b. Latihan Inti (latihan B)

Latihan ini harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1. Pembentukan

2. Kelentukan 3. Kecepatan 4. Kelincahan

c. Latihan Penutup (latihan C) 1. Memberikan pendinginan

2. Mengumpulkan, membariskan dan menghitung jumlah siswa 3. Memberikan kesan dan pesan serta evaluasi

4. Memberikan tugas

5. Memimpin doa dan membubarkan barisan

(32)

18 4. Kurikulum Penjas

Kurikulum memiliki beberapa pengertian, hal ini menyangkut pandangan para ahli terhadap kurikulum itu sendiri. Undang-undang No. 2 tahun 1989 pasal 1 ayat 9 berbunyi “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan dari suatu bahan pelajaran”.

Menurut Oemar Hamalik (2009: 3), kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Menurut S. Nasution (2008: 8) kurikulum adalah suatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan.

Dari berbagai pendapat di atas tentang pengertian kurikulum, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana yang digunakan oleh seorang pendidik sebagai pegangan atau pedoman yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Keberhasilan perubahan kurikulum di sekolah sangat bergantung kepada guru dan kepala sekolah, karena kedua figur tersebut merupakan kunci keberhasilan proses pembelajaran disamping dengan sarana dan prasarana yang memadai. Kemampuan kepala sekolah untuk memenejemen dan pengambilan keputusan yang baik untuk meningkatkan mutu sekolah sangat diperlukan demi tercapainya pelaksanaan pembelajaran yang efektif.

(33)

19

tersampaikan dengan baik. Interaksi yang baik antara kepala sekolah, guru, kurikulum, dan peserta didik diharapkan dapat digunakan sebagai acuan terhadapat peningkatan kualitas kurikulum sesuai dengan tuntuan yang ada di dalam masyarakat.

5. Sarana dan Prasarana Penjas

Dalam pelaksanaan pembelajaran banyak hal yang membantu tercapainya tujuan pembelajaran salah satunya adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana mencakup alat dan fasilitas serta lingkungan sebagai pendukung proses pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran pendidikan jasmani. Sarana atau alat adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam aktivitas jasmani, serta mudah dipindahkan atau dibawa. Sarana sangat penting dalam memberikan motivasi bagi siswa untuk bergerak aktif, sehingga siswa sanggup melakukan aktivitas dengan sungguh-sungguh dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Menurut Agus S Suryobroto, (2004: 4).Kebutuhan sarana dan prasarana olahraga dalam pembelajaran sangat penting, karena dalam pembelajaran harus menggunakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. 1) Tujuan Sarana dan Prasarana

Tanpa ada sarana prasarana pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar.Selanjutnya Agus S Suryobroto menjelaskan tujuan saran dan prasarana olahraga adalah untuk:

a. Memperlancar jalannya pembelajaran. b. Memudahkan gerakan.

c. Memacu siswa dalam bergerak. d. Kelangsungan aktivitas.

e. Menjadaikan siswa tidak takut melakukan gerakan/aktivitas. 2) Manfaat Sarana dan Prasarana

(34)

20

a. Dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan siswa. b. Gerakan dapat lebih mudah atau lebih sulit.

c. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan. d. Menerik perhatian siswa.

3) Persyaratan Saran dan Prasarana

Saran dan prasarana yang dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, Agus S Suryobroto (2004: 16-18):

Sarana prasarana merupakan salah satu unsur pokok dalam proses pemebelajaran pendidikan jasmani terutama permainan softball. Apabila sekolah mempunyai sarana prasarana yang lengkap dan berkualitas baik, tentunya akan sangat memperlancar dalam proses pembelajran. Begitupun sebaliknya jika sekolah tidak mempunyai sarana dan prasaran yang baik justru akan menghambat dalam pelaksanaan proses pembelajran yang berlangsung. Hal yang seperti ini yang memaksa seorang guru harus lebih kreatif dengan keterbatasan sarana demi tercapainya pembelajaran yang efektif.

(35)

21 A. Faktor Guru

Didalam proses belajar mengajar guru memiliki peran penting untuk menyampaikan pengetahuan atau materi yang telah dikuasai kepada peserta didikagar memiliki wawasan yang luas terutama permaianan olahraga softball.

B. Faktor Siswa

Faktor siswa sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tidak akan terlaksana jika tidak ada siswa yang menjadi objek pembelajaran.

a. Dari dalam diri siswa (internal) terdiri dari: kondisi fisik, kondisi kesehatan, tingkat kecerdasan yang dimliki oleh siswa dalam satu kelas berbeda-beda, dan ingatan yang lemah juga bisa menjadi penghambat dalam pembelajaran softball.

b. Dari luar diri siswa (eksternal) terdiri dari: dukungan dari orangtua/keluarga, kondisi cuaca yang panas pada saat pembelajaran berlangsung, gangguan yang dilakukan oleh teman sekelas, dukungan dan evaluasi yang diberikan oleh guru.

C. Faktor proses belajar mengajar,

(36)

22

dengan baik maka tidak akanada interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa bahkan siswa dengan guru. Selain komunikasi, alokasi waktu, bobot pelajaran dan metode pembelajaran juga bisa menjadi penghambat karena apabila guru memberikan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan kelas pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. D. Faktor sarana prasarana,

Dari beberapa SMA yang terdapat di Kota Yogyakarta tidak memiliki lapangan yang cukup luas untuk melakukan proses belajar mengajar olahraga softball.

B. Penelitian Yang Relevan

(37)

23

Rahayu (2012), dalam penelitian yang berjudul “Minat Mahasiswa PJKR

Angkatan 2010 Pasca Perkuliahan Dasar Gerak dan Permainan Softball Terhadap UKM Softball UNY”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat mahasiswa PJKR angkatan 2010 terhadap UKM softball UNY pasca perkuliahan dasar gerak dan permainan softball secara keseluruhan sebanyak 15 mahasiswa (10,95%) mempunyai minat sangat rendah, 20 mahasiswa (14,60%) mempunyai minat rendah, 54 mahasiswa (39,42%) mempunyai minat sedang, 43 mahasiswa (31,39%) mempunyai minat tinggi, dan 5 mahasiswa (3,65%) mempunyai minat sangat tinggi. Frekuensi terbanyak pada kategori sedang, yaitu sebanyak 54 mahasiswa (39,42%), sehingga dapat disimpulkan bahwa minat mahasiswa PJKR angkatan2010 terhadap UKM softball UNY pasca perkuliahan dasar gerak dan permainan softball adalah sebagian besar masuk kategori sedang.

C. Kerangka Berfikir

(38)

24

(39)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (2003 : 64), metode deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:10), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

(40)

26

pembelajaran, dan faktor sarana dan prasarana. Faktor siswa meliputi faktor intern dan faktor ekstern yang mempengaruhi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Faktor guru meliputi penampilan seorang guru dalam mengajar. Faktor proses pembelajaran meliputi interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru bahkan siswa dengan siswa. Faktor sarana dan prasarana meliputi kelengkapan alat dan fasilitas dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran softball memberikan andil yang besar terhadap perkembangan fisik dan mental anak khususnya untuk siswa SMA. Pembelajaran softball merupakan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum pendidikan jasmani. Namun dalam kenyataannya pembelajaran softball belum tersampaikan secara optimal sehingga peneliti ingin mengetahui Faktor Pendukung Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas Dalam Pembelajaran Softball di Kota Yogyakarta.

B. Deskripsi Lokasi Penelitian

(41)

27

1. Pihak yayasan tidak memperbolehkan karena sudah semester 2. 2. Telah mendekati ujian nasional.

3. Tidak memiliki murid yang cukup banyak. 4. Tidak memiliki guru pendidikan jasmani.

5. Proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan siang hari.

Alasan-alasan demikian dari pihak sekolah tidak berkenan untuk melaksanakan penilitian dimasing-masing sekolah.

(42)

28

lapangan besar, mereka biasanya hanya menggunakan lapangan yang mereka miliki, dan selain itu kondisinya juga kurang bagus karena selain untuk olahraga ada beberapa sekolah SMA yang menggunakan lapangan untuk dijadikanlahan parkir.

Untuk peralatan softball hanya sedikit sekali yang mempunyainya, hal ini dikarenakan mahalnya peralatan softball, selain itu untuk memperolehkan alat-alat softball di Yogyakarta masih sangat sulit karena belum ada toko olahraga menjualnya. Peralatan yang dimilikipun merupakan peralatan softball yang sudah lama, selain itu jumlah peralatan yang dimiliki tidaklah banyak.

C. Subyek Penelitian

Penelitian ini akan dikembangkan berdasarkan motif dibalik faktor pendukung guru pendidikan jasmani terhadap olahraga softball. Subyek penelitian ini disebut responden yaitu seluruh guru pendidikan jasmani SMA negeri maupun swasta yang dijadikan sebagai responden. Sesuai dengan akar permasalahan yang akan dikaji dan diteliti secara mendalam yaitu faktor pendukung guru pendidikan jasmani SMA terhadap olahraga softball di Kota Yogyakarta.

(43)

29

SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sehingga banyaknya jumlah responden dapat menentukan data bervariasi. Namun yang terpenting adalah kelengkapan data yang berhasil didapat dari jumlah responden yang telah dipilih dan ada. Subyek penelitiannya adalah guru pendidikan SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan angket sebagai pengambil data. Sedangkan angket dalam penelitian ini meliputi faktor pendukung guru pendidikan jasmani SMA dalam pembelajaran softball di Kota Yogyakarta.

Penyusunan instrument harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: mendefinisikan konstruk, menyidik faktor dan menyusun butir pertanyaan, (Sutrisno Hadi, 1991: 79). Berdasarkan ketiga langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Mendefinisikan Konstruk

(44)

30 b. Menyidik Faktor

Langkah selanjutnya yaitu menyidik faktor konstrukdari variable di atas di jabarkan menjadi faktor yang dapat di ukur. Adapun faktor tersebutmeliputi: Faktor intern yaitu pengetahuan, pemahaman, dan proses belajar mengajar. Faktor ekstern meliputi: guru, siswa, sarana dan prasarana. c. Menyusun Butir

Langkah terakhir adalah menyusun butir pertanyaan berdasarkan faktor yang menyusun konstruk. Butir-butir pertanyaan disusun dalam sebuah angket. Sebelumnya akan dibuat kisi-kisi dari angket. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai angket, dibawah ini disusun kisi-kisi angket penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. KISI-KISI ANGKET PENELITIAN

Variabel Faktor Indikator Nomor

(45)

31

Uji coba yang digunakan untuk mengetahui kesahihan angket yaitu dengan berkonsultasi kepada para pakar atau orang yang ahli dalam bidang tersebut dan teori-teori pembuatan angket dengan menggunakan expert judgment. Expert judgmentdalam penelitian ini adalah Dra. Bernadita Suhartini, M.Kes. Validitas instrumen penelitian ini adalah validitas konstruk dan validitas logis. Karena angket ini disusun bertujuan untuk mengungkap data sesuai dengan fakta apa adanya dilapangan.

3. Teknik Pengumpulan Data

(46)

32

untuk segera terdorong mengisi angket tersebut, lebih mudah untuk menjawab dan responden dapat menjabarkan jawaban secara detil dibandingkan dengan angket tipe lain.

E. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengelompokan data. Data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil perhitungan diproses dengan teknik deskriptif kuantitatif dengan presentase. Teknik ini dimaksudkan untuk mengetahui status sesuatu yang dipresentasekan dan disajikan tetap berupa presentase, juga ditafsirkan dengan kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif.

Disamping itu juga divisualisasikan dalam bentuk tabel, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti sendiri atau orang lain untuk memahami hasil penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010 : 268). Analisis data yang dipergunakan adalah menggunakan presentase atau disebut procentage correction. Menurut Mohammad Ali (1997 : 186) untuk memperoleh kesimpulan tiap-tiap komponennya harus dicari dulu presentase tiap-tiap sub komponennya dengan rumus :

Presentase skor (%)= x 100%

Dimana : % = Presentase yang dicari/yang diharapkan n = Nilai yang diperoleh

(47)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Faktor pendukung guru pendidikan jasmani pada SMA atau sederajat sesuai dengan tingkatan. Faktor pendukung terhadap olahraga softball tingkatan tersebut meliputi: a. Pembelajaran, b. pemahaman c. Sarana dan prasarana, d. motivasi, keinginan, dan rasa senang. Pengetahuan yang dimaksud hanya sekedar tahu bahawa ada olahraga softball, pemahaman tidak hanya mengetahui saja, tetapi mampu memahami olahraga softball tersebut, sehingga mampu menyampaikan materi kepada peserta didik dengan benar. Sarana dan prasarana adalah pendukung utama dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar tercapainya kesuksesan dalam menyampaikan ilmu kepada peserta didik baik dengan alat yang sesungguhnya maupun alat yang telah dimodifikasi. Keinginan, motivasi dan rasa senang yang dimaksud dalam hal ini bagaimana seorang pendidik mampu membangkitkan rasa keinginahuan, memberikan motivasi dan rasa senang dalam mengikuti proses belajar mengajar terutama permainan olahraga.

1. Latar Belakang Guru Pendidikan Jasmani a. Jenis Kelamin

(48)

34

pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat bukannya suatu yang bersifat kodrati. Dibawah ini adalah tabel tentang jenis kelamin guru pendidikan jasmani di Kota Yogyakarta.

Tabel 2. Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Informan

Frekuensi %

1 Laki-Laki 31 88.6

2 Perempuan 4 11.4

Total 35 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar guru pendidikan jasmani di Kota Yogyakarta terdiri dari guru yang perjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang (88,6%). Dan guru perempuan berjumlah 4 orang (11,4%). Proporsi antara guru pendidikan jasmani yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam diagram dibawah ini.

Gambar 6. Diagram jenis kelamin

31 laki-laki (88,60%) 4 perempuan

(11,40%)

Persentase

(49)

35 b. Pendidikan

Pendidikan merupakan syarat utama bagi seorang guru, terutama jenjang pendidikan yang ditempuh; fakultas dan jurusan; dan perguruan tinggi yang menjadi tempat untuk kuliah. Latar belakang pendidikan dari guru pendidikan jasmani di Kota Yogyakarta dapat dilihat dibawah ini. 1). Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapakan berdasar tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, dalam hal ini yang akan disampaikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh guru pendidikan jasmani di Kota Yogyakarta. Jenjang pendidikan guru pendidikan jasmani dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3. Jenjang Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah Informan

Frekuensi %

1 S1 32 91.4

2 SGO 3 8.6

Total 35 100

(50)

36

tersebut belum semua guru pendidikan jasmani memenuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah tentang jenjang pendidikan guru minimal adalah S1. Selain hal tersebut juga dapat dilihat dari guru yang lulusan SGO mampu memberikan materi tentang permainan olahraga softball kepada peserta didik karena guru tersebut telah mengikuti diklat di Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan pada tahun 2011.Tentu saja guru tersebut telah mengetahui dan memahami tentang olahraga softball seperti guru yang telah menempuh S1, dimana saat mereka mendapat mata kuliah softball. Proporsi antara guru penjas yang telah menempuh SGO dan S1 dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Gambar 7. Digram jenjang pendidikan

Selain dari jenjang pendidikan yang sudah ditempuh oleh guru fakultas dan jurusan juga harus linier dengan matapelajaran yang diampu oleh guru, dalam hal ini adalah mata pelajaran pendidikan jasmani. Maka dari itu guru yang akan mengajar pendidikan jasmani

32 S1 (91,40%) 3 SGO.

(8,60%)

Persentase

S1 SPGSGO

(51)

37

haruslah berasal dari suatu jurusan yang linier dengan mata pelajaran tersebut, yaitu dari fakultas atau jurusan keolahragaan. Berikut ini akan disampaikan tentang fakultas dan jurusan yang pernah diambil guru pendidikan jasmani di Kota Yogyakarta saat masih menempuh perkuliahan.

2).Fakultas/Jurusan

Fakultas berasal dari bahasa belanda, faculteit, yaitu bagian administratif dari sebuah perguruan tinggi. Namun secara umum fakultas diartikan sebagai sebuah divisi dalam sebuah perguruan tinggi yang terdiri dari suatu subyek, atau sejumlah bidang studi terkait. Dibawah fakultas terdapat jurusan-jurusan sesuai dengan bidang-bidang ilmu. Berikut ini adalah daftar fakultas dan jurusan yang pernah diambil atau ditempuh oleh guru pendidikan jasmani saat masih menempuh kuliah.

Tabel 4. Fakultas/jurusan yang diambil guru pendidikan jasmani

No Fakultas Jumlah Informan

Frekuensi %

1 FIK/POR 17 48.6

2 FIK/PKL 8 22.9

3 FIK/PKR 5 14.3

4 FKIP/Penjaskesrek 2 5.7

5 SGO 3 8.6

(52)

38

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar guru mengambil jurusan POR di FIK saat masih kuliah, ditunjukan dengan jumlah guru sebanyak 17 orang (48,6%), dan yang dari jurusan PKL di FIK sebanyak 8 orang (22,9%), dari jurusan PKR di FIK sebanyak 5 orang (14,3%), dari jurusan Penjaskesrek di FKIP sebanyak 2 orang (5,7%) dan sisanya 3 orang (8,6%) lulusan sekolah guru olahraga (SGO). Dari data tersebut diatas terdapat 2 fakultas yang berbeda yaitu FKIP dan FIK. Hal ini karena memang perguruan tinggi yang diambil guru penjas saat masih kuliah berbeda, namun dalam jurusan antara POR dan Penjaskesrek adalah sama. Dalam data tersebut diatas terdapat satu jurusan yang disetarakan dengan SMA atau sederajat yaitu Sekolah Guru Olahraga (SGO). Hal ini bisa terjadi dikarenakan kurangnya tenaga guru di sekolah tersebut. Proporsi fakultas dan jurusan yang diambil guru penjas saat masih kuliah bisa dilihat pada diagram dibawah ini.

Gambar 8. Fakultas/jurusan yang diambil guru pendidikan jasmani

(53)

39 3). Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Kata universitas berasal dari bahsa latin yang artinya adalah umum dan menyeluruh. Berikut adalah tabel universitas dan jenjang pendidikan yang dulu pernah diambil oleh guru pendidikan jasmani SMA di Kota Yogyakarta.

Tabel 5. Perguruan tinggi yang diambil guru pendidikan jasmani SMA saat masih sekolah dan sekolah

No Perguruan Tinggi Jumlah Informan

Frekuensi %

1 UNY 33 94.3

2 UNS 1 2.9

3 SGO 1 2.9

Total 35 100

(54)

40

di sekolah guru olahraga (SGO). Proporsi dari perguruan tinggi yang diambil guru penjas SMA di Yogyakarta saat masih kuliah dapat dilihat pada diagram di bawaha ini.

Gambar 9. Perguruan tinggi yang diambil guru pendidikan jasmani

2. Pengetahuan Terhadap Olahraga Softball

Pengetahuan merupakan tingkat paling awal untuk dapat mengetahui faktor pendukung guru penjas dalam permainan olahraga softball. Rangkuman pengetahuan guru pendidikan jasmani pada sekolah menengah atas atau sederajat di Kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Pengetahuan Terhadap Olahraga Softball

No Pengetahuan OR Softball Jumlah Informan

Frekuensi %

1 Mengetahui 35 100

2 Tidak Mengetahui 0 0

Total 35 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa semua guru pendidikan jasmani tersebut mengetahui tentang olahraga softball. Mereka yang

(55)

41

mengetahui tentang softball sebanyak 35 orang (100%), jika dilihat dari data tersebut maka dapat diasumsikan bahwa semua guru pendidikan jasmani tersebut memiliki kompetensi untuk turut berpartisipasi dalam olahraga softball, namun untuk berpartisipasi tidak cukup hanya mengetahui saja. proporsi antara guru pendidikan jasmani yang mengetahui dan tidak mengetahui olahraga softball dapat digambarkan pada diagram dibawah ini:

Gambar 10. Pengetahuan terhadap olahraga softball

Pengetahuan saja tidak cukup untuk menjamin dapat mendukung dalam olahraga softball, diperlukan juga paham setelah tahu.Pemahaman merupakan tingkat partisipasi selanjutnya, dimana setelah megetahui tentang olahraga softball, para guru juga harus memahaminya. Melalui pemahaman yang dimiliki oleh para guru pendidikan jasmani akan mampu mendukung lancarnya dalam proses belajar mengajar. Rangkuman pemahaman guru pendidikan jasmani pada sekolah menengah atas atau sederajat di Kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

mengetahui (100%) tidak

mengetahui (0)%

Persentase

(56)

42

Tabel 7.Pemahaman Olahraga Softball.

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar guru pendidikan jasmani tersebut memahami tentang olahraga softball, mereka yang memahami tentang olahraga softballsebanyak 29 orang (82,9%) guru, lebih banyak apabila dibandingkan dengan yang belum memahami, yaitu sebanyak 6 orang (17,1%) guru. Tingkat pemahaman ini sangatlah penting, karena jika guru pendidikan jasmani hanya mengetahui saja tapi tidak paham tentang olahraga softball maka guru tidak akan bisa mengajarkan kepada siswanya, dimana mengajarkan olahraga softball disini merupakan bentuk pendukung guru pendidikan jasmani dalam olahraga softball. Dari data tersebut di atas terlihat jelas bahwa banyak sekali manfaatnya mendukung guru pendidikan jasmani dalam pengetahuan sekaligus memahami olahraga softball. Proporsi guru pendidikan jasmani SMA atau sederajat yang memahami dan tidak memahami dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

No Pemahaman OR Softball Jumlah Informan

Frekuensi %

1 Ada 29 82,9

2 Tidak Ada 6 17,1

(57)

43

Gambar 11. Pemahaman olahraga softball 3.Pembelajaran Olahraga Softball

Profesi guru pendidikan jasmani dapat menempatkan diri sebagai kreator dalam proses pembelajaran. Sehubungan dengan pendukung terhadap olahraga softball, maka seorang guru dapat menjadikan olahraga softball sebagai materi pembelajaran. Namun demikian, materi pembelajaran harus diturunkan dalam kurikulum yang sudah ada, oleh karena sebelum guru menentukan materi olahraga softball, terlebih dahulu harus mengetahui bahwa olahraga softball merupakan salah satu materi yang ada di kurikulum. Bagaimana gambaran pengetahuan guru pendidikan jasmani pada SMA atau sederajat di Kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Olahraga Softball Dalam Kurikulum Pembelajaran

ya (82,90%) tidak (17,10%)

Persentase

Ya Tidak

No Pembelajaran OR Softball Jumlah Informan

Frekuensi %

1 Ada 33 94.3

2 Tidak Ada 2 5.7

(58)

44

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru pendidikan jasmani tersebut mengetahui bahwa materi olahraga softball terdapat dalam kurikulum. Mereka yang mengetahui olahraga softball dalam kurikulum sebanyak 33 orang (94,3%) guru, lebih banyak apabila dibandingkan dengan yang tidak mengetahui, yaitu sebanyak 2 orang (5,7%) guru. Proporsi antara guru pendidikan jasmani yang mengetahui dan tidak mengetahui bahwa materi olahraga softball terdapat dalam kurikulum dapat digambarkan pada diagram di bawah ini:

Gambar 12. Pembelajaran softball dalam kurikulum

Guru pendidikan jasmani tidak cukup hanya mengetahui bahwa materi olahraga softball terdapat dalam kurikulum, tetapi harus mampu menerapkan dalam proses pembelajaran softball. Sehingga Nampak jelas dari 35 guru pendidikan jasmani di Kota Yogyakarta memberikan materi olahraga di sekolah. Rangkuman guru pendidikan jasmani yang memberikan materi olahraga softball dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

ya (94,30%) tidak (5,70%)

Persentase

(59)

45

Tabel 9. Olahraga Softball Dalam Pembelajaran Di Sekolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa hanya sebagian kecil guru pendidikan jasmani yang telah memberikan materi olahraga softball dalam pembelajaran. Mereka yang memberikan materi olahraga softball dalam pembelajaran sebanyak 11 orang (31,4%), lebih sedikit apabila dibandingkan dengan yang tidak memberikan materi olahraga softball, yaitu sebanyak 24 orang (68,6%) guru. Materi yang di berikan oleh guru pendidikan jasmani dalam olahraga softball di sekolah berupa teori di kelas dan praktek. Teori diberikan oleh guru saat bulan puasa, karena saat bulan puasa tidak ada olahraga praktek. Dalam pembelajaran teori di kelas guru mengajarkan tentang peralatan yang digunakan, peraturan bermain, dan memperlihatkan video tentang pertandingan olahraga softball. Untuk praktek materi yang diajarkan kepada siswa berupa pengenalan alat dan bentuk permainan olahraga softball. Dalam bentuk permainan olahraga softball beberapa guru melakukan modifikasi berupa bentuk lapangan dan juga perlatan yang digunakan. Namun untuk peraturan dan cara bermain tetap sama dengan peraturan dan cara bermain softball, seperti cara mencetak poin, jumlah base, jumlah pemain, penempatan posisi pemain, dan yang

No PBM Jumlah Informan

Frekuensi %

1 Ada 11 31,4

2 Tidak Ada 24 68,6

(60)

46

lainya. Hal ini dilakukan karena keterbatasan lapangan dan peralatan yang dimiliki sekolah. Untuk sekolah yang memiliki peralatan yang cukup, guru memberikan materi olahraga softball berupa teknik dasar seperti lempar tangkap dan game situation (situasi saat permainan). Hal ini bertujuan untuk mengenalkan siswa tentang kondisi atau situasi yang biasanya terjadi pada permainan softball. Proporsi antara guru pendidikan jasmani yang memberikan pelajaran olahraga softball dan tidak memberikan pelajaran olahraga softball dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 13. Olahraga softball dalam pembelajaran di sekolah 4. Sarana dan Prasarana Olahraga Softball

Di dalam pembelajaran softball sarana dan prasarana tentu sangatlah penting untuk menunjang seorang guru untuk memberikan materi maupun dasar gerak yang akan diberikan kepada peserta didik guna mengenalkan apa saja alat mau pun bentuk lapangan yang akan digunakan dalam pembelajaran softball. Masih banyak sekolah di Kota Yogyakarta belum memiliki sarana dan prasarana permainan olahraga softball yang memadai, ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

tidak (31,40%) ya (68,60%)

Persentase

(61)

47

Tabel 10. Sarana Dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah Informan

Frekuensi %

1 Ada 5 14,3

2 Tidak Ada 30 85,7

Total 35 100

Berdasarkan tabel diatas hanya beberapa sekolah saja yang memiliki sarana dan prasarana cukup memadai untuk pembelajaran permainan olahraga softball 5 sekolah (14,3%) memiliki sarana dan prasarana pembelajaran olahraga softball baik lapangan maupun peralatan, lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak mempunyai sarana dan prasarana yaitu 30 sekolah (85,7%). Ini terjadi dikarenakan setiap sekolah tidak mampu membeli peralatan softball yang cukup mahal dan susah di temukan di Yogyakarta dan banyak sekolah yang memiliki lahan untuk membuat lapangan yang cukup besar. Proporsi sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah terutama peralatan dan lapangan yang cukup besar untuk melakukan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam diagram dibawah ini:

Gambar 14. Sarana dan prasarana

ada (14,30%) tidak ada

(85,70%)

Persentase

(62)

48

Peralatan softball yang dimiliki oleh sekolah di Kota Yogyakarta sangat terbatas. Hal ini dikarenakan mahalnya peralatan dan mencari alat-alat yang cukup sulit maka terkadang sekolah tidak memberikan anggaran untuk membeli peralatan olahraga softball. Proporsi sekolah yang mampu membeli alat dan tidak mampu membeli alat dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 11. Peralatan Sotball

Berdasarkan tabel diatas hanya beberapa sekolah saja yang memiliki peralatan softball untuk menunjang proses belajar mengajar disekolah, yaitu 4 sekolah (11,4%) saja yang mempunyai peralatan softball. Lebih sedikit dibandingkan yang tidak mempunyai peralatan softball 31 sekolah (88,6%). Ini dikarenakan mahalnya peralatan softball, maka sekolah tidak mampu memberikan fasilitas untuk menunjang proses balajar mengajar. Dapat dilihat dalam diagram dibawah ini seberapa besar persentasenya:

No Peralatan Softball Jumlah Informan

Frekuensi %

1 Ada 4 11.4

2 Tidak Ada 31 88.6

(63)

49

Gambar 15. Peralatan softball

5. Keinginan, Motivasi, dan Rasa Senang Dalam Pembelajaran Softball

Setelah semua dimiliki oleh guru pendidikan jasmani baik pengetahuan, pemahaman, menerapkan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, maka guru sebagai tenaga pendidik mampu menumbuhkan rasa keinginan, motivasi, dan rasa senang terhadap peserta didik, agar didalam proses belajar mengajar peserta didik menyambut dengan antusias permainan olahraga softball tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 12. Keinginan, Motivasi, Dan Rasa Senang No Keinginan, Motivasi dan

Rasa Senang

Jumlah Informan

Frekuensi %

1 Ya 13 37.1

2 Tidak 22 62.9

Total 35 100

ada (11,40%)

tidak ada (88,60%)

Persentase

(64)

50

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hanya sebagian guru pendidikan jasmani yang menumbuhkan rasa keinginan, motivasi, dan rasa senang terhadap peserta didik yaitu 13 guru (37,1%), selebihnya guru pendidikan jasmani tidak menumbuhkan rasa keinginan, motivasi, dan rasa senang terhadap peserta didik sebanyak 22 guru (62,9%), dengan alasan karena sarana dan prasarana tidak memadai,dan peserta didik lebih suka olahraga lain daripada permainan olahraga softball.

Gambar 16. Keinginan, Motivas Dan Rasa Senang

B.Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian, didapati bahwa semua guru pendidikan jasmani SMA di Kota Yogyakarta menegetahu tentang olahraga softball, karena guru pendidikan jasmani semasa mereka menempuh kuliah mendapat perkuliahan olahraga softball. Tetapi ada beberapa guru pendidikan jasmani yang mengakui hanya mendapat dari pelatihan yang diselenggarakan oleh unit kegiatan mahasiswa (UKM) Universitas Negeri Yogyakarta Olahraga ditahun 2011, khususnya guru pendidikan jasmani yang hanya lulusan Sekolah Guru Olahraga (SGO), dan tidak

ya (37,10%)

tidak (62,90%)

Prosentase

(65)

51

hanya mendapat penegetahuan dari pelatihan saja namun mereka mendapat pengetahuan olahraga softball dari media media cetak seperti buku, koran atau media cetak yang lain, media elektronik seperti TV dan internet. Dengan begitu dapa diasumsikan bahwa semua guru pendidikan jasmani di Kota Yogyakarta memili kompetensi untuk berpartisipasi dalam perkembangan olahraga softball.

(66)

52

Untuk pembelajaran softball dalam PBM sangatlah sedikit sekali sekolah di Kota Yogyakarta yang mengadakan kegiatan pembelajaran tentang softball. Hal ini karena beberapa faktor yang meyebabkan sehingga guru tidak memberikan pembelajaran tentang softball, yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru adalah karena kurangnya fasilitas untuk mengajarkan olahraga softball, dimana olahraga softball sendiri menuntut penggunaan lapangan yang luas, dan juga peralatan yang mahal. Hal ini lah yang menyebabkan para guru tidak memberikan pembelajaran softball pada PBM. Selain hal tersebut ada sebagian guru yang tidak mengetahui bahwa softball lmasuk dalam kurikulum. Walaupun didalam kurikulum softball sudah masuk dalam permainan bola kecil. Hal inilah yang menyebabkan guru tidak memberikan PBM olahraga softball ldalam pembelajaran penjas di sekolah tempat mengajarnya.

(67)

53 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(68)

sekolah-54

sekolah yang ada di Kota Yogyakarta. Dari sosok guru sebagai tenaga pendidik pula peserta didik wajib diberikan rasa keinginan, motivasi, dan rasa senang terhadap permainan olahraga softball, agar peserta didik mengenal dan bisa ikut serta memasyarakatkan olahraga softball dilingkungan sekitar.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pembatasan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih fokus. Namun demikian dalam pelaksanaan di lapangan masih ada kekurangan atau keterbatasan yang tidak dapat dihindari antara lain:

1. Dalam penelitian ini tidak menggunakan uji coba reliabilitas instrument sebagai alat ukur dari hasil penelitian.

2. Pengumpulan data dalam penelitian hanya didasarkan hasil isian angket sehingga dimungkinkan adanya unsur kurang obyektif dalam proses pengisian seperti adanya unsur kurang obyektif dalam proses pengisian, seperti adanya saling bersamaan dalam pengisian angket.

3. Konsultasi kepada para pakar atau para ahli untuk kesahihan pada angket penelitian dengan mrnggunakan expert judgement hanya dengan satu pakar atau satu ahli saja.

4. Pengetahuan para guru hanya sampai mengetahui, tidak sampai memahami tentang olahraga softball.

C. Implikasi Hasil Penelitian

(69)

55

dijadikan acuan bagi pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam mengembangkan olahraga softball di Kota Yogyakarta seperti Pengprov PERBASASI, FIK UNY, club softball untuk bisa bekerjasama dengan guru pendidikan jasmani di Kota Yogyakarta, supaya bisa mengenalkan olahraga softball kepada masyarakat, mengembangkan dan juga meningkatkan prestasi olahraga softball melalui pembinaan altet usia dini.

D. Saran

Hasil dari penelitian mengenai faktor pendukung guru pendidikan jasmani SMA dalam pembelajaran olahraga softball di Kota Yogyakarta, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Perlu di lakukan penelitian tentang pembelajaran softball di berbagai tingkat sekolah, baik sekolah dasar atau sekolah menengah pertama di Kota Yogyakarta, sehingga semakin jelas peta partisipasi para guru pendidikan jasmani terhadap pembinaan softball di Kota Yogyakarta.

2. Perlu dilakukan penelitian di wilayah lain, selain di Kota Yogyakarta, di wilayah DIY. Sehingga dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan pembinaan softball oleh FIK dan Pengprov PERBASASI DIY.

(70)

56

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2005). Perencanaan pembelajaran mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Agus S. Suryobroto. (2001). Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

(2004). Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

(2005). Persiapan Profesi Guru Penjas.Yogyakarta. FIK UNY.

Asmadi, Alsa. (2004). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Cholid, Chairudin. Skripsi (2011). “Partisipasi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas Terhadap Olahraga Softball Di Kota Yogyakarta”. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

E. Mulyasa. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2008).Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi aksara (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono.(2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

(71)

57

(72)
(73)
(74)
(75)

61 1. Kepada Kepala SMA Negeri 2 Yogyakarta 2. Kepada Kepala SMA Negeri 3 Yogyakarta 3. Kepada Kepala SMA Negeri 4 Yogyakarta 4. Kepada Kepala SMA Negeri 5 Yogyakarta 5. Kepada Kepala SMA Negeri 6 Yogyakarta 6. Kepada Kepala SMA Negeri 7 Yogyakarta 7. Kepada Kepala SMA Negeri 8 Yogyakarta 8. Kepada Kepala SMA Negeri 9 Yogyakarta 9. Kepada Kepala SMA Negeri 10 Yogyakarta 10.Kepada Kepala SMA Negeri 11 Yogyakarta 11.Kepada Kepala SMA Ma’arif Yogyakarta 12.Kepada Kepala SMA Stella duce 1 Yogyakarta 13.Kepada Kepala SMA Stella duce 2 Yogyakarta 14.Kepada Kepala SMA Bopkri 1 Yogyakarta 15.Kepada Kepala SMA Bopkri 2 Yogyakarta 16.Kepada Kepala SMA Budya Wacana Yogyakarta 17.Kepada Kepala SMA Piri 1 Yogyakarta

18.Kepada Kepala SMA Piri 2 Yogyakarta

19.Kepada Kepala SMA Gadjah Mada Yogyakarta 20.Kepada Kepala SMA Pangudi Luhur Yogyakarta 21.Kepada Kepala SMA Santa Maria Yogyakarta 22.Kepada Kepala SMA “17” 1 Yogyakarta

23.Kepada Kepala SMA Bhienika Tunggal Ika Yogyakarta 24.Kepada Kepala SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta 25.Kepada Kepala SMA IT Abu Bakar Yogyakarta 26.Kepada Kepala SMA Budaya Yogyakarta 27.Kepada Kepala SMA Mataram Yogyakarta 28.Kepada Kepala SMA Sultan Agung Yogyakarta 29.Kepada Kepala SMA Budi Luhur Yogyakarta 30.Kepada Kepala SMA Marsudi Luhur Yogyakarta 31.Kepada Kepala SMA Taman Madya IP Yogyakarta 32.Kepada Kepala SMA Gotong Royong Yogyakarta 33.Kepada Kepala SMA Berbudi Yogyakarta

34.Kepada Kepala SMA Institute Indonesia 1 Yogyakarta 35.Kepada Kepala SMA Perak Yogyakarta

(76)

Gambar

Gambar 2. Macam-macam teknik menangkap http://pesmanitra.blogspot.com/p/senam-uji-diri.html
Tabel 1. KISI-KISI ANGKET PENELITIAN
Tabel 2. Jenis Kelamin
Tabel 3. Jenjang Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fokus kepada segmen konsumen menengah ke bawah Kredit dijamin dengan agunan properti yang bernilai tinggi Jaringan distribusi yang luas dan unik. Potensi KPR

Pnda penelitian ini dilnkuknn studi ekstraksi protein de- ngan berbngni v a riasi pe~banding~n bahan dengan pelarut air, va- riasi lama waktu ekstrnksi dan variasi

interaksi antara 2 atau lebih interaksi antara 2 atau lebih Komunikator yang saling memberi Komunikator yang saling memberi atau menerima informasi.. atau

Jelaskan posisi dari kaum Protestan kontemporer mengenai otoritas Alkitab berkenaan dengan inspirasi, makna dan ketidakjelasan. Jelaskan bagaimana kaum Protestan kontemporer

Diharapkan pembelajaran matematika dengan metode Accelerated Learning ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk memperbaiki

Hasil uji hipotesis (H 1 )dan analisis regresi dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel perekrutan, motivasi, dan pelatihan kerja secara simultan

Hasil yang akan dicapai adalah terciptanya rancangan sistem monitoring chiller yang nantinya berfungsi untuk memantau parameter-parameter chiller yaitu; suhu air masuk

Studi Pemurnian dan Karakterisasi Emulsifaier Campuran Mono- dan Diasilgliserol yang Diproduksi dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit dengan Teknik Esterifikasi Enzimatis