• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH STRATEGI KOMUNIKASI PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA BAHASA ASING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH STRATEGI KOMUNIKASI PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA BAHASA ASING"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas rahmat serta ridhonyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, sholawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw, kepada keluarga dan para sohabatnya serat kita selaku umatnya yang mudah-mudaha mendapat safaatnya. Amin.

Pada makalah ini akan dibahas tentang Strategi Komunikasi Pembelajaran B2 (Bahasa Asing).

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan keritik serta saran yang membangun dari pembaca penulis harapkan agar kedepannya makala ini dapat jauh lebih baik lagi.

(2)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi ...ii

Bab I Pendahuluan ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...2

1.3 Sistematika Penulisan ...2

Bab II Pembahasan ...3

2.1 Pandangan dalam Pembelajaran Bahasa ...3

2.2 Pemerolehan Bahasa Kedua (B2) ...6

2.3 Strategi Komunikasi Pembelajaran B2 (Bahasa Asing) ...7

Bab III Kesimpulan ...13

(3)

iii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa selalu ada bersama dengan manusia. Ungkapan itu, bukan sekedarungkapan tanpa dasar. Dasar yang sering disebutkan ialah bahwa bahasa merupakan sarana komunikasi antar-manusia. Bahkan dapat pula dikatakan tanpa ada manusia lain pun seseorang dapat berbahasa. Manusia dapat berpikir dalam lamunannya dan dalam mimpinya sehingga dasar yang paling utama sebenarnya adalah bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia.

Setiap anak manusia yang normal pertumbuhan pikirannya akan belajar bahasa pertama atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama dalam hidupnya, dan proses ini terjadi hingga kira-kira umur 5 tahun. Sesudah itu, pada masa pubertas atau kira-kira 12- 14 tahun hingga menginjak dewasa atau kira-kira umur 18- 20 tahun, anak itu akan tetap masih belajar bahasanya yang dinamakan bahasa pertama atau disingkat B1.

Pascapubertas, keterampilan berbahasa seorang anak tidak banyak kemajuannya, meskipun dalam beberapa hal, umpamanya dalam kosakata, ia belajar B1 terus-menerus selama hidupnya. Pemerolehan B1 dianggap bahasa yang utama bagi anak karena bahasa ini yang paling mantap pengetahuan dan penggunaannya. Pemerolehan B1 terjadi apabila anak yang belum pernah belajar bahasa apa pun mulai belajar bahasa untuk pertama kali. Selain pemerolehan bahasa pertama (B1) pemerolehan bahasa kedua pun yang disingkat B2 terjadi dengan macam cara, pada usia berapa saja untuk tujuan bermacam-macam dan pada tingkat kebahasaan yang berlainan.

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas menghasilkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa pandangan dalam pembelajaran bahasa?

2. Bagaimana pemerolehan bahasa kedua (B2) ?

3. Bagaimana strategi komunikasi pembelajaran B2 (bahasa asing) ?

1.3 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

1.4Latar Belakang Masalah 1.5Rumusan Masalah 1.6Sistematika Penulisan Bab II Penjelasan

2.1Pandangan dalam Pembelajaran Bahasa 2.2Pemerolehan Bahasa Kedua (B2)

(5)

v BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pandangan dalam Pembelajaran Bahasa

Perkembangan teori pemerolehan bahasa pada abad ini telah dipenaruhi oleh perkembangan psikologi Omega (dalam Yulianto, 2007: 10-11). Dalam psikologi terdapat dua aliran yang prinsip dasarnya bertentangan, yakni behaviorisme dan kognitivisme. Kedua aliran tersebut ikut mempengaruhi para ahli pembelajaran bahasa dalam memandang bagaimana seorang anak manusia belajar bahasa.

Tentang bagaimana manusia memperoleh atau belajar bahasa, Ellis (dalam Yulianto, 2007:10-11) mengungkapkan adanya tiga kelompok pandangan, yaitu (1) pandangan behaviorisme, (2) pandangan nativisme, dan (3) pandangan interaksionisme. Lebih jelasnya uraian ketiga pandangan tersebut dapat dilihat berikut ini:

2.1.1 Pandangan Behaviorisme

Menurut pandangan ini kegiatan berbahasa dipengaruhi oleh aliran psikologi behaviorisme yang merupakan rangkaian rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Menurut behaviorisme, berbahasa dianggap sebagai bagian dari perilaku manusia, seperti perilaku yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilakukan melalui rangsangan-rangsangan Brown (dalam Yulianto, 2007:11). Pebelajar dalam hal ini dianggap sebagai mesin yang memproduksi bahasa dengan lingkngan dianggap sebagai faktor penentunya, yakni sebagai rangsangan. Untuk itu, agar anak dapat mengucapkan kata-kata tertentu, kepadanya harus diberikan rangsangan berupa kata-kata. Menurut konsep ini anak tidak dapat mengucapkan kata-kata yang belum pernah didengarnya.

(6)

Menurut Skinner, anak-anak mengakusisi bahasa melalui hubungan dengan lingkungan, dalam hal ini dengan cara meniru. Dalam hubungan dengan peniruan ini, faktor yang terpenting adalah frekuensi berulangnya suatu kata atau urutan kata. Ujaran-ujaran itu akan mendapat pengukuhan sehingga anak lebih berani menghasilkan kata dan urutan kata. Dengan cara ini lingkungan akan mendorong anak untuk menghasilkan tuturan yang gramatikal dan tidak memberi pengukuhan terhadap tuturan yang tidak gramatikal.

2.1.2 Pandangan Nativisme

Pandangan ini menekankan peranan aktif pembelajar. Peranan peniruan dan penguatan menjadi tidak berarti. Chomsky menyatakan bahwa pengetahuan seseorang tentang bahasa ibunya diturunkan dari universal grammar yang menentukan bentuk-bentuk dasar bahasa alamiah.

Universal Grammar telah ada pada setiap orang sebagai seperangkat prinsip linguistik bawaan yang terdiri atas keadaan awal yang berfungsi mengontrol bentuk kalimat suatu ujaran. Dengan demikian, universal grammar merupakan seperangkat prosedur penemuan untuk menghubungkan prinsip-prinsip umum itu pada data yang diberikan oleh pajanan bahasa alamiah.

Kaum mentalis berpendapat bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa. Potensi bahasa ini akan berkembang apabila saatnya tiba. (Brown, 1980: 21) beranggapan bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki apa yang mereka sebut LAD (Language Acquisition Device). Kelengkapan bahasa ini berisi sejumlah hipotesis bawaan. McNeill (Brown, 1980: 22) menyatakan bahwa LAD terdiri dari: (a) kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain, (b) kecakapan mengorganisasi satuan linguistik ke dalam sejumlah kelas yang akan berkembang kemudian, (c) pengetahuan tetang sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak mungkin, dan (d) kecakapan menggunakan sistem bahasa yang didasarkan pada penilaian perkembangan sistem linguistik, dengan demikian dapat melahirkan sistem yang dirasakan mungkin di luar data linguistik yang ditemukan.

(7)

vii

manusia; (2) keberadaannya tidak terikat oleh otak atau akal budi manusia, karena meskipun bahasa merupakan bagian alat-alat kognitif, bahasa terpisah dari mekanisme kognitif umum yang berkaitan dengan perkembangan intelektual; (3) faktor utama pemerolehan B1 adalah piranti pemerolehan bahasa (LAD) yang secara genetis memengaruhi dan menyumbangkan seperangkat prinsip tata bahasa pada anak; (4) LAD berhenti perkembangannya karena usia dan; (5) proses pemerolehan bahasa terdiri atas pengujian hipotesis dengan cara menghubungkan tata bahasa B1 pebelajar dengan univeral grammar.

Pandangan kaum mentalis tentang pemerolehan B2, karena seorang pebelajar menguasai pengetahuan bahasa ibunya dengan jalan menguji hipotesis yang dibuatnya. Tugasnya adalah menghubungkan pengetahuan bawaan tentang gramatika dasar dengan struktur lahir kalimat-kalimat bahasa yang dipelajarinya.

2.1.3 Pandangan Interaksionisme

Pandangan ini menganggap bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pebelajar dengan lingkungan bahasa (Ellis, 1986: 126). Interaksi antara keduanya adalah manifestasi dari interaksi verbal yang aktual antara pebelajar dengan orang lain.

Pendekatan interaksionisme oleh van Els (dalam Yulianto, 2007: 24) menyebut sebagai pendekatan prosedural, di mana dalam pendekatan ini interaksi antara faktor internal dengan faktor eksternal bersifat sentral. Titik awal pendekatan ini adalah kemampuan kognitif anak dalam menemukan struktur bahasa di sekitarnya. Faktor internal, merupakan kemampuan mental anak sangat berpengaruh. Namun, faktor lingkungan juga berperanan menentukan macam pemerolehannya, terutama leksikon. Di samping itu, Yulianto (2001: 563) juga setuju kepada pandangan Dardjowidjojo (2000: 304) yang mengungkapkan bahwa faktor kodrati dan lingkungan berpengaruh dalam pemerolehan bahasa anak. Secara eksplisit pandangan ini sesuai dengan pandangan interaksionisme (Ellis, 1986:129).

(8)

maupun produksi bahasa pada anak-anak dipandang sebagai sistem prosedur penemuan yang secara terus-menerus berkembang dan berubah.

2.2 Pemerolehan Bahasa Kedua (B2)

Pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.

Untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.

Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.

Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin berarti bahasa yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.

Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan, guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.

(9)

ix

adalah orang dalam interaksi dinamis, dan (3) belajar bahasa adalah orang-orang dalam responsi.

Pemerolehan bahasa bersamaan dengan proses yang digunakan oleh anak-anak dalam pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa menuntut interaksi yang berarti dalam bahasa sasaran yang merupakan wadah para pembicara memperhatikan bukan bentuk ucapan-ucapan mereka tetapi pesan-pesan yang mereka sampaikan dan mereka pahami. Perbaikan kesalahan dan pengajaran kaidah- kaidah eksplisit tidaklah relevan bagi pemerolehan bahasa, tetapi para guru dan para penutur asli dapat mengubah serta membatasi ucapan-ucapan mereka kepada pemeroleh agar menolong mereka memahaminya. Modifikasi-modifikasi ini merupakan pikiran untuk membantu proses pemerolehan tersebut.

2.3 Strategi Komunikasi Pembelajaran B2 (Bahasa Asing)

Strategi atau metode komunikasi yang digunakan dalam pengajaran bahasa asing antara lain:

1. Metode Terjemahan Tatabahasa

Adalah metode pembelajaran dengan menggunakan bahasa pengantar (bahasa untuk menjelaskan) berupa bahasa ibu. Arti dari kata atau ungkapan dalam bahasa sasaran diterjemahkan ke dalam bahasa ibu. Sejarah atau latar belakang timbulnya metode ini adalah adanya kebutuhan untuk mengetahui isi sastra. Sampai pada abad ke-15 bahasa latin hanya dipakai untuk percakapan saja. Selain itu adanya kebutuhan untuk mengetahui tatabahasa.

Kelebihan:

a. Bermanfaat dalam penerjemahan data penelitian kesusastraan.

b. Pembelajar dapat belajar sendiri dengan menggunakan referensi dan kamus. c. Dapat dimengerti dari awal sampai akhir karena terjemahannya bersamaan

dengan tatabahasanya.

d. Efektif digunakan pada kelas yang mempunyai banyak siswa. Kekurangan:

(10)

b. Pembelajar tidak dapat belajar pengucapan/lafal dengan benar. c. Tidak ada latihan komunikasi.

2. Metode Langsung

Adalah metode pembelajaran dengan langsung menggunakan bahasa sasaran. Sejarah atau latar belakang timbulnya metode ini adalah adanya kekurangan dari metode terjemahan tatabahasa, yaitu komunikasi dalam metode terjemahan tatabahasa hanya satu arah.

Ciri: - Arti kata dan ungkapan disampaikan dengan gerakan, foto, gambar dan benda nyata.

- Guru memberikan pemahaman dengan cara induktif (banyak contoh) tanpa dijelaskan.

- Pengajar tidak menggunakan bahasa pengantar. - Pembelajar tidak menggunakan bahasa ibu.

- Tidak mementingkan tulisan, hanya mementingkan kemampuan berbicara.

Kelebihan:

a. Pembelajar cepat terbiasa dengan bahasa sasaran.

b. Pembelajar menjadi terbiasa berpikir melalui bahasa sasaran. c. Menumbuhkan kemampuan mendengar dan berbicara.

d. Dapat dipelajari oleh para pembelajar yang berbeda bahasa ibu. Kekurangan:

a. Penjelasan arti berputar-putar.

b. Pembelajar sering salah persepsi karena tidak dijelaskan dengan bahasa pengantar.

c. Pengajar membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan petunjuk dan penjelasan.

d. Pembelajar tidak merasa puas karena tidak dilakukan pengajaran huruf (pada tingkat dasar).

e. Beban pengajar berat karena tidak menggunakan bahasa pengantar. f. Tidak efektif untuk kelas yang mempunyai banyak siswa.

(11)

xi 3. Metode Audio Lingual

Adalah metode pembelajaran dengan cara mengingat materi yang diajarkan agar siswa terbiasa. Caranya dengan latihan pengulangan, penggantian/penukaran, pengubahan dan tanya jawab. Sejarah atau latar belakang timbulnya metode ini adalah pada abad ke-20 ada kebutuhan untuk penelitian ilmiah tentang linguistik/kebahasaan.

M etode ini didasarkan pada pandangan behaviorisme yang berpendapt bahwa pembelajaran bahasa adalah pemerolehan seperangkat kebiasaan bahasa yang tepat. Pembelajaran mengulang-ulang pola kalimat hingga mampu mengucapkannya secara spontan. Sekali saja siswa telah mempelajari suatu pola tertentu, maka diharapkan siswa tersebut dapat membuat subtitusi kata-kata untuk menciptakan kalimat-kalimat baru. Guru mengarahkan serta mengawasi tingkah laku siswa, memberikan contoh serta memantapkan respon siswa.

Menurut Skinner tingkah laku verbal merupakan perluasan teori belajar yang berhubungan dengan kegiatan pembiasaan yaitu situasi dimana manusia memberikan suatu respon dalam bentuk kalimat atau ujaran tanpa perlu adanya stimuli tertentu kemudian ujaran atau kalimat tersebut dapat dikuasai melalui pemantapan. Hasil perbuatan itu memerlukan penghargaan atau pujian yang diberikan tepat pada waktunya, maka tingkah laku itu akan tetap dipertahankan bahkan dikembangkan.

Cara latihan:

a. Kosakata dan pola kalimatnya diterangkan dari yang mudah ke yang sulit. Didahulukan hal yang sering dipergunakan.

b. Kosakata yang ada dalam konteks diterangkan dengan jelas. c. Pengajar meningkatkan kecepatan mengajarnya secara bertahap. d. Didahulukan pembimbingan isi kalimat dan bunyi.

e. Pembelajar diharapkan dapat mengucapkan lafal yang benar sesuai yang dicontohkan guru.

(12)

Kelebihan:

a. Melatih berbicara dan mendengar karena menggunakan latihan lisan berulangkali.

b. Dapat digunakan untuk jumlah murid yang banyak dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda.

c. Dapat digunakan untuk level dasar ataupun menengah. Kekurangan: siswa takut dan tidak percaya diri.

d. Latihan selalu dilakukan dengan cepat sehingga siswa tertekan.

e. Pelajaran terpusat pada guru, sehingga siswa tidak dapat mengemukakan pendapatnya sendiri.

f. Tidak ada kegiatan siswa dengan siswa.

g. Siswa pasif, hanya menjawab bila ditanya guru.

4. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif bukanlah metode, karena tidak ada tahap-tahap pengajaran, hanya ada teori.

Pendapat ahli mengenai bahasa:

a. Chomsky (1970) berpendapat bahwa bahasa berupa struktur, diperoleh sejak bayi melalui lingkungannya yaitu orang tua tanpa mempelajarinya. Bahasa tersebut hanya berupa pengetahuan saja.

b. Hymes (1927) berpendapat bahwa bahasa bukan hanya pengetahuan, melainkan harus memiliki kemampuan menggunakan bahasa tersebut dalam keadaan sebenarnya.

(13)

xiii

d. Haliday (1973) berpendapat bahwa fungsi atau prinsip bahasa meliputi: - Setiap bahasa dianalisa berdasarkan analisa dan fungsinya.

- Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki arti tergantung pada situasi. Misalnya: Pada saat pelajaran “toire” berfungsi sebagai kata untuk meminta

ijin, sedangakn di depan toilet, kata “toire” berfungsi sebagai

penunjuk tempat.

- Yang disampaikan adalah situasi dan pesan

Misalnya: “desu ne” memiliki pesan yang berbeda-beda.

- Kesalahan dikoreksi sendiri oleh siswa, yang penting adalah komunikasi. - Menulis dan membaca juga penting dalam komunikasi.

Kegiatan kognitif pembelajar tidak hanya sebatas latihan, tetapi menggunakan bahasa dalam situasi sebenarnya dan melibatkan komunikasi dua arah.

Tujuan Pendekatan Komunikatif

a. Tujuan pengajar : menumbuhkan kemampuan penggunaan bahasa yang pernah dipelajarinya.

b. Tujuan pembelajar: memperoleh kemampuan penggunaan bahasa pada konteks dan situasi sebenarnya.

Ciri pendekatan komunikatif

a. Lebih fokus ke penggunaan bahasanya yang dipengaruhi oleh sosiolinguistik (penggunaan bahasa yang dihubungkan dengan lingkungan sosial).

b. Siswa tidak belajar tatabahasa, tetapi belajar penggunaan bahasanya agar dapat diterapkan dalam komunikasi.

c. Pendidikan berpusat pada pembelajar (guru sebagai motivator).

d. Mengutamakan kegiatan latihan yang membiarkan pembelajar berpikir kreatif.

e. Isi dari pembelajaran sedapat mungkin mendekati silabus topik dan silabus fungsi.

(14)

g. Fungsi pendekatan komunikatif adalah memahami hal yang ingin disampaikan oleh lawan bicara dan menyampaikan kepada lawan bicara apa yang ingin disampaikannya sendiri.

Model pengajaran dengan metode komunikatif:

a. Konteksnya nyata dan digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. b. Tugasnya mengandung arti dan makna.

c. Tugas kegiatan di kelas berupa information gap task, roleplay, wawancara, dll.

d. Penjelasannya bisa dari hal yang sempit ke luas atau sebaliknya.

e. Pengoreksian tidak dilakukan saat kegiatan, karena komunikasinya sesuai keinginan pembicara dan lawan bicara.

f. Kesalahan siswa saat berlatih diabaikan, dan diperbaiki saat kegiatan selesai.

(15)

xv BAB III KESIMPULAN

Efektifitas sebuah proses komunikasi tergantung pada komponen yang terkait. Semakin baik komponen, gangguan-gangguan akan tereduksi. Feedback dan respon akan lebih mudah dibangkitkan.

Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan satu bentuk komunikasi yang terjalin antara komunikator dalam hal ini pengajar yang menyalurkan pesan berupa materi pengajaran kepada komunikan yaitu pelajar melalui media lisan atau dengan bantuan teknologi komunikasi lain, sebagai akibatnya pelajar tahu materi yang disampaikan dan melaksanakannya dan inilah tujuan utama dari proses belajar mengajar.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Battle, J.A. (1968). Education for the world of 1984 and 2000 dalam J.A. Battle & Robert Shannon. The new idea in education. New York – London: Harper & Row Publishers.

Brooks, Cleanth dan Warren, Robert Penn, (1972). Modern Rethoric, Shorter Third Edition. New York – Atlanta: Harcourt Brace Javanovich, Inc. Culkin, S.J. John. (1968). Education in post-literate world dalam J.A. Battle & Robert Shannon. The new idea in education. New York – London: Harper & Row Publishers.

(17)

xvii

MAKALAH

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBELAJARAN B2

(BAHASA ASING)

Disusun Oleh :

DESTIE PRIYANTIE PUTRIE 0921210148

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP SUBANG

(18)

Referensi

Dokumen terkait

melalui penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktifitas pendidikan. Produk- produk pendidikan misalnya kurikulum, metode dan teknik mengajar, media

Berdasarkan dari perhitungan nilai rata-rata yang dicapai oleh pengelolaan Rusunawa Tambak Sawah yaitu sebesar 3,77, berada pada interval 3,41-4,2 yang mempunyai arti

memegang tali pusat lebih dekat vulva akan mencegah avulsi. 3) Letakkan tangan yang lain pada pacta abdomen ibu. (beralaskan kain) tepat diatas

Dari hal tersebut, arti dari kepemimpinan adalah proses seseorang yang mempunyai pengaruh pada suatu organisasi untuk dapat menggerakkan individu lain yang tujuannya

(1) Tanda jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c, dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari UTTP yang sudah disahkan

Analisis Faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak

Sehingga akhirnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Re-Orientasi Pola Pembinaan Panti Asuhan (Studi Kasus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah

sistem sleepingbag dapat menguji dengan metode fuzzy yang disimpulkan nilai sensor suhu tubuh, sensor suhu ruangan dan PWM pada sistem sleepingbag yang ditampilkan