• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPARASI ANTARA PENILAIAN TERHADAP KURIKULUM ALA PONDOK PESANTREN SALAF DAN ALA PONDOK PESANTREN MODERN DALAM PENGAJARAN AGAMA : studi kasus di pondok pesantren salaf al-musthofa kediri dan di pondok pesantren modern hidayatullah surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPARASI ANTARA PENILAIAN TERHADAP KURIKULUM ALA PONDOK PESANTREN SALAF DAN ALA PONDOK PESANTREN MODERN DALAM PENGAJARAN AGAMA : studi kasus di pondok pesantren salaf al-musthofa kediri dan di pondok pesantren modern hidayatullah surabaya."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI ANTARA PENILAIAN TERHADAP KURIKULUM ALA

PONDOK PESANTREN SALAF DAN ALA PONDOK PESANTREN

MODERN DALAM PENGAJARAN AGAMA

(STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN SALAF AL-MUSTHOFA

KEDIRI DAN DI PONDOK PESANTREN MODERN HIDAYATULLAH

SURABAYA)

SKRIPSI

Oleh:

MAS AYU SYARIFAH NIM. D01212031

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

PER}IYATAAN KEABSAIIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

SemesterlProdi

Fakultas

MAS AYU SYARIFAH

D01212031

Vll/Pendidikan Agama Islam

pAD

Tarbiyah dan Keguruan

Dengan

ini

menyatakan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul "Komparasi Antara Penilaian Terhadap Kurikulum Ala Pondok Pesantren Salaf Dan

Ala Pondok Pesantren Modern Dalam Pengajaran Agama (Studi Kasus Di Pondok

Pesantren Salaf Al-Musthofa Kediri Dan Di Pondok Pesantren Modern Hidayatullah Surabaya)" adalah asli dan bukan hasil dari plagiat baik sebagian maupun seluruhnya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benamya, apabila pernyataan

ini

tdak

sesuai dengan

fakta yang

ada,

maka

saya bersedia dimintai

pertanggungiawaban sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mas Alu Syarifah

NIM. DAI2ll2A31

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi oleh:

\ama

: MAS

AyU

SYARIFAH

\IM

Judul

: D01212031

:KOMPARASI

ANTARA

PENILAIAN

TERHADAp

KURIKULUM ALA PONDOK PESANTREN SALAF DAN ALA

PONDOK PESANTREN MODERN

DALAM

PENGAJARAN AGAMA (STUDI KASUS

DI

PONDOK PESANTREN SAT,AF

AL-MUSTHOFA

KEDIRI

DAN

DI

PONDOK PESANTREN

MODERN HIDAYATULLAH SURABAYA)

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 29 Desember 2015

(4)

llt

PENGESAHAN

TIM

PENG{JJI SKRIPSI

Skipsi Mas Ayu Syarifah ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Slaipsi

Surabaya, 1 I Februari 2016

Mengesahkan, l,akultas Tarbiyah dan Keguruan {Jni versitas Islam'ry-eggi S unan Ampe I S urabaya

.t' -"' "-.^".'' . i',.

YahyaAziz, M,Ag

NIP. I 972A829199903 I 003

Drs Sutivono. M.M udhofir 1 r61989031003

NIP. 1971 21996031001

NIP. I 9680806199403 1003

Maliki Abit

(5)

ABSTRAK

Mas Ayu Syarifah (D01212031), Komparasi Antara Penilaian Terhadap

Kurikulum Ala Pondok Pesantren Salaf Dan Ala Pondok Pesantren Modern Dalam Pengajaran Agama (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Salaf Al-Musthofa Kediri Dan

Di Pondok Pesantren Modern Hidayatullah Surabaya)”, Program Studi Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Keyword: Kurikulum, Pesantren Salaf, Pesantren Modern, Pengajaran Agama

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah Bagaimana penilaian penerapan kurikulum yang ada di pondok pesantren salaf Al-Musthofa Kediri dan Di Pondok Pesantren Modern Hidayatullah Surabaya. Dimana keadaan pesantren salaf dengan pesantren modern sangtalah berbeda, sehingga penulis tertarik untuk menelitinya.

Pelaksanaan penelitian pada skripsi ini dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode penelitian lapangan, sedangkan fokus penelitiannya adalah kurikulum pesantren salaf Al-Musthofa Kediri dan kurikulum Pondok Pesantren Modern Hidayatullah Surabaya yang membahas mengenai: penerapan kurikulum; metode pengajaran; peraturan pesantren; sarana; dan sebagainya. Dalam pengolahan data, penulis menggunakan metode angket, dokumentasi, dan wawancara

(6)

i

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Batasan Masalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Asumsi penelitian ... 9

G.Hipotesis ... 10

H.Definisi Operasional ... 11

I. Metodologi Penelitian ... 13

J. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Tentang Kurikulum ... 23

1. Pengertian kurikulum ... 23

2. Peran dan Fungsi Kurikulum ... 26

3. Anatomi (Komponen-komponen Kurikulum ... 30

(7)

ii

5. Dasar Pengembangan Kurikulum. ... 39

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum ... 40

7. Hambatan-hambatan kurikulum ... 41

B.Tinjauan Tentang Pesantren ... 43

1. Pengertian pesantren ... 43

2. Sejarah Perkembangan Pondok pesantren, ... 45

3. Tujuan Pesantren ... 48

4. Fungsi pesantren ... 50

5. Kurikulum dan Metode pengajaran pesantren ... 54

6. Kelebihan dan Kekurangan Pesantren ... 61

7. Tipologi Pondok Pesantren ... 67

BAB III METODE PENELITIAN 1. Metodologi Penelitian ... 70

2. Jenis dan Sumber Data ... 70

3. Populasi dan sampel ... 71

4. Metode Pengumpulan Data ... 74

5. Teknik Analisis Data ... 79

6. Kondisi Rill Objek Penelitian ... 80

7. Profil Pondok Pesantren Salaf Al Musthofa Kediri ... . 80

a. Letak geografis... 80

b. Awal berdirinya... 82

c. Pengasuh Generasi Pertama... 82

d. Periode kedua... 84

e. Berdirinya Yayasan LP Ma’arif... 85

f. Letak Geografis... 87

g. Kegiatan Pesantren al-Musthafa... 87

h. Sarana Prasarana... 88

(8)

iii

a. Letak geografis... 89

b. Sejarah... 89

c. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah... 90

d. Tujuan Sekolah... 91

e. Sistem Pendidikan Sekolah Integral... 95

f. Profil Lulusan Sekolah Integral Luqman Al Hakim ... 96

g. Daftar Prestasi Santri SMP Luqman Al Hakim... 97

h. Daftar Prestasi Santri SMP Luqman Al Hakim... 102

i. Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Sekolah Integral Luqman Al Hakim ... 103

j. Jadwal Kegiatan Harian Santri Boarding (Hari Senin – Jumat). 104 k. Sarana Dan Fasilitas Pesantren...116

l. Fasilitas Belajar...116

m. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Dan Pilihan... 117

n. Kegiatan Penunjang...118

o. Struktur Pengurus Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya.. 118

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi data... 122

2. Analisis data... 127

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 139

B.Saran ... 140

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PERNYATAAN KEABSAHAN

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak masa penjajahan, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan

yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Eksistensi lembaga

tersebut telah lama mendapat pengakuan masyarakat. Pesantren dalam hal ini ikut

terlibat dalam upaya mencerdaskan bangsa, tidak hanya dari segi moril, namun

telah ikut serta memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam

penyelenggaraan pendidikan. Lembaga keagamaan tersebut dapat berbentuk jalur

pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang tidur,

asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat

penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya.

Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal

bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan

kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada

dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk

belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh

tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan

peraturan yang berlaku.1

1 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Terhadap Kiyai,

(10)

2

Pesantren sudah lama dikenal sebagai institusi pendidikan keagamaan

yang sangat unik dan khas Indonesia. Sudah ratusan tahun lahir, tetapi masih

eksis sampai sekarang meskipun tanpa dukungan finansial langsung dari

pemerintah. Pesantren sering dicap sebagai lembaga pendidikan tradisional,

tempat pendidikan yang kumuh dan terbelakang. Ia sering dituding sebagai

lembaga keagamaan konservatif dan statis. Ini adalah pandangan sekilas dan tidak

kritis. Realitanya pesantren tetap unggul dalam dinamika modernitas. Pesantren

telah mampu menunjukkan dirinya sebagai lembaga yang bisa beradaptasi dengan

perkembangan zaman tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. Sekarang telah

berkembang anak-anak muda lulusan pesantren yang memiliki pikiran-pikiran

modern.2

Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang

bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama islam, dan mengamalkannya

sebagai pedoman hidup keseharian atau disebut tafaqquh fiddin, dengan

menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Pesantren telah hidup

sejak 300-400 tahun yang lalu dan menjangkaun hampir seluruh lapisan

masyarakat muslim. Pesantren diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut

serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Terutama di zaman kolonial, pesantren

merupakan lembaga pendidikan yang sangat berjasa bagi umatislam. Tidak sedikit

2 Abi Attabi’, Antologi Islam Nusantara di Mata Kyai, Habib, Santri dan akademisi,

(11)

3

pemimpin bangsa terutama dari angkatan 1945 adalah alumni atau

setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren.3

Pesantren yang ada sekarang pada umumnya telah mengalami pergeseran

dari dampak modernisasi. Kiai dalam pesantren sekarang ini bukan lagi

merupakan satu-satunya sumber belajar. Mengingat semakin beragam sumber

belajar baru serta semakin tingginya komunikasi antara sistem pendidikan, maka

santri dapat belajar dari banyak sumber. Keadaan ini menyebabkan perubahan

hubungan kiai dan santri. Intensitas hubungan mereka menjadi lebih terbuka dan

rasional, sebaliknya kedekatan hubungan personal yang yang berlangsung lama,

terbatas, dan emosional lambat laun kaan memudar.4

Dengan adanya perubahan tersebut, pesantren dihadapkan pada keharusan

merumuskan kembali sistem pendidikan yang diselenggarakan. Pesantren

dihadapkan pada persoalan antara ‘identitas dan keterbukaan’. Di satu pihak,

pesantren dituntut untuk menemukan kembali identitasnya sebagai lembaga

pendidikan Islam. Sementara dipihak lain, ia juga dihadapkan pada tuntutan untuk

membuka diri terhadap sistem pendidikan modern yang bersumber dari luar

pesantren. Oleh karenanya kecenderungan dan implikasi dari kehidupan modern

merupakan tantangan yang meminta respon dari pesantren. Dalam konteks ini

pesantren dihadapkan pada tuntutan untuk memberikan konstribusi terhadap

3 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur Dan Nilai

Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), 3

4 Yayasan Katanta Bangsa, Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian Dan

(12)

4

peningkatan mutu kualitas sumber daya insani yang diperlukan dalam kehidupan

modern.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut, pesantren telah melakukan

perubahan-perubahan yang signifikan terutama pada akhir abad ke-20 ini. Pesantren yang

dulunya dikenal sebagai lembaga yang hanya menfokuskan pada pendidikan dan

pengajaran agama Islam semata (tafaqquh fi al-diin), telah mengalami perubahan

dengan masuknya materi-materi pelajaran umum dan bahkan mencakup pula

pendidikan dan pelatihan ketrampilan. Bahkan belakangan beberapa pesantren

telah condong pada sistem pendidikan modern. Salah satu contoh, mulai

memasukkan materi-materi ilmu pasti seperti matematika, fisika, kimia, biologi,

pada kurikulum yang harus diselesaikan santri.

Oleh karenanya pondok pesantren dapat dikategorikan ke dalam iga

bentuk, yaitu: (a) pondok pesantren salafiyah, (b) pondok pesantren khalafiyah,

(c) pondok pesantren campuran. Pondok pesantren salafiyah adalah pondok

pesantren yang menyelenggraakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional.

Pembelajaran ilmu-ilmu agama islam dilakukan secara individual atau kelompok

dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik, berbahasa arab. Pondok pesantren

khalafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan

dengan pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal, baik madrasah

(MI, MTs, MA atau MAK) maupun sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK) tetapi

(13)

5

dilakukan dengan cara berjenjang dan berkesinambungan, dengan satuan program

didasarkan pada semester, tahun/kelas. 5

Wacana mengenai pondok pesantren tidak lepas dari berbagai komponen

yang melekat pada pondok pesantren itu sendiri atau peranannya di masyarakat.

Kayai, santri, bangunan asrama, kitab-kitab kuning, dan metode pembelajaran

yang menggunakan sistem halaqah (seminar), sorogan dan bandongan merupakan

komponen-komponen dasar tersebut.

Dalam kaitannya dengan paparan diatas, pesantren al-Musthofa Kraton

Mojo Kediri memiliki tujuan mempersiapkan kader-kader ulama dan pemimpin

ummat yang mutafaqqih fiddin dan berwawasan luas. Pesantren al-Musthofa ini

bukan pesantren formal. Pesantren ini hanya mengkaji al-Qur’an, bahasa arab,

dan kitab-kitab kuning. Kegiatan pembelajaran agama yang berada dibawah

naungan pengasuh dan kyai. Disini, para santri tidak hanya belajar dari pesantren

al-Musthofa saja, tetapi juga belajar dari Madrasah Diniyah Nurul Falah.

Rata-rata santri diponpes ini kebanyakan berasal dari keluarga yang ekonominya

menengah ke bawah. Pesantren ini diminati karena tidak dipungut biaya,

kebanyakan santri yang belajar disini merupakan warga sekitar desa Kraton Mojo

Kediri.

Sedangkan Ponpes Hidayatullah surabaya ini sejak awal telah merancang

sistem pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya pribadi yang soleh dan

cerdas. Pesantren Hidayatullah Surabaya ini merupakan cabang dari ponpes

(14)

6

Hidayatullah Balikpapan. Pesantren ini merupakan pesantren yang fokus

kegiatannya adalah sosial, pendidikan, dan dakwah. Pesantren-Pesantren

Hidayatullah berfungsi sebagai tempat untuk mendalami ilmu. Pesantren ini

dihuni santri yang tinggal di asrama, guru, pengasuh, pengelola dan jamaah

Hidayatullah. Pola pengajaran di Pesantren Hidayatullah adalah sistem pesantren

modern, yaitu penggabungan mata ajaran umum Kemendikbud dan mata ajaran

khusus atau keislaman (diniyah). Mata ajaran umum sama seperti mata ajaran

pada sekolah–sekolah umum lainnya, contohnya matematika, fisika, kimia dan

lain lain. Mata ajaran khusus yaitu mata ajaran yang berkaitan dengan keislaman,

contohnya aqidah, fiqih, bahasa Arab, dan hafalan/tahfidz Al Qur’an, serta masih

banyak lagi mata ajaran yang lain, sesuai dengan jenjang pendidikan dan letak

kampus.

Pondok pesantren Hidayatullah Surabaya berada di Jalan Kejawan Putih

Tambak VI/1 Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur Indonesia 60112.

Tingkat jenjang pendidikannya mulai Taman Kanak-Kanak dan kelompok

bermain pra sekolah, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Aliyah setidaknya ada di setiap Wilayah dan 3 perguruan tinggi di Surabaya,

Balikpapan dan Depok.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui dan

(15)

7

pesantren salaf al-Musthofa dan pondok pesantren modern Hadiyatullah dan

dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Komparasi

Antara Penilaian Terhadap Kurikulum Ala Pondok Pesantren Salaf dan Ala

Pondok Pesantren Modern dalam Pengajaran Agama (Studi Kasus di

Pondok Pesantren Salaf Al-Musthofa Kediri dan di Pondok Pesantren

Modern Hidayatullah Surabaya)”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penilaian kurikulum Pondok Pesantren salaf Al Mustofa Kediri?

2. Bagaimana penilaian kurikulum Pondok Pesantren modern Hidayatullah

Surabaya?

3. Adakah perbedaan yang signifikan antara penilaian kurikulum Pondok salaf

Al Mustofa Kediri dan penilaian kurikulum pondok pesantren modern

Hidayatullah Surabaya?

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis maka penulis memberikan

batasan masalah dengan fungsi mempersempit obyek yang akan diteliti agar lebih

terarah, maka masalah hanya dibatasi pada kurikulum pondok pesantren modern

dan pondok pesantren salaf yang penelitiannya ditujukan ke penilaian kurikulum

pengajaran agama islam pada pondok pesantren salaf al Mustofa Kediri dan

(16)

8

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah penulis kemukakan diatas,

tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui penilaian kurikulum Pondok Pesantren salaf Al Mustofa

Kediri?

2. Untuk mengetahui penilaian kurikulum Pondok Pesantren modern

Hidayatullah Surabaya?

3. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara penilaian kurikulum

Pondok salaf Al Mustofa Kediri dan penilaian kurikulum pondok pesantren

modern Hidayatullah Surabaya?

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini

adalah :

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun

praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi perumusan konsep pengembangan kurikulum pesantren sebagai

acuan pembelajaran serta untuk mengoptimalkan fungsinya.

b. Secara Praktis

1. Bagi Pondok Pesantren Salaf Al Mustofa Kediri dan Pondok Pesantren

(17)

9

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masuka

kepada semua guru (ustadz-ustadzah) di Pondok Pesantren Salaf Al

Mustofa Kediri dan Pondok Pesantren Modern Hidayatullah Surabaya

untuk lebih meningkatkan implementasi kurikulum yang ada

2. Bagi peneliti

a) Sebagai bekal pengalaman dalam mengaktualisasikan pengetahuan dan

kreativitas yang telah dipelajari di UIN Sunan Ampel Surabaya.

b) Hasil penelitian ini juga sebagai tugas akhir (skripsi) yang harus

diajukan sebagi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana

Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

F. Asumsi Penelitian

Sebelum melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti haruslah telah

memiliki anggapan dasar atas penelitian yang dilakukan. Hal ini akan

mempermudah bagi peneliti untuk menggali informasi lebih lanjut melalui

data-data yang didapatkan. Di dalam penelitian anggapan-anggapan semacam ini

sangatlah perlu dirumuskan secara jelas sebelum melangkah mengumpulkan data,

menurut Suharsimi Arikunto merumuskan asumsi adalah penting dengan tujuan

sebagai berikut:6

a. Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti.

b. Untuk mempertegas variable yang menjadi pusat perhatian.

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka Cipta,

(18)

10

c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

Adapun asumsi yang penulis rumuskan adalah

a. Kurikulum di Pesantren salaf al-Musthofa Kediri dalam pengajaran agama

b. Kurikulum di Pesantren modern Hidayatullah Surabaya dalam pengajaran

agama

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis secara bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, “hipo

artinya di bawah, “tesa” artinya kebenaran. Jadi hipotesis di bawah kebenaran

atau kebenarannya masih diuji lagi.

Dengan demikian, penulis merumuskan dan akan membuktikan hipotesis

Nihil (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) sebagai berikut:

Hipotesis Nihil (Ho): Tidak ada perbedaan yang signifikan antara

kurikulum pondok pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan pondok pesantren

modern Hidayatullah Surabaya.

Hipotesis Alternatif (Ha): ada perbedaan yang signifikan antara kurikulum

pondok pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan pondok pesantren modern

Hidayatullah Surabaya.

Jika (Ho) terbukti setelah diuji maka (Ho) diterima dan (Ha) ditolak..

Namun sebaliknya jika (Ha) terbukti setalah diuji maka (Ha) diterima dan (Ho)

(19)

11

I. Definisi operasional

Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black dan

Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi makna

pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau kegiatan

yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.7

Untuk lebih jelas serta mempermudah pemahaman dan menghindari

kesalahpahaman, maka peneliti akan menegaskan definisi operasional

variabel-variabel penelitian ini sebagai berikut:

a. Kurikulum

Istilah “kurikulum” berasal dari bahasa latin, yakni “curricullae”. Pada

waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang

harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.8

Kurikulum juga mempunyai arti sejumlah mata pelajaran tertentu yang

harus ditempuh (pengetahuan yang harus dikuasai) untuk mencapai suatu

tingkatan.9 Menurut Hilda Taba, kurikulum merupakan cakupan dari tujuan,

isi dan metode yang lebih luas/umum.10

7 James A. Black Dan Dean J. Champion, Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, Terj.

E.Koeswara, Dkk (Bandung : Refika Aditama, 1999), 161.

8 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17

9 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1999), cet kedua, h. 4

(20)

12

b. Pesantren

Pesantren adalah suatu asrama tempat murid-murid belajar mengaji.11

Menurut Prof. DR. Abdul Mujib, M.Ag. pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat sorang kiai (pendidik) yang

mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang

digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung

adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri.12

c. Pesantren salaf

Salaf artinya “lama”, “terdahulu”, atau “tradisional”. Pondok pesantren salaf

adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan

pendekatan tradisional.13

d. Pesantren modern

Modern (khalaf) artinya “kemudian” atau belakang, sedangkan ashri

artinya “sekarang” atau modern”. Pondok pesantren modern adalah pondok

pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan

modern, melalui satuan pendidikan formal, baik madrasah (MI, MTs, MA,

dan MAK) maupun sekolah (SD, SMP, SMA/SMK).14

11 W.J.S. Poerwodarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h.

998.

12 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2014)h. 234. 13 Departemen Agama RI, Pondok..., h. 30

(21)

13

e. Pengajaran

Pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman

belajar bagi peserta didik. Dengan kata lain pengajaran adalah suatu proses

yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan

mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.15

f. Agama islam

Agama menurut Diaz Corner adalah jalan. Maksudnya jalan hidup atau

jalan yang harus ditempuh manusia swepanjang hidupnya atau yang

menghubungkan antara sumber dan tujuan hidup

Din berasal dari bahas arab yang artinya undang-undang hukum yang

harus ditunaikan manusia. Mengabaikannya berarti hutang yang akan dituntut

untuk ditunaikan dan akan mendapat hukuman apabila ditinggalkan.

Islam menurut bahasa berasal dari kata “aslama” yang artinya tunduk,

patuh, dan berserah diri. Islam adalah nama dari agama wahyu yang

diturunkan Allah swt kepada Rasulullah untuk disampaikan kepada manusia16

J. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan oleh suatu

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,

15 http://diarydahlia.blogspot.com/2011/09/pengertian-pengajaran.html diakses pada 6 juli

2015 pukul 19.58 wib

(22)

14

memecahkan dan mengantisipasi masalah.17 Adapun rencana bagi pemecahan

yang diselidiki antara lain :

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan penelitian yang akan diteliti pada skripsi ini yaitu

“Komparasi Antara penilaian Kurikulum ala Pondok Pesantren Modern dan

penilaian kurikulum ala Pondok Pesantren Salaf dalam Pengajaran Agama

Islam (Studi Kasus di pondok pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan di

pondok pesantren modern Hidayatullah Surabaya) maka penelitian ini

tergolong jenis penelitian kuantitatif. Penelitians kuantitatif adalah suatu

proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka

sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin peneliti

ketahui.18

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan.19 Adapun cara yang digunakan peneliti dalam mengambil

data dalam penelitian ini adalah teknik penelitian populasi. Alasan

peneliti mengambil teknik ini adalah karena peneliti hendak meneliti

(23)

15

semua elemen yang ada pada wilayah penelitian dan jumlah subjeknya

kurang dari 100%. Maka dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh

santri di Pesantren al-Musthofa Kediri dan Pesantren Hidayatullah

Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.20 Untuk

mengetahui besar kecilnya sampel ini, tidak ada ketentuan yang baku.

“tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti tentang besarnya

sampel”.21

Hadi yang menyatakan bahwa “ sebenarnya tidak ada ketepatan

yang mutlak berapa persen atau yang digunakan dari populasi”.22

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk penarikan

sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dalam penelitian.23

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah santri pondok

pesantren salaf al-Musthofa Kediri yang berjumlah 58 orang dan santri

pondok pesantren modern Hidayatullah Surabaya yang berjumlah 502

santri.

Namun penulis berpedoman pada Arikunto yang menyatakan

bahwa “Apabila subjeknya kurang dari 100%, lebih baik diambil

20 Suharsimi Arikunto, Prosedur...131. 21 Sugiono, Metode..., h. 72.

(24)

16

semuanya, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar maka dapat diambil diantara

10-15% atau 20-25% atau lebih. 24 Dari pendapat diatas maka penulis

mengambil sebanyak 10% dari populasi yang ada ( 560x10%= 56)

Dalam penetapan sampel, penulis menggunakan teknik random

sampling (sampel acak sederhana). Penulis hanya menentukan 56

santri yaitu 28 dari santri pondok pesantren salaf al-Musthofa dan 28

dari santri pondok pesantren modern Hidayatullah.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digolongkan

menjadi dua jenis yaitu :

1) Data Kualitatif adalah pengumpulan data dengan cara gejala-gejala

untuk memahaminya tidak mudah menggunakan alat ukur,

melainkan dengan naluri dan perasaan. 25

2) Data Kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan ulang

menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan

keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

b. Sumber Data

1) Kepustakaan

(25)

17

Yaitu sumber data digunakan untuk mencari landasan teori

tentang permasalahan yang diteliti dengan menggunakan literature

yang ada, baik dari buku, majalah, surat kabar maupun dari internet

yang ada hubungannya dengan topik pembahasan penelitian ini

sebagai bahan landasan teori.

2) Penelitian Lapangan

Adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan

penelitian, yaitu mencari data dengan terjuan langsung ke objek

penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini, penelitian

lapangan dengan menggunakan analisis komparasional yaitu

membandingkan kurikulum pengajaran agama di pondok

pesantren salaf al-Musthofa Kediri dan pondok pesantren modern

Hidayatullah Surabaya.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk menggali data yang ada, peneliti menggunakan beberapa

metode pengambilan data, yaitu :

a. Metode observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri

(26)

18

dan kuisioner.26 Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi

merupakan proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpentinga

adalah pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam dan bila responden tidak terlalu besar. Dalam penelitian ini, peneliti

mengamati:

1) Lingkungan Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan pesantren modern

Hidayatullah Surabaya.

2) Sarana dan prasarana di Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan

pesantren modern Hidayatullah Surabaya.

3) Metode penyampaian materi di Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan

pesantren modern Hidayatullah Surabaya.

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan melalui peninggalan tertulis,

sererti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori

dalil-dalil atau hokum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian.27

(27)

19

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dari

Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan pesantren modern Hidayatullah

Surabaya yakni:

1) Sejarah berdirinya Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan pesantren

modern Hidayatullah Surabaya.

2) Visi, misi, dan motto Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan pesantren

modern Hidayatullah Surabaya.

3) Struktur pengurus di Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan pesantren

modern Hidayatullah Surabaya.

4) Letak geografis Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan pesantren

modern Hidayatullah Surabaya.

5) Jumlah guru dan santri di Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan

pesantren modern Hidayatullah Surabaya.

6) Kegiatan sehari-hari santri di Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan

pesantren modern Hidayatullah Surabaya.

c. Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab.28 Kuisioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti secara pasti tahu variable

yang akan diukur dan tahua apa yang bisa diharapkan dari responden.

(28)

20

Sehubungan dengan itu angket bisa disebut juga sebagai interview

tertulis.29 Metode ini digunakan dengan cara membuat daftar pertanyaan

yang diberikan kepada responden disertai dengan alternative jawaban.30

Data yang dicari melalui kuisioner adalah pengajaran agama yang

dilakukan di Pesantren Salaf Al-Musthofa Dan Pesantren Modern

Hidayatullah.

d. Wawancara

Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview.

Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan

pula.31 Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap

muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi

(interviewee). Dalam hal ini yang menjadi key people adalah pengurus di

Pesantren salaf Al Mustofa Kediri dan pesantren modern Hidayatullah

Surabaya.

5. Teknik Analsis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan dalam

pengolahan data yang berhubungan erat dengan rumusan masalah yang

telah diajukan untuk menarik kesimpulan. Dalam menganalisis data,

29 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrument Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:

Gajah Mada University Press, 19995), h. 120.

(29)

21

peneliti menggunakan analisis deskriptif. Tujuan dari analisis diskriptif

adalah untuk menyajikan data hasil pengamatan secara singkat dan jelas.

Pada penelitian diskriptif statistik yang digunakan adalah diskriptif seperti

tehnik persen, kuartal, modus, median, mean, simpangan baku, korelasi

dan lain-lain. Visualisasi data bisa digunakan table, grafik, diagram dan

sejenisnya.

Adapun rumus untuk menganalisis data-data tersebut, penulis

menggunakan rumus t-test karena untuk mencari perbedaan antara dua buah

kelompok

K. Sistematika Pembahasan

Penulis membagi sistematika pembahasan penelitian ini menjadi lima bab

dengan rincian tiap bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang: latar belakang masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi

dan hipotesis penelitian, definisi operasional, sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Teori meliputi tentang: A. Tinjauan tentang kurikulum,

meliputi Pengertian kurikulum, Peran dan Fungsi Kurikulum, Anatomi

(Komponen-komponen Kurikulum), Desain Kurikulum, Dasar Pengembangan

Kurikulum, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum, serta

Hambatan-hambatan kurikulum. B. Tinjauan pondok pesantren yang terdiri dari

(30)

22

Pesantren, Fungsi pesantren, Kurikulum dan Metode pengajaran pesantren,

Kelebihan dan Kekurangan Pesantren, serta Tipologi Pondok Pesantren

Bab III Metode Penelitian meliputi: Metodologi Penelitian (Jenis

Penelitian, Populasi dan Sampel, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan

Data, Teknik analisis data

Bab IV Laporan Hasil Penelitian yang meliputi: gambaran umum obyek

penelitian, penyajian data dan analisis data.

Bab V Penutup, sebagai bab terakhir bab ini berisi tentang kesimpulan

dari skripsi dan saran-saran dari penulis untuk perbaikan-perbaikan yang mungkin

(31)

23

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang kurikulum

1. Pengertian kurikulum

Dalam dunia pendidikan kurikulum ditafsirkan secara berbeda-beda.

Namun, tafsiran yang berbeda-beda itu memiliki kesamaan. Kesamaan

tersebut adalah bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha

mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Nasution, kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun

untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan

tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.1

Sejalan dengan pendapat Nasution, Sholeh Hidayat mengungkapkan

bahwa kurikulum jika dilihat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani,

yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”.

Jadi istilah kurikulum pada zaman Romawi kuno mengandung pengertian

sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai

finish. Dalam pandangan klasik, kurikulum dipandang sebagai rencana

(32)

24

pelajaran di suatu sekolah atau madrasah. Pelajaran dan materi yang harus

ditempuh di sekolah atau madarasah, itulah kurikulum2. Dengan menempuh

suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah.3

Sedangkan Oemar hamalik merumuskan bahwa kurikulum adalah

sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh

ijazah.4

Oemar hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar bahwa

kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga

pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut

siswa melalukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong

perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan.5

Kurikulum memiliki tiga dimensi yakni kurikulum sebagai mata

pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai

perencanaan program pembelajaran.

2 Sholeh Hidayat, Pengembangan kurikulum baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), h.

19

3 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan

dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet 1, 2007), h. 77.

4 Oemar hamalik, Dasar-dasar Pengembangan kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2008), h. 3

(33)

25

Kurikulum sebagai mata pelajaran biasanya erat hubungannya dengan

usaha memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai mata pelajaran memiliki

ketentuan sebagai berikut:

1. Perencanaan kurikulum biasanya menggunakan judgment ahli bidang

studi.

2. Mempertimbangkan tingkat kesulitan peserta didik, minat, dan urutan

bahan

3. Menekankan pada penggunaan metode dan strategi pembelajaran.6

Kurikulum sebagai pengalaman belajar adalah seluruh kegiatan yang

dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut

berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah). Kurikulum sebagai suatu

rencana adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

pelajaran serta bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraa kegiatan belajar mengajar.

Dari ketiga pengertian di atas konsep kurikulum dapat diartikan

sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus

dicapai, isi, materi, dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa,

strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk

(34)

26

mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari

dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

2. Peran dan Fungsi Kurikulum

a. Peran Kurikulum

1) Peran konservatif

Yaitu Kurikulum harus mampu menafsirkan dan mewariskan

nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat yang mengandung

makna dalam membina perilaku anak didik7 dan melestarikan berbagai

nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Siswa perlu memahami dan

menyadari norma dan pandangan hidup bermasyarakat, sehingga

ketika mereka kembali ke masyarakat, mereka dapat menjunjung

tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma tersebut. Melalui peran

konservativnya kurikulum berperan menangkal berbagai pengaruh

yang dapat merusak nilai budaya sehingga identitas masyarakat tetap

terpelihara dengan baik.

2) Peran Kreatif

Yaitu peran yang mengandung hal-hal baru sehingga dapat

membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang

7 Iskandar Wiryokusumo, Usman Mulyadi, Dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina

(35)

27

dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial yang

senantiasa bergerak maju secara dinamis. Dengan peran kreatifnya,

kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu

siswa untuk mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar

dapat berperan aktif dalam masyarakat.

3) Peran kritis dan evaluatif

Kurikulum amat berperan aktif sebagai kontrol sosial dan

menekankan pada unsur berfikir kritis.8 Yaitu menyeleksi nilai dan

budaya mana yang perlu dipertahankan dan nilai budaya mana yang

harus diubah anak didik.9

Jadi sebuah kurikulum itu harus memiliki peranan aktif dan

evaluatif guna pengembangan dalam proses belajar.

Maka dari itu Kurikulum Berbasis Kompetensi harus bisa

berperan secara konservatif, kreatif, kritis dan evaluatif, sehingga

mampu menciptakan sumber daya manusia (out put pendidikan) yang

perofesional dan kreatif.

(36)

28

4) Fungsi Kurikulum

Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mempunyai berbagai

fungsi tertentu, diantaranya:

1. Fungsi penyesuaian

Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya secara menyeluruh karena lingkungan sendiri

senantiasa berubah maka masing-masing individu harus memiliki

kemampuan menyesuaikan diri. Disinilah letak fungsi kurikulum

sebagai alat pendidikan.

2. Fungsi Integrasi

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi yang terintegrasi. Oleh

karena itu individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka

pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam

pembentukan masyarakat.

3. Fungsi diferensiasi

Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaandi

antara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi

akan mendorong orang berpikir kritis dankreatif sehingga akan

(37)

29

diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi,

karena diferensiasi juga dapat menghindari terjadinya stagnasi sosial.

4. Fungsi persiapan

Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu

melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh ,

misal melanjutkan studike sekolah yang lebih tinggi atau persiapan

belajar didalam masyarakat persiapan kemampuan belajar lebih lanjut

ini sangat diperlukan, mengingat seklah tidak mungkin memberikan

semua yang diperlukan siswa atau apapun yang menarik perhatian

mereka.

5. Fungsi pemilihan

Perbedaan dan pemilihan adalah dua hal yang saling berkaitan.

Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi

seseorang untuk memilih apa yang diinginkan. Untuk

mengembangkan berbagai kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu

disusun secara luas dan bersifat fleksibel

6. Fungsi diagnostik

Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan membimbing

(38)

30

jika siswa menyadari semua kelemahan dan kelebihan yang ada dalam

dirinya dan selanjutnya diarahkan untuk memahami dan menerima

dirinya.10

Di samping fungsi di atas terdapat pula fungsi untuk guru, siswa,

Kepala Sekolah, pengawas, orang tua, dan masyarakat. Bagi guru,

berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Bagi

siswa, berfungsi sebagai pedoman belajar. Bagi Kepala Sekolah, berfungsi

untuk menyusun perencanaan dan program sekolah. Bagi pengawas,

kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melaksanakan supervisi. Bagi

orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan

bantuan bagi penyelenggaran program sekolah, maupun membantu

putra-putri mereka belajar di rumah sesuai dengan program sekolah.

3. Anatomi (Komponen-komponen Kurikulum)

Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia

ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu.unsur-unsur atau

komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah

tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta

evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan satu sama lain.

10 Oemar Hamalik, Dasar-dasar pengembangan kurikulum, (Bandung: Remaja rosdakarya,

(39)

31

Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini

meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan,

kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antara

komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai

dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan

tujuan kurikulum.11

1) Tujuan

Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal

kategori tujuan sebagai berikut. Tujuan pendidikan nasional merupakan

tujuan jangka panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia. Tujuan

institusional, merupakan sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan.

Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu program studi.

Tujuan instruksional yang merupakan target yang harus dicapai oleh sesuatu

mata pelajaran. Yang terakhir ini, masih dirinci lagi menjadi tujuan

instruksional umum dan khusus atau disebut juga objektif, yang merupakan

tujuan pokok bahasan.12

2) Bahan ajar

Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar, yaitu:

11 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung, PT.

Remaja Rosdakarya, Cet. Ketiga, 2000), hlm. 102.

(40)

32

a) Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengandung

urutan waktu, dapat digunakan sekuens kronologis. Peristiwa-peristiwa

sejarah, perkembangan historis suatu institusi, penemuan-penemuan

ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan skuens kronologis.

b) Sekuens kausal. Masih berhubungan erat dengan sekuens kronologis

adalah sekuens kausal. Siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau

situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari sesuatu peristiwa atau

situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau

pendahulu para siswa akan menemukan akibatnya. Menurut Rowntree

“skuens kausal cocok untuk menyusun bahan ajar dalam bidang

meteorologi dan geomorfologi”.

c) Sekuens struktural. Bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi telah

mempunyai struktur tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajar bidang studi

tersebut perlu disesuaikan dengan strukturnya. Dalam fisika tidak

mungkin mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih dahulu mengajarkan

pemantulan dan pembiasan cahaya, dan pemantulan dan pembiasan

cahaya tidak mungkin diajarkan tanpa terlebih dahulu mengajarkan

masalah cahaya. Masalah cahaya, pemantulan-pembiasan, dan alat-alat

(41)

33

d) Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan

urutan logis. Rowntree melihat perbedaan antarasekuens logis dengan

psikologis. Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju

pada keseluruhan, dari yang sederhanakepada yang kompleks, tetapi

menurut sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian,

dari yang kompleks kepada yang sederhana. Menurut sekuens logis bahan

ajar disusun dari yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda

kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaimana kepada

mengapa.

e) Sekuens spiral, dikembangkan oleh Bruner. Bahan ajar dipusatkan pada

topik atau pokok bahan tertentu. Dari topik atau pokok tersebut bahan

diperluas dan diperdalam. Topik atau pokok bahan ajar tersebut adalah

sesuatu yang popular dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan

diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks.

f) Rangkaian ke belakang. (backward chaining), dikembangkan oleh

Thomas Gilbert. Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah

terakhir dan mundur kebelakang. Contoh, proses pemecahan masalah

yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah, yaitu: (a) Pembatasan masalah

(b) Penyusunan hipotesis, (c) Pengumpulan data, (d) Pengetesan

hipotesis, (e) Interpetasi hasil tes. Dalam mengajarnya mulai dengan

(42)

34

dari langkah (a) sampai (d),dan siswa diminta untuk membuat interpretasi

hasilnya (e). pada kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah

lain dari langkah (a) sampai (c) dan siswa diminta untuk mengadakan

pengetesan hipotesis (d) dan seterusnya.

g) Sekuens berdasarkan hierarki belajar. Model ini dikembangkan oleh

Gagne, dengan prosedur sebagai berikut: tujuan-tujuan khusus utama

pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar

untuk mencapai tujun-tujuan tersebut. Gagne mengemukakan 8 tipe yang

tersusun secara hierarkis mulai dari yang paling sederhana: signal

learning, stimulus-respons learning, motor-chain learning, verbal

association, multiple discrimination, concept learning, principle learning,

dan problem-solving learning.13

3) Strategi mengajar

Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau

metode mengajar. Pada waktu guru menyusun skuens suatu bahan ajar, ia

juga harus memikirkan strategi mengajar mana yang sesuai dengan untuk

menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntee

membagi strategi mengajar itu atas Exposition-Discovery Learning dan

(43)

35

Groups-Individual Learning. Ausubel and Robinson membaginya atas

strategi Reception Learning-Discovery Learning dan Rote

Learning-Meaningful Learning.

a) Reception/ExpositionLearning-Discovery Learning.

Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna yang

sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception learning dilihat dari sisi

siswa sedangkan expotion dilihat dari sisi guru.

b) Rote Learning-Meaningful Learning.

Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa

memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan

ajar dengan menghafalkannya. Dalam meaningful learning penyampaian

bahan mengutamakan maknanya bagi siswa. Menurut Ausubel and

Robinsin sesuatu bahan ajar bermakna bila dihubungkan dengan struktur

kognitif yang ada pada siswa.

c) Group Learning-Individual Learning.

Pelaksaan discovery learning menuntut menuntut aktivitas belajar

yang bersifat individual atau dalam kelompok-kelompok kecil. Discovery

learning dalam bentuk kelas pelaksanaannya agak sukar dan mempunyai

(44)

36

belajar siswa tidak sama. Dan masalah lain adalah kemungkinan untuk

bekerja sama, dalam kelas besar tidak mungkin semua anak dapat bekerja

sama.

4) Media mengajar

Rowntree mengelompokkan media mengajar menjadi lima macam dan

disebut modes, yaitu Interaksi insani, realita, pictorial, symbol tertulis, dan

rekaman suara.

a) Interaksi insani. Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua

orang atau lebih. Dalam komunikasi tersebut kehadiran sesuatu pihak

secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi perilaku yang lainnya.

Terutama kehadiran guru mempengaruhi siswa-siswanya.

b) Realita. Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang-orang,

bintang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang diamati siswa.

c) Pictorial. Media ini menunjukkan penyajian sebagai bentuk variasi

gambar dan diagram nyata ataupun symbol, bergerak atau tidak, dibuat

diatas kertas, film, kaset, disket, dan media lainnya.

d) Simbol tertulis, simbol tertulis merupakan media penyajian informasi

[image:44.612.153.532.247.521.2]
(45)

37

media simbol tertulis seperti buku teks, buku paket, paket program

belajar, modul, dan majalah-majalah.

e) Rekaman suara. Berbagi bentuk informasi dapat disampaikan kepada

anak dalam bentuk rekaman suara.14

5) Evaluasi

Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar,

strategi mengajar, dan media mengajar adalah evaluasi dan penyempurnaan.

Tiap kegiatan akan memberikan umpat balik, demikian juga dalam

pencapaian tujuan-tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan

balik tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan

baik bagi penentuan dan perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens

bahan ajar, strategi, dan media mengajar.

a) Evaluasihasil belajar-mengajar

Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan

antara evaluasiformatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap

tujuan-tujuan belajar dalam jangka waktu yang relatif pendek.

(46)

38

Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap

tujuan-tujuan yang lebih luas, sebagai hasil usaha belajar dalam jangka

waktu yang cukup lama, satu semester, satu tahun atau selama jenjang

pendidikan.

b) Evaluasi pelaksanaan mengajar

Komponen-komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya

hasil belajar-mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang

meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran (yang

menyangkut skuens bahan ajar), strategi dan media pengajaran, serta

komponen evaluasi mengajar sendiri.15

4. Desain Kurikulum

Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran,

sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu:

a. Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan

ajar.

b. Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan

peranan siswa.

(47)

39

c. Problems centered design, desain kurikulum yang berpusat pada

masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat.

Walaupun bertolak dari hal yang sama, dalam suatu pola desain

terdapat beberapa variasi desain kurikulum. Dalam subject centered design,

dikenal ada: the subject design, the disciplines design dan the broad fields

design. Pada problems centered design dikenal pula dengan areas of living

design dan the core desig n.

5. Dasar Pengembangan Kurikulum

a. Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua

pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah. Merupakan

tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semua

konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat dan kemampuan guru

diuji untuk mewujudkan kurikulum yang nyata dan hidup sesuai dengan

tuntutan dan tantangan perkembngan masyarakat.16

b. Dengan prinsip dan model pengembangan kurikulum yang telah

dikembangakan dalam lembaga pendidikan akan lebih jelas jika kita

memandang kurikulum sebagai sebuah komponen dasar dan tubuh

kurikulum dengan komponen ini akan lebih jelas dalam mengerahkan

(48)

40

anak didik sebagai subyek didik yang harus dikembangkan. Menurut

Nana Syaodih komponen kurikulum terdiri dari :

1) Tujuan-tujuan kurikulum

2) Bahan ajar (materi)

3) Strategi (metode)

4) Media (alat)

5) Evaluasi pengajaran

Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah

ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.

Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam

pencapaian tujuan-tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar.17

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

Seiring perkembangan tatanan masyarakat yang ditandai oleh

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, tuntutan adanya

kurikulum yang sesuai dengan zamannya menjadi relevan. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi kurikulum menurut Nana Syaodih adalah :

(49)

41

a. Perguruan tinggi, dimana perguruan tinggi mempunyai pengaruh yang

besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

perkembangan dalam perkembangan dalam pendidikan serta persiapan

guru (tenaga pendidik) yng memahami terhadap bidangnya.

b. Masyarakat, sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan

mempersiapkan anak untuk hidup dimasyarakat.

c. Sistem nilai, dimana lingkungan terdapat sistem nilai yang menentukan

sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dibentuk oleh masyarakat

hendaknya mampu memelihara dan meneruskan nilai-nilai pemahaman

nilai hendaknya tidak dipahami secara kognitif dan menghafal tetapi

tetapi perlu internalisasi nilai-nilai terhadap siswa.18

7. Hambatan-hambatan

Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan antara lain:

a) Kemampuan guru, hambatan yang dilami karena kurang waktu, kurang

kerjasama dengan guru lain, pengetahuan yang kurang.

b) Masyarakat sebagai umpan balik

c) Biaya sebagai kekuatan finansial.19

(50)

42

Sedangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan suatu konsep

kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan

(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga

hasilnya dapat dirasakan oleh peserts didik, berupa penguasaan terhadap

seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum Berbasis Kompetensi diarahkan

untuk mengembangkan kemampuan, pemahaman, pengetahuan, nilai, sikap

dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk

kemahiran ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.20

Kurikulum ini sendiri sebagai pergeseran penekanan dari content atau

isi (apa yang tertuang) ke kompetensi (bagaimana harus berfikir, belajar dan

melakukan) dalam kurikulum. Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat

dibilang sebagai kurikulum humanistik, karena kurikulum humanistik lebih

memberikan tempat utama kepada anak didik.

Kurikulum Berbasis Kompetensi sendiri memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara

individual maupun klasikal.

2) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.

20 Hilda Taba, dalam tulisan S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,

(51)

43

3) Penyampaian pada pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi.

4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang

lainnya memenuhi unsure edukatif.

5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasa atau

pencapaian suatu kompetensi.21

B. Tinjauan tentang pondok pesantren

1. Pengertian pesantren

Istilah pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini

digabung menjadi pondok pesantren. Menurut M. Arifin sebagaimana dikutip

oleh Qomar:

“Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan leadership

seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.22

Menurut Mastuhu, Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan

Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama islam,

dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian atau disebut

21 Departemen Pendidikan Nasional, Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:

Pusat Kurikulum Balitbang, 2002), hlm. 3.

22 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,

(52)

44

tafaqquh fiddin, dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup

bermasyarakat. Pesantren telah hidup sejak 300-400 tahun yang lalu dan

menjangkaun hampir seluruh lapisan masyarakat muslim. Pesantren diakui

sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan

bangsa. Terutama di zaman kolonial, pesantren merupakan lembaga

pendidikan yang sangat berjasa bagi umat islam. Tidak sedikit pemimpin

bangsa terutama dari angkatan 1945 adalah alumni atau setidak-tidaknya

pernah belajar di pesantren.23

Zamakhsyari Dhofier menyebutkan

Sedangkan dalam sumber lain disebutkan bahwa pesantren

menrupakan komunitas tersendiri, dimana kyai, ustadz, santri dan pengurus

pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan berlandaskan

nilai-nilai agama islam disertai norma-norma dan kebiasaan-kebiasaannya

sendiri yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat pada umumnya.

Komunitas pesantren merupakan suatu keluarga besar dibawah asuhan

seorang kyai dan ulama dan dibantu oleh beberapa kyai dan ustadz.24

23 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur Dan Nilai

Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), 3

24 Yayasan Kantana Bangsa, Pemberdayaan pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

(53)

45

2. Sejarah Perkembangan Pondok pesantren

Pondok pesantren jika dibanding dengan lembaga pendidikan yang

pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan

dianggap sebagai produk budaya Indonesia. Pendidikan ini semula merupakan

pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam

Nusantara pada abad ke 13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan

pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempattempat pengajian

nggon ngaji”. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat

-tempat menginap agar para pelajar (santri) yang kemudian disebut pesantren.

Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan

pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang terstruktur,

sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi. Dilembaga inilah kaum

muslimin Indonesia mengalami doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut

praktek kehidupan keagamaan.25

Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat dengan adanya

sikap non kooperatif ulama terhadap kebijakan “politik etis” pemerintah

kolonial Belanda pada akhir abad ke-19. Kebijakan pemerintah kolonial ini

dimaksudkan sebagai balas jasa kepada rakyat Indonesia dengan memberikan

pendidikan modern, termasuk budaya barat. Namun pendidikan yang

25 H.M. Sulthon & Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspetif

(54)

46

diberikan sangat terbatas, baik dalam segi jumlah yang mendapat kesempatan

mengikuti pendidikan maupun dari dalam segi tingkat pendidikan yang

diberikan. Sikap non kooperatif para ulama itu kemudian ditunjukkan

mendirikan pesantren didaerah-daerah yang jauh dari kota untuk menghindari

intervensi kolonial Belanda serta memberikan kesempatan kepada rakyat yang

belum memperoleh pendidikan.26

Di Indonesia, khususnya Jawa Barat hampir setiap desa memiliki

Pondok Pesantren baik pesantren salafiyah maupun pesantren khalafiyah.

Lembaga ini tumbuh sejalan dengan pergerakan perjuangan muslimin

Indonesia ketika melawan Belanda. Bahkan konon, pondok pesantren

merupakan basis perlawanan dari pejuan kita. Melahirkan para mujahid

dakwah yang tetap eksis di sepanjang sejarah anak manusia sebagaimana

jaminan Allah swt dalam Q.S Al Baqarah:154

dan janganlah kamu mengatakan kepada orang-orang yang telah

gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu telah mati) bahkan

sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Q.S

Al Baqarah:154)

Banyak pahlawan nasional yang dilahirkan oleh pesantren seperti H.

Cokroaminoto, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, H.A Hassan, dan

lain-lain. Kegiatan para ulama tersebut bukan hanya mendidik santri-santrinya

(55)

47

saj, melainkan mendidik dan membina masyarakat agar terbentuk masyarakat

muslim yang menjalankan kehidupannya berdasarkan Al Qur’an dan Hadits.27

Sebagai model pendidikan yang memiliki karakter khusus dalam

perspektif wacana pendidikan nasional saat ini, sistem pondok pesantren telah

mengundang spekulasi yang bermacam-macam. Setidaknya ada tujuh teori

Gambar

gambar dan diagram nyata ataupun symbol, bergerak atau tidak, dibuat
Tabel 4.1
 Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alexandri (2009), Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau

27 Denpasar 93 Sumbawa Besar KANCA. 28 Denpasar 119

2) Modal Keuangan (Financial Capital), dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi kesuksesan karena dapat dipastikan bahwa suatu usaha jika akan mejalankan usahanya akan

Di dalam bab tiga ini berisi pembahasan tentang data yang berhasil dikumpulkan penulis yang selanjutnya akan dijadikan sebagai acuan untuk melakukan analisa dari

Aplikasi Decision Support Systems (DSS) atau Sistem Penunjang Keputusan (SPK) penentuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Mahasiswa Politeknik Negeri Malang adalah aplikasi yang

Judul laporan akhir ini adalah “ Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt To Equity Ratio Terhadap Harga Saham Perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) yang

Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).  Kuadran III:

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari