• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi pendidikan karakater dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren dan boarding school: studi multi kasus pada MTs Manbail Futuh Jenu Tuban dan SMP Bina Anak Sholeh Tuban.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi pendidikan karakater dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren dan boarding school: studi multi kasus pada MTs Manbail Futuh Jenu Tuban dan SMP Bina Anak Sholeh Tuban."

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

MEWUJUDKAN SISWA BERKEPRIBADIAN MELALUI

SISTEM PESANTREN DAN BOARDING SCHOOL

(Studi Multi Kasus pada MTs Manbail Futuh Jenu Tuban dan

SMP Bina Anak Soleh Tuban)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Dalam

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

Vita Fitriatul Ulya NIM : F0.2.3.15.083

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mewujudkan Siswa Berkepribadian melalui Sistem Pesantren dan Boarding School

(Studi Multi Kasus di MTs Manbail Futuh Jenu-Tuban dan SMP Bina Anak Sholeh Tuban)

Tahun 2017

Oleh: Vita Fitriatul Ulya

Kata Kunci : Wujud Kepribadian Siswa, Implementasi Pendidikan Karakter, Pendidikan Karakter sistem Pesantren dan Boarding School

Fenomena kemerosotan moral di Indonesia menjadikan orang tua lebih selektif dalam memilih pendidikan bagi anaknya. Pesantren dan boarding school menjadi alternatif utama orang tua dalam menghadapi lompleksitas masalah karakter yang dihadapi anak Indonesia. Meskipun pesantren tergolong konvensional dan boarding school tergolong modernis, kedua sistem pendidikan tersebut masih bisa terbilang eksis karena dianggap lebih berbasis pada kebutuhan masyarakat.

Penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi hal-hal terkait pendidikan karakter yang meliputi: 1. Wujud kepribadian siswa di pesantren dan boarding school, 2. Implementasi pendidikan karakter di pesantren dan boarding school dan 3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa yang berkepribadian di pesantren dan boarding school.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini menggunakan studi multi kasus karena memiliki lebih dari satu subjek yang diteliti, yaitu pesantren dan boarding school. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data tentang wujud kepribadian siswa, implementasi pendidikan karakter, dan faktor penduung serta penghambat implementasi pendidikan karakter di pesantren dan boarding school. Sumber data dalam penelitian ini yaitu Kepala sekolah, guru, pengasuh pesantren, ustadzah boarding school, dokumen dan foto-foto. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan wawancara secara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, display data dan verifikasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, ketekunan pengamatan dan triangulasi.

Adapun kesimpulan yang berhasil dirumuskan berdasarkan fokus penelitian, paparan data dan temuan serta analisis pembahasan, adalah sebagai berikut:1.wujud kepribadian siswa di MTs Manbail Futuh dengan sistem pesantren meliputi sikap religius, mandiri, sederhana, tanggung jawab dan gotong royong. Sedangkan di SMP Bina Anak Sholeh dengan sistem pendidikan boarding school sesuai dengan visinya, membentuk kepribadian siswa yang berintegritas tinggi (jujur), istiqamah, santun, disiplin, peduli dan memiliki daya juang. 2. Implementasi pendidikan karakter dilakukan melalui strategi-strategi sebagai berikut: a. MTs Manbail Futuh meliputi keteladanan, pembiasaan, teguran langsung dan pemberian hukuman, b. SMP Bina Anak Sholeh meliputi keteladanan, pembiasaan, pemberian motivasi BK, program tahsi>n dan

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

TRANSLITERASI ... ix

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah ... 17

D. Tujuan Penelitian ... 17

E. Manfaat Penelitian ... 18

F. Penelitian Terdahulu ... 19

G. Sistematika Pembahasan ... 29

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konseptual tentang Pendidikan Karakter ... 32

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 32

2. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter ... 41

3. Nilai Karakter yang Dikembangkan di Sekolah ... 59

(8)

5. Pelibatan Masyarakat dan Orang Tua dalam Pendidikan

Karakter ... 76

B. Kajian Konseptual tentang Kepribadian Siswa ... 78

1. Pengertian Kepribadian Siswa ... 78

2. Aspek-aspek Kepribadian Siswa ... 80

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa .... 82

C. Kajian Konseptual tentang Pondok Pesantren dan Boarding School ... 86

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 86

2. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ... 90

3. Sistem Pendidikan Boarding School ... 95

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 98

B. Sumber dan Jenis Data ... 99

C. Metode Pengumpulan Data ... 102

D. Analisis Data ... 104

E. Pengecekan Keabsahan Data ... 108

BAB IV : SETTING PENELITIAN A. MTs Manbail Futuh ... 110

1. Sejarah Pondok Pesantren Manbail Futuh ... 110

2. Identitas Madrasah ... 117

3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ... 119

4. Fasilitas dan Sarana Fisik Madrasah ... 120

5. Kurikulum Madrasah ... 124

B. SMP Bina Anak Sholeh ... 125

1. Identitas Sekolah ... 125

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 127

3. Standar Mutu Lulusan ... 130

(9)

6. Kurikulum Asrama ... 139

BAB V : DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Wujud Kepribadian Siswa ... 145

1. MTs Manbail Futuh ... 145

2. SMP Bina Anak Sholeh ... 150

B. Implementasi Pendidikan Karakter ... 157

1. MTs Manbail Futuh ... 157

2. SMP Bina Anak Sholeh ... 168

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter ... 181

1. MTs Manbail Futuh ... 181

2. SMP Bina Anak Sholeh ... 186

D. Analisis Lintas Kasus ... 193

1. Analisis Wujud Kepribadian Siswa ... 193

2. Analisis Implementasi Pendidikan Karakter ... 203

3. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat ... 213

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ... 224

B. Saran ... 226

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Akhlak merupakan salah satu kesempurnaan ajaran Islam, tetapi

dengan perkembangan zaman, telah terjadi pergeseran nilai dan penurunan

akhlak. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia, sebuah negara dengan

mayoritas penduduk beragama Islam, yang dahulu dikenal sebagai bangsa

yang ramah, berbudaya, memiliki moral dan akhlak yang begitu tinggi,

namun pada saat ini, lambat laun moral ini sudah terkikis oleh globalisasi

yang sedemikian kuat, hal ini juga mengikis jati diri bangsa. Nilai-nilai

kehidupan yang dipelihara menjadi goyah bahkan berangsur hilang.1

Hal ini dapat dilihat dari fenomena seputar karakter bangsa yang

terjadi sekarang ini, jauh lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan

dengan masalah-masalah karakter yang terjadi pada masa-masa sebelumnya.

Hal ini ditandai dengan meningkatnya pergaulan seks bebas, kejahatan

pembunuhan, maraknya kekerasan yang dilakukan remaja dan dewasa seperti

tawuran, dan masih banyak lagi masalah sosial lainnya yang hingga saat ini

belum dapat diatasi secara tuntas. Fenomena dekadensi moral ini

mengisyaratkan bahwa manusia di era sekarang telah banyak yang

mengabaikan perintah Allah agar senantiasa berbuat baik dan menjahui

perbuatan keji. Perintah Allah ini terdapat dalam QS. An-Nahl: 90.

(11)

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.2

Sulit dipungkiri, paradigma pendidikan di Indonesia telah bergeser ke

arah sistem materialistik-kapitalistik-sekularistik. Oleh sebab itu, tidak

mengherankan kalau terjadi fenomena kemerosotan nilai-nilai moral dan

spiritual seperti disebutkan di atas. Evaluasi hasil pendidikan dan indeks

prestasi yang hanya berupa angka-angka dan hanya melahirkan lulusan

lembaga pendidikan yang berorientasi kerja, tanpa memiliki keluhuran budi

dan karakter yang baik.

Hal ini sejalan dengan pandangan Masnur Muslich, yang mengatakan

bahwa dunia pendidikan telah melupakan tujuan utama pendidikan yaitu

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan dan

seimbang. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar

untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap atau nilai dan

perilaku dalam pembelajarannya.3

Lebih lanjut, Azyumardi Azra berpendapat bahwa pendidikan yang

merupakan benteng moral bangsa, dirasakan telah gagal dalam membina

akhlak dan karakter bangsa. Sekolah hanya mengejar prestasi akademik,

tetapi miskin akan pendidikan akhlak. Demikianlah pandangan yang

2 Al-Qur’a>n, 16 (an-Nahl): 90.

3 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multi Dimensional (Jakarta:

(12)

3

berkembang dalam masyarakat luas, yaitu pendidikan nasional dalam

berbagai jenjangnya ‘telah gagal’ dalam membentuk peserta didik yang

memiliki akhlak, moral, dan karakter yang baik.4 Hal inilah yang kemudian

memunculkan kembali gagasan tentang pendidikan karakter.

Tentang pentingnya pendidikan karakter juga dituangkan dalam

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”5

Menanggapi isi Undang-Undang tersebut, Akhmad Muhaimin Azzet

mengatakan bahwa karakter penting yang seharusnya dibangun adalah agar

anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Hal inilah yang menjadi penting yang semestinya menjadi

perhatian dalam pendidikan kita.6

Selain beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, masih

banyak lagi nilai-nilai karakter yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik.

Misalnya rasa kebersamaan, rasa tanggung jawab, rasa solidaritas, rasa

kemandirian, kedisiplinan, dan sebagainya.

4 Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002),

178.

5 Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP R.I. Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar.

6 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia; Revitalisasi Pendidikan

(13)

4

Untuk mencapai nilai-nilai karakter maka diperlukan upaya untuk

menanamkannya. Upaya tersebut bisa dilakukan di lembaga pendidikan, akan

tetapi keluarga dan masyarakat juga harus berperan. Pembentukan dan

pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan

pendidikan tidak ada keseimbangan dan keharmonisan.

Keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter

pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disebutkan

Thomas Lickona, seberapa baik orang tua dalam mendidik anak tentunya

akan menjadi pondasi untuk perkembangan moral di masa yang akan datang.7

Sedangkan di lingkungan sekolah, dalam pelaksanaannya sekolah

tidak semata-mata mengajarkan pengetahuan, tapi lebih dari itu, yaitu

penanaman moral dan karakter, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang

luhur dan sebagainya.

Disamping itu tidak kalah pentingnya lingkungan yang sangat

mempengaruhi pembentukan karakter anak adalah pergaulannya di

masyarakat. Sebagaimana diketahui lingkungan masyarakat sangat

mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Situasi

kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap

dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan.

Ketiga lingkungan tersebut harusnya berjalan secara seimbang agar

terbentuk nilai-nilai karakter yang diharapkan. Lingkungan lembaga

pendidikan yang tidak kalah pentingnya yang turut andil dalam pembentukan

7 Thomas Lickona, Educating for Character: How our School Can Teach Respect and

(14)

5

karakter adalah pesantren. Secara tidak langsung pesantren akan membentuk

kepribadian baru seseorang melalui tradisi-tradisi yang terdapat di lingkungan

pesantren. Kita tahu bahwa pesantren pasti bertujuan untuk membentuk

akhlak yang baik bagi santrinya. Akhlak dan karakter merupakan dua hal

yang tidak bisa dipisahkan.

Dalam terminologi Islam, pengertian karakter memiliki kedekatan

dengan pengertian akhlak. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa yang artinya

perangai, tabiat, dan adat istiadat. Menurut etimologi, “akhlak” berasal dari

bahasa Arab jamak dari bentuk mufradnya “khuluqun” yang berarti budi

pekerti, perangai,tingkah laku atau tabiat.8

Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

ﺮﻜﻓ ﻰﻟإ ﺔﺟﺎﺣ ﺮﯿﻏ ﻦﻣ ﺮﺴﯾو ﺔﻟﻮﮭﺴﺑ لﺎﻌﻓﻷا ﺎﮭﻨﻋ رﺪﺼﺗ ﺲﻔﻨﻟا ﻲﻓ ﺔﺨﺳار ﺔﺌﯿھ ﻦﻋ ةرﺎﺒﻋ ﻖﻠﺨﻟا

ﺔﯾورو .

Bahwa akhlak adalah suatu perangai (watak/tabiat) yang menetap

dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan

tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau

direncanakan sebelumnya.9

Pengertian akhlak di atas hampir sama dengan yang dikatakan oleh

Ibn Maskawih, yang mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

“Akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang menyebabkan timbulnya perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan dipikirkan secara mendalam”.10

8 Luis Ma’luf, Al-Munjid (Beirut: al-Maktabah Al-Katulikiyah, t.t.),194.

(15)

6

Ibn Qayyim memberikan definisi akhlak yang berbeda dengan pakar

pendidikan sebelumnya. Dalam perspektif Ibn Qayyim, akhlak memiliki

hubungan yang sangat kuat sekali dengan agama (Islam). Sehingga yang

menjadi ukuran bahwa seseorang itu sudah benar akidah dan ibadahnya bisa

dilihat dari akhlaknya. Ibn Qayyim menyatakan, bahwa agama itu adalah

akhlak, barangsiapa yang bertambah baik akhlaknya berarti ia bertambah baik

agamanya.11 Ini sejalan dengan hadis Rasulullah yang menyatakan bahwa:

َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﱠ ا ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠ ا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ

:

»

ْﺆُﳌا ُﻞَﻤْﻛَأ

ْﻢِﻬِﺋﺎَﺴِﻨِﻟ ْﻢُﻛُﺮْـﻴَﺧ ْﻢُﻛُﺮْـﻴَﺧَو ،ﺎًﻘُﻠُﺧ ْﻢُﻬُـﻨَﺴْﺣَأ ًﺎَﳝِإ َﲔِﻨِﻣ

«

“orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling

baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi).12

Zubaedi mengatakan bahwa kaitannya dengan pendidikan akhlak,

terlihat bahwa pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama, yaitu

pembentukan karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur

dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan Barat dan Sekuler, bukan

alasan untuk dipertentangkan.13

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang

mendasar antara akhlak dan karakter/budi pekerti. Bahkan menurut Lickona,

Bapak Pendidikan Karakter di Amerika, seperti yang dikutip oleh Zubaedi,

mengisyaratkan keterkaitan erat antara karakter dan spiritaulitas. Sejauh ini

11 Ibn Qayyim, Mada>rij al-Sa>liki>n, Juz II (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1408 H), 320. 12 Diakses melalui Maktabah Syamilah, Kitab Sunan at-Turmidzi, juz III, 458.

13 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan

(16)

7

pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan sampai pada tahapan yang

sangat operasional meliputi metode, strategi dan teknik.14

Pendidikan karakter maupun pendidikan akhlak pada hakikatnya

memiliki tujuan yang sama, yaitu upaya untuk mewujudkan kepribadian

siswa. Menurut Ngalim Purwanto, kepribadian adalah sifat-sifat dan

aspek-aspek tingkah laku yang saling berhubungan yang ada di dalam setiap

individu. Aspek-aspek tersebut bersifat psiko-fisik yang akan menyebabkan

individu berbuat dan bertindak. Masing-masing individu memiliki

kepribadian yang berbeda-beda, dengan demikian kepribadian inilah yang

membedakan individu satu dengan individu yang lainnya.15 Kepribadian

mengandung makna yang sangat kompleks. Kepribadian dapat pula diartikan

sebagai kualitas watak/karakter individu.16 Sehingga ada keterkaitan yang erat

antara kepribadian dan karakter. Dengan demikian, tidak mengherankan jika

dalam pendidikan karakter pasti memiliki tujuan untuk mewujudkan

kepribadian siswa. Siswa yang berkepribadian yang baik adalah siswa yang

berkarakter.

Dalam upaya membentuk karakter anak, ada berbagai macam

alternatif yang dapat dilakukan orang tua, diantaranya dengan memilih

pesantren sebagai lembaga yang mampu mengembangkan pola pendidikan

berciri khas Islam, yang mampu mendinamisasikan dirinya sejalan dengan

tuntutan dan perubahan masyarakat.

14 Ibid.

(17)

8

Menurut Djamil Suherman, yang dikutip oleh Hasan Basri,

pendidikan pondok pesantren adalah institusi-institusi terkenal dengan

ajaran-ajaran agama Islam melalui kitab kuning (klasik) yang metode pengajaran-ajarannya

memakai sistem sorogan, wetonan, bandongan dan hafalan.17 Ada 4 macam

pembagian pondok pesantren yaitu pesantren salafi, pesantren khalafi,

pesantren kilat, dan pesantren terintegrasi.18

Madrasah Tsanawiyah Manbail Futuh (selanjutnya ditulis MTs

Manbail Futuh) Beji-Jenu-Tuban adalah salah satu madrasah yang berada di

lingkungan pondok pesantren yang masih mempertahankan identitasnya

sebagai pesantren salaf. Pesantren ini sejak didirikan oleh KH. Hisyam Ismail

sampai sekarang masih mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai

tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-di>n) bagi para santrinya.

Semua materi yang diajarkan di pesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan

yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa Arab (kitab kuning) yang ditulis

oleh para ulama abad pertengahan. Namun pesantren ini tetap memadukan

pendidikannya dengan lembaga formal yaitu berbentuk madrasah, dan

kurikulum madrasahnya di bawah naungan Depag.

Sebagai Sekolah Menengah Pertama, kurikulum MTs Manbail Futuh

disusun sesuai dengan kurikulum Kementrian Agama yang berlaku, seperti

dari segi bobot mata pelajarannya. Namun disamping itu, MTs Manbail Futuh

juga menambah mata pelajaran dalam bentuk muatan lokal, seperti pelajaran

aswaja, nah}wu, s}orof, dan fara>id}. Untuk alokasi waktu pembelajaranya, MTs

(18)

9

Manbail Futuh ini memiliki perbedaan dari madrasah pada umumnya. Di

madrasah ini siswa putra dan putri tidak bersamaan waktu masuk sekolahnya.

Siswa putra masuk sekolah di pagi hari mulai jam 07.00 hingga jam 12.00,

sedangkan siswa putri mengikuti pelajaran di sekolah mulai jam 12.30 hingga

jam 17.30. Peraturan ini dimaksudkan agar siswa putra dan putri tidak ada

kesempatan untuk bertemu.

Selain mengenyam pendidikan formal di madrasah, terdapat madrasah

diniyah di pesantren Manbail Futuh ini. Semua santri wajib mengikuti

kegiatan di pesantren. Madin untuk santri putra berlangsung sore hari bakda

ashar hingga menjelang maghrib, sedangkan madin untuk santri putri

dilaksanakan pada pagi hari mulai pukul 7.30 hingga pukul 10.00.

Sehingga bisa disimpulkan sistem pendidikan di MTs Manbail Futuh

ini adalah sistem pendidikan terpadu, karena dalam durasi waktu 24 jam terus

menerus seluruh kegiatan santri di bawah pengawasan dan bimbingan dua

lembaga yaitu pendidikan diniyah yang dikelola langsung oleh pesantren dan

pendidikan formal yang dikelola sekolah/madrasah. Adapun untuk kegiatan

yang sifatnya ekstra-kurikuler, di bawah pengawasan dan bimbingan

langsung oleh sekolah.

Bagi pesantren Manbail Futuh, nilai-nilai pendidikan tidak hanya di

dapat dalam proses belajar mengajar di kelas saja, melainkan juga dalam

totalitas kegiatan dan kehidupan santri selama 24 jam penuh. Sistem seperti

inilah yang diterapkan pesantren sebagai sarana membentuk karakter siswa

(19)

10

Tradisi yang ada dalam pesantren secara tidak langsung akan membentuk

kepribadian santri, seperti sikap disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan

sebagainya.

Dilihat dari sisi fisiologis kondisi gedung MTs Manbail Futuh ini

tergolong cukup luas mengingat lokasinya yang berada di pedesaan.

Gedungnya terdiri dari dua lantai dan terdapat 17 ruang kelas. Tata ruangnya

tertata rapi, bersih, indah, dan di dindingnya terdapat gambar-gambar tokoh

pahlawan Islam dan pahlawan nasional serta kaligrafi yang terpelihara dengan

baik.19 Lingkungan belajar yang kondusif seperti ini menjadikan proses

pembelajaran dan penanaman nilai-nilai karakter pada siswa dapat

berlangsung dengan baik. Keteladanan guru di sekolah dan kepemimpinan

kyai di pesantren akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan

kepribadian siswa.

Selanjutnya yang dimaksud dengan sekolah sistem boarding school

adalah sekolah berasrama. Menurut Maksudin boarding school adalah

lembaga pendidikan dimana para siswa tidak hanya belajar, tetapi mereka

bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut. Boarding school

mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di institusi sekolah yang jauh

dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta pembelajaran

beberapa mata pelajaran.20

19 Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara dengan Waka Kurikulum Madrasah, Jenu

Tuban 26 Januari 2017.

20 Maksudin, Pendidikan Islam Alternatif Membangun Karakter Melalui Sistem Boarding School

(20)

11

Sekolah Menengah Pertama Bina Anak Sholeh (selanjutnya ditulis

SMP Bina Anak Sholeh) Tuban berada di bawah Yayasan Bahrul Huda

Tuban dengan sistem boarding school, memiliki visi berkepribadian muslim

dan berprestasi optimal. SMP Bina Anak Sholeh ini didirikan pada tahun

2012. Meski tergolong baru namun SMP ini sudah mengantongi berbagai

prestasi di akademik. Terlebih SMP Bina Anak Sholeh ini merupakan

satu-satunya sekolah yang memiliki sistem boarding school di Tuban. Sehingga

banyak orang tua yang menjadikan sekolah ini sebagai alternatif pendidikan

untuk anak-anaknya. Selain pembinaan dalam akademik, di SMP Bina Anak

Sholeh juga memperhatikan pembinaan spritual dan kepribadian siswa. Siswa

setelah belajar di sekolah wajib tinggal di asrama. Kurikulum di asrama

menekankan pada penanaman dan pembiasaan nilai-nilai Al-Qur’an.

Pendidikan tah}si>n dan tah}fi>z} al-Quran (minimal 5 juz), yakni juz 30, juz 29,

juz 1, juz 2 dan juz 3. Pembelajaran kitab kuning, pembelajaran dan

pembiasaan berbahasa Arab dan Inggris, pembelajaran terbimbing. Sementara

untuk pembelajaran reguler menggunakan kurikulum 2013. Selain pembinaan

dalam akademik, di SMP Bina Anak Sholeh juga menekankan penanaman

kepribadian muslim kepala seluruh siswa. Nilai-nilai karakter yang

ditonjolkan sesuai dengan visinya adalah jujur, istiqamah, santun, disiplin,

peduli, dan daya juang.21

SMP Bina Anak Sholeh terletak di pusat kota Tuban. Letaknya sangat

strategis. Gedungnya bergaya bangunan timur tengah. Disetting antara

(21)

12

gedung sekolah dan gedung asrama berada pada satu atap. Tempatnya sangat

luas, bersih, indah, dan nyaman. Semua siswa wajib tinggal di asrama tanpa

terkecuali. Sistem pendidikannya terpadu dan berdurasi 24 jam terus menerus

yang dimana seluruh kegiatan siswa di bawah pengawasan dan bimbingan

dua lembaga yaitu pendidikan diniyah yang dikelola langsung oleh pembina

boarding school dan pendidikan formal yang dikelola sekolah. Adapun untuk

kegiatan yang sifatnya ekstra-kurikuler, di bawah pengawasan dan bimbingan

langsung oleh sekolah. Dengan demikian, setiap kegiatan siswa menjadi

sarana strategis kondusif untuk mengimplementasikan pendidikan karakter

dalam mewujudkan siswa yang berkepribadian.

Banyak sekali program di-design untuk menggali potensi peserta

didik baik itu kegiatan ekstrakurikuler atau program kegiatan yang lain. Ada

16 kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Bina Anak Sholeh seperti

pramuka, Palang Merah Remaja, robotic, multimedia, pencak silat, bola voli,

fotografi, music, teater, sains club, english club, mathematic club, social club,

atletik, futsal, dan basket. Siswa dapat memilih ekstrakulikuler tersebut sesuai

dengan minatnya. Selain ekstrakurikuler tersebut ada juga club mata

pelajaran, yang mana kegiatan tersebut di-design untuk mempersiapkan siswa

mengikuti olimpiade atau perlombaan sejenisnya.

Selain kegiatan ekstrakurikuler, SMP BAS juga kaya akan aktifitas

positif guna pembinaan kepribadian remaja dan bekal kelak mereka dewasa.

Kegiatan ko kurikuler diantaranya adalah MOPDB (Masa Orientasi Peserta

(22)

13

Kepemimpinan Siswa), Class Meeting, Study in Pare, Exhibition

of Education, dan Study Outdoor. Sementara itu, di asrama siswa juga banyak

kegiatan diantaranya mengaji Kitab Kuning dan Al quran, latihan pidato

dengan tiga bahasa ( Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia),

diba’iyah, qiro>’ah, rebana dan belajar terbimbing. Kegiatan ini dibimbing

oleh pengajar yang sudah berpengalaman.

SMP Bina Anak Sholeh merupakan SMP dengan sistem boarding.

Diharapkan dengan sistem boarding ini, visi dan misi SMP Bina Anak Sholeh

bisa tercapai. Salah satu program unggulan SMP Bina Anak Sholeh adalah

siswa mampu menghafal 3 hingga 5 juz. Oleh karena itu, untuk mencapai

tujuan tersebut maka qiro’>at al-qur’an dan tah}fi>z} al-qur’an dilaksanakan

pada pukul 04.30 – 05.30 dan 18.00 – 19.15. Para pengajar qiro’>at al-qur’an

dan tah}fi>z} al-qur’an adalah para h}afi>z}ah.

Program Madin juga merupakan nilai plus bagi sekolah ini. Madin

dimulai pukul 15.40 hingga 17.00. Mata pelajaran yang dipelajari siswa

adalah PAI, Tauh}i>d, Fiqh, Aswaja, Akhlaq, Tajwi>d, dan Bahasa Arab.

Diharapkan dengan Program Madin ini, siswa lebih fokus dalam belajar ilmu

agama.

Tradisi-tradisi yang terdapat di dunia pesantren sangat mempengaruhi

kepribadian santrinya. Begitu pula di asrama, kegiatan pembinaan spiritual

yang ada di asrama akan mempengaruhi kepribadian siswanya. Keduanya,

antara di pesantren dan asrama sama-sama memiliki tujuan untuk membentuk

(23)

14

dan media yang berbeda dalam membina karakter anak. Dari sinilah, penulis

terdorong untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana

implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa berkepribadian

melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan

boarding school di SMP Bina Anak Sholeh Tuban , dengan menggunakan

pendekatan kualilatif.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Permasalahan pendidikan karakter sangat kompleks. Dapat dilihat

dari fenomena kerusakan moral yang terjadi pada Bangsa ini, seperti

tawuran, main hakim sendiri, dan sebagainya. Peran pendidikan sangat

penting dalam membina karakter. Banyak orang tua yang menjadikan

pesantren sebagai alternatif pendidikan anaknya. Selain itu di zaman

sekarang muncul pula boarding school yang merupakan pengembangan

dari pesantren, yang bisa dijadikan alternatif oleh para orang tua dalam

menyekolahkan anaknya.

Berikut identifikasi masalah yang kemungkinan dapat muncul

dalam penelitian ini:

a. Perbedaan strategi implementasi nilai-nilai karakter di pondok

pesantren Manbail Futuh dan boarding school Bina Anak Sholeh

(24)

15

b. Wujud kepribadian siswa yang dibentuk oleh pondok pesantren

Manbail Futuh berbeda dengan kepribadian siswa yang dibentuk

oleh boarding school Bina Anak Sholeh.

c. Implementasi pendidikan karakter di pondok pesantren di bawah

kepemimpinan kyai akan sangat berbeda dengan pola penanaman

nilai-nilai karakter di boarding school yang ada di bawah

kepemimpinan seorang direktur. Keberadaan kyai di pondok

pesantren Manbail Futuh 24 jam bersama santri sedangkan di

boarding school para santri di bawah bimbingan pengurus asrama

saja.

d. Adanya perbedaan sistem pengelolaan kurikulum di pondok

pesantren dan boarding school, juga akan membedakan karakter

siswa yang dibentuk lembaga. Pondok Pesantren Manbail Futuh

merupakan pondok pesantren dengan sistem salafi namun dalam

kurikulum madrasahnya menggunakan kurikulum aturan pemerintah.

Sedangkan pada asrama Bina Anak Sholeh lebih menggunakan

sistem kurikulum modern meskipun dalam madrasahnya juga

mengikuti kurikulum aturan pemerintah sebagaimana halnya

Manbail Futuh.

e. Faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat dalam

penerapan pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa

berkepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh dan

(25)

16

f. Beberapa hal yang mungkin dapat menghambat berhasilnya

pembentukan karakter adalah kurang adanya kerja sama antara orang

tua dan guru, lingkungan belajar yang kurang kondusif, belum

adanya konsistensi pada penerapan nilai-nilai karakter, dan lain-lain.

Berdasarkan identifikasi masalah yang sangat kompleks,

penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkenaan dengan

pengimplementasian pendidikan karakter melalui sistem pesantren dan

boarding school dalam mewujudkan siswa berkepribadian di MTs

Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan di SMP Bina Anak Sholeh Tuban.

2. Batasan Masalah

Untuk menghindari perluasan ruang lingkup dan pembahasannya,

serta untuk mempermudah pemahaman, maka pada tesis ini ruang

lingkup dan pembahasannya, peneliti memfokuskan pada masalah yang

berkaitan dengan judul tesis, antara lain:

1. Wujud kepribadian siswa melalui sistem pesantren dan boarding

school.

2. Implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa

berkepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh

Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina Anak Sholeh

Tuban.

3. Faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan pendidikan

(26)

17

MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP

Bina Anak Sholeh Tuban.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian diatas dapat dirinci masalah-masalah

dalam penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana wujud kepribadian siswa melalui sistem pendidikan pesantren

dan boarding school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP

Bina Anak Sholeh Tuban?

2. Bagaimana pendidikan karakter melalui sistem pesantren dan boarding

school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP Bina Anak

Sholeh Tuban?

3. Bagaimana faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan

pendidikan karakter dalam mewujudkan kepribadian melalui sistem

pesantren di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school

di SMP Bina Anak Sholeh Tuban?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi

tentang implementasi pendidikan karakter di Madrasah yang berbasis

pesantren. Namun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

informasi yang berkaitan dengan:

1. Untuk mengetahui wujud kepribadian siswa melalui sistem pendidikan

pesantren dan boarding school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban

(27)

18

2. Untuk mengetahui pendidikan karakter melalui sistem pesantren dan

boarding school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP Bina

Anak Sholeh Tuban.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pendidikan

karakter dalam mewujudkan kepribadian melalui sistem pesantren di

MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina

Anak Sholeh Tuban.

E. Manfaat Penelitian

Gambaran tentang penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

kepentingan ilmu pengetahuan terutama dalam pembinaan dan pendidikan

karakter, meliputi:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam dunia

pendidikan khususnya tentang implementasi pendidikan karakter

dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren

di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di

SMP Bina Anak Sholeh Tuban.

b. Memberikan kontribusi pemikiran bagi seluruh pemikir

keintelektualan dunia pendidikan Islam sehingga bisa memberikan

gambaran ide bagi pemikir pemula.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, sebagai wacana untuk memperluas cakrawala

(28)

19

b. Bagi masyarakat, penelitian ini setidaknya dapat dijadikan

perbendaharaan konsep tentang dunia pendidikan dan bahan

pertimbangan bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas

pendidikan karakter bangsa.

c. Bagi lembaga, hasil penelitian ini sekiranya dapat digunakan sebagai

informasi dalam meningkatkan out-put pendidikan di perguruan

tinggi, khususnya Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

d. Bagi perkembagan ilmu pendidikan, penelitian ini diharapakan dapat

memberikan nuansa dan wahana baru bagi perkembangan ilmu dan

konsep pendidikan ke depan.

F. Penelitian Terdahulu

Berkaitan dengan penulisan tesis ini, peneliti telah mengupayakan

penelusuran pembahasan-pembahasan yang terkait dengan masalah

pendidikan karakter. Hasil penelitian terdahulu yang mempunyai keterkaitan

dengan variabel yang akan diteliti antara lain:

1. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 2 Surabaya (Problematika dan Alternatif Solusinya), tesis yang ditulis oleh Siti Nurholidah Sorgawati.22

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Metode penelitian yang digunakan berupa

observasi, wawancara, metode dokumentasi dan metode analisis data.

22 Siti Nurholidah Sorgawati, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan

(29)

20

Hasil penelitian pada tesis ini menunjukkan bahwa implementasi

pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Surabaya sudah diterapkan dengan

sangat baik meskipun ada beberapa yang perlu peningkatan khususnya

adanya kerjasama antar warga sekolah, kerjasama sekolah dengan orang

tua dan kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar. Sedangkan

problematika yang muncul adalah terkait kurangnya dukungan dari orang

tua dalam pembinaan karakter dan kurangnya komunikasi antar guru

bidang studi. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan

intensitas komunikasi antara orang tua dan guru BK sehingga jika

terdapat karakter siswa yang tidak seharusnya dapat langsung diatasi.

Dan alternatif solusi berikutnya dalam mengatasi kurangnya kerjasama

antar guru bidang studi adalah dengan membicarakan setiap hal kepada

kepala sekolah yang terkait dengan pembinaan karakter siswa dan kepala

sekolah akan mengkondisikan seluruh kegiatan guru antar bidang studi.

2. Peran Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian Santri (Studi di Asrama Pelajar Pesantren Darut Tauhid Bangil), tesis yang ditulis oleh Nurul Mufidah.23

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu

penelitian yang menghasilkan prosedur analisis. Tehnik pengumpulan

data yang digunakan pada tesis ini adalah observasi, interview, dan

dokumentasi.

23Nurul Mufidah, Peran Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian Santri (Studi di

(30)

21

Penelitian ini memaparkan bahwa Pesantren Darut Tauhid Bangil

masih tergolong pesantren yang salafiyah, meskipun sedikit memadukan

dengan sistem pendidikan modern seperti yang berkembang saat ini

karena ada pengelompokan santri. Kepribadian yang dimiliki santri di

pesantren Darut Tauhid Bangil ini tergolong bagus, bisa dilihat dari

kebiasaan mereka yang setiap harinya bergaul dan bersosialisasi terhadap

lingkungan. Sistem pendidikan yang dibuat oleh pesantren Darut Tauhid

ini secara tidak langsung dan tidak sadar mengajarkan kepribadian yang

baik kepada para santrinya. Karena seyogianya pendidikan tidak hanya

dilakukan pada pendidikan formal pesantren saja, akan tetapi dalam

segala gerak kehidupan. Keteladanan para kyai dan ustadz sangat

mempengaruhi kepribadian santri. Keteladanan ini merupakan salah satu

metode pembentukan kepribadian yang efektif karena dengan

keteladanan dari kyai dan para ustadz, santri akan meniru segala sikap

baik yang dilihatnya.

3. Implementasi Pendidikan Moral dalam Membentuk Karakter Siswa SMA Khadijah Surabaya, tesisyang ditulis oleh Wasilatul Fadilah.24

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan tehnik

pengumpulan datanya menggunakan tehnik interview, observasi dan

dokumentasi. Uji validitas datanya menggunakan tehnik perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif dan member check.

(31)

22

Penelitian ini memaparkan adanya konsep dan kurikulum yang

diterapkan di SMA Khadijah Surabaya. Materi agama dikembangkan

menjadi berbagai ilmu, seperti Fiqih, Aqidah Akhlak, Bahasa Arab,

Tafsir, Tartil, Aswaja, dan Nahwu Shorof. Metode yang diterapkan guru

dalam penyampaian materi sangat efektif dan menyenangkan. Selain

metode, lengkapnya fasilitas juga mendukung terhadap kegiatan KBM

seperti lingkungan yang nyaman dan fasilitas yang lengkap. Begitu juga

proses pembudayaan moral yang baik melalui keteladanan yang baik dari

seorang figur tokoh sangat mempengaruhi karakter siswanya. Semua itu

tidak terlepas dari aturan dan kode etik yang harus dijalankan di SMA

Khadijah Surabaya.

Implementasi pendidikan moral di SMA Khadijah Surabaya

dilakukan di in door (melalui KBM di kelas) dan out door (segala

aktifitas siswa di luar kelas). Guru juga mengadakan evaluasi dalam

pendidikan karakter siswanya yaitu melalui tes tulis, self assessment,

performance, kerjasama, demonstrasi dan sebagainya.

Faktor pendukung terhadap lancarnya pembinaan moral dan

karakter siswa adalah terjalin sinergi yang baik dan kekeluargaan antar

warga sekolah dan antara sekolah dengan orang tua terjadi komunikasi

dan controlling yang baik.

Sedangkan faktor penghambat adalah pengaruh lingkungan di

(32)

23

tidak mematuhi aturan sekolah serta kurangnya korelasi antara strategi

pembelajaran dengan alat evaluasi yang dipakai.

4. Strategi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Sidayu Gresik, tesis yang ditulis oleh Alfiyatus Saadah.25

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis yaitu berusaha memahami arti peristiwa dan

kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi

tertentu. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara,

dokumentasi, observasi dan angket.

Penelitian ini memaparkan karakter yang dibangun di SMA

Negeri 1 Sidayu Gresik ada enam, yaitu karakter disiplin, karakter

religius, karakter jujur, karakter kreatif, karakter pedui sosial, dan

karakter tanggung jawab. Strategi yang digunakan melalui kelas adalah

dengan pemberian informasi, pengkondisian lingkungan dan strategi

pembiasaan. Sedangkan strategi yang dilakukan di luar kelas dalam

lingkup sekolah adalah melakukan kerjasama antara guru agama dan

kepala sekolah dalam perencanaan program, memberi teladan, andil

mendukung kegiatan keagamaan dan evaluasi.

Faktor yang mendukung dalam pembangunan karakter adalah

warga sekolah memberikan respon positif terhadap kebijakan-kebijakan

kepala sekolah yang bekerja sama dengan guru agama dalam

(33)

24

membangun karakter siswa. Sedangkan faktor yang menghambat adalah

sarana sekolah yang kurang memadai seperti tempat wudhu yang masih

kurang sehingga siswa laki-laki dan perempuan tidak terpisah. Hambatan

berikutnya adalah tidak semua guru mengetahui kaitan antara visi dan

kurang misi sekolah dengan pendidikan karakter sehingga nampak ada

guru yang peduli dengan program sekolah.

5. Character Education in Islamic Boarding School Based SMA Amanah, jurnal yang ditulis olehNana Herdiana Abdurrahman.26

Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang:

kebijakan kepala sekolah, metode yang digunakan, karakter siswa, dan

masalah yang dihadapi serta upaya yang dilakukan dalam

penyelenggaraan pendidikan karakter di SMA Amanah yang berbasis

pesantren.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan melalui

obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: 1) kebijakan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan

karakter mengacu pada visi, misi serta program sekolah; 2) metode yang

digunakan dalam proses pendidikan karakter dilakukan melalui

keteladanan, melalui pengawasan dan pengasuhan, melalui pembiasaan,

melalui program pelatihan, dan melalui partisipasi santri dalam berbagai

jenis kegiatan, serta melalui penghargaan dan hukuman; 3) karakter

26 Nana Herdiana Abdurrahman, “Character Education in Islamic Boarding School Based SMA

(34)

25

siswa hasil dari proses pendidikan adalah siswa yang beriman dan

bertakwa serta mampu mengaplikasikan ilmu dan ketakwaannya ke

dalam perilaku sehari-hari; 4) masalah yang dihadapi dalam

penyelenggaraan pendidikan karakter diantaranya adalah perbedaan nilai

dan norma bawaan siswa tersebut, tidak seimbangnya fasilitas dengan

jumlah siswa, serta pendidikan karakter merupakan program baru

sehingga beberapa guru masih perlu melakukan

penyesuaian-penyesuaian, serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah

penyelenggaraan pendidikan karakter di SMA Amanah yang berbasis

pesantren diantaranya membangun karakter diri, karakter keluarga dan

karakter lingkungan sekitar atau masyarakat serta membangun sebuah

komitmen semua pihak yang terlibat.

6. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 dan SMP Negeri 9 Purwokerto, jurnal yang ditulis oleh Tutik Ningsih.27

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan;

(1) implementasi pendidikan karakter (IPK) di SMP Negeri 8 dan SMP

Negeri 9 Purwokerto; (2) peran kepala sekolah, guru, dan siswa dalam

IPK; dan (3) aktualisasi nilai-nilai karakter dalam IPK. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif dengan

pendekatan kualitatif-naturalistik. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah pengamatan partisipan, wawancara mendalam, dan

dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan

27 Tutik Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 dan SMP Negeri 9

(35)

26

Huberman. Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan berikut ini.

(1) Implementasi pendidikan karakter yang dilakukan melalui pola

kegiatan terpadu antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler (2)

Implementasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh kepala sekolah,

guru, dan siswa mempunyai peranan yang positif dalam pembentukan

kultur sekolah yang berkarakter.

Peran kepala sekolah, guru, dan siswa dalam IPK diwujudkan

dalam: (a) peran kepala sekolah sebagai motivator, pemberi contoh

keteladanan, pelindung, penggerak kegiatan, perancang kegiatan,

pendorong, dan pembimbing; (b) peran guru sebagai pendidik, pengasih,

dan pengasuh; dan (c) peran siswa sebagai subjek didik dan pelaksana

kegiatan di sekolah. (3) Aktualisasi nilai-nilai karakter dalam IPK

cenderung mengacu pada prinsip ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah

Airku) berbasis kebangsaan dan religius yang meliputi 18 nilai karakter,

yaitu: (a) nilai religius, (b) kejujuran, (c) demokratis, (d) tanggung jawab,

(e) disiplin, (f) peduli lingkungan, (g) peduli sosial, (h) kerja keras, (i)

mandiri, (j) cinta tanah air, (k) semangat kebangsaan, (l) rasa ingin tahu,

(m) gemar membaca, (n) menghargai prestasi, (o) cinta damai, (p)

bersahabat/komunikatif, (q) toleran, dan (r) kreatif. (4) Terdapat

persamaan dan perbedaan dalam IPK di kedua SMP tersebut.

Persamaannya adalah mengacu pada nilai-nilai yang ada pada prinsip

ABITA, perbedaannya kalau di SMP Negeri 8 melaksanakan 12 nilai

(36)

27

Alquran pada jam ke-0, sedangkan SMP Negeri 9 Purwokerto

melaksanakan 18 nilai karakter sesuai prinsip ABITA sebagai pilot

projek Kemdikbud yang kegiatan pelajaran dimulai setiap pagi diawali

dengan “Salam ABITA”, menyanyikan lagu kebangsaan, dan kegiatan

kebersihan lingkungan sekolah.

7. Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMPN 9 Yogyakarta, jurnal yang ditulis oleh Reza Armin Abdillah Dalimunthe.28

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) strategi

pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah; dan (2) implementasi

pelaksanaan pendidikan karakter di SMPN 9 Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik

triangulasi, yaitu dengan pengecekan terhadap informasi hasil wawancara

dengan dokumentasi dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pelaksanaan

pendidikan karakter di SMPN 9 Yogyakarta dapat dilakukan melalui:

pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran, internalisasi nilai

positif yang di tanamkan oleh semua warga sekolah, pembiasaan dan

latihan, pemberian contoh dan teladan, penciptaan suasana berkarakter di

sekolah, serta pembudayaan. Implementasi pendidikan karakter di SMPN

28 Reza Armin Abdillah Dalimunthe, Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter

(37)

28

9 Yogyakarta dilakukan melalui keterpaduan antara pembentukan

karakter dengan pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan

ekstrakurikuler.

8. Model Pembelajaran Berbasis Pondok Pesantren dalam Membentuk Karakter Siswa di Pondok Pesantren Raoudhotut Tholibin Rembang Jawa Tengah, jurnal yang ditulis oleh H.M. Nur Hasan.29

Tulisan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menemukan tentang penerapan model pembelajaran karakter di pondok

pesantren Roudhotut Tolibin Kabupaten Rembang.

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yakni lebih melihat seperti apa penerapan media belajar dan

pembelajaran berbasis pondok pesantren di Pondok Pesantren.

Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan metode observasi,

wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif

dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan

setelah selesai di lapangan.

Model pembelajaran pendidikan berbasis karakter di Pondok

Pesantren Roudhotut Tolibin terdapat beberapa upaya dan rencana

pembentukan karakter pada siswa atau santrinya. Hal ini ditunjukkan tata

tertib santri pada buku peraturan disiplin santri, tentang tata tertib disiplin

santri seperti menyiapkan petugas piket, etika izin dan berbagai jenis

29 H.M. Nur Hasan, Model Pembelajaran Berbasis Pondok Pesantren dalam Membentuk Karakter

Siswa di Pondok Pesantren Raoudhotut Tholibin Rembang Jawa Tengah, dalam Wahana

Akademika, Vol. 3, No. 2 (oktober, 2016), diakses melalui jurnal.walisongo.ac.id dan diakses pada

(38)

29

pelanggaran dengan konsekuensi hukuman. Proses pendidikan di Pondok

pesantern melalui tahapaan-tahapan pembelajaran dalam hal penguasaan

baca tulis dan hafalan al-Qur’an.

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah bahwa penelitian ini berjenis penelitian multi kasus, yaitu

meneliti dua subjek. Kasus yang diteliti dalam penelitian ini adalah

implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan kepribadian siswa

melalui sistem pesantren dan boarding school. Kegiatan yang dilakukan di

pesantren tentu tidak sama dengan kegiatan yang ada di boarding school.

Namun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu pembentukan karakter

siswa. Sehingga nanti akan ditemukan adanya persamaan dan perbedaan

strategi penanaman karakter pada siswa di pesantren dan boarding school,

serta bagaimana wujud karakter atau kepribadian yang muncul pada siswa

yang bertempat tinggal di pesantren dan boarding school.

Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah sama-sama meneliti tentang implementasi pendidikan karakter dalam

mewujudkan siswa yang berkepribadian. Bagaimana wujud kepribadian

siswa, implementasi pendidikan karakternya dan faktor-faktor apa yang

mendukung dan menghambat dalam proses terjadinya pembentukan karakter

anak.

G. Sistematika Bahasan

Untuk memperoleh gambaran awal tentang isi, pembahasan tesis ini

(39)

30

Bab Kesatu, pendahuluan, bab ini terdiri dari 5 subbab, yaitu: latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika

pembahasan. Bab ini merupakan pengantar kepada pokok bahasan dalam

penelitian ini.

Bab Kedua, kajian pustaka, bab ini terdiri dari 3 subbab, yaitu: (1)

kajian konseptual tentang pendidikan karakter meliputi pengertian, strategi,

nilai karakter yang dikembangkan, dan pelibatan masyarakat dan orang tua

dalam pendidikan karakter, (2) kajian konseptual tentang kepribadian siswa

meliputi pengertian kepribadian, aspek-aspek kepribadian, dan faktor-faktor

yang mempengaruhi kepribadian, (3) kajian konseptual tentang pondok

pesantren dan boarding school meliputi pengertian pondok pesantren, sistem

pendidikan pondok pesantren dan sistem pendidikan boarding school.

Bab Ketiga, metodologi penelitian, terdiri dari 4 point yaitu (1) jenis

dan pendekatan penelitian, (2) sumber dan jenis data, (3) pengumpulan data,

(4) analisis data, dan (5) pengecekan keabsahan data.

Bab Keempat, setting penelitian. Bab ini mencakup setting penelitian

di MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh, yang meliputi identitas

sekolah, visi misi dan tujuan sekolah, standar mutu lulusan, fasilitas dan

sarana fisik sekolah, dan kurikulum sekolah.

Bab Kelima, deskripsi dan analisis data, bab ini terdiri dari deskripsi

tentang wujud kepribadian siswa di MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak

(40)

31

Bina Anak Sholeh, faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter di

MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh dan analisis hasil penelitian

yaitu analisis wujud kepribadian, analisis implementasi pendidikan karakter,

dan analisis faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter di MTs

Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh.

Bab Keenam, penutup, bab ini terdiri dari 2 subbab, yaitu yang terdiri

atas kesimpulan dan saran yang mengakhiri seluruh pembahasan dalam

(41)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konseptual tentang Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Sebelum dijelaskan tentang pengertian pendidikan karakter,

terlebih dahulu akan diuraikan masing-masing dari pengertian pendidikan

dan pengertian karakter itu sendiri.

Secara etimologi berbagai macam pengertian pendidikan

diberikan oleh para ahli. John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin

menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan

kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir

(intelectual) maupun daya perasaan (emotional) menuju ke arah tabiat

manusia dan manusia biasa.1

Berbeda dengan pendapat John Dewey, seorang tokoh Islam,

Abul A’la al-Maududi menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya

membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik agar mampu

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya sehingga mampu

menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan sekaligus sebagai

kholi>fah fi al-ard}.2

Miskawaih menyatakan tujuan dari pendidikan adalah

terwujudnya sikap batin (jiwa) atau budi pekerti yang luhur dalam diri

1 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), 1.

2Abu Al-A’la Al-Maududi, Manhaj Al-Isla>miah Al-Jadi>d li Al-Tarbiyah wa Al-Ta’li>m (Damsyik:

(42)

33

manusia dan melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga

dapat mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sejati

dan sempurna. Hal tersebut ditegaskan oleh Miskawaih, “maka

sampailah pada tujuan segala sesuatu pada suatu tujuan beberapa

tujuannya yaitu kebahagiaan yang tertinggi yang tidak ada kebahagiaan

setelah itu”.3

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan

untuk mematangkan potensi fitrah manusia, agar setelah tercapai

kematangan itu, ia mampu memerankan diri sesuai dengan amarah yang

disandangnya, serta mampu mempertanggungjawabkan pelaksanaan

kepada Sang Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai

gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap

potensi fitrah manusia.4

Pengertian pendidikan secara terperinci lagi cakupannya dikutip

Abuddin Nata dari pendapat yang dikemukakan oleh Soegarda

Poerbakawaca:

Pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya….5

Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan

adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

3Ibn Miskawaih, Tahdhi>b al-Akhla>q wa Tat}hi>r al-A’ra>q, cet. I (Kairo: al-Mathba’ah al-Mishriyah

wa Maktabatuha, 1934), 83.

(43)

34

potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan

nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha

yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut,

serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan

dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.

Karena itu, bagaimana pun peradaban suatu masyarakat, didalamnya

berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia

untuk melestarikan hidupnya.6

Dalam Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata

“ta’di>b”. Kata “ta’di>b” mengacu kepada pengertian yang lebih tinggi

dan mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran

(ta’li>m) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam

perkembangan kata“ta’di>b” sebagai istilah pendidikan hilang dari

peredarannya, sehingga para ahli pendidikan Islam bertemu dengan

istilah at tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering disebut tarbiyah.

Sebenarnya kata ini asal katanya adalah dari

“Rabba-Yurobbi-Tarbiyatan” yang artinya tumbuh dan berkembang.7 Istilah tarbiyah

dapat ditemukan dalam al-Qur’an QS. Al-Isra’: 24.

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".8

(44)

35

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu

kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk

memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui

penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan

perubahan ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam

kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi

pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.

Setelah diuraikan tentang pengertian pendidikan, lebih lanjut akan

diuraikan tentang pengertian karakter. Kata karakter selama ini dipakai

sebagai ungkapan tentang tabiat, perangai atau perbuatan yang selalu

dilakukan atau kebiasaan, sekarang menjadi sebuah bangunan konsep

kebijakan yang mengharuskan banyak pihak untuk mengkaji ulang

tentang karakter dan pendidikan karakter. Kemendiknas memberi makna

karakter sebagai: “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan ( virtues ) yang

diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,

bersikap, dan bertindak.”9

Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, tabiat,

kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Dengan makna seperti ini berarti

karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian

merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang

bersumber daribentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,

9Kementrian Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan, Penguatan Metodologi Pembelajaran

(45)

36

misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir.10

Sedangkan akhlak menurut Al-Ghazali adalah “suatu perangai

(watak/tabiat) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan

sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara

mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya”.11

Seperti halnya akhlak, budi pekerti adalah nilai-nilai hidup manusia yang

sungguh-sungguh dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi

berdasar pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik. Budi pekerti

didapat melalui proses internalisasi dari apa yang ia ketahui, yang

membutuhkan waktu sehingga terbentuk pekerti yang baik.12

Sedangkan tabiat itu sendiri juga disebut temperamen, tabiat

adalah kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badaniah. Secara

singkat dapat dikatakan bahwa tabiat adalah konstitusi

kejiwaan.13Konstitusi kejiwaan disini maksudnya adalah keadaan jasmani

seseorang. Menurut Ngalim Purwanto, temperamenadalah gejala

karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk mudah tidaknya terkena

rangsangan emosi, kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas

suasana hati, serta bergantung pada faktor konstitusional, yang karenanya

10Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja RosdaKarya,

2012), 4.

11Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia (Bandung: Kharisma, 1994),

31. Lihat Imam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya>’ Ulu>m al-Di>n, Maktabah Sha>milah.

12Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), 38.

13

(46)

37

terutama berasal dari keturunan. Jadi, temperamen sifatnya

turun-temurun dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar.14

Dengan demikian antara karakter, kepribadian, akhlak, tabiat,

temperamen dan budi pekerti saling berkaitan. Seseorang individu yang

memiliki akhlak, sifat, kepribadian akan mampu melakukan hal-hal yang

baik seperti tertanam dalam nilai-nilai karakter.

Hurlock dalam bukunya yang berjudul Personality Development,

secara tidak langsung mengungkapkan bahwa karakter terdapat pada

kepribadian. Karakter mengimplikasikan sebuah standar moral dan

melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan

tingkah laku yang diatur oleh upaya dan keinginan.15

Secara ringkas beberapa komponen karakter menurut Hurlock

seperti yang disebutkan dalam buku Dharma Kesuma, meliputi:

a. Aspek kepribadian

b. Standar moral dan ajaran moral

c. Pertimbangan nilai

d. Upaya dan keinginan individu

e. Hati nurani

f. Pola-pola kelompok

g. Tingkah laku individu dan kelompok.16

14Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), 143.

15Elizabeth B. Hurlock, Personality Development (New York: McGraw-Hill Book Company,

1974), 8.

(47)

38

Selaras dengan pendapat Hurlock, Doni Koesoema A. memahami

bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai

ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang

bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,

misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.17 Banyak

kita jumpai, karakter dan kepribadian sering digunakan secara rancu.

Memang ada yang menyamakan antara keduanya, seperti pendapat Doni

Koesoema diatas.

Sedangkan Simon Philips dalam buku Masnur Muslich,

menyatakan karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu

sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang

ditampilkan.18

Sementara, menurut Winnie, yang dikutip dalam bukunya Fatchul

Mu’in, menyatakan bahwa:

Karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.19

17Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta:

Grasindo, 2010), 80.

18Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta:

Bumi Aksara, 2011), 70.

19Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter; Konstruksi Teoritik dan Praktik (Jogjakarta: ar-ruzz

(48)

39

Jadi dapat dipahami bahwa menurut Winnie karakter seseorang

akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama,

norma hukum, norma budaya, dan adat istiadat masyarakat. Norma

menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok orang bagi

pengaturan tingkah lakunya. Lebih lanjut, jika seseorang ingin

memperoleh karakter yang baik harus berusaha mengembangkan pola

perilakunya sesuai dengan kehendak masyarakatnya. Kehendak ini

berwujud moralitas yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berada

dalam masyarakat.

Setelah diketahui masing-masing pengertian pendidikan dan

pengertian karakter, lebih lanjut akan diuraikan pengertian dari

pendidikan karakter itu sendiri.

Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D., dalam buku

Zubaedi, character education is the deliberate effort to help people

understand, care about, and act upon core ethical value (pendidikan

karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia

memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti).20

Sedangkan Williams & Schnaps mendefinisikan pendidikan

karakter sebagai “Any deliberate approach by which school personnel,

often in conjunction with parents and community members, help children

and youth become caring, principled and responsible”. Maknanya

kurang lebih pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang

Gambar

  Tabel 2.1 Pengintegrasian dalam kegiatan yang diprogramkan
Tabel 2.2
Tabel 2. 3
Tabel 4. 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pra kontrak, para pihak memiliki hak untuk melaksanakan asas kebebasan berkontrak, disisi lain juga terdapat kewajiban untuk melaksanakan asas itikad

Aluminium memiliki warna putih keperakan dan cukup ringan sebagai sebuah logam. Tekstur aluminium cukup lunak dan mudah dibentuk serta diproses. Aluminium juga tidak

A- 81.01-85 Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan sangat baik, memahami materi dengan sangat baik, memiliki tingkat proaktif dan kreatifitas tinggi

Penelitian ini berfokus pada variabel kontrol diri menurut Averill (1973), kontrol diri merupakan variabel psikologis yang sederhana, karena di dalamnya tercakup tiga konsep

maka penulis mengangkat penelitian tentang “Penerapan Process Assessment Model (PAM) untuk mengukur kapabilitas keamanan Sistem Informasi Kinerja Pegawai Nasional

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat- Nya, dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengendalian Genangan Hujan Di Kampus I UMP

Survey). Dan wawancara penumpang tarnbangan dapat diketahui tingkat demand calon penumpang terhadap bis air nantinya. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Karakteristik campuran