• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ARISAN LELANG DI DESA SUKO LUMAJANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ARISAN LELANG DI DESA SUKO LUMAJANG."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ARISAN LELANG DI

DESA SUKO LUMAJANG

SKRIPSI

OLEH: FATONAH NIM. C02211021

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah Dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah) Surabaya

(2)
(3)
(4)

(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Arisan Lelang Di Desa Suko Lumajang‛. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang Bagaimana mekanisme arisan lelangdan Bagaimana analisis hukum Islam terhadap arisan lelang.

Data penelitian dihimpun dengan menggunakan teknik observasi, yaitu pengamatan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi pada arisan lelang, dan teknik wawancara yaitu Tanya jawab antara kedua belah pihak dengan catatan-catatan yang masih memungkinkan variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi arisan lelang, dan dokumentasi yaitu peneliti menyelidiki data tertulis seperti buku arisan, peraturan-peraturan dan lain sebagainya, dengan menggunakan teknik field research yaitu sebuah teknik pengambilan data melalui penelitian yang terjadi di lapangan. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif, yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul. Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana praktik arisan dengan menggunakan sistem lelang. Obyek penelitian adalah penyelenggara arisan dan peserta arisan.

Hasil penelitian dari pelaksanaan arisan lelang bahwa peserta arisan yang mendapat giliran dalam undian bersedia memberikan nomor undian yang didapat kepada peserta lain yang lebih membutuhkan. Arisan ini menggunakan sistem lelang yaitu peserta arisan yang berani melelang uang dengan tambahan harga tertinggi dialah yang mendapatkan arisan tersebut. Sistem lelang tersebut menggunakan keberanian nominal yang paling tinggi danpenyelenggaralahyang menetapkan siapa yang akan mendapatkan arisan lelang tersebut.Maka akad tersebut dianggap akad lelang arisan atas prinsip dasar suka sama suka dan dalam hal ini tidak ada peserta yang merasa dirugikan.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Kajian Pustaka ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metode Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II KONSEP ARISAN LELANG A. Pengertian Arisan ... 20

B. Pengertian Lelang ... 24

C. Dasar Hukum Jual Beli Lelang ... 28

D. Rukun dan Syarat Jual Beli Lelang ... 34

1. Rukun Jual Beli ... 34

2. Syarat Jual Beli ... 35

(8)

F. Etika Transaksi Jual Beli Lelang ... 40

BAB III HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Profil Arisan Lelang ... 43

1. Kondisi Geografis ... 43

2. Visi dan Misi ... 44

B. Profil Arisan Lelang ... 44

C. Struktur Arisan Lelang ... 46

D. Tata Cara Melakukan Arisan Lelang ... 47

E. Latar Belakang Terjadinya Arisan Lelang ... 50

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ARISAN LELANG DI DESA SUKO LUMAJANG A. Analisis Terhadap Mekanisme Arisan Lelang Di Desa Suko Lumajang ... 52

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan Arisan Lelang Di Desa Suko Lumajang ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 61

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam adalah agama yang memberi petunjuk bagi pemeluknya

agar mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di

akhirat. Dalam ajaran Islam terdapat dua hal hubungan yang harus dijaga

yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah dan hubungan manusia

dengan manusia dalam masyarakat (mu@amalah), dengan melaksanakan kedua

hubungan tersebut maka hidup manusia akan bahagia di dunia maupun

akhirat. Guna mencapai tujuan tersebut agama Islam telah membuat syariat

yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan yang mengatur

hubungan manusia dengan manusia yang ada di alam semesta ini, Hubungan

manusia dengan Tuhan.

Salah satu bentuk sosialisasi manusia yang selalu berkembang adalah

ber mu@amalah, sehingga perkembangan tersebut muncul berbagai faktor

permasalahan yang ada dan bentuk perwujudan dari mu@amalah telah

dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam bentuk jual beli yang berbunyi

(Surah al Baqarah: 275):



Artinya : Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba1

(10)

2

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menghalalkan segala

jual beli tetapi, Allah mengharamkan adanya unsur riba>. Jual Beli merupakan

transaksi yang banyak dilakukan dikalangan masyarakat, sehingga

kebutuhan-kebutuhan semakin meningkat untuk diperjualbelikan. Baik

kalangan menengah maupun kalangan menengah atas. Salah satunya banyak

pusat perbelanjaan yang menjual barang-barang kebutuhan konsumen mulai

dari barang sekali pakai maupun barang permanen.

Oleh karena itu, didalam jual beli ada pula juga jual beli yang dilarang

menurut syar'i, jual beli yang dilarang terbagi menjadi dua yaitu: pertama,

jual beli yang dilarang dan hukumnya tidak sah (batal), kedua, jual beli yang

hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan

rukunnya, tetapi ada beberapa faktor yang menghalanginya kebolehan proses

jual beli.2 Hal ini sesuai dengan Firman Allah yang menjelaskan

prinsip-prinsip jual beli yang benar, yaitu dalam al-quran pada surah al-Nisa’ ayat 29

yang berbunyi:                                       

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.3

(11)

3

Sangatlah penting bagi masyarakat yang akan melakukan transaksi

jual beli harus adanya Saling kepercayaan antara kedua belah pihak, seperti

halnya dalam konsep al-quran surah an-Nisa ayat 29. Sehingga, dalam

praktiknya tidak bertentangan dengan hukum syar'i. Harusnya adanya ija>b

qabu>l dalam transaksi jual beli, maka berarti ija>b qabu>l adalah suatu

perbuatan atau pernyataan untuk menunjukkan suatu keridhaan dalam

berakad diantara dua orang atau lebih, sehingga terhindar atau keluar dari

suatu ikatan yang tidak berdasarkan syarat.4

Jual beli merupakan salah satu bentuk kemudahan bagi manusia untuk

memenuhi segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan hidupnya

sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Seiring dengan perjalanan

kehidupan manusia, bergulirnya waktu dan akibat dari kemajuan dan

berkembangnya zaman dalam hal trading (perdagangan) dengan segala

macam dan ragam cara sehingga hal tersebut cukup menantang kearifan para

calon penyelidik hukum Islam untuk membahasnya.

Dalam aspek jual beli sekarang, sebagian masyarakat tidak sekedar

mengadakan jual beli sebagaimana yang lazim dikenal. Dalam arti seperti

yang ada ditoko, pasar-pasar, warung dan sebagainya. Melainkan sudah

berdaya jangkau lebih dari sekedar dalam arti konvensional tersebut. Dalam

hal jual beli diera globalisasi sekarang ini, jenis yang dikenal sudah begitu

berkembang. Misalnya manusia sekarang sudah mengenal jual beli pos,jual

beli swalayan, jual beli melalui lelang hingga jual beli melalui internet

(12)

4

(online). Salah satu kegiatan jual beli melalui lelang yang terdapat

dilumajang jual beli arisan lelang yang diadakan di Desa Suko Lumajang.

Di Indonesia kegiatan arisan bermacam macam seperti arisan barang

yang sama nilainya ataupun arisan uang dan banyak dijumpai masyarakat

yang menjadi arisan sebagai kebiasaaan. Sedangkan makna arisan merupakan

kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa

orang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang

memperolehnya, undian dilaksanakan di sebuah pertemuan secara berkala

sampai semua anggota memperolehnya undian.5 Di Indonesia kegiatan arisan

tentu sudah dikenal sejak dulu. Banyak masyarakat yang minat tentu dilatar

belakangi bahwa arisan dapat dijadikan tabungan selain itu juga sebagai

media saling kenal satu sama lain, saling menyapa, saling memberikan

kebutuhan dan sebagai jembatan kerukunan masyarakat.

Praktik ini sudah berlangsung beberapa periode, praktik ini

mengindikasikan bahwa arisan ini banyak di minati masyarakat dengan cara

seperti ini kebutuhan masyarakat dapat segera terpenuhi. Tata cara

pengundian arisan dilakukan dengan sistem kocok yang biasanya dilakukan

dengan kertas bahkan terkadang dengan daftar sesuai dengan nomor urutan,

bila mana yang sudah mendapat giliran tidak bisa mendapat arisan kecuali

peserta yang lain telah mendapatkan giliranarisan tersebut.

Lelang menurut pengertian transaksi muamalah dan syariat Islam

kontemporer, dikenal sebagai bentuk penjualan barang di depan umum

(13)

5

kepada penawar tertinggi. Dalam Islam juga memberikan kebebasan

keleluasaan dan keluasan ruang gerak bagi kegiatan usaha umat Islam dalam

rangka mencari karunia Allah berupa rizki yang halal melalui berbagai bentuk

transaksi saling menguntungkan yang berlaku di masyarakat tanpa melanggar

ataupun merampas hak-hak orang lain secara tidak sah.

Pada prinsipnya, syariah Islam membolehkan jual beli barang/ jasa

yang halal dengan cara lelang yang dalam fikih disebut sebagai akad Bai’

muz\a@yadah. Dalil bolehnya lelang adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu

Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan juga Imam Ahmad.

ُ لَأْسَيَُم لَسَوُِْيَلَعُ للاُى لَصُِِب لاُ َلِإَُءاَجُِراَصْنَْْاُْنِمُ ًَ جَرُ نَأُ ٍكِلاَمُِنْبُ ِسَنَأُْنَع

ُ َكَلُ َلاَقَ ف

ُْعَ بُ ط سْبَ نَوُ َضْعَ بُ سَبْلَ نٌُسْلِحُىَلَ بُ َلاَقٌُءْيَشَُكِتْيَ بُ ِف

ُ ِِِتْئاُ َلاَقَُءاَمْلاُِيِفُ بَرْشَنٌُحَدَقَوُ َض

ُْشَيُْنَمُ َلاَقُ ثُِِدَيِبَُم لَسَوُِْيَلَعُ للاُى لَصُِ للاُ لو سَرُاَ َُذَخَأَفُاَمُِِِ اَتَأَفُ َلاَقُاَمِِِ

ُِنْيَذَُيَِت

ُ ديِزَيُْنَمُ َلاَقٍُمَْرِدِبُاَ ُ ذ خآُاَنَأٌُل جَرُ َلاَقَ ف

ُاَ ُ ذ خآُاَنَأٌُل جَرُ َلاَقُاًث َََثُ ْوَأُِْيَ ت رَمٍُمَْرِدُىَلَع

ُ يِراَصْنَْْاُاَ ُاَطْعَأَفُِْيََُْرِدلاَُذَخَأَوُ ا يِإُاَ ُاَطْعَأَفُِْيََُْرِدِب

Dari Anas bin Malik ra bahwa ada seorang lelaki Anshar yang datang

menemui Nabi saw dan dia meminta sesuatu kepada Nabi saw. Nabi saw

bertanya kepadanya,‛Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?‛ Lelaki itu

menjawab,‛Ada. sepotong kain, yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas

duduk, serta cangkir untuk meminum air.‛ Nabi saw berkata,‛Kalau begitu,

bawalah kedua barang itu kepadaku.‛ Lelaki itu datang membawanya. Nabi

saw bertanya, ‛Siapa yang mau membeli barang ini?‛ Salah seorang sahabat

beliau menjawab,‛Saya mau membelinya dengan harga satu dirham.‛ Nabi

(14)

6

Nabi saw menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang

sahabat beliau berkata,‛Aku mau membelinya dengan harga dua dirham.‛

Maka Nabi saw memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil

uang dua dirham itu dan memberikannya kepada lelaki Anshar tersebut.6

Salah satu kegiatan arisan yang dilakukan oleh masyarakat lumajang

ialah kegiatan arisan laba. Setiap arisan memiliki dua peran yaitu sebagai

debitur dan kreditur, kegiatan ini sudah dilakukan sejak dulu dan

dilangsungkan setiap dua minggu sekali yang mayoritas pelakunya ialah

warga pasar dalam kegiatan arisan ini dipimpin oleh seorang sekretaris tugas

sekretaris bukan hanya menulis tapi juga memimpin. Sekretaris akan

mengocok nomor undian kemudian bila keluar nomor tersebut maka

sekretaris akan menanyakan peserta arisan yang menjadi pemenang arisan.

Bila sang pemenang arisan membutuhkan arisan tersebut maka nomor arisan

tersebut tidak di lelang akan tetapi bila sang pemenang arisan belum

membutuhkan arisan maka nomor arisan tersebut akan dilelang dan akan

menjadi pemenang lelang tersebut.

Yang menarik dari arisan ini yaitu para peserta melakukan arisan

lelang dan jumlah nominal uang yang diterima para peserta satu sama lain

berbeda beda tergantung besarnya peserta yang berani menglelang sebagai

contoh jika dalam angota arisan terdapat 53 anggota setiap anggota memberi

Rp. 100.000, jika anggotanya 53 orang maka dana terkumpul sebesar Rp.

6Rafiqatul, hanniah ,‛Lelang Dalam Pandangan Islam‛, dalam http://rafiqatul

(15)

7

5.300.000 ketika dana sudah terkumpul maka sekretaris akan melakukan

undian nomor arisan dan nama yang keluar adalah nama A, sekretaris

menanyakan apakah A mau mengambil uang arisan tersebut atau tidak bila

tidak maka sekretaris akan melakukan lelang dengan nomor arisan tersebut

kepada anggota arisan lainya. Sedangkan B melelang dengan Rp. 5.400.000

dan C melelang lebih tinggi dengan Rp. 5.500.000 maka C memenangkan

nomor arisan yang dilelang. Maka C wajib memberikan Rp. 5.700.000 kepada

A sesuai dengan harga yang paling tinggi dan waktu pengembaliannya ialah

pada waktu C mendapatkan arisan.7

Berdasarkan pemaparan diatas penyusun memandang bahwa arisan

semacam ini tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah, yakni penyetoran awal

dalam jumlah yang sama tetapi hasil yang didapat belum tentu sama antara

anggota yang satu dengan yang lain, tergantung berapa besar anggota arisan

itu berani menglelang arisan tersebut. Berdasarkan pada uraian diatas

penyusun ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan

arisan lelang.

Bertitik tolak pada penjelasan tersebut di atas, maka penulis akan

mengadakan penelitian dengan mengambil judul ‚Analisis Hukum Islam

Terhadap Arisan Lelang di Desa Suko Lumajang.‛

(16)

8

B. Identifikasidan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalahnya dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Jual Beli merupakan transaksi yang banyak dilakukan dikalangan

masyarakat

2. Transaksi jual beli harus adanya saling kepercayaan antara kedua belah

pihak

3. Kegiatan arisan merupakan hal yang sudah biasa dikalangan masyarakat

4. Arisan merupakan kegiatan mengumpulkan uang yg bernilai sama oleh

beberapa orang

5. Arisan dapat dilakukan oleh masyarakat dengan melelang arisan

6. Pengertian Arisan

7. Pengertian lelang

Supaya tidak terjadi kesalah pahaman terhadap penulisan proposal ini,

maka penulis perlu membatasi permasalahannya sebagai berikut:

1. Mekanisme Arisan Lelang di Desa Suko Lumajang

2. Pemikiran ulama fiqh tentang arisan lelang

C. Rumusan Masalah

Dari berbagai pertimbangan dan analisis di atas, maka permasalahan

utama dalam penelitian‛Analisis Hukum Islam Terhadap Arisan Lelang Di

Desa Suko Lumajang‛ yang berupa rumusan masalah sebagai berikut:

(17)

9

2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap arisan lelang di Desa Suko

Lumajang?

D. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga

terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada. Berdasarkan

deskripsi tersebut, posisi penelitian yang akan dilakukan harus dijelaskan8.

Penelitian tentang arisan ini bukanlah yang pertama kali dan bahkan

yang kesekian kali. Namun judul yang hampir mirip atau pantas dijadikan

kajian pustaka hanyalah beberapa judul saja.

Ada beberapa penelitian yang mengangkat judul yang hampir sama,

yakni:

1. Skripsi oleh: Nurul Hidayati, Nim: C02210070 Muamalah (M) yang

berjudul : Arisan Motor Dengan Menggunakan Sistem Lelang Menurut

Perspektif Hukum Islam (studi kasus di dusun tanjungsari kecamatan

taman kabupaten sidoarjo) skripsi ini adalah penelitian lapangan yang

membahas tentang arisan Motor dengan menggunakan sistem lelang,

arisan disini ditentukan penawaran / lelang minimal 10% dari harga

sepeda motor pada saat itu, juga dalam arisan sepeda motor ini karena

menggunakan sistem lelang sehingga bisa selesai lebih cepat karena

8Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

(18)

10

dengan saldo lelang setiap bulan yang digabungkan, maka pengundian

bulan berikutnya bisa dua kali undi (dua pemenang). Maka dalam hal ini

dikembalikan kepada prinsip muamalah pada umumnya yaitu dibolehkan

sebab dalam hal ini menggunakan akad jual beli yang mengambil laba

(keuntungan).9

2. Skripsi oleh: Moh Mahmudi, Nim: C02210020 Muamalah (M) yang

berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Arisan Daging Sapi Didusun

Gayungan Desa Kemlagigede kecamatan Turi Kabupaten Lamongan‛.

Skripsi ini di mana dalam penelitian tersebut menggunakan landasan teori

Hutang piutang dan konsep maslahah. Dalam hal ini diharamkan sistem

lelang yang seperti ini sebab dalam hutang piutang menurut syari’ah

diharamkan mengambil keuntungan dalam hutang piutang baik banyak

maupun sedikit. Sedangkan dalam kasus ini ada kelebihan dalam

memberikan hutang dengan mengambil laba.10

3. Skripsi oleh: Nur Chomariyah, Nim: C03304118 Muamalah (M) yang

berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Arisan Jajan Dengan

Sistem Bagi Hasil Di Tambak Lumpang Kelurahan Sukomanunggal

Kecamatan Sukomanunggal Surabaya‛. Skripsi ini membahas tentang

mekanisme arisan jajan dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap

praktek arisan jajan. Dalam praktik ini diperbolehkan sebab menggunakan

9Nurul Hidayati‚ Arisan Motor dengan Menggunakan Sistem Lelang Menurut Hukum Islam

(Studi kasus didusun tanjung sari kecamatan taman kabupaten sidoarjo)‛ (Skripsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).

10Moh mahmudi, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Arisan Daging Sapi Didusun Gayungan Desa

(19)

11

analisis jual beli yang mengambil keuntungan dari lelang tersebut sebab

dalam jual beli diperbolehkan mengambil keuntungan sesuai dengan

kesepakatan dari penjual atau yang memberi lelang.11

Dengan demikian setelah penulis mempelajari kajian pustaka tersebut,

maka tidak ditemukan penelitian ilmiah yang mengkaji tentang Arisan

Lelang, Penelitian yang ditulis oleh penulis ini merupakan penelitian yang

mengkaji tentang bagaimana mekanisme arisan lelang dan bagaimana analisis

hukum Islam terhadap arisan lelang di Desa Suko Lumajang.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tertera di atas, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mekanismearisan lelang di Desa Suko Lumajang.

2. Untuk mengetahui analisis hukum Islamterhadap arisan lelang di Desa

Suko Lumajang.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, penulis

membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua poin, yaitu:

1. Secara Teoritis, kajian tentang Analisis Hukum Islam Terhadap Arisan

Lelang Di Desa Suko Lumajang adalah sebagai berikut:

11Nur Chomariyah, muamalah, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Arisan Jajan Dengan

(20)

12

a. Memberikan sumbangan pemikiran yang bernuansa Islami terhadap

masyarakat lumajang tentang bagaimana arisan yang diperbolehkan

agar sesuai dengan ajaran Islam.

b. Sebagai acuan atau refrensi untuk mahasiswa jika hendak meneliti

judul yang sama.

2. Secara Praktis

a. Peneliti memberikan pengetahuan lebih jauh, karena yang diteliti

merupakan hal yang baru untuk pengkajian keislaman.

b. Tempat arisan bisa dijadikan acuan agar bisa memperoleh data-data

yang akurat.

c. Orang yang melakukan arisan lelang, dengan sistem yang Islami, tidak

ada yang merasa dirugikan.

d. Masyarakat dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

mensosialisasikan terhadap masyarakat, bahwa arisan lelang harus

sesuai dengan syari’at Islam agar tidak ada keharaman dalam

melaksanakannya.

G. Definisi Operasional

Dalam definisi operasional ini, peneliti berusaha menjelaskan apa

makna yang terkandung dalam variabel-variabel pada judul yang telah

(21)

13

1. Hukum Islam

Adalah Seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah

Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf baik dalam bidang ibadah

maupun bidang muamalah yang diakui dan diyakini, berlaku dan

mengikat untuk semua umat yang beragama Islam. Di mana di bidang

muamalah ini mempunyai kekhususan seperti pendapat para ulama

tentang Arisan dan Lelang serta bagaimana arisan lelang.

2. Arisan

Adalah uang yang didapatkan dari beberapa orang kemudian

dikocok untuk mendapatkan nomor yang berhak menerima uang.

3. Lelang

Adalah penawaran dari ketua arisan untuk mengambil nomor dari

orang yang mempunyai nomor dengan harga yang tertinggi.

4. Desa Suko Lumajang

Adalah sebuah desa yang berada di kecamatan Lumajang

kabupaten Lumajang tempat terjadinya arisan lelang.

H. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian di perlukan metode sebagai cara untuk

mencapai tujuan. Metode adalah cara ilmiah yang digunakan dalam suatu

penelitian untuk mencari suatu kebenaran secara objektif, empirik dan

sistematis. Sutrisno Hadi mengemukakan, metode penelitian adalah suatu

(22)

14

pengetahuan usaha dimana dilakukan dengan menggunakan metode-metode

penelitian12.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan judul yang dikemukakan, maka jenis penelitian

yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian lapangan dengan

pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan oleh

Bogdan & Taylor dalam Moleong adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13 Dalam penelitian ini

peneliti mendeskripsikan tentang mekanisme arisan lelang, bagaimana

prosedur arisan lelang serta pandangan ulama tentang arisan lelang didesa

suko lumajang.

2. Data Yang Dikumpulkan

a. Data tentang banyaknya peserta arisan, uang yang terkumpul, serta

bagaimana prosedur arisan lelang yang dilakukan.

b. Proses terjadinya arisan lelang.

3. Sumber Data

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.14 Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan

peneliti adalah pertanyaan yang disampaikan kepada informan sesuai

12Sutrisno Hadi, Metode Resech1 (Yogyakarta: Penerbitan Fak. Psikologi UGM, 1984), 4.

13Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), 5.

(23)

15

dengan perangkat pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang

berpedoman pada penelitian dengan tujuan mendapatkan informasi

sebanyak mungkin.

Sumber Data primer merupakan sumber data yang pokok/utama

dari pihak yang bersangkutan di lapangan yakni:

a. Data dari peserta arisan

b. Data ketua arisan

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber

yang telah ada baik dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian

terdahulu15. Data ini diperoleh dari data-data yang ada selama terjadi

arisan lelang, cacatan siapasaja yang menjadi peserta arisan serta siapa

saja yang pernah melakukan arisan lelang.

4. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini dilandaskan pada aturan baku yang telah menjadi bahan

didalam penelitian kualitatif yang mana pengumpulan datanya dengan

cara pengamatan atau observasi dan interview atau wawancara16.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam melakukan kajian

penelitian, maka penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan

menggunakan metode-metode sebagai berikut:

(24)

16

a. Observasi adalah suatu cara mengadakan penyelidikan dengan

menggunakan pengalaman terhadap suatu objek dari suatu peristiwa

atau kejadian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini di gunakan

observasi sistematis, dimana peneliti melakukan langkah sistematis

dalam mengamati objek penelitian dengan mengikuti latihan-latihan

yang memadai disertai dengan persiapan yang teliti dan lengkap,

sehingga dapat menghasilkan data yang sesuai dengan fokus masalah

yang telah ditetapkan.17

Adapun data yang ingin diperoleh dengan menggunakan

metode observasi ini adalah:

1) Kondisi objek penelitian.

2) Prosedur atau cara melakukan arisan lelang.

b. Interview (wawancara)adalah teknik mendapatkan informasi dengan

cara bertanya langsung kepada responden, percakapan itu dilakukan

dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara yang bertugas sebagai orang yang mengajukan

pertanyaan dan yang dikenai pertanyaan atau orang yang menjawab

dari pertanyaan tersebut.18 Peneliti melakukan wawancara dengan

pihak-pihak terkait yaitu kepada peserta arisan, orang yang

melakukan lelang serta ketua arisan dengan maksud untuk melengkapi

data yang diperoleh. Data ini berupa data tentang prosedur atau cara

melakukan arisan lelang serta bagaimana mengikuti arisan.

17 Ibid., 212

(25)

17

Adapun data yang ingin diperoleh adalah sebagai berikut:

1) Berapa banyak peserta arisan yang melakukan arisan lelang

2) Bagaimana proses melakukan arisan lelang.

c. Dokumentasi Menurut Indriantoro, dkk 19data ini berupa: faktur,

jurnal surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk

laporan program. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

dokumentasi sebagai sarana untuk mendapatkan data tentang sejarah

terjadinya arisan lelang, struktur organisasi pada kegiatan arisan,

anggota arisan serta bagaimana terjadinya arisan lelang.

5. Teknik Pengolahan Data

Dilakukan sebuah mengelola data dalam penelitian ini dengan

menggunakan teknik pengeditan data dan pengorganisasian data. Setelah

penelitian selesai atau telah terkumpul, maka diperlukan sebuah

pengelolaan data-data yang terkumpul dengan mengadakan beberapa

proses, antara lain:

a. Pengorganisasian data dalam hal ini mendapatkan data-data yang jelas

dan terorganisir dengan baik, sehingga dapat di analisis lebih lanjut

guna perumusan deskriptif.

b. Pengeditan data atau editing adalah pengecekan atau pengoreksian

data yang telah dikumpulkan atau memeriksa kembali informasi yang

19Indri antoro Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

(26)

18

telah diterima peneliti20. Yakni memeriksa data yang terkumpul baik

anggota arisan maupun orang yang melakukan arisan lelang.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebagai bagian dari proses pengujian data

yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik

kesimpulan penelitian.21 Analisis data dapat dilakukan setelah

memperoleh data, baik dengan wawancara dan dokumentasi. Kemudian

data tersebut diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan akhir

penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis Kualitatif. Analisis kualitatif dalam hal ini dilakukan terhadap

data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian

dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap

suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru

ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya.22

Analisis datanya menggunakan metode deduktif yaitu untuk

mengetahui tentang kasus diatas yang menjadi permulaan pembahasan

untuk mengemukakan dalil-dalil yang bersifat umum dalam perkara

Arisan dan Lelang. Sedangkan yang bersifat induktif adalah hasil

penemuan studi kasus yang terjadi didesa suko lumajang terkait

terjadinya arisan lelang.

20Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, 253.

21Indri antoro Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

Manajemen, Edisi Pertama, ( Yogyakarta: BPFE, 2002), 11.

22Subagyo Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Edisi Pertama, (Jakarta: PT.

(27)

19

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada proposal

penelitian skripsi ini, penulis akan menggunakan isi uraian pembahasan,

adapun sistematika pembahasan proposal penelitian terdiri dari lima Bab

sebagai berikut:

Babpertama berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua memuat tentang konsep Arisan dan Lelang menurut

Hukum Islam yakni meliputi pengertian, landasan hukum, serta rukun dan

syarat-syarat.

Bab ketiga membahas tentang temuan studi didesa Suko Lumajang

yakni mencakup, deskripsi lokasi dan profil, struktur, tata cara melakukan

arisan, dan bagaimana latar belakang terjadinya lelang arisan.

Bab keempat Merupakan analisis terhadap judul Analisis Hukum

Islam Terhadap Arisan Lelang Di Desa Suko Lumajang. Analisis ini meliputi

bagaimana terhadap mekanisme terjadinya arisan lelang serta pendapat ulama

fiqh tentang arisan lelang.

Bab kelima merupakan bab penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan

(28)

BAB II

KONSEP ARISAN LELANG

A. Pengertian Arisan

Arisan merupakan sekelompok orang yang menyerahkan sejumlah uang

kepada ketua arisan secara rutin atau berkala dengan jumlah yang sama,

kemudian diundi untuk menentukan siapa yang mendapatkan arisan tersebut.1

Jenis arisan ada dua macam sebagai berikut:2

1. Arisan sebagai investasi, arisan ini bertujuan untuk menambah modal usaha

yang diperoleh dari hasil pengundian.

2. Arisan sebagai alat hutang, arisan ini bertujuan untuk memberikan modal

hutang bagi peserta arisan. Modal yang paling besar dalam arisan ini adalah

kepercayaan antar peserta arisan.

Manfaat positif arisan sebagai berikut:

a. Manfaat sosialisasi dengan peserta arisan, ditengah pergeseran budaya

yang semakin individualistik, arisan bisa menjadi salah satu cara untuk

mempererat silaturrahmi.

b. Menumbuhkan kebiasaan utntuk menabung, biasanya menabung uang

sendiri lebih sulit dar pada menyisihkan uang sendiri karena adanya unsur

paksaan. Seperti menabung direkening 200 ribu perbulan ke rekening di

1Ahmad Gozali, Cashflow for women menjadikan perempuan sebagai meneger keuangan keluarga

paling top, Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika),Jakarta selatan 2005, 52

2Peni R pratomo, Investasi saya terkhir di karung emas atau keranjang sampah, PT Elex Media

(29)

21

bank sepertinya sulit. Tapi kalau ditagih premi asuransi 200 ribu per

bulan sepertinya lancar-lancar saja. Begitu juga dengan menyisihkan uang

untuk arisan sepertinya bisa lebih mudah dibandingkan dengan menabung

sendiri.3

Hukum Arisan secara umum sebagai berikut :

Arisan secara umum termasuk muamalat yang belum pernah

disinggung di dalam Al-quran dan as Sunnah secara langsung, maka

hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah, yaitu dibolehkan.

Para ulama menyebutkan hal tersebut dengan mengemukakan kaedah fikih

berbunyi:

ُْاُ ِفُ لْصَاَا

ُ علُ ق

ُْوُِدُ

َُوُْاُ مَُع

َُما

ََُ

ُِت

ُ

ُِلا

ُ لُ

َُوُْا

َُلَُو

ُ زا

ُ

‚pada dasarnya hukum transaksi dan muamalah itu adalah halal dan boleh‛.4

Para ulama tersebut berdalil dengan al-quran dan Sunnah sebagai

berikut :

Pertama: Firman Allah swt :

                             

3 Ahmad Gozali, 70 Solusi Keuangan KDT, Jakarta, Gema Insani Press, 2008, 87

4Sa’dudin Muhammad al Kibyi, al Muamalah al Maliyah al Mua’shirah fi Dhaui al islam, Beirut,

(30)

22

Artinya: ‚Dialah Zat yang menjadikan untuk kamu apa-apa yang ada di bumi

ini semuanya.‛ (Qs. Al-Baqarah:29)5

Kedua: Firman Allah swt:

                                         

Artinya: ‚Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang

memberi penerangan.‛(Qs. Luqman:20)6

Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa Allah swt memberikan semua

yang ada di muka bumi ini untuk kepentingan manusia, para ulama

menyebutkan dengan istilah al imtinan (pemberian). Oleh karenanya, segala

sesuatu yang berhubungan dengan muamalat pada asalnya hukumnya adalah

mubah kecuali ada dalil yang menyebutkan tentang keharamannya.7 Dalam

masalah ‚arisan‛ tidak kita dapatkan dalil baik dari al-quran maupun dari as

Sunnah yang melarangnya, berarti hukumnya mubah atau boleh.8

Ketiga : Hadist Abu Darda’ ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :

َُم

َُأُا

َُح

ُ لُ

ُ لا

ُ

ُِف

ُُِِ

َُتُِبا

ُُِ

َُ فُ ه

َُوُ

َُح

ََُ

ٌُل

َُُوَُم

َُحُا

ُ رَُمُ

َُ فُ ه

َُوُ

َُحَُر

ٌُماُ

َُوَُم

َُسُا

َُك

َُت

َُُعُْ

ُ َُُ ف

ُ هَُو

َُُع

ُ فُ و

َُُف

ُْ قُا

َُ بُ لُْو

ُِمُا

َُنُ

ُِلا

ُ

َُعُِفا

َُيُِتُِ

َُُفُِا

ُ نُ

َُلا

ُُ

َْلُ

َُيُ ك

ُْنُُ

َلُْي

َُس

َُشُى

ُْيًُأَُو

َُتََُ

َُ قُ

ُْوُ لٌُ

َُُ تَُع

َُلا

َُووُ

َُم

َُُِا

َُنا

َُُرُ ب

َُك

َُُن

ُِس

ُ ي

.ةيااُمرمُةروسُ)ا

5Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Penerbit CV Penerbit Diponegoro,

2000, 5

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, 413

(31)

23

‚apa yang dihalalkan Allah di dalam kitab-Nya, maka hukumnya

halal, dan apa yang diharamkannya, maka hukumnya haram. Adapun sesuatu yang tidak dibicarannya, maka dianggap sesuatu pemberian, maka terimalah pemberiannya, karena Allah tidaklah lupa terhadap sesuatu. Kemudian beliau membaca firman Allah swt ( dan tidaklah

sekali-kali Rabb-mu itu lupa)_- Qs Maryam :64-‚ (HR al Hakim, dan

beliau mengatakan shahih isnadnya, dan disetujui oleh Imam Adz

DZahabi)9

Hadist di atas secara jelas menyebutkan bahwa sesuatu (dalam

muamalah) yang belum pernah disinggung oleh Al-qur’an dan Sunnah

hukumnya adalah ‚afwun‛ (pemberian) dari Allah atau sesuatu yang boleh.

Keempat : Firman Allah swt :

                                                                                    

(Qs. Al Maidah : 2)10

Ayat di atas memerintahkan kita untuk saling tolong menolong di

dalam kebaikan, sedang tujuan ‚arisan‛ itu sendiri adalah menolong orang

yang membutuhkan dengan cara iuran secara rutin dan bergiliran untuk

mendapatkannya, maka termasuk dalam katagori tolong menolong yang

diperintahkan Allah swt.

9 http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/166/hukum-arisan-dalam-islam/

10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Penerbit CV Penerbit

(32)

24

Kelima : Hadist ra, ia berkata :

َُِ

َُنا

َُُر

ُ سُْو

ُ ل

ُ

ُِلا

ُ

َُصُ ل

ُ لاُى

َُُعُ

َلُْيُِ

َُُو

َُسُ ل

َُمُُ

ِاَُذ

َُخُا

َُرَُج

َُُأَُ قُ

َرَُع

َُُ ب

َُْي

ُُِن

َُس

ُِئُا

ُُِ

َُفَُط

َُرا

ُْت

ُُْال

َُقُْرَُع

ُ ةُ

َُع

َُىل

َُُع

ُِئا

َُشَُة

َُُوُ

َُحُْف

َُص

َُةَُُف

َُخَُر

َُجَُت

َُمُا

َُعُ ُ

َُِج

ُْ يًُع

‚Rasulullah SAW apabila pergi, beliau mengadakan undian di antara

istri-istrinya, lalu jatuhlah undian itu pada Aisyah dan Hafsah, Maka

kami pun bersama beliau.‛ (HR Muslim, no : 4477)11

Hadist di atas menunjukkan kebolehan untuk melakukan undian,

tentunya yang tidak mengandung perjudian dan riba. Di dalam arisan juga

terdapat undian yang tidak mengandung perjudian dan riba, maka hukumnya

boleh.

B. Pengertian Lelang

Lelang termasuk salah satu bentuk jual beli, akan tetapi ada perbedaan

secara umum jual beli ada hak memilih, boleh tukar menukar di muka umum dan

sebaliknya, sedangkan lelang tidak ada hak memilih, tidak boleh tukar menukar

di depan umum dan pelaksanaannya dilakukan khusus di muka umum.12

Jual beli menurut bahasa artinya ‚menukarkan sesuatu‛ sedangkan

menurut syara’ jual beli artinya ‚menukarkan harta dengan harta menurut cara

-cara tertentu (‘aqad)‛.13Jual beli dalam al-quran merupakan bagian dari

ungkapan perdagangan atau dapat juga disamakan dengan perdagangan.

Pengungkapan perdagangan ini ditemui dalam tiga bentuk yaitu tijarah, bai’, dan

11 http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/166/hukum-arisan-islam/

(33)

25

syiraa’. Kata ةراجتلا adalah masdhar dari kata kerja )رجت رجتي ارجتو ةراجت( yang

berarti )عابارش( yaitu menjual dan membeli.

Jual beli secara etimologis berarti pertukaran mutlak. Kata al-bai’ (jual)

dan Asy-syiraa’ (beli) penggunaannya disamakan antara keduanya, yang

masing-masing mempunyai pengertian lafadz yang sama dan pengertian berbeda. Dalam

syariat Islam, jual beli merupakan pertukaran semua harta (yang dimiliki dan

dapat dimanfaatkan) dengan harta lain berdasarkan keridhaan antara keduanya.

Atau dengan pengertian lain memindahkan hak milik dengan hak milik orang

lain berdasarkan persetujuan dan hitungan materi.14

Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa jual beli adalah

suatu bentuk perjanjian. Begitu pula dengan cara jual beli dengan sistem lelang

yang dalam penjualan tersebut ada bentuk perjanjian yang akan menghasilkan

kata sepakat antara pemilik barang maupun orang yang akan membeli barang

tersebut, baik berupa harga yang ditentukan maupun kondisi barang yang

diperdagangkan. Dalam fiqih disebut muzayadah.15

Secara umum Lelang adalah penjualan barang yang dilakukan di muka

umum termasuk melalui media elektronik dengan cara penawaran lisan dengan

harga yang semakin meningkat atau harga yang semakin menurun dan atau

dengan penawaran harga secara tertulis yang didahului dengan usaha

14 Sayyid Sabiq, Fiqh sunnah, Jilid IV, 2006, 45

(34)

26

mengumpulkan para peminat.16 Lebih jelasnya lelang menurut pengertian diatas

adalah suatu bentuk penjualan barang didepan umum kepada penawar tertinggi.

Namun artinya penjual akan menentukan yang berhak membeli adalah yang

mengajukan harga tertinggi. Lalu terjadi akad dan pembeli tersebut mengambil

barang dari pejual.

Jual beli model lelang (muzayadah) dalam hukum Islam adalah boleh atau

mubah. Di dalam kitab subulussalam disebutkan Ibnu Abdi Dar berkata,

‚sesungguhnya tidak haram menjual barang kepada orang dengan adanya

tambahan harga (lelang), dengan kesepakatan di antara semua pihak.

Menurut Ibnu Abdi Dar meriwayatkan adanya ijma’ kesepakatan ulama

tentang bolehnya jual-beli secara lelang bahkan telah menjadi kebiasaan yang

berlaku di pasar umat Islam pada masa lalu, sebagaimana Umar bin Khathab juga

pernah melakukannya demikian pula karena umat membutuhkan praktik lelang

sebagai salah satu cara dalam jual beli. Jual beli secara lelang tidak termasuk

praktik riba meskipun ia dinamakan bai’ muzayyadah dari kata ziyadah yang

bermakna tambahan sebagaimana makna riba, namun pengertian tambahan di

sini berbeda. Dalam muzayyadah yang bertambah adalah penawaran harga lebih

dalam akad jual beli yang dilakukan oleh penjual atau bila lelang dilakukan oleh

pembeli maka yang bertambah adalah penurunan penawaran. Sedangkan dalam

praktik riba tambahan haram yang dimaksud adalah tambahan yang tidak

(35)

27

diperjanjikan dimuka dalam akad pinjam-meminjam uang atau barang ribawi

lainnya.17

Dalam Hukum Islam Lelang adalah bentuk penjualan barang didepan

umum dengan cara penawaran harga secara tertulis yang semakin meningkat

atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan

pengumuman lelang. Namun penjual akan menentukan, yang berhak membeli

adalah yang mengajukan harga tertinggi.

Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang

dikemukakan ulama fiqh, antara lain:18

1. Menurut Hanafiyah

ُ مَُبا

َُدَُُل

ٌُةُ

َُم

ٍُلا

ُ

ٍُلاَِِ

َُُع

َُىلُ

َُوُْج

ُُِ

َُْم

ُ ص

ُْو

ٍُص

ُ

Artinya : ‚saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu‛.

2. Menurut Malikiyah, Syafi’iyah dan hanabilah

ُ مَُب

َُدُا

َُلُ ةُ

ُْاَُم

ُِلا

ُُِب

ُ

َ

ما

ُِلا

َُُْت

ُِلُْي

ًُك

َُوُا

ََُتُْل

ًُكا

ُ

Artinya : ‚saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan‛.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli lelang

(muza@yadah) adalah jual beli dengan cara penjual menawarkan dagangannya, lalu

para pembeli saling menawar dengan menambah jumlah pembayaran dari

pembeli sebelumnya, lalu penjual menjual dengan harga tertinggi dari para

pembeli tersebut. Kebalikannya disebut dengan jual munaqadah (obral). Yakni si

17 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Juz II, Beirut Libanon, 1992, hlm. 162

(36)

28

pembeli menawarkan diri untuk membeli barang dengan keriteria tertentu, lalu

para penjual berlomba menawarkan dagangannya, kemudian si pembeli akan

membeli dengan harga termurah yang mereka tawarkan.19

C. Dasar Hukum Jual Beli Lelang

Jual beli dengan lelang ialah transaksi dalam Islam yang merupakan

bagian dari muamalat dikenal sebagai bentuk barang di depan umum dengan

sistem tawar-menawar tertinggi.

Rasulullah SAW pernah melakukan hal tersebut dalam jual beli, seperti

dalam hadisnya dari Anas bin Malik:

Sesungguhnya seseorang laki-laki dari Ansar datang bertanya pada

Rasulullah SAW, maka Rasulullah berkata:‛Apakah di rumahmu ada

sesuatu? Sahabat ansar menjawab: ‚Ya ada permadani, sebagian saya

pakai dan sebagian saya hamparkan untuk tempat duduk dan mangkok

yang saya pakai untuk minum‛. Nabi SAW berkata: ‚Bawa kemari keduanya‛, Saya mengambil dengan satu dirham‛, kata seorang laki-laki.

Kata Nabi: "Siapa yang berani menambah dua atau tiga kali lipat?‛

seorang laki-laki lainnya berkata:‛Saya berani membelinya dua dirham‛.

(HR. Ibnu Majah).20

Sebagian ulama seperti an-Nakha’I memakruhkan jual beli lelang dengan

dalil hadits dari Sufyan bin Wahab dia berkata :

تعم

ُ

لوسر

ُ

لا

ُ

يلص

ُاُ

ل

ُ

يلع

ُو

ُ

ملس

ُ

يه

ُ

نع

ُ

عيب

ُ

ةديازما

19

http://pengusahamuslim.com/baca/artikel/33/hukum-jual-beli-1-definisi-klasifikasi-pembagian-dan-syarat.(diakses 22 november 2015)

20 Program 1 Hadis, Mausu’ah al-Hadith al Sharif. Kategori Sunan Ibnu Majah, Kitab al-Tijarat: No

(37)

29

Artinya: Aku mendengar Rasulullah SAW melarang jual beli lelang. (HR. Al Bazzar)

Transaksi pelelangan yang dijelaskan hadist diatas, merupakan

pelelangan yang benar, tetapi pelelangan yang dilarang menurut agama adalah

pelelangan yang tidak sesuai dengan rukun jual beli dan pelelangan yang

mengandung unsur penipuan.21

Jual beli lelang sebagai sarana saling tolong menolong antara sesama

umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam al-qur’an dan sunnah

Rasulullah saw. Terdapat sejumlah ayat al-qur’an yang membahas tentang jual

beli diantaranya sebagai berikut:

1. Qur’an surat al-Baqarah ayat 198, yang berbunyi:

                                    



Artinya: ‚Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu‛.(Surat Al- Baqarah, ayat 198)22

2. Qur’an surat al-Baqarah ayat 275

                                           

21 Imam Gozali, Ringkasan Ihya’ulumuddin, (Jakarta: Sahara, 2007), 199

(38)

30                             

Artinya: ‚Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba‛.(Surat

Al-Baqarah ayat 275)23

3. Qur’an surat An-nisa’ ayat 29

                                     

Artinya: ‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu‛. (Surat An-nisa’ ayat 29).24

4. Assunnah

ُ سُِئ

َُلُ

ُ لا

ُ ِبُ

َُص

ُ ىل

ُ

ُملسُوُ يلعُلا

َُأُ:

ُ ي

ُُْا

َُكل

ُْس

ُِب

َُُأ

ُْطَُي

ُ ب

َُ فُ؟

َُق

َُلا

ُ

َُع:

َُمُ ل

ُ

ُ رلا

ُ ج

ُِل

ُُِبَُي

ُِدُِ

َُُوُ ِ

ُ لُ

َُ بُْيٍُع

َُُمُْ ب

ُ رُْوٍُر

ُ

ُ اورو

)مِالاوُرزبلا

Artinya: ‚ Nabi Muhammad Saw Di tanya tentang mata pencaharian apa

yang paling baik ?beliau menjawab pekerjaan dari seorang dengan tanganya sendiri dan kiat-kiat jual beli yang baik.(Hr. Al

bazaar dan di sahkan oleh Al Hakim).25

5. Ijma’

Ibnu Qudama menyatakan bahwa kaum muslimin telah sepakat

tentang di perbolehkannya bai’u karena mengandung hikmah yang mendasar,

yakni setiap orang pasti mempunyai ketergantungan terhadap sesuatu yang

di miliki rekannya (orang lain). Orang lain tersebut tidak akan memberikan

23 Ibid., 69

24 Ibid., 150

(39)

31

sesuatu yang ia butuhkan tanpa ada pengorbanan,dengan di syariatkannya

bai’u setiap orang dapat meraih tujuannya dan memenuhi kebutuhannya.26

6. Qiyas

Semua syariat Allah swt yang berlaku mengandung hikmah dan

kerahasiaan yang tidak di ragukan lagi oleh siapapun. Adapun salah satu

hikmah di balik pensyariatan bai’u adalah sebagai media atau sarana bagi

umat manusia dalam memenuhi setiap kebutuhannya. Semua itu tidak akan

terealisasi tanpa adanya peranan orang lain dengan cara tukar menukar

(barter) harta dan kebutuhan hidup lainnya dengan orang lain, dan saling

memberi juga menerima antar sesama manusia sehingga hajat hidupnnya

terpenuhi.

Hukum asal jual beli menurut para ulama’ fiqih adalah mubah (boleh).

Akan tetapi,pada situasi tertentu, menurut imam Asy-Syaitibi seorang pakar

fiqih maliki, hukumnnya bisa berubah menjadi wajib. Imam Asy-syaitibi

memberikan contoh ketika terjadi praktik ikhtikar (penimbunan barang yang

dilakukan orang lain yang menyebabkan stok barang dipasar turun dan harga

melonjak naik). Apabila seseorang melakukan praktik ikhtikar dan

mengakibatkan harga dipasar melonjak naik, menurut imam Asy-syaitibi dalam

hal ini pemerintah boleh memaksa pedagang untuk menjual barangnya itu sesuai

26Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad, dkk, Ensiklopedi Fiqih Muamalah dalam Pandangan 4

(40)

32

dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga. Para pedagang wajib menjual

dagangannya sesuai dengan ketentuan pemerintah27

Kemudian, sebagaimana telah dijelaskan mengenai dasar hukum jual beli

atau dijelaskan mengenai dasar hukum jual beli dan sistem lelang agar lebih jelas

ketentuan hukumnya. Namun perlu diketahui pula bahwa ketentuan hukum

mengenai jual beli lelang tidak diperoleh secara tegas, dasar hukum jual belilah

yang digunakan sebagai dasar hukum jual beli dengan sistem lelang.

Lelang merupakan salah satu transaksi jual beli, walaupun dengan cara

yang berbeda dan tetap mempunyai kesamaan dengan cara yang berbeda dan

tetap mempunyai kesamaan dalam rukun dan syarat-syaratnya sebagaimana

diatur dalam jual beli cara umum. Untuk itulah penulis mencantumkan beberapa

ayat berhubungan dengan jual beli lelang antara lain, sebagaimana ditegaskan

Allah Swt dalam al-qur’an surat An-nisa’ Ayat 29:

                                     

Artinya: ‚Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.‛28

27Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 114

(41)

33

Diantara sesama manusia. Hal ini ditegaskan dalam sabdanya, yang

artinya: ‚jika anda menjual sesuatu, maka katakanlah kepada pembelinya,

ambillah, dan tidak ada tipuan dalam agama, (HR. Ad-Turmidzi)‛. 29

Dalam hadist lain Rasulullah saw menegaskan mengenai takaran

timbangan dan hubungannya agar dapat dilaksanakan secara baik dan benar yang

artinya: ‚barang siapa yang menjual sesuatu dengan cara yang salah, hendaklah

melakukannya dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, sampai

batas waktu tertentu‛. (HR. Bukhori). 30

Selain itu, dapat diketahui bahwa jual beli secara lelang telah ada sejak

masa Rasulullah saw. Masih hidup dan telah dilaksanakannya secara

terang-terangan didepan umum (para sahabat) untuk mendapatkan harga yang lebih

tinggi dari pihak penawar yang ingin membeli suatu barang yang dilelang oleh

Rasulullah sendiri. Dengan demikian, jelas bahwa praktik jual beli dengan sistem

lelang telah ada dan berkembang sejak masa Rasulullah saw. Untuk memberikan

suatu kebijakan dalam bidang ekonomi akan tetapi istilahnya yang masih

berbeda dengan masa sekarang yang lazim dikenal dengan istilah jual beli dengan

sistem lelang. Adapun pada masa lalu istilah lelang dipakai dengan jual beli

secara terang-terangan dengan maksud untuk memperoleh harga tertinggi dalam

penjualannya. Praktik tersebut telah dilaksanakan secara baik dan benar sesuai

dengan tuntunan jual beli secara umum. Oleh karena itu hukum jual beli sistem

(42)

34

lelang yang dilaksanakan ini menunjukkan boleh (mubah). Sebagaimana hukum

jual beli itu sendiri.

D. Rukun Dan Syarat Jual Beli

Rukun yang pokok dalam akad (perjanjian) jual beli menurut imam hanafi

adalah ija@b-qa@bul yaitu ungkapan atau pernyataan atau penyerahan hak milik

disatu pihak dan ungkapan atau pernyataan penerimaan dipihak lain. Adanya

ija@b-qa@bul dalam transaksi ini merupakan indikasi adanya suka sama suka

daripihak yang mengadakan transaksi. Jual beli merupakan suatu akad, dan

dipandang sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun jual beli

adalah ija@b dan qa@bul yang menunjukkan pertukaran barang secara riba, baik

secara ucapan maupun perbuatan.31 Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam

jual beli itu hanyalah kerelaan (ridha) kedua belah pihak untuk melakukan

transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati

yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang

menunjukkan kerelaan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam

ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga barang.32

Akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada

empat, yaitu :

1. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli)

31Rahmat Syafi’I, Fiqih Muamalah, 75

(43)

35

2. Ada sighat} (lafal ija>b qabu>l)

3. Ada barang yang dibeli (ma’qudalaih)

4. Ada nilai tukar pengganti barang

Menurut ulama hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan

nilai tukar barang termasuk kedalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual

beli.

Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang

dikemukakan jumhur ulama diatas sebagai berikut:

1. Syarat-syarat orang yang berakad

Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli

harus memenuhi syarat, yaitu :

a. Berakal sehat, oleh sebab itu seorang penjual dan pembeli harus memiliki

akal yang sehat agar dapat melakukan transaksi jual beli dengan keadaan

sadar. Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang

gila, hukumnya tidak sah.

b. Atas dasar suka sama suka, yaitu kehendak sendiri dan tidak dipaksa

pihak manapun.

c. Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda, maksudnya seorang

tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual

(44)

36

2. Syarat yang terkait dalam ija>b qabu>l

a. Orang yang mengucapkan telah baligh dan berakal.

b. Qabu>l sesuai dengan ija>b. Apabila antara ijab dan qabultidak sesuai maka

jual beli tidak sah.

c. Ija>b dan qabu>l dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua belah

pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.

3. Syarat-syarat barang yang diperjual belikan

a. Suci, dalam Islam tidak sah melakukan transaksi jual beli barang najis,

seperti bangkai, babi, anjing dan sebagainya

b. Barang yang diperjual belikan merupakan milik sendiri atau diberi kuasa

orang lain yang memilikinya

c. Barang yang diperjual belikan ada manfaatnya

d. Barang yang diperjual belikan jelas dan dapat dikuasai

e. Barang yang diperjual belikan dapat diketahui kadarnya, jenisnya, sifat

dan harganya

f. Boleh diserahkan saat akad berlangsung

4. Syarat-syarat nilai tukar (harga barang)

Nilai tukar barang yang dijual (untuk zaman sekarang adalah uang)

tukar ini para ulama fiqh membedakan al-tsaman dengan al-si’r. menurut

mereka al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di tengah-tengah

(45)

37

seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke konsumen (pemakai).

Dengan demikian, harga barang itu ada dua, yaitu harga antara pedagang dan

harga antar pedagang dan konsumen (harga dipasar).

Syarat-syarat nilai tukar (harga barang) yaitu:

1. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya

2. Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum seperti

pembayaran dengan cek dan kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar

kemudian (berutang) maka pembayarannya harus jelas.

3. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang maka

barang yang dijadikan bilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh syara’,

seperti babi, dan khamar, Karena kedua jenis benda ini tidak bernilai menurut

syara’.

E. Lelang Sebagai Salah Satu Sistem Jual Beli

Jual beli sistem lelang termasuk salah satu bentuk transaksi jual beli.

Akan tetapi, ada perbedaan antara jual beli secara umum. Lelang ada hak

memilih, boleh saling menukar didepan umum dan sebaliknya. Sedangkan dalam

lelang tidak ada hak memilih, tidak boleh tukar menukar barang, dan

pelaksanaanya khusus dimuka umum. Penjualan dalam bentuk lelang dilakukan

(46)

38

berjenjang turun. Menurut wahbah al-zuhaili jual beli dengan sistem lelang dapat

disamakan kedalam jual beli khiyar.33

Adapun persamaannya adalah dalam jual beli ada khiyar bagi si pembeli

terhadap barang yang dibelinya, begitu pula dalam lelang. Khiyar artinya boleh

memilih antara meneruskan akad jual beli atau diurungkan (ditarik kembali tidak

jadi jual beli), diadakan khiyar oleh syara’. Dalam hal khiyar dapat dibagi

menjadi tiga bentuk yaitu:34

1. Khiyar majlis yaitu hak pilih bagi kedua belah pihak yang berakad untuk

membatalkan akad, selama keduanya masih dalam majlis akad (diruangan

toko) dan belum berpisah badan. Artinya, sesuatu transaksi baru dianggap

sah apabila kedua belah pihak yang melaksanakan akad telah berpisah badan

atau salah seorang diantara mereka melakukan pilihan menjual atau membeli.

Khiyar ini hanya berlaku dalam suatu transaksi, seperti jual beli dan sewa

menyewa. Menurut ulama mazhab Syafi’I dan Hanbali, bahwa masing

-masing pihak berhak mempunyai khiyar selama masih berada dalam satu

tempat (majelis), sekalipun sudah terjadi ijab-qabul itu terjadi ada

kesepakatan dan saling suka sama suka.

2. Khiyar Syarat ialah yang ditetapkan bagi salah satu pihak yang berakad atau

keduanya, apakah meneruskan atau membatalkan akad itu selama dalam

tenggang waktu yang telah disepakati bersama. Umpamanya, pembeli

33Rahmat Syafi’I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka setia, 2004), 92

(47)

39

mengatakan:‛saya akan membeli barang anda ini dengan ketentuan diberi

tenggang waktu satu minggu‛. Tetapi sesudah tidak ada tembusan berita,

berarti akad tersebut batal. Para ulama fiqih sepakat mengatakan, bahwa

khiyar syarat ini diperbolehkan untuk menjaga (memelihara) hak pembeli dan

unsur penipuan yang mungkin terjadi dari pihak penjual.

3. Khiyar ‘Aib ialah ada hak pilih dari kedua belah pihak yang melakukan akad,

apabila terdapat cacat padanya dan barang tersebut dapat dikurangi

harganya.

Keadaan ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang artinya: ‚orang

Islam adalah saudara dengan sesame Islam dan tidak halal bagi seorang muslim,

apabila menjual kepada saudaranya sesuatu yang terdapat cacat padanya, kecuali

menerangkan kecacatan benda itu baginya‛. (HR. Ibnu Majah).35

Dalam hal jual beli ada khiyar dan begitu pula dengan lelang karena

lelang itu termasuk transaksi jual beli dalam bentuk lain dari jual beli. Dalam

praktik jual beli sehari-hari, ada khiyar majelis, misalnya, si pembel

Gambar

  Table 01: Nama-nama peserta yang mengikuti arisan lelang

Referensi

Dokumen terkait

Jenis akad untuk praktik arisan kurban ini jika dilihat dari sisi iuran maka menggunakan akad wadi> ‘ah , karena Bapak Surip (penerima titipan) tidak mengambil keuntungan

Hasil wawancara dengan Bapak Kusnan, selaku anggota arisan idul adha, pada tanggal 13 Desember 2014.. 30 Padahal yang memanagement hanya 1 orang

Dalam arisan bersyarat di perumahan Gatoel sistematika yang digunakan sama halnya sebagaimana sistematika arisan pada umumnya, dimana para anggota arisan wajib membayar atau

di instagram , kemudian terjadi negosiasi iuran dan nomor urut arisan. 3) Member booking slot, setelah terjadi kesepakatan antara admin dan calon peserta arisan

Dilihat dari segi hukum Islam berdasarkan syarat-syarat dan larangannya, arisan bersyarat haram hukumnya jika wajib utang diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak

Anda tidak bisa ikut arisan lalu berhenti ditengah jalan. Kegiatan ini adalah salah satu cara untuk melatih komitmen Anda, terutama dalam hal keuangan. Dengan mengikuti arisan,

Benda yang bisa dijadikan jual beli, milik orang yang berakad di atas sudah diterangkan, yang dimaksud milik disini adalah pemilik barang tersebut sah dan sah pulah

Kemudian, pada sistem pengolahan keuangan dari uang setoran arisan mapan tidak terpaku pada uang ketua A atau ketua B, melainkan uang tersebut sudah