BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Buah Rasberi
Rubus rosaefolius Smith berupa semak berduri, tepi daun bergerigi,
bunga berwarna putih, dan buah berwarna merah yang berdiameter 1,2 cm.
Daun berbentuk oval dengan ujung yang runcing. Rasberi dikenal sebagai buah
berkelompok yang berisi biji kecil dengan rongga pada bagian dalam buah
(Anonim, 2011). Kelebihan dari buah rasberi adalah umur panen singkat,
mudah dibudidaya, dapat berproduksi sepanjang tahun, dan harga relatif
murah. Oleh karena itu, buah rasberi dapat menjadi alternatif pelembab alami.
Pada umumnya, Rubus rosaefolius Smith tumbuh di daerah terbuka,
tepi hutan, atau pinggir sungai. Daerah penyebarannya meliputi Kontinental
Asia (Kamboja dan Vietnam), Jepang, Taiwan, New Britain, Irlandia Baru,
Australia, Borneo, Jawa, Philipina, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Nusa
Tenggara (Kalkman, 1993).
2.1.1 Sistematika buah rasberi
Menurut hasil determinasi dari Herbarium Medanese, rasberi
diklasifiksasikan sebagai berikut:
2.1.2 Kandungan dan manfaat
Adapun kandungan gizi dalam 100 g buah rasberi dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Kandungan gizi buah rasberi
Komponen gizi Jumlah Komponen gizi Jumlah
Energi 52 Kkal Folat 21 mcg
Sumber: USDA National Nutrient Data Base, (Anonim, 2009)
Buah rasberi kaya serat yang sangat berfungsi dalam sistem
pencernaan. Buah ini mengandung vitamin seperti vitamin A, C, E dan K.
Vitamin A effektif dalam mencegah, memperlambat, meregenerasi sel-sel kulit
yang rusak akibat proses penuaan seperti kulit kering dan bersisik, kerusakan
akibat cahaya matahari, dan kerutan. Menipisnya epidermis adalah salah satu
karakteristik penuaan kulit. Kulit kehilangan bagian yang berfungsi sebagai
pelindung, kapasitas retensi air berkurang yang menyebabkan kulit kering,
besisik, dan pecah-pecah. Vitamin A berfungsi sebagai pelindung yang dapat
mencegah kerusakan tersebut. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang
reaktif pada kulit. Vitamin C merupakan bahan utama dalam pembentukan
kolagen yang sangat penting bagi kulit (Barel, dkk., 2009).
Rasberi juga mengandung sejumlah mineral seperti kalium, mangan,
tembaga, besi dan magnesium. Kalium merupakan komponen penting dari sel
dan cairan tubuh yang membantu mengontrol detak jantung dan tekanan darah
(Anonim, 2009). Kandungan antosianin dari buah rasberi mampu mengurangi
resiko penyakit jantung dan membantu daya penglihatan (Laseduw, 2012).
2.2 Kulit
Kulit merupakan lapisan yang menutupi dan melindungi seluruh tubuh
dari berbagai macam gangguan dari luar tubuh yang menyebabkan hilangnya
kelembaban sehingga kulit menjadi kering. Kulit kering mempunyai karakter
kasar dan keras, tidak fleksibel, dan pecah-pecah akibat kekurangan air di
stratum corneum dan kelembaban yang rendah (Anita, 2008).
Lapisan epidermis memiliki fungsi yang paling penting yaitu menjaga
gangguan stimuli eksternal seperti dehidrasi, sinar ultraviolet, faktor fisik, dan
faktor kimia lainnya. Fungsi ini dilakukan oleh lapisan stratum corneum
sebagai lapisan paling luar. Lapisan dermis merupakan lapisan kulit kedua
setelah lapisan epidermis yang memegang peranan penting dalam elastisitas
dan ketegangan dari kulit. Sel subkutan berada dibawah lapisan dermis. Sel ini
berperan dalam mengatur temperatur kulit (Anita, 2008). Struktur lapisan kulit
Gambar 2.1 Struktur lapisan kulit (Bramayudha, 2008).
2.3 Fungsi Kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai beberapa
fungsi diantaranya sebagai berikut (Wirakusumah, 1994):
a. Kulit sebagai filter dan pelindung tubuh
Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-
bahan yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya.
selain itu, kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas
matahari, api dan dingin.
Lapisan kulit bersifat pejal (padat dan kencang) terutama bagian lapisan
tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. Dengan
demikian, kelembabannya selalu terjaga.
c. Kulit pengatur suhu tubuh
Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut kemudian
akan menguap sehingga menyebabkan tubuh terasa dingin. Demikian pula
sebaliknya. Bila seseorang mengalami kedinginan,pembuluh darah dalam kulit
akan menyempit sehingga panas tubuh tertahan.
d. Kulit sebagai system syaraf yang sensitif
Kulit terdiri dari system syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar
seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu, kulit akn segera
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari system syaraf tersebut.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit
Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik
dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar (Wirakusumah, 1994). Adapun
beberapa faktornya adalah sebagi berikut:
a. Genetika (bawaan)
Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.
Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian pula
dengan kulit halus, kasar atau berminyak.
Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria)
dalam tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat
pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen.
Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
c. Alergi
Bagi sebagian orang ada yang memiliki jenis kulit sensitif dan alergi
terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan,
kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya
warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai
ada yang terluka.
d. Iklim
Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada
kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan
ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya
dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.
e. Stres
Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.5 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan
untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat dicuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (Ditjen POM, 1995).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air,
dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
(Lachman, dkk., 1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari
karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak
berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream
mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan
(gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream
dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan kulit (Voight,
2.6 Krim Pelembab
Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan,
maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk
melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan
air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan
minyak kulit awal. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan
dalam bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak
dalam air (moisturizing cream) dan dapat ditambah atau dikurangi zat tertentu
untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997).
Cara mencegah penguapan air dari sel kulit (Wasitaatmadja, 1997), adalah:
1. Menutupi permukaan kulit dengan minyak (oklusif)
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam
kulit
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat
hidrofilik yang menyerap air
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh sinar matahari yang
dapat mengeringkan kulit
Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Kosmetik pelembab dengan dasar lemak
Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream.
Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sehingga
mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan
bentuk, yaitu krim lemak anhydrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim
O/W yang kaya lemak, dan emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari
80%.
2. Kosmetik pelembab dengan dasar gliserol atau humektan sejenis.
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk
lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak
lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono
dan Latifah, 2007).
Pada emulsi minyak dalam air, fase minyak dan fase air yang terpisah
disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase minyak mengandung
komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung komponen bahan
yang larut air yang dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase minyak
kemudian disatukan (Lachman, dkk., 1994).
Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75°C.
Proses emulsifikasi pada pembuatan krim pelembab adalah pada suhu 70°C
(Anita, 2008). Waktu pengadukan juga mempengaruhi emulsi yang dihasilkan.
Pengadukan yang terlalu lama pada saat dan setelah emulsi terbentuk harus
dihindari, karena akan menyebabkan terjadinya penggabungan partikel.
Lamanya pengadukan tidak dapat ditetapkan secara pasti karena hanya dapat
diketahui secara empiris. Pengadukan akan mengurangi ukuran partikel dan
partikel akan menyebabkan semakin meningkatnya viskositas emulsi
(Lachman, dkk., 1994).
2.7 Fungsi Masing-Masing Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam krim kosmetik memiliki fungsi
yang berbeda-beda antar lain:
1. Asam stearat
Asam stearat (C16H32O2) merupakan asam lemak yang terdiri dari rantai
hidrokarbon, diperoleh dari lemak dan minyak yang dapat dimakan, dan
berbentuk serbuk berwarna putih. Asam stearat mudah larut dalam kloroform,
eter, etanol, dan tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi
dalam sediaan kosmetika (Depkes RI, 1993).
2. Setil alkohol
Setil alkohol (C16H33OH) merupakan butiran yang berwarna putih,
berbau khas lemak, rasa tawar, dan melebur pada suhu 45-50°C. Setil alkohol
larut dalam etanol dan eter namun tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi
sebagai pengemulsi, penstabil, dan pengental (Depkes RI, 1993). Alkohol
dengan bobot molekul tinggi seperti stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril
monostearat digunakan terutama sebagai zat pengental dan penstabil untuk
emulsi minyak dalam air dari lotion (Ansel, 2005).
3. Metil paraben
Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna putih,
diikuti rasa tebal (Ditjen POM, 1979). Efektif pada rentang pH 4-8 (Anita,
2008).
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba
dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan digunakan baik
sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba
lain. Pada kosmetik, metil paraben adalah pengawet antimikroba yang paling
sering digunakan. Metil paraben meningkatkan aktivitas antimikroba dengan
panjangnya rantai alkil, namun dapat menurunkan kelarutan terhadap air,
sehingga paraben sering dicampur dengan bahan tambahan yang berfungsi
meningkatkan kelarutan. Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan
dengan penambahan propilen glikol (Rowe, dkk., 2006).
4. Trietanolamin
Trietanolamin berupa cairan tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis,
mudah larut dalam etanol dan juga berfungsi sebagai emulsifier dan pengatur
pH (Depkes RI, 1993).
Trietanolamin secara luas digunakan pada formulasi farmasetik topikal
terutama di dalam pembentukan emulsi. Ketika dicampurkan beberapa bagian
dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam oleat, trietanolamin
membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8, yang mana digunakan sebagai
bahan pengemulsi untuk menghasilkan butiran halus yang stabil di dalam
emulsi minyak dalam air. Konsentrasi yang biasanya digunakan sebagai
pengemulsi yaitu 2-4% dari berat sediaan dan 2-5 kali dari jumlah asam lemak
5. Pewangi (essential oil)
Hampir setiap jenis kosmetik menggunakan zat pewangi yang terutama
berguna untuk menambah nilai estika produk yang dihasilkan. Pewangi yang
biasa digunakan adalah minyak (essential oil). Minyak parfum yang digunakan
biasanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak menyebabkan iritasi
(Sondari, 2007). Penambahan pewangi pada produk merupakan upaya agar
produk mendapatkan tanggapan yang positif. Pewangi sensitif terhadap panas,
oleh karenanya bahan ini ditambahkan pada temperatur yang rendah
(Lachman, dkk., 1994).
6. Air
Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam
pembuatan krim pelembab. Air yang digunakan dalam pembuatan krim
pelembab merupakan air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara
penyulingan, proses penukaran ion dan osmosis sehingga tidak lagi
mengandung ion-ion dan mineral-mineral. Air murni hanya mengandung
molekul air saja dan dideskripsikan sebagai cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berasa, memiliki pH 5,0 - 7,0; dan berfungsi sebagai pelarut (Depkes RI 1993).
7. Gliserin
Gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau gula alkohol, merupakan cairan
yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit berbau, dan mempunyai rasa manis.
Gliserin larut dalam alkohol dan air tetapi tidak larut dalam pelarut organik
2.8 Silika Gel
Pemerian SiO2 terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk granul
seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering, sering
kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan air
telah habis. Bahan berwarna tersebut dapat dikembalikan (dapat menyerap air
kembali) dengan memanaskannya pada suhu 110°C hingga gel berubah warna