• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keyword: Kyai, Authority, Charisma, Leadership Pendahuluan - KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PESANTREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keyword: Kyai, Authority, Charisma, Leadership Pendahuluan - KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PESANTREN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 159

KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PESANTREN

M. Shodiq

Abstract

Advanced level of a private boarding school is very dependent on their kyai (religious scholars), especially by the expertise and the depth of religious knowledge, authority and charisma of religious scholars as well as skill in managing the boarding (pesantren). The Leadership of Kyai In Enhancing The Quality Of Education In Boarding School in this study divided the two include: (1) The Leadership of Kyai in the boarding school that is as "agent of change" in the community who was instrumental in a process of social change, (2) The Leadership of Kyai in learning that is as planner , implementers and evaluators of all activities conducted at the seminary.

Keyword: Kyai, Authority, Charisma, Leadership

Pendahuluan

Di dalam sejarahnya, pesantren telah memiliki peran yang sangat besar di

dalam pengembangan sumber daya manusia. Pesantren telah menjadi center of excellence bagi pengembangan SDM yang memiliki basis moralitas di dalam kehidupan sosial. Tidak terhitung jumlah alumni pesantren yang berhasil menjadi pemimpin baik lokal maupun nasional. Tidak terhitung banyaknya alumni pesantren yang menjadi ulama, kyai dan pemimpin agama baik ditingkat lokal maupun nasional. Selain sebagai pusat pendidikan, pesantren juga menjadi pusat kebudayaan. Sebagai pusat pendidikan, pesantren telah menghasilkan alumni yang memiliki kemampuan di bidang ilmu agama dengan kualifikasi beragam. Selain itu, pesantren juga menjadi pusat pembudayaan ajaran agama dan perilaku sosial yang berbasis pada pemikiran keagamaan ahlu sunnah wal jamaah. Pesantren telah menjadi benteng pembudayaan Islam yang dilabel dengan Islam rahmatan lil alamin. Pesantren menjadi penyangga bagi pengembangan keberagamaan yang mengedepankan tawazun atau tawassuth yang dikonsepsikan sebagai Islam moderat (Nur, 2008).

Bawani (1993) mengatakan bahwa maju mundurnya suatu pesantren amat tergantung pada pribadi kyainya, terutama oleh adanya keahlian dan kedalaman

(2)

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 160 ilmu agamanya, wibawa dan kharisma kyai serta keterampilannya dalam mengelola pesantrennya. Hal ini dikarenakan: pertama, Kyai dalam lembaga pesantren adalah elemen penting dan sekaligus sebagai tokoh sentral dan esensial, karena dialah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin dan terkadang juga pemilik tunggal sebuah pesantren. Kedua, Dhofier (1994) mengatakan bahwa Kyai sebagai pemimpin dan pemilik bahkan seringkali merupakan pendiri pesantren. Ketiga,

Sudyarto (2005) berpendapat bahwa tidak ada pesantren jika tidak ada kyainya.

Kepemimpinan Kyai

Sebelum membahas lebih jauh tentang kepemimpinan kyai maka perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang kepemimpinan dari beberapa ahli tentang kepemimpinan. Gaspersz (2007) Kepemimpinan adalah proses seseorang atau sekelompok orang (tim) memainkan pengaruh atas orang lain, menginspirasikan, memotivasi, dan mengarahkan aktivitas untuk mencapai sasaran atau tujuan. Di mana kepemimpinan tersebut terdiri atas kepemimpinan diri (self leadership),

kepemimpinan tim (team leadership), dan kepemimpinan organisasi

(organizational leadership). Sedangkan menurut Nasution (2001) meguraikan pengertian kepemimpinan dari beberapa ahli seperti: (1) Gibson dkk (1991) bahwa kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau

kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok; (2) Robbins (1991) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran; (3) Schriesheim, dkk (dalam Kreitner dan Kinicki, 1992) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial dimana pemimpinnya mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi; (4) Goetsch dan Davis (1997) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampui tujuan organisasi.

1. Kepemimpinan kyai di pondok pesantren

(3)

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 161 suatu pesantren. Dalam hal ini menurut Thoha (2003:36), kyai dapat disebut sebagai “agent of change” dalam masyarakat yang berperan penting dalam suatu proses perubahan sosial.

2. Kepemimpinan kyai dalam pembelajaran

Sebagaimana yang dijelaskan (Wahid, 1986) bahwa Kyai sebagai pendiri dan pemimpin pesantren mempunyai kewenangan penuh untuk mengelola pesantren yang telah didirikannya. Dalam pembelajaran di pesantren, Kyai sebagai perencana, pelaksana dan pengevaluasi terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di pesantren. Pada sistem yang seperti ini, Kyai memegang pimpinan mutlak dalam segala hal, sedangkan kepemimpinannya itu sering kali diwakilkan kepada seorang ustadz (guru) senior selaku "lurah pondok".

Dalam pembelajaran, kyai dipandang sebagai orang yang dihormati, disegani, serta ditaati dan diyakini kebenarannya akan segala nasehat-nasehat yang diberikan kepada para santri. Hal ini dipandang karena kyai memiliki ilmu yang dalam (alim) dan membaktikan hidupnya untuk Allah, serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan (Geertz, 1981; Ziemek, 1986; Horikoshi, 1987; Arifin, 1999).

Sekilas tentang Pondok Pesantren

1. Sejarah pondok pesantren

Pondok pesantren berasal dari kata pondok dan pesantren. Pondok berasal dari kata Arab "fundug " yang berarti hotel atau asrama (Dhofier, 1985:18; Ziemek 1986: 98-99; dan Prasodjo, 1974:13). Sedang kata pesantren berasal dari kata santri yang dengan awalan "pe" dan akhiran “an" berarti tempat tinggal para santri (Dhofier, 1985:18; Ziemek,1986:99).

(4)

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 162 2. Jenis-jenis pondok pesantren

Keberadaan pesantren menurut Sunyoto (1990) sebagai lembaga pendidikan Islam dikelola seutuhnya oleh kyai dan santri pada dasarnya berbeda diberbagai tempat baik kegiatan maupun bentuknya. Jenis-jenis pondok pesantren dalam penelitian ini ada empat bagian yaitu: (a) pondok pesantren dilihat dari sarana dan prasarana, (b) pondok pesantren dilihat dari ilmu yang diajarkan, (c) pondok pesantren dilihat dari jumlah santri, dan (d) pondok pesantren dilihat dari bidang pengetahuan.

Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang, Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya, dan Pesantren Luhur Al-Husna Surabaya dapat digolongkan sebagai pesantren fiqh kontemporer, karena di pesantren ini para santri diajarkan ilmu fiqh yang dalam proses pembelajarannya dikaitkan dengan persoalan-persoalan nyata yang berlangsung di masyarakat. Pengajaran nya berorientasi pada peningkatan pemahaman keagamaan yang kontekstual, sehingga para lulusannya nanti mampu memberikan respon yang proporsional terhadap problematika kemasyarakatan yang ada.

3. Karakteristik pondok pesantren

Keberadaan pondok pesantren dalam proses interaksi sosialnya, menurut Sadali (1984:197) mempunyai karakteristik pendidikan yang melahirkan

kegotong- royongan, semangat tolong menolong, jiwa kesatuan dalam jamaah

(ruhul jama'ah), rasa persamaan, semangat bermusyawarah, semangat mematuhi ketentuan, tenggang rasa yang disebut tasamuh (toleransi) dan sebagainya.

4. Unsur-unsur pondok pesantren

Baik pondok pesantren salaf, khalaf, tasawuf, f iqh, maupun alat, selalu memiliki pondok, masjid atau mushalla, pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau kitab kuning, santri dan kyai atau yang sering disebut dengan elemen-elemen pondok pesantren (Dhofier, 1985; Ali,1984; Arifin; 1993).

5. Sistem pendidikan dan pengajaran di pesantren a. Sistem pendidikan di pesantren

(5)

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 163 dibahas dalam penelitian ini ada sembilan yaitu: (1) Metode sorogan, (2) Metode

bandongan/wetonan, (3) Metode halaqah, (4) Metode bahtsul masa’il, (5) Metode

hafalan (tahfizh), (6) Metode hiwar (musyawarah), (7) Metode fathul kutub, (8) Muqoronah, (9) Muhawarah (muhadatsah).

b. Sistem pengajaran di pesantren

Pengajaran ilmu-ilmu agama Islam di pesantren, pada umumnya dilaksanakan melalui pengajian kitab-kitab Islam klasik (yang lazim disebut kitab kuning). Namun pada sebagian pesantren, khususnya pada pesantren yang tergolong pesantren modern (kholaf) dalam pengajaran ilmu-ilmu agama Islam ada yang memakai kitab yang berbahasa arab yang tidak tergolong kitab-kitab klasik. Untuk itu, dalam pembahasan ini dibedakan antara: (1) pengajian kitab-kitab Islam Klasik dan (2) pengajian kitab-kitab non klasik.

Peningkatan Mutu Pendidikan Di Pesantren

1. Bidang Pendidikan dan Pengajaran

Pemimpin atau pengasuh lembaga pendidikan Islam, khususnya dt lingkungan pesantren dan madrasah merupakan motivator, event Organizer,

bahkan penentu arah kebijakan pesantren dan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya direalisasikan.

(6)

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 164 adalah pendiri pondok pesantren, memberikan layanan Bidikan secara kolektif atau bondongan (collective learning process) dan layanan individual atau sorogan

(individual learning process). Pola seperti ini disebut pondok pesantren salafiyah. Pada perkembangannya, pondok pesantren merespon positif terhadap pengaruh pendidikan Barat, Asia, dan Afrika yang mengenalkan sistem sekolah/klasikal, walaupun secara kultur, pembelajaran secara salafiyah tidak sepenuhnya ditinggalkan.

2. Bidang Ubudiyah dan Keagamaan

Dalam pelaksanaannya, pendidikan pondok pesantren senantiasa melakukan proses pembinaan pengetahuan, sikap dan kecakapan yang menyangkut segi keagamaan (Dirjen Bagais, 2003:68). Pelayanan pondok pesantren dalam bidang ubudiyah dapat dilaksanakan di dalam pondok pesantren, maupun di luar pondok pesantren. Pelayanan yang dapat dilakukan oleh pondok pesantren, berdasarkan

buku leaflet yang diterbitkan Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Departemen Agama RI tahun 2003, pelayanan tersebut meliputi:

a. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap pengelolaan Masjid dan Mushalla; b. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap bantuan hukum Islam, faraid dan

sebagainya.

c. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap bantuan hukum Islam, nikah,

thalaq, ruju’.

d. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap pengelolaan Badan Amil Zakat, Infak dan Sadaqah;

e. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap pengembangan tanah waqaf; f. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap pengurusan jenazah atau mayat; g. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap penyelenggaraan manasik haji dan

umrah;

h. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap pelaksanaan qurban dan aqiqah; i. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap profesi mubaligh atau mubalighah

j. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap profesi Imam k. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap Khatib

l. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap profesi qari’ atau qari’ah

(7)

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 165 n. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap pelaksanaan Istighasah

o. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap penentuan awal bulan qamariyah

p. Pelayanan Pondok Pesantren terhadap bimbingan keluarga sakinah.

3. Bidang Mu’amalah dan Sosial

Kontribusi pondok pesantren terhadap masyarakat dalam bidang muamalah, berdasarkan Buku leaflet Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Departemen Agama RI tahun 2003 meliputi:

a. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan kegiatan pegadaian; b. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan BMT;

c. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan koperasi;

d. Pelayanan pondok pesantren terhadap penyelenggaraan Desa Binaan/santri raksa desa;

e. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan Bank Syari’ah; f. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan perdagangan; g. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan pertanian; h. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan perikanan; i. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan perkebunan; j. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan teknologi industri; k. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan pertukangan;

l. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan BLK;

m. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan travel biro, penyewaan; n. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan wartel, warnet;

o. Pelayanan pondok pesantren terhadap pengelolaan rumah sakit, klinik, puskesmas, UKS dan pos yandu.

Penutup

Maju mundurnya suatu pesantren amat tergantung pada pribadi kyainya, terutama oleh adanya keahlian dan kedalaman ilmu agamanya, wibawa dan

(8)

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 166 dalam suatu proses perubahan sosial; (2) Kepemimpinan kyai dalam pembelajaran yakni kyai sebagai perencana, pelaksana dan pengevaluasi terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di pesantren.

Daftar Rujukan

Ali, M. 1987. Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini. Jakarta: Rajawali Press.

Arifin, I. 1999. Kepemimpinan Kyai Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng.

Malang: Kalimasada Press.

Arifin, Imron. 1992. Kepemimpinan Kyai dalam Sistem Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik (Studi Kasus: Pondok Pesantren Tebuireng Jombang). Tesis tidak dipublikasikan, Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM).

Atjeh, A.1957.Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasyim dan karangan tersiar.

Jakarta: Panitia peringatan almarhum K.H.A.Wahid Hasyim.

Bawani, I. 1993. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Surabaya: Al-Ihlas.

Dhofier, Z. 1982. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.

Jakarta:LP3ES.

Gaspersz, V. 2007. Organizational Excellence. Jakarta: PT. Gramedia.

Geertz, C. 1981. Abangan, Santri, Priyayi, dalam Masyarakat Jawa. Terjemahan Mahasin. Jakarta: Pustaka Jaya.

Horikoshi. 1987. Kyai dan Perubahan Sosial (Terjemahan Umar Basalim).

Jakarta: P3M.

Madjid, N. 1997. Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina.

Masyud, M.S dan Kusnurdilo, M. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta : Diva Pustaka.

Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prasodjo, S. 1974. Profil Pesantren: Laporan Hasil Penelitian Pesantren Al-Falak dan Delapan Pesantren lain di Bogor, Jakarta: LP3S

Sadali. 1984. Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV Kuning Mas.

Saridjo, M. 1980. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Dharma Bhakti

(9)

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang 167 Sunyoto, A. 1990. Ajaran Tasawuf dan Pembinaan Sikap Hidup Santri Pesantren Nurul Haq Surabaya: Studi Kasus. Tesis tidak dipublikasikan. Malang: FPS IKIP.

Syam, Nur. 2008. Transisi Pembaruan: Dialektika Islam, Politik dan Pendidikan.

Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset.

Thoha, Z.A. 2003. Runtuhnya Singgasana Kyai (NU, Pesantren dan Kekuasaan: Pencarian Tak Kunjung Usai). Yogyakarta: Kutub.

Wahid, A. 1986. Regenerasi Kepemimpinan dalam Islam. Jakarta: Pesantren 1 (3)

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1 menunjukkan secara garis besar bahwa model kepemimpinan yang melayani dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo

Adapun penggunaan pendekatan kualitatif deskriptif karena penelitian yang akan dilakukan ini berusaha untuk mendeskripsikan tentang efektifitas kepemimpinan

Salah satu tujuan dari pembentukan karakter kepemimpinan tersebut yakni untuk membekali kemampuan santri terhadap situasi yang harus dihadapi dalam perkembangan zaman