IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
MEWUJUDKAN SISWA BERKEPRIBADIAN MELALUI
SISTEM PESANTREN DAN BOARDING SCHOOL
(Studi Multi Kasus pada MTs Manbail Futuh Jenu Tuban dan
SMP Bina Anak Soleh Tuban)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Dalam
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh
Vita Fitriatul Ulya NIM : F0.2.3.15.083
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ABSTRAK
Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mewujudkan Siswa Berkepribadian melalui Sistem Pesantren dan Boarding School
(Studi Multi Kasus di MTs Manbail Futuh Jenu-Tuban dan SMP Bina Anak Sholeh Tuban)
Tahun 2017
Oleh: Vita Fitriatul Ulya
Kata Kunci : Wujud Kepribadian Siswa, Implementasi Pendidikan Karakter, Pendidikan Karakter sistem Pesantren dan Boarding School
Fenomena kemerosotan moral di Indonesia menjadikan orang tua lebih selektif dalam memilih pendidikan bagi anaknya. Pesantren dan boarding school menjadi alternatif utama orang tua dalam menghadapi lompleksitas masalah karakter yang dihadapi anak Indonesia. Meskipun pesantren tergolong konvensional dan boarding school tergolong modernis, kedua sistem pendidikan tersebut masih bisa terbilang eksis karena dianggap lebih berbasis pada kebutuhan masyarakat.
Penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi hal-hal terkait pendidikan karakter yang meliputi: 1. Wujud kepribadian siswa di pesantren dan boarding school, 2. Implementasi pendidikan karakter di pesantren dan boarding school dan 3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa yang berkepribadian di pesantren dan boarding school.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini menggunakan studi multi kasus karena memiliki lebih dari satu subjek yang diteliti, yaitu pesantren dan boarding school. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data tentang wujud kepribadian siswa, implementasi pendidikan karakter, dan faktor penduung serta penghambat implementasi pendidikan karakter di pesantren dan boarding school. Sumber data dalam penelitian ini yaitu Kepala sekolah, guru, pengasuh pesantren, ustadzah boarding school, dokumen dan foto-foto. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan wawancara secara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, display data dan verifikasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, ketekunan pengamatan dan triangulasi.
Adapun kesimpulan yang berhasil dirumuskan berdasarkan fokus penelitian, paparan data dan temuan serta analisis pembahasan, adalah sebagai berikut:1.wujud kepribadian siswa di MTs Manbail Futuh dengan sistem pesantren meliputi sikap religius, mandiri, sederhana, tanggung jawab dan gotong royong. Sedangkan di SMP Bina Anak Sholeh dengan sistem pendidikan boarding school sesuai dengan visinya, membentuk kepribadian siswa yang berintegritas tinggi (jujur), istiqamah, santun, disiplin, peduli dan memiliki daya juang. 2. Implementasi pendidikan karakter dilakukan melalui strategi-strategi sebagai berikut: a. MTs Manbail Futuh meliputi keteladanan, pembiasaan, teguran langsung dan pemberian hukuman, b. SMP Bina Anak Sholeh meliputi keteladanan, pembiasaan, pemberian motivasi BK, program tahsi>n dan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN MOTTO ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
TRANSLITERASI ... ix
DAFTAR ISI ... x
ABSTRAK ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Dan Batasan Masalah ... 14
C. Rumusan Masalah ... 17
D. Tujuan Penelitian ... 17
E. Manfaat Penelitian ... 18
F. Penelitian Terdahulu ... 19
G. Sistematika Pembahasan ... 29
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konseptual tentang Pendidikan Karakter ... 32
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 32
2. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter ... 41
3. Nilai Karakter yang Dikembangkan di Sekolah ... 59
5. Pelibatan Masyarakat dan Orang Tua dalam Pendidikan
Karakter ... 76
B. Kajian Konseptual tentang Kepribadian Siswa ... 78
1. Pengertian Kepribadian Siswa ... 78
2. Aspek-aspek Kepribadian Siswa ... 80
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa .... 82
C. Kajian Konseptual tentang Pondok Pesantren dan Boarding School ... 86
1. Pengertian Pondok Pesantren ... 86
2. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ... 90
3. Sistem Pendidikan Boarding School ... 95
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 98
B. Sumber dan Jenis Data ... 99
C. Metode Pengumpulan Data ... 102
D. Analisis Data ... 104
E. Pengecekan Keabsahan Data ... 108
BAB IV : SETTING PENELITIAN A. MTs Manbail Futuh ... 110
1. Sejarah Pondok Pesantren Manbail Futuh ... 110
2. Identitas Madrasah ... 117
3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ... 119
4. Fasilitas dan Sarana Fisik Madrasah ... 120
5. Kurikulum Madrasah ... 124
B. SMP Bina Anak Sholeh ... 125
1. Identitas Sekolah ... 125
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 127
3. Standar Mutu Lulusan ... 130
6. Kurikulum Asrama ... 139
BAB V : DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Wujud Kepribadian Siswa ... 145
1. MTs Manbail Futuh ... 145
2. SMP Bina Anak Sholeh ... 150
B. Implementasi Pendidikan Karakter ... 157
1. MTs Manbail Futuh ... 157
2. SMP Bina Anak Sholeh ... 168
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter ... 181
1. MTs Manbail Futuh ... 181
2. SMP Bina Anak Sholeh ... 186
D. Analisis Lintas Kasus ... 193
1. Analisis Wujud Kepribadian Siswa ... 193
2. Analisis Implementasi Pendidikan Karakter ... 203
3. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat ... 213
BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ... 224
B. Saran ... 226
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan salah satu kesempurnaan ajaran Islam, tetapi
dengan perkembangan zaman, telah terjadi pergeseran nilai dan penurunan
akhlak. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia, sebuah negara dengan
mayoritas penduduk beragama Islam, yang dahulu dikenal sebagai bangsa
yang ramah, berbudaya, memiliki moral dan akhlak yang begitu tinggi,
namun pada saat ini, lambat laun moral ini sudah terkikis oleh globalisasi
yang sedemikian kuat, hal ini juga mengikis jati diri bangsa. Nilai-nilai
kehidupan yang dipelihara menjadi goyah bahkan berangsur hilang.1
Hal ini dapat dilihat dari fenomena seputar karakter bangsa yang
terjadi sekarang ini, jauh lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan
dengan masalah-masalah karakter yang terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Hal ini ditandai dengan meningkatnya pergaulan seks bebas, kejahatan
pembunuhan, maraknya kekerasan yang dilakukan remaja dan dewasa seperti
tawuran, dan masih banyak lagi masalah sosial lainnya yang hingga saat ini
belum dapat diatasi secara tuntas. Fenomena dekadensi moral ini
mengisyaratkan bahwa manusia di era sekarang telah banyak yang
mengabaikan perintah Allah agar senantiasa berbuat baik dan menjahui
perbuatan keji. Perintah Allah ini terdapat dalam QS. An-Nahl: 90.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.2
Sulit dipungkiri, paradigma pendidikan di Indonesia telah bergeser ke
arah sistem materialistik-kapitalistik-sekularistik. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan kalau terjadi fenomena kemerosotan nilai-nilai moral dan
spiritual seperti disebutkan di atas. Evaluasi hasil pendidikan dan indeks
prestasi yang hanya berupa angka-angka dan hanya melahirkan lulusan
lembaga pendidikan yang berorientasi kerja, tanpa memiliki keluhuran budi
dan karakter yang baik.
Hal ini sejalan dengan pandangan Masnur Muslich, yang mengatakan
bahwa dunia pendidikan telah melupakan tujuan utama pendidikan yaitu
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan dan
seimbang. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar
untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap atau nilai dan
perilaku dalam pembelajarannya.3
Lebih lanjut, Azyumardi Azra berpendapat bahwa pendidikan yang
merupakan benteng moral bangsa, dirasakan telah gagal dalam membina
akhlak dan karakter bangsa. Sekolah hanya mengejar prestasi akademik,
tetapi miskin akan pendidikan akhlak. Demikianlah pandangan yang
2 Al-Qur’a>n, 16 (an-Nahl): 90.
3 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multi Dimensional (Jakarta:
3
berkembang dalam masyarakat luas, yaitu pendidikan nasional dalam
berbagai jenjangnya ‘telah gagal’ dalam membentuk peserta didik yang
memiliki akhlak, moral, dan karakter yang baik.4 Hal inilah yang kemudian
memunculkan kembali gagasan tentang pendidikan karakter.
Tentang pentingnya pendidikan karakter juga dituangkan dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”5
Menanggapi isi Undang-Undang tersebut, Akhmad Muhaimin Azzet
mengatakan bahwa karakter penting yang seharusnya dibangun adalah agar
anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Hal inilah yang menjadi penting yang semestinya menjadi
perhatian dalam pendidikan kita.6
Selain beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, masih
banyak lagi nilai-nilai karakter yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik.
Misalnya rasa kebersamaan, rasa tanggung jawab, rasa solidaritas, rasa
kemandirian, kedisiplinan, dan sebagainya.
4 Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002),
178.
5 Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP R.I. Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar.
6 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia; Revitalisasi Pendidikan
4
Untuk mencapai nilai-nilai karakter maka diperlukan upaya untuk
menanamkannya. Upaya tersebut bisa dilakukan di lembaga pendidikan, akan
tetapi keluarga dan masyarakat juga harus berperan. Pembentukan dan
pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan
pendidikan tidak ada keseimbangan dan keharmonisan.
Keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter
pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disebutkan
Thomas Lickona, seberapa baik orang tua dalam mendidik anak tentunya
akan menjadi pondasi untuk perkembangan moral di masa yang akan datang.7
Sedangkan di lingkungan sekolah, dalam pelaksanaannya sekolah
tidak semata-mata mengajarkan pengetahuan, tapi lebih dari itu, yaitu
penanaman moral dan karakter, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang
luhur dan sebagainya.
Disamping itu tidak kalah pentingnya lingkungan yang sangat
mempengaruhi pembentukan karakter anak adalah pergaulannya di
masyarakat. Sebagaimana diketahui lingkungan masyarakat sangat
mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Situasi
kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap
dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan.
Ketiga lingkungan tersebut harusnya berjalan secara seimbang agar
terbentuk nilai-nilai karakter yang diharapkan. Lingkungan lembaga
pendidikan yang tidak kalah pentingnya yang turut andil dalam pembentukan
7 Thomas Lickona, Educating for Character: How our School Can Teach Respect and
5
karakter adalah pesantren. Secara tidak langsung pesantren akan membentuk
kepribadian baru seseorang melalui tradisi-tradisi yang terdapat di lingkungan
pesantren. Kita tahu bahwa pesantren pasti bertujuan untuk membentuk
akhlak yang baik bagi santrinya. Akhlak dan karakter merupakan dua hal
yang tidak bisa dipisahkan.
Dalam terminologi Islam, pengertian karakter memiliki kedekatan
dengan pengertian akhlak. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa yang artinya
perangai, tabiat, dan adat istiadat. Menurut etimologi, “akhlak” berasal dari
bahasa Arab jamak dari bentuk mufradnya “khuluqun” yang berarti budi
pekerti, perangai,tingkah laku atau tabiat.8
Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
ﺮﻜﻓ ﻰﻟإ ﺔﺟﺎﺣ ﺮﯿﻏ ﻦﻣ ﺮﺴﯾو ﺔﻟﻮﮭﺴﺑ لﺎﻌﻓﻷا ﺎﮭﻨﻋ رﺪﺼﺗ ﺲﻔﻨﻟا ﻲﻓ ﺔﺨﺳار ﺔﺌﯿھ ﻦﻋ ةرﺎﺒﻋ ﻖﻠﺨﻟا
ﺔﯾورو .
Bahwa akhlak adalah suatu perangai (watak/tabiat) yang menetap
dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan
tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau
direncanakan sebelumnya.9
Pengertian akhlak di atas hampir sama dengan yang dikatakan oleh
Ibn Maskawih, yang mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
“Akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang menyebabkan timbulnya perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan dipikirkan secara mendalam”.10
8 Luis Ma’luf, Al-Munjid (Beirut: al-Maktabah Al-Katulikiyah, t.t.),194.
6
Ibn Qayyim memberikan definisi akhlak yang berbeda dengan pakar
pendidikan sebelumnya. Dalam perspektif Ibn Qayyim, akhlak memiliki
hubungan yang sangat kuat sekali dengan agama (Islam). Sehingga yang
menjadi ukuran bahwa seseorang itu sudah benar akidah dan ibadahnya bisa
dilihat dari akhlaknya. Ibn Qayyim menyatakan, bahwa agama itu adalah
akhlak, barangsiapa yang bertambah baik akhlaknya berarti ia bertambah baik
agamanya.11 Ini sejalan dengan hadis Rasulullah yang menyatakan bahwa:
َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﱠ ا ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠ ا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ
:
»
ْﺆُﳌا ُﻞَﻤْﻛَأ
ْﻢِﻬِﺋﺎَﺴِﻨِﻟ ْﻢُﻛُﺮْـﻴَﺧ ْﻢُﻛُﺮْـﻴَﺧَو ،ﺎًﻘُﻠُﺧ ْﻢُﻬُـﻨَﺴْﺣَأ ًﺎَﳝِإ َﲔِﻨِﻣ
«
“orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi).12
Zubaedi mengatakan bahwa kaitannya dengan pendidikan akhlak,
terlihat bahwa pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama, yaitu
pembentukan karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur
dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan Barat dan Sekuler, bukan
alasan untuk dipertentangkan.13
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
mendasar antara akhlak dan karakter/budi pekerti. Bahkan menurut Lickona,
Bapak Pendidikan Karakter di Amerika, seperti yang dikutip oleh Zubaedi,
mengisyaratkan keterkaitan erat antara karakter dan spiritaulitas. Sejauh ini
11 Ibn Qayyim, Mada>rij al-Sa>liki>n, Juz II (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1408 H), 320. 12 Diakses melalui Maktabah Syamilah, Kitab Sunan at-Turmidzi, juz III, 458.
13 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan
7
pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan sampai pada tahapan yang
sangat operasional meliputi metode, strategi dan teknik.14
Pendidikan karakter maupun pendidikan akhlak pada hakikatnya
memiliki tujuan yang sama, yaitu upaya untuk mewujudkan kepribadian
siswa. Menurut Ngalim Purwanto, kepribadian adalah sifat-sifat dan
aspek-aspek tingkah laku yang saling berhubungan yang ada di dalam setiap
individu. Aspek-aspek tersebut bersifat psiko-fisik yang akan menyebabkan
individu berbuat dan bertindak. Masing-masing individu memiliki
kepribadian yang berbeda-beda, dengan demikian kepribadian inilah yang
membedakan individu satu dengan individu yang lainnya.15 Kepribadian
mengandung makna yang sangat kompleks. Kepribadian dapat pula diartikan
sebagai kualitas watak/karakter individu.16 Sehingga ada keterkaitan yang erat
antara kepribadian dan karakter. Dengan demikian, tidak mengherankan jika
dalam pendidikan karakter pasti memiliki tujuan untuk mewujudkan
kepribadian siswa. Siswa yang berkepribadian yang baik adalah siswa yang
berkarakter.
Dalam upaya membentuk karakter anak, ada berbagai macam
alternatif yang dapat dilakukan orang tua, diantaranya dengan memilih
pesantren sebagai lembaga yang mampu mengembangkan pola pendidikan
berciri khas Islam, yang mampu mendinamisasikan dirinya sejalan dengan
tuntutan dan perubahan masyarakat.
14 Ibid.
8
Menurut Djamil Suherman, yang dikutip oleh Hasan Basri,
pendidikan pondok pesantren adalah institusi-institusi terkenal dengan
ajaran-ajaran agama Islam melalui kitab kuning (klasik) yang metode pengajaran-ajarannya
memakai sistem sorogan, wetonan, bandongan dan hafalan.17 Ada 4 macam
pembagian pondok pesantren yaitu pesantren salafi, pesantren khalafi,
pesantren kilat, dan pesantren terintegrasi.18
Madrasah Tsanawiyah Manbail Futuh (selanjutnya ditulis MTs
Manbail Futuh) Beji-Jenu-Tuban adalah salah satu madrasah yang berada di
lingkungan pondok pesantren yang masih mempertahankan identitasnya
sebagai pesantren salaf. Pesantren ini sejak didirikan oleh KH. Hisyam Ismail
sampai sekarang masih mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai
tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-di>n) bagi para santrinya.
Semua materi yang diajarkan di pesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan
yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa Arab (kitab kuning) yang ditulis
oleh para ulama abad pertengahan. Namun pesantren ini tetap memadukan
pendidikannya dengan lembaga formal yaitu berbentuk madrasah, dan
kurikulum madrasahnya di bawah naungan Depag.
Sebagai Sekolah Menengah Pertama, kurikulum MTs Manbail Futuh
disusun sesuai dengan kurikulum Kementrian Agama yang berlaku, seperti
dari segi bobot mata pelajarannya. Namun disamping itu, MTs Manbail Futuh
juga menambah mata pelajaran dalam bentuk muatan lokal, seperti pelajaran
aswaja, nah}wu, s}orof, dan fara>id}. Untuk alokasi waktu pembelajaranya, MTs
9
Manbail Futuh ini memiliki perbedaan dari madrasah pada umumnya. Di
madrasah ini siswa putra dan putri tidak bersamaan waktu masuk sekolahnya.
Siswa putra masuk sekolah di pagi hari mulai jam 07.00 hingga jam 12.00,
sedangkan siswa putri mengikuti pelajaran di sekolah mulai jam 12.30 hingga
jam 17.30. Peraturan ini dimaksudkan agar siswa putra dan putri tidak ada
kesempatan untuk bertemu.
Selain mengenyam pendidikan formal di madrasah, terdapat madrasah
diniyah di pesantren Manbail Futuh ini. Semua santri wajib mengikuti
kegiatan di pesantren. Madin untuk santri putra berlangsung sore hari bakda
ashar hingga menjelang maghrib, sedangkan madin untuk santri putri
dilaksanakan pada pagi hari mulai pukul 7.30 hingga pukul 10.00.
Sehingga bisa disimpulkan sistem pendidikan di MTs Manbail Futuh
ini adalah sistem pendidikan terpadu, karena dalam durasi waktu 24 jam terus
menerus seluruh kegiatan santri di bawah pengawasan dan bimbingan dua
lembaga yaitu pendidikan diniyah yang dikelola langsung oleh pesantren dan
pendidikan formal yang dikelola sekolah/madrasah. Adapun untuk kegiatan
yang sifatnya ekstra-kurikuler, di bawah pengawasan dan bimbingan
langsung oleh sekolah.
Bagi pesantren Manbail Futuh, nilai-nilai pendidikan tidak hanya di
dapat dalam proses belajar mengajar di kelas saja, melainkan juga dalam
totalitas kegiatan dan kehidupan santri selama 24 jam penuh. Sistem seperti
inilah yang diterapkan pesantren sebagai sarana membentuk karakter siswa
10
Tradisi yang ada dalam pesantren secara tidak langsung akan membentuk
kepribadian santri, seperti sikap disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan
sebagainya.
Dilihat dari sisi fisiologis kondisi gedung MTs Manbail Futuh ini
tergolong cukup luas mengingat lokasinya yang berada di pedesaan.
Gedungnya terdiri dari dua lantai dan terdapat 17 ruang kelas. Tata ruangnya
tertata rapi, bersih, indah, dan di dindingnya terdapat gambar-gambar tokoh
pahlawan Islam dan pahlawan nasional serta kaligrafi yang terpelihara dengan
baik.19 Lingkungan belajar yang kondusif seperti ini menjadikan proses
pembelajaran dan penanaman nilai-nilai karakter pada siswa dapat
berlangsung dengan baik. Keteladanan guru di sekolah dan kepemimpinan
kyai di pesantren akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan
kepribadian siswa.
Selanjutnya yang dimaksud dengan sekolah sistem boarding school
adalah sekolah berasrama. Menurut Maksudin boarding school adalah
lembaga pendidikan dimana para siswa tidak hanya belajar, tetapi mereka
bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut. Boarding school
mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di institusi sekolah yang jauh
dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta pembelajaran
beberapa mata pelajaran.20
19 Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara dengan Waka Kurikulum Madrasah, Jenu
Tuban 26 Januari 2017.
20 Maksudin, Pendidikan Islam Alternatif Membangun Karakter Melalui Sistem Boarding School
11
Sekolah Menengah Pertama Bina Anak Sholeh (selanjutnya ditulis
SMP Bina Anak Sholeh) Tuban berada di bawah Yayasan Bahrul Huda
Tuban dengan sistem boarding school, memiliki visi berkepribadian muslim
dan berprestasi optimal. SMP Bina Anak Sholeh ini didirikan pada tahun
2012. Meski tergolong baru namun SMP ini sudah mengantongi berbagai
prestasi di akademik. Terlebih SMP Bina Anak Sholeh ini merupakan
satu-satunya sekolah yang memiliki sistem boarding school di Tuban. Sehingga
banyak orang tua yang menjadikan sekolah ini sebagai alternatif pendidikan
untuk anak-anaknya. Selain pembinaan dalam akademik, di SMP Bina Anak
Sholeh juga memperhatikan pembinaan spritual dan kepribadian siswa. Siswa
setelah belajar di sekolah wajib tinggal di asrama. Kurikulum di asrama
menekankan pada penanaman dan pembiasaan nilai-nilai Al-Qur’an.
Pendidikan tah}si>n dan tah}fi>z} al-Quran (minimal 5 juz), yakni juz 30, juz 29,
juz 1, juz 2 dan juz 3. Pembelajaran kitab kuning, pembelajaran dan
pembiasaan berbahasa Arab dan Inggris, pembelajaran terbimbing. Sementara
untuk pembelajaran reguler menggunakan kurikulum 2013. Selain pembinaan
dalam akademik, di SMP Bina Anak Sholeh juga menekankan penanaman
kepribadian muslim kepala seluruh siswa. Nilai-nilai karakter yang
ditonjolkan sesuai dengan visinya adalah jujur, istiqamah, santun, disiplin,
peduli, dan daya juang.21
SMP Bina Anak Sholeh terletak di pusat kota Tuban. Letaknya sangat
strategis. Gedungnya bergaya bangunan timur tengah. Disetting antara
12
gedung sekolah dan gedung asrama berada pada satu atap. Tempatnya sangat
luas, bersih, indah, dan nyaman. Semua siswa wajib tinggal di asrama tanpa
terkecuali. Sistem pendidikannya terpadu dan berdurasi 24 jam terus menerus
yang dimana seluruh kegiatan siswa di bawah pengawasan dan bimbingan
dua lembaga yaitu pendidikan diniyah yang dikelola langsung oleh pembina
boarding school dan pendidikan formal yang dikelola sekolah. Adapun untuk
kegiatan yang sifatnya ekstra-kurikuler, di bawah pengawasan dan bimbingan
langsung oleh sekolah. Dengan demikian, setiap kegiatan siswa menjadi
sarana strategis kondusif untuk mengimplementasikan pendidikan karakter
dalam mewujudkan siswa yang berkepribadian.
Banyak sekali program di-design untuk menggali potensi peserta
didik baik itu kegiatan ekstrakurikuler atau program kegiatan yang lain. Ada
16 kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Bina Anak Sholeh seperti
pramuka, Palang Merah Remaja, robotic, multimedia, pencak silat, bola voli,
fotografi, music, teater, sains club, english club, mathematic club, social club,
atletik, futsal, dan basket. Siswa dapat memilih ekstrakulikuler tersebut sesuai
dengan minatnya. Selain ekstrakurikuler tersebut ada juga club mata
pelajaran, yang mana kegiatan tersebut di-design untuk mempersiapkan siswa
mengikuti olimpiade atau perlombaan sejenisnya.
Selain kegiatan ekstrakurikuler, SMP BAS juga kaya akan aktifitas
positif guna pembinaan kepribadian remaja dan bekal kelak mereka dewasa.
Kegiatan ko kurikuler diantaranya adalah MOPDB (Masa Orientasi Peserta
13
Kepemimpinan Siswa), Class Meeting, Study in Pare, Exhibition
of Education, dan Study Outdoor. Sementara itu, di asrama siswa juga banyak
kegiatan diantaranya mengaji Kitab Kuning dan Al quran, latihan pidato
dengan tiga bahasa ( Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia),
diba’iyah, qiro>’ah, rebana dan belajar terbimbing. Kegiatan ini dibimbing
oleh pengajar yang sudah berpengalaman.
SMP Bina Anak Sholeh merupakan SMP dengan sistem boarding.
Diharapkan dengan sistem boarding ini, visi dan misi SMP Bina Anak Sholeh
bisa tercapai. Salah satu program unggulan SMP Bina Anak Sholeh adalah
siswa mampu menghafal 3 hingga 5 juz. Oleh karena itu, untuk mencapai
tujuan tersebut maka qiro’>at al-qur’an dan tah}fi>z} al-qur’an dilaksanakan
pada pukul 04.30 – 05.30 dan 18.00 – 19.15. Para pengajar qiro’>at al-qur’an
dan tah}fi>z} al-qur’an adalah para h}afi>z}ah.
Program Madin juga merupakan nilai plus bagi sekolah ini. Madin
dimulai pukul 15.40 hingga 17.00. Mata pelajaran yang dipelajari siswa
adalah PAI, Tauh}i>d, Fiqh, Aswaja, Akhlaq, Tajwi>d, dan Bahasa Arab.
Diharapkan dengan Program Madin ini, siswa lebih fokus dalam belajar ilmu
agama.
Tradisi-tradisi yang terdapat di dunia pesantren sangat mempengaruhi
kepribadian santrinya. Begitu pula di asrama, kegiatan pembinaan spiritual
yang ada di asrama akan mempengaruhi kepribadian siswanya. Keduanya,
antara di pesantren dan asrama sama-sama memiliki tujuan untuk membentuk
14
dan media yang berbeda dalam membina karakter anak. Dari sinilah, penulis
terdorong untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana
implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa berkepribadian
melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan
boarding school di SMP Bina Anak Sholeh Tuban , dengan menggunakan
pendekatan kualilatif.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Permasalahan pendidikan karakter sangat kompleks. Dapat dilihat
dari fenomena kerusakan moral yang terjadi pada Bangsa ini, seperti
tawuran, main hakim sendiri, dan sebagainya. Peran pendidikan sangat
penting dalam membina karakter. Banyak orang tua yang menjadikan
pesantren sebagai alternatif pendidikan anaknya. Selain itu di zaman
sekarang muncul pula boarding school yang merupakan pengembangan
dari pesantren, yang bisa dijadikan alternatif oleh para orang tua dalam
menyekolahkan anaknya.
Berikut identifikasi masalah yang kemungkinan dapat muncul
dalam penelitian ini:
a. Perbedaan strategi implementasi nilai-nilai karakter di pondok
pesantren Manbail Futuh dan boarding school Bina Anak Sholeh
15
b. Wujud kepribadian siswa yang dibentuk oleh pondok pesantren
Manbail Futuh berbeda dengan kepribadian siswa yang dibentuk
oleh boarding school Bina Anak Sholeh.
c. Implementasi pendidikan karakter di pondok pesantren di bawah
kepemimpinan kyai akan sangat berbeda dengan pola penanaman
nilai-nilai karakter di boarding school yang ada di bawah
kepemimpinan seorang direktur. Keberadaan kyai di pondok
pesantren Manbail Futuh 24 jam bersama santri sedangkan di
boarding school para santri di bawah bimbingan pengurus asrama
saja.
d. Adanya perbedaan sistem pengelolaan kurikulum di pondok
pesantren dan boarding school, juga akan membedakan karakter
siswa yang dibentuk lembaga. Pondok Pesantren Manbail Futuh
merupakan pondok pesantren dengan sistem salafi namun dalam
kurikulum madrasahnya menggunakan kurikulum aturan pemerintah.
Sedangkan pada asrama Bina Anak Sholeh lebih menggunakan
sistem kurikulum modern meskipun dalam madrasahnya juga
mengikuti kurikulum aturan pemerintah sebagaimana halnya
Manbail Futuh.
e. Faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat dalam
penerapan pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa
berkepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh dan
16
f. Beberapa hal yang mungkin dapat menghambat berhasilnya
pembentukan karakter adalah kurang adanya kerja sama antara orang
tua dan guru, lingkungan belajar yang kurang kondusif, belum
adanya konsistensi pada penerapan nilai-nilai karakter, dan lain-lain.
Berdasarkan identifikasi masalah yang sangat kompleks,
penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkenaan dengan
pengimplementasian pendidikan karakter melalui sistem pesantren dan
boarding school dalam mewujudkan siswa berkepribadian di MTs
Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan di SMP Bina Anak Sholeh Tuban.
2. Batasan Masalah
Untuk menghindari perluasan ruang lingkup dan pembahasannya,
serta untuk mempermudah pemahaman, maka pada tesis ini ruang
lingkup dan pembahasannya, peneliti memfokuskan pada masalah yang
berkaitan dengan judul tesis, antara lain:
1. Wujud kepribadian siswa melalui sistem pesantren dan boarding
school.
2. Implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa
berkepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh
Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina Anak Sholeh
Tuban.
3. Faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan pendidikan
17
MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP
Bina Anak Sholeh Tuban.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian diatas dapat dirinci masalah-masalah
dalam penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana wujud kepribadian siswa melalui sistem pendidikan pesantren
dan boarding school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP
Bina Anak Sholeh Tuban?
2. Bagaimana pendidikan karakter melalui sistem pesantren dan boarding
school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP Bina Anak
Sholeh Tuban?
3. Bagaimana faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan
pendidikan karakter dalam mewujudkan kepribadian melalui sistem
pesantren di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school
di SMP Bina Anak Sholeh Tuban?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi
tentang implementasi pendidikan karakter di Madrasah yang berbasis
pesantren. Namun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
informasi yang berkaitan dengan:
1. Untuk mengetahui wujud kepribadian siswa melalui sistem pendidikan
pesantren dan boarding school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban
18
2. Untuk mengetahui pendidikan karakter melalui sistem pesantren dan
boarding school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP Bina
Anak Sholeh Tuban.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pendidikan
karakter dalam mewujudkan kepribadian melalui sistem pesantren di
MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina
Anak Sholeh Tuban.
E. Manfaat Penelitian
Gambaran tentang penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
kepentingan ilmu pengetahuan terutama dalam pembinaan dan pendidikan
karakter, meliputi:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam dunia
pendidikan khususnya tentang implementasi pendidikan karakter
dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren
di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di
SMP Bina Anak Sholeh Tuban.
b. Memberikan kontribusi pemikiran bagi seluruh pemikir
keintelektualan dunia pendidikan Islam sehingga bisa memberikan
gambaran ide bagi pemikir pemula.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, sebagai wacana untuk memperluas cakrawala
19
b. Bagi masyarakat, penelitian ini setidaknya dapat dijadikan
perbendaharaan konsep tentang dunia pendidikan dan bahan
pertimbangan bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas
pendidikan karakter bangsa.
c. Bagi lembaga, hasil penelitian ini sekiranya dapat digunakan sebagai
informasi dalam meningkatkan out-put pendidikan di perguruan
tinggi, khususnya Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
d. Bagi perkembagan ilmu pendidikan, penelitian ini diharapakan dapat
memberikan nuansa dan wahana baru bagi perkembangan ilmu dan
konsep pendidikan ke depan.
F. Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan penulisan tesis ini, peneliti telah mengupayakan
penelusuran pembahasan-pembahasan yang terkait dengan masalah
pendidikan karakter. Hasil penelitian terdahulu yang mempunyai keterkaitan
dengan variabel yang akan diteliti antara lain:
1. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 2 Surabaya (Problematika dan Alternatif Solusinya), tesis yang ditulis oleh Siti Nurholidah Sorgawati.22
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Metode penelitian yang digunakan berupa
observasi, wawancara, metode dokumentasi dan metode analisis data.
22 Siti Nurholidah Sorgawati, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan
20
Hasil penelitian pada tesis ini menunjukkan bahwa implementasi
pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Surabaya sudah diterapkan dengan
sangat baik meskipun ada beberapa yang perlu peningkatan khususnya
adanya kerjasama antar warga sekolah, kerjasama sekolah dengan orang
tua dan kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar. Sedangkan
problematika yang muncul adalah terkait kurangnya dukungan dari orang
tua dalam pembinaan karakter dan kurangnya komunikasi antar guru
bidang studi. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan
intensitas komunikasi antara orang tua dan guru BK sehingga jika
terdapat karakter siswa yang tidak seharusnya dapat langsung diatasi.
Dan alternatif solusi berikutnya dalam mengatasi kurangnya kerjasama
antar guru bidang studi adalah dengan membicarakan setiap hal kepada
kepala sekolah yang terkait dengan pembinaan karakter siswa dan kepala
sekolah akan mengkondisikan seluruh kegiatan guru antar bidang studi.
2. Peran Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian Santri (Studi di Asrama Pelajar Pesantren Darut Tauhid Bangil), tesis yang ditulis oleh Nurul Mufidah.23
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang menghasilkan prosedur analisis. Tehnik pengumpulan
data yang digunakan pada tesis ini adalah observasi, interview, dan
dokumentasi.
23Nurul Mufidah, Peran Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian Santri (Studi di
21
Penelitian ini memaparkan bahwa Pesantren Darut Tauhid Bangil
masih tergolong pesantren yang salafiyah, meskipun sedikit memadukan
dengan sistem pendidikan modern seperti yang berkembang saat ini
karena ada pengelompokan santri. Kepribadian yang dimiliki santri di
pesantren Darut Tauhid Bangil ini tergolong bagus, bisa dilihat dari
kebiasaan mereka yang setiap harinya bergaul dan bersosialisasi terhadap
lingkungan. Sistem pendidikan yang dibuat oleh pesantren Darut Tauhid
ini secara tidak langsung dan tidak sadar mengajarkan kepribadian yang
baik kepada para santrinya. Karena seyogianya pendidikan tidak hanya
dilakukan pada pendidikan formal pesantren saja, akan tetapi dalam
segala gerak kehidupan. Keteladanan para kyai dan ustadz sangat
mempengaruhi kepribadian santri. Keteladanan ini merupakan salah satu
metode pembentukan kepribadian yang efektif karena dengan
keteladanan dari kyai dan para ustadz, santri akan meniru segala sikap
baik yang dilihatnya.
3. Implementasi Pendidikan Moral dalam Membentuk Karakter Siswa SMA Khadijah Surabaya, tesisyang ditulis oleh Wasilatul Fadilah.24
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan tehnik
pengumpulan datanya menggunakan tehnik interview, observasi dan
dokumentasi. Uji validitas datanya menggunakan tehnik perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif dan member check.
22
Penelitian ini memaparkan adanya konsep dan kurikulum yang
diterapkan di SMA Khadijah Surabaya. Materi agama dikembangkan
menjadi berbagai ilmu, seperti Fiqih, Aqidah Akhlak, Bahasa Arab,
Tafsir, Tartil, Aswaja, dan Nahwu Shorof. Metode yang diterapkan guru
dalam penyampaian materi sangat efektif dan menyenangkan. Selain
metode, lengkapnya fasilitas juga mendukung terhadap kegiatan KBM
seperti lingkungan yang nyaman dan fasilitas yang lengkap. Begitu juga
proses pembudayaan moral yang baik melalui keteladanan yang baik dari
seorang figur tokoh sangat mempengaruhi karakter siswanya. Semua itu
tidak terlepas dari aturan dan kode etik yang harus dijalankan di SMA
Khadijah Surabaya.
Implementasi pendidikan moral di SMA Khadijah Surabaya
dilakukan di in door (melalui KBM di kelas) dan out door (segala
aktifitas siswa di luar kelas). Guru juga mengadakan evaluasi dalam
pendidikan karakter siswanya yaitu melalui tes tulis, self assessment,
performance, kerjasama, demonstrasi dan sebagainya.
Faktor pendukung terhadap lancarnya pembinaan moral dan
karakter siswa adalah terjalin sinergi yang baik dan kekeluargaan antar
warga sekolah dan antara sekolah dengan orang tua terjadi komunikasi
dan controlling yang baik.
Sedangkan faktor penghambat adalah pengaruh lingkungan di
23
tidak mematuhi aturan sekolah serta kurangnya korelasi antara strategi
pembelajaran dengan alat evaluasi yang dipakai.
4. Strategi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Sidayu Gresik, tesis yang ditulis oleh Alfiyatus Saadah.25
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis yaitu berusaha memahami arti peristiwa dan
kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi
tertentu. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara,
dokumentasi, observasi dan angket.
Penelitian ini memaparkan karakter yang dibangun di SMA
Negeri 1 Sidayu Gresik ada enam, yaitu karakter disiplin, karakter
religius, karakter jujur, karakter kreatif, karakter pedui sosial, dan
karakter tanggung jawab. Strategi yang digunakan melalui kelas adalah
dengan pemberian informasi, pengkondisian lingkungan dan strategi
pembiasaan. Sedangkan strategi yang dilakukan di luar kelas dalam
lingkup sekolah adalah melakukan kerjasama antara guru agama dan
kepala sekolah dalam perencanaan program, memberi teladan, andil
mendukung kegiatan keagamaan dan evaluasi.
Faktor yang mendukung dalam pembangunan karakter adalah
warga sekolah memberikan respon positif terhadap kebijakan-kebijakan
kepala sekolah yang bekerja sama dengan guru agama dalam
24
membangun karakter siswa. Sedangkan faktor yang menghambat adalah
sarana sekolah yang kurang memadai seperti tempat wudhu yang masih
kurang sehingga siswa laki-laki dan perempuan tidak terpisah. Hambatan
berikutnya adalah tidak semua guru mengetahui kaitan antara visi dan
kurang misi sekolah dengan pendidikan karakter sehingga nampak ada
guru yang peduli dengan program sekolah.
5. Character Education in Islamic Boarding School Based SMA Amanah, jurnal yang ditulis olehNana Herdiana Abdurrahman.26
Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang:
kebijakan kepala sekolah, metode yang digunakan, karakter siswa, dan
masalah yang dihadapi serta upaya yang dilakukan dalam
penyelenggaraan pendidikan karakter di SMA Amanah yang berbasis
pesantren.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan melalui
obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1) kebijakan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan
karakter mengacu pada visi, misi serta program sekolah; 2) metode yang
digunakan dalam proses pendidikan karakter dilakukan melalui
keteladanan, melalui pengawasan dan pengasuhan, melalui pembiasaan,
melalui program pelatihan, dan melalui partisipasi santri dalam berbagai
jenis kegiatan, serta melalui penghargaan dan hukuman; 3) karakter
26 Nana Herdiana Abdurrahman, “Character Education in Islamic Boarding School Based SMA
25
siswa hasil dari proses pendidikan adalah siswa yang beriman dan
bertakwa serta mampu mengaplikasikan ilmu dan ketakwaannya ke
dalam perilaku sehari-hari; 4) masalah yang dihadapi dalam
penyelenggaraan pendidikan karakter diantaranya adalah perbedaan nilai
dan norma bawaan siswa tersebut, tidak seimbangnya fasilitas dengan
jumlah siswa, serta pendidikan karakter merupakan program baru
sehingga beberapa guru masih perlu melakukan
penyesuaian-penyesuaian, serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah
penyelenggaraan pendidikan karakter di SMA Amanah yang berbasis
pesantren diantaranya membangun karakter diri, karakter keluarga dan
karakter lingkungan sekitar atau masyarakat serta membangun sebuah
komitmen semua pihak yang terlibat.
6. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 dan SMP Negeri 9 Purwokerto, jurnal yang ditulis oleh Tutik Ningsih.27
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan;
(1) implementasi pendidikan karakter (IPK) di SMP Negeri 8 dan SMP
Negeri 9 Purwokerto; (2) peran kepala sekolah, guru, dan siswa dalam
IPK; dan (3) aktualisasi nilai-nilai karakter dalam IPK. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif dengan
pendekatan kualitatif-naturalistik. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah pengamatan partisipan, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan
27 Tutik Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 dan SMP Negeri 9
26
Huberman. Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan berikut ini.
(1) Implementasi pendidikan karakter yang dilakukan melalui pola
kegiatan terpadu antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler (2)
Implementasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh kepala sekolah,
guru, dan siswa mempunyai peranan yang positif dalam pembentukan
kultur sekolah yang berkarakter.
Peran kepala sekolah, guru, dan siswa dalam IPK diwujudkan
dalam: (a) peran kepala sekolah sebagai motivator, pemberi contoh
keteladanan, pelindung, penggerak kegiatan, perancang kegiatan,
pendorong, dan pembimbing; (b) peran guru sebagai pendidik, pengasih,
dan pengasuh; dan (c) peran siswa sebagai subjek didik dan pelaksana
kegiatan di sekolah. (3) Aktualisasi nilai-nilai karakter dalam IPK
cenderung mengacu pada prinsip ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah
Airku) berbasis kebangsaan dan religius yang meliputi 18 nilai karakter,
yaitu: (a) nilai religius, (b) kejujuran, (c) demokratis, (d) tanggung jawab,
(e) disiplin, (f) peduli lingkungan, (g) peduli sosial, (h) kerja keras, (i)
mandiri, (j) cinta tanah air, (k) semangat kebangsaan, (l) rasa ingin tahu,
(m) gemar membaca, (n) menghargai prestasi, (o) cinta damai, (p)
bersahabat/komunikatif, (q) toleran, dan (r) kreatif. (4) Terdapat
persamaan dan perbedaan dalam IPK di kedua SMP tersebut.
Persamaannya adalah mengacu pada nilai-nilai yang ada pada prinsip
ABITA, perbedaannya kalau di SMP Negeri 8 melaksanakan 12 nilai
27
Alquran pada jam ke-0, sedangkan SMP Negeri 9 Purwokerto
melaksanakan 18 nilai karakter sesuai prinsip ABITA sebagai pilot
projek Kemdikbud yang kegiatan pelajaran dimulai setiap pagi diawali
dengan “Salam ABITA”, menyanyikan lagu kebangsaan, dan kegiatan
kebersihan lingkungan sekolah.
7. Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMPN 9 Yogyakarta, jurnal yang ditulis oleh Reza Armin Abdillah Dalimunthe.28
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) strategi
pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah; dan (2) implementasi
pelaksanaan pendidikan karakter di SMPN 9 Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik
triangulasi, yaitu dengan pengecekan terhadap informasi hasil wawancara
dengan dokumentasi dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pelaksanaan
pendidikan karakter di SMPN 9 Yogyakarta dapat dilakukan melalui:
pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran, internalisasi nilai
positif yang di tanamkan oleh semua warga sekolah, pembiasaan dan
latihan, pemberian contoh dan teladan, penciptaan suasana berkarakter di
sekolah, serta pembudayaan. Implementasi pendidikan karakter di SMPN
28 Reza Armin Abdillah Dalimunthe, Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter
28
9 Yogyakarta dilakukan melalui keterpaduan antara pembentukan
karakter dengan pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan
ekstrakurikuler.
8. Model Pembelajaran Berbasis Pondok Pesantren dalam Membentuk Karakter Siswa di Pondok Pesantren Raoudhotut Tholibin Rembang Jawa Tengah, jurnal yang ditulis oleh H.M. Nur Hasan.29
Tulisan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menemukan tentang penerapan model pembelajaran karakter di pondok
pesantren Roudhotut Tolibin Kabupaten Rembang.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yakni lebih melihat seperti apa penerapan media belajar dan
pembelajaran berbasis pondok pesantren di Pondok Pesantren.
Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan
setelah selesai di lapangan.
Model pembelajaran pendidikan berbasis karakter di Pondok
Pesantren Roudhotut Tolibin terdapat beberapa upaya dan rencana
pembentukan karakter pada siswa atau santrinya. Hal ini ditunjukkan tata
tertib santri pada buku peraturan disiplin santri, tentang tata tertib disiplin
santri seperti menyiapkan petugas piket, etika izin dan berbagai jenis
29 H.M. Nur Hasan, Model Pembelajaran Berbasis Pondok Pesantren dalam Membentuk Karakter
Siswa di Pondok Pesantren Raoudhotut Tholibin Rembang Jawa Tengah, dalam Wahana
Akademika, Vol. 3, No. 2 (oktober, 2016), diakses melalui jurnal.walisongo.ac.id dan diakses pada
29
pelanggaran dengan konsekuensi hukuman. Proses pendidikan di Pondok
pesantern melalui tahapaan-tahapan pembelajaran dalam hal penguasaan
baca tulis dan hafalan al-Qur’an.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah bahwa penelitian ini berjenis penelitian multi kasus, yaitu
meneliti dua subjek. Kasus yang diteliti dalam penelitian ini adalah
implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan kepribadian siswa
melalui sistem pesantren dan boarding school. Kegiatan yang dilakukan di
pesantren tentu tidak sama dengan kegiatan yang ada di boarding school.
Namun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu pembentukan karakter
siswa. Sehingga nanti akan ditemukan adanya persamaan dan perbedaan
strategi penanaman karakter pada siswa di pesantren dan boarding school,
serta bagaimana wujud karakter atau kepribadian yang muncul pada siswa
yang bertempat tinggal di pesantren dan boarding school.
Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sama-sama meneliti tentang implementasi pendidikan karakter dalam
mewujudkan siswa yang berkepribadian. Bagaimana wujud kepribadian
siswa, implementasi pendidikan karakternya dan faktor-faktor apa yang
mendukung dan menghambat dalam proses terjadinya pembentukan karakter
anak.
G. Sistematika Bahasan
Untuk memperoleh gambaran awal tentang isi, pembahasan tesis ini
30
Bab Kesatu, pendahuluan, bab ini terdiri dari 5 subbab, yaitu: latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika
pembahasan. Bab ini merupakan pengantar kepada pokok bahasan dalam
penelitian ini.
Bab Kedua, kajian pustaka, bab ini terdiri dari 3 subbab, yaitu: (1)
kajian konseptual tentang pendidikan karakter meliputi pengertian, strategi,
nilai karakter yang dikembangkan, dan pelibatan masyarakat dan orang tua
dalam pendidikan karakter, (2) kajian konseptual tentang kepribadian siswa
meliputi pengertian kepribadian, aspek-aspek kepribadian, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepribadian, (3) kajian konseptual tentang pondok
pesantren dan boarding school meliputi pengertian pondok pesantren, sistem
pendidikan pondok pesantren dan sistem pendidikan boarding school.
Bab Ketiga, metodologi penelitian, terdiri dari 4 point yaitu (1) jenis
dan pendekatan penelitian, (2) sumber dan jenis data, (3) pengumpulan data,
(4) analisis data, dan (5) pengecekan keabsahan data.
Bab Keempat, setting penelitian. Bab ini mencakup setting penelitian
di MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh, yang meliputi identitas
sekolah, visi misi dan tujuan sekolah, standar mutu lulusan, fasilitas dan
sarana fisik sekolah, dan kurikulum sekolah.
Bab Kelima, deskripsi dan analisis data, bab ini terdiri dari deskripsi
tentang wujud kepribadian siswa di MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak
31
Bina Anak Sholeh, faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter di
MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh dan analisis hasil penelitian
yaitu analisis wujud kepribadian, analisis implementasi pendidikan karakter,
dan analisis faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter di MTs
Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh.
Bab Keenam, penutup, bab ini terdiri dari 2 subbab, yaitu yang terdiri
atas kesimpulan dan saran yang mengakhiri seluruh pembahasan dalam
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konseptual tentang Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Sebelum dijelaskan tentang pengertian pendidikan karakter,
terlebih dahulu akan diuraikan masing-masing dari pengertian pendidikan
dan pengertian karakter itu sendiri.
Secara etimologi berbagai macam pengertian pendidikan
diberikan oleh para ahli. John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin
menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir
(intelectual) maupun daya perasaan (emotional) menuju ke arah tabiat
manusia dan manusia biasa.1
Berbeda dengan pendapat John Dewey, seorang tokoh Islam,
Abul A’la al-Maududi menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya
membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik agar mampu
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan sekaligus sebagai
kholi>fah fi al-ard}.2
Miskawaih menyatakan tujuan dari pendidikan adalah
terwujudnya sikap batin (jiwa) atau budi pekerti yang luhur dalam diri
1 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), 1.
2Abu Al-A’la Al-Maududi, Manhaj Al-Isla>miah Al-Jadi>d li Al-Tarbiyah wa Al-Ta’li>m (Damsyik:
33
manusia dan melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga
dapat mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sejati
dan sempurna. Hal tersebut ditegaskan oleh Miskawaih, “maka
sampailah pada tujuan segala sesuatu pada suatu tujuan beberapa
tujuannya yaitu kebahagiaan yang tertinggi yang tidak ada kebahagiaan
setelah itu”.3
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan
untuk mematangkan potensi fitrah manusia, agar setelah tercapai
kematangan itu, ia mampu memerankan diri sesuai dengan amarah yang
disandangnya, serta mampu mempertanggungjawabkan pelaksanaan
kepada Sang Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai
gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap
potensi fitrah manusia.4
Pengertian pendidikan secara terperinci lagi cakupannya dikutip
Abuddin Nata dari pendapat yang dikemukakan oleh Soegarda
Poerbakawaca:
Pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya….5
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan
adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
3Ibn Miskawaih, Tahdhi>b al-Akhla>q wa Tat}hi>r al-A’ra>q, cet. I (Kairo: al-Mathba’ah al-Mishriyah
wa Maktabatuha, 1934), 83.
34
potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha
yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut,
serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan
dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.
Karena itu, bagaimana pun peradaban suatu masyarakat, didalamnya
berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia
untuk melestarikan hidupnya.6
Dalam Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata
“ta’di>b”. Kata “ta’di>b” mengacu kepada pengertian yang lebih tinggi
dan mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran
(ta’li>m) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam
perkembangan kata“ta’di>b” sebagai istilah pendidikan hilang dari
peredarannya, sehingga para ahli pendidikan Islam bertemu dengan
istilah at tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering disebut tarbiyah.
Sebenarnya kata ini asal katanya adalah dari
“Rabba-Yurobbi-Tarbiyatan” yang artinya tumbuh dan berkembang.7 Istilah tarbiyah
dapat ditemukan dalam al-Qur’an QS. Al-Isra’: 24.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".8
35
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu
kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk
memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui
penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan
perubahan ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam
kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi
pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.
Setelah diuraikan tentang pengertian pendidikan, lebih lanjut akan
diuraikan tentang pengertian karakter. Kata karakter selama ini dipakai
sebagai ungkapan tentang tabiat, perangai atau perbuatan yang selalu
dilakukan atau kebiasaan, sekarang menjadi sebuah bangunan konsep
kebijakan yang mengharuskan banyak pihak untuk mengkaji ulang
tentang karakter dan pendidikan karakter. Kemendiknas memberi makna
karakter sebagai: “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan ( virtues ) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak.”9
Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, tabiat,
kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Dengan makna seperti ini berarti
karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian
merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber daribentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
9Kementrian Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan, Penguatan Metodologi Pembelajaran
36
misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir.10
Sedangkan akhlak menurut Al-Ghazali adalah “suatu perangai
(watak/tabiat) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan
sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara
mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya”.11
Seperti halnya akhlak, budi pekerti adalah nilai-nilai hidup manusia yang
sungguh-sungguh dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi
berdasar pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik. Budi pekerti
didapat melalui proses internalisasi dari apa yang ia ketahui, yang
membutuhkan waktu sehingga terbentuk pekerti yang baik.12
Sedangkan tabiat itu sendiri juga disebut temperamen, tabiat
adalah kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badaniah. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa tabiat adalah konstitusi
kejiwaan.13Konstitusi kejiwaan disini maksudnya adalah keadaan jasmani
seseorang. Menurut Ngalim Purwanto, temperamenadalah gejala
karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk mudah tidaknya terkena
rangsangan emosi, kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas
suasana hati, serta bergantung pada faktor konstitusional, yang karenanya
10Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja RosdaKarya,
2012), 4.
11Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia (Bandung: Kharisma, 1994),
31. Lihat Imam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya>’ Ulu>m al-Di>n, Maktabah Sha>milah.
12Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), 38.
13
37
terutama berasal dari keturunan. Jadi, temperamen sifatnya
turun-temurun dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar.14
Dengan demikian antara karakter, kepribadian, akhlak, tabiat,
temperamen dan budi pekerti saling berkaitan. Seseorang individu yang
memiliki akhlak, sifat, kepribadian akan mampu melakukan hal-hal yang
baik seperti tertanam dalam nilai-nilai karakter.
Hurlock dalam bukunya yang berjudul Personality Development,
secara tidak langsung mengungkapkan bahwa karakter terdapat pada
kepribadian. Karakter mengimplikasikan sebuah standar moral dan
melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan
tingkah laku yang diatur oleh upaya dan keinginan.15
Secara ringkas beberapa komponen karakter menurut Hurlock
seperti yang disebutkan dalam buku Dharma Kesuma, meliputi:
a. Aspek kepribadian
b. Standar moral dan ajaran moral
c. Pertimbangan nilai
d. Upaya dan keinginan individu
e. Hati nurani
f. Pola-pola kelompok
g. Tingkah laku individu dan kelompok.16
14Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), 143.
15Elizabeth B. Hurlock, Personality Development (New York: McGraw-Hill Book Company,
1974), 8.
38
Selaras dengan pendapat Hurlock, Doni Koesoema A. memahami
bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai
ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.17 Banyak
kita jumpai, karakter dan kepribadian sering digunakan secara rancu.
Memang ada yang menyamakan antara keduanya, seperti pendapat Doni
Koesoema diatas.
Sedangkan Simon Philips dalam buku Masnur Muslich,
menyatakan karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu
sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan.18
Sementara, menurut Winnie, yang dikutip dalam bukunya Fatchul
Mu’in, menyatakan bahwa:
Karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.19
17Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta:
Grasindo, 2010), 80.
18Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), 70.
19Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter; Konstruksi Teoritik dan Praktik (Jogjakarta: ar-ruzz
39
Jadi dapat dipahami bahwa menurut Winnie karakter seseorang
akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama,
norma hukum, norma budaya, dan adat istiadat masyarakat. Norma
menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok orang bagi
pengaturan tingkah lakunya. Lebih lanjut, jika seseorang ingin
memperoleh karakter yang baik harus berusaha mengembangkan pola
perilakunya sesuai dengan kehendak masyarakatnya. Kehendak ini
berwujud moralitas yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berada
dalam masyarakat.
Setelah diketahui masing-masing pengertian pendidikan dan
pengertian karakter, lebih lanjut akan diuraikan pengertian dari
pendidikan karakter itu sendiri.
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D., dalam buku
Zubaedi, character education is the deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical value (pendidikan
karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia
memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti).20
Sedangkan Williams & Schnaps mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai “Any deliberate approach by which school personnel,
often in conjunction with parents and community members, help children
and youth become caring, principled and responsible”. Maknanya
kurang lebih pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang