• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kohesi Gramatikal dalam Surah Al-Baqarah Ayat 1 – Ayat 30

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Kohesi Gramatikal dalam Surah Al-Baqarah Ayat 1 – Ayat 30"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian terdahulu tentang kohesi Arab di Universitas Sumatera Utara yang pernah dilakukan antara lain :

1. Suci Amalia (NIM : 000704015) Tahun 2005 dengan judul “Analisis Kohesi Leksikal Wacana ‘Man Huwa Al-Irhabi’ dalam Majalah ‘Alo Indonesia’ Edisi 28, April 2002”, dimana dia menitik beratkan pada analisis kohesi leksikal yang mengacu kepada teori yang ditemukan oleh Halliday dan Hassan. Hasil dari penelitian tersebut adalah perwujudan alat kohesi leksikal dalam wacana Man Huwa Al-Irhabi antara lain : persamaan kata (sinonim) 32 buah, perlawanan kata 4 buah, perulangan kata (repetisi) 37 buah, hiponim dengan 3 superordinat, kolokusi 13 buah, dan meronim dengan satu superordinat.

2. Dra. Murniati, M.Hum (2005). Dengan judul “Alat-Alat Wacana Dalam Bahasa Arab”. Hasil dari penelititan tersebut adalah alat wacana narasi adalah pronomina sebanyak 185 sekitar 69,7% konjungsi sebanyak 80 sekitar 30,3%, jumlah seluruhnya 265. Alat wacana yang dominan di gunakan pada genre wacana argumentasi pronomina sebanyak 71 sekitar 54,6%, konjungsi 59 sekitar 45,4%. Jumlah seluruhnya 130.

(2)

referensi demonstratif 24 buah, substitusi 5 buah, elipsis 1 buah dan konjungsi 52 buah.

4. Siti Hasanul Husna (NIM : 070704010) Tahun 2011 dengan judul “Analisis Referensi dalam Wacana Arab”, penelitian itu menitik beratkan pada analisis kohesi gramatikal khususnya referensi dan mengacu pada teori yang ditemukan oleh Halliday dan Hassan. Penelitian itu fokus pada keberadaan referensi endoforis : pronomina persona, referensi endoforis pronomina demonstratif, refernsi endoforis pronomina komparatif dalam wacana bahasa Arab yang berjudul ﺔﻧﺎﻣﺍ ﺐﻄﻟﺍ/Aṭ-ṭibbu Amānatu/ “kejujuran seorang dokter” Dalam Buku Qira’atu Al-‘Arabiyyatu Karya Saleh Ibnu Muhammad Malik Dkk.

2.1. Pengertian Wacana

Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:76) mengistilahkan wacana dengan kata

ﺚﻳﺪﺣ

/ḥadīŚun/ “wacana”, yaitu :

ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻖﻳﺮﻁ ﻦﻋ ﻊﻣﺎﺴﻟﺍ ﻰﻟﺍ ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﻝﺎﺼﻳﺍ

:

ﺚﻳﺪﺣ

/ḥadīŚun īșālu al-ma’nā ilā as-sāmi’i ‘an ṭarīqi al-kalāmi/ “wacana adalah menyampaikan pesan yang bermakna kepada pendengar (pembaca) melalui bahasa atau kata-kata”.

(3)

Berdasarkan unsur-unsur yang tertera pada gambar 1 itu maka dapat disimpulkan bahwa definisi wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 1987: 26).

Deese dalam Tarigan (1987:25) menyatakan, wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan atau pengutaraan wacana itu. Sementara itu, Z. Harris dalam Schiffin (2007:29) ahli bahasa pertama yang menyebut “analisis wacana” (discourse analysis)” menyatakan secara jelas bahwa wacana adalah tingkat selanjutnya dalam sebuah hirarki morfem, klausa, dan kalimat.

Menurut Halliday & Hasan dalam Pangaribuan (2008:55) wacana merupakan tuturan dalam bentuk lisan atau tulisan yang membentuk suatu kesatuan makna yang utuh.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan bagi penyimak atau pembaca.

2.2. Pengertian Kohesi

Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:45) mendefinisikan kohesi adalah :

ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺔﻠﻤﺟ ﻲﻓ ﻦﻴﻳﻮﻐﻟ ﻦﻳﺮﺼﻨﻋ ﻦﻴﺑ ﺏﺫﺎﺠﺘﻟﺍ ﺔﺟﺭﺩ

:

ﻚﺳﺎﻤﺗ

/tamāsukun: darajatu al-tajāŻubi baina ‘unșuraini lugawiyaini fi jumlatin wāḥidatin/ “Kohesi (pertalian) adalah tingkatan saling tarik menarik antara dua unsur bahasa pada suatu kalimat”.

(4)

Sementara itu, Kushartanti, dkk. (2005:96) menyatakan bahwa, kohesi adalah keadaan unsur-unsur bahasa yang saling merujuk dan berkaitan secara semantis. Dengan kohesi, sebuah wacana menjadi padu: setiap bagian pembentuk wacana mengikat antara bagian satu dengan bagian yang lainnya.

2.3. Jenis-jenis Kohesi

Gambar 2 : Sarana Kohesi Halliday & Hasan, 1976 dalam Tarigan (1987 :98)

Halliday dalam Mulyana (2005:26) mengemukakan bahwa kohesi terbagi ke dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal antara lain adalah referensi, substitusi, elipsis, konjungsi sedangkan yang termasuk kohesi leksikal adalah sinonim, repetisi, kolokasi. Peneliti hanya membahas kohesi gramatikala saja dan tidak membahas kohesi leksikal.

Hal senada diungkapkan Zaimar dan Harahap (2009:116) bahwa kohesi dibagi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

2.4. Pengertian Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal merupakan kepaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan ke dalam sistem gramatikal. Selain itu,kohesi gramatikal menggunakan unsur bahasa dalam mengikat suatu wacana. Dalam kohesi gramatikal, unsur bahasa digunakan untuk mengaitkan sebuah teks sehingga teks tersebut dapat dipahami dengan teks lainnya. Kohesi gramatikal bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian antar bentuk bahasa terhadap konteksnya.

(5)

referensi, substitusi, dan elipsis. Sedangkan, menurut Rani, dkk. (2004:97), kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa.

Jenis-jenis Kohesi Gramatikal

Menurut Mulyana (2005:26), kohesi gramatikal diklasifikasikan sebagai berikut: 1) referensi (penunjukan), 2) substitusi (penggantian), 3) elipsis (penghilangan/pelepasan), dan 4) konjungsi (kata sambung).

Sehubungan dengan itu, Zaimar dan Harahap (2009:117) membagi kohesi gramatikal dalam beberapa kategori, yaitu referensi (pengacuan), substitusi (penyulihan), elipsis (pelesapan), dan konjungsi (penyambungan).

2.4.1. Referensi

Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:238) mengistilahkan referensi sebagai berikut :

ﻖﺑﺎﺳ ﻢﺳﺍ ﻰﻟﺇ ﺮﻴﻤﻀﻟﺍ ﺮﻴﺸﻳ ﺎﻤﻛ ، ﻯﺮﺧﺃ ﻰﻟﺇ ﺔﻤﻠﻛ ﺩﻮﻌﺗ ﻥﺃ

:

ﺩﺎﻨﺳﺍ ، ﻉﺎﺟﺭﺍ

/irjā’un, isnādun : `an ta’ūda kalimatan `ilā `ukhrā, kamā yasyīru al-amīru `ilā

ismin sābiqin/ “Pengembalian (referensi) : mengembalikan kata kepada yang lain, seperti mengambil kata ganti dari kata benda yang mendahuluinya”.

Menurut Kushartanti, dkk. (2005:96), referensi adalah hubungan antara kata dengan objeknya. Referensi tersebut terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan sebab antara kata dan objeknya berkaitan dalam sebuah wacana. Melalui referensi, sesuatu yang belum dipahami diacu kepada sesuatu yang lain sehingga mudah dimengerti.

Referensi atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang merupakan satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan yang mendahului atau mengikutinya. Acuan itu berada di dalam teks atau di luar teks. Pengacuan dibedakan menjadi dua jenis yakni: (1) pengacuan endofora, apabila acuannya berada atau terdapat dalam teks wacana itu, dan (2) pengacuan eksofora, apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks.

(6)

referensi endoforis adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di dalam teks (intratekstual), dengan menggunakan pronomina, baik pronomina persona, pronomina demonstrativa, maupun pronomina komparatif.

Menurut Rani, dkk. (2004: 99), jika yang diacu (anteseden) lebih dahulu dituturkan atau ada pada kalimat yang lebih dahulu sebelum pronomina dinamakan anafora, sedangkan anteseden yang ditemukan sesudah pronomina dinamakan katafora. Dengan kata lain jika pronomina mengacu kepada yang di belakangnya dinamakan anafora dan jika pronomina mengacu kepada yang di depannya dinamakan katafora. Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora menggunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif.

2.4.1.1. Pronomina Persona

Sebagai alat kohesi, perujuk terdiri atas pronomina atau pengacuan persona atau kata ganti diri yang dalam bahasa Arab disebut

ﺮﻴﻤﺿ

/ḍamīr/. Al-Ghulayayni (2009 : 88) menyatakan ḍamīr sebagai berikut :

ﺮﻴﻤﻀﻟﺍ

:

ﺐﺋﺎﻏ ﻭﺃ ﺐﻁﺎﺨﻣ ﻭﺃ ﻢﻠﻜﺘﻣ ﻦﻋ ﻪﺑ ﻰﻨﻜﻳ ﺎﻣ

.

/al- ḍamīru : mā yuknī bihi ‘an mutakallimin au mukhāṭabin au ghā`ibin/ “damir adalah kata ganti yang terdiri dari sipembicara, orang yang diajak bicara dan orang yang dibicarakan”.

Definisi

ﻞﺼﺘﻤﻟﺍ ﺮﻴﻤﻀﻟﺍ

/

al- ḍamīru muttașilun/ dan pembagiannya menurut Al-Ghulayayni (2009 : 88) sebagai berikut :

ﺮﺋﺎﻤﻀﻟﺍ ﻭ،ﺮﻌﺸﻟﺍ ﺓﺭﻭﺮﺿ ﻲﻓ ﻻﺇ

(

ﻻﺇ

)

ﺪﻌﺑ ﻊﻘﻳ ﻻﻭ ،ﻪﺑ ﺃﺪﺘﺒﻳ ﻻﺎﻣ

:

ﻞﺼﺘﻤﻟﺍ ﺮﻴﻤﻀﻟﺍ

.

ﺎﻫﻭ ،ءﺎﻬﻟﺍﻭ ،ءﺎﻴﻟﺍﻭ ،ﻑﺎﻜﻟﺍﻭ ،ﻥﻮﻨﻟﺍﻭ ،ﻒﻟﻷﺍﻭ ،ﻭﺍﻮﻟﺍﻭ ،ﺎﻧﻭ ،ءﺎﺘﻟﺍ

:

ﻲﻫﻭ ﺔﻌﺴﺗ ﺔﻠﺼﺘﻤﻟﺍ

/

al- ḍamīru muttașilun : mā lā yubtada`u bihi, wa lā yuqa’u ba’da (illā) illā fi

ḍarūrati al-syi’ri, wa ḍamā`iru al-muttașilatu tis’atu wa hiya : attā`u wa nā wa al-wāwu wa al-ālifu wa al-nūnu wa al-kāfu wa al-yā`u wa al-hā`u wa hā/ “damir muttasil adalah kata ganti yang tidak terletak diawal kalimat, tidak terletak setelah kata (illia) kecuali dalam sebuah syair yang memerlukan (kata ganti tersebut), dan damir muttasil terdiri dari sembilan yaitu :

ءﺎﺗ

/tā’/,

ﺎﻧ

/nā/,

ﻭﺍﻭ

/wāw

/,

ﻒﻟﺃ

/ālif/,

ﻥﻮﻧ

/nūn/,

ﻑﺎﻛ

/kāf/

,

ءﺎﻳ

/yā’

/,

ءﺎﻫ

/

/,

ﺎﻫ

/hā/”.

(7)

ﻞﺼﻔﻨﻤﻟﺍ ﺮﻴﻤﻀﻟﺍ

ba’da (illa) ‘alā kulli ḥālin/ “damir munfasil adalah kata ganti yang terletak diawal kalimat, sebagai mana dia juga dapat terletak setelah kata (illa)’ atas tiap-tiap keadaan”.

Tabel 1 : Klasifikasi kata ganti diri (ḍamīr) dalam bahasa Arab (Al-Ghulayayni, 2009:90)

Contoh referensi pronomina persona dalam surah Al-Baqarah :

َﻚِﻟَﺫ

/Żālika al-kitābu lā rayba fīhi hudan lilmuttaqīna/ “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah : 2).

Pada ayat di atas pronomina persona tunggal

/hi/ ‘nya’ mengacu pada yang dituturkan sebelumnya, yaitu ُﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ/al-kitābu/ “kitab”. Dengan demikian, maka

/hi/ “nya” yang melekat pada ْﻲِﻓ/fī/ “pada” menimbulkan makna

(8)

yang bersifat anafora karena yang diacu lebih dahulu dituturkan sebelum pronomina.

Pronomina persona merupakan deiktis yang mengacu pada orang secara berganti-ganti bergantung pada “topeng” (proposan) (Fillmore dalam Rani, dkk., 2004:100) yang sedang diperankan oleh partisipan wacana. Apakah partisipan itu sebagai pembicara (persona pertama), pendengar (persona kedua), atau yang sedang dibicarakan (persona ketiga) (cf. Kaswanti Purwo, dalam Rani, dkk 2004:100). Pronomina yang berfungsi sebagai alat kohesi adalah pronomina persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga, baik tunggal maupun jamak, baik anafora maupun katafora.

Dalam bahasa Indonesia, pronomina persona dibagi dua yaitu: pronomina takrif dan pronomina tidak takrif.

1) Pronomina takrif

Tunggal Jamak Persona pertama

Persona kedua Persona ketiga

saya, aku

kamu, engkau, anda dia, ia, beliau

kami, kita

kalian, kamu sekalian mereka

Tabel 2 : Klasifikasi Pronomina Persona dalam Bahasa Indonesia (Rani, 2004:100)

2) Pronomina tidak takrif: beberapa, sejumlah, sesuatu, suatu, seseorang, para, masing-masing, siapa-siapa.

Contoh pronomina persona dalam bahasa Indonesia yang anafora dan katafora sebagai berikut :

1. Firdaus, kamu harus mandi.

2. Saudara-saudara, kita harus segera menyelesaikan tugas ini. 3. Kamu sekarang harus pergi! Ayo, Cici cepatlah!

4. Berilah mereka gula-gula! Anak-anak kecil itu.

(9)

dituturkan sebelum pronomina. Sedangkan pronomina kamu dan merekamerupakan referensi yang bersifat katafora karena yang diacu ditemukan sesudah pronomina.

Menurut Halliday dan Hassan (Rani, dkk., 2004: 101), baik pronomina yang anafora maupun katafora, selain ada yang bersifat insani terdapat pula yang noninsani. Pronomina insani mengacu pada orang sedangkan pronomina persona noninsani mengacu selain manusia. Selain itu, terdapat pronomina insani (persona yang memiliki hubungan posesif (milik)). Yang dimaksud dengan pronomina persona dalam relasi posesif adalah pronomina persona yang berelasi pemilikan, baik anafora maupun katafora.

Pronomina persona dalam relasi posesif yang dilekatkan seperti –nya, ada yang terasingkan (alienable posession) dan ada yang tidak terasingkan (inalienable). Yang dimaksud posesif tidak terasingkan adalah posesif yang selalu melekat pada unsur keseluruhannya, seperti dalam hubungan pronominaayam dengankakinya sedangkan posesif terasingkan adalah posesif yang sesuatu itu tidak melekat pada sesuatu yang lain, sepertiayamdankandangnya.

2.4.1.2. Pronomina Demonstratif

Dalam bahasa Arab pronomina demonstratif disebut dengan

ﺓﺭﺎﺷﺍ ﻢﺳﺍ

/ismu isyāratu/ sebagaimana Al-Ghulayayni (2009:97) menyebutkan definisi ism isyarah dan klasifikasinya sebagai berikut :

ﻪﻴﻟﺇ ﺭﺎﺸﻤﻟﺍ ﻥﺎﻛ ﻥﺇ ،ﺎﻫﻮﺤﻧ ﻭ ﺪﻴﻟﺎﺑ ﺔﻴﺴﺣ ﺓﺭﺎﺷﺇ ﺔﻄﺳﺍﻮﺑ ﻦﻴﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳﺎﻣ

:

ﺓﺭﺎﺷﻹﺍ ﻢﺳﺍ

.

ﺓﺮﺿﺎﺣ ﺮﻴﻏ ﺎﺗﺍﺫ ﻭﺃ ،ﻰﻨﻌﻣ ﻪﻴﻟﺇ ﺭﺎﺸﻤﻟﺍ ﻥﺎﻛ ﺍﺫﺇ ﺔﻳﻮﻨﻌﻣ ﺓﺭﺎﺷﺇ ﻭﺃ ،ﺍﺮﺿﺎﺣ

/

ismu isyāratu : mā yadullu ‘alā mu’ayyanin biwāsaṭati isyāratin ḥisayyatin bi al-yadi wa naḥwahā, in kāna al-musyāru ilaihi ḥaḍiran, au isyāratu ma’nawiyyatu

iŻa kāna al-musyāru ilaihi ma’na, au Żātan ghaira ḥadiratin/ “ism isyarah adalah ism yang dipergunakan untuk menunjukkan sesuatu yang tertentu dengan perantara isyarat gerak tangan atau seumpamanya jika yang ditunjuk hadir (nyata) atau dengan isyarat makna jika yang ditunjuk tidak kelihatan”.

Klasifikasi

ﺓﺭﺎﺷﺍ ﻢﺳﺍ

/ismu isyāratu/ dapat dilihat pada tabel berikut :

ﺪﻴﻌﺒﻠﻟ

ﻂﺳﻮﺘﻤﻠﻟ

ﺐﻳﺮﻘﻠﻟ

(10)

ﻚﻨﻳﺫ

Tabel 3 : Klasifikasi Ism Isyarah Berdasarkan Jarak (Al-Ghulayayni, 2009:97)

Contoh pronomina demonstratif yang berjarak dekat, pertengahan dan jauh dalam surah Al-Baqarah sebagai berikut :

ﺎَﺑَﺮْﻘَﺗ َﻻ َﻭ ﺎَﻤُﺘْﺌِﺷ ُﺚْﻴَﺣ ًﺍﺪَﻏَﺭ ﺎَﻬْﻨِﻣ َﻼُﻛ َﻭ َﺔﱠﻨَﺠْﻟﺍ َﻚُﺟْﻭَﺯ َﻭ َﺖﻧَﺃ ْﻦُﻜْﺳﺍ ُﻡَﺩﺁ ﺎَﻳ ﺎَﻨْﻠُﻗ َﻭ

َﺓَﺮَﺠﱠﺸﻟﺎِﻫِﺬَﻫ

َﻦْﻴِﻤِﻟﺎﱠﻈْﻟﺍ َﻦِﻣ ﺎَﻧْﻮُﻜَﺘَﻓ

/wa qulnā yā `ādamu askun `anta wa zawjuka al-jannata wa kulā minhā

raghadāan ḥayŚu syi`tumā wa lā taqrabā haŻihi asy-syajarata fatakūnā mina aẓ

-ẓālimīna/ “Dan Kami berfirman: "Wahai Adam ! Tinggallah engkau dan isterimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (Q.S Al-Baqarah : 35).

Pada ayat 35 di atas pronomina ِﻩِﺬَﻫ/haŻihi/ “ini” merupakan pronomina demonstratif tunggal dengan jarak dekat yang mengacu kepada َﺓَﺮَﺠﱠﺸﻟﺍ /asy-syajarata/ “pohon” dan ini dinamakan pronomina yang bersifat katafora karena yang diacu ditemukan sesudah pronomina.

َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ

َﻭ ْﻢِﻬﱢﺑﱠﺭ ﻦﱢﻣ ﻯًﺪُﻫ ﻰَﻠَﻋ

َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ

َﻥْﻮُﺤِﻠْﻔُﻤْﻟﺍ ُﻢُﻫ

/'Ūlā'ika `alā hudan min rabbihim wa 'ūlā'ika humu al-mufliḥūna/ “mereka Itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Al-Baqarah : 5).

Pada ayat 5 di atas dapat dipahami bahwa hubungan antara َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ

/

'Ūlā'ika/ “mereka itulah” merupakan pronomina demonstratif jamak dengan jarak pertengahan yang mengacu kepada

ﻢﻬﺑﺭ ﻦﻣ ﻯًﺪﻫ ﻰﻠﻋ

/`alā hudan min rabbihim/

(11)

kedua juga merupakan referensi demonstratif jamak dengan jarak pertengahan yang mengacu kepada

ﻥﻮﺤﻠﻔﻤﻟﺍ ﻢﻫ

/humu al-mufliḥūna/ “merekalah orang-orang

yang beruntung”.

ُﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺎَﻜِﻟَﺫ

َﻦْﻴِﻘﱠﺘُﻤْﻠﱢﻟ ﻯًﺪُﻫ ِﻪْﻴِﻓ َﺐْﻳَﺭ َﻻ

/Żālika al-kitābu lā rayba fīhi hudan lilmuttaqīna/ “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah : 2).

Pada ayat 2 di atas, َﻚِﻟَﺫ/Żālika/ “itu” merupakan pronomina demonstratif tunggal dengan jarak jauh yang mengacu kepada ُﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ/al-kitābu/ “kitab” dan ini dinamakan pronomina yang bersifat katafora karena yang diacu ditemukan sesudah promomina.

Pronomina demonstratif adalah kata deiktis yang dipakai untuk menunjuk (menggantikan) nomina. Dilihat dari segi bentuknya, pronomina demonstratif dibedakan antara lain: (1) pronomina demonstratif tunggal, sepertiinidanitu;(2) pronomina demonstratif turunan, sepertiberikutdansekian;(3) pronomina demonstratif gabungan, sepertidi sini, di situ, di sana, di sana sini; dan (4) pronomina demonstratif reduplikasi, sepertibegitu-begitu. Lyon (Rani, dkk,. 2004:102) menjelaskan bahwa dalam pronomina demonstratif,seperti juga dalam pronomina persona terdapat komponen ketertentuan, yaituyang inidan yang itu. Selain itu dalam pronomina demonstratif terdapat juga komponen berjarak dan tidak berjarak dalam hal demonstratif, baik menunjukkan sesuatu yang dekat maupun yang

jauh.

Berikut ini contoh pronomina demonstratif menunjukkan suatu yang dekat :

(a) “Dengan naik ini, tiap hari saya pergi ke kampus. (b) Sepeda motor inilah teman

setiaku dalam segala musim dan cuaca,’’ kata Bakri.

Pronomina demonstratif dekat ini pada kalimat (a) adalah mengacu secara

katafora terhadap antaseden sepeda motor pada kalimat (b).

2.4.1.3. Pronomina Komparatif

Dalam bahasa Arab pronomina komparatif dikenal dengan istilah

ﻢﺳﺍ

ﻞﻴﻀﻔﺘﻟﺍ

/ismu al-tafḍīl/. Al-Ghulayayni (2009:150) :

ﻞﻴﻀﻔﺘﻟﺍ ﻢﺳﺍ

:

ﻝﺪﺘﻟ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻦﻣ ﺬﺧﺆﺗ ﺔﻔﺻ

ﻰﻠﻋ ﺎﻤﻫﺪﺣﺃ ﺩﺍﺯﻭ ،ﺔﻔﺻ ﻲﻓ ﺎﻛﺮﺘﺷﺍ ﻦﻴﺌﻴﺷ ﻥﺃ ﻰﻠﻋ

(12)

/

ismu al-tafḍīl : șifatun tu`khaŻu mina al-fi’li litadulla ‘alā ‘anna syai`aini

`isytarakā fi șifatin wazāda `aḥaduhumā ‘alā al-ākhari fihā/ “kata lebih : kata sifat yang diambil dari kata kerja untuk menunjukkan dua hal yang bersekutu di dalam kata sifat, dan salah satunya dilebihkan dari yang lain”.

Contoh referensi komparatif dalam surah Al-Baqarah sebagai berikut :

ٌﺹﺎَﺼِﻗ ُﺕﺎَﻣُﺮُﺤْﻟﺍَﻭ ِﻡﺍَﺮَﺤْﻟﺍ ِﺮْﻬﱠﺸﻟﺎِﺑ ُﻡﺍَﺮَﺤْﻟﺍ ُﺮْﻬﱠﺸﻟﺍ

ﺎَﻤِﻠْﺜِﻤِﺒِﻬْﻴَﻠَﻋ ﺍﻭُﺪَﺘْﻋﺎَﻔْﻤُﻜْﻴَﻠَﻋ ﻯَﺪَﺘْﻋﺍ ِﻦَﻤَﻓ

ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ﻯَﺪَﺘْﻋﺍ

َﻦﻴِﻘﱠﺘُﻤْﻟﺍ َﻊَﻣ َﷲ ﱠﻥَﺃ ﺍﻮُﻤَﻠْﻋﺍَﻭ َﷲ ﺍﻮُﻘﱠﺗﺍَﻭ

/asy-syahru al-ḥarāmu bisy-syahri al-ḥarāmi wa al-ḥurumātu qișāșun famani

a’tadā ‘alaykum fā’tadū ‘alayhi bimiŚli mā a`tadā ‘alaykum wa attaqū al-laha wa

a’lamū `anna Allaha ma’a al-muttaqīna/

Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku hukum kisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka seranglah dia seimbang dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (Q.S Al-Baqarah :194).

Pada ayat di atas bentuk

ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻯﺪﺘﻋﺍ ﺎﻣ ﻞﺜﻣ

/miŚli mā a`tadā ‘alaykum/

“seimbang dengan serangannya terhadap kamu” menyatakan kualitas serangan yang terkandung dalam bentuk

ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻯﺪﺘﻋﺍ ﻦﻣ

/man a’tadā ‘alaykum/

“barangsiapa menyerang kamu” sekaligus kualitas serangan dari yang terkandung dalam

ﻪﻴﻠﻋ ﺍﻭﺪﺘﻋﺍ

/i’tadū ‘alayhi/ “seranglah dia”. Kata

ﻞﺜﻣ

/miŚli/ “seimbang” merupakan kata pembanding terhadap kualitas serangan tersebut. Dengan demikian

ﻞﺜﻣ

/miŚli/ “seimbang” merupakan pronomina komparatif.

Contoh pronomina komparatif dalam bentuk yang lain dapat dilihat pada contoh dibawah ini :

َﻚَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ ﺍْﻮُﻟﺎَﻗ

ﺎَﻨَﺘْﻤﱠﻠَﻋ ﺎَﻣﱠﻻِﺇﺎَﻨَﻟ َﻢْﻠِﻋ َﻻ

ُﻢْﻴِﻜَﺤْﻟﺍ ُﻢْﻴِﻠَﻌْﻟﺍ َﺖْﻧَﺃ َﻚﱠﻧِﺇ

/qālū subḥānaka lā `ilma lanā 'illā mā `allamtanā 'innaka 'anta al-`alīmu al-

ḥakīmu/ “Mereka menjawab, "Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S Al-Baqarah:32).

(13)

Rani, dkk (2004:104) mendefinisikan pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antesedennya. Kata-kata yang termasuk katagori pronomina komparatif antara lain:sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda,dan sebagainya.

Hal senada diungkapkan Kushartanti, dkk (2005:97) referensi komparatif ditandai dengan pemakaian kata yang digunakan untuk membandingkan, seperti sama, serupa, dan berbeda. Contoh referensi komparatif sebagai berikut :

1.Rio berusia lima tahun. Umur Dita sama dengan umur Rio. Pada kalimat di atas kata samamengacu pada lima tahun.

2.4.2. Substitusi

Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:273) mengistilahkan substitusi dengan kata

ﻝﺍﺪﺒﺘﺳﺍ

/istibdāl/ “pergantian” yaitu :

ﻝﺍﺪﺒﺘﺳﺍ

ءﺎﻘﺑﻻﺍ ﻊﻣ ﺔﻳﻮﺤﻟﺍ ﺔﻔﻴﻅﻮﻟﺍ ﺲﻔﻧ ءﺍﺩﻷ ﺐﻴﻛﺮﺗ ﻥﺎﻜﻣ ﻭﺃ ﻯﺮﺧﺃ ﻥﺎﻜﻣ ﺔﻤﻠﻛ ﻊﺿﻭ

:

ﺔﻠﻤﺠﻟﺍ ﻰﻨﻌﻣ ﺔﻴﻟﻮﺒﻘﻣ ﻰﻠﻋ

/istibdāl : waḍa’a kalimatun makānun `ukhrā aw makānun tarkībun li`adā`in nafsa al-waẓīfati al-ḥiwayati ma’a al-abqā`i ‘alā maqbūliyati ma’na al-jumlati/

“pergantian (substitusi): meletakkan kata di tempat yang lain atau di tempat yang teratur untuk menggantikan tugas suatu kata yang terhimpun dengan yang tinggal terhadap makna kalimat yang datang”.

Contoh substitusi dalam surah Al-Baqarah :

ُﻪَﻟ ْﻞَﺑ ۖ ُﻪَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ ۗ ﺍًﺪَﻟَﻭ ُ ﱠﷲ َﺬَﺨﱠﺗﺍ ﺍﻮُﻟﺎَﻗَﻭ

ﱞﻞُﻜِﺿْﺭَ ْﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻭﺎَﻤﱠﺴﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎَﻣ

ﻥﻮُﺘِﻧﺎَﻗ ُﻪَﻟ

/wa qālū attakhaŻa Al-lahu waladāan subḥānahu bal lahu mā fī as samāwāti wa al-'Arḍi kullun lahu qānitūna/ “Dan mereka berkata, "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan milik-Nyalah apa yang ada di langit dan di bumi. Semua tunduk kepada-Nya”. (Q.S. Al-Baqarah : 116).

Pada ayat di atas dapat dilihat bahwa bentuk

ِﺽْﺭَ ْﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻭﺎَﻤﱠﺴﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎَﻣ

/mā fī

as samāwāti wa al-'arḍi/ “apa yang ada di langit dan di bumi” digantikan oleh

(14)

Menurut Halliday & Hassan (Rani, 2004:105), substitusi adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frase atau klausa.

Menurut Tarigan (1987:100), substitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna. Substitusi dapat bersifat nominal, verbal, klausal, atau campuran; misalnya satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa, demikian, begitu, melakukan hal yang sama.

2.4.3. Elipsis

Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:83) mengistilahkan elipsis sebagai berikut :

ﻊﻣ ﻱﻮﻐﻠﻟﺍ ﻝﺎﺼﺗﻻﺎﺑ ﺭﺍﺮﺿﻻﺍ ﻥﻭﺩ ﺔﻠﻤﺟ ﻦﻣ ﺮﺜﻛﺃ ﻭﺃ ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺔﻤﻠﻛ ﻑﺬﺣ

:

ﻑﺬﺤﻟﺍ ﺯﺎﺠﻳﺇ

.

ﻑﻭﺬﺤﻤﻟﺍ ﻦﻴﺒﺗ ﺔﻨﻳﺮﻗ ﺩﻮﺟﻭ

/ījazu al- ḥaŻfu : ḥaŻfu kalimatin wāḥidatin `aw `akŚaru min jumlatin dūna al -iḍrāri bi al-`ittișāli al-lugawiyi ma’a wujūdin qarīnatin tubayyinu al-maḥŻūfi/

“pembuangan kata (elipsis) : pembuangan satu kata atau lebih dalam kalimat tanpa mempersempit (makna), menyambungkan bahasa dengan penyambung untuk memperjelasnya”.

Contoh elipsis dalam surah Al-Baqarah :

ﻲِﺘﱠﻳﱢﺭُﺫ ﻦِﻣَﻭ َﻝﺎَﻗ ًﺎﻣﺎَﻣِﺇ ِﺱﺎﱠﻨﻠِﻟ َﻚُﻠِﻋﺎَﺟ ﻲﱢﻧِﺇ َﻝﺎَﻗ ﱠﻦُﻬﱠﻤَﺗَﺄَﻓ ٍﺕﺎَﻤِﻠَﻜِﺑ ُﻪﱡﺑَﺭ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ﻰَﻠَﺘْﺑﺍ ِﺫِﺇَﻭ

َﻦﻴِﻤِﻟﺎﱠﻈﻟﺍ ﻱِﺪْﻬَﻋ ُﻝﺎَﻨَﻳ َﻻ َﻝﺎَﻗ

/wa 'iŻibtalā 'ibrāhīma rabbuhu bikalimātin fa'atammahunna qāla 'innī jā`iluka

linnāsi 'imāmāan qāla wa min Żurriyatī qāla lā yanālu `ahdī aẓ-ẓālimīna/ “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”. (Q.S. Al-Baqarah :124).

Elipsis pada ayat diatas semesti berbunyi: Dan ingatlah, ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan nabi Ibrahim dengan beberapa kalimat lalu ia melaksanakan

kalimat-kalimat itu yaitu kalimat perintah dan larangan.Dia berfirman sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu imam bagi seluruh manusia". Ia

berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Dia berfirman: "Janji-Ku

(15)

Menurut Kridalaksana (1984:45), elipsis adalah peniadaan kata atau satuan lain yang ujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa.

Sementara itu Fokker (Mulyana, 2005:28), menyatakan elipsis merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Tujuan pemakaian elipsis ini, salah satunya yang terpenting ialah untuk mendapatkan kepraktisan bahasa, yaitu agar bahasa yang digunakan lebih singkat, padat dan mudah dimengerti dengan cepat. Unsur yang biasanya dilesapkan dalam suatu kalimat ialah subjek atau prediket.

2.4.4. Konjungsi

Dalam bahasa Arab, Al-Khuli (1982:53) mengistilahkan konjungsi dengan kata

ﻒﻁﺎﻋ

/āṭifun/ “penyambung(konjungsi)” yaitu :

ﻭﺃ ﻢﺳﺍ ﻰﻠﻋ ﺎﻤﺳﺍ ﻭﺃ ، ﻞﻌﻓ ﻰﻠﻋ ﻼﻌﻓ ﻒﻄﻌﺗ ﻱﺃ ﺐﺟﺍﻭ ﻉﻮﻧ ﻦﻣ ﻦﻴﺗﺪﺣﻭ ﻒﻄﻌﺗ ﺔﻤﻠﻛ

:

ﻒﻁﺎﻋ

ﺔﻠﻤﺟ ﻰﻠﻋ ﺔﻠﻤﺟ ﻭﺃ ﻑﺮﻅ ﻰﻠﻋ ﺎﻓﺮﻅ

/āṭifun : kalimatun ta’ṭifu wa ḥidataini min nau’in wājibin `ay ta’ṭifu fi’lan ‘alā fi’lin, `aw isman ‘alā ismin `aw ẓarfan ‘alā ẓarfin `aw jumlatan ‘alā jumlatin/

“penyambung :mencondongkan dua kata dari bagian yang penting, atau mengarahkan kata kerja dengan kata kerja, kata dengan kata, frasa dengan frasa atau kalimat dengan kalimat”.

Al-Ghulayaini (1992:352) membagi huruf ‘āṭaf menjadi sembilan : 1.

/wa/ “dan” untuk menjumlah

2.

ﻰﺘﺣ

/ḥattā/ “sehingga” untuk pembatas

3.

ﻞﺑ

/ball/ “tetapi” atau “bahkan” untuk menyusul 4.

/fa/ “lalu” untuk tertib dan runtun

5.

ﻭﺃ

/aw/ “atau” untuk memilih atau masih ragu-ragu 6.

/lā/ “tidak” untuk menidakkan

7.

ﻢﺛ

/Śumma/ “kemudian” untuk tertib dan tenggang waktu 8.

ﻡﺃ

/am/ “atau” untuk meminta menegaskan

(16)

Contoh konjungsi dalam surah Al-Baqarah :

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”. (Q.S. Al-Baqarah : 27).

Pada ayat di atas konjungsi

/wa/ “dan” merupakan konjungsi makna tambahan ditemukan dua kali dalam ayat tersebut. Fungsi penggunaan dua konjungsi

/wa/ “dan” ini adalah untuk menunjukkan perluasan makna pada ayat di atas.

Selain huruf ‘āṭaf ism mausul juga termasuk dalam kategori konjungsi. Ism maushul (kata sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat.

Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang". ism maushul ini tidak dapat berdiri sendiri. Ada beberapa isim yang dapat menjadi isim mausul, yaitu:

ﺎﻣ

,

ﻦﻣ

, serta

ﻱﺬﻟﺍ

.

(http://alhusnakuwait.blogspot.com/2012/12/isim-maushul-kata-sambung.html) Al-Ghulayayni (2005:103) menyatakan ism mausul sebagai berikut :

ﻝﻮﺻﻮﻤﻟﺍ ﻢﺳﻻﺍ

ism yang dipergunakan untuk menunjukkan makna yang jelas dengan adanya kalimat berikutnya. Dan kalimat ini disebut shilat mausul”.

(17)

kalimat maupun paragraf dengan paragraf menjadi lebih jelas bila dibandingkan dengan hubungan yang tanpa konjungsi.

Menurut Keraf (Rani, dkk., 2004:107), konjungsi dalam tata bahasa tradisional termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat. Namun, dalam kenyataan pemakaian sehari-hari, konjungsi juga digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan dua atau lebih ide yang tertuang dalam beberapa kalimat. Penggunaan konjungsi sebagai piranti kohesi dalam bahasa Indonesia menunjukkan pola tertentu. Konjungsi digunakan dengan mempertimbangkan logika berpikir. Penggunaan konjungsi yang tidak mempertimbangkan logika akan membuat wacana menjadi tidak apik, terutama terlihat dari kepaduannya.

Tarigan (1987:101) dalam bukunya Pengajaran Wacana membagi konjungsi sebagai berikut :

a). Konjungsi adversatif : tetapi, namun b). Konjungsi kausal : sebab, karena c). Konjungsi koordinatif : dan, atau, tetapi

d). Konjungsi korelatif : entah/entah, baik/maupun e). Konjungsi subordinatif : meskipun, kalau, bahwa f). Konjungsi temporal : sebelum, sesudah

(18)

No. Makna Submakna Realisasi Konjungsi 1 Tambahan Penambahan Dan, lagi pula, di samping itu,....

Pilihan Atau, sebagai ganti, jika tidak....lalu,... 2 Perbandingan Kesamaan Sama dengan, yakni, seperti,....

Perbedaan Tetapi, kecuali, berbeda dengan,....

3 Waktu Bersamaan Ketika, pada saat yang sama, sementara itu Berurutan Lalu, akhirnya, sesudah itu,....

4 Konsekuensi Tujuan Sampai, sehingga, supaya,....

Kondisi Lalu, jika, kalau tidak,....

Akibat Jadi, sebagai simpulan, sebab,....

Pengecualian Namun demikian, bagaimanapun, tetapi,....

Cara Dengan cara ini, dengan, (dan) lalu,...

Gambar

Gambar :1 Hakikat Wacana (Tarigan, 2009:26)
Gambar 2 : Sarana Kohesi Halliday & Hasan, 1976 dalam Tarigan (1987 :98)
Tabel 1 : Klasifikasi kata ganti diri (ḍamīr) dalam bahasa Arab (Al-Ghulayayni, 2009:90)
Tabel 2 : Klasifikasi Pronomina Persona dalam Bahasa Indonesia (Rani,  2004:100)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap perencanaan ini dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif ( picture and picture ) perlu dilakuakan dalam proses pembelajaran IPS dengan menggunakan

DAFTAR LAMPI

DAMPAKKEBERADAAN INDUSTRI DAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Final results showed that in all nature reserves, the top three were the Lushan Nature Reserve, the Jinggangshan Nature Reserve, the Taohongling National Nature Reserve of Sikas

(i) Pembayaran uang muka : 10% (sepuluh persen) dari Harga Kontrak harus dibayarkan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan Kontrak, setelah

Pada Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Provinsi Sumatera Utara yang secara substansi telah sesuai dengan Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang,

Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan rope jump dan squat jump dengan metode interval terhadap daya ledak otot tungkai pada pemain bola

Perusahaan subsektor makanan dan minuman memiliki perputaran modal kerja positif menunjukkan kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan yang bersifat jangka pendek misalnya